Anda di halaman 1dari 43

BAB II

Pengertian Konverter
1.1 Konverter adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengubah tegangan searah alias
DC ke tegangan DC yang punya nilai berbeda. Terdapat dua mode konversi yang dapat
digunakan untuk mengubah tegangan tersebut. Mode pertama adalah konversi linear atau linear
conversion. Dan mode kedua adalah konversi peralihan atau switching conversion.

Konversi linear menurunkan tegangan yang berasal dari baterai dengan cara mengubah
kelebihan daya menjadi energi kalor atau panas. Metode ini sangat sederhana, meskipun pada
kenyataannya tidak begitu efisien. Konversi peralihan pada umumnya menggunakan komponen
magnetik guna menyimpan daya secara sementara.

Setelah itu daya yang disimpan secara sementara tersebut diubah menjadi tegangan lainnya.
Tegangan yang dihasilkan bisa lebih besar, atau lebih kecil, lebih rendah, atau kebalikan
(negatif) daripada tegangan input.

JENIS-JENIS KONVERTER DC KE DC

2. Konverter Buck

Konverter jenis buck merupakan jenis konverter yang banyak digunakan dalam industri catu-
daya. Konverter ini akan mengkonversikan tegangan dc masukan menjadi tegangan dc lain yang
lebih rendah (konverter penurun tegangan).
Rangkaian ini terdiri atas satu saklar aktif (MOSFET) dan satu saklar pasif (diode). Untuk
tegangan kerja yang rendah, saklar pasif sering diganti dengan saklar aktif sehingga susut daya
yang terjadi bisa dikurangi. Kedua saklar ini bekerja bergantian. Setiap saat hanya ada satu saklar
yang menutup. Nilai rata-rata tegangan keluaran konverter sebanding dengan rasio antara waktu
penutupan saklar aktif terhadap periode penyaklarannya (faktor kerja). Nilai faktor kerja bisa
diubah dari nol sampai satu. Akibatnya, nilai rata-rata tegangan keluaran selalu lebih rendah
dibanding tegangan masukannya.
Beberapa konverter buck bisa disusun paralel untuk menghasilkan arus keluaran yang lebih besar.
Jika sinyal ON-OFF masing-masing konverter berbeda sudut satu sama lainnya sebesar 360o/N,
yang mana N menyatakan jumlah konverter, maka didapat konverter dc-dc N-fasa. Konverter
buck N-fasa inilah yang sekarang banyak digunakan sebagai regulator tegangan mikroprosesor
generasi baru. Dengan memperbanyak jumlah fasa, ukuran tapis yang diperlukan bisa menjadi
jauh lebih kecil dibanding konverter dc-dc satu-fasa. Selain digunakan sebagai regulator tegangan
mikroprosesor, konverter buck multifasa juga banyak dipakai dalam indusri logam yang
memerlukan arus dc sangat besar pada tegangan yang rendah.
Perlu dicatat bahwa arus masukan konverter buckc selalu bersifat tak kontinyu dan mengandung
riak yang sangat besar. Akibatnya pada sisi masukan, konverter buck memerlukan tapis kapasitor
yang cukup besar untuk mencegah terjadinya gangguan interferensi pada rangkaian di sekitarnya.
Konverter dc-dc jenis buck biasanya dioperasikan dengan rasio antara teganan masukan terhadap
keluarannya tidak lebih dari 10. Jika dioperasikan pada rasio tegangan yang lebih tinggi, saklar
akan bekerja terlalu keras sehingga keandalan dan efisiensinya turun. Untuk rasio yang sangat
tinggi, lebih baik kalau kita memilih versi yang dilengkapi trafo.

3. Konverter Forward

Jika penerapan mensyaratkan adanya isolasi galvanis antara sisi masukan dan keluaran atau
bekerja dengan rasio tegangan yang sangat tinggi maka konverter jenis forward bisa menjadi
pilihan. Skema dari konverter dc-dc jenis forward diperlihatkan di Gb. 2(a). Jika saklar MOSFET
menutup maka beban akan merasakan tegangan yang besarnya sebanding dengan tegangan
masukan dikalikan rasio jumlah lilitan trafonya. Jika saklar MOSFET menutup maka tegangan
bebannya sama dengan nol. Akibatnya, nilai rata-rata tegangan beban bisa diatur dengan
mengatur faktor-kerja saklar. Rasio tegangan yang tinggi didapat dengan memilih rasio jumlah
lilitan trafo yang seusai.
Pada Gb. 2(a), trafo dilengkapi dengan belitan tersier dan dioda. Rangkaian ini berperan saat
saklar MOSFET terbuka. Belitan bantu dan dioda ini berfungsi untuk menjamin bahwa fluksi
magnetik di inti trafo telah turun kembali menjadi nol sebelum saklar MOSFET kembali ditutup.
Tegangan maksimum yang dirasakan saklar aktif adalah tegangan sumber ditambah tegangan
primer trafo (tegangan beban dikalikan rasio jumlah lilitan primer terhadap sekunder). Selain itu
untuk menjamin bahwa fluksi magnetik selalu kembali menjadi nol selama saklar aktif terbuka,
saklar aktif tidak boleh dioperasikan dengan faktor-kerja lebih dari 50%. Pada saat ini, konverter
forward seperti di Gb. 2(a) banyak dipakai untuk daya sampai 100 Watt.
Untuk daya yang lebih besar, rangkaian konverter forward dimodifikasi menjadi seperti terlihat
di Gb. 2(b). Dengan topologi ini, tegangan maksimum yang dirasakan saklar menjadi berkurang.
Topologi ini cocok untuk daya sampai 1000 Watt. Untuk daya kecil, topologi ini tidak cocok
karena susut daya di empat saklar yang digunakan menjadi sangat membebani sistem.

