Anda di halaman 1dari 14

1.

Diagram Tegangan Regangan Baja dan penjelasan

 Proportional Limit
Titik O hingga A dinamakan daerah proporsional limit. Pada area ini regangan yang
terbentuk proporsional dengan tegangan yang bekerja.
Definisi: tegangan yang membentuk kurva tegangan regangan mulai terdeviasi dari garis lurus.

 Elastic Limit
Titik A hingga B dinamakan daerah elastic limit. Pada area ini material akan kembali
kebentuk semula ketika tegangan dihilangkan.
Definisi: tegangan yang bekerja pada material tanpa menyebabkan deformasi permanen.

 Yield Point
Jika material terus diberikan tegangan hingga di atas titik B, keadaan plastis akan tercapai,
dan pada titik ini ketika beban dihilangkan material tidak akan bisa kembali ke bentuk semula.
Diatas titik B, regangan yang terjadi akan bertambah dengan cepat, sedangkan pertambahan
tegangannya kecil hingga tercapai titik C, dan terjadi penurunan kecil tegangan pada titik D,
segera setelah proses peluluhan berhenti. Sehingga ada dua titik luluh, yaitu titik C (titik luluh
atas) dan titik D (titik luluh bawah). Tegangan yang bekerja pada titik luluh ini dinamakan
tegangan luluh (yield stress)

 Ultimate stress
Titik E dinamakan titik Ultimate stress, yaitu titik dimana tegangan maksimum terjadi,
yang didefinisikan sebagai beban terbesar dibagi dengan luas area mula-mula (origin) dari
bahan.
 Breaking stress
Setelah spesimen mencapai titik ultimate, akan terjadi proses necking, yaitu pengecilan
luas penampang area. Tegangan kemudian terus berkurang hingga spesimen patah pada titik F.

2. Tegangan Leleh
Tegangan yang dimaksud di sini adalah besar tegangan yang dialami oleh benda,
sedangkan 'regangan' adalah pertambahan panjang yang dialami oleh benda tersebut sebagai
akibat dari diberlakukannya gaya tadi. Maka, tegangan adalah aksi yang diberikan, sedangkan
regangan adalah respon dari sebuah benda yang mengalami tegangan. Meskipun setiap jenis
baja pasti meregang, namun kapasitasnya berbeda-beda.
Fenomena lain yang perlu diketahui adalah bahwa baja tulangan tidak meregang dengan
kecepatan yang sama hingga akhirnya putus. Ada sebuah batasan yang dinamakan tegangan
leleh (yield stress), yaitu sebuah nilai tegangan yang ketika terlampaui, maka material akan
meregang dengan sangat cepat meskipun perubahan tegangannya tidak terlalu besar. Setelah
melampaui yield stress, material akan meregang dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dari
sebelumnya, sehingga nyaris 'tanpa perlawanan', sebelum akhirnya putus pada suatu titik yang
disebut 'tegangan ultimit'.

3. Besi pada konstruksi beton bertulang berfungsi sebagai panahan tegangan tarik, penggunaan
besi dalam beton bertulang karena beton hanya kuat terhadap gaya tekan.
Jenis tulangan dibagi dua berdasarkan mutu dan bentuk tulangan. Yang pertama adalah
tulangan polos, yang memiliki mutu kuat tarik leleh sekitar 2400 kg/cm2 (240 MPa). Yang kedua
adalah tulangan ulir yang memiliki kuat tarik leleh sekitar 4000 kg/cm2 (400 MPa).

