Anda di halaman 1dari 128

MODUL PRAKTIKUM

Nama :
NIM :
Kampus : Indralaya / Palembang*

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018
KONTRAK PRAKTIKUM

Nama Mata Kuliah : Praktikum Pemboran dan Peledakan


Kode Mata Kuliah / SKS : TKP 291014 / 1 (satu)
Semester : IV (empat)
Jam Pertemuan : 1 x 100 menit / Sesi
Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Pemboran dan Peledakan Indralaya
Ketua Laboratorium : Ir. Bochori, MT., IPM.
Wakil Ketua Laboratorium : Rosihan Pebrianto, ST., MT.
Dosen Pengajar : Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha, DEA.
Ir. H. Djuki Sudarmono, DESS.
Ir. A. Rahman, MS.
Ir. Bochori, MT., IPM.

Gambaran Umum:
Mata Kuliah Praktikum Pemboran dan Peledakan merupakan maka Kuliah
Wajib pada Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
yang diberikan pada Semester IV (empat). Mata Kuliah ini berisi materi:
1. Bahan Peledak yang meliputi sejarah, jenis dan komposisi Bahan Peledak
2. Perlengkapan dan Peralatan Peledakan
3. Keselamatan Penanganan Bahan Peledak yang meliputi penyimpanan,
pengangkutan dan penggunaan bahan peledak
4. Pemboran dan Geometri Lubang Ledak yang meliputi klasifikasi alat bor,
teknis dan pola pemboran, geometri lubang ledak, Sistem Pengisian,
Rangkaian dan Penyalaan Peledakan
5. Desain Pemboran dan Peledakan; Analisis Hasil Peledakan yang meliputi
analisis fragmentasi, pelemparan batuan, efisiensi penggunaan bahan
peledak
6. Secondary Blasting, dan
7. Pengendalian Efek Peledakan yang meliputi efek getaran tanah, air blast
dan pelemparan batuan.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 2


Alur Bagi Peserta Praktikum:
1. Peserta praktikum menerima dan mempelajari modul praktikum
2. Peserta praktikum mengerjakan tugas preparktikum yang diberikan
3. Peserta praktikum melakukan asistensi tugas prepraktikum. Asistensi ini
digunakan sebagai bahan bagi asisten untuk menilai kesiapan peserta juga
berfungsi sebagai ajang diskusi peserta praktikum atas kesulitan yang
dialaminya
4. Peserta praktikum mendemokan implementasi tugas praktikum kepada
asisten
Peraturan Praktikum:
1. Peserta praktikum harus menghadiri setiap sesi praktikum, tidak hadir
tanpa keterangan akan menyebabkan hak menjadi praktikum gugur (nilai
E)
2. Peserta praktikum dan asisten selama melaksanakan kegiatan yang
berhubungan dengan praktikum tidak diperkenankan menggunakan kaos
oblong, celana pendek dan/atau sobek, dan sandal. Apabila hal ini
dilanggar maka peserta dan asisten dianggap gugur / diberhentikan.
3. Tugas prepraktikum diserahkan sebelum praktkum dimulai
4. Laporan praktikum dianggap sah apabila praktikan telah melakukan
asistensi sesuai dengan materi praktikum
5. Laporan resmi adalah gabungan dari semua laporan praktikum tiap sesi.
6. Semua tugas dan laporan ditulis tangan menggunakan tinta biru kecuali
cover / halaman muka (format cover terlampir), apabila ada gambar yang
ingin ditampilkan bisa dengan menggambar ulang atau gambar yang
dimaksud ditempelkan.
7. Tugas prepraktikum dan laporan menggunakan kerta A4 (format terlampir)
Grade Penilaian Praktikum:
1. Tugas Prepraktikum = 10%
2. Kehadiran, tugas praktikum, pretest dan posttest = 20%
3. Asistensi dan laporan praktikum = 25%
4. Laporan akhir dan demo akhir = 45%

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 3


PRAKTIKUM 1
TIPE DAN JENIS DETONATOR

TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan secara rinci
beberapa hal sebagai berikut:
1. Definisi, tipe dan jenis detonator
2. Muatan yang terdapat di dalam detonator
3. Identifikasi dan penggunaan detonator

DASAR TEORI
1. Pengertian umum detonator
Detonator adalah alat pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam bentuk
letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek kejut terhadap
bahan peledak peka detonator atau primer. Detonator disebut dengan blasting
capsule atau blasting cap. Adapun pengelompokkan jenis detonator didasarkan
atas sumber energi pemicunya, yaitu api, listrik, dan benturan (impact) yang
mampu memberikan energi panas didalam detonator, sehingga detonator meletup
dan rusak. Spesifikasi fisik dari detonator secara umum sebagai berikut:
 Bentuk : tabung silinder
 Diameter : 6 – 8 mm
 Tinggi : 50 – 90 mm
 Bahan selubung luar : terbuat dari alumunium, tembaga
 Jenis detonator biasa : salah satu ujung tabung terbuka
 Jenis detonator listrik : pada salah satu ujung tabung terdapat dua
kawat
 Jenis detonator nonel : pada salah satu ujung tabung terdapat sumbu
non-electric (nonel) terbuat dari plastik.
 Muatan detonator : semua jenis detonator berisi bahan peledak
kuat (high explosive) dengan jumlah tertentu
yang menentukan kekuatannya dan bahan
penimbul panas.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 4


Seperti telah diuaraikan di atas bahwa setiap tabung detonator bermuatan
bahan peledak kuat. Terdapat dua jenis muatan bahan peledak di dalam detonator
yang masing-masing fungsinya berbeda, yaitu :
1) Isian utama (primary charge) berupa bahan peledak kuat yang peka
(sensitif). Fungsinya adalah menerima efek panas dengan sangat cepat dan
meledak menimbulkan gelombang kejut.
2) Isian dasar (base charge) disebut juga isian sekunder adalah bahan peledak
kuat dengan VoD tinggi. Fungsinya adalah menerima gelombang kejut dan
meledak dengan kekuatan besarnya tergantung pada berat isian dasar
tersebut.
Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian dasarnya
dan diidentifikasi sebagai berikut (dari ICI Explosive):
 detonator No. 6 = 0,22 gr PETN (Penta Erythritol Tetra Nitrate)
 detonator No. 8 = 0,45 gr PETN
 detonator No. 8*= 0,80 gr PETN

Jadi daya ledak detonator No. 8 lebih kuat dibanding detonator No. 6. Kadang-
kadang diproduksi juga detonator No. 4, yang berarti kandungan PETN lebih kecil
dari 0,22 gr, untuk keperluan tertentu.
Disamping pengelompokkan detonator berdasarkan energi pemicunya,
detonator pun dikelompokkan berdasarkan waktu meledaknya, yaitu:
 Instantaneous detonator adalah detonator yang meledak langsung setelah
sumber energi menginisiasi isian primer dan sekunder; dan
 delay detonator adalah detonator yang dapat menunda sumber energi
beberapa saat, yaitu antara puluhan millisekon sampai sekon atau detik,
untuk meledakkan isian primer dan sekunder.

2. Detonator biasa (plain detonator)


Merupakan detonator yang pertama kali dipergunakan untuk keperluan
peledakan, baik industri maupun militer. Ukuran tabung detonator biasa adalah
diameter 6,40 mm dan panjang 42 mm dengan bagian-bagian sebagai berikut
(lihat Gambar 1):

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 5


1) Ramuan pembakar (ignition mixture) terbuat dari bahan yang mudah
terbakar dan berfungsi untuk meneruskan api dari sumbu bakar.
2) Isian utama berupa bahan peledak kuat dengan kepekaan tinggi, biasanya
ASA, yaitu campuran lead azide atau lead stypnate dan aluminium, sehingga
seketika setelah menerima panas dari ramuan pembakar, maka isian utama
ini akan meledak dan menimbulkan gelombang kejut.
3) Isian dasar berupa bahan peledak kuat dengan VoD tinggi yang akan
terinisiasi oleh gelombang kejut isian primer. Karena isian dasar ini
mempunyai VoD tinggi, akan mampu meledakkan bahan peledak peka
detonator sebagai primer. Kandungan isian dasar bisa PETN atau TNT (Tri
Nitro Toluene).
4) Tabung silinder terbuat dari bahan tembaga atau aluminium yang mudah
rusak apabila terkena ledakan.
5) Ruang kosong separuh lebih ketinggian detonator disediakan untuk
menyisipkan sumbur bakar atau sumbu api atau safety fuse, karena umum-
nya jenis detonator biasa ini selalu dikombinasikan dengan sumbu api.

tabung silinder isian dasar


(shell) (base charge)

ramuan pembakar isian utama


(Ignition mixture)
(primer charge)
ruang kosong disediakan untuk
sumbu bakar (safety fuse)

Gambar 1. Sketsa penampang detonator biasa


Detonator biasa selalu dipakai atau dikombinasi dengan sumbu api atau
sumbu bakar atau safety fuse apabila akan digunakan untuk meledakkan bahan
galian. Apabila peledakan dengan detonator listrik tidak memungkinkan, maka
akan aman mengunakan detonator biasa.
Beberapa hal yang wajib diperhatikan di dalam menangani detonator biasa
agar terjamin keselamatan kerjanya adalah:

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 6


1) Detonator tidak boleh diperlakukan kasar, misalnya dilempar atau dipukul-
pukul
2) Periksa apakah ada benda masuk ke dalam atau menyumbat detonator
3) Isian detonator tidak boleh dikorek-korek atau dipadatkan
4) Detonator dilarang dipanaskan, senantiasa ada dalam kotaknya dan hanya
diambil pada saat akan disambung dengan sumbu api
5) Hindarkan detonator agar tidak kemasukan air

Gambar 2. Kemasan detonator biasa (ICI Explosives, 1988)


Saat ini penggunaan detonator biasa untuk kegiatan peledakan utama pada
penambangan terbuka dan bawah tanah sudah berkurang karena tersaingi
keunggulannya oleh detonator listrik dan nonel. Sampai tahun 1960-an peledakan
bahan galian menggunakan detonator biasa masih intensif, baik pada tambang
terbuka maupun bawah tanah, dengan menerima segala kelemahannya.

3. Detonator listrik (electric detonator)


Kandungan isian pada detonator listrik sama dengan pada detonator biasa
yang membedakan keduanya adalah energi panas yang dihasilkan. Pada setiap
detonator listrik akan selalu dilengkapi dengan dua kawat yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dengan detonator tersebut. Nama kawat tersebut adalah leg wire.
Ujung kedua kawat di dalam detonator listrik dihubungkan dengan kawat halus
(bridge wire) yang akan memijar setelah ada hantaran listrik. Pada Gambar 3
terlihat bahwa kawat halus diselubungi oleh ramuan pembakar yang secara
keseluruhan disebut fusehead. Apabila pijar dari kawat halus terbentuk, maka

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 7


ramuan pembakar langsung terbakar dan timbul energi panas dalam ruang
detonator. Mekanisme peledakan selanjutnya sama seperti pada detonator biasa.

plastik selubung plastik selubung


kabel kabel

penyumbat
penyumbat
fusehead : fusehead

- kawat halus yang elemen waktu


memijar tunda
- ramuan pembakar
tabung silinder isian utama tabung silinder isian utama

isian dasar isian dasar

a. Detonator listrik langsung b. Detonator listrik tunda

Gambar 3. Sketsa penampang detonator listrik


Keuntungan pemakaian detonator listrik dibanding detonator biasa adalah:
1) Jumlah lubang yang dapat diledakkan sekaligus relatif lebih banyak
2) Dengan adanya elemen tunda dalam detonator, pola peledakan menjadi lebih
bervariasi dan arah serta fragmentasi peledakan dapat diatur dan diperbaiki
3) Penanganan lebih mudah dan praktis
Sedangkan kelemahannya terutama dipandang dari sudut keselamatan kerja
peledakan sebagai berikut:
1) Tidak boleh digunakan pada cuaca mendung apalagi disertai kilat, karena
kilatan dapat mengaktifasi aliran listrik, sehingga terjadi peledakan
premature.
2) Pengaruh gelombang radio, televisi, dan “arus liar” atau stray currents dan
listrik statis (static electricity) dari dalam bumi serta arus listrik lainnya
dapat pula mengaktifasi aliran listrik pada detonator

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 8


3) Membutuhkan peralatan peledakan khusus listrik, yaitu sumber arus listrik,
alat penguji tahanan, dan peralatan listrik lainnya yang tentunya ada biaya
yang harus dikeluarkan.
Panjang legwire bervariasi, sehingga dapat disesuaikan dengan kedalaman
lubang ledak. Hindari adanya sambungan kawat di dalam lubang ledak. Kalaupun
terpaksa sambungan harus dibuat di dalam lubang ledak, yaitu legwire disambung
connecting wire, maka sambungan harus diisolasi dengan benar agar air dalam
lubang ledak tidak meresap ke dalam kawat tersebut. Apabila hal tersebut terjadi
akan menimbulkan arus pendek yang hasilnya adalah ledakan prematur atau gagal
ledak.
Tahanan listrik setiap detonator bervariasi sesuai dengan panjang legwire,
tetapi biasanya :
 sekitar 1,5 ohm untuk panjang legwire 1,8 m, dan
 sekitar 2,0 ohm untuk panjang legwire 3,6 m.

Kekuatan arus minimal yang harus dihantarkan untuk meledakkan detonator


antara 1 – 1,5 ampere, sehingga apabila terdapat arus liar yang kekuatannya
kurang dari batasan arus tersebut diyakinkan detonator tidak meledak.
Ditinjau dari tenggang waktu peledakan setelah arus menimbulkan pijar
maksimum, maka detonator listrik dikelompokkan pada detonator langsung
(instantaneous detonator) dan detonator tunda (delay detonator).
a. Detonator listrik langsung
Gambar 4 adalah detonator listrik langsung buatan ICI Explosives dan
Gambar 3.a memperlihatkan bagian dalam dari detonator tersebut. Dari Gambar
3.a terlihat mekanisme peledakan detonator setelah terjadi kontak listrik dari
sumber listrik. Seketika setelah pijar terbentuk, maka energi panas akan
membakar ramuan pembakar, sehingga fusehead menjadi merah membara dan
memanasi ruang detonator yang tersisa. Energi panas dari ruang tersebut menjadi
pemicu meledaknya isian utama, kemudian isian dasar dan secara keseluruhan
detonator meledak. Urutan proses tersebut di atas berlangsung sangat cepat
seolah-olah tidak ada jeda waktu antara dari kawat halus berpijar sampai isian
dasar atau detonator meledak. Detonator listrik langsung ini umumnya dipakai

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 9


untuk pola peledakan yang hanya satu baris dan jumlah primer di dalam kolom
luang ledak hanya ada satu primer saja.