4. Konverter Jenis Jembatan

Masalah utama yang dihadapi konverter forward adalah penggunaan trafo yang kurang efisien.
Penggunaan trafo kurang efisien karena trafo dimagnetisasi secara tak simetris (gelombang
tegangan trafo bukan gelombang bolak-balik). Untuk mengatasi masalah ini, kita bisa
menggunakan topologi setengah-jembatan (half-bridge) seperti terlihat di Gb. 3(a). Jika saklar S1
ditutup maka trafo merasakan tegangan positif sedangkan jika saklar S2 ditutup maka trafo
merasakan tegangan negatif. Kelemahan utama dari topologi ini adalah tidak cocok untuk
dioperasikan dalam mode arus terkendali. Inilah alasan utama mengapa topologi ini tidak banyak
digunakan.
Untuk mengatasi masalah pada konverter setengah-jembatan, kita bisa menggunakan topologi
jembatan-penuh (full-bridge). Skema konverter ini diperlihatkan di Gb. 3(b). Untuk memahami
kinerja konverter jembatan-penuh, kita bisa menganggap sebagai dua konverter setengah-
jembatan seperti terlihat di Gb. 4. Masing-masing konverter setengah-jembatan menghasilkan
gelombang persegi yang berbeda fasa. Belitan primer trafo akan merasakan selisih tegangan yang
dihasilkan oleh dua konverter setengah-jembatan tersebut. Selisih tegangan ini tergantung pada
besarnya beda fasa antara dua gelombang tegangan yang dihasilkan.
Dengan mode kerja seperti di Gb. 4, konverter jembatan-penuh bisa dirancang agar bekerja dalam
mode pensaklaran lunak (soft switching). Pada mode kerja ini, pembukaan dan penutupan saklar
selalu terjadi saat tegangan pada saklar sama dengan nol. Akibatnya, rugi-rugi daya pensaklaran
(rugi-rugi daya yang terjadi selama proses penutupan dan pembukaan saklar) bisa ditekan
menjadi sangat rendah.
Konverter daya jenis jembatan penuh ini cocok untuk penerapan daya besar sampai 5000 Watt.
Walaupun komponen yang digunakannya banyak, manfaat yang didapat bisa mengalahkan
kerugiannya.
5. Konverter Push-Pull

Topologi turunan buck lain yang cukup popular adalah push-pull seperti terlihat di Gb. 5.
Keuntungan utama dari topologi ini adalah dua saklar yang digunakan bisa dikendalikan dengan
dua rangkaian gate yang referensinya sama. Ini akan sangat menyederhanakn rangkaian kendali
yang diperlukan sehingga bisa dibuat dalam satu chip.
Topologi push-pull cocok untuk penerapan dengan tegangan masukan yang rendah karena saklar
akan merasakan tegangan sebesar dua kali tegangan masukannya. Akibatnya, rangkaian ini cocok
untuk konverter daya yang dipasok dengan battery. Topologi ini banyak dipakai untuk daya
sampai 500 Watt.
6. Topologi Boost

Topologi boost bisa menghasilkan tegangan keluaran yang lebih tinggi dibanding tegangan
masukannya (penaik tegangan). Skema konverter ini diperlihatkan di Gb. 6. Jika saklar MOSFET
ditutup maka arus di induktor akan naik (energi tersimpan di induktor naik). Saat saklar dibuka
maka arus induktor akan mengalir menuju beban melewati dioda (energi tersimpan di induktor
turun). Rasio antara tegangan keluaran terhadap tegangan masukan konverter sebanding dengan
rasio antara periode penyaklaran dan waktu pembukaan saklar. Ciri khas utama konverter ini
adalah bisa menghasilkan arus masukan yang kontinyu.
Pada saat ini, topologi boost banyak dipakai dalam penyearah yang mempunyai faktor-daya satu
seperti terlihat di Gb. 7. Pada rangkaian ini, saklar dikendalikan sedemikian rupa sehingga
gelombang arus induktor mempunyai bentuk seperti bentuk gelombang sinusoidal yang
disearahkan. Dengan cara ini, arus masukan penyearah akan mempunyai bentuk mendekati
sinusoidal dengan faktor-daya sama dengan satu. Pengendali konverter semacam ini sekarang
tersedia banyak di pasaran dalam bentuk chip.
7. Topologi Buck-Boost

Skema konverter buck-boost diperlihatkan di Gb. 8. Jika saklar MOSFET ditutup maka arus di
induktor akan naik, Saat saklar dibuka maka arus di induktor turun dan mengalir menuju beban.
Dengan cara ini, nilai rata-rata tegangan beban sebanding dengan rasio antara waktu pembukaan
dan waktu penutupan saklar. Akibatnya, nilai rata-rata tegangan beban bisa lebih tinggi maupun
lebih rendah dari tegangan sumbernya.
Masalah utama dari konverter buck-boost adalah menghasilkan riak arus yang tinggi baik di sisi
masukan maupun sisi keluarannya. Akibatnya, diperlukan tapis kapasitor yang besar di kedua
sisinya. Inilah salah satu alasan mengapa konverter buck-boost jarang dipakai di industri.
Dalam industri, topologi yang sering dipakai adalah turunan buck-boost yang lebih popular
disebut konverter flyback. Skema konverter ini diperlihatkan di Gb. 9. Pada konverter ini, energi
tersimpan di trafo akan naik saat saklar MOSFET ditutup. Saat saklar dibuka, energi tersimpan
di trafo akan dikirim ke beban melalui dioda. Konverter ini sering dipakai untuk menghasilkan
banyak level tegangan keluaran dengan menggunakan beberapa belitan sekunder trafo.
Konverter flyback biasa dipakai untuk daya sampai 100 Watt. Keuntungan utama dari konverter
flyback adalah menggunakan komponen yang paling sedikit dibanding konverter jenis lainnya.
Kelemahan utama dari topologi ini adalah tingginya tegangan yang dirasakan oleh saklar.
8. Kombinasi Konverter