BAB I : Teknologi Bahan Konstruksi Beton


Posted by bagusprahutdi on 14 Juli 2010
BAB I : TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI BETON
Pendahuluan
Sebelum masuk ke penjelasan bagaimana tata cara pembuatan beton yang baik dan benar. Ada
baiknya kita kembali mengingat beberapa prinsip-prinsip sebuah beton. Apa itu beton serta
bagaimana karakteristiknya.
Beton adalah material bahan yang terdiri dari semen, agregat (split dan pasir), air, serta bahan
tambahan (addmixture) baik kimia maupun mineral jika diperlukan.
Karakteristik beton antara lain :
1. Kuat tekan tinggi.
2. Harga murah.
3. Bahan-bahan penyusun mudah didapat.
4. Mudah diolah.
5. Tahan terhadap api
6. Tahan lama, minimal untuk jangka waktu 30-40 tahun.
7. Tidak mengalami pembususkan.
8. Biaya pemeliharaan rendah.
9. Tahan terhadap temperatur tinggi dan anti-korosi
10. Kekuatan pada umur 28 hari, minimal 70% dari kekuatan yang sebenarnya.
Beberapa kekurangan beton antara lain:
1. Cenderung lemah terhadap gaya tarik.
2. Jika sudah dibentuk (keras) sukar diubah kembali.
3. Pelaksanaan membutuhkan ketelitian, pengawasan serta etos kerja yang tinggi.
4. Berat jenis beton tinggi.
5. Daya pantul suara besar.
6. Membutuhkan cetakan sebagai media pembentuk beton.
7. Beton yang sudah jadi tidak bisa didaur ulang.
8. Jika didiamkan akan langsung mengeras. Ini menyulitkan para kontraktor untuk tetap membuat
beton segar. Membutuhkan alat berat yang mengeluarkan biaya tambahan.
Karekateristik beton yang baik yakni:
1. Homogen, artinya semua bahan tercampur dengan baik dan tidak mengalami segregasi (
pemisahan bahan-bahan penyusun).
2. Strenght, artinya sebuah beton mempunyai kekuatan seperti yang kita rencanakan. Kelebihan
maupun kekurangan keuatan menunjukkan bahwa ada kesalahan yang kita lakukan. Baik pada
pemilihan bahan, pengaturan komposisi, pencampuran maupun perawatan beton.
3. Durable, keawetan beton juga minimal sesaui dengan apa yang direncanakan. Biasanya beton
mempunyai daya awet hingga 40-50 tahun. Setidaknya beton yang sudah berumur 40 tahun
sudah diganti. Karena kekuatannya akan menurun secara perlahan yang dikhawatirkan akan
mempengaruhi pembagian beban terhadap struktur bangunan.
4. Economic, harga yang ekonomis bukan berarti harganya murah. Ekonomis berarti pelaksanaan
dan pemakaian beton memenuhi standar efisiensi dan efektivitas pekerjaan. Kebanyakan akan
menyangkut masalah biaya. Jadi wajar jika beton mempunyai harga yang lebih murah dibanding
bahan konstruksi lainnya.
Yang terakhir adalah bagaimana sifat keefisienan dan keefektivan sebuah pekerjaan akan
menghasilkan beton yang optimum.
Tahap 1 : Pembuatan Beton
Tahap paling awal yang dilaksanakan dalam pembuatan beton adalah pemilihan bahan-bahan
penyusun. Pemilihan bahan-bahan penyusun yang baik akan menghasikan beton yang baik pula.
Lazimnya dalam masyarakat. Semakin baik maka semakin mahal tidak terlalu berlaku di dalam
dunia beton. Baik juga bisa berarti murah dan baik juga bisa berarti mahal. Tergantung pada
permintaan dan trik-trik pekerja di lapangan. Yang terpenting tidak mengabaikan standar
pekejaan.
Bahan-bahan penyusun beton antara lain
1. Semen Portland, Ada beberapa jenis semen portland yakni :
 Semen tipe I, semen biasa umum untuk pembangunan perumahan massal.
 Semen tipe II, tipe semen yang tahan terhadap garam, biasa digunakan untuk membangun
konstruksi di daerah pinggiran pantai.
 Semen tipe III, sangat tepat bagi kontraktor yang menginginkan kekuatan di awal (early high
strenght)
 Semen tipe IV, tipe yang menginginkan adanya panas yang rendah untuk memperlambat
pengerasan. Biasa dipakai di daerah yang mempunyai suhu ekstrim.
 Semen tipe V, tipe semen yang tahan terhadap sulfat.
1. Agregat, adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami batu-batuan atau juga
berupa hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu alami. Agregat merupakan salah satu
bahan pengisi pada beton, namun demikian peranan agregat pada beton sangatlah penting.
Kandungan agregat dalam beton kira-kira mencapai 65%-75% dari volume beton. Agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat- sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian
penting dalam pembuatan beton. agregat dibedakan menjadi dua macam yaitu agregat halus
dan agregat kasar yang didapat secara alami atau buatan.
Untuk menghasilkan beton dengan kekompakan yang baik, diperlukan gradasi agregat yang
baik. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekasaran butiran agregat. Gradasi diambil dari
hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20 mm, 30 mm dan 40 mm untuk kerikil. Untuk
pasir lubang ayakan 4,8 mm, 2,4 mm, 1,2 mm, 0,6 mm, 0,3 mm dan 0,15 mm.
Penggunaan bahan batuan dalam adukan beton berfungsi :
 Menghemat Penggunaan semen Portland,
 Menghasilkan kekuatan yang besar pada betonnya,
 Mengurangi susut pengerasan,
 Mencapai susunan pampat beton dengan gradasi beton yang baik,
 Mengontrol workability adukan beton dengan gradasi bahan batuan baik. (Antono, 1995)
1. Air, air yang digunakan pada pembuatan beton ialah yang dapat diminum. Yang dimaksud di sini
adalah air yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr,
 Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik) lebih dari 15
gr/ltr,
 Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr,
 Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr . (Tjokrodimulyo, 1992)
1. Bahan tambahan mineral kimia, misalnya Superplastisizer atau Hiperpalstisizer yang dapat
memperencer campuran beton dan pengerasan secara cepat. Silika fume atau nano silika yang
dapat menaikkan kekuatan beton secara signifikan. Fly ash, bahan mineral yang dapat
menggantikan peran semen denga harga yang relatif terjangkau.
Setelah mengevaluasi apa saja bahan-bahan yang akan digunakan. Maka perlu adanya
pemeriksaan bahan yang dilakukan di labolatorium. Hal ini menjadi penting karena untuk
mengetahui apakah bahan-bahan yang kita pilih sudah sesuai standar dan dapat digunakan
untuk campuran beton. Standar-standar itu antara lain :
1. ASTM C33; Standar spesifikasi agregat beton.
2. ASTM C40; Standar kadar organik dalam pasir.
3. ASTM C142; Standar kadar lumpur dan lempung dalam agregat.
4. ASTM C29;
5. ASTM C127; BJPA agregat kasar.
6. ASTM C128; BJPA agregat halus.
7. ASTM C136;
8. ASTM C192; Membuat dan merawat beton uji di Labolatorium.
9. ASTM C143; test untuk slump dan cemen portland
10. ASTM C39; Uji kuat tekan beton silinder
11. BS 882; Batas gradasi untuk agregat halus.
12. SK SNI T-15-1990-03; Tata cara pembuatan campuran beton normal.
13. SK SNI M-26-1990-F; Metode pengambilan contoh untuk campuran beton segar.
14. SK SNIM-62-1990-03; Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di labolatorium.
Beton sendiri sudah mengalami hingga kemajuan yang sangat beragam. Hal ini dikarenakan
adanya tuntutan dari masyarakat itu sendiri yang menginginkan kualitas dan percepatan
pengerjaan beton agar lebih praktis. Contoh yang paling real adalah beton yang dapat
memadatkan sendiri tanpa adanya bantuan vibrator (SCC) dan beton ringan.
Akan tetapi dalam pembahasan kali ini hanya akan dijelaskan bagaimana pembuatan beton
biasa yang baik dan benar menurut standar yang berlaku. Karena pada kenyataannya setiap
beton mempunyai kaakteristik yang berbeda, maka harus diperlakukan secara berbeda pula.
Pemilihan metode komposisi campuran beton
Seperti yang telah diketahui bahwa setiap tahap dalam pembuatan beton adalah penting dan
berkaitan satu sama lain Dalam tahap yang kedua menentukan metode komposisi beton
menjadi penting karena setiap komposisi yang kita kurangi atau tambah akan mempengaruhi
kekuatan beton yang kita buat.
Seperti yang telah dikemukakan dalam tahap pertama, beton terdiri atas semen, agregat, air,
bahan tambahan mineral dan kimia. Dalam membuat komposisi ada tata cara yang baik. Sama
halnya dengan tahap-tahap yang lain.
Setelah kita menyelesaikan tahap yang pertama. Muncul pertanyaan seberapa banyak
komposisi atau perbandingan-perbandingan bahan-bahan penyusun agar kuat dan murah.
Bagaimana agar tidak mengalami susut. Dan bagaimana agar mudah diolah.
Beberapa perbandingan yang digunakan biasanya adalah 1:2:3. 1 untuk semen, 2 untuk agregat
halus dan 3 untuk agregat kasar. Namun dalam teorinya, beton memiliki batasan-batasan.
Batasan-batasan itu antara lain :
1.
1. Jumlah agregat biasanya mencapai 65%-75% untuk beton biasa. 40%-45% untuk agregat
kasar dan 25%-30% untuk agregat halus.
2. Jumlah semen berkisar 11%-12% dari jumlah berat.
3. Sisanya berupa air dan bahan tambahan berkisar 9%-11%.
Di awal sudah dikemukakan pula, berbeda karakteristik beton maka berbeda pula cara
memperlakukannya termasuk dalam tahap yang kedua ini. Sebagai contoh beton yang dapat
memadat sendiri (SCC). Komposisinya berbeda dengan yang lain karena membutuhkan nilai
keenceran yang tinggi maka agregat kasar dibuat lebih sedikit dan agregat halus dibuat lebih
banyak. Perbandingan antara agregat kasar dan agregat halus adalah 35% : 65% atau 40% : 60%.
Juga diperlukan bahan tambahan seperti silika fume yang berbanding terbalik dengan jumlah
semen. Diperlukan bahan tambahan aditif untuk memperdaya beton yang kita buat.
Intinya dalam pembuatan komposisi campuran beton adalah melanjutkan tahap pertama lalu
sesuai dengan karakteristik bahan-bahan, membuat komposisi yang sesuai pula, yakni :
1.
1. Jika nilai penyerapan agregat tinggi perlu diperhatikan nilai banyaknya air yang akan
ditambahkan.
2. Jika diberikan bahan addmixture maka juga perlu diteliti bagaimana karakteristik bahan
addmixture. Misal untuk superpalstisizer, tidak perlu membutuhkan banyak air karena
karakteristik superpalstisizer dapat memperencer campuran beton saat pembuatan.
3. Nilai lumpur akan mempengaruhi kekuatan beton.
4. Semakin banyak komposisi agregat halus akan memperencer campuran beton.
Sebaliknya semakin banyak agregat kasar akan semakin sukar diolah.
5. Dan sebagainya.
Lalu apa yang akan dihasilkan pada tahap yang kedua ini akan menentukan apa yang akan
dilakukan pada tahap yang ketiga. Sehingga perlu diteliti secara benar untuk komposisinya.
Jangan ada yang salah. Dan diperiksa ulang beberapa kali. Karena tidak cukup satu kali dikoreksi.
Ingat komposisi yang dibuat akan menghasilkan beton yang dipakai masyarakat. Sedikit
kesalahan akan mempengaruhi kehidupan masyarakat tersebut.
Pencampuran Komposisi Beton yang Telah Dipersiapkan
Dalam tahap yang ketiga memang ada standar yang mengatur pencampuran beton. Namun
dalam penerapan dalam tahap ketiga hanya dijadikan syarat pemenuhan agar pembuatan beton
lulus kualitas. Yang sebenarnya ada adalah standar-standar tak tertulis yang sudah menjadi
kebiasaan pencampuran oleh kontraktor di lapangan.
Standar-standar umum itu adalah :
1.
1. Bahan baku padat dicampur terlebih dahulu, setelah tercampur maka dimasukkan
bahan baku cair.
2. Bahan baku cair dimasukkan secara perlahan-lahan. Ingat jumlah air yang dibuat pada
tahap kedua tidak mutlak harus dipatuhi. Karena bisa saja dengan jumlah air yang ada,
beton menjadi kelebihan atau kekurangan air akibat karakteristik agregat.
3. Jangan mengandalkan penglihatan karena yang terjadi bisa saja berbeda dengan apa
yang kita lihat. Seperti yang kita lihat misalnya bahan sudah tercampur dengan baik.
Namun yang sebenarnya terjadi adalah campuran beton mengalami kelebihan air dan
mengalami segergasi. Untuk itu diperlukan pengecekan.
4. Biasanya untuk pencampuran beton yang baik. Minimal diaduk sebanyak 100 kali.
Namun ada baiknya kita mengaduk sesuai dengan jumlah dan karakteristik bahan.
5. Beton yang sudah jadi jangan didiamkan terlalu lama agar tidak terjadi pengerasan. Agar
tidak mengeras maka perlu diaduk secara berkala kembali.
Untuk mengaduk kita bisa memilih dua opsi, yakni manual menggunakan sekop atau otomatis
menggunakan mesin. Untuk jumlah yang besar tentu kita memerlukan alat-alat berat.
Perawatan Beton
Ada beberapa alternatif dalam perawatan beton :
1. Direndam
2. Disiram
3. Dilapisi kain tebal atau plastik khusus.
Yang perlu diketahui dari tahap yang keempat adalah perawatan yang sesuai tegantung
keinginan dan kondisi. Perendaman dilakukan biasanya di labolatorium untuk beton uji. Tidak
mungkin bila beton untuk gedung tinggi direndam, yang paling mungkin adalah di siram atau di
lapisi kain atau plastik khusus.

Proses Pembuatan Semen


Proses pembuatan semen inilah proses pembuatan semen bagaimana caranya proses
pembuatan semen di pabriknya. mulai dari penambangan sampai semen yang telah jadi seperti
yang kita lihat di pasaran.

Secara umum proses produksi semen terdiri dari beberapa tahapan :


1. Tahap penambangan bahan mentah (quarry). Bahan dasar semen adalah Batu Kapur, Tanah Liat,
Pasir Besi dan Pasir Silica. Bahan-bahan ini di tambang dengan menggunakan alat-alat berat
kemudian di kirim ke pabrik semen.
2. Bahan mentah ini di teliti di laboratorium, kemudian di campur dengan proporsi yang tepat dan
di mulai tahap penggilingan awal bahan mentah dengan mesin penghancur sehingga berbentuk
serbuk.
3. Bahan kemudian di lakukan pemanasan awal di preheater.
4. Pemanasan lanjut di dalam kiln sehingga bereaksi membentuk kristal clinker.
5. Kristal klinker ini kemudian di dinginkan di cooler dengan bantuan angin. Panas dari proses
pendinginan ini di alirkan lagi ke Preheater untuk menghemat energi.
6. Clinker ini kemudian dihaluskan lagi dalam tabung yang berputar yang bersisi bola-bola baja
sehingga menjadi serbuk semen yang halus.
7. Clinker yang telah halus ini di simpan dalam silo (tempat penampungan semen mirip tangki
minyak pertamina)
8. Dari silo ini semen di pak dan di jual ke konsumen.
Nah itulah sedikit proses pembuatan semen yang bisa saya berikan dan yang saya tahu semoga
menambah bahan referensi Anda untuk lebih memahami proses cara pembuatan semen.
(Proses Pembuatan Semen)

SIFAT-SIFAT KAYU DAN PENGGUNAANNYA

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan
penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan
lain karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat
yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis
untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan. Berikut ini
diuraikan sifat-sifat kayu (fisik dan mekanik) serta macam penggunaannya.

Pengenalan Sifat-Sifat Kayu

Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan
teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan
penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu.
Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut
tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan
tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang
bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Bahkan dalam
satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda. Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang
berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu :

1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya
terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non
karbohidrat).
2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji
menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial).
3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan
kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama dalam keadaan
kering.

Sifat Fisik Kayu

1. Berat dan Berat Jenis


Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif
didalamnya. Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya. Kayu mempunyai berat
jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu
nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula.
2. Keawetan
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar
seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif
didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut
terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya kayu teras
lebih awet dari kayu gubal.
3. Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu yang
berbeda-beda.
4. Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan kedalam
kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati,
sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll).
5. Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon. Arah serat dapat
dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat
diagonal (serat miring).
6. Kesan Raba
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar, halus, licin,
dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu,
kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.
7. Bau dan Rasa
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka. Beberapa jenis
kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering
digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat
penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.
8. Nilai Dekoratif
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan pemunculan
riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar ini yang membuat sesuatu jenis kayu
mempunyai nilai dekoratif.
9. Higroskopis
Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin lembab udara disekitarnya
makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya.
Dalam kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut
kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).
10. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :
a. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan
elastisitas kayu.
b. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara. Kualitas
nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan
pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).
11. Daya Hantar Panas
Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk membuat barang-
barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas.
12. Daya Hantar Listrik
13. Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. Daya hantar
listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat
listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka
daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.
Sifat Mekanik Kayu
1. Keteguhan Tarik
Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu.
Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :
a. Keteguhan tarik sejajar arah serat dan
b. Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.
Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat. Kekuatan
tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat.
2. Keteguhan tekan / Kompresi
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban. Terdapat 2
(dua) macam keteguhan tekan yaitu :
a. Keteguhan tekan sejajar arah serat dan
b. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.
Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan kompresi
sejajar arah serat.
3. Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat suatu
bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya. Terdapat 3 (tiga) macam
keteguhan yaitu :
a. Keteguhan geser sejajar arah serat
b. Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
c. Keteguhan geser miring
Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser sejajar
arah serat.
4. Keteguhan lengkung (lentur)
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan.
Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :
a. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya
secara perlahan-lahan.
b. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya
secara mendadak.
5. Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lengkungan.
Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.
6. Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau
tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui
batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan
sebagian.
7. Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan
atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran
tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.
8. Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha membelah
kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar.
Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung).
Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial.
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat mekaniknya
dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu secara garis
besar digolongkan menjadi dua kelompok :
a. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan
cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu.
b. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
Macam Penggunaan Kayu

Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifat-sifat kayu yang
bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan. Jenis-jenis kayu yang mempunyai persyaratan
untuk tujuan pemakaian tertentu antara lain dapat dikemukan sebagai berikut :

1. Bangunan (Konstruksi)
Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alam yang tinggi.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas, keruing, lara,
rasamala.
2. Veneer biasa
Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan beratnya sedang.
Jenis kayu : meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang.
3. Veneer mewah
Persyaratan teknis : disamping syarat di atas, kayu harus bernilai dekoratif.
Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai, weru,
sonokembang.
4. Perkakas (mebel)
Persyaratan teknis : berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan, mudah dipaku,
dibubut, disekrup, dilem dan dikerat.
Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, rengas, sonokeling, sonokembang, ramin.
5. Lantai (parket)
Persyaratan teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan cukup kuat.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati, kuku.
6. Bantalan Kereta Api
Persyaratan teknis : kuat, keras, kaku, awet.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bedaru, belangeran, bintangur, kempas, ulin.
7. Alat Olah Raga
Persyaratan teknis : kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat halus, serat lurus dan
panjang, kaku, cukup awet.
Jenis kayu : agathis, bedaru, melur, merawan, nyatoh, salimuli, sonokeling, teraling.
8. Alat Musik
Persyaratan teknis : tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya resonansi baik.
Jenis kayu : cempaka, merawan, nyatoh, jati, lasi, eboni.
9. Alat Gambar
Persyaratan teknis : ringan, tekstur halus, warna bersih.
Jenis kayu : jelutung, melur, pulai, pinus.
10. Tong Kayu (Gentong)
Persyaratan teknis : tidak tembus cairan dan tidak mengeluarkan bau.
Jenis kayu : balau, bangkirai, jati, pasang.
11. Tiang Listrik dan Telepon
Persyaratan teknis : kuat menahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk lurus.
Jenis kayu : balau, giam jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin.
12. Patung dan Ukiran Kayu
Persyaratan teknis : serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah dan berwarna
gelap.
Jenis kayu : jati, sonokeling, salimuli, melur, cempaka, eboni.
13. Korek Api
Persyaratan teknis : sama dengan persyaratan veneer, cukup kuat (anak korek api), elastis dan
tidak mudah pecah (kotak).
Jenis kayu : agathis, benuang, jambu, kemiri, sengon, perupuk, pulai, terentang, pinus.
14. Pensil
Persyaratan teknis : BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna agak merah,
berserat lurus.
Jenis kayu : agathis, jelutung, melur, pinus.
15. Moulding
Persyaratan teknis : ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah dikerjakan, mudah dipaku. Warna
terang, tanpa cacat, dekoratif.
Jenis kayu : jelutung, pulai ramin, meranti dll.
16. Perkapalan
Lunas
Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu : ulin, kapur.
Gading
Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.
Senta
Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.
Kulit
Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut.
Jenis kayu : bangkirai, bungur, meranti merah.
Bangunan dan dudukan mesin
Persyaratan teknis : ringan, kuat dan awet, tidak mudah pecah karena getaran mesin.
Jenis kayu : kapur, meranti merah, medang, ulin, bangkirai.
Pembungkus as baling-baling
Persyaratan teknis : liat, lunak sehingga tidak merusak logam.
Jenis kayu : nangka, bungur, sawo.
Popor Senjata
Persyaratan teknis : ringan, liat, kuat, keras, dimensi stabil.
Jenis kayu : waru, salimuli, jati.
17. Arang (bahan bakar)
Persyaratan teknis : BJ tinggi.
Jenis kayu : bakau, kesambi, walikukun, cemara, gelam, gofasa, johar, kayu malas, nyirih,
rasamala, puspa, simpur.

Anda mungkin juga menyukai