Gambar 4. Detonator listrik langsung (ICI Explosive 1988)


b. Detonator listrik tunda
Gambar 5 memperlihatkan detonator listrik tunda buatan “Ireco” salah satu
anggota Dyno Explosives Group. Mekanisme pembentukan energi panas mulai
dari memijarkan kawat halus sampai ramuan pembakar terbakar dan fusehead
membara adalah sama dengan pada detonator langsung. Selanjutnya adalah, lihat
pada Gambar 3.b, energi panas di dalam ruang detonator yang tersisa tidak
langsung memicu peledakan isian utama, tetapi energi panas tersebut dirambat-
kan beberapa saat melalui media elemen tunda (delay element) sampai akhirnya
menyentuh isian utama. Selanjutnya proses peledakan detonator sama seperti pada
detonator listrik langsung. Sebagai elemen tunda bisa berbentuk media logam
penghantar panas yang waktunya sudah terukur atau berbentuk serbuk kimiawi
yang juga penghantar panas dan sudah diukur lama kecepatan rambatnya.
Panjang-pendek elemen tunda menentukan harga waktu tundanya dan sekaligus
memberi kenampakan fisik detonator secara menyeluruh, yaitu ada detonator yang
lebih panjang atau lebih pendek dari lainnya.
Terdapat tiga macam waktu tunda dalam detonator listrik, yaitu halfsecond,
quartersecond dan millisecond. Tabel 1 adalah contoh interval waktu tersebut dan
interval waktu terkecil dalam peledakan adalah 25 ms, sehingga selang waktu
menjadi 25, 50, 75, 100, 125 ms, dan seterusnya.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 10


Gambar 5. Detonator listrik tunda (Ireco)
Setiap produsen memberikan ciri khusus untuk membedakan masing-
masing sistem waktu tundanya, misalnya dengan warna, nama seri, atau nama
khusus. Demikian juga dengan interval harga waktu tunda dari tiap sistem
tersebut, biasanya hanya dibedakan menggunakan warna label penunjuk waktu
tunda (delay tag color) dan pemberian strip atau garis dengan warna berbeda pada
detonatornya. Halfsecond dan quartersecond diistilahkan juga sebagai Long
Period atau (LP) sedangkan millisecond sebagai MS.

Tabel 1. Interval waktu tunda pada detonator


Halfsecond Quartersecond Millisecond (ms)
½ sekon = 500 ms ¼ sekon = 250 ms 1
1000 sekon = 1 ms
1000 sekon = 25 ms
1 sekon = 1000 ms ½ sekon = 500 ms 25

1000 sekon = 50 ms
50
1½ sekon = 1500 ms ¾ sekon = 750 ms
2 sekon = 2000 ms 1 sekon = 1000 ms 100
1000 sekon = 100 ms
dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 11


Umumnya harga waktu tunda nominal tidak disebutkan, tapi yang
ditunjukkan pada delay tag hanya nomor, misalnya nomor 0, 1, 2, 3, dan
seterusnya. Untuk menterjemahkan nomor tersebut lihat dahulu sistem waktu
tunda yang terdapat pada detonator atau kotak detonator. Apabila sistem waktu
tundanya ms, maka nomor 0 artinya langsung (instantaneous), nomor 1 = 25 ms,
nomor 2 = 50 ms, dan seterusnya. Kadang-kadang tidak tepat benar kelipatannya,
misalnya nomor 10 seharusnya sama dengan 250 ms, tetapi ada produsen
menulisnya 300 ms. Hal tersebut jangan menjadi masalah karena nilai yang
tertulis merupakan hasil uji mereka sebelum didistribusikan ke pengguna akhir.
Tabel 2 dan 3 memperlihatkan contoh waktu tunda dan nilai nominalnya.

Tabel 2. Nomor waktu tunda dan nilai nominal waktu tunda


untuk tambang batubara (Du Pont, 1980)

No. Nominal Delay Leg wire


Delay Tag Band Color Insulation
Delay
Time (ms) Color Colors
1 25 Black White
2 100 Pink Pink
3 175 Blue Light Blue
4 250 Orange Orange
5 325 Green Medium Green
6 400 Gold Gold
7 500 Red Red
8 600 Light Green Light Green
9 700 White White Pink and White
10 800 White White Pink and White
11 900 White White Pink and White
12 1000 White White Pink and White

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 12


Tabel 3. Nomor waktu tunda dan nilai nominal waktu tunda
ICI Explosives Du Pont ms Delay Series
(1989) (1980)
"L" Series Carrick Half Nominal
No. Short Second Delay Tag
Delays Delay
Delay Delays Delays Color
(ms) Time (ms)
(ms) (ms)
0 5 5 0 0 --
1 30 30 500 25 Black
2 55 55 1000 50 Red
3 80 80 1500 75 Blue
4 105 135 2000 100 Lilac
5 130 165 2500 125 Green
6 155 195 3000 150 Orange
7 180 230 3500 175 White
8 205 265 4000 200 Olive
9 230 300 4500 250 Brown
10 255 410 5000 300 Buff
11 280 480 5500 350 White
12 305 560 400 White
13 335 650 450 White
14 365 500 White
15 395 600 White
16 425 700 White
17 455 800 White
18 485 900 White
19 515 1000 White
20 545
21 575
22 605
23 635
24 665
25 695
26 725
27 755
28 785
29 815
30 845

Detonator listrik seismik: Mempunyai spesifikasi detonator nomor 8 bintang


(8*) yang kekuatannya hampir dua kali nomor 8. Tabung detonator terbuat dari
aluminium dan fusehead terbentuk dari zat kimia styphnate sebagai ramuan

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 13


pembakar. Tanda yang penting dari detonator seismik adalah bahwa jeda waktu
antara saat mulai listrik dikontak dengan peledakan detonator dibuat sependek
mungkin. Caranya adalah dengan menggunakan alat pemicu ledak (exploder shot
atau blasting machine) berkapasitas atau voltage tinggi. Untuk melindungi adanya
“arus liar” dan listrik statis ujung kedua kawat utama (leadwires) harus
dihubungkan dan diisolasi. Kawat utama dibuat ekstra kuat terhadap tarikan, yaitu
dari bahan pembuat PVC. Untuk jarak yang pendek, yaitu kurang dari 20 m,
kemasannya digulung; sedangkan untuk jarak yang jauh sekitar 20 m lebih
menggunakan rol (lihat Gambar 6).
Detonator listrik bawah air: Disebut juga submarine detonator dengan
spesifikasi mirip dengan detonator seismik. Diameter kawatnya lebih besar dari
pada detonator seismic. Ujung atas detonator di press ganda oleh alat crimper
(double circular crimp), sehingga tahan berada dalam air sedalam 90 m selama 2
minggu.

Gambar 6. Detonator listrik seismik dan bawah air (ICI Explosives, 1988)
4. Detonator nonel
Detonator nonel (non-electric) dirancang untuk mengatasi kelemahan yang
ada pada detonator listrik, yaitu dipengaruhi oleh arus listrik liar, statis, dan kilat
serta air. Akhirnya diketemukan suatu proses transmisi signal energi rendah
gelombang kejut menuju detonator tanpa mempengaruhi bahan peledak yang
digunakan. Transmisi signal terjadi di dalam suatu sumbu (tube) berdiameter 2 – 3
mm terbuat dari semacam lapisan plastik yang pada bagian dalamnya dilapisi

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 14


dengan material reaktif yang sangat tipis. Ketika inisiasi dilakukan, signal energi
rendah tersebut bergerak disepanjang sumbu yang kecepatan propagasinya enam
kali kecepatan suara (2000 m/s). Fenomena gelombang kejut tersebut, yang sama
dengan ledakan debu pada tambang batubara bawah tanah, merupakan rambatan
gelombang kesegala arah, saling membentur dan menikung di bagian dalam
sumbu. Bagian luar sumbu tidak rusak oleh gerakan gelombang kejut yang tidak
beraturan tadi karena jumlah reaktif material didalamnya hanya sedikit (satu
lapis).
a. Cara menginisiasi sumbu nonel
Satu ruas “sumbu nonel” (nonel tube) disebut juga “sumbu signal”
terinisiasi secara langsung (instantaneous), kecuali sudah dipasang detonator
tunda oleh pabrik pembuatnya. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk menginisiasi atau menyulut sumbu nonel, yaitu:
1) menggunakan satu detonator, baik detonator biasa atau listrik,
2) menggunakan sumbu ledak (detonating cord), atau
3) menggunakan starter non-electric yang dinamakan shotgun atau shotfirer.
b. Komponen utama satu set detonator nonel
Detonator nonel diterima konsumen sudah dengan sumbu signalnya yang
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Komponen utama satu set
detonator nonel adalah sebagai berikut:
1) Sumbu nonel, berfungsi sebagai saluran signal energi menuju detonator
tunda. Sumbu ini mempunyai panjang yang berbeda, sehingga pemilihannya
harus disesuaikan dengan kedalaman lubang ledak. Pada bagian ujung
sumbu dipres atau ditutup yang disebut dengan ultrasonic seal. Jangan coba-
coba memotong ultrasonic seal ini karena uap air akan masuk kedalam
sumbu dan dapat menyebabkan gagal ledak. Sumbu nonel terdiri dari tiga
lapisan, yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan dalam yang masing-
masing berfungsi sebagai berikut (lihat Gambar 7):
 Lapisan luar: untuk ketahanan terhadap goresan dan perlindungan
terhadap ultra violet
 Lapisan tengah: untuk daya regang dan ketahanan terhadap zat kimia

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 15


 Lapisan dalam: menahan bahan kimia reaktif, yaitu jenis HMX atau
octahydrotetranitrotetrazine dan aluminium, pada tempatnya. HMX
ber-suhu stabil dan memiliki densitas serta kecepatan detonasi yang
tinggi.

Lapisan luar

Lapisan tengah

Lapisan dalam

HMX satu layer

Gambar 7. Bagian-bagian sumbu nonel (Dyno Nobel)


Secara keseluruhan sumbu nonel terbuat dari plastik dengan kualitas
terseleksi, sehingga:
 tidak sensitif terhadap energi listrik dan transmisi radio,
 tidak terinisiasi oleh api, pukulan atau gesekan,
 gelombang kejut dengan gas yang panas diperlukan untuk inisiasi,
 sumbu dapat saling menyilang tanpa menginisiasi atau merusak sumbu
lainnya
2) Detonator nonel, yang berkekuatan nomor 8. Komponen utama dalam
detonator nonel sama dengan detonator listrik yang membedakannya hanya
pada mekanisme pembentukan energi panasnya (lihat Gambar 7).
3) Label tunda, yaitu label dengan warna tertentu yang menandakan tipe priode
tunda halfsecond, quartersecond, atau millisecond dan waktu nominal
ledaknya (lihat Gambar 8).
4) “J” hook, adalah alat untuk menyisipkan detonating cord. Fasilitas ini tidak
selalu ada atau modelnya yang berbeda (lihat Gambar 8).

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 16


tabung alumunium elemen transisi penyumbat anti-statis
pelapis baja sumbu nonel

isian utama elemen tunda


plug penutup
isian dasar tidak tembus air

Gambar 8. Bagian dalam detonator nonel

sumbu nonel
label tunda

“J” hook

Gambar 9. “J” hook dan label tunda pada detonator nonel (ICI Explosives, 1988)

c. Waktu tunda detonator nonel


Penentuan waktu tunda detonator nonel lebih bervariasi karena
pemasangannya dapat dilakukan di dalam lubang ledak dan di permukaan, yaitu:
1) di dalam lubang ledak disebut in-hole delay atau waktu tunda dalam lubang,
yaitu sekuen waktu meledaknya bahan peledak dari setiap lubang ledak,
2) di permukaan disebut trunkline delay atau waktu tunda permukaan, yaitu
sekuen waktu tunda antar lubang di permukaan.
Oleh sebab itu, produsen bahan peledak membuat detonator nonel yang
khusus untuk dipermukaan maupun di dalam lubang ledak. Bentuk detonator
nonel di dalam lubang ledak tidak dilengkapi dengan slot penjepit, sementara

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 17


untuk yang dipermukaan dilengkapi dengan slot penjepit yang berfungsi untuk
menyambung antar sumbu nonel atau dengan sumbu ledak, lihat Gambar 10 dan
11.
Waktu tunda detonator di permukaan lebih kecil dibanding detonator di
dalam lubang ledak, artinya detonator dipermukaan harus meledak terlebih dahulu
untuk mengirim signal ke detonator di dalam lubang. Contoh waktu tunda
detonator nonel terlihat pada Tabel 4.

Label tunda

a sumbu nonel

detonator Label tunda b

Gambar 10. Detonator nonel dalam lubang ledak atau in-hole delay
(a. Dyno Nobel, 2002; b. ICI Explosives, 1988)

Bunch block

Detonator
delay

sumbu nonel

Gambar 11. Detonator nonel di permukaan atau trunkline delay


(ICI Explosives, 1988)

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 18


Tabel 4. Waktu tunda detonator nonel
Dyno Nobel ICI Explosives
Periode Waktu tunda Waktu tunda
tunda
MS LP 1) MS LP
0 -- 25 0 0
1 25 500 25 200
2 50 800 50 400
3 75 1100 75 600
4 100 1400 100 1000
5 125 1700 125 1200
6 150 2000 150 1400
7 175 2300 175 1800
8 200 2700 200 2000
9 225 3100 250 2400
10 250 3500 300 3000
11 275 3900 350 3800
12 300 4400 400 4600
13 325 4900 450 5500
14 350 5400 500 6400
15 375 5900 600 7400
16 400 6500 8500
17 425 7200 9600
18 450 8000
19 475
20 500
21 550
22 600
23 650
24 700
25 750
26 800
27 900
28 1000

d. Lead-in line atau extendaline

Adalah alat penyambung yang dirancang untuk menghubungkan rangkaian


sistem peledakan nonel dengan alat pemicu ledak. ICI-Explosives menamakannya
Primadet Lead-in Line, sedangkan Nitro Nobel menyebutnya Extendaline atau
bisa dinamakan “sumbu nonel utama”. Bentuk lead-in line sama dengan sumbu
nonel dan berfungsi sebagai penginisiasi utama rangkaian peledakan. Salah satu
ujung lead-in line dihubungkan ke pemicu ledak nonel (shotgun), sedangkan
ujung lainnya dilengkapi dengan detonator nonel instantaneous yang terletak
didalam blok plastik. Penyambung ini dilarang digunakan untuk menyambung
antar lubang (trunkline) atau sebagai sumbu di

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 19


dalam lubang (downline). In Spesifikasi umum lead-in line atau extendaline
sebagai berikut:
 Sumbu : sumbu nonel standar untuk permukaan
 Diameter sumbu : 3 mm (eksternal)
 Panjang sumbu : 100 m – 3000 m (dikemas dalam rol)
 Kecepatan detonasi : 2100 ± 300 m/s

a. Extendaline 3000 m (Dyno Nobel) b. Primadet lead-in line60 m (ICI Explosives)


Gambar 12. Lead-in line atau extendaline

PREPRAKTIKUM
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat, lingkarilah A, B, C, atau D.
1) Secara normal detonator meledak disebabkan oleh adanya :
A. ledakan awal
B. efek panas
C. getaran yang hebat
D. semua jawaban benar
2) Kekuatan suatu detonator ditentukan oleh:
A. berat isian dasar
B. berat isian utama
C. berat isian dasar dan utama
D. berat total detonator
3) Detonator nomor 8 adalah detonator yang sering dipakai pada peledakan
penambangan bahan galian, sebab:

