Abstrak – Pasar teh di Indonesia memiliki potensi determine the color, type of decoration, materials, and
konsumsi yang besar. Namun, konsumen teh di Surabaya plants that can be used on designing the facades. The
tidak memiliki kebebasan sebesar konsumen kopi karena designing method produces an outcome of a vertical
absennya brand yang mempromosikan produk ini. Teh
garden concept, known as “living wall”
sebagai simbol kesehatan dan kekeluargaan memerlukan
Green facade design using the concept of vertical
fasad yang dapat membentuk identitas iconic bangunan
nya serta membentuk suasana yang sesuai dengan
garden is expected to increase the values of the
konsumen peminat teh. building and strengthen it’s identity for tea enthusiast
Metode yang digunakan dalam perancangan ini consumers in Surabaya. The façade will be able to
bersifat kualitatif yaitu kajian literatur, AIUEO, image build a relaxing and soothing ambience, and
board, dan studi komparator. Kajian literatur dilakukan participate with evolving Surabaya’s "Eco City"
terhadap posisi pasar teh di Indonesia, dan relasi sosial campaign.
budayanya serta macam-macam fasad. AIUEO digunakan Keywords: Surabaya tea enthusiasts consumer,
untuk mengeksplorasi resolusi desain terhadap masalah.
green building facades, vertical gardens
Image board membantu menentukan warna, jenis
dekorasi, material, serta jenis tumbuhan yang dapat
digunakan dalam perancangan fasad. Studi komparator
I. PENDAHULUAN
membantu membandingkan hasil perancangan dan Teh menjadi simbol kesehatan dan kekeluargaan
bangunan eksisting. Metode perancangan menghasilkan karena cenderung di konsumsi di rumah dalam
eksplorasi solusi desain dari fasad bangunan ramah beberapa waktu tertentu, serta digunakan sebagai obat
lingkungan dengan konsep kebun vertikal “living wall”. herbal [1]. Walaupun tersebar luas dan dikonsumsi
Perancangan fasad bangunan ramah lingkungan sebanyak kopi di Indonesia, namun sepak terjang teh
dengan konsep kebun vertikal diharapkan dapat tidak sebesar kopi ketika dijual sebagai produk tunggal
meningkatkan nilai jual dan memperkuat identitas
[2]. Konsumen Peminat teh Indonesia, terutama
bangunan untuk konsumen teh dengan membentuk
Surabaya, membutuhkan ruang lingkup yang sesuai
suasana menenangkan yang natural dari tumbuhan, serta
selaras dengan konsep kota unggul Surabaya “Eco City”.
dengan konteks suasana teh.
Kata kunci : Konsumen peminat teh Surabaya, fasad Fasad adalah wajah bangunan, mempengaruhi
bangunan ramah lingkungan, kebun vertical impresi pertama sebuah toko untuk konsumen. Fasad
untuk peminat teh Indonesia perlu mewakili dua
Abstract - The tea industry in Indonesia has a large simbol teh, serta tampak ikonik. Ada beberapa jenis
potential for distribution. However, consumers in fasad yang dapat menciptakan karakteristik, salah
Surabaya do not have consumer freedom because of satunya adalah fasad bangunan ramah lingkungan.
the absence of brands that promote this product. Tea Fasad bangunan ramah lingkungan adalah sistem
as a symbol of health and kinship needs a facade that dinding yang mendukung vegetasi tumbuhan
can build an iconic identity and ambience suitable memanjat [3]. Fasad ini memiliki tema yang sama
with it’s symbol. dengan konsep unggulan kota Surabaya “Eco City”
The methods used in this study are qualitative, dan dapat ikut serta dengan kampanye peningkatan
literature review, AIUEO, and image board. jumlah taman melalui kebun vertikal. Selain itu akan
Literature studies are carried out on the market mengembangkan nilai jual bangunan dan memperkuat
position of the tea industry in Indonesia, and its socio- identitasnya.