Untuk penerapan yang sangat khusus, kita bisa mengkombinasikan beberapa konverter dasar
sehingga didapat kinerja yang diinginkan. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, kita bisa
menganggap konverter sebagai two-port network yang direpresentasikan seperti terlihat di Gb.
10. Jika konverter bisa dianggap sebagai two-port network seperti di Gb. 10 maka empat macam
kombinasi seperti terlihat di Gb. 11 bisa didapat. Konverter yang dikombinasikan bisa lebih dari
dua. Konverter yang dikombinasikan tidak harus mempunyai topologi yang sama. Dengan
kombinasi semacam ini, keuntungan dari beberapa jenis konverter bisa digabung dan membuang
kelemahannya.
Tergantung pada topologi dasar yang dipakai untuk membentuk two-port network tidak semua
empat macam kombinasi seperti di Gb. 11 bisa didapat. Tidak adanya isolasi galvanis antara sisi
masukan dan keluaran pada beberapa topologi menyebabkan tidak semua kombinasi di Gb. 11
bisa diimplementasikan. Kombinasi semacam ini juga berlaku untuk konverter dc-ac, ac-dc, dan
ac-ac.
KONVERTER AC ke AC
Converter AC ke AC Untuk menjalankan peralatan berat di dunia industri, terkadang kita
membutuhkan suatu sumber AC dengan amplituda dan frekuensi yang berbeda dengan sumber
AC yang disediakan oleh jaringan jala-jala/grid. Dalam hal ini jala-jala yang disediakan oleh
PT.PLN adalah bertegangan 220 AC 50 Hz.

Untuk mengubah tegangan AC 50 Hz tersebut, biasanya kita menggunakan suatu rangkaian


elektronika daya khusus, konverter AC-AC. Konverter AC-AC yang paling dikenal adalah
cycloconverter, yang mampu menurunkan frekuensi sumber sesuai dengan frekuensi yang
diinginkan.

Aplikasi Cycloconverter dapat dilihat pada industri-industri yang menggunakan motor induksi
berdaya besar dan dengan kecepatan yang rendah seperti industri pengolahan semen, aplikasi
pada rolling ball mill, scherbius drive, mine-winders yang berkapasitas lebih dari 20 MW.

Konverter AC-AC banyak juga dipakai pada sistem pembangkit listrik tenaga angin (PLTB)
berdaya besar, dan kecepatan berubah seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut untuk sistem
PLTB segala aplikasi generator.

(a) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed – rotor belitan)

(b) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed back to back conventer)

Sistem variable speed (d) dan (e) adalah sistem PLTB yang dibedakan berdasarkan jenis
generator yang digunakan.
(c) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed) (rotor sangkar)

(d) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed – rotor permanen magnet)

CYCLOCONVERTER DAN KONVERTER MATRIK AC-AC

Cycloconverter yang berbasis pada thyristor memiliki keterbatasan karena menghasilkan


harmonisa yang tinggi, menghasilkan faktor-daya yang rendah, dan hanya mampu menurunkan
frekuensi sumber. Namun karena hanya thyristor memiliki kemampuan daya yang besar dan
mudah didapat hingga saat kini, untuk penerapan konverter AC-AC berdaya besar cycloconverter
masih merupakan satu-satunya pilihan.

Konverter AC-AC bisa juga didesain dengan menggabungkan 2 buah atau lebih jenis konverter,
yang sering disebut dengan istilah konverter matrik. Konverter matrik ini sering digunakan
sebagai pengganti cycloconverter karena memiliki topologi yang lebih sederhana, biasanya
berupa sistem rectirfier-inverter yang berbasis pada saklar GTO/IGBT. Sayangnya karena
terbatasnya komponen saklar ini, masih sedikit perusahaan yang mampu memproduksinya dan
memasarkannya. Keunggulan teknologi konverter matrik AC-AC ini adalah sudah mampu
mengatasi masalah harmonisa dan faktor-daya. Frekuensinya keluaran yang lebih tinggi dari
sumber juga bisa dengan mudah dihasilkan.

1. CYCLOCONVERTER

Secara sederhana rangkaian elektronika daya cycloconverter satu phasa dapat dilihat pada gambar
2(a). Untuk lebih mudah memahami kerja rangkaian ini dapat dibayangkan dengan cara membagi
topologi ini menjadi 2 buah rangkaian konverter tyristor-P dan rangkaian konverter tyristor-N
paralel yang nantinya bekerja secara bergantian. Konverter tyristor-P bekerja untuk membentuk
arus keluaran AC pada saat periode positip-nya, sedangkan konverter tyristor-N bekerja
setelahnya untuk membentuk arus keluaran AC pada periode negatifnya.
Yang perlu penulis tekankan disini, komponen utama yang digunakan pada topologi ini adalah
8 buah thyristor yang dihubungkan seperti rangkaian penyearah 1 fasa (jembatan penuh) yang
dihubungkan secara anti-paralel.

Gambar 2 Prinsip Kerja


Single Phase Cycloconverter

Berikut adalah salah satu contoh apabila kita ingin mengubah sumber tegangan AC 50 Hz
menjadi frekuensi yang lebih rendah (pada gambar 3 menjadi 16,67 Hz). Rangkaian konverter
tyristor lengan kiri bekerja sedemikian rupa dengan memainkan sudut penyalaannya selama 1,5
periode sumber. Konverter tyristor lengan kanan bekerja setelahnya dengan sudut penyalaan yang
sama.

Yang perlu diperhatikan disini adalah ada banyak cara yang bisa digunakan untuk memainkan
sudut penyalaan atau memainkan integral cycle tegangan sumber agar dapat menghasilkan
tegangan AC frekuensi rendah yang memiliki harmonisa yang lebih kecil. Gambar 3 ini hanyalah
salah satu contoh teknik kendali yang paling sederhana.
Gambar 3
Bentuk gelombang tegangan masukan dan keluaran cycloconverter

Cycloconverter 3-fasa memiliki topologi yang mirip dengan cycloconverter 1-fasa. Gambar 4
menunjukkan contoh cycloconverter 3-fasa dalam aplikasinya untuk menggerakan motor 3-fasa.