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 20


A. energi isian utama cukup untuk menginisiasi primer
B. detonator nomor 6 tidak bisa digunakan untuk penambangan
C. energi isian dasar bisa menginisiasi primer
D. harganya lebih murah
4) Menangani detonator biasa harus ekstra hati-hati dibanding dengan
detonator listrik dan nonel agar tidak kehilangan kekuatan ledaknya, sebab:
A. Inisiasinya dengan pembakaran
B. salah satu ujungnya terbuka dan harus disambung dulu dengan safety
fuse
C. Muatan isian dasarnya sangat sedikit
D. salah satu ujungnya terbuka sehingga ada kemungkinan uap air bisa
masuk kedalam detonator
5) Dibanding detonator biasa, detonator listrik mempunyai keunggulan dengan
adanya waktu tunda. Apa yang menyebabkan terjadinya penundaan setelah
ada inisiasi ?
A. adanya elemen tunda yang terbuat dari logam atau bahan peledak
lemah
B. adanya isian utama yang peka
C. adanya isian dasar yang sangat tinggi VoDnya
D. adanya fusehead yang menimbulkan pijar
6) Untuk menyambung rangkaian peledakan nonel ke alat pemicu starter nonel
akan dihubungkan oleh:
A. kawat listrik
B. lead-in line
C. safety fuse
D. detonating cord
7) Sumbu nonel diaktifasi atau diinisiasi oleh benturan kejut yang hebat dari:
A. detonator biasa atau detonator listrik
B. starter nonel atau shotfire
C. detonating cord 5 gr/m
D. semua benar

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 21


8) Bila jumlah waktu tunda rangkaian detonator nonel di dalam lubang ledak
(in-hole delay) 10.000 ms, maka waktu tunda di permukaan harus:
A. lebih besar 10.000 ms
B. sama dengan 10.000 ms
C. lebih kecil 10.000 ms
D. bisa lebih besar atau lebih kecil 10.000 ms

Berilah tanda silang pada kotak YA untuk jawaban yang benar, dan pada kotak
TIDAK untuk jawaban yang salah.
9) Kekuatan arus yang dihantarkan ke detonator listrik agar meledak harus
lebih besar dibanding arus liar atau arus statis
YA TIDAK
10) Pada sistem interval waktu tunda MS, bila pada label detonator listrik tertera
angka 10, artinya adalah 10 MS
YA TIDAK
11) Sumbu detonator nonel mudah meledak oleh gesekan dan dapat terinisiasi
oleh panas
YA TIDAK
12) Dibagian dalam sumbu nonel terdapat bahan kimia reaktif HMX yang
bersuhu stabil serta memiliki densitas dan kecepatan detonasi yang tinggi
YA TIDAK

13) Susunan satu set detonator nonel adalah; sumbu nonel, label tunda, “J” hook,
dan detonator nonel
YA TIDAK
14) Sumbu nonel hanya bisa diaktifasi atau diinisiasi oleh alat starter nonel.
YA TIDAK
15) Ketika akan menentukan nilai waktu tunda detonator nonel in-hole delay,
maka nilainya harus lebih besar dibanding surface delay.

YA TIDAK

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 22


KEGIATAN PRAKTIKUM
1. Buatlah 3 (tiga) primer menggunakan detonator dan/atau sumbu ledak!
2. Sambungkan 3 (tiga) primer tersebut sehingga membentuk rangkaian!
3. Rangkaian yang sudah dibuat kemudian disambungkan dengan alat
inisiasi!

FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM:


Nama :
NIM :
Kampus : Indralaya / Palembang*

No. Komponen Nilai Rank Nilai


(diisi asisten)

1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 23


PRAKTIKUM 2
SUMBU DAN PENYAMBUNG PADA PELEDAKAN

TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan secara rinci
beberapa hal sebagai berikut:
1. tipe dan jenis sumbu pada peledakan
2. tipe dan jenis sambungan pada peledakan

DASAR TEORI
1. Sumbu api (safety fuse)
Sumbu api adalah alat berupa sumbu yang fungsinya merambatkan api
dengan kecepatan tetap. Perambatan api tersebut dapat menyalakan ramuan
pembakar (ignition mixture) di dalam detonator biasa, sehingga dapat meledakkan
isian primer dan isian dasarnya.
Bagian inti dari sumbu api berupa blackpowder atau gunpowder yang
tergolong bahan peledak lemah (low explosive) dan dibungkus oleh tekstil serta
dilapisi material kedap air, misalnya aspal dan plastik. Fungsi pembungkus adalah
untuk:
1. Menjaga blackpowder dari air, minyak, atau zat lain yang dapat mem-
pengaruhi laju pembakarannya,
2. Menjaga sumbu dari kerusakan mekanis agar tetap dapat mempertahankan
fleksibilitasnya,
3. Untuk menjaga energi tidak berubah akibat pengaruh dari luar sumbu hingga
api sampai ke bahan peledak dalam detonator .
Apabila terdapat kerusakan pada pembungkus, lapisan kedap air, dan semua zat
lain yang masuk ke dalam inti, maka kinerja sumbu api jadi rusak.
a. Kecepatan rambatan
Sumbu api terbakar dengan kecepatan rambat yang terkontrol, sehingga
panjang sumbu api yang telah ditentukan ekuivalen dengan interval waktu tertentu
pula. Penting untuk diingat bahwa sumbu terbakar pada bagian intinya, yaitu

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 24


tempat blackpowder berada dan tidak dengan pembungkusnya. Pembungkus
mungkin saja terbakar tanpa terlebih dahulu bagian inti terbakar. Kecepatan
rambat sumbu api yang biasa diperdagangkan adalah:
1. Ketentuan di Amerika adalah 130 ±10 detik per meter bila terletak di daerah
permukaan laut
2. Ketentuan di Eropa 120 ±10 detik per meter pada kondisi yang sama dengan
di atas
3. Ketentuan di Australia 100 ±10 detik per meter pada kondisi sama dengan
di atas
Pembuatan sumbu api di ICI Explosive Australia selalu diupayakan
mempunyai kecepatan rambat 60 cm/menit agar sesuai ketentuan pemerintahnya.
Sumbu api harus disimpan di gudang yang sejuk, kering dan mempunyai ventilasi
yang baik yang dapat mempertahankan suhu ruang antara 20 – 25 C dengan
kelembaban relatif rendah. Sumbu api dipasarkan dalam bentuk gulungan (coil)
untuk yang pendek atau menggunakan rol bila panjang sumbunya mencapai 250 m
atau lebih (lihat Gambar 13)
ICI Explosive memproduksi sumbu api dengan beberapa spesifikasi yang
berbeda disesuaikan dengan kecocokan lokasinya sebagai berikut:
 RED LABEL kecepatan rambat 95,00 – 98,49 detik per meter,
 GREEN LABEL kecepatan rambat 98,50 – 101,49 detik per meter

 YELLOW LABEL kecepatan rambat 101,50 – 104,49 detik per meter


Sumbu api berkecepatan rambat tinggi, yaitu Yellow Label, digunakan pada
penambangan terbuka dan quarry serta segala kegiatan peledakan di permukaan.
Untuk tambang bijih disarankan untuk memakai sumbu api baik Red maupun
Green Label.
b. Pemasangan sumbu api pada detonator biasa
Sudah dapat dipastikan bahwa sumbu api memang dirancang untuk
melengkapi detonator biasa, yaitu berfungsi sebagai penyuplai energi api atau
panas. Perlu diperhatikan bahwa detonator biasa hanya diambil dari kotaknya
apabila penyambungan akan dilaksanakan sumbu ledak sudah disiapkan. Untuk
penyambungan ini diperlukan alat penjepit atau cramper agar kedua sambungan
tersebut agar tidak lepas. Tahapan pemasangannya adalah (lihat Gambar 14):

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 25


a. gulungan sumbu api 12,5 m b. rol sumbu api 12,5 m

Gambar 13. Gulungan sumbu api 12,5 m dan dalam kemasan rol 250 m
(ICI Explosives, 1988)
 Potong sumbu api tegak lurus sesuai dengan panjang yang diperlukan
 Ambil detonator secara hati-hati dari kotaknya

 Sisipkan ujung sumbu api yang baru dipotong tepat kedalam detonator
sedalam mungkin sampai menyentuh bagian dalam detonator (ramuan
pembakar) dengan cara mendorong, tapi jangan sekali-kali ditekan atau
diputar (Gambar 14.a)
 Jepit mulut detonator dengan cramper yang akan mengurung sumbu api
dengan sempurna (Gambar 14.b) dan hasilnya terlihat pada Gambar 2.2.c.
 Celupkan seluruh detonator dan sumbu api sepanjang 25 mm ke dalam
larutan penyebab kedap air (waterproofing compound)
 Hindarkan dari tekanan atau terkena panas pada ujung detonator yang
tertutup
Cara pemotongan sumbu api harus benar, yaitu pada salah satu ujung
dipotong miring dan ujung yang lainnya tegak lurus (Gambar 15). Ujung yang
dipotong tegak lurus masuk ke dalam detonator dan diusahakan blackpowder
bersentuhan dengan ramuan pembakar agar transfer rambatan api berjalan baik.
Sementara pada ujung sumbu api yang dipotong miring akan mempermudah
penyulutan.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 26


Cramper

a b c

Gambar 14. Cara pemasangan sumbu api ke detonator biasa

bagian ujung yang bagian ujung yang


dipotong miring dipotong tegak lurus
SUMBU API

Blackpowder blackpowder bersentuhan


dengan ramuan pembakar
dibakar
dalam detonator

Gambar 15. Cara pemotongan dan penyulutan sumbu api

c. Cara penyulutan sumbu api


Apabila sumbu api dinyalakan akan terlihat pancaran api yang dikenal
dengan nama ignition flame, menandakan bahwa sumbu terbakar dan berfungsi
normal. Pembakaran akan merambat terus sepanjang sumbu api sampai pada
ujung yang lainnya, yaitu yang telah dipasang di dalam detonator biasa (Gambar
2.2). Api akan menyalakan ramuan pembakar di dalam detonator dan seterusnya
meng-inisiasi bahan peledak utama atau priming charge, sehingga detonator akan
meledak. Penyulutan sumbu api dapat dilakukan dengan memakai hot wire fuse

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 27


lighter, full wire fuse lighter, lead splitter fuse lighter, korek api, dan ignitor cord.
Hot wire fuse lighter dan full wire fuse lighter bentuknya seperti kembang api
yang apabila dibakar akan menimbulkan percikan api dan kawat didalamnya akan
membara, sehingga mempermudah penyulutan sumbu api. Lead splitter fuse
lighter dipasarkan dalam bentuk gulungan panjang sumbu api digunakan sebagai
sumbu utama pada peledakan menggunakan detonator biasa. Ignitor cord adalah
merupakan penyambung khusus untuk system peledakan dengan sumbu api dan
detonator biasa dan akan diuraikan kemudian. Gambar 16 memperlihatkan salah
satu jenis alat penyulut sumbu api.

a. Alat penyulut sumbu api

Gambar 16.

Alat penyulut sumbu api dan


cara penyulutannya
b. Cara penyulutan sumbu api
(ICI Explosives)

2. Sumbu ledak (detonating cord)


Berbagai nama untuk sumbu ledak yang dikenal di lapangan antara lain
detonating cord, detonating fuse, atau cordtex. Sumbu ledak adalah sumbu yang
pada bagian intinya terdapat bahan peledak PETN, yaitu salah satu jenis bahan

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 28


peledak kuat dengan kecepatan rambat sekitar 6000 – 7000 m/s. Komposisi PETN
di dalam tersebut bervariasi dari 3,6 – 70 gr/m. Namun, yang sering digunakan
adalah sumbu ledak dengan isian PETN 3,6 gr/m atau 5 gr/m karena akan
mengurangi kerusakan stemming dan bahan peledak serta pengaruh air blast.
a. Bagian-bagian dan tipe sumbu ledak
Bagian-bagian dari sumbu ledak terdiri dari lapisan pembungkus dan
pelindung PETN berupa serat nylon, plastic, dan anyaman paraffin atau plastik
seperti terlihat pada Gambar 17. Serat nylon dan plastik akan meningkatkan
ketahanan terhadap air, tarik, abrasi, dan memudahkan pengikatan.

Anyaman tekstil
sintetis Serat nylon
Selubung PETN Inti katun

plastik

Gambar 17. Bagian-bagian sumbu ledak


Walaupun sumbu ledak dirancang relatif tidak sensitif terhadap gesekan,
benturan, arus liar, dan listrik statis, tetap saja harus diperlakukan sesuai dengan
perlakuan terhadap bahan peledak, diantaranya jangan dibanting, dilempar, atau
dibakar.
Sumbu ledak juga diproduksi untuk keperluan khusus oleh beberapa pabrik,
diantaranya ICI Explosives memproduksi seri sumbu ledak dengan merk dagang
sebagai berikut (lihat Gambar 18):
 Sliderline 3,5 gr/m, digunakan didalam lubang ledak bersama sistem primer
sliderdeck.
 Trunkcord 5 gr/m, dapat digunakan di permukaan atau di dalam lubang
ledak pada bahan galian yang relative tidak keras.
 Powercord 5 gr/m, dapat digunakan di permukaan atau di dalam lubang
ledak pada bahan galian yang keras.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 29


 Redcord 10 gr/m, dapat digunakan pada tambang terbuka maupun bawah
tanah.
 Flexicord 10 gr/m, digunakan pada tambang terbuka dan bawah tanah bila
stabilitas diprioritaskan.
 Tuffcord 10 gr/m, untuk operasi pada batuan yang abrasif dimana kuat tarik
yang tinggi diperlukan.
 Geoflex 20 gr/m dan 40 gr/m, untuk survey seismic baik di darat maupun di
laut.
 Shearcord 70 gr/m, khusus untuk pengisian pada presplitting,
smoothblasting dan pekerjaan demolisi.

SHEARCORD 70
gr/m

GEOFLEX 40 gr/m

GEOFLEX 20 gr/m

FLEXICORD 10 gr/m

TUFFCORD 10 gr/m

POWERCORD 5 gr/m

Gambar 18. Seri sumbu ledak buatan ICI Explosive (1988)

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 30


Tabel 5. Jumlah dan gambar sumbu ledak dalam kemasan (ICI Explosives)
JUMLAH BERAT
KOTOR
SUMBU ROL /
PAK
LEDAK PAK
(kg)
SLIDERLINE 3 x 600 m 26
POWERCORD 3 x 400 m 26
TRUNKCORD 3 x 500 m 26
REDCORD 3 x 334 m 26
FLEXICORD 3 x 334 m 26
TUFFCORD 3 x 334 m 26
GEOFLEX 20 3 x 200 m 28
GEOFLEX 40 3 x 100 m 28
SHEARCORD 3 x 55 m 20

Explosives Class: 1.1D U.N. No: 0065


Explosive Type PETN.

Velocity of Detonation (m/sec) (min) 6500


Special 25 Special 50

Colour Green Blue

Nominal
Core Load (g/m) 5.0 10.0
Nominal
Diameter (mm) 4.2 5.0

Gambar 19. Seri sumbu ledak buatan Dyno Nobel (2001)

b. Cara menyalakan sumbu ledak


Sumbu ledak akan terinisiasi oleh detonator standar atau nomor 8, baik
detonator biasa, listrik, atau nonel. Caranya adalah dengan menempelkan
detonator ke sumbu ledak kemudian diikat kuat atau diselotip (lihat Gambar 20).
Apabila detonator meledak, maka sumbu ledak pun akan meledak dengan suara

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 31


keras dan seluruh pembungkusnya ikut hancur. Untuk mengurangi suara ledakan
dari sumbu ledak yang cukup keras, disarankan agar menimbun sumbu ledak
mengunakan serpihan batu hasil pemboran atau material yang ada setebal 10 – 20
cm.