cultural relations and various facades. AIUEO are Perancangan ini menggunakan kebun vertikal
used to explore design resolutions. Image board helps sebagai fasad bangunannya untuk mendapatkan
keuntungan yang dibawa dari konsep “living wall”. Konsumen dapat menghabiskan waktu dengan
Susunan pupuk dan tumbuhannya dapat makan, minum, menyeduh teh, jalan singkat di pasar
menguntungkan bangunan karena meredam suara dari bunga, dan berbincang. Konsumen dapat
luar dan membantu membentuk ketenangan di bagian menghabiskan waktu 30-90 menit serta mengerjakan
dalam bangunan bahkan jika ditempatkan dekat tugas atau pekerjaan dalam jangka waktu panjang.
dengan jalanan. Selain itu, karena panas adalah isu • Lingkungan
besar di Surabaya, kebun vertikal membantu Lingkup toko dibagi menjadi dua berdasarkan
menyesuaikan temperatur bangunan dan kota [3]. lantainya. Lantai satu untuk melakukan pekerjaan
yang memakan waktu lama(tugas,kerja), sehingga
II. METODE PERANCANGAN tersedia fasilitas stop kontak dan Wi-Fi . Lantai kedua
Metode yang digunakan dalam perancangan ini yang lebih berorientasi pada interaksi sosial hanya
adalah metode keperpustakaan, image board, serta menyediakan Wi-Fi.
persona.Tahap pertama dari metode perancangan • Interaksi
adalah kajian literatur tentang makna yang sudah Interaksi utama pada eksterior adalah dengan
tercetak di sosial budaya masyarakat pada teh, dan living wall pada fasad dimana konsumen dapat
fasad bangunan ramah lingkungan. ditemukan menyentuh tumbuhan pada bangunan.
beberapa alternative dalam kebun vertikal yaitu: • Objek
Objek utama pada eksterior adalah logo, jendela
yang banyak untuk memberikan pencahayaan yang
baik, living wall merupakan aspek ikonik dari
eksterior. Sementara penggambaran interior termasuk
dapur terbuka untuk menunjukkan proses peracikan
teh. Bangku panjang, sofa, dan ruang interaksi yang
memudahkan interaksi grup dalam jumlah besar.
• Pengguna
Sasaran utama dalah konsumen peminat teh yang
berkunjung untuk menikmati dan belajar tentang teh.
Konsumen lain datang dengan maksud mengerjakan
tugas ata pekerjaan yang memakan waktu lama.
Namun seluruh konsumen berusaha mencari tempat
untuk relaksasi di suasana yang hangat.
Gambar 1 Green Wall. Sumber. Karaca, Elif. Timur, Burhan: Vertical Tahap ketiga adalah image board yang disusun
Garden, 2013
untuk menentukan identitas, suasana, warna, jenis
Kedua alternatif diatas dikategori berdasarkan dekorasi, dan material dari fasad.
proses vegetasi tumbuhan, sementara green façade
membutuhkan jaring, trelis atau sistem grid. Perancangan konsep desain dilanjutkan dengan
Sementara Living wall menggunakan panel yang lebih melakukan studi komparator untuk memahami
variatif: plastik, polistron, besi, beton. Walaupun pengaplikasian dan keuntungan nyata dari sistem
living wall membutuhkan lebih banyak perhatian living wall. Bangunan yang diambil adalah Museum
daripada green façade, vegetasi tumbuhannya nya Quai Branley di Paris oleh arsitektur, Jean Nouvel.
jauh lebih variatif dan memberikan kesan natural [3]. Berdasarkan studi tersebut dapat disimpulkan
setidaknya tiga hal: Bangunan tersebut dapat
Tahap kedua yaitu AIUEO digunakan untuk membentuk suasana yang kontras dari bangunan di sisi
mengeksplorasi resolusi desain terhadap masalah. kiri kanannya karena konsep fasad yang unik [4],
Berikut elemen yang digunakan untuk perancangan: Pengunjung merasa masuk ke atmosfer hutan, aspek
• Aktivitas ini digunakan untuk membentuk suasana memasuk
waktu lampau sehingga fasad ini dapat membantu
mengembangkan ambiens dengan baik. Bersama
dengan suasananya, temperature di dalam bangunan
terasa lebih melegakan dan pengunjung merasa santai
[5].