Gambar 4 Cycloconverter 3-fasa

Bentuk gelombang keluaran sinus dari cycloconverter dapat diperoleh dengan cara menambah
jumlah pulsa sumbernya. Menggunakan 6-pulsa untuk cycloconverter 1 fasa, dan 12 pulsa untuk
cycloconverter 3 fasa.

Gambar 5 (a) adalah bentuk gelombang keluaran dengan sumber masukan gelombang AC 6-
pulsa (3-fasa). Sedangkan gambar (b) adalah bentuk gelombang keluaran dengan sumber
masukan gelombang AC 12-pulsa (6-fasa). Gelombang AC enam fasa dapat dihasilkan dengan
cara menjumlahkan gelombang AC tiga fasa dengan gelombang AC tiga fasa tersebut yang
digeser sudutnya sejauh 30 derajat dengan menggunankan trafo tiga phasa hubungan wye-delta
(trafo penggeser fasa).
Gambar 5
Bentuk Gelombang Keluaran Cycloconverter (a) dengan menggunakan 6-pulsa (b) dengan
menggunakan 12-pulsa

Pada gambar 5, saat cycloconverter dihubungkan dengan beban RL, dapat dilihat bahwa
setiap konverter tyristor pada rangkaian eqivalen pernah bekerja pada fase retifying dan
inverting. Apabila tegangan keluaran dan arus keluaran dari konverter bernilai positip itu artinya
konverter-P bekerja sebagai penyearah. Sedangkan bila tegangan keluaran bernilai negatif dan
arus keluaran bernilai positip itu artinya aliran daya mengalir dari beban ke sumber, konverter-P
bekerja sebagai inverter. Pada fase berikutnya konverter-P akan berhenti bekerja kemudian
konverter-N akan bekerja menggantikan peran konverter-P untuk membentuk fase selanjutnya
(arus beban negatif).

Gambar 6 Kondisi
kerja konverter-P dan konverter-N saat cycloconverter terhubung dengan beban RL

MATRIK KONVERTER

Untuk mengubah frekuensi suatu sumber tegangan dapat juga diperoleh melalui dua tahap
berikut, yaitu mengubah sumber AC menjadi DC kemudian diubah lagi menjadi AC frekuensi
tinggi (AC-DC-AC) atau AC-AC-AC, atau biasa disebut DC link dan AC lik. Untuk
menghasilkan tegangan keluaran AC yang memiliki amplituda dan frekuensi yang bervariasi,
biasanya inverter dikendalikan dengan kendali PWM.

Pada prinsipnya AC link dan DC link adalah sama. Yang membedakan hanya, pada AC link,
tegangan bolak-balik sumber dinaikkan menjadi AC frekuensi tinggi terlebih dahulu dengan
menggunkana (rectifier + inverter + transformer frekuensi tinggi), selanjutnya dengan
menggunakan cycloconverter diturunkan lagi frekuensinya sesuai dengan frekuensi yang
diinginkan. Dengan cara ini keterbatasan komponen GTO/IGBT dapat diatasi.

Gambar 6 DC
Link Konverter Matrik AC-AC

B. Penyearah 1 Fasa Terkendali

Seperti telah dijelaskan pada modul terdahulu bahwa pada penyearah


dengan dioda sebagai komponen pensakelaran akan menghasil tegangan
keluaran yang tetap. Dalam hal ini untuk mengendalikan/ mengatur
tegangan keluaran penyearah hanya dapat dilakukan dengan menggunakan
komponen pensakelaran yang memungkinkan untuk mengatur tegangan fasa
keluaran.

Tegangan keluaran dari penyearah ini dapat diatur/ dikendalikan dengan


menvariasikan besarnya sudut perlambatan penyalaan dari komponen
thyristor.

Komponen pensakelaran thyristor dinyalakan dengan cara memberikan


tegangan pulsa sesaat (Vg) yang cukup pada kaki gate. Sementara proses
pemadamannya dilakukan dengan pemadaman secara natural, yaitu
pemadaman dengan cara memberikan tegangan arah balik Vak(-) pada
thyristor pada saat arus anoda katoda tepat sama dengan nol.

Penyearah terkendali biasa juga disebut dengan converter ac-dc terkendali

dan digunakan secara luas untuk keperluan industri.

 Terdapat dua jenis penyearah terkendali, yaitu:

1. penyearah terkendali 1 fasa (Single phase converters)

2. Penyearah terkendali 3 fasa (Three-phase converters)

Setiap jenis converter ac-dc terkendali dapat dikategorikan menjadi:

3. Konverter ac-dc semi terkendali (semiconverter)

4. konverter ac-dc terkendali penuh (full converter)

5. konverter ac-dc ganda (dual ac-dc converter)

Konverter semi terkendali merupakan converter ac-dc 1 kuadran, dan hanya


mempunyai 1 polaritas positif untuk tegangan dan arus keluaran.

Konverter terkendali penuh sistem jembatan merupakan converter 2


kuadran, yang memungkinkan tegangan mempunyai polaritas positif (+)
atau negative (-), sementara arus keluaran hanya mempunyai polritas positif
(+).

Konverter ganda (dual converter) merupakan converter 4 kuadran, yang


memungkinkan tegangan dan arus keluaran mempunyai polaritas positif,
ataupun negative.
1. Penyearah 1 Fasa Terkendali ½ Gelombang

Gambar 5.1 berikut ini menunjukkan rangkaian daya dari suatu


penyearah 1 fasa ½ gelombang dengan beban resistor (R). Untuk
setengah siklus positif dari tegangan sumber thyristor T mengalami
tegangan arah maju yang menyebabkan thyristor konduksi (on state),

dan akan aktif mulai dari t = dan menyebabkan mengalirnya arus


pada beban, sekaligus menyebabkan tegangan pada sisi beban R. Bila

tegangan masukan berubah arah ke negative pada t = , thyristor


mengalami tegangan arah balik dan menyebabkan thyristor berubah dari
keadaan on ke keadaan off (off state). Sudut perlambatan penyalaan

,didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh tegangan masukan


berubah menjadi negatife dimana pada saat tersebut thyristor dinyalakan.

