Modul Praktikum New
Modul Praktikum New
Nama :
NIM :
Kampus : Indralaya / Palembang*
Gambaran Umum:
Mata Kuliah Praktikum Pemboran dan Peledakan merupakan maka Kuliah
Wajib pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
yang diberikan pada Semester IV (empat). Mata Kuliah ini berisi materi:
1. Bahan Peledak yang meliputi sejarah, jenis dan komposisi Bahan Peledak
2. Perlengkapan dan Peralatan Peledakan
3. Keselamatan Penanganan Bahan Peledak yang meliputi penyimpanan,
pengangkutan dan penggunaan bahan peledak
4. Pemboran dan Geometri Lubang Ledak yang meliputi klasifikasi alat bor,
teknis dan pola pemboran, geometri lubang ledak, Sistem Pengisian,
Rangkaian dan Penyalaan Peledakan
5. Desain Pemboran dan Peledakan; Analisis Hasil Peledakan yang meliputi
analisis fragmentasi, pelemparan batuan, efisiensi penggunaan bahan
peledak
6. Secondary Blasting, dan
7. Pengendalian Efek Peledakan yang meliputi efek getaran tanah, air blast
dan pelemparan batuan.
TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan secara rinci
beberapa hal sebagai berikut:
1. Definisi, tipe dan jenis detonator
2. Muatan yang terdapat di dalam detonator
3. Identifikasi dan penggunaan detonator
DASAR TEORI
1. Pengertian umum detonator
Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk
letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap
bahan peledak peka detonator atau primer. Detonator disebut dengan blasting
capsule atau blasting cap. Adapun pengelompokkan jenis detonator didasarkan
atas sumber energi pemicunya, yaitu api, listrik, dan benturan (impact) yang
mampu memberikan energi panas didalam detonator, sehingga detonator meletup
dan rusak. Spesifikasi fisik dari detonator secara umum sebagai berikut:
Bentuk : tabung silinder
Diameter : 6 – 8 mm
Tinggi : 50 – 90 mm
Bahan selubung luar : terbuat dari alumunium, tembaga
Jenis detonator biasa : salah satu ujung tabung terbuka
Jenis detonator listrik : pada salah satu ujung tabung terdapat dua
kawat
Jenis detonator nonel : pada salah satu ujung tabung terdapat sumbu
non-electric (nonel) terbuat dari plastik.
Muatan detonator : semua jenis detonator berisi bahan peledak
kuat (high explosive) dengan jumlah tertentu
yang menentukan kekuatannya dan bahan
penimbul panas.
Jadi daya ledak detonator No. 8 lebih kuat dibanding detonator No. 6. Kadang-
kadang diproduksi juga detonator No. 4, yang berarti kandungan PETN lebih kecil
dari 0,22 gr, untuk keperluan tertentu.
Disamping pengelompokkan detonator berdasarkan energi pemicunya,
detonator pun dikelompokkan berdasarkan waktu meledaknya, yaitu:
Instantaneous detonator adalah detonator yang meledak langsung setelah
sumber energi menginisiasi isian primer dan sekunder; dan
delay detonator adalah detonator yang dapat menunda sumber energi
beberapa saat, yaitu antara puluhan millisekon sampai sekon atau detik,
untuk meledakkan isian primer dan sekunder.
penyumbat
penyumbat
fusehead : fusehead
1000 sekon = 50 ms
50
1½ sekon = 1500 ms ¾ sekon = 750 ms
2 sekon = 2000 ms 1 sekon = 1000 ms 100
1000 sekon = 100 ms
dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya
Gambar 6. Detonator listrik seismik dan bawah air (ICI Explosives, 1988)
4. Detonator nonel
Detonator nonel (non-electric) dirancang untuk mengatasi kelemahan yang
ada pada detonator listrik, yaitu dipengaruhi oleh arus listrik liar, statis, dan kilat
serta air. Akhirnya diketemukan suatu proses transmisi signal energi rendah
gelombang kejut menuju detonator tanpa mempengaruhi bahan peledak yang
digunakan. Transmisi signal terjadi di dalam suatu sumbu (tube) berdiameter 2 – 3
mm terbuat dari semacam lapisan plastik yang pada bagian dalamnya dilapisi
Lapisan luar
Lapisan tengah
Lapisan dalam
sumbu nonel
label tunda
“J” hook
Gambar 9. “J” hook dan label tunda pada detonator nonel (ICI Explosives, 1988)
Label tunda
a sumbu nonel
Gambar 10. Detonator nonel dalam lubang ledak atau in-hole delay
(a. Dyno Nobel, 2002; b. ICI Explosives, 1988)
Bunch block
Detonator
delay
sumbu nonel
PREPRAKTIKUM
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat, lingkarilah A, B, C, atau D.
1) Secara normal detonator meledak disebabkan oleh adanya :
A. ledakan awal
B. efek panas
C. getaran yang hebat
D. semua jawaban benar
2) Kekuatan suatu detonator ditentukan oleh:
A. berat isian dasar
B. berat isian utama
C. berat isian dasar dan utama
D. berat total detonator
3) Detonator nomor 8 adalah detonator yang sering dipakai pada peledakan
penambangan bahan galian, sebab:
Berilah tanda silang pada kotak YA untuk jawaban yang benar, dan pada kotak
TIDAK untuk jawaban yang salah.
9) Kekuatan arus yang dihantarkan ke detonator listrik agar meledak harus
lebih besar dibanding arus liar atau arus statis
YA TIDAK
10) Pada sistem interval waktu tunda MS, bila pada label detonator listrik tertera
angka 10, artinya adalah 10 MS
YA TIDAK
11) Sumbu detonator nonel mudah meledak oleh gesekan dan dapat terinisiasi
oleh panas
YA TIDAK
12) Dibagian dalam sumbu nonel terdapat bahan kimia reaktif HMX yang
bersuhu stabil serta memiliki densitas dan kecepatan detonasi yang tinggi
YA TIDAK
13) Susunan satu set detonator nonel adalah; sumbu nonel, label tunda, “J” hook,
dan detonator nonel
YA TIDAK
14) Sumbu nonel hanya bisa diaktifasi atau diinisiasi oleh alat starter nonel.