Identitas
Sebagai keperluan identitas dari bangunan
dibentuk logo toko untuk konsumen peminat teh.
Sebagai referensi visual digunakan image board untuk
membantu menentukan logo.
Gambar 11 Moodboard
Gambar 9 Alternatif keempat Logo terdiri atas dua elemen yaitu: Daun Teh yang
mewakili simbol kesehatan, teko teh sebagai simbol
kekeluargaan
Foto Spesies Growth Soil Speciality
Hedera Slow Rich Excellent wildlife
helix plant.Good nesting
site for robins and
wrens, and
hibernating
butterflies –
esp.brimstone.Necta
r and pollen for bees
and hoverflies.
Parthenoci Avarage Any Useful for nesting
ssus birds if
quinquefoli grown on a trellis.
a Provides
nectar and pollen
for bees.
May
attract nesting
spotted
flycatcher.
Parthenoci Fast Any
ssus
tricuspidat
a
Material
Perancangan fasad bangunan living wall
menggunakan sistem vegetated matt walls, adalah
sistem yang dikembangkan oleh Patrick Blanc. Sistem
ini dapat membentuk pola yang lebih variatif
dibanding dua sistem lainnya. Berikut material yang
digunakan dalam sistem layering vegetated matt walls.
.
Vegetasi
Fasad Bangunan ramah lingkungan menggunakan
konsep “living wall” dimana vegetasi memanjat
bangunan. Berikut tumbuhan yang digunakan untuk
“living wall” pada fasad.
Gambar 16 Fasad tampak atas
Pemanfaatan Lahan
Dari keseluruhan lahan yaitu kurang lebih Gambar 18 Fasad tampak depan di malam hari
Implementasi Perancangan
Perancangan fasad bangunan ramah lingkungan
untuk konsumen peminat teh menghasilkan desain
fasad sebagai berikut.
Ekterior
Gambar 19 Fasad tampak samping di siang hari
Gambar 20 Fasad tampak belakang di siang hari
Gambar 24 Interior lantais atu1 di sore hari
Gambar 22 Interior lantai dua di siang hari Gambar 26 Interior lantai dua di sore hari
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan perancangan dan eksplorasi konsep
desain pada judul jurnal “Perancangan Fasad Ramah
Lingkungan Untuk Konsumen Peminat Teh Di
Surabaya” dapat disimpulkan :
1. Fasad bangunan ramah lingkungan dapat
membentuk atmosfer dan ambiens yang
dekat dengan alam sehingga cocok untuk
identitas konsumen yang mengedepankan
Gambar 23 Interior lantai satu di siang hari relaksasi dan waktu santai.
2. Fasad bangunan ramah lingkungan dapat
membentuk identitas yang ikonik karena
temanya yang jarang digunakan terutama di
Indonesia.
3. Fasad bangunan ramah lingkungan dapat
membantuk kontrol temperatur dalam
maupun luar ruangan serta pertukaran
oksigen, sehingga berpengaruh besar dalam
aspek kesehatan.
4. Fasad bangunan ramah lingkungan memiliki
nilai jual bangunan yang tinggi, terutama di
Surabaya karena mempunyai potensi besar
untuk ikut berpartisipasi dalam membentuk
Surabaya “Eco City”.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Verma, Harsh : Coffee and Tea: Socio-
cultural Meaning, Context and Branding, Asia-Pacific
Journal of Management Research and Innovation,
London, 2013
[2] Zakariyah, Mochamad. Anindita, Ratya.
Baladina, Nur : Analisis Daya Saing Teh Indonesia Di
Pasar Internasional, Mahasiswa Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya,
[3] Burhan, Özgür. Karaca, Elif : Vertical
Gardens, 2013
http://dx.doi.org/10.5772/55763
Akses terakhir : 11/1/2018
[4] Martin, Alexandra : Quai Branly Museum
and the Aesthetic of Otherness,