Oleh
DAVID 071001500001
AGUNG MAULANA IRFAN 071001500009
ALDO STEVANS SAMAT 071001500012
CORNELIUS 071001500037
MIKHAEL RUMBANG 071001500082
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2018
ANALISA REPARASI SUMUR X-15
Oleh
DAVID 071001500001
AGUNG MAULANA IRFAN 071001500009
ALDO STEVANS SAMAT 071001500012
CORNELIUS 071001500037
MIKHAEL RUMBANG 071001500082
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
DAVID 071001500001
AGUNG MAULANA IRFAN 071001500009
ALDO STEVANS SAMAT 071001500012
CORNELIUS 071001500037
MIKHAEL RUMBANG 071001500082
i
ABSTRAK
DAVID 071001500001
AGUNG MAULANA IRFAN 071001500009
ALDO STEVANS SAMAT 071001500012
CORNELIUS 071001500037
MIKHAEL RUMBANG 071001500082
Work Over and Well Service merupakan salah satu kegiatan dalam teknik
operasi pada suatu sumur minyak.Pekerjaan ini bertujuan untuk perawatan sumur,
kerja ulang pindah lapisan (KUPL), stimulasi dan reparasi sumur. Dengan
melakukan perawatan dan reparasi sumur maka diharapkan dapat mengembalikan
produksi sumur ke potensi sebelumnya. Sedangkan untuk meningkatkan produksi
suatu sumur dapat dilakukan dengan cara stimulasi sumur dan melakukan kerja
ulang pindah lapisan dengan cara pelubangan (Perforasi) lapisan baru. Salah satu
kegiatan yang dilakukan pada sumur X-15 yaitu kegiatan kerja ulang pindah
lapisan dari formasi Baturaja ke formasi Talangakar karena pada zona lapisan
baturaja terproduksi air 100 %. Kegiatan kerja ulang pindah lapisan dapat
dilakukan apabila tekanan formasi sumur telah dikendalikan.Kegiatan awal untuk
mengamankan sumur disebut dengan Killing Well.Metode Killing Well yang
digunakan pada sumur X-15 yaitu metode BullHead.Setelah kegiatan killing well
berhasil dilakukan maka dilakukan kegiatan squeeze cementing untuk menutup
zona perforasi pada formasi Baturaja.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga
laporan ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak pembimbing Muhammad Soleh Ibrahim, Bapak Bayu
Apriansyah dan Bapak Taufik Fansuri terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya
kepada kami.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….i
ABSTRAK………………………………………………………………............ii
KATAPENGANTAR………………………………………………………….iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….......iv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………......xi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… …...1
I.1 Latar Belakang……………………………………………….............1
I.2 Perumusan Masalah…………………………………………………2
I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian…………………………………......3
I.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………...3
BAB II TINJAUAN UMUM LAPANGAN …………………………………..4
II.1 Geologi Regional……………………………………………………..4
iv
DAFTAR ISI
(Lanjutan)
Halaman
II.4 Sedimentasi Cekungan……………………………………………....10
v
DAFTAR ISI
(Lanjutan)
Halaman
IV.3 Sumber Data…………………………………………………….....40
V.5 Scrubber……………………………………………………………51
V.7 Burner………………………………………………………………52
vi
DAFTAR ISI
(Lanjutan)
Halaman
V.10 Water Injection Plan………………………………………….…54
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
II.1 Sayatan Melintang Fisiografi Cekungan dan Busur
Gunung Api Jawa Barat ............................................................6
II.2 Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara .................................10
III.1 Wettabilitas ................................................................................15
III.2 Water Drive Reservoir ..............................................................16
III.3 Gas Cap Drive Reservoir ..........................................................17
III.4 Solution Gas Drive Reservoir ...................................................18
III.5 Combination Drive Reservoir ..................................................19
III.6 Natural Flow Production ..........................................................28
III.7 Artificial Lift ..............................................................................29
III.8 Kurva IPR 1 Fasa ......................................................................31
III.9 Kurva IPR 2 Fasa ......................................................................31
III.10 Nodal System Analysis ..............................................................36
III.11 Titik Nodal di Pwf .....................................................................36
III.12 Titik Nodal di Pwh ....................................................................37
V.1 Injeksi CF Ke Dalam Sumur....................................................44
V.2 Pencabutan Tubing...................................................................46
V.3 Casing Scrapper ........................................................................47
V.4 Bridge Plug.................................................................................48
V.5 Perforasi ....................................................................................49
V.6 Header Manifold .......................................................................50
V.7 Separator ...................................................................................51
V.8 Scrubber ....................................................................................51
V.9 Amine Flush Drum ...................................................................52
V.10 Burner ........................................................................................52
V.11 CO2Removal ..............................................................................53
V.12 Oil Tank .....................................................................................53
V.13 Water Injection Plan ................................................................54
V.14 Pompa Torak .............................................................................54
viii
DAFTAR GAMBAR
(Lanjutan)
Gambar Halaman
V.15 Mini Compressor .....................................................................55
A.1 Penampang Sumur ..................................................................58
A.2 Kegiatan Kerja Praktek 1 .......................................................59
A.3 Kegiatan Kerja Praktek 2 .......................................................60
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
V.1 Klasifikasi Semen ......................................................................45
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN Halaman
A. KEGIATAN KERJA PRAKTEK ……………………………...57
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Industri Minyak dan Gas merupakan industri yang dinamis dan terus
berkembang. Untuk mendukung perkembangan tersebut dibutuhkan sumber daya
manusia yang kompeten dalam mengelola industri ini. Pada produksi minyak dan
gas diutamakan sebuah keuntungan bersama untuk semua kalangan baik untuk
perusahaan itu sendiri dan untuk masyarakat.