Gambar 5.1 – Penyearah Terkendali 1 fasa ½ Gelombang


beban Resistor (R)

Tegangan rata-rata keluaran Vdc ditentukan dengan persamaan berikut:


The average output voltage Vdc is given by
Tegangan keluaran Vdc dapat divariasikan dari Vm/ to nol volt dengan

cara memvariasikan sudut perlambatan penyalaan  dari nol sampai


dengan 

Selanjutnya besarnya tegangan rms diberikan melalui persamaan:

Contoh Soal

Konverter ac-dc terkendali seperti gambar berikut dibebani dengan beban


resistof dan sudut perlambatan penyalaan   , Tentukan:
2
a. tegangan dc keluaran
b. arus beban

c. daya yang diserap beban

d. daya masukan pada sisi ac

Vs = Vm sin t
Solution


sudut perlambatan penyalaan   
2

Vdc = 0.1592 Vm
2. Penyearah 1 Fasa Terkendali Gelombang Penuh

Penyearah 1 fasa terkendali gelombang penuh merupakan


pengembangan dari penyearah 1 fasa ½ gelombang. Penyearah ini terdiri
dari empat buah komponen pensakelaran yang dapat dikendalikan secara
berpasang-pasangan. Penyearah jenis ini pada umumnya banyak
digunakan untuk menghasilkan catu daya teregulasi dengan kemampuan
yang relatif lebih kecil. Gambar 5.3 merupakan rangkaian daya dari suatu
penyearah 1 fasa terkendali gelombang penuh dengan beban yang
dominan induktif, sehingga bentuk arus yang mengalir pada sisi beban
canderung merupakan arus dc rata. Thyristor T1 and T2 mengalami
tegangan arah maju selama setengah siklus dari tegangan sumber. Bila ke

dua thyristor dinyalakan secara bersamaan pada t = , maka beban


dihubungkan pada sumber melalui T1 dan T2. Thyristors T1 dan T2 akan

terus mengantar pada daerah t =  sebagai akibat penggunaan jenis


beban dominan induktif. Selama setengah silus negatif, thyristor T1 dan T2

akan mengalami tegangan arah maju, dan pada saat t =  +  thryristor


T1 dan T2 akan mengalami tegangan arah balik (reversed biased) dan akan
pada (off) bersamaan dengan terjadinya komutasi alami dari tegangan
sumber. Selanjutnya pada periode   t  , tegangan dan arus masukan
akan bernilai positif dan akan mengali menuju beban. Mode operasi
konverter pada kondisi ini adalah mode penyearah (rectification mode).

Gambar 5.3 – Penyearah 1 Fasa Terkendali Gelombang Penuh


Beban Dominan Induktof

Seperti pada gambar pada periode   t   + , tegangan


masukan akan bernilai negatif, arus masukan bernilai positif yang
menghasilkan daya mengalir pada beban dari sumber. Dalam hal ini
konverter beroperasi pada mode pembalik tegangan (inverter mode).
Konverter ini dapat menyulai daya dengan operasi 2 kuadrant dimana
tegangan keluaran dapat bernilai positif, ataupun negatif dan sangat
ditentukan oleh nilai sudut perlambatan penyalaan.
Tegangan keluaran rata-rata dinyatakan persamaan:

Tegangan keluaran dapat divariasikan dalam range 2Vm/

sampai dengan -2Vm/ dengan cara memvariasikan sudut perlambatan

penyalaan dari 0 sampai dengan . Besarnya tegangan efektif keluaran


dinyatakan dalam bentuk persamaan:

3. Penyearah 3 Fasa ½ Gelombang

Penyearah terkendali 3 fasa ½ gelombang menghasilkan


tegangan keluaran pada sisi beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan
penyearah 1 fasa sistem jembatan. Demikian juga frekuensi riak tegangan
keluaran converter ac-dc 3 fasa lebih tinggi dibandingkan dengan penyearah
terkendali fasa tunggal. Gambar 5.4 memperlihatkan gelombang
tegangan masukan dan keluaran penyearah 3 fasa ½ jembatan. Seperti
pada gambar 5.4, thyristor T1 dinyalakan pada

t = /6 + oleh karena Van mempunyai sudut lebih positif pada


interval /6  t  5/6. Thyristor T2 dinyalakan pada

t = 5/6 + karena Vbn mempunyai sudut fasa yang lebih positif pada

120° listrik berikutnya. Jika Thyristor T2 dalam keadaan konduksi ,


thyristor T1 akan berada dalam keadaan off state sejalan dengan nilai
tegangan fasa ke fasa Vab berada dalam kondisi negative. Thyristor T3 akan
dinyalakan pada saat t = 3/2 + bersamaan dengan itu thyristor
T2 akan berada pada keadaan off .

Gambar 5.4 Penyearah Terkendali 3 Fasa ½ Gelombang

Arus beban pada gambar 5.4 merupakan arus continue


disebabkan oleh beban merupakan beban yang dominan induktif. Khusus

untuk beban resistof murni dan sudut perlambatan penyalaan  > /6,
maka arus beban akan merupakan arus discontinue, dan setiap thyristor
mengalami komutasi pada saat polaritas tegangan fasa akan berada pada
daerah negative. Frekuensi dari riak tegangan keluaran pada keadaan ini
adalah sebesar 3fs, dengan fs merupakan frekuensi tegangan suplai.
Konverter ini biasanya tidak digunakan pada rangkaian sederhana oleh
karena arus masukan mengandung komponen dc yang cukup besar.