Sumbu api
Detonator
No. 6 atau 8
Ke arah rangkaian
peledakan

Sumbu ledak Selotip kuat


a. Menggunakan sumbu api

Leg wire

Detonator
Ke arah rangkaian No. 6 atau 8
peledakan
Sumbu ledak Selotip kuat

b. Menggunakan detonator listrik

Gambar 20. Cara meledakkan sumbu ledak


3. Penyambung (connector)
Penyambung maksudnya adalah perlengkapan yang diperlukan untuk meng-
hubungkan kawat listrik atau sumbu peledakan antar lubang ledak. Tujuannya
antara lain:
 Sekedar menyambung leg wire antar lubang memakai kawat penyambung
pada peledakan dengan detonator listrik
 Menyambung sumbu nonel antar lubang dan sekaligus mengeset waktu tunda
permukaan (surface atau trunkline delay)
 Menyambung sumbu ledak antar lubang dan sekaligus mengeset waktu tunda
permukaan
 Menyambung sumbu api antar lubang pada peledakan dengan detonator biasa.
a. Kawat penyambung pada peledakan listrik
Terdapat beberapa jenis kawat penyambung pada rangkaian peledakan
listrik yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda diantaranya adalah:

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 32


1) Connecting wire, yaitu kawat yang diperlukan untuk menyambung leg wire
antar lubang. Pada kondisi udara normal dan kering digunakan kawat
tembaga berukuran 20 AWG yang diselimuti atau diisolasi plastik PVC.
Apabila digunakan untuk menyambung sampai ke dalam lubang, karena leg
wire terlalu pendek, dan kondisi basah dapat dipakai kawat tembaga
berdiameter antara 21 – 23 AWG dan diselimuti plastik PVC.
2) Bus wire, adalah kawat tembaga tanpa isolasi atau kawat terbuka berukuran
10, 12 atau 14 AWG yang diperlukan untuk hubungan paralel atau seri-
paralel di dalam peledakan terowongan dan pembuatan sumuran vertikal
(shaft). Kawat alumunium dilarang dipakai karena dikhawatirkan terjadi
oksidasi yang dapat menimbulkan resistensi tinggi dalam rangkaian.
3) Lead wire atau lead lines atau firing line atau “kawat utama”, berfungsi
menghubungkan rangkaian peledakan listrik dengan alat pemicu ledak listrik
yang dinamakan blasting machine. Ukuran untuk peledakan pada kondisi
normal adalah kawat tembaga ganda berukuran 23/0,076 yang diisolasi
dengan plastik PVC dengan tahanan 5,8 ohms per 100 m. Atau dapat pula
digunakan kawat tembaga ganda berukuran 24/0,20 mm dengan tahanan 4,6
ohms per 100 m. Untuk pekerjaan peledakan yang berat (heavy duty) dipakai
kawat tembaga berukuran 70/0,76 mm dengan isolasi plastik PVC berwarna
kuning (buatan ICI Explosives) mempunyai tahanan 1,8 ohms/100 m. Atau
dapat dipakai kawat tembaga 50/0,25 mm dengan tahanan 1,4 ohms/100 m.

a. Untuk kondisi normal b. Untuk peledakan berat

Gambar 21. Kawat utama (lead wire) untuk peledakan listrik (ICI Explosives)

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 33


Tahanan berbagai ukuran kawat untuk peledakan dengan rangkaian listrik dapat
dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
1)
Tabel 6. Daftar tahanan kawat listrik pada peledakan listrik
AWG Tahanan, ohms/330 m Panjang Tahanan nominal, ohms
2) legwire,
Tembaga Ferro Tembaga Ferro
m
6 0.395 1.4 2.0 1.6 2.8
8 0.628 3.7 2.6 1.7 3.3
10 0.999 6.1 3.3 1.8 3.8
12 1.590 9.8 4.0 1.8 4.3
14 2.530 15.6 5.3 1.9 5.3
16 4.020 24.8 7.0 2.1 6.3
18 6.380 39.5 8.0 2.3 7.3
20 10.150 62.7 10.0 2.3 8.8
21 12.800 76.1 13.3 2.3 11.3
22 16.140 100.0 16.6 2.6 13.8
23 20.360 126.0 20.0 2.8 16.4
24 25.670 159.0 26.6 3.3 21.4
1) Data dari Nitro Nobel
2) AWG = American Wire Gauge, yaitu ukuran kawat standar Amerika

b. Penyambung sumbu api


Terdapat beberapa tipe penyambung sumbu api dengan bentuk dan fungsi
yang berbeda. Beberapa diantaranya adalah Multiple Fuse Ignitor, Plastic Ignitor
Cord (PIC), Bean-hole Connectors, dan Slotted Connectors.
Multiple Fuse Ignitor (MFI), adalah suatu alat bantu penyulut beberapa
sumbu api berupa silinder terbuat dari tembaga atau alumunium dan didalamnya
terdapat ramuan pembakar. Diameter silinder dirancang sesuai dengan jumlah
sumbu api yang bisa dimasukkan, umumnya sekitar delapan sumbu dan sebuah
sumbu pokok. Sumbu pokok atau master fuse adalah sumbu yang menghantarkan
rambatan api ke dalam silinder MFI untuk menyulut delapan sumbu lainnya
secara bersamaan melalui ramuan pembakaran.
Persiapan pemasangan ke dalam MFI dan cara kerja MFI adalah sebagai
berikut (lihat Gambar 22):
1) Setiap sumbu yang keluar dari tiap lubang ledak dipotong tegak lurus.
Diusahakan blackpowder didalamnya nampak jelas.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 34


2) Setelah semua sumbu dari lubang ledak dipotong seperti di atas, gabungkan
dengan sumbu pokok dan masukan seluruhnya kedalam silinder MFI dengan
cara didorong perlahan sampai menyentuh ramuan pembakaran.
3) Lakukan penjepitan (crimping) dibagian atas silinder MFI agar gabungan
sumbu tersebut tidak terlepas dari silinder MFI.
4) Apabila api dari sumbu pokok dinyalakan dan merambat ke silinder MFI,
maka api akan menyentuh ramuan pembakar di dalam MFI hingga terbakar
dan sekaligus menyebarkannya ke sumbu-sumbu api lainnya hingga ke
masing-masing detonator biasa di dalam lubang ledak.
5) Apabila seluruh sumbu api dari detonator di dalam lubang ledak sampai ke
MFI sama panjangnya, maka peledakan lubang akan tejadi serentak. Tetapi,
bila panjangnya dibedakan, maka akan ada jeda waktu peledakan antar
lubang.
Dengan demikian prinsip waktu tunda pada sistem peledakan sumbu api dan
detonator biasa adalah hanya dengan membedakan panjang sumbu apinya.

Gambar 22. Multiple Fuse Ignitor dan pemasangannya

Plastic Ignitor Cord (PIC), adalah suatu alat bantu penyulut beberapa sumbu
api berbentuk sumbu panjang yang bagian luarnya diselubungi plastik.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 35


Terdapat dua jenis PIC, yaitu PIC-cepat dan PIC-lambat. PIC-cepat mempunyai
kecepatan nominal rambatan api 30 cm/detik, sedangkan PIC-lambat hanya 3
cm/detik.
Komposisi utama PIC adalah blackpowder yang dilelehkan. Ciri khusus dari
kedua jenis PIC adalah:
 Pada PIC-cepat terdapat tiga utas tali terbuat dari kertas khusus yang dipilin
sebagai inti daripada PIC, kemudian diselimuti oleh blackpowder yang
dilelehkan dan akhirnya ditutup oleh plastik. Susunan lapisan tersebut
membuat PIC berdiameter sekitar 3 mm (Gambar 23.a)
 Pada PIC-lambat terdapat kawat kawat dan seutas tali kertas di bagian
intinya, kemudian diselubungi oleh blackpowder yang dilelehkan dan
akhirnya ditutup oleh plastic, sehingga diameter totalnya sekitar 2 mm.
Kawat akan terlihat apabila PIC habis terbakar (Gambar 23.b).
PIC-cepat dirancang untuk digunakan pada tambang terbuka dan quarry,
sedang-kan PIC-lambat digunakan pada penambangan bawah tanah. Cara
menyambung PIC dengan sumbu api adalah dengan bantuan alat bantu lainnya
yang dinamakan penyambung bean-hole dan slot.

blackpowder selubung plastik

selubung plastik kawat

3 utas tali kertas blackpowder


terpilin tali kertas

a. PIC-cepat b. PIC-lambat

Gambar 23. Plastic ignitor Cord


Penyambung Bean-hole, adalah suatu alat bantu penyambung PIC-cepat
dengan sumbu api dan sekaligus sebagai penyulut sumbu api tersebut. Konstruksi
penyambung bean-hole berbentuk silinder dengan diameter sekitar 6,50 mm dan

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 36


panjang 40 mm serta mempunyai lubang oval pada salah satu ujungnya. Lubang
oval ini tempat menyisipkan PIC-cepat (lihat Gambar 24.b).
Cara pemasangan sumbu api dan PIC-cepat pada penyambung bean-hole
adalah sebagai berikut:
1) Sumbu api yang sudah dipotong rata dimasukkan ke dalam lubang
penyambung bean-hole sampai batas lubang oval kemudian diklem kuat
menggunakan crimper. Sebaiknya pemasangan sumbu api dengan penyam-
bung bean-hole ini sudah disiapkan dari gudang, artinya keduanya sudah
diklem sebelum dibawa ke lokasi tambang.
2) Lengkungkan PIC-cepat dan sisipkan ke dalam lubang oval (Gambar 24.c).
3) Klem lubang oval agar PIC-cepat terjepit kuat

a. Rol PIC-cepat
500 ft (165 m)
a b

b. Bean-hole

c. Penyambungan sumbu
api dan bean-hole
dengan PIC-cepat

Gambar 24. Penyambungan PIC-cepat dengan sumbu apimenggunakan


penyambung bean-hole

Penyambung slot, adalah suatu alat bantu penyambung PIC-lambat dengan


sumbu api. Mekanisme kerjanya sama seperti penyambung bean-hole.
Penyambung slot mempunyai celah yang cukup untuk menyisipkan PIC-lambat

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 37


(Gambar 25.a). Cara pemasangan sumbu api dan PIC-lambat pada penyambung
slot adalah sebagai berikut:
1) Sumbu api yang sudah dipotong rata dimasukkan ke dalam lubang
penyambung slot sampai batas slot kemudian diklem kuat menggunakan
crimper. Sebaiknya pemasangan sumbu api dengan penyambung slot ini
sudah disiapkan dari gudang, artinya keduanya sudah diklem sebelum
dibawa ke lokasi tambang.
2) Sisipkan PIC-lambat ke dalam slot penyambung (Gambar 25.c)
3) Setelah posisi PIC-lambat tepat, maka perkuat posisinya dengan menekan
tutup slot sampai betul-betul kuat

a. Penyambung slot b. PIC-lambat 1000 ft c. Penyambungan sumbu api


(330 m) dengan PIC-lambat dan
penyambung slot

Gambar 25. Penyambungan PIC-lambat dengan sumbu api


menggunakan penyambung slot

c. Penyambung sumbu ledak


Penyambungan sumbu ledak bisa langsung antar sumbu ledak atau
menggunakan alat bantu penyambung dengan waktu tunda. Penyambungan di
permukaan dinamakan trunkline, yaitu sumbu ledak sepanjang sisi lubang ledak,
sedangkan ke arah lubang ledak disebut branch atau downline. Gambar 26
memperlihatkan aneka sambungan langsung antar sumbu ledak.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 38


"L" joint double
"U" joint

clove hitch
joint
lap joint

Sambungan “L” Sambungan ikat Sambungan ikat bunga cengkeh dgn


bunga cengkeh ujung diseloitip kearah downline

Sambungan 3 putaran Penyambung plastik antara Simpul mati untuk memper-


trunkline dan downline panjang trunkline

Gambar 26. Aneka sambungan sumbu ledak


Adapun sambungan sumbu ledak dengan waktu tunda dimaksudkan untuk
memberikan waktu tunda antar lubang ledak atau antar baris dalam suatu
rangkaian peledakan. Oleh sebab itu diperlukan suatu alat bantu yang mampu
menahan detonasi beberapa saat. Alat yang biasa dipakai adalah Detonating Relay
Connectors (DRC) dan MS Connector.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 39


Detonating Relay Connectors (DRC) alat penyambung sumbu ledak yang
dilengkapi dengan interval waktu tunda yang. Bagian luarnya terbuat dari plastik
berwarna, sedangkan di bagian dalamnya terdapat dua detonator tunda yang
identik (lihat Gambar 27 dan 28). Warna plastik luar menunjukkan waktu tunda
nominal seperti contoh DRC buatan ICI Explosive pada Tabel 7.

Tabel 7. Waktu tunda nominal DRC buatan ICI-Explosive


WAKTU
KODE
TUNDA
WARNA
NOMINAL

15 ms Hitam (black)
25 ms Biru (blue)

35 ms Kuning (gold)

45 ms Hijau (green)

60 ms Merah (red)

Gambar 27. Cara pemasangan sumbu ledak pada DRC

Gambar 28. Bagian dalam DRC (Dyno Nobel)

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 40


MS-Connector merupakan alat penyambung sumbu ledak dengan waktu
tunda sangat pendek. Alat ini sangat cocok digunakan sebagai penyambung sumbu
ledak trunkline pada tambang terbuka, quarry dan pekerjaan teknik sipil. MS-
Connector dilengkapi dengan dua blok plastik berwarna dan berbentuk khusus
agar sumbu ledak dapat diikat kuat pada blok tersebut (lihat gambar pada Tabel 8
dan Gambar 29). Di dalam salah satu blok plastik terdapat detonator tunda. Warna
blok plastik menunjukkan waktu tundanya seperti pada Tabel 8.

Tabel 8. Waktu tunda nominal MS-Connector buatan ICI-Explosive


WAKTU TUNDA KODE
NOMINAL WARNA

9 ms Hijau
17 ms Kuning

25 ms Merah
35 ms Hitam
64 ms Biru
100 ms Hitam

Sumbu nonel

Sumbu ledak
Blok plastik

Cara mengikat
sumbu ledak

Sumbu nonel

Sumbu ledak

Gambar 29. Cara mengikat sumbu ledak pada blok MS Connector

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 41


Penghubung dua blok plastik adalah sumbu nonel yang panjangnya sekitar 1
meter. Prinsip kerja kerja MS-Connector adalah sebagai berikut:
1) Detonasi sumbu ledak datang dari arah kiri dan mengaktifasi sumbu nonel
pada salah satu blok plastik.
2) Signal gelombang kejut dalam sumbu nonel akan meledakkan detonator
pada blok plastik berikutnya setelah menunda beberapa millisekon sesuai
dengan waktu tunda dalam detonator tersebut.
3) Setelah detonator terinisiasi, maka sumbu ledak berikutnya akan meledak.