YA TIDAK
15) Ketika akan menentukan nilai waktu tunda detonator nonel in-hole delay,
maka nilainya harus lebih besar dibanding surface delay.
YA TIDAK
1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah
TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan secara rinci
beberapa hal sebagai berikut:
1. tipe dan jenis sumbu pada peledakan
2. tipe dan jenis sambungan pada peledakan
DASAR TEORI
1. Sumbu api (safety fuse)
Sumbu api adalah alat berupa sumbu yang fungsinya merambatkan api
dengan kecepatan tetap. Perambatan api tersebut dapat menyalakan ramuan
pembakar (ignition mixture) di dalam detonator biasa, sehingga dapat meledakkan
isian primer dan isian dasarnya.
Bagian inti dari sumbu api berupa blackpowder atau gunpowder yang
tergolong bahan peledak lemah (low explosive) dan dibungkus oleh tekstil serta
dilapisi material kedap air, misalnya aspal dan plastik. Fungsi pembungkus adalah
untuk:
1. Menjaga blackpowder dari air, minyak, atau zat lain yang dapat mem-
pengaruhi laju pembakarannya,
2. Menjaga sumbu dari kerusakan mekanis agar tetap dapat mempertahankan
fleksibilitasnya,
3. Untuk menjaga energi tidak berubah akibat pengaruh dari luar sumbu hingga
api sampai ke bahan peledak dalam detonator .
Apabila terdapat kerusakan pada pembungkus, lapisan kedap air, dan semua zat
lain yang masuk ke dalam inti, maka kinerja sumbu api jadi rusak.
a. Kecepatan rambatan
Sumbu api terbakar dengan kecepatan rambat yang terkontrol, sehingga
panjang sumbu api yang telah ditentukan ekuivalen dengan interval waktu tertentu
pula. Penting untuk diingat bahwa sumbu terbakar pada bagian intinya, yaitu
Gambar 13. Gulungan sumbu api 12,5 m dan dalam kemasan rol 250 m
(ICI Explosives, 1988)
Potong sumbu api tegak lurus sesuai dengan panjang yang diperlukan
Ambil detonator secara hati-hati dari kotaknya
Sisipkan ujung sumbu api yang baru dipotong tepat kedalam detonator
sedalam mungkin sampai menyentuh bagian dalam detonator (ramuan
pembakar) dengan cara mendorong, tapi jangan sekali-kali ditekan atau
diputar (Gambar 14.a)
Jepit mulut detonator dengan cramper yang akan mengurung sumbu api
dengan sempurna (Gambar 14.b) dan hasilnya terlihat pada Gambar 2.2.c.
Celupkan seluruh detonator dan sumbu api sepanjang 25 mm ke dalam
larutan penyebab kedap air (waterproofing compound)
Hindarkan dari tekanan atau terkena panas pada ujung detonator yang
tertutup
Cara pemotongan sumbu api harus benar, yaitu pada salah satu ujung
dipotong miring dan ujung yang lainnya tegak lurus (Gambar 15). Ujung yang
dipotong tegak lurus masuk ke dalam detonator dan diusahakan blackpowder
bersentuhan dengan ramuan pembakar agar transfer rambatan api berjalan baik.
Sementara pada ujung sumbu api yang dipotong miring akan mempermudah
penyulutan.
a b c
Gambar 16.
Anyaman tekstil
sintetis Serat nylon
Selubung PETN Inti katun
plastik
SHEARCORD 70
gr/m
GEOFLEX 40 gr/m
GEOFLEX 20 gr/m
FLEXICORD 10 gr/m
TUFFCORD 10 gr/m
POWERCORD 5 gr/m
Nominal
Core Load (g/m) 5.0 10.0
Nominal
Diameter (mm) 4.2 5.0
Sumbu api
Detonator
No. 6 atau 8
Ke arah rangkaian
peledakan
Leg wire
Detonator
Ke arah rangkaian No. 6 atau 8
peledakan
Sumbu ledak Selotip kuat
Gambar 21. Kawat utama (lead wire) untuk peledakan listrik (ICI Explosives)
Plastic Ignitor Cord (PIC), adalah suatu alat bantu penyulut beberapa sumbu
api berbentuk sumbu panjang yang bagian luarnya diselubungi plastik.
a. PIC-cepat b. PIC-lambat
a. Rol PIC-cepat
500 ft (165 m)
a b
b. Bean-hole
c. Penyambungan sumbu
api dan bean-hole
dengan PIC-cepat
clove hitch
joint
lap joint
15 ms Hitam (black)
25 ms Biru (blue)
35 ms Kuning (gold)
45 ms Hijau (green)
60 ms Merah (red)
9 ms Hijau
17 ms Kuning
25 ms Merah
35 ms Hitam
64 ms Biru
100 ms Hitam
Sumbu nonel
Sumbu ledak
Blok plastik
Cara mengikat
sumbu ledak
Sumbu nonel
Sumbu ledak
PREPRAKTIKUM
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat, lingkarilah A, B, C, atau D.
1. Untuk menghindari kegagalan peledakan menggunakan sumbu api, maka
blackpowder didalamnya harus dijaga. Bagaimana caranya.
A. Ujung sumbu diselotip agar tidak lembab atau kemasukkan air
B. Bila akan disulut, dipotong terlebih dahulu sekitar 30 cm
C. Jangan disimpan di gudang yang berudara lembab
D. semua jawaban benar
2. Kecepatan reaksi blackpowder hanya sekitar 100 detik per meter atau 60 cm/
menit, sehingga tergolong pada low explosive. Apakah jenis reaksinya
6. Terdapat dua jenis PIC, yaitu PIC-cepat dan PIC-lambat. Untuk keperluan apa
PIC-lambat dipakai :
A. Penyambungan sumbu api pada penambangan bawah tanah
B. Penyambungan sumbu ledak pada penambangan bawah tanah
C. Penyambungan sumbu api pada penambangan terbuka atau quarry
D. Untuk keperluan sembarang peledakan
7. Apa persyaratan yang paling penting dalam menyambung sumbu nonel atau
sumbu ledak antar lubang digunakan blok MS Connector :
A. Sumbu ledak dan nonel harus diikat kuat
B. Sumbu ledak dan nonel harus saling menyentuh
C. Sumbu ledak harus betul-betul menyentuh detonator dalam blok MS
Connector
D. Sumbu ledak diikat pada blok MS Connector
KEGIATAN PRAKTIKUM
1. Peragakan bagaimana menyambung sumbu api dengan detonator biasa
2. Peragakan bagaimana meledakkan sumbu nonel dengan detonator listrik
3. Bagaimana Anda menggunakan MFI untuk menginisiasi 7 sumbu api
4. Sambungkan sumbu ledak menggunakan blok MS Connector, DRC dan
sambungan antar sumbu ledak.