Jika suatu sumur sudah tidak lagi bersifat ekonomis untuk diproduksikan
makan ada beberapa cara yang harus dilikukan atau diterapkan terhadap sumur
tersebut sehingga dapat menghasilkan keekonomisan kembali, beberapa caranya
yaitu : Memasang Artificial lift, metode EOR, pressure maintenance, dan
Workover
Pada laporan Kuliah Praktek (KP) ini akan dibahas tentang Evaluasi
Reparasi Sumur X-15 PT Pertamina field Subang yang berlokasi di Cilamaya
Utara. Pada kegiatan reparasi sumur produksi ini dilakukan kegiatan Workover
(WO) yaitu kerja ulang sumur sehingga dapat mendapatkan produksi yang lebih
mengutamakan lagi, karena produksi sebelumnya sumur tersebut sudah tidak lagi
ekonomis untuk terus diproduksi disebabkan lapisan yang sedang diproduksi
kandungan airnya mencapai 100% dan kandungan hidrokarbonnya sudah habis
(0%).
1
mempelajari kenapa dilakukannya Workover, bagaimana pelaksanaan Workover,
dan bagimana hasil dari pekerjaan tersebut.
3. Isolasi zona
4. Equipment Maintenance
Workover (kerja ulang sumur) adalah salah satu kegiatan yang bertujuan
untuk usaha meningkatkan produktivitas sumur dengan cara memperbaiki
masalah atau memperbaiki kerusakan sumur sehingga didapatkan produktivitas
sumur kembali besar. Sebelum dilakukannya kegiatan atau pekerjaan Workover
harus dipastikan beerapa-beberapa pertimbangan, yaitu :
2
3. Bagaimana hasil dari pekerjaan reparasi dari sumur X-15 tersebut?
Adapun manfaat yang diharapkan pada laporan Kerja Praktek (KP) ini
antara lain :
a. Bagi Mahasiswa :
Dapat mengetahui secara langsung semua aspek yang terkait dalam
kegiatan Workover pada sumur produksi
Dapat mengaplikasikan teori-teori dan materi yang didapatkan selama
perkuliahan berlangsung pada dunia kerja secara langsung
Memperoleh kesempatan berlatih bekerja di lapangan
Dapat mengumpulkan data dari lapangan guna penyusunan laporan.
b. Bagi Akademis :
Untuk memperluas perkenalan Universitas Trisakti dan khususnya
program studi Teknik Perminyakan kepada lingkungan masyarakat
dan pihak perusahaan
Mempererat kerja sama antara akademis dengan instansi terkait
c. Bagi Perusahaan :
Laporan kerja praktek dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau usulan
perbaikan seperlunya dalam pemecahan masalah-masalah di perusahaan.
Dapat melihat kondisi perusahaan dari sudut pandang mahasiswa/i yang
melakukan kerja praktek di perusahaan tersebut.
3
BAB II
TINJAUAN LAPANGAN
Cekungan Jawa Barat Utara terdiri dari dua area, yaitu laut (offshore) di
Utara dan darat (onshore) di Selatan (Darman dan Sidi, 2000). Seluruh area
didominasi oleh patahan ekstensional(extensional faulting) dengan sangat minim
struktur kompresional. Cekungan didominasi oleh rift yang berhubungan dengan
patahan yang membentuk beberapa struktur deposenter (half graben), antara lain
deposenter utamanya yaitu Sub-Cekungan Arjuna dan Sub-Cekungan Jatibarang,
juga deposenter yang lain seperti : Sub-Cekungan Ciputat, Sub-Cekungan
Pasirputih. Deposenter-deposenter itu didominasi oleh sikuen Tersier dengan
ketebalan mencapai 5500 m. Struktur yang penting pada cekungan tersebut yaitu
terdiri dari bermacam-macam area tinggian yang berhubungan dengan antiklin
yang terpatahkan dan blok tinggian (horst block), lipatan pada bagian yang turun
pada patahan utama, keystone folding dan mengena pada tinggian batuan dasar.