Khusus untuk arus beban continue, tegangan rata-rata pada sisi

keluaran pada sisi beban ditentukan dengan cara:

Selanjutnya tegangan efektif pada sisi keluaran dinyatakan dalam

bentuk:
Untuk beban resistif dan   /6, maka tegangan rata-rata pada
sisi beban dinyatakan dalam bentuk:

Dan tegangan efektif pada sisi beban untuk beban resistof


dinyatakan dengan:

5. Penyearah 3 Fasa Terkendali Sistem Jembatan

Penyearah 3 fasa terkendali sistem jembatan merupakan


penyearah 3 fasa gelombang penuh. Diagram penyearah 3 fasa
gelombang penuh dengan beban dominant induktif diperlihatkan
pada gambar 5.7 bersama-sama dengan gelombang tegangan dan
arus pada sisi masukan dan keluaran.
Gambar 5.7 Konverter 3 Fasa Terkendali Gelombang Penuh

Konverter jenis ini merupakan converter 3 fasa dengan


operasi 2 kuadran, dimana thyristor dinyalakan pada interval /3.
Oleh karena thyristor dinyalakan setiap selang 60°, maka frekuensi
dari tegangan riak keluaran adalah 6 kali frekuensi tegangan
sumber. Pada interval t = /6 + thyristor T6 sudah berada
dalam keadaan aktif (on state) dan thyristor T1 dinyalakan. Pada
interval /6  t  /2, thyristor T1 dan T6 konduksi dengan
tegangan jaring Vab dirasakan pada sisi beban. Selanjutnya pada
interval t = /2 + thyristor T2 diaktifkan bersamaan dengan
tidak aktifnya (off state) thyristor T6 dengan komutasi natural. Hal ini
disebabkan karena pada saat thyristor T2 diaktifkan, tegangan jaring
pada thyristor T6 berada pada nilai positif (Vbc), sehingga thyristor
T6 mengalami tegangan arah balik. Kemudian pada interval (/2
+ )  t  (5/6 + ), thyristor T1 dan T2 akan konduksi dan
menyebabkan tegangan beban sama besar dengan tegangan jaring
(line to line voltage). Urutan konduksi dari ke 6 buah thyristor
akan mengikuti pola T1T2, T3T3, T3T4, T4T5, T5T6, dan T6T1.

Penentuan Besarnya tegangan rata-rata dan tegangan


efektif (rms) pada sisi beban.

Dengan memisalkan tegangan fasa netral dinyatakan dalam


bentuk:

Hubungan tegangan jaring (line to line voltages) dinyatakan


dalam bentuk persamaan:
Nilai tegangan keluaran rata-rata (average output voltage)

ditentukan dengan persamaan:

Besarnya tegangan maksimum keluaran pada sisi beban

diperoleh pada sudut perlambatan penyalaan = 0, dan


dinyatakan dengan:

Nilai tegangan efektif pada sisi beban ditentukan dengan


persamaan:
1. Penyearah 3 fasa terkendali ½ gelombang dengan beban resistor
murni sebesar 100 ohm (gambar 5.4). Gambarkan bentuk

gelombang tegangan dan arus masukan dan keluaran dengan


sudut perlambatan penyalaan   , serta tentukan:
6
a. Gambarkan rangkaian daya dan jelaskan cara kerja penyearah
tersebut.

b. Tegangan Vdc (rata2) dan tegangan Vdc (efektif)

c. Arus dan daya pada beban

2. Penyearah 3 fasa terkendali gelombang penuh dengan beban


resistor murni sebesar 100 ohm seperti gambar 5.7. Gambarkan
bentuk gelombang tegangan dan arus masukan dan keluaran


 , serta tentukan:
dengan sudut perlambatan penyalaan 6
a. Gambarkan rangkaian daya dan jelaskan cara kerja
penyearah tersebut.

b. Tegangan Vdc (rata2) dan tegangan Vdc (efektif)

c. Arus dan daya pada beban

1.2 fungsi dan kelebihannya masing-masing. Tak jauh berbeda dengan converter atau yang sering
disebut dengan konverter ini merupakan suatu alat elektronika yang nantinya difungsikan untuk
mengkonverensi arus-arus output atau arus DC maupun AC. Alat yang satu ini seringkali
dimanfaatkan untuk mengubah rangkaian arus tertentu entah itu dari arus DC ke AC ataupun
sebaliknya. Dengan begitu, Anda bisa mendapati keperluan arus yang sesuai, bila pun ada
pengubahan dapat Anda sesuaikan dengan alat ini.

Di lihat dari kinerjanya, alat yang satu ini memang canggih dan sudah banyak diterapkan untuk
beberapa kebutuhan. Salah satu hingga beberapa diantara juga dapat Anda terapkan untuk
keperluan di setiap hari. Yang mana dengan adanya alat ini dapat dimanfaatkan untuk mengubah
arah dan nantinya akan menyeimbangkan arus yang dibutuhkan. Sehingga dalam kata lain arus
sebelum tak menjadi masalah ataupun tak menimbulkan resiko pada komponen berarus lainnya
karena alat ini telah mengantisipasinya.

Alat yang digunakan untuk mengubah daya listrik atau yang disebut dengan converter ini seringkali
dimanfaatkan pada dunia elektronika dan industri. Dimana pada alat ini, dapat difungsikan sebagai
pengubah arus listrik yang searah menjadi bolak-balik ataupun sebaliknya. Di samping itu,
difungsikan pula sebagai penyeimbang arus listrik bilamana diterapkan pada suatu benda yang
bermuatan listrik tertentu.

Ketika kita mempelajari elektronika, yang pertama harus kita lakukan adalah mempelajari
dan mengenal terlebih dahulu komponen-komponen dasar elektronika. Dengan begitu
maka kita akan lebih mudah mempelajari elektronika dan membangun suatu sistem
elektronika yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah 5
jenis komponen dasar elektronika beserta fungsi dan simbolnya yang harus kamu ketahui,
terdiri dari resistor, kapasitor, induktor, dioda, dan transformator.

1. Resistor

Resistor bila diterjemahkan artinya tahanan atau hambatan, yang berfungsi untuk
menghambat arus yang mengalir dalam suatu rangkaian tertutup. Kemampuan resistor
menghambat suatu arus kita disebut resistansi yang dinyatakan dalam satuan Ohm (Ω).
Besarnya nilai resistansi suatu resistor dapat kita lihat dari gelang-gelang warna yang terdapat
pada badan resistor.

Gambar dan Simbol Resistor

2. Kapasitor

Kapasitor merupakan salah satu dari 5 komponen dasar elektronika yang fungsinya penting
untuk kamu ketahui karena sering digunakan. Kapasitor atau disebut juga dengan
kondensator merupakan komponen yang mampu menyimpan dan melepaskan muatan listrik.

Satuan dari kapasitor disebut dengan Farad, yang menunjukkan kemampuan kapasitor dalam
menyimpan muatan listrik atau kapasitansi. Farad diambil dari nama Michael Faraday,
seorang ilmuan yang menemukan kapasitor.

Gambar dan Simbol Kapasitor


3. Induktor

Induktor adalah komponen yang digunakan sebagai beban induktif. Induktor berfungsi
sebagai penyimpanan energi dimedan magnet akibat tegangan listrik yang melaluinya.
Induktor yang ideal terdiri dari kawat yang dililit tanpa adanya nilai resistansi. Sifat-sifat
elektrik dari sebuah induktor ditentukan oleh panjangnya induktor, diameter induktor, jumlah
lilitan, dan bahan yang mengelilinginya. Nilai induktansi sebuah induktor dinyatakan dalam
satuan Henry.

Gambar dan Simbol Induktor

4. Dioda

Dioda adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengahantarkan arus listrik ke
satu arah dan menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Dioda bisa juga digunakan untuk
mengontrol arus, yakni sebagai saklar elektronik. Dioda terdiri dari 2 komponen elektroda
yaitu Anoda dan Katoda.

Gambar dan Simbol Dioda


5. Transistor

Transistor merupakan komponen dasar elektronika yang harus kamu ketahui karena memiliki
banyak fungsi dan merupakan komponen yang memegang peranan sangat penting dalam
dunia elektronika modern ini. Pada prinsipnya transistor terdiri atas dua buah dioda yang
disatukan. Transistor terdiri dari 3 kaki yaitu Basis (B), Colector (C), dan Emitor (E). Agar
transistor dapat bekerja, kepada kaki-kakinya harus diberikan tegangan, tegangan ini
dinamakan bias voltage. Basis-Emitor diberikan forward voltage, sedangkan Basis-Colector
diberikan reverse voltage. Sifat transistor adalah bahwa antara Colector dan Emitor akan ada
arus (transistor akan menghantarkan) bila ada arus basis. Makin besar arus basis makin besar
penghantarannya.

Beberapa fungsi transistor diantaranya adalah sebagai penguat arus, sebagai Switch,
stabilitasi tegangan, modulasi sinyal, penyearah dan lain sebagainya.

Gambar dan Simbol Transistor

Bagaimana
prinsip kerja dari konversi ac ke ac?
Cycloconverter adalah rangkaian elektronika daya yang dapat mengubah gelombang
masukan AC dengan frekuensi tertentu ke gelombang keluaran AC dengan frekuensi yang
berbeda. Pada Figure 1(a) dapat dilihat rangkaian daya cycloconverter satu phasa. Untuk
lebih mudah memahami kerja rangkaian ini sehingga dapat menurunkan frekuensi sumber
adalah dengan cara membagi topologi ini menjadi 2 buah rangkaian konverter tyristor-P dan
rangkaian konverter tyristor-N yang bekerja secara bergantian, seperti terlihat pada Figure
1(b). Konverter tyristor-P bekerja untuk membentuk arus keluaran pada saat periode positip-
nya, sedangkan konverter tyristor-N bekerja setelahnya untuk membentuk arus keluaran pada
periode negatif arus keluaran.

Pada Figure 2 terlihat bahwa untuk mengubah sumber tegangan AC 50Hz menjadi frekuensi
yang lebih rendah (16,67Hz), rangkaian konverter tyristor lengan kiri bekerja sedemikian
rupa dengan memainkan sudut penyalaannya selama 1,5 periode sumber. Konverter tyristor
lengan kanan bekerja setelahnya.
Pada Figure 3 terlihat bahwa untuk mengubah sumber tegangan AC 50Hz menjadi
frekuensi yang lebih rendah (10Hz), rangkaian konverter tyristor lengan kiri bekerja
sedemikian rupa dengan memainkan sudut penyalaannya selama 2,5 periode sumber.

Dari Figure 4. dapat dilihat bahwa setiap konverter tyristor pada rangkaian eqivalen
pernah bekerja pada fase retifying dan inverting. Apabila tegangan keluaran dan arus
keluaran dari konverter bernilai positip itu artinya konverter-P bekerja sebagai
penyearah. Sedangkan bila tegangan keluaran bernilai negatif dan arus keluaran bernilai
positip itu artinya aliran daya mengalir dari beban ke sumber, konverter-P bekerja
sebagai inverter. Pada fase berikutnya konverter-P akan berhenti bekerja kemudian
konverter-N akan bekerja menggantikan peran konverter-P untuk membentuk fase
selanjutnya (arus beban negatif).
11. Bagaimana prinsip kerja dari konversi dc ke dc?
Pengubah daya DC-DC (DC-DC Converter) tipe peralihan atau dikenal juga dengan sebutan
DC Chopper dimanfaatkan terutama untuk penyediaan tegangan keluaran DC yang bervariasi
besarannya sesuai dengan permintaan pada beban. Daya masukan dari proses DC-DC
tersebut adalah berasal dari sumber daya DC yang biasanya memiliki tegangan masukan yang
tetap. Pada dasarnya, penghasilan tegangan keluaran DC yang ingin dicapai adalah dengan
cara pengaturan lamanya waktu penghubungan antara sisi keluaran dan sisi masukan pada
rangkaian yang sama. Komponen yang digunakan untuk menjalankan fungsi penghubung
tersebut tidak lain adalah switch (solid state electronic switch) seperti misalnya Thyristor,
MOSFET, IGBT, GTO. Secara umum ada dua fungsi pengoperasian dari DC Chopper yaitu
penaikan tegangan dimana tegangan keluaran yang dihasilkan lebih tinggi dari tegangan
masukan, dan penurunan tegangan dimana tegangan keluaran lebih rendah dari tegangan
masukan.

 Prinsip kerja step – down choppers

Pada gambar (a), jika saklar SW ditutup pada saat t1, maka tegangan Vs akan melalui beban.
Jika saklar dimatikan atau di buka pada saat t2, tegangan yang melewati beban adalah nol.
Betuk gelombang output dan arus beban ditunjukan pada gambar (b). penggunaansaklar pada
chopper dapat implementasikan dengan menggunakan,Power BJT,Power MOSFET,GTO
atau SCR

 Prinsip kerja step –up chopper

Pada gambar (a), jika saklar SW ditutup pada saat t1,aruskan mengalir pada inductor dan
akan menyimpan energy pada inductor tersebut.Jika saklar terbuka pada saat t2, energy yang
tersimpan pada pada inductor dialirkan kebeban, betuk gelombang yang dihasilkan arus
inductor dapat dilihatpada gambar (b).
12. Bagaimana prinsip kerja dari konversi dc ke ac?
Konverter dc-ac dikenal juga sebagai inverter. Prinsip kerja inverter dapat dijelaskan dengan
menggunakan 4 sakelar seperti ditunjukkan pada gambar dibawah. Bila sakelar S1 dan S2
dalam kondisi on, maka akan mengalir arus DC ke beban R dari arah kiri ke kanan. Apabila
yang hidup adalah sakelar S3 dan S4 maka akan mengair aliran arus DC ke beban R dari arah
kanan ke kiri. Inverter biasanya menggunakan rangkaian modulasi lebar pulsa atau yang
disebut Pulse Width Modulation dalam proses konversi tegangan DC menjadi AC.

 Inverter 1 Fasa

Pada dasarnya inverter merupakan sebuah alat yang membuat tegangan bolak-balik dari
tegangan searah dengan cara pembentukan gelombang tegangan. Namun gelombang
tegangan yang terbentuk dari inverter tidak berbentuk sinusoida melainkan berbentuk
gelombang dengan persegi. Pembentukan tegangan AC tersebut dilakukan dengan
menggunakan dua pasang saklar. Berikut ini merupakan gambar yang akan menerangkan
prinsip kerja inverter dalam pembentukan gelombang tegangan persegi.

 Inverter 3 fasa

Pada dasarnya prinsip kerja pada inverter 3 Phasa sama dengan inverter 1 phasa. Yaitu
dengan mengubah arus searah menjadi bolak-balik dengan frekuensi yang beragam. Dimana
tegangan arus DC ini dihasilkan oleh sirkuit converter untuk kemudian diubah lagi menjadi
arus AC oleh sirkuit inverter.

Konverter jenis buck merupakan konverter penurun tegangan yang mengkonversikan tegangan
masukan DC menjadi tegangan DC lainnya yang lebih rendah. Seperti terlihat pada gambar 2,
rangkaian ini terdiri terdiri atas satu saklar aktif (MOSFET), satu saklar pasif (diode), kapasitor
dan induktor sebagai tapis keluarannya.

Gambar 2 Rangkaian konverter DC-DC tipe buck

Untuk tegangan kerja yang rendah, saklar pasif (dioda) sering diganti dengan saklar aktif
(MOSFET) sehingga susut daya pada saklar bisa dikurangi. Apabila menggunakan 2 saklar
aktif, kedua saklar ini akan bekerja secara bergantian, dan hanya ada satu saklar yang menutup
setiap saat. Nilai rata-rata tegangan keluaran konverter sebanding dengan rasio antara waktu
penutupan saklar (saklar konduksi/ON) terhadap periode penyaklarannya. Biasanya nilai faktor
daya ini tidak lebih kecil dari 0.2, karena jika dioperasikan pada rasio tegangan yang lebih
tinggi, saklar akan bekerja dibawah keandalannya dan menyebabkan efisiensi konverter turun.
Untuk rasio (Vd/Ed) yang sangat tinggi, biasanya digunakan konverter DC-DC yang terisolasi
atau topologi yang dilengkapi dengan trafo.

IMPLEMENTASI

Konverter AC ke AC (Cycloconverter atau Matrix)

Konverter AC ke AC atau biasa disebut dengan Cycloconverter / Matrix adalah suatu


rangkaian yang dapat mengubah arus AC tetap menjadi arus AC yang dapat dikendalikan
atau diatur. Konverter AC ke AC memiliki fungsi mengubah energi listrik arus bolak balik
menjadi arus bolak balik dengan tegangan maupun frekuensi yang lain. Misalnya listrik AC
220 V dengan frekuensi 50 Hz diubah menjadi listrik AC 110 V dengan frekuensi 100 Hz.

Konverter DC ke DC (Chopper)

Konverter DC ke DC adalah suatu rangkaian yang dapat mengubah arus DC tetap menjadi
arus DC yang dapat dikendalikan atau diatur. Fungsinya adalah mengubah arus searah ke
dalam besaran yang berbeda. Misalnya listrik DC 15V diubah menjadi listrik DC 5V.

Konverter DC ke AC (Inverter)

Konverter DC ke AC atau yang biasa disebut Inverter adalah suatu rangkaian dapat
mengubah arus DC tetap menjadi arus AC yang dapat dikendalikan atau diatur. Konverter
DC ke AC memiliki fungsi mengubah listrik searah menjadi listrik bolak-balik pada tegangan
serta frekuensi yang bisa diatur. Misalnya listrik DC 12 V dari akumulator diubah menjadi
listrik tegangan AC 220V dengan frekuensi 50 Hz.

Anda mungkin juga menyukai