5. Peragakan penyambungan PIC-cepat dengan bean-hole
1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah
TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan secara rinci
tentang :
a. Perbedaan primer dan booster pada peledakan penambangan bahan galian,
b. Cara pembuatan primer.
DASAR TEORI
1. Perbedaan Primer dan Booster
Primer adalah suatu istilah yang diberikan pada bahan peledak peka
detonator, yaitu bahan peledak berbentuk cartridge berupa pasta atau keras, yang
sudah dipasang detonator yang diletakkan di dalam kolom lubang ledak. Proses
peledakan di dalam kolom lubang ledak sebagai berikut:
setelah alat pemicu ledak menginisiasi detonator, maka cartridge akan
meledak,
meledaknya cartridge atau primer akan memberikan energi cukup kuat
untuk menginisiasi bahan peledak utama disepanjang kolom lubang ledak.
Terdapat tiga tempat atau titik untuk meletakkan primer di dalam kolom
lubang ledak (lihat Gambar 30) , yaitu:
1) Dibagian dasar bahan peledak dalam kolom lubang ledak, disebut bottom
priming,
2) Dibagian tengah bahan peledak dalam kolom lubang ledak, disebut deck
atau middle priming,
3) Dibagian atas bahan peledak dalam kolom lubang ledak, disebut top atau
collar priming,
Energi peledakan cenderung menurun seiring dengan semakin jauhnya jarak
propagasi energi tersebut dengan titik lokasi primer (lihat Gambar 31.b). Untuk
mempertahankan energi tetap pada kekuatan maksimum dapat ditambahkan
booster di dalam kolom lubang ledak. Booster tersebut akan terinisiasi oleh
Penyumbat
(stemming)
Kolom lubang
ledak
PRIMING
Gambar 31. Perbedaan booster dan primer serta karakter energi ledak ANFO
1. Pembuatan Primer
Pembuatan primer umumnya dilakukan dengan cara memasang detonator
atau sumbu ledak ke dalam cartridge bahan peledak kuat atau bahan peledak peka
1) 3)
Gambar 32.
Pembuatan primer
menggunakan
detonator biasa
2)
b. Cara ke 2
a. Cara ke 1
a. Cara ke 1 b. Cara ke 2
Composition PETN/TNT
Nominal Density (g/cc) 1.65 0.1
Sensitivity 2 3.6g cord
Ideal Velocity of Detonation1 (m/sec) 7200
detaprime buatan Nitro Nobel. Detaprime adalah booster yang berbentuk silinder
dengan diameter antara 10 – 15 mm dan panjang antara 50 – 75 mm dilengkapi
lubang ditengahnya yang cukup untuk menyisipkan sebuah detonator. Detaprime
terbuat dari campuran PETN dan perekat elastomerik, sehingga dengan densitas
1,5 gr/cc mempunyai VoD sekitar 7315 m/s dan bisa tahan selama 3 – 5 tahun.
Elastomerik memberikan tekstur dan sifat-sifat seperti karet pada detaprime.
Begitu kecilnya detaprime, maka sangat ekonomis digunakan baik pada peledakan
tambang terbuka maupun bawah tanah.
Tabel 10. Spesifikasi Detaprime buatan Nitro Nobel
Tipe Berat, Jumlah per Inisiator Penggunaan
gr kotak
Meledakkan ANFO dan
GA 18 200 Detonator listrik watergels sampai diameter
lubang ledak 115 mm (4,5 inci)
- Sumbu ledak 10 Meledakkan ANFO dan
gr/m
WG 20 200 watergels sampai diameter
- Sumbu api
lubang ledak 115 mm (4,5 inci)
- Detonator Nonel
Meledakkan ANFO dengan
UA 6 500 Detonator listrik diameter lubang ledak 65 mm
(2,5 inci) dan watergels
- Sumbu api Meledakkan ANFO dengan
UF 6 400 diameter lubang ledak 65 mm
- Detonator Nonel
(2,5 inci) dan watergels
LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 52
PREPRAKTIKUM
Lingkari atau berilah tanda silang ( X ) pada huruf:
A. Jika pernyataan 1), 2) benar
B. Jika pernyataan 2), 3) benar
C. Jika pernyataan 1), 2), 3) benar
D. Jika pernyataan 1), 2), 3), 4) benar
KEGIATAN PRAKTIKUM
1) Peragakan cara membuat primer dengan detonator biasa
2) Peragakan cara membuat primer dengan detonator listrik
3) Peragakan cara membuat primer dengan detonator nonel
1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah
TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan tentang:
1. Tipe dan jenis alat pemicu peledakan listrik dan non-listrik (nonel)
2. Cara pengoperasian alat pemicu peledakan secara aman
3. Alat pendukung peledakan listrik
4. Jenis alat pencampur dan pengisi bahan peledak
5. Persyaratan alat pencampur dan pengisi bahan peledak
DASAR TEORI
2. Alat pemicu peledakan listrik
Alat pemicu pada peledakan listrik dinamakan blasting machine (BM) atau
exploder merupakan sumber energi penghantar arus listrik menuju detonator. Cara
kerja BM pada umumnya didasarkan atas penyimpanan atau pengumpulan arus
pada sejenis kapasitor dan arus tersebut dilepaskan seketika pada saat yang
dikehendaki. Pengumpulan arus listrik dapat dihasilkan malalui:
1) Gerakan mekanis untuk tipe generator, yaitu dengan cara memutar engkol
(handle) yang telah disediakan (contoh Gambar 38.a). Putaran engkol
dihentikan setelah lampu indikator menyala yang menandakan arus sudah
maksimum dan siap dilepaskan. Saat ini tipe generator sudah jarang
digunakan.