Struktur kompresional hanya terjadi pada awal pembentukan rift pertama yang
4
berarah relative barat laut-tenggara pada periode Paleogen. Sesar ini akan aktif
kembali pada Oligosen. Tektonik Jawa Barat dibagi menjadi tiga fase tektonik
yang dimulai dari Pra Tersier hingga Plio-Pliostosen. Fase tektonik tersebut
adalah sebagai berikut :
Pada zaman Akhir Kapur awal Tersier, Jawa Barat Utara dapat
dilkasifikasikan sebagai ‘Fore Arc Basin’ dengan dijumpainya orientasi
struktural mulai dari Cileutuh, Sub Cekungan Bogor, Jatibarang, Cekungan
Muriah dan Cekungan Florence Barat yang mengindikasikan kontrol
‘Meratus Trend’. Periode Paleogen (Eosen-Oligosen) di kenal sebagai
Paleogen Extensional Rifting. Pada periode ini terjadi sesar geser mendatar
menganan utama krataon Sunda akibat dari peristiwa tumbukan Lempeng
Hindia dengan Lempeng Eurasia. Sesar-sesar ini mengawali pembentukan
cekungan-cekungan Tersier di Indonesia Bagian Barat dan membentuk
Cekungan Jawa Barat Utara sebagai pull apart basin.
5
Lempeng Hindia.Sebagian besar pergeseran sesar merupakan reaktifasi dari
sesar normal yang terbentuk pada periode Paleogen.
Gambar II.1
Sayatan melintang fisiografi cekungan dan busur gunung api Jawa Barat
6
II.3 Stratigrafi Regional
Stratigrafi umum Jawa Barat Utara berturut-turut dari tua ke muda adalah
sebagai berikut:
Pada fase syn rift berikutnya diendapkan Formasi Talang Akar secara
tidak selaras di atas Formasi Jatibarang. Pada awalnya berfasies fluvio-
deltaic sampai faises marine. Litologi formasi ini diawali oleh perselingan
sedimen batupasir dengan serpih nonmarine dan diakhiri oleh perselingan
antara batugamping, serpih, dan batupasir dalam fasies marine. Pada akhir
sedimentasi, Formasi Talang Akar ditandai dengan berakhirnya sedimentasi
synrift. Formasi ini diperkirakan berkembang cukup baik di daerah
Sukamandi dan sekitarnya. Adapun terendapkannya formasi ini terjadi dari
Kala Oligosen sampai dengan Miosen Awal.
7
berupa paparan maupun yang berkembang sebagai reef buildup manandai
fase post rift yangs secara regional menutupi seluruh sedimen klastik
Formasi Talang Akar di Cekungan Jawa Barat Utara. Perkembangan
batugamping terumbu umumnya dijumpai pada daerah tinggian. Namun,
sekarang diketahui sebagai daerah dalaman. Formasi ini terbentuk pada Kala
Miosen Awal–Miosen Tengah (terutama dari asosiasi foraminifera).
Lingkungan pembentukan formasi ini adalah pada kondisi laut dangkal, air
cukup jernih, sinar matahari ada (terutama dari melimpahnya foraminifera
Spriroclypens Sp).
a) Massive
Anggota ini terendapkan secara tidak selaras di atas Formasi
Baturaja. Litologi anggota ini adalah perselingan batulempung dengan
batupasir yang mempunyai ukuran butir dari halus-sedang. Pada massive ini
dijumpai kandungan hidrokarbon, terutama pada bagian atas. Selain itu
terdapat fosil foraminifera planktonik seperti Globigerina trilobus,
foraminifera bentonik seperti Amphistegina (Arpandi dan Patmosukismo,
1975).
b) Main
Anggota Main terendapkan secara selaras diatas Anggota Massive.
Litologi penyusunnya adalah batulempung berselingan dengan batupasir
yang mempunyai ukuran butir halus-sedang (bersifat glaukonitan). Pada
awal pembentukannya berkembang batugamping dan juga blangket-blangket
pasir, dimana pada bagian ini Anggota Main terbagi lagi yang disebut
dengan Mid Main Carbonat (Budiyani dkk,1991).
8
c) Pre Parigi
Anggota Pre Parigi terendapkan secara selaras diatas Anggota Main.
Litologinya adalah perselingan batugamping, dolomit, batupasir dan
batulanau. Anggota ini terbentuk pada Kala Miosen Tengah-Miosen Akhir
dan diendapkan pada lingkungan Neritik Tengah-Neritik Dalam (Arpandi &
Patmosukismo, 1975), dengan dijumpainya fauna-fauna laut dangkal dan
juga kandungan batupasir glaukonitan.