PREPRAKTIKUM
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat, lingkarilah A, B, C, atau D.
1. Untuk menghindari kegagalan peledakan menggunakan sumbu api, maka
blackpowder didalamnya harus dijaga. Bagaimana caranya.
A. Ujung sumbu diselotip agar tidak lembab atau kemasukkan air
B. Bila akan disulut, dipotong terlebih dahulu sekitar 30 cm
C. Jangan disimpan di gudang yang berudara lembab
D. semua jawaban benar
2. Kecepatan reaksi blackpowder hanya sekitar 100 detik per meter atau 60 cm/
menit, sehingga tergolong pada low explosive. Apakah jenis reaksinya

A. Detonasi C. Transmisi B. Deflagrasi D.


Explode
3. Rangkaian peledakan memakai sumbu ledak atau detonating cord kekuatannya
tergantung jumlah PETN di dalam sumbunya. Bila digunakan sebagai in-hole
atau downline berapa berat maksimum PETN yang disarankan.
A. 5 gr/m B. 10 gr/m C. 20 gr/m D. 40 gr/m
4. Mengapa untuk peledakan penggunaan sumbu ledak hanya diijinkan dengan
berat PETN tertentu?
A. Harganya murah, jadi lebih ekonomis
B. Dengan berat yang disarankan tersebut sumbu ledak tetap meledak
C. Akan mengurangi kerusakan stemming dan isian utama serta pengaruh
airblast
D. Akan mengurangi getaran

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 42


5. Barapa tahanan nominal dari kawat tembaga yang berukuran standar 20 AWG
panjang 15 m:

6. Terdapat dua jenis PIC, yaitu PIC-cepat dan PIC-lambat. Untuk keperluan apa
PIC-lambat dipakai :
A. Penyambungan sumbu api pada penambangan bawah tanah
B. Penyambungan sumbu ledak pada penambangan bawah tanah
C. Penyambungan sumbu api pada penambangan terbuka atau quarry
D. Untuk keperluan sembarang peledakan
7. Apa persyaratan yang paling penting dalam menyambung sumbu nonel atau
sumbu ledak antar lubang digunakan blok MS Connector :
A. Sumbu ledak dan nonel harus diikat kuat
B. Sumbu ledak dan nonel harus saling menyentuh
C. Sumbu ledak harus betul-betul menyentuh detonator dalam blok MS
Connector
D. Sumbu ledak diikat pada blok MS Connector

KEGIATAN PRAKTIKUM
1. Peragakan bagaimana menyambung sumbu api dengan detonator biasa
2. Peragakan bagaimana meledakkan sumbu nonel dengan detonator listrik
3. Bagaimana Anda menggunakan MFI untuk menginisiasi 7 sumbu api
4. Sambungkan sumbu ledak menggunakan blok MS Connector, DRC dan
sambungan antar sumbu ledak.
5. Peragakan penyambungan PIC-cepat dengan bean-hole

FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM:


Nama :
NIM :
Kampus : Indralaya / Palembang*

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 43


No. Komponen Nilai Rank Nilai
(diisi asisten)

1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 44


PRAKTIKUM 3
PRIMER DAN BOOSTER

TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan secara rinci
tentang :
a. Perbedaan primer dan booster pada peledakan penambangan bahan galian,
b. Cara pembuatan primer.

DASAR TEORI
1. Perbedaan Primer dan Booster
Primer adalah suatu istilah yang diberikan pada bahan peledak peka
detonator, yaitu bahan peledak berbentuk cartridge berupa pasta atau keras, yang
sudah dipasang detonator yang diletakkan di dalam kolom lubang ledak. Proses
peledakan di dalam kolom lubang ledak sebagai berikut:
 setelah alat pemicu ledak menginisiasi detonator, maka cartridge akan
meledak,
 meledaknya cartridge atau primer akan memberikan energi cukup kuat
untuk menginisiasi bahan peledak utama disepanjang kolom lubang ledak.
Terdapat tiga tempat atau titik untuk meletakkan primer di dalam kolom
lubang ledak (lihat Gambar 30) , yaitu:
1) Dibagian dasar bahan peledak dalam kolom lubang ledak, disebut bottom
priming,
2) Dibagian tengah bahan peledak dalam kolom lubang ledak, disebut deck
atau middle priming,
3) Dibagian atas bahan peledak dalam kolom lubang ledak, disebut top atau
collar priming,
Energi peledakan cenderung menurun seiring dengan semakin jauhnya jarak
propagasi energi tersebut dengan titik lokasi primer (lihat Gambar 31.b). Untuk
mempertahankan energi tetap pada kekuatan maksimum dapat ditambahkan
booster di dalam kolom lubang ledak. Booster tersebut akan terinisiasi oleh

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 45


ledakan bahan peledak utama yang melaluinya, sehingga bahan peledak utama
yang belum terinisiasi di bagian atasnya akan meledak dengan kekuatan energi
relatif sama dengan bahan peledak sekitar primer. Dengan demikian booster dapat
didefinisikan sebagai bahan peka detonator yang dimasukkan ke dalam kolom
lubang ledak berfungsi sebagai penguat energi ledak (Gambar 31.a).

Dari detonator bisa berupa:


- Kabel listrik ; - Sumbu Ledak
- Sumbu nonel ; - Sumbu Api

Penyumbat

(stemming)
Kolom lubang
ledak

Bahan peledak TOP


utama DECK (COLLAR)
(Primary Charge) (MIDDLE) PRIMING
PRIMING
BOTTOM

PRIMING

Gambar 30. Posisi primer di dalam kolom lubang ledak

5300 Diam. primer, Tekanan detonasi


Penyumbat Inisiator (stemming)
Kurva
Kecepatan detonasi ANFO, m/s

inci primer, kbars


A
4640
A 3 240
B 1 240
Bahan peledak 2 2
utama 3980 B C 2 240
(Primary Charge) D 1 240
3320 C
BOOSTER Konstan
2660 D
BOTTOM 2000
PRIMING
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Jarak dari primer, cm
a. Perbedaan booster dan primer
dalam kolom lubang ledak b. Karakter energi peledakan ANFO dengan
variasi diameter primer (Junk,1968)

Gambar 31. Perbedaan booster dan primer serta karakter energi ledak ANFO
1. Pembuatan Primer
Pembuatan primer umumnya dilakukan dengan cara memasang detonator
atau sumbu ledak ke dalam cartridge bahan peledak kuat atau bahan peledak peka

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 46


detonator. Cara pembuatannya bisa dilakukan manual atau sudah disiapkan khusus
dari pabrik pembuat bahan peledak. Detonator yang digunakan untuk membuat
primer bisa detonator biasa, listrik atau nonel.

a. Pembuatan primer menggunakan detonator biasa


Detonator biasa yang dipakai adalah detonator yang telah dipasang sumbu
api. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (lihat Gambar 32):
1) Ambil cartridge bahan peledak kuat atau bahan peledak peka detonator dan
buka pembungkus pada salah satu ujungnya, kemudian buatlah lubang kira-
kira sedalam 6 cm ditengah-tengah cartridge yang telah dibuka pembungkus-
nya memakai penusuk kayu
2) Sisipkan detonator biasa yang sudah dilengkapi sumbu api ke dalam lubang
sedemikian rupa sehingga detonator terbenam seluruhnya ke dalam cartridge
3) Tutup kembali pembungkusnya seperti semula dan ikat dengan benang atau
tali plastik.

1) 3)

Gambar 32.

Pembuatan primer
menggunakan
detonator biasa
2)

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 47


b. Pembuatan primer menggunakan detonator listrik
Terdapat dua cara yang disajikan untuk membuat primer dengan detonator
listrik, yaitu cara ke 1 dan ke 2 seperti terlihat pada Gambar 3.4. Langkah-langkah
cara ke 1 adalah sebagai berikut (Gambar 33.a):
1) Ambil cartridge bahan peledak kuat atau bahan peledak peka detonator,
kemudian buatlah lubang kira-kira sedalam 6 cm ditengah-tengah cartridge
dengan atau tanpa dibuka pembungkusnya memakai penusuk kayu
2) Sisipkan detonator listrik ke dalam lubang sedemikian rupa sehingga
detonator terbenam seluruhnya ke dalam cartridge
3) Lingkarkan legwire sekali atau dua kali ke sekitar cartridge, lalu kencangkan
dan siap dimasukkan ke dalam lubang ledak.
4) Kedua ujung kawat detonator yang mengarah ke atas harus digabungkan
untuk menghindari pengaruh arus listrik liar atau listrik statis.

b. Cara ke 2
a. Cara ke 1

Gambar 33. Pembuatan primer menggunakan detonator listrik

Untuk cara ke 2, pada prinsipnya sama dengan cara ke 1, perbedaannya


terletak pada lubang tembus yang dibuat pada bagian samping cartridge. Melalui
lubang ini disisipkan legwire, kemudian dilingkarkan ke badan cartridge dan
dikencangkan oleh bagian legwire yang menuju ke atas (lihat Gambar 33.b).
Setelah kencang primer siap dimasukkan ke dalam lubang ledak dan jangan lupa
menggabungkan kedua ujung legwire yang mengarah ke atas.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 48


c. Pembuatan primer menggunakan sumbu ledak
Membuat primer dengan sumbu ledak tidak diperlukan detonator sama
sekali karena sumbu ledak bermuatan bahan peledak kuat, yaitu PETN. Sumbu
ledak yang sering digunakan untuk keperluan peledakan pada penambangan bahan
galian mengandung PETN 3,6 gr/m atau 5 gr/m. Terdapat dua cara yang umum
digunakan untuk membuat primer dengan sumbu ledak, yaitu seperti terlihat pada
Gambar 34. Cara ke 1 sebagai berikut (Gambar 34.a):
1) Ambil cartridge bahan peledak kuat atau bahan peledak peka detonator,
kemudian buatlah lubang tembus di bagian samping cartridge memakai
penusuk kayu
2) Sisipkan sumbu ledak ke dalam lubang, kemudian ikatlah dengan cara
pengikatan bunga cengkeh atau dapat pula diikat kuat menggunakan selotip
dan siap dimasukkan ke dalam lubang ledak.
Cara ke 2 adalah sebagai berikut (Gambar 3.5.b):
1) Ambil cartridge bahan peledak kuat atau bahan peledak peka detonator,
kemudian buatlah lubang tembus sepanjang badan cartridge dari atas ke
bawah memakai penusuk kayu yang agak panjang
2) Sisipkan sumbu ledak ke dalam lubang, kemudian buatlah tali simpul di
bagian bawah cartridge untuk menahan cartridge tidak jatuh. Primer siap
dimasukkan ke dalam lubang ledak.

a. Cara ke 1 b. Cara ke 2

Gambar 34. Pembuatan primer menggunakan sumbu ledak

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 49


d. Primer rancangan pabrik
Pabrik pembuat bahan peledak ada pula yang merancang bahan peledak
khusus untuk primer dengan merk dagang tertentu dengan bentuk sebagai berikut:
1) Berupa cartridge padat (solid), biasanya berwarna putih seperti gypsum, yang
sudah disiapkan lubang untuk detonator atau sumbu ledak. Contoh:
 Anzomex primers buatan ICI Explosive (Gambar 3.6) dengan spesifikasi
seperti pada Tabel 35.
 HDP Boosters atau Cast Boosters buatan Nitro Nobel dengan spesifikasi
seperti terlihat pada Gambar 36.
2) ICI Explosives memproduksi primer sistem sliderdeck, yaitu terdiri dari:
 Anzomex primer yang berat 400 gr dibungkus plastik warna kuning
berkekuatan tinggi yang dicetak lengkap dengan selongsong atau lubang
untuk menyisipkan sumbu ledak (Gambar 37.a),
 Slider Primer Detonator merupakan detonator tunda nonel digabung
dengan plastik warna biru dicetak khusus dan dilengkapi lubang untuk
menyisipkan sumbu ledak (Gambar 37.b)
 Gabungan Anzomex primer dan Slider Primer Detonator adalah sistem
sliderdeck yang lengkap seperti terlihat pada Gambar 37.c.

Gambar 35. Seri Anzomex Primers buatan ICI Explosive

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 50


Tabel 9. Spesifikasi Anzomex primers buatan ICI Explosive
Diamt. Panjang Berat Jumlah Jumlah Efektif untuk
Tipe nominal, nominal, nominal, per Warna diamt. lubang
lubang
mm mm gr kotak ledak, mm
ANZOMEX A 28 35 26 1 600 Hijau 32 - 65
ANZOMEX 44 55 120 2 175 Abu-abu 65 - 150
Power Plus D
50 - 150
ANZOMEX K 35 118 175 2 136 Oranye (peledakan
tunda)
ANZOMEX 150 - 380
54 118 390 2 60 Kuning (peledakan
Power Plus P
tunda)
ANZOMEX 64 79 400 2 60 Putih 150 - 380
Power Plus Q

Explosives Class: 1.1D U.N. No: 0042


ExplosiveType Cast explosive

Composition PETN/TNT
Nominal Density (g/cc) 1.65  0.1
Sensitivity 2 3.6g cord
Ideal Velocity of Detonation1 (m/sec) 7200

Gambar 36. HDP Boosters (Cast Boosters) buatan Nitro Nobel

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 51


a. Anzomex slider b. Slider primer c. Sistem slider primer

primer detonator dipasang lengkap


Gambar 37. Primer sistem sliderdeck dari ICI Explosives
Disamping primer tersebut di atas masih ada primer yang dinamakan

detaprime buatan Nitro Nobel. Detaprime adalah booster yang berbentuk silinder
dengan diameter antara 10 – 15 mm dan panjang antara 50 – 75 mm dilengkapi
lubang ditengahnya yang cukup untuk menyisipkan sebuah detonator. Detaprime
terbuat dari campuran PETN dan perekat elastomerik, sehingga dengan densitas
1,5 gr/cc mempunyai VoD sekitar 7315 m/s dan bisa tahan selama 3 – 5 tahun.
Elastomerik memberikan tekstur dan sifat-sifat seperti karet pada detaprime.
Begitu kecilnya detaprime, maka sangat ekonomis digunakan baik pada peledakan
tambang terbuka maupun bawah tanah.
Tabel 10. Spesifikasi Detaprime buatan Nitro Nobel
Tipe Berat, Jumlah per Inisiator Penggunaan
gr kotak
Meledakkan ANFO dan
GA 18 200 Detonator listrik watergels sampai diameter
lubang ledak 115 mm (4,5 inci)
- Sumbu ledak 10 Meledakkan ANFO dan
gr/m
WG 20 200 watergels sampai diameter
- Sumbu api
lubang ledak 115 mm (4,5 inci)
- Detonator Nonel
Meledakkan ANFO dengan
UA 6 500 Detonator listrik diameter lubang ledak 65 mm
(2,5 inci) dan watergels
- Sumbu api Meledakkan ANFO dengan
UF 6 400 diameter lubang ledak 65 mm
- Detonator Nonel
(2,5 inci) dan watergels
LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 52
PREPRAKTIKUM
Lingkari atau berilah tanda silang ( X ) pada huruf:
A. Jika pernyataan 1), 2) benar
B. Jika pernyataan 2), 3) benar
C. Jika pernyataan 1), 2), 3) benar
D. Jika pernyataan 1), 2), 3), 4) benar

1. Kapan seharusnya primer dibuat?


1) Di lokasi yang akan diledakkan
2) Pada saat lubang ledak siap diisi bahan peledak
3) Di gudang bahan peledak agar menghemat waktu
4) Dibuat sebelum peledakan kemudian disimpan dalam gudang

2. Memasukkan detonator ke dalam cartridge, dinamit atau booster seharusnya


adalah:
1) Ditusukkan langsung kedalam cartridge
2) Dibuat lubang dulu menggunakan kayu atau bambu berdiameter sama
dengan detonator
3) Dimasukkan langsung pada booster yang sudah tersedia lubang untuk
detonator
4) Ditempelkan kemudian diisolasi

3. Terdapat tiga cara meletakkan primer di dalam lubang ledak, yaitu :


1) Dibagian bawah isian utama atau bottom priming
2) Dibagian tengah isian utama atau center atau middle priming
3) Dibagian atas isian utama atau top priming
4) Dibagian atas lubang ledak
Jawaban: A. B. C. D.