2) Melalui baterai untuk tipe kapasitor, yaitu dengan cara mengontakkan kunci
kearah starter dan setelah lampu indikator menyala yang menandakan arus
sudah terkumpul maksimum dan siap dilepaskan (Gambar 38.b dan 38.c).
Arus yang dilepaskan harus dapat mengatasi tahanan listrik di dalam
rangkaian peledakan. Untuk itu perlu diketahui benar kapasitas BM yang akan
digunakan jangan sampai kapasitasnya lebih kecil dibanding tahanan listrik
seluruhnya. Tahanan rangkaian listrik harus diukur atau dihitung terlebih dahulu
dan harus dijaga jangan sampai terdapat kebocoran arus karena terdapat kawat
terbuka yang berhubungan dengan tanah, air atau bahan lain yang bersifat
a. BEETHOVEN MK II A b. NISSAN F-
a. BEETHOVEN MK II A
b. NISSAN F-3
c. REO BM175-10ST
c. REO BM175- Merupakan BM yang dapat meledakkan 10 sirkuit
Gambar 38. Beberapa jenis dan tipe pemicu ledak listrik dan keterangannya
Prosedur penggunaan alat pemicu ledak listrik (BM) untuk seluruh tipe seperti
pada Gambar 38 adalah sama, yaitu:
Strike
Barrel
Shot shell
Beethoven
Gambar 46. Kawat utama (lead wire) untuk peledakan listrik (ICI Explosives)
KEGIATAN PRAKTIKUM
1) Ambil 1 m kawat listrik dan ukurlah tahanannya menggunakan blastohmeter
2) Ambil potongan kawat legwire (tanpa detonator) sepanjang 20 cm, hubung-
kan masing-masing ujungnya dengan kedua kutub pada blasting machine,
kemudian lakukan prosedur seperti akan melakukan peledakan. Apa yang
terjadi kawat setelah diledakkan?
3) Ambil dua potongan kawat legwire (tanpa detonator) dengan panjang sama,
misalnya 1 m. Satu kawat dukupas ditengah-tengahnya sepanjang 5 cm,
sedangkan yang lainya dibiarkan utuh. Masukkan kedua tersebut kedalam
tanah sedalam 0,5 m, ukurlah tahanannya. Apakah ada perbedaan, bila ada
kenapa berbeda?
4) Ujilah blasting machine yang Anda miliki menggunakan Rheostat.
5) Peragakan pembuatan campuran AN dan FO untuk mendapatkan 10 kg
ANFO
6) Operasikan alat pencampur ANFO coxan untuk memperoleh 20 kg ANFO
1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah
TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan tentang:
1. Jenis alat pencampur dan pengisi bahan peledak
2. Persyaratan alat pencampur dan pengisi bahan peledak
DASAR TEORI
1. Alat pencampur bahan peledak
Bahan yang dicampur biasanya agen peledakan. Bila ANFO dipergunakan
sebagai agen peledakan, maka diperlukan alat untuk mencampur AN dan FO. Alat
yang paling sederhana adalah penakar kedua bahan tersebut dan tempat untuk
mengaduk bahan-bahan tersebut menjadi campuran yang homogen. Ada yang
menggunakan alat pencampur bahan cor (semen, pasir dan air), yaitu concrete
mixer atau “molen”, sebagai alat untuk mencampur AN dan FO. Alat tersebut
cukup baik untuk menghasilkan campuran yang homogen, namun pelaksanaannya
harus penuh kehati-hatian, sebab “molen” tidak dirancang untuk mengaduk bahan
peledak. Alat pencampur bahan peledak harus memenuhi beberapa persyaratan,
sebab hasilnya berupa bahan peledak kuat yang berbahaya bagi keselamatan kerja.
Persyaratan tersebut yaitu:
Bahan yang kontak dengan AN terbuat dari stainless-steel atau diberi lapisan
epoxy.
Pada waktu bekerja tidak menimbulkan panas yang berlebih atau listrik
statis.
Gambar 47 memperlihatkan alat pencampur bahan peledak ANFO yang
dinama-kan Coxan ANFO Mixer. Alat ini dirancang untuk mencampur AN dan
FO dengan perbandingan 94%:6% dengan cara kerja sebagai berikut:
1) Butiran AN dimasukkan ke corong (hopper) yang dilengkapi dengan saringan.
Saringan ini diperlukan karena kadang-kadang terdapat AN yang
menggumpal, sehingga gumpalan dan butiran AN dapat dipisahkan. Gumpalan
AN yang tertinggal di atas saringan dikeluarkan atau kalau
Corong
untuk
Inlet
untuk
Gambar 49. Tipikal pengisian manual lubang ledak di quarry atau tambang
terbuka (Quarry andesit, PT. Trumix Beton, Bogor, Indonesia, 1995)
Cartridge
Tongkat pendorong
dan pemadat
Primer
Tongkat
pendorong
Hampir semua perusahaan jasa peledakan memiliki MMU dan salah satunya
seperti terlihat pada Gambar 52 dan 53. Setiap MMU umumnya terdiri dari tiga
kompartemen yang bermuatan butiran ammonium nitrat (AN), bahan bakar
(solar), dan emulsi. Emulsi telah dibuat di pabrik pembuatan emulsi yang biasanya
berlokasi dekat dengan gudang bahan peledak. Melalui tiga komparteman tersebut
dapat diramu beberapa jenis bahan peledak sesuai dengan kondisi batuan dan
terlebih dahulu dibuat kesepakatan antara pemberi jasa peledakan dengan
konsumen. Diantara jenis bahan peledak yang dapat diramu adalah ANFO dan
heavy-ANFO (campuran ANFO dengan emulsi). Bahan peledak ANFO diramu
dengan mengeluarkan AN dan solar dari kompartemennya secara otomatis dengan
perbandingan 94,5% AN dan solar 5,5% berat. Demikian juga halnya dengan
heavy-ANFO dikeluarkan dari kompartemennya dengan perbandingan tertentu
pula (lihat Modul 1, Pengenalan Bahan Peledak, tentang bahan peledak heavy-
ANFO). Cara pengeluaran jenis bahan peledak dari MMU
Oleh sebab itu, setiap MMU harus dilengkapi dengan alat pengeluaran
yang mampu mengalirkan bahan peledak sesuai dengan viskositasnya ke dalam
lubang ledak dengan kecepatan yang terukur. Gambar 54 menunjukkan sketsa
MMU buatan Dyno Westfarmers yang menunjukkan susunan kompartemen dan
bagian-bagian penting lainnya.