9
Gambar II.2
Periode awal sedimentasi di Cekungan Jawa Barat Utara dimulai pada kala
Eosen Tengah – Oligosen Awal (fase transgresi) yang menghasilkan sedimentasi
vulkanik darat – laut dangkal dari Formasi Jatibarang. Pada saat itu aktifitas
vulkanisme meningkat. Hal ini berhubungan dengan interaksi antar lempeng di
sebelah selatan Pulau Jawa, akibatnya daerah-daerah yang masih labil sering
mengalami aktivitas tektonik. Material-material vulkanik dari arah timur mulai
diendapkan.
10
Selanjutnya aktifitas vulkanik semakin berkurang sehingga daerah-daerah menjadi
agak stabil, tetapi anak cekungan Ciputat masih aktif. Kemudian air laut
menggenangi daratan yang berlangsung pada kala Miosen Awal mulai dari bagian
barat laut terus ke arah tenggara menggenangi beberapatinggian kecuali tinggian
Tangerang. Dari tinggian-tinggian ini sedimen-sedimen klastik yang dihasilkan
setara dengan formasi Talang Akar.
Pada Akhir Miosen Awal daerah cekungan relative stabil, dan daerah
Pamanukan sebelah barat merupakan platform yang dangkal, dimana karbonat
berkembang baik sehingga membentuk setara dengan formasi Baturaja,
sedangkan bagian timur merupakan dasar yang lebih dalam. Pada kala Miosen
Tengah yang merupakan fase regresi, Cekungan Jawa Barat Utara diendapkan
sediment-sedimen laut dangkal dari formasi Cibulakan Atas. Sumber sedimen
yang utama dari formasi Cibulakan Atas diperkirakan berasal dari arah utara –
barat laut. Pada akhir Miosen Tengah kembali menjauhi kawasan yang
stabil, batugamping berkembang dengan baik. Perkembangan yang baik ini
dikarenakan aktivitas tektonik yang sangat lemah dan lingkungan berupa laut
dangkal. Kala Miosen Akhir – Pliosen (fase regresi) merupakan fase pembentukan
Formasi Parigi dan Cisubuh. Kondisi daerah cekungan mengalami sedikit
perubahan dimana kondisi laut semakin berkurang masuk kedalam lingkungan
paralik.
11
BAB III
TINJAUAN UMUM
12
merupakan batuan sedimen yang tidak bisa dilewati oleh fluida
(impermeable).
1) Porositas (∅)
Dalam reservoir minyak, porositas mengambarkan persentase dari
total ruang yang tersedia untuk ditempati oleh suatu cairan atau gas.
Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume total pori-
pori batuan dengan volume total batuan per satuan volume tertentu, yang
jika dirumuskan:
2) Permeabilitas
Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori untuk
meloloskan/melewatkan fluida. Apabila media berporinya tidak saling
berhubungan maka batuan tersebut tidak mempunyai permeabilitas. Oleh
karena itu ada hubungan antara permeabilitas batuan dengan porositas
efektif.
Sekitar tahun 1856, Henry Darcy seorang ahli hidrologi dari Prancis
mempelajari aliran air yang melewati suatu lapisan batu pasir. Hasil
penemuannya diformulasikan kedalam hukum aliran fluida dan diberi nama
Hukum Darcy.
13
3) Saturasi
Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang
terisi fluida formasi tertentu terhadap total volume pori-pori batuan yang
terisi fluida atau jumlah kejenuhan fluida dalam batuan reservoir per satuan
volume pori. Oleh karena didalam reservoir terdapat tiga jenis fluida, maka
saturasi dibagi menjadi tiga yaitu saturasi air (Sw), saturasi minyak (So), dan
saturasi gas (Sg), dimana secara matematis dapat ditulis:
Rumus Saturasi air (Sw), Saturasi minyak (So), Saturasi gas (Sg) sebagai
berikut:
4) Kompresibilitas
Adalah kemampuan batuan untuk ditekan atau menggambarkan
perubahan volume dalam perubahan tekanan. Terdapat 3 jenis
kompresibilitas yaitu kompresibilitas air (Cw), kompresibilitas minyak (Co),
kompresibilitas gas (Cg).
5) Tekanan Kapiler
Didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang ada antara permukaan
dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan atau cairan-gas) sebagai
akibat dari terjadinya pertemuan permukaan yang memisahkan mereka.