KEGIATAN PRAKTIKUM
1) Peragakan cara membuat primer dengan detonator biasa
2) Peragakan cara membuat primer dengan detonator listrik
3) Peragakan cara membuat primer dengan detonator nonel

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 53


4) Peragakan cara membuat primer dengan sumbu ledak
5) Peragakan cara mengikat detonator dengan booster

FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM:


Nama :
NIM :
Kampus : Indralaya / Palembang*

No. Komponen Nilai Rank Nilai


(diisi asisten)

1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 54


PRAKTIKUM 4
ALAT PEMICU PELEDAKAN

TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan tentang:
1. Tipe dan jenis alat pemicu peledakan listrik dan non-listrik (nonel)
2. Cara pengoperasian alat pemicu peledakan secara aman
3. Alat pendukung peledakan listrik
4. Jenis alat pencampur dan pengisi bahan peledak
5. Persyaratan alat pencampur dan pengisi bahan peledak

DASAR TEORI
2. Alat pemicu peledakan listrik
Alat pemicu pada peledakan listrik dinamakan blasting machine (BM) atau
exploder merupakan sumber energi penghantar arus listrik menuju detonator. Cara
kerja BM pada umumnya didasarkan atas penyimpanan atau pengumpulan arus
pada sejenis kapasitor dan arus tersebut dilepaskan seketika pada saat yang
dikehendaki. Pengumpulan arus listrik dapat dihasilkan malalui:
1) Gerakan mekanis untuk tipe generator, yaitu dengan cara memutar engkol
(handle) yang telah disediakan (contoh Gambar 38.a). Putaran engkol
dihentikan setelah lampu indikator menyala yang menandakan arus sudah
maksimum dan siap dilepaskan. Saat ini tipe generator sudah jarang
digunakan.
2) Melalui baterai untuk tipe kapasitor, yaitu dengan cara mengontakkan kunci
kearah starter dan setelah lampu indikator menyala yang menandakan arus
sudah terkumpul maksimum dan siap dilepaskan (Gambar 38.b dan 38.c).
Arus yang dilepaskan harus dapat mengatasi tahanan listrik di dalam
rangkaian peledakan. Untuk itu perlu diketahui benar kapasitas BM yang akan
digunakan jangan sampai kapasitasnya lebih kecil dibanding tahanan listrik
seluruhnya. Tahanan rangkaian listrik harus diukur atau dihitung terlebih dahulu
dan harus dijaga jangan sampai terdapat kebocoran arus karena terdapat kawat
terbuka yang berhubungan dengan tanah, air atau bahan lain yang bersifat

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 55


konduktor. Pabrik pembuat BM, misalnya buatan Nissan, biasanya mencantumkan
jumlah detonator masimum yang mampu diledakkan oleh BM tersebut, misalnya
T50, T100, T200, T300, dan T500. Angka menunjukkan jumlah detonator yang
mampu diledakkan oleh BM tersebut.

a. BEETHOVEN MK II A b. NISSAN F-

a. BEETHOVEN MK II A

Engkol memutar generator untuk mengisi kapasitor


sampai lebih dari 1200 volts. Setelah penuh lampu
indicator menyala dan dengan menekan tombol arus
akan dilepas-kan. BM ini disarankan dipakai pada
tambang batubara. Dimensi: 159 x 114 x 267 mm dan
berat 4,5 kg.

b. NISSAN F-3

Kapasitor diisi dengan baterai kering 1,5 volt ukuran


“D” yang dapat diganti. Setelah beberapa saat kunci
dikontak, lampu indikator menyala (hijau) menandakan
arus sudah maksimum dan siap dilepaskan. BM ini
mampu meledak-kan 30 detonator. Dimensinya 175 x
85 x 55 mm dengan berat 850 gr.

c. REO BM175-10ST
c. REO BM175- Merupakan BM yang dapat meledakkan 10 sirkuit

Gambar 38. Beberapa jenis dan tipe pemicu ledak listrik dan keterangannya

Prosedur penggunaan alat pemicu ledak listrik (BM) untuk seluruh tipe seperti
pada Gambar 38 adalah sama, yaitu:

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 56


1) Informasi dahulu tentang pelaksanaan peledakan ke sekitar lokasi peledakan
melalui corong mikropon atau handy- talky (HT) dan yakinkan bahwa situasi
benar-benar aman.
2) Hubungkan dua kawat utama atau lead wire dari rangkaian peledakan masing-
masing ke kutub listrik yang ada pada alat pemicu ledak.
3) Ikat kuat kawat pada masing-masing kutub dengan memutar sekrupnya.
4) Isilah kapasitor sesuai prosedur yang disarankan oleh pabrik pembuat alat
pemicu ledak. Misalnya, bila menggunakan tipe generator (Gambar 38.a)
putarlah engkol sampai kapasitor terisi penuh dan bila menggunakan tipe
baterai (Gambar 38.b dan 38.c) putarlah kunci kontak kearah kanan dan tahan
beberapa saat sampai kapasitor penuh. Lampu indikator akan menyala bila
kapasitor penuh.
5) Bila menggunakan tipe generator (Gambar 38.a), tekanlah tombol yang
tersedia, maka arus akan dilepaskan dan rangkaian peledakan akan meledak;
dan bila menggunakan tipe baterai (Gambar 38.b dan 38.c) putar kunci ke
arah kiri sampai titik yang ditentukan, maka arus akan dilepaskan dan
rangkaian peledakan akan meledak.

2. Alat pemicu peledakan non-listrik


Alat pemicu non-listrik (nonel) dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu
penyulut sumbu api dan pemicu nonel atau starter non-electric. Untuk penyulut
sumbu api telah diuraikan pada Modul 2, Pembelajaran 2 tentang Sumbu dan
Penyambung Pada Peledakan, khususnya tentang Cara Penyulutan Sumbu Api.
Selanjutnya alat pemicu sumbu api tidak akan diuraikan lagi dan yang akan
dibahas berikut ini adalah tentang alat pemicu non-listrik.
Alat pemicu nonel (starter non-electric) dinamakan shot gun atau shot
firer atau nonel starter. Seperti diketahui bahwa sumbu nonel mengandung bahan
reaktif (HMX) yang akan aktif atau terinisiasi oleh gelombang kejut akibat
impact. Alat pemicu nonel dilengkapi dengan peluru yang disebut shot shell
primer dengan ukuran tertentu (untuk buatan ICI Explosives berukuran No. 209).
Shot shell primer diaktifkan oleh pemicu, yaitu pegas bertekanan tinggi yang yang
terdapat di dalam alat pemicu nonel. Beberapa tipe alat pemicu nonel terlihat pada

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 57


Gambar 39 dan 40 masing-masing buatan ICI Explosives dan Nitro Nobel. Pada
Gambar 39 terlihat bahwa alat pemicunya menggunakan striker yang disisipkan di
bagian atas barrel, kemudian transmisi impact melalui shot shell primer ke sumbu
nonel menggunakan hentakkan kaki. Sedangkan pada Gambar 40 alat pemicu
nonel digenggam dan untuk melepas pegas di dalam alat pemicu agar shot shell
primer mentransmisikan impact ke sumbu nonel dengan cara dipukul.

Strike

Barrel
Shot shell

a. Menyisipkan shot shell b. Menghentakkan kaki untuk


primer ke menghasilkan impact

Gambar 39. Alat pemicu nonel buatan ICI Explosive

Gambar 40. Alat pemicu nonel buatan Nitro Nobel

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 58


Prosedur penggunaan alat pemicu ledak nonel untuk seluruh tipe seperti
pada Gambar 39 dan 40 adalah sebagai berikut:
1) Informasi dahulu tentang pelaksanaan peledakan ke sekitar lokasi peledakan
melalui corong mikropon atau handy- talky (HT) dan yakinkan bahwa situasi
benar-benar aman.
2) Sisipkan lead-in line atau extendaline atau “sumbu nonel utama” ke dalam
lubang yang tersedia pada alat pemicu ledak nonel.
3) Masukkan shot shell primer ke dalam lubang yang tersedia, kemudian tutup
oleh striker dan siap diledakkan.

3. Alat bantu peledakan listrik


Peledakan listrik memerlukan alat bantu agar peledakan listrik
berlangsung dengan aman dan terkendali. Alat bantu berfungsi sebagai pengukur
tahanan, pengukur kebocoran arus, detektor petir, dan kawat utama atau lead wire
atau lead lines atau firing line.
a. Pengukur tahanan (Blastometer atau BOM)
Alat pengukur tahanan kawat listrik untuk keperluan peledakan dibuat khusus
untuk pekerjaan peledakan dan tidak disarankan digunakan untuk keperluan lain.
Sebaliknya, alat pengukur tahanan yang biasa dipakai oleh operator listrik umum,
yaitu multitester, dilarang digunakan untuk mengukur kawat pada peledakan
listrik. Ruas kawat yang harus diukur tahanannya adalah seluruh legwire dari
sejumlah detonator yang digunakan, connecting wire, bus wire, dan kawat utama.
Dengan demikian jumlah tahanan seluruh rangkaian dapat dihitung dan voltage
BM dapat ditentukan setelah arus dihitung.
Cara pengukuran tahanan ruas kawat menggunakan blastometer (BOM) pada
prinsipnya sama, hanya pada pengukuran legwire perlu ekstra hati-hati. Prosedur
pengukuran adalah sebagai berikut:
1) Untuk kawat penyambung (connecting wire), bus wire, dan kawat utama:
 Kedua ujung kawat dihubungkan pada sepasang terminal yang tersedia
pada BOM, kemudian kencangkan.
 BOM dikontakkan, biasanya dengan menekan tombol, sehingga jarum
menunjukkan angka tertentu, yaitu nilai tahanan kawat tersebut.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 59


 Catat angkanya sebagai data hasil pengukuran tahanan
2) Untuk legwire pada detonator listrik:
 Kedua ujung legwire dari detonator dihubungkan pada sepasang terminal
yang tersedia pada BOM, kemudian kencangkan.
 BOM dikontakkan, biasanya dengan menekan tombol, sehingga jarum
menunjukkan angka tertentu, yaitu nilai tahanan legwire dan kawat pijar
(bridge wire) di dalam detonator tersebut. Apabila jarum tidak bergerak,
berarti detonator rusak dan jangan dipakai, sebab ada kemungkinan
kawat pijar dalam fusehead putus.
 Bila jarum bergerak, catat angkanya (biasanya sekitar 1,5 ohms) sebagai
data hasil pengukuran tahanan.

a. Blastometer 80 buatan ICI


Explosives dapat meng-
ukur tahanan antara 0–30
ohms dan 0 – 300 ohms.
Diproteksi oleh plastik yg
dicetak dan kokoh. Ukuran
95 x 140 x 60 mm, berat
500 gr.

b. Blastometer digital model


104 buatan Thomas Instru-
ments, Inc. Diproteksi oleh
bahan yang tidak mudah
pecah. Ukuran 76 x 76 x
38 mm, berat 340 gr
a b

Gambar 41. Pengukur tahanan kawat listrik pada peledakan (blastometer)


b. Pengukur kebocoran arus
Adanya kebocoran arus dapat terjadi akibat adanya kawat yang tidak terisolasi,
misalnya pada sambungan, yang kontak dengan air, tanah basah, atau batuan
konduktif. Kontak tersebut dapat menghentikan arus menuju detonator, sehingga
detonator tidak meledak dan dapat menyebabkan gagal ledak.
Salah satu alat ukur kebocoran arus yang efektif adalah AECI Digital Earth
Leakage Tester LT-02 seperti terlihat pada Gambar 1.5. Alat ini dapat mengukur
tahanan antara 0 – 19,99 kohms ( 0 – 19.990 ohms) dengan skala 10 ohm dan

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 60


menggunakan tenaga baterai 9 volts. LT-02 sangat bermanfaaat untuk memeriksa
peledakan yang luas dengan menggunakan banyak detonator. Terutama untuk
memeriksa adanya gagal ledak pada peledakan pillar, massa batuan, dan
peledakan dengan baris yang banyak (multi row) pada tambang terbuka. Bila
keadaan tidak segera diatasi atau diperiksa, maka akan menghambat laju produksi
secara serius karena kelambatan peledakan. Ukurannya 103 x 72 x 33 mm dengan
berat 250 gr.