PREPRAKTIKUM
Berilah tanda silang pada kotak YA untuk jawaban yang benar, dan pada kotak
TIDAK untuk jawaban yang salah.
1) Menggunakan concrete mixer untuk pencampuran AN dan FO sangat baik
dan dapat menjamin keamanannya
YA TIDAK
2) Alat pencampur AN dan FO yang baik adalah bahan yang kontak dengan AN
terbuat dari stainless-steel atau dilapisi epoxy
YA TIDAK
3) Pertimbangan penggunaan MMU pada hakekatnya dilihat dari aspek ekonomi
dan bukan semata-mata untuk pemenuhan produksi.
YA TIDAK
4) Menggunakan MMU lebih fleksibel dalam memilih campuran bahan
peledakan dengan variasi densitas
YA TIDAK
KEGIATAN PRAKTIKUM
1) Peragakan pembuatan campuran AN dan FO untuk mendapatkan 10 kg
ANFO
2) Operasikan alat pencampur ANFO coxan untuk memperoleh 20 kg ANFO
1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah
TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan tentang
teknik profiling pada tambang terbuka dan persiapan sebelum pengeboran pada
tambang bawah tanah
DASAR TEORI
1. Teknik profiling
Untuk melakukan profiling diperlukan meteran panjang yang digulung dan
alat pengukur sudut. Sebagai pengukur sudut gunakan kompas geologi, misalnya
kompas tipe “Brunton”, tipe “Silva”, atau jenis kompas geologi lainnya yang
sejenis yang dapat mengukur sudut vertikal. a. Pengukuran sudut vertikal
Kompas pengukur sudut yang akan diuraikan berikut ini adalah tipe Brunton
(lihat Gambar 55). Kompas Brunton dapat mengukur sudut horizontal (azimuth)
maupun vertikal (kemiringan). Namun, dalam pekerjaan profiling kompas hanya
digunakan untuk mengukur sudut vertikal saja. Pada bagian belakang kompas
terdapat engkol pemutar vernier sudut vertikal yang akan menunjukkan sudut
vertikal. Langkah-langkah pengukuran sudut vertikal sebagai berikut:
1) Posisikan sisi kompas pada bidang miring yang akan diukur besar sudutnya
2) Putar engkol di bagian belakang atau punggung kompas, sehingga vernier
sudut vertikal serta nivo tabung bergerak
3) Seimbangkan gelembung udara pada nivo tabung, yaitu dengan memposisikan
gelembung udara tersebut tepat ditengah-tengah
4) Angka sudut vertikal antara 0 – 90 terletak di bawah vernier sudut vertikal
yang sekaligus sebagai penunjuknya. Baca dan catatlah angka sudut vertikal
tersebut.
b. Pelaksanaan profiling
a b c d
PREPRAKTIKUM
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat, lingkarilah A, B, C, atau D.
1) Bila saudara melihat bidang bebas yang akan diledakkan sangat tidak ber-
aturan dan harus profiling, faktor apa yang pertama kali harus diperhatikan:
A. Peralatan ukur sudut dan meteran
B. Keamanan dan keselamatan kerja tempat profiling
C. Cuaca pada saat pengerjaan profiling
D. Dibiarkan saja bidang bebas tidak perlu dikondisikan
2) Setelah pemuatan hasil peledakan selesai dan ventilasi cukup menunjang,
maka tugas Juru Ledak sebelum grup pengeboran bekerja adalah :
A. Memasang ventilasi
B. Menginformasikan ke Juru Bor bahwa pengeboran siap dikerjakan
C. Memberi tanda titik-titik lubang bor dengan cat
D. Membersihkan atap dan dinding dari adanya batu menggantung
memakai scaling bar.
3) Informasi yang harus disampaikan kepada Juru Bor sebelum pengeboran
dikerjakan adalah:
A. Spesifikasi setiap lubang bor, yaitu diameter, spasi, burden,
kemiringan, dan kedalaman
B. Jenis alat bor yang harus dipakai.
C. Jumlah lubang bor yang harus dibuat
D. Semua jawaban benar
KEGIATAN PRAKTIKUM
1) Ukur sudut vertikal 30 menggunakan kompas Brunton
2) Bentuk team sebanyak 3 orang, kemudian peragakan pekerjaan profiling
3) Ukurlah berapa meter panjang AC dan CD dengan skala 1 cm = 1 m,
kemudian dengan menggunakan busur derajat ukur BAD dan BAC
1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah
LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 84
PRAKTIKUM 7
PERSIAPAN TEKNIS
TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan secara rinci
tentang pemeriksaan lubang ledak, pengisian lubang ledak, dan penyambungan
rangkaian pada setiap sistem peledakan.
DASAR TEORI
1. Pemeriksaan lubang ledak
Pekerjaan yang harus dilakukan menjelang pengisian setiap lubang adalah
memeriksa lubang tersebut agar pada saat pengisiannya tidak ada hambatan.
Beberapa aspek yang harus diperiksa adalah sebagai berikut:
1) Memeriksa kedalaman: Untuk mengecek kedalaman dapat digunakan meteran
dengan diberi pemberat secukupnya atau menggunakan tongkat berskala
(biasanya dibuat dari bambu) seperti terlihat pada Gambar 59.a. Bila lubang
ledak tidak sesuai dengan yang direncanakan, maka yang harus dilakukan
adalah:
Apabila terlalu dalam, isilah dengan bahan untuk stemming kemudian
dipadatkan sampai kedalamannya berkurang dan sesuai dengan yang
direncanakan.
Apabila kurang dalam, harus dilakukan pengeboran untuk
memperdalamnya agar sesuai dengan kedalaman lubang yang
direncanakan
2) Memeriksa adanya penghambat: Apabila terasa ada hambatan atau penyumbat
lubang dapat digunakan tongkat bambu untuk mendorong material
penghambat (tamping). Atau dapat pula menggunakan tali yang diberi
pemberat untuk memukul dan mendorong material penghambat (lihat Gambar
59.b dan 59.c). Apabila penyumbat tersebut sulit diatasi dengan kedua cara di
atas, maka perlu dibor ulang dengan hati-hati.
a. b. c.
Gambar 59. Cara memeriksa kedalaman dan adanya penyumbat dalam lubang
ledak
a b c
1 2 3
a b
Gambar 64. Pengisian lubang ledak vertikal ke atas
1) Pasang primer terlebih dahulu pada bagian dasar lubang.
2) Pasang pipa dan sisakan ruangan pada bagian dasar lubang di atas, kemudian
pasang penyumbat yang kuat pada bagian collar lubang ledak..
3) Sisipkan selang ke dalam pipa, lalu pompakan bahan peledak yang akan
menyembur keluar pipa di dalam lubang ledak, sehingga bahan peledak
tersebut akan memenuhi lubang ledak bergerak dari bawah ke atas.
4) Turunkan atau tarik selang perlahan-lahan dan apabila sudah batas penyumbat
tutuplah pipa tersebut dengan kuat.
5) Pada Gambar 64.a.3 pengisian bahan peledak tidak menggunakan pipa,
sebagai gantinya dipasang sentraliser dan bahan peledak akan mengisi lubang
ledak dari bagian dasar lubang bergerak turun sampai bagian collar.
Kemudian tutup lubang ledak dengan penyumbat yang kuat.
Gambar 64.b adalah cara pengisian mekanis yang dinamakan half–pusher buatan
Nitro Nobel dan digunakan untuk bahan peledak tipe cartridge. Cara kerjanya
sbb:
a b
Sumbu api
MFI
a. Cara menghubungkan beberapa 1
sumbu api ke dalam MFI
KETERANGAN (Gambar 2.8.b)
MFI 2
Lubang ledak
Sumbu api dari MFI ke lubang ledak
Slot -
conn.
Sumbu api
PIC-cepat
a. utama
Gambar 67. Perangkaian sumbu api utama dengan PIC (ICI Explosives)
Saat ini penggunaan detonator biasa untuk kegiatan peledakan utama pada
penambangan terbuka dan bawah tanah sudah berkurang karena tersaingi
keunggulannya oleh detonator listrik dan nonel. Sampai tahun 1960-an peledakan
bahan galian menggunakan detonator biasa masih intensif, baik pada tambang
terbuka maupun bawah tanah, dengan menerima segala kelemahannya. Oleh
sebab itu jaminan keselamatan kerja menjadi sangat kritis. b. Sambungan pada
rangkaian listrik
Umumnya penyambungan hanya dilakukan antar kawat pada sistem
rangkaian peledakan listrik. Penyambungan tersebut sangat kritis, terutama kalau
terpaksa berada dalam lubang ledak yang apabila tidak diisolasi dengan kuat dapat
menyebabkan arus pendek akibat adanya dari arus liar (stray current) dan arus
statis (static current). Untuk menghindari kemungkinan tersebut harus dilakukan
pengukuran menggunakan blastohmeter (BOM) pada setiap titik sambungan dan
legwire yang telah dimasukkan ke dalam lubang ledak. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada penyambungan kawat pada peledakan listrik adalah:
Sambungan legwire dengan connecting wire atau kabel pembantu di dalam
lubang harus diisolasi dengan baik dan kuat
Penyambungan rangkaian antar lubang harus dilaksanakan secepatnya
dengan cara penyambungan seperti pada Gambar 68 dan 69. Ujung kawat
jangan terbuka, tetapi harus selalu diikat, baik legwire secara terpisah
maupun ujung kawat dari rangkaian yang akan disambung ke lead wire.
a. b. c. (d) (e)
Langkah-langkah penyambungan:
1) Rangkaian seri
Rangkaian seri adalah rangkaian yang sangat sederhana dengan arus
minimum yang disuplai blasting machine pada setiap detonator sekitar 1,5 Amper
untuk menjamin tiap detonator tersebut meledak sempurna. Prinsip perangkaian
adalah menghubungkan legwire dari satu lubang ke lubang lain secara menerus,
sehingga apabila salah satu detonator mati, maka seluruh rangkaian terputus dan
akan berakibat gagal ledak. Pada sistem seri akan diperoleh arus (amper) yang
RTS R1 R2 R3 ... Rn
VIxR
di mana RTS, Rn, V dan I masing-masing adalah tahanan seri total, tahanan setiap
detonator, tegangan (voltage) dan arus. Dari rumus di atas terlihat bahwa
rangkaian seri menggunakan arus yang kecil tapi tegangan tinggi.
Penyelesaian:
Komponen Jumlah Tahanan Total tahanan
Detonator (leg wire) 40 1,8 ohms 72ohms
16,14
Kawat penyambung 22 35 m = 0,05 1,75 ohms
330
1) ohms/m
AWG
Kawat utama: 5,8 60 m 0,058 ohms/m 3,48 ohms
ohms/100m
1 1 1 1 ... 1
R R1 R 2 R3 Rn
TP
I 0,5 x detonator
total
1,8
330
Bus wire 30 m = 0,012 0,36 ohms
4,02
ohms/m
BM
Sumbu api
Detonator
No. 6 atau 8
Ke arah rangkaian
peledakan
Leg wire
Detonator
Ke arah rangkaian No. 6 atau 8
peledakan
Sumbu ledak Selotip kuat
DRC
DRC
Arah menuju
cabang
gelo mbang
Ara h
rangkaian
Gambar 76. Sambungan sumbu ledak utama dengan sumbu ledak cabang
Tidak seperti pada sumbu api yang harus memperhatikan jarak antar lubang
atau antar baris keran adanya pengaruh sympathetic detonation, maka pada nonel
kondisi tersebut tidak berpengaruh. Pada saat inisiasi keseluruh rangkaian, nonel
hampir tidak bersuara dibandingkan dengan sumbu ledak. Nonel tidak dapat
diiinisiasi oleh impact atau nyala api. Apabila dibandingkan dengan rangkaian
peledakan listrik yang harus memperhitungkan hubungan seri, paralel dan paralel-
seri, maka pada nonel hal tersebut tidak berlaku. Sistem waktu tunda dalam
rangkaian peledakan nonel menerapkan waktu tunda di permukaan (trunklines
atau surface delay) dan waktu tunda di dalam lubang (downline atau in-hole
delay). Ketentuan yang harus diperhatikan adalah detonator tunda di permukaan
harus meledak terlebih dahulu sebelum detonator tunda di dalam lubang ledak.
Oleh sebab itu waktu tunda di permukaan lebih kecil dibanding di dalam lubang,
atau “jumlah waktu tunda seluruh lubang ledak di permukaan lebih kecil
dibanding jumlah waktu tunda seluruh lubang ledak di dalam ludang ledak”.
Dengan cara demikian ketelitian ledakan setiap lubang lebih terjamin, sehingga
arah lemparan fragmentasi lebih presisi dan getaran yang dihasilkan kecil.
Perhatikan Gambar 2.19, 2.20 dan 2.21 yang memperlihatkan sistem peledakan
nonel di tambang terbuka. Waktu tunda ke arah kiri dan kanan dari IP (titik awal
inisiasi) berbeda dan waktu tunda di dalam lubang 175 ms, maka tertera pada
gambar tersebut bahwa waktu meledak sebenarnya merupakan penjumlahan
secara deret ukur dari waktu tunda dalam lubang dengan waktu tunda di
permukaan.
Sumbu ke arah downline bisa sumbu nonel atau sumbu ledak. Bila
menggunakan sumbu nonel, maka di dalam lubang ledak pun terjadi waktu tunda
ledak seperti telah diuraikan di atas; namun, bila menggunakan sumbu ledak,
peledakan di dalam lubang akan terjadi serentak. Penyambungan (tie-up) sumbu
downline dengan trunkline harus dilakukan dengan hati-hati agar jangan terbalik,
dengan cara sebagai berikut (lihat Gambar 80):
(1) Perhatikan arah datangnya gelombang inisiasi yang menuju rangkaian
(2) Blok pengikat (bunch block) yang dilengkapi detonator tunda harus
diletakkan dekat dengan lubang ledak
(3) Disepanjang control line terdapat 4 ikatkan sumbu nonel per bunch block,
yaitu 2 sumbu nonel tunda downline dan 2 sumbu nonel tunda trunkline
yang terdiri dari 1 sumbu control line dan 1 sumbu nonel cabang.
(4) Pada sumbu nonel cabang hanya terdapat 3 ikatan sumbu nonel per bunch
block, yaitu 2 sumbu nonel tunda downline dan 1 sumbu nonel tunda
trunkline.
75 50 25 42 84 126 168 210 252
250 225 200 175 217 259 301 343 385 427
bidang bebas
bidang bebas
sebenarnya
POLA PELEDAKAN
42 ms ke arah
Waktu tunda permukaan Waktu tunda dalam lubang
diagonal
(surface atau trunkline delay ) : (in-hole atau downline delay ):
17 ms sebagai
control-line di depan
- Menggunakan
PRIMADET 175 ms
sebenarnya
POLA PELEDAKAN
Trunkline
Tampak samping
J-Hook J-Hook
(a)
Arah tarikan
sumbu nonel
Ultrasonic seal
Mulut lubang
ledak
Trunkline
(b)
(c)
Hanging wall
Sumbu nonel
Kayu penopang
trunkline
Trunkline
Lantai
Dilarang memasang
detonator sebelum seluruh Detonator sebagai
penyambungan rangkaian di pemicu ledak ke arah
permuka kerja selesai permuka kerja
PREPRAKTIKUM
Lingkari atau berilah tanda silang ( X ) pada huruf:
A. Jika pernyataan 1), 2) benar
B. Jika pernyataan 2), 3) benar
C. Jika pernyataan 1), 2), 3) benar
D. Jika pernyataan 1), 2), 3), 4) benar
LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 110
1) Bila lubang berair langkah pertama yang harus dilakukan adalah:
4. Mengukur kedalaman air untuk mengetahui ketinggiannya
5.Mengeluarkan air agar lubang relatif kering menggunakan kompresor atau
alat timba khusus
6. Membiarkannya karena waktu pelaksanaan peledakan terbatas
7. Mengisinya dengan material lain
2) Beberapa faktor yang harus diperhatikan pada waktu akan mengisi lubang
dengan bahan peledak adalah:
1) Kondisi lubang ledak tersumbat atau tidak
2) Kedalaman lubang ledak
3) Lubang berair atau kering
4) Keberadaan rongga dalam lubang
4) Pada suatu tambang terbuka jumlah lubang yang akan diledakkan 100 lubang,
maka rangkaian listrik yang sesuai untuk peledakan tersebut adalah:
1) Rangkaian seri
2) Rangkaian seri-paralel
3) Rangkaian paralel-seri
4) Rangkaian paralel
KEGIATAN PRAKTIKUM
1) Telah disiapkan sejumlah lubang ledak seperti pada gambar di bawah ini, tugas
saudara adalah merangkainya secara seri-paralel dan hitunglah voltage yang
diperlukan, bila panjang leg wire tiap detonator 7 m memerlukan arusnya 1,5
amper, kawat penyambung tembaga ukuran 22 AWG 90 m, dan kawat utama
besi (ferro) ukuran 22 AWG 200 m. Hitunglah total tahanan dan voltage.
1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah
TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan secara rinci
tentang pengamanan umum peledakan, persiapan sebelum peledakan dan
pemeriksaan hasil peledakan.
DASAR TEORI
1. Pengamanan umum peledakan
Pengamanan lebih ditujukan kepada orang atau karyawan yang mendekati
atau melewati area peledakan. Maka dari itu beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pengamanan area peledakan tersebut adalah:
1) Hari-hari peledakan setiap minggu serta jam-jam peledakan pada hari tersebut
diatur dengan jadual tetap dan semua karyawan atau orang-orang yang ada
disekitar penambangan harus mengetahuinya.
2) Setiap kali akan melaksanakan peledakan pada tambang terbuka atau quarry,
persiapannya dapat dilakukan sesuai jam kerja pagi hari, tetapi detik-detik
peledakannya diatur pada jam istirahat siang.
3) Tanda peringatan berupa bendera dengan warna menyolok (biasanya merah)
dengan ukuran yang cukup dapat dilihat dari jauh dipasang di tempat-tempat
yang strategis atau di jalan-jalan yang biasa dilalui oleh penduduk dan
karyawan, sedemikian rupa sehingga orang lain tahu bahwa saat itu ada
kegiatan persiapan peledakan.
4) Area yang akan diledakkan harus dibatasi oleh pita pengaman dan hanya team
peledakan, inspektur tambang, polisi, kepala teknik dan satpam setempat
(perusahaan) yang sedang bertugas yang diperkenankan ada di dalam area
yang akan diledakkan, itupun kalau luas area memungkinkan.
5) Setelah bahan peledak dan perlengkapannya sampai di area peledakan, maka
secepatnya didistribusikan ke dekat setiap lubang yang telah disiapkan sesuai
dengan kebutuhan jumlah masing-masing lubang.
Harus dipertimbangkan arah dan jarak lemparan batu, ambil posisi yang
berlawanan.
Periksa keadaan sekeliling tempat berlindung, khususnya bila ada bongkahan
batu lepas disekitarnya yang cukup besar untuk berlindung
Bila keadaan area peledakan tidak ada tempat untuk berlindung dengan cukup
aman, maka harus disiapkan shelter, yaitu tempat perlindungan khusus terbuat
dari besi dengan ukuran minimal panjang dan lebar 1,50 m dan tinggi
secukupnya untuk berlindung team peledakan (Gambar 84).
Pemegang blasting machine harus orang yang berpengalaman dan memiliki
Kartu Ijin Meledakkan (KIM) atas nama yang bersangkutan dan perusahaan.
c. Tanda peringatan sebelum peledakan (aba-aba)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
a
.
c.
a. Menutup jalan
menggunakan
barikade
b. Menggunakan
sinyal bendera
b.
c. Menggunakan
megaphone atau
sirine yang keras
bidang bebas
Kawat utama
(lead wire)
Aba-aba kedua :
Pekerjaan pada aba-aba pertama sudah dilaksanakan dan Mandor atau
Foreman atau Pengawas Peledakan sedang melakukan pemeriksaan akhir
Kondensator dalam pemicu ledak sedang diisi arus listrik
Kawat utama sudah disambung dengan pemicu ledak (exploder)
PREPRAKTIKUM
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat, lingkarilah A, B, C, atau D.
1) Kapan sebaiknya peledakan rutin pada tambang terbuka dilaksanakan.
A. Pada waktu yang tetap dalam seminggu
B. Pada waktu siang hari pada jam istirahat
C. Ketika cuaca tidak mendung dan tidak banyak petir
D. Semua jawaban benar
2) Area yang akan diledakkan harus dibatasi oleh pita pengaman dan yang boleh
masuk ke area persiapan peledakan adalah petugas di abwah ini kecuali::
A. Karyawan
B. Team peledakan
C. Polisi dan inspektur tambang
D. Kepala teknik dan satpam yang sedang bertugas
3) Yang bertugas membuat primer adalah:
A. Team peledakan
B. Satpam yang sedang bertugas
C. Team peledakan yang ditunjuk
D. Semua jawaban benar
4) Kedua kawat pada detonator listrik harus diikatkan satu dengan lainnya sebab:
A. Mengikuti peraturan yang berlaku
B. Mengantisipasi kemungkinan adanya arus pendek dari listrik statis atau
arus liar.
C. Menjaga agar kawat tidak kusut
D. Agar mudah pengelompokkan waktu tundanya
5) Untuk menjaga agar sumbu ledak berfungsi dengan baik, maka:
A. Ujungnya dipotong menggunakan pisau
B. Sumbu harus dalam kondisi kering
C. Ujungnya dipotong miring agar mudah dibakar
D. Ujung-ujungnya dipotong ±20 cm lalu ditutup selotip sepanjang 5 cm
1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah
th
1. Anon., 1977, Blasters’ Handbook, Du Pont, 16 ed, Sales Development
Section, Explosives Products Division, E.I. du Pont de Nemours & Co.
(Inc), Wilmington, Delaware, pp. 87 – 142.
th
2. Anon., 1980, Blasters’ Handbook, Du Pont, 16 ed, Sales Development
Section, Explosives Products Division, E.I. du Pont de Nemours & Co.(Inc),
Wilmington, Delaware, pp. 115 – 216.
3. Anon, 1987, Anzomex Primers, the new generation, ICI Australia Operation,
Pty. Ltd. Explosive Division.
4. Anon, 1988, Blasting Explosives and Accessories, ICI Australia Operation,
Pty. Ltd. Explosive Division, pp. 1 – 17.
5. Anon, 1987, Detonating Cord, the new product for better blasting, ICI
Australia Operation, Pty. Ltd. Explosive Division, pp. 1 – 16.
6. Anon, 1987, Primadet, Initiating System, ICI Australia Operation, Pty. Ltd.
Explosive Division, pp. 1 – 13.
7. Anon, 1987, Siderdeck, Reel off in-hole delay initiation system, ICI Australia
Operation, Pty. Ltd. Explosive Division.
8. Anon, 1988, Technical Information, Dyno Westfarmer.
9. Anon, 2001, Technical Information, Dyno Nobel.
10. Anon, 2004, Technical Information, PT. Dahana, Indonesia.
11. Gutafsson, R, 1973, Swedish Blasting Technique, Gothenburg. Sweden, pp.
102 - 123.
12. Hemphill, Gary B., 1981, Blasting Operations, McGraw-Hill Book Company,
p. 65 – 82.
13. Kempen No: 555.K/26/M.P.E/1995, Direktorat Teknik Pertambangan Umum,
Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, 1995.
14. Langefors, U and Kihlstroom, B, 1978, The Modern Technique of Rock
Blasting, John Wiley & Sons, p. 87 – 116.
15. Pavetto, C. S, 1990, Surface Mine Blasting – a Program Guide for
Certification, CSP Associates, Mining Information Services, Maclean
Hunter Publishing Co, Chicago, 317 pp.
Disusun Oleh:
……………………………………..
NIM……………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Catatan:
Kertas Ukuran A4 (Harus ada garis titik-titik seperti lampiran 2 ini)
Spasi 1,5
Margin kiri 3 cm; kanan, atas, dan bawah 2 cm.