6) Wettabilitas
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk
dibasahi oleh fasa fluida atau kecenderungan dari suatu fluida untuk
14
menyebar atau melekat ke permukaan batuan. Sebuah cairan fluida akan
bersifat membasahi bila gaya adhesi antara batuan dan partikel cairan lebih
besar dari pada gaya kohesi antara partikel cairan itu sendiri. Tegangan
adhesi merupakan fungsi tegangan permukaan setiap fasa didalam batuan
sehingga wettabilitas berhubungan dengan sifat interaksi (gaya tarik
menarik) antara batuan dengan fasa fluidanya. Dalam sistem reservoir
digambarkan sebagai air dan minyak atau gas yang terletak diantara matrik
batuan.
Gambar III.1
Wettabilitas
Water Drive
Jika air berada dibawah zona minyak pada suatu reservoir, maka dengan
tekanan yang dimiliki oleh air ini akan membantu minyak bergerak keatas.
Jika minyak dieksploitasi, tekanan direservoir akan dijaga (mainteained)
oleh gaya hidrostatik air yang masuk menggantikan minyak yang telah
terproduksi. Energi ini dihasilkan oleh air (aquifer) yang berada pada
15
kondisi bertekanan. Pada umumnya reservoir minyak dan gas berasosiasi
dengan aquifer. Dengan merembesnya air ke reservoir sehingga menjadi
suatu tenaga pendorong yang biasa disebut dengan water drive.
Gambar III.2
Water Drive Reservoir
16
minyak. Hal tersebut akan menyebabkan terdorongnya minyak karena
pengembangan dari gas cap akibat penurunan tekanan secara kontinu.
Gambar III.3
Gas Cap Drive Reservoir
17
kritik, maka gas akan mulai bergerak. Hal tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut.
Gambar III.4
Combination Drive
Mekanisme pendorong dari tipe ini adalah kombinasi dari beberapa
tipe pendorong yang telah dijelaskan sebelumnya. Combination drive yang
paling umum adalah kombinasi antara gas cap drive dan water drive. Hal ini
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
18
Berikut gambar mekanisme pendorong kombinasi pada reservoir.
Gambar III.5
19
Unproved reservesmemiliki tingkat ketidakpastian yang lebih besar dari
proved reserved dan digolongkan menjadi probable atau possible.
Ada beberapa metode perhitungan untuk menghitung cadangan,
yaitu sebagai berikut.
a) Metode Volumetrik
Perhitungan ini didasarkan pada peta struktur formasi dan peta
isopach yang didapat dari data log, core, dan drill-stem atau test produksi.
Peta stuktur menunjukan kedalaman yang sama dari formasi, dan struktur
geologinya serta untuk menentukan titik nol dari peta isopach yang
menunjukan batas antara air-minyak.. Peta Isopach menunjukan ketebalan
yang sama dari formasi sehingga dapat menentukan luas areal dengan
ketebalan yang sama . Dari keduanya dapat menentukan volume bulk yang
produktif sebagai reservoir. Persamaan menentukan volume segmen dari
zona produktif:
1) Rumus Pyramidal
An 1
Jika 0,5 maka digunakan perhitungan volumetrik dengan
An
rumus pyramidal sebagai berikut.
h
Vb ( An An 1 An . An 1 )
3
2) Rumus Trapezoidal
An 1
Jika 0,5 maka digunakan perhitungan volumetrik dengan
An
rumus trapezoidal sebagai berikut.
h
Vb ( An An 1 )
2
b) Metode Material Balance
20
Tekanan dan perubahan tekanan pada batas minyak-air adalah sama
diseluruh bagian reservoir.
Saturasi fluida, Permeabilitas Relatif dan porositas batuan adalah
seragam di seluruh bagian reservoir.
Tidak ada tudung gas terproduksi dari tudung gas.
Persamaan saturasi yang digunakan menganggap tidak terjadi
pemisahan fluida secara gravitasi
Tidak ada gas bebas di aquifer.
Jika ada produksi air, pada pembilang ruas kanan ditambahkan Wp.
Aplikasi Material Balance perlu penyesuaian dengan kondisi tekanan
reservoir, yaitu P≥Pb (Undersaturated) atau P<Pb (Saturated).
21
3) Penurunan Hiperbolik, plot log laju produksi terhadap waktu dan log
laju produksi terhadap produksi kumulatif tidak merupakan garis
lurus.
Penambahan kedalaman.
22
1. System suplay equipment, yang dihasilkan oleh mesin-mesin besar
yang dikenal sebagi “prime mover’’ (penggerak utama).
- Substructure.
- Rig floor.
2. Peralatan Pengangkat (Hoisting Equipment)
- Drawwork.
- Drilling line.
3. Sistem Pemutar (Rotary System)
Sistem pemutar berfungsi untuk memutar rangkain pipa bor dan
memberikan beban terhadap rangkaian bor di atas pahat bor (bit)
sehingga terjadinya penggerusan terhadap formasi batuan. Sistem
pemutar terdiri dari tiga sub komponen, yaitu:
- Pahat (bit).
Rangkaian pipa bor digunakan untuk membuat lubang bor sesuai
dengan ukuran dan kedalaman lubang sumur yang telah direncanakan
sebelumnya. Kedalaman lubang sumur yang akan dicapai amat dalam
23
sehingga harus menyabung pipa bor (drill pipe) batang per batang (joint per
joint), penyambungan antara pipa bor tersebut menggunkan sambungan ulir
agar dapat dilepaskan kembali setelah pekerjaan pemboran selesai.
Ada 3 rangkaian pipa bor yaitu drill pipe, drill collar dan bit. Drill
pipe digunakan untuk menyambungkan rangkaian pipa bor agar dapat
mencapai kedalaman lubang sumur yang diinginkan, menyalurkan lumpur
pemboran pada saat pemboran berlangsung, menyalurkan bubur semen,
menyalurkan fluida reservoir ketika melakukan pengujian kandungan
lapisan, meneruskan torsi pada saat kegiatan pemancingan berlangsung dan
membantu pada saat pelaksanaan pemboran berarah (directional drilling).
Drill collar berfungsi untuk memberikan beban terhadap bit pad saat
pemboran berlangsung, memberikan kekakuan terhadap rangkaian pipa bor,
menyalurkan fluida pemboran pada saat pemboran berlangsung dan uji
kandungan lapisan.
Pada ujung rangkaian pipa bor dipasang sebuah pahat bor (bit), pahat
bor (bit) berfungsi untuk menghancurkan formasi batuan agar dapat
membuat lubang sumur, untuk mendapatkan inti batuan pada saat coring
job, dan menghancurkan fishing pada saat fishing job.
c) Sistem Sirkulasi
Mengontroltekananformasi.
Mendinginkandanmelumasipahat.
Media logging/penilaianformasi.
24
Tempat persiapan lumpur pemboran terdiri dari peralatan-
peralatan yang diatur untuk memberikan fasilitas persiapan atau
“treatment” lumpur bor.
4) Conditioning area.
Annular preventer.
Drilling spool.
Casing head.
Choke manifold.
Kill line.
25
III.2.3 Komplesi Sumur
26
Well deepening akan menggunakan diameter yang lebih kecil.
27
Titik Nyala (Flash Point)
Tekanan Gelembung (Bubble Point Pressure, Pb)
Kelarutan Gas dalam Minyak (Rs)
Faktor Volume Formasi Minyak (Bo)
Viscositas Minyak (µo)
FVF air
Viscositas air (µw)
Kelarutas gas dalam air (Rsw)
Viscositas gas (µg), dan lain-lain
3) Geometri dan Daerah Pengurasan
4) Perbedaan Tekanan Reservoir dan Tekanan Dasar Sumur (Pwf)
Parameter diatas akan menentukan kemampuan fluida mengalir dari
reservoir ke dasar sumur (Productivity Index / PI, dan Inflow Perfomance
Relationship / IPR).
28
Gambar III.6
Natural Flow Production
b) Artificial Lift
Dikenal dengan sumur sembur buatan yaitu apabila tekanan reservoir
sudah tidak mampu mendorong migas sampai ke permukaan maka
diperlukan bantuan dari luar misalnya dengan pompa atau gas lift.
Separator
Flowline
Tubing
Pompa
FORMASI PRODUKTIF
Perforation
8/24/2010 Tek Prod bu Yuni 2
Gambar III.7
Artificil Lift
29
III.3.3 Productivity Index (PI)
Pada kondisi ini sudah ada gas yang terbentuk. Hubungan antara laju
alir dengan tekanan tidak berbentuk garis lurus melaikna berbentukgaris
melengkung. Berdasarkan studi yang dilakukan oelh vogel. IPR
dipengaruhi oleh viscositas fluida dan GOR. Persamaan yang digunakan:
30
III.3.4 Inflow Perfomance Relationship (IPR)
Gambar III.8
Kurva IPR 1 fasa
b) Bila Pr , Pwf < Pb
Yang berarti reservoir merupakan 2 fasa dan mempunyai “solution
gas drive”
31
Gambar III.9
Kurva IPR 2 fasa
32
a) Bila FE < 1 (Formasi Rusak / Damage)
33
a) Metode Fetkovich
Dimana:
Perkiraan ini dapat dilakukan bila ada tiga atau empat data test
produksi. Umumnya digunakan untuk sumur gas.
b) Metode Eckmier
Rumus Eckmier:
34
c) Metode Standing
35
Pada laju alir maksimum, Pwf = 0
Gambar III.10
36
Gambar III.11
Gambar III.12
37
II.4.1 Aspek Lingkungan
38
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah studi kasus karena penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan termasuk penelitian studi kasus maka hasil penelitian ini
bersifat analisis-deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku
yang diamati terutama terkait dengan bagaimana metode pengembangan pada
sumur X-15 di Cilamaya Utara.
Lokasi atau obyek dalam penelitian ini berada di daerah Cilamaya Utara
pada sumur X-15 dan untuk lokasi stasiun pengumpul berada di Cilamaya Utara.
Lokasi ini dipakai oleh Pertamina EP Subang untuk tujuan tertentu yang baik
adanya.
Lokasi ini mempunyai beberapa jenjang dan jenis pekerjaan yang bersifat
formal maupun non formal yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
memadai sebagaimana yang akan dideskripsikan dalam hasil lapran ini. Dengan
demikian penulis menganggap lokasi ini sudah strategis-representatif untuk
melakukan penelitian sesuai dengan judul.
39
IV.3 Sumber Data
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama melalui
prosedur dan teknik pengambilan data yang dapat berupa percakapan langsung,
observasi, maupun penggunaan instrument pengukuran yang khusus dirancang
sesuai dengan tujuannya. Sedangkan untuk data sekunder adalah data yang
diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan
arsip-arsip resmi.
Untuk sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan
yang diperoleh dari informan yang terkait dalam penelitian dimana selanjutnya
dokumen atau sumber tertulis lainnya merupakan data tambahan.
1. Tahapan Penemuan
Tahapan ini adalah tahap pra lapangan atau tahap orientasi dimana tahapan
ini digunakan untuk mendapatkan deskripsi secara global dari obyek
penelitian ini dan selanjutnya menghasilkan rangkaian penelitian.
2. Tahapan Penemuan
40
cermat dan menganalisis data yang diperoleh dari lapangan secara intensif
setelah memaksimalkan penelitiannya.
3. Tahapan Pemaparan
Pada tahapan ini peneliti menelaah kembali seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber yaitu sesi tanya jawab, pengamatan, dan pengumpulan
data serta dokumentasi. Setelah itu peneliti mengorganisir kembali hasil
yang telah ditelaah untuk dianalisis dengan mendeskripsikan data-data
untuk mencari kesimpulan hasil penelitian
Sesuai dengan judul diatas yaitu “Analisis Reparasi Sumur X-15 Field
Subang”, penulis lebih menitikberatkan pada pembahasan tentang metode analisis
dalam reparasi sumur tersebut dan faktor-faktor yang mendorong dan
menghambat dalam pelaksanaan metode pengembangan ini.
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematis fenomena-
fenomena yang diselidiki. Data yang telah dikumpulkan diolah dan
dianalisis secara deskriptif-kualitatif yaitu menyajikan dta secara rinci
serta melakukan interpretasi teoritis sehingga dapat diperoleh gambaran
akan suatu penjelasan dan kesimpulan yang memadai.
b. Tanya Jawab
41
Metode ini adalah suatu metode yang dilakukan dengan jalan mengadakan
jalan komunikasi dengan sumber data melalui dialog secara lisan baik
langsung maupun tidak langsung. Percakapan dilakukan oleh berbagai
pihak untuk mendapatkan suatu informasi yang terperinci serta jelas
adanya.
42
BAB V
43
ulang pindah lapisan dengan cara pelubangan (Perforasi) lapisan baru. Didalam
melakukan pekerjaan ini, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar
kegiatan dapat berjalan baik. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan
pada saat WO-WS :
Gambar V.1
Injeksi CF Kedalam Sumur
44
V.2.2 Release Strings dan Packer
Setelah sumur berhenti berproduksi maka selanjutnya dilakukan
pencabutan string dan packer 7” MOT, terjadi aliran balik dari string 400
bbls CF, return di annulus berupa CF kontaminasi minyak (aliran dialirkan
ke tangki ablasan melalui BOP lalu ke Back Presurre Manifold)
Selanjutnya injeksi 1.1 bbls air tawar sebagai water behind yang
berfungsi seperti water ahead dan displaces dengan 45.6 bbls CF SG 1.10.
Sirkulasi balik 2x volume string dengan tujuan membersihkan sisa-
sisa semen yang masih menempel pada peralatan penyemena dari annulus.
45
Setelah sirkulasi dilakukannya Squeeze Cementing dengan pressure
maksimal sebesar 1000 psi ( secara hestite ), rencana semen yang masuk ke
dalam formasi sebanyak 3.5 bbls namun yang terjadi semen yang masuk ke
dalam formasi sebanyak 3.1 bbls.
Gambar V.2
Pencabutan Tubing
46
V.2.6 Scrapper
Dilakukan scrapper sampai kedalaman 2325 M yang bertujuan untuk
membersihkan atau meratakan dinding sumur untuk mencegah kegagalan
dalam pemasangan Bridge Plug (BP).
Gambar V. 3
Casing Scrapper
47
Gambar V.4
Bridge Plug
V.2.8 Perforasi
Perforasi merupakan salah satu kegiatan dalam well completion yang
dimaksud perforasi adalah pembuatan lubang menembus casing, semen dan
formasi sehingga terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang
mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke dalam sumur. Penggunaan
bahan peledak (perforator) padakegiatan perforasi bertujuan untuk
melubangi ketiga hal diatas, dalam proses pelubangan (perforasi) diperlukan
tekanan yang besar sekitar 3.000.000 Psi, karena itu jenis bahan peledak
yang digunakan harus disesuaikan dengancara atau teknik perforasi yang
akan diaplikasikan.
Pada lapangan X-15 dilakukan perforasi dengan metode Over
balance dengan High Shoot Density (HSD) dimana kondisi di dalam sumur
dimana tekanan formasi dikontrol oleh fluida atau lumpur komplesi, atau
dengan kata lain bahwa tekanan hidrostatik (PH) lebih besar dibandingkan
tekanan formasi (PF), sehingga memungkinkan dilakukan pemasangan
tubing dan perlengkapan sumur lainnya dan setelah lubang sudah terbentuk
mencegah fluida dari formasi tidak langsung naik ke permukaan.
Sumur X-15 dilakukan perforasi pada kedalaman 2269 M s/d 2272
M dengan 5 spf (shoot per feet), dengan kata lain untuk kedalam 3 meter
terdapat ± 49 lubang perforasi.
48
Gambar V.5
Perforasi
V.2.10 Swabbing
Swabbing yaitu pekerjaan yang dilakukan bertujuan untuk
menghisap fluida dari dalam lubang sumur dengan rangkaian seperti tubing,
drill pipe dan lain-lain. Tujuan dilakukannya swabbing ini yaitu untuk
mengurangi tekanan hidrostatik sehingga fluida formasi dapat mengalir ke
lubang sumur produksi dan naik ke atas permukaan. Tujuan lain dari
Swabbing, yaitu :
- Melakukan uji produksi (production test), dari uji produksi ini bisa
didapatkan Productivity Index (PI), Water Cut dan lain-lain.
- Untuk menguji apa adanya kebocoran pada rangkaian produksi di
bawah permukaan.
- Mengeluarkan asam (acid) dari dalam sumur setelah dilakukan
pengasaman (acidizing) dilakukan untuk mencegah kerusakan
rangkaian produksi karena cairan asam.
- Mengambil contoh fluida.
49
V.3 Header Manifold
Gambar V.6
Header Manifold
V.4 Separator
Separator berfungsi untuk memisahkan antara, gas, oil dan water yang
dimana terbagi atas 3 bentuk aliran yang mengalir di separator. Ada 2 hp, 2 mp
dan 2 lp di lapangan. Di sini ada 2 separator yaitu separator test dan produksi yang
dimana separator test untuk sumur test dan separator produksi diguakan untuk
sumur yang produksi yang membedakan produksi dan test, kalau produksi
gabungan antara beberapa sumur yang bergabung di separator produksi, kalau
sumur test untuk sumur yang ingin di test.
50
Gambar V.7
Separator
V.5 Scrubber
Scrubber digunakan memisahkan fluida dan gas hingga menjadi gas kering
yang di alirkan ke amine flush tank.
Gambar V.8
Scrubber
51
V.6Amine Flush Drum
Gambar V.9
Amine Flush Drum
V.7 Burner
Gambar V.10
Burner
52
V.8 CO2 Removal
Gambar V.11
CO2 Removal
Gambar V.12
Oil Tank
53
V.10 Water Injection Plan
Air yang berasal dari oil tank di alirkan ke tanki air agar di
salurkan ke sumur injeksi yang di injeksi kembali ke formasi parigi.
Gambar V.13
Water Injection Plan
V.11Pompa Torak
Gambar V.14
Pompa Torak
54
Mini compressor yang berguna untuk memompakan gas bertekanan
rendah yang berasal dari 2 separator LP (low pressure) yang di rubah menjadi
high pressure yang di alirkan kembali ke scrubber. Yang mampu mengalirkan gas
0,3 MMSCF/D dan alat yang tersedia di lapangan SP (stasiun pengempul)
cilamaya berjumlah 3 unit yang mampu merubah low pressure (LP) menjadi high
pressure (HP) sebesar 0.9 MMSCF/D
Gambar V.15
Mini Compressor
55
BAB VI
KESIMPULAN
56
DAFTAR PUSTAKA
57
LAMPIRAN A
58
Gambar A.1
Penampang Sumur
59
Gambar A.2
60
Gambar A.3
61