Gambar 42. Pengukur kebocoran arus listrik pada peledakan


(AECI Digital Earth Leakage Tester LT-02)
c. Multimeter peledakan
Multimeter peledakan disebut juga Blasting Multimeter adalah instrumen penguji
yang sekaligus dapat mengukur tahanan, voltage, dan arus. Alat multimeter
peledakan dirancang khusus untuk keperluan peledakan dan berbeda dengan
multimeter untuk keperluan operator listrik umum. Kegunaan multimeter
peledakan adalah:
 Mengukur tahanan sebuah kawat detonator dan tahanan suatu sistem
rangkaian peledakan listrik,
 Memeriksa ada-tidaknya arus tambahan di lokasi peledakan,

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 61


 Mengukur kebocoran arus antara kawat detonator (legwire) dengan bumi,
 Memeriksa kemenerusan (kontinuitas) dan ada-tidaknya arus pendek pada
kawat utama, connecting wire, dan legwire pada detonator

a. Sketsa multimeter peledakan b. Multimeter digital peledakan


buatan Thomas Instrument . Inc

Gambar 43. Multimeter peledakan (Blasting multimeter)


Gambar 43.b multimeter digital buatan Thomas Instruments model-109 disamping
dapat mengukur tahanan, arus dan voltage juga mampu memeriksa arus liar.
Ketelitian pembacaan mencapai 0,1% dan dapat dioperasikan pada cuaca antara
─19,5 - 70 C. Alat ini beroperasi dengan tenaga baterai 9 volt.
d. Rheostat dan Fussion tester
Alat ini digunakan untuk menguji efisiensi blasting machine (BM) tipe generator
maupun kapasitor dalam mengatasi tahanan sejumlah detonator . Alat ini terdiri
dari suatu seri resistor (coils) dengan tahanan yang berbeda. Setiap tahanan
ditandai dengan nilai ohms tertentu yang ekuivalen dengan sejumlah detonator
listrik yang memiliki panjang legwire tembaga 30 ft (±10 m). Pengujian efisiensi
BM dilakukan sebagai berikut (lihat Gambar 44):
1) Ambil sejumlah detonator listrik dan hubungkan secara seri,
2) Salah satu kabel dari detonator dihubungkan dengan nilai ohm rheostat yang
ekuivalen dengan jumlah detotanor tersebut,

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 62


3) Hubungkan salah satu kawat detonator lainnya ke BM,
4) Hubungkan rheostat dengan BM,
5) Pengujian dimulai dengan mengontakkan BM, bila seluruh detonator
meledak, maka output dari BM cocok digunakan untuk peledakan seri dari
sejumlah detonator pada tahanan yang sama.
a. Rheostat buatan ICI Explosives b. Fusion tester untuk menguji BM

Beethoven

Gambar 44. Rheostat dan Fussion tester


e. Detektor kilat (lightning detector)
Peledakan listrik sangat rawan terhadap udara mendung atau pada daerah-daerah
yang memiliki intensitas kilat dan petir cukup tinggi. Debu dan badai listrik yang
tinggi melebihi listrik statis pada atmosfir ditambah dengan petir sangat berbahaya
terhadap operasi peledakan. Untuk membantu pemantauan awal terhadap
fenomena tersebut diperlukan detektor kilat. Gambar 45 memperlihatkan contoh
alat detektor kilat yang mampu mengukur gradient voltage listrik pada atmosfir.
Alat dan akan memberikan tanda dalam bentuk lampu berkedip atau bunyi sirine
apabila gradien voltage listrik atmosfir menunjukkan angka kritis atau
melebihinya.
f. Kawat utama (lead wire)
Kawat utama termasuk pada peralatan peledakan, karena dapat dipakai berulang
kali. Berbeda dengan lead-in line atau extendaline atau “sumbu nonel utama”
pada peledakan nonel akan langsung rusak dan tidak boleh dipakai lagi karena
HMX yang terdapat didalamnya sudah bereaksi habis, walaupun sumbunya tetap
nampak utuh. Kawat utama berfungsi sebagai penghubung rangkaian peledakan

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 63


listrik dengan alat pemicu ledak listrik atau blasting machine. Ukuran untuk
peledakan pada kondisi normal adalah kawat tembaga ganda berukuran 23/0,076
yang diisolasi dengan plastik PVC dengan tahanan 5,8 ohms per 100 m. Atau
dapat pula digunakan kawat tembaga ganda berukuran 24/0,20 mm dengan
tahanan 4,6 ohms per 100 m.

a. Thor Lightning Sentry, ICI b. Model 350, Thomas

Gambar 45. Detektor kilat (Lightning detector)


Untuk pekerjaan peledakan yang berat (heavy duty) dipakai kawat tembaga
berukuran 70/0,76 mm dengan isolasi plastik PVC berwarna kuning (buatan ICI
Explosives) mempunyai tahanan 1,8 ohms/100 m. Atau dapat dipakai kawat
tembaga 50/0,25 mm dengan tahanan 1,4 ohms/100 m.

a. Untuk kondisi normal b. Untuk peledakan berat

Gambar 46. Kawat utama (lead wire) untuk peledakan listrik (ICI Explosives)

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 64


PREPRAKTIKUM
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat, lingkarilah A, B, C, atau D.
1) Dalam alat pemicu peledakan listrik diperlukan waktu untuk mengisi atau
mengumpulkan arus pada kondensator listrik, mengapa :
A. Untuk memperoleh kuat arus yang cukup bagi rangkaian
B. Untuk pemanasan alat pemucu ledak
C. Memperoleh power yang cukup untuk mengatasi tahanan rangkaian
D. Mengikuti prosedur dari pabrik pembuat alat pemicu ledak
2) Apakah yang Anda lakukan apabila pengisian kondensor terlalu lama.
A. Dibiarkan saja karena memang pengisian itu butuh waktu lama
B. Laporkan ke Pengawas Peledakan bahwa waktu pengisian terlalu lama
C. Peledakan harus ditunda karena alat pemicu rusak
D. Laporkan dan sarankan ke Pengawas Peledakan untuk mengganti
baterai atau alat pemicu baru
3) Apa yang menyebabkan alat pemicu nonel dapat menginisiasi sumbu nonel.
A. Adanya shot shell primer yang dipasang di dalam shotgun
B. Adanya impact yang menghasilkan gelombang kejut
C. Adanya arus listrik di dalam alat pemicu nonel
D. Karena nonel bermuatan bahan yang reaktif
4) Suatu rangkaian nonel dapat diinisiasi dengan beberapa cara, kecuali:
A. Sumbu nonel dihubungkan dengan detonator listrik kemudian diinisiasi
blasting machine
B. Sumbu nonel dihubungkan dengan detonator biasa kemudian sumbu
api dibakar atau disulut
C. Sumbu nonel diinisiasi oleh shotgun
D. Sumbu nonel dihubungkan dengan sumbu api
5) Suatu peledakan menggunakan rangkaian listrik dan setelah dihitung
tahanannya 93 ohm. Menurut Anda apabila diukur dengan blastohmeter
jarumnya atau angkanya (model digital) menunjuk ke angka berapa?
A. Sama dengan perhitungan dengan tolerasi tidak terlalu jauh
B. Lebih kecil dibanding perhitungan
C. Lebih besar dibanding perhitungan

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 65


D. Sama persis dengan perhitungan

KEGIATAN PRAKTIKUM
1) Ambil 1 m kawat listrik dan ukurlah tahanannya menggunakan blastohmeter
2) Ambil potongan kawat legwire (tanpa detonator) sepanjang 20 cm, hubung-
kan masing-masing ujungnya dengan kedua kutub pada blasting machine,
kemudian lakukan prosedur seperti akan melakukan peledakan. Apa yang
terjadi kawat setelah diledakkan?
3) Ambil dua potongan kawat legwire (tanpa detonator) dengan panjang sama,
misalnya 1 m. Satu kawat dukupas ditengah-tengahnya sepanjang 5 cm,
sedangkan yang lainya dibiarkan utuh. Masukkan kedua tersebut kedalam
tanah sedalam 0,5 m, ukurlah tahanannya. Apakah ada perbedaan, bila ada
kenapa berbeda?
4) Ujilah blasting machine yang Anda miliki menggunakan Rheostat.
5) Peragakan pembuatan campuran AN dan FO untuk mendapatkan 10 kg
ANFO
6) Operasikan alat pencampur ANFO coxan untuk memperoleh 20 kg ANFO

FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM:


Nama :
NIM :
Kampus : Indralaya / Palembang*

No. Komponen Nilai Rank Nilai


(diisi asisten)

1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 66


PRAKTIKUM 5
ALAT PENCAMPUR DAN PENGISI

TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan tentang:
1. Jenis alat pencampur dan pengisi bahan peledak
2. Persyaratan alat pencampur dan pengisi bahan peledak

DASAR TEORI
1. Alat pencampur bahan peledak
Bahan yang dicampur biasanya agen peledakan. Bila ANFO dipergunakan
sebagai agen peledakan, maka diperlukan alat untuk mencampur AN dan FO. Alat
yang paling sederhana adalah penakar kedua bahan tersebut dan tempat untuk
mengaduk bahan-bahan tersebut menjadi campuran yang homogen. Ada yang
menggunakan alat pencampur bahan cor (semen, pasir dan air), yaitu concrete
mixer atau “molen”, sebagai alat untuk mencampur AN dan FO. Alat tersebut
cukup baik untuk menghasilkan campuran yang homogen, namun pelaksanaannya
harus penuh kehati-hatian, sebab “molen” tidak dirancang untuk mengaduk bahan
peledak. Alat pencampur bahan peledak harus memenuhi beberapa persyaratan,
sebab hasilnya berupa bahan peledak kuat yang berbahaya bagi keselamatan kerja.
Persyaratan tersebut yaitu:
 Bahan yang kontak dengan AN terbuat dari stainless-steel atau diberi lapisan
epoxy.
 Pada waktu bekerja tidak menimbulkan panas yang berlebih atau listrik
statis.
Gambar 47 memperlihatkan alat pencampur bahan peledak ANFO yang
dinama-kan Coxan ANFO Mixer. Alat ini dirancang untuk mencampur AN dan
FO dengan perbandingan 94%:6% dengan cara kerja sebagai berikut:
1) Butiran AN dimasukkan ke corong (hopper) yang dilengkapi dengan saringan.
Saringan ini diperlukan karena kadang-kadang terdapat AN yang
menggumpal, sehingga gumpalan dan butiran AN dapat dipisahkan. Gumpalan
AN yang tertinggal di atas saringan dikeluarkan atau kalau

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 67


memungkinkan dapat dipukul-pukul di atas saringan agar hancur menjadi
butiran dan langsung masuk kedalam corong. Kapasitas corong butiran AN
sekitar 70 kg.
2) Fluida FO (solar) dialirkan melalui pipa yang tersedia dibagian bawah alat dan
mengalir dengan kecepatan konstan.
3) Butiran AN turun dengan kecepatan konstan dan FO mengalir dengan
kecepatan konstan pula; dengan demikian, maka ANFO yang keluar melalui
pipa saluran pengeluaran (extruder) pun akan mempunyai kecepatan konstan
juga. Perbandingan 94% AN dan 6% FO diperoleh melalui perbedaan
kecepatan konstan antara turunnya AN dan aliran FO.
Alat Coxan ANFO Mixer dapat dioperasikan tangan atau tenaga listrik. Bila
dioperasikan tangan, maka dipasang engkol di bagian ujung pipa pengeluaran
produk ANFO dan laju pengeluaran ANFO bisa mencapai 1000 kg/jam.
Sedangkan bila dioperasikan oleh tenaga listrik, diperlukan energi 1100 watt, dan
laju produk ANFO antara 40 – 100 kg/menit.

Poros tempat engkol


bila alat dioperasikan

Corong
untuk

Pipa saluran pengeluaran


ANFO (extruder) sistem

Inlet
untuk

Gambar 47. Pencampur ANFO Coxan (ICI Explosives)

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 68


2. Alat pengisi lubang ledak
Pengisian lubang ledak dapat dilakukan secara manual atau menggunakan
alat bantu mekanis. Cara pengisian dibedakan berdasarkan diameter lubang ledak
dan untuk alasan tersebut lubang ledak dikelompokkan menjadi:
 Diameter “Kecil” : < 50 mm (2”)
 Diameter “Sedang” : 50 – 100 mm (2” – 4”)
 Diameter “Besar” : > 100 mm (4”)

Cara pengisian manual maksudnya bila dilaksanakan langsung dengan cara


dicurah ke dalam lubang ledak. Untuk membantu pemadatan digunakan tongkat
panjang terbuat dari bambu atau bahan non-konduktor lainnya yang disebut
tamping rod. Sedangkan cara mekanis bila menggunakan alat bantu pengisian
pneumatik, misalnya pneumatic cartridge charger dan ANFO loader, yang
biasanya diterapkan pada pengisian lubang miring atau ke arah atas. Sedangkan
alat mekanis untuk lubang ledak berdiameter “besar” digunakan Mobile Mixer/
Manufacturing Unit (MMU) yang multi-guna, karena dapat berfungsi sebagai
pengangkut, pencampur dan sekaligus pengisi.
a. Pengisian lubang berdiameter “kecil”
Lubang ledak berdiameter “kecil” biasanya mempunyai kedalaman
terbatas yang umumnya diterapkan pada penambangan skala kecil. Pengisian
dilaksanakan dengan cara manual, bila menggunakan agen peledakan ANFO
langsung dicurah dan bila berbentuk cartridge langsung dimasukkan satu per satu
ke dalam lubang ledak. Pemadatan bahan peledak digunakan alat tamping rod.
Untuk lubang miring atau mengarah ke atas (stopper), pada tambang bawah tanah,
biasanya dibantu alat pengisian pneumatik (lihat Gambar 48).
ANFO loader pada Gambar 48.a adalah salah satu jenis pengisi lubang
ledak dengan bahan peledak ANFO. Alat ini terdiri dari tangki konis terbuat dari
baja dan bertekanan serta klep bola yang mengatur tekanan menuju selang pengisi
berdiameter antara 50 – 75 mm. Tekanan udara tambahan (secondary air pressure)
dapat dimasukkan melalui pipa di bagian bawah alat untuk menambah tekanan ke
selang pengisi. Cara kerja alat ini adalah sebagai berikut:
1) ANFO dicurah melalui corong di bagian atas ke tangki konis.
2) Corong ditutup rapat dan kuat.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 69


3) Klep bola dibuka perlahan-lahan sampai tekanan untuk mengeluarkan ANFO
melalui selang pengisi memuaskan. Besar tekanan akan sangat tergantung
pada densitas ANFO. Alat ini dirancang untuk ANFO dengan densitas sampai
0,95 gr/cm³.
Laju pengisian disamping tergantung pada densitas ANFO juga pada
panjang selang yang dipasang dan besar tekanan tambahan. Untuk pemakaian
normal, tekanan di dalam corong sekitar 175 – 200 kPa (2 – 3 atm). Dalam
kondisi tersebut laju pengisian bisa mencapai 45 kg/menit untuk panjang selang
sampai 50 m. Alat ini dirancang untuk kapasitas ANFO mulai 17 kg, 25 kg, 45 kg,
100 kg, 200 kg dan 250 kg.
Pneumatic cartridge charger pada Gambar 2.2.b adalah alat pengisi
lubang ledak dengan bahan peledak cartridge, khususnya cartridge berbasis
emulsi, misalnya powergel. Alat ini sangat efektif bila digunakan pada lubang
ledak kecil yang berukuran antara 57 – 76 mm (2” – 3”) dengan kedalaman 58 m
untuk lubang kering dan 15 m bila lubang berair. Sangat cocok digunakan untuk
pengisian lubang ledak ke arah miring atau ke atas pada tambang bawah tanah.

a. ANFO b. Pneumatic cartridge charger

Gambar 48. Alat bantu pengisian pneumatik

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 70


Tekanan udara yang dialirkan melalui selang mampu memberikan
pemadatan, sehingga densitas bahan peledak di dalam lubang ledak bertambah
antara 20% - 40% dibanding dengan pemadatan secara manual (dengan tangan
biasa). Besarnya tambahan densitas tersebut tergantung pula pada besar tekanan
udara yang dialirkan. Alat ini dirancang untuk bahan peledak cartridge berbasis
emulsi, namun dengan memperhatikan segala kemungkinan yang berkaitan
dengan keselamatan kerja dapat pula digunakan untuk bahan peledak cartridge
berbasis nitroglyserin.
b. Pengisian lubang berdiameter “sedang”
Pengisian lubang ledak berdiameter “sedang” dapat dilakukan secara
manual menggunakan tempat yang ukuran volumenya tertentu, misalnya
menggunakan ember plastik, agar dapat mengisi lubang ledak dengan tepat sesuai
perhitungan (lihat Gambar 2.3). Pada proses ini diperlukan selang (hose) berskala
untuk mengukur batas kedalaman bahan peledak agar tidak melewati batas
kedalaman penyumbat (stemming). Disamping itu, yang perlu diperhatikan adalah
legwire atau sumbu nonel atau sumbu ledak harus ditahan agar jangan sampai
jatuh dan ke dalam lubang dan terkubur bahan peledak. Pemadatan dilakukan
dengan memakai tamping rod yang biasanya dilakukan bersamaan dengan proses
pengisian agen peledakan.
Pada tambang bawah tanah, baik pembuatan terowongan atau pekerjaan
penam-bangan, pengisian lubang ledak secara manual hanya dapat dilakukan ke
arah samping (drifter) atau bawah (sinker), sedangkan ke miring (inclined) atau
atas (stopper) harus menggunakan alat bantu seperti pada Gambar 48.a.atau 48.b.
Apabila masih memungkinkan pemadatan manual ke arah samping dapat
digunakan tongkat pendorong non-konduktor seperti terlihat pada Gambar 50 dan
51. Karena dengan alat sederhana ini pelaksanaan peledakan menjadi lebih cepat
dan biaya pun dapat dikurangi.
c. Pengisian lubang berdiameter “besar”
Pengisian lubang ledak berdiameter besar biasanya dilakukan oleh
perusahaan penambangan skala besar dengan jumlah produksi mencapai ratusan
ribu ton atau m³, sehingga memerlukan bahan peledak cukup banyak. Untuk itu
diperlukan lubang ledak yang banyak pula. Apabila pengisian lubang ledaknya

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 71


dilakukan secara manual tentu tidak akan efektif dan efisien, sehingga diperlukan
sentuhan teknologi pengisian lubang ledak. Saat ini pengisian lubang secara
mekanis menggunakan Mobile Mixer/Manufacturing Unit (MMU) pada
penambangan skala besar sudah banyak dilakukan.

Seseorang meme- ANFO dituang Hose pengukur keda-


gang legwire ke lubang ledak laman bahan peledak

Gambar 49. Tipikal pengisian manual lubang ledak di quarry atau tambang
terbuka (Quarry andesit, PT. Trumix Beton, Bogor, Indonesia, 1995)

Cartridge

Tongkat pendorong
dan pemadat

Gambar 50. Tipikal pengisian manual lubang ledak pada pembuatan


terowongan (Flam-Gudvangen Tunnel, Norwegia, Nitro Nobel, 1992)

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 72


Walaupun biaya pengisian lubang ledak secara mekanis cukup tinggi,
namun jumlah produksi yang besar sudah diperhitungkan mampu mengatasi biaya
tersebut. Dengan demikian untuk penambangan skala besar, pengisian lubang
ledak secara mekanis cukup ekonomis ditinjau dari aspek produksi maupun biaya.

Primer

Tongkat
pendorong

Gambar 51. Pengisian manual lubang ledak pada penambangan


bawah tanah (Amerika Utara, Ireco, 1989)

Hampir semua perusahaan jasa peledakan memiliki MMU dan salah satunya
seperti terlihat pada Gambar 52 dan 53. Setiap MMU umumnya terdiri dari tiga
kompartemen yang bermuatan butiran ammonium nitrat (AN), bahan bakar
(solar), dan emulsi. Emulsi telah dibuat di pabrik pembuatan emulsi yang biasanya
berlokasi dekat dengan gudang bahan peledak. Melalui tiga komparteman tersebut
dapat diramu beberapa jenis bahan peledak sesuai dengan kondisi batuan dan
terlebih dahulu dibuat kesepakatan antara pemberi jasa peledakan dengan
konsumen. Diantara jenis bahan peledak yang dapat diramu adalah ANFO dan
heavy-ANFO (campuran ANFO dengan emulsi). Bahan peledak ANFO diramu
dengan mengeluarkan AN dan solar dari kompartemennya secara otomatis dengan
perbandingan 94,5% AN dan solar 5,5% berat. Demikian juga halnya dengan
heavy-ANFO dikeluarkan dari kompartemennya dengan perbandingan tertentu
pula (lihat Modul 1, Pengenalan Bahan Peledak, tentang bahan peledak heavy-
ANFO). Cara pengeluaran jenis bahan peledak dari MMU

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 73


tergantung pada viskositasnya. Berikut ini adalah jenis bahan peledak dan cara
pengeluarannya:
 ANFO dikeluarkan menggunakan sistem ulir (auger)
 Heavy-ANFO dengan emulsi kurang dari 60% dapat mengunakan auger
 Heavy-ANFO dengan emulsi lebih dari 60% mengunakan pompa.

Gambar 52. MMU sedang beroperasi mengisi lubang ledak di


tambang terbuka (PT. Dahana, Indonesia)

Oleh sebab itu, setiap MMU harus dilengkapi dengan alat pengeluaran
yang mampu mengalirkan bahan peledak sesuai dengan viskositasnya ke dalam
lubang ledak dengan kecepatan yang terukur. Gambar 54 menunjukkan sketsa
MMU buatan Dyno Westfarmers yang menunjukkan susunan kompartemen dan
bagian-bagian penting lainnya.

Gambar 53. MMU sedang beroperasi mengisi lubang ledak di


tambang bawah tanah (Ireco, Amerika Utara)

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 74


Gambar 54. MMU dan bagian-bagian pentingnya (Dyno Westfarmers Ltd.)

PREPRAKTIKUM
Berilah tanda silang pada kotak YA untuk jawaban yang benar, dan pada kotak
TIDAK untuk jawaban yang salah.
1) Menggunakan concrete mixer untuk pencampuran AN dan FO sangat baik
dan dapat menjamin keamanannya
YA TIDAK

2) Alat pencampur AN dan FO yang baik adalah bahan yang kontak dengan AN
terbuat dari stainless-steel atau dilapisi epoxy
YA TIDAK
3) Pertimbangan penggunaan MMU pada hakekatnya dilihat dari aspek ekonomi
dan bukan semata-mata untuk pemenuhan produksi.
YA TIDAK
4) Menggunakan MMU lebih fleksibel dalam memilih campuran bahan
peledakan dengan variasi densitas
YA TIDAK

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 75


Pilihlah satu jawaban yang paling tepat, lingkarilah A, B, C, atau D.
5) Dengan menggunakan pneumatic cartridge charger beberapa keuntungan
pengisian lubang handak dapat diraih, kecuali:
A. Proses pengisian lebih cepat dan efektif
B. Tidak perlu pemadatan
C. Dapat digunakan secara efektif pada diameter lubang “besar”
D. Dapat digunakan pada lubang vertikal ke atas.
6) Bila diminta heavy-ANFO dengan ANFO lebih banyak dibanding emulsi,
maka produknya akan dikeluarkan menggunakan
A. Auger
B. Pompa
C. Sebagian auger dilanjutkan pompa
D. Dituang begitu saja

KEGIATAN PRAKTIKUM
1) Peragakan pembuatan campuran AN dan FO untuk mendapatkan 10 kg
ANFO
2) Operasikan alat pencampur ANFO coxan untuk memperoleh 20 kg ANFO

FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM:


Nama :
NIM :
Kampus : Indralaya / Palembang*

No. Komponen Nilai Rank Nilai


(diisi asisten)

1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 76


PRAKTIKUM 6
PERSIAPAN SEBELUM PEMBORAN

TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan tentang
teknik profiling pada tambang terbuka dan persiapan sebelum pengeboran pada
tambang bawah tanah

DASAR TEORI
1. Teknik profiling
Untuk melakukan profiling diperlukan meteran panjang yang digulung dan
alat pengukur sudut. Sebagai pengukur sudut gunakan kompas geologi, misalnya
kompas tipe “Brunton”, tipe “Silva”, atau jenis kompas geologi lainnya yang
sejenis yang dapat mengukur sudut vertikal. a. Pengukuran sudut vertikal

Kompas pengukur sudut yang akan diuraikan berikut ini adalah tipe Brunton
(lihat Gambar 55). Kompas Brunton dapat mengukur sudut horizontal (azimuth)
maupun vertikal (kemiringan). Namun, dalam pekerjaan profiling kompas hanya
digunakan untuk mengukur sudut vertikal saja. Pada bagian belakang kompas
terdapat engkol pemutar vernier sudut vertikal yang akan menunjukkan sudut
vertikal. Langkah-langkah pengukuran sudut vertikal sebagai berikut:
1) Posisikan sisi kompas pada bidang miring yang akan diukur besar sudutnya
2) Putar engkol di bagian belakang atau punggung kompas, sehingga vernier
sudut vertikal serta nivo tabung bergerak
3) Seimbangkan gelembung udara pada nivo tabung, yaitu dengan memposisikan
gelembung udara tersebut tepat ditengah-tengah
4) Angka sudut vertikal antara 0 – 90 terletak di bawah vernier sudut vertikal
yang sekaligus sebagai penunjuknya. Baca dan catatlah angka sudut vertikal
tersebut.
b. Pelaksanaan profiling

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 77


Area yang akan diledakkan pada suatu tambang terbuka sudah ditentukan
oleh Supervisor atau Pengelola Peledakan demikian pula dengan spasi, burden dan
jumlah baris (raw). Juru Ledak harus memperhatikan bentuk profil bidang bebas
sepanjang area yang akan diledakkan karena bentuk ini akan mempengaruhi
fragmentasi hasil peledakan dan ada kemungkinan berpotensi terjadinya batu
terbang (fly rock). Bentuk profil bidang bebas yang dikehendaki, yaitu yang
mempunyai profil relatif rata dari bagian atas (crest) sampai ke bawah (toe)
seperti terlihat pada Gambar 56.a. Ketika dijumpai suatu kondisi bidang bebas
yang ekstrim tidak rata, misalnya melengkung ke dalam (Gambar 56.b) atau
menjorok ke arah luar (Gambar 56.c), maka profiling harus dilaksanakan.
Tujuannya agar lubang ledak mempunyai burden yang sama sepanjang dinding
bidang bebas, atau kemiringan lubang ledak sejajar dengan kemiringan relatif
bidang bebas. Dengan demikian kunci dari profiling adalah mendapatkan
kemiringan relatif bidang bebas atau garis kemiringan semu bidang bebas yang
ekstrim tidak rata tersebut. Arah pengeboran selanjutnya dibuat dengan sudut
kemiringan sesuai atau sejajar dengan kemiringan relatif bidang bebas.

Gambar 55. Kompas geologi tipe brunton

Profiling dapat dilakukan dengan cara manual atau menggunakan instrument


pengukur, misalnya theodolit, electronic distance measurement dan alat ukur laser
(lihat Gambar 1.3.b). Uraian di bawah ini terbatas hanya untuk pekerjaan profiling

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 78


secara manual yang hanya menggunakan alat meteran panjang dan kompas
geologi untuk mengukur sudut (lihat Gambar 1.3.a). Langkah-langkah pekerjaan
profiling manual adalah sebagai berikut:

Gambar 56. Beberapa kenampakan profile bidang bebas


1) Tarik meteran dari bagian atas jenjang (crest ) menuju suatu titik tertentu pada
lantai jenjang dan tentukan serta catat panjangnya (pada Gambar 57.a
dilukiskan oleh garis AC). Diperlukan minimal dua orang, yaitu satu orang
memegang meteran di bagian crest dan satu orang lagi di lantai jenjang.
Utamakan keselamatan kerja terutama bagi petugas yang berada di bagian
crest.
2) Ukur kemiringan garis AC menggunakan kompas dengan mengikuti prosedur
yang telah diuraikan sebelumnya. Pengukuran sudut diupayakan pada
bentangan meteran yang benar-benar lurus, oleh sebab itu diperlukan satu
orang lagi untuk mengukur sudut kemiringan garis AC. Catat kemiringannya.
3) Ukur dan catat panjang mendatar dari titik C menuju toe atau titik D pada
Gambar 57.a.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 79


4) Serahkan seluruh catatan hasil pengukuran ke Supervisor atau Pengelola
Peledakan agar ditentukan kemiringan relatif bidang bebas atau garis AD pada
Gambar 57.a.
5) Informasikan kemiringan garis AD kapada Juru bor, demikian juga dengan
geometri peledakan lainnya hasil olahan Supervisor.

a. Profiling manual dan cara pengukurannya

b. Profiling menggunakan alat ukur laser yang dilengkapi perangkat lunak

Gambar 57. Ilustrasi teknik profiling pada peledakan tambang terbuka

2. Persiapan pengeboran di bawah tanah


Berbagai jenis lubang bukaan di bawah tanah yang dibuat menggunakan
operasi pengeboran dan peledakan, diantaranya terowongan (tunnel), drift, level,

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 80


sumuran vertikal (shaft), raise, dan aktifitas penambangan. Pekerjaan penting
yang harus dilakukan oleh Juru Ledak sebelum pengeboran dilaksanakan, yaitu :
a. pengamanan area yang akan diledakkan untuk menjaga keselamatan kerja
selama pengeboran berlangsung, dan
b. memberi tanda atau titik-titik lubang bor disertai spesifikasinya, yaitu
diameter, kedalaman, dan kemiringan.
Namun, pada praktiknya pekerjaan di atas biasa dilakukan bersama antara Juru
ledak dan Juru Bor dengan maksud untuk saling mengontrol demi keselamatan
kerja secara menyeluruh.
a. Pengamanan sebelum pengeboran di bawah tanah
Siklus pekerjaan pengeboran dan peledakan di bawah tanah dirangkum
dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
 Pengeboran lubang ledak (blasthole drilling)
 Pengisian lubang ledak (charging)
 Peledakan (blasting)
 Ventilasi (ventilation)

 Pengamanan dinding lubang bukaan hasil peledakan dan penyemenan


dinding (scaling and grouting) bila diperlukan
 Pemuatan dan pengangkutan (loading and hauling)
 Mempersiapkan pengeboran untuk siklus baru (setting up of the new round)
Pengamanan dinding lubang bukaan hasil peledakan (scaling) pada bagian
atap dan dinding kanan-kiri, sebaiknya dilakukan oleh Juru Ledak setelah udara di
dalam lubang bukaan benar-benar bersih dan nyaman. Tahapan pengamanan
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Siapkan dan gunakan tongkat dengan panjang tertentu (scaling bar) sebagai
alat untuk menjatuhkan batu yang menggantung pada bagian atap dan dinding
kanan-kiri lubang bukaan yang masih memungkinkan diupayakan untuk
dijatuhkan secara manual.
2) Seandainya terdapat bagian atap atau dinding lubang bukaan yang perlu
penyemenan (grouting) atau pemasangan baut batuan (rock bolt) untuk
memperkuat stabilitasnya, segera laporkan ke Supervisor atau Pengelola

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 81


Peledakan untuk ditindak lanjuti agar siklus pembuatan terowongan atau yang
lainnya tidak terhambat.
3) Lakukan pemeriksaan akhir untuk seluruh atap dan dinding, setelah yakin
tidak ada batu yang menggantung, laporkan hasilnya ke Supervisor bahwa
kondisi lubang bukaan hasil peledakan aman.
Dalam melakukan pekerjaan pengamanan di atas Juru Ledak biasanya berdiri di
atas tumpukan hasil peledakan dan bergerak dari belakang ke arah permuka kerja.
b. Menandai titik lubang bor
Titik lubang bor umumnya ditandai menggunakan cat semprot atau yang
sejenis dan tidak mudah luntur oleh air karena pada bukaan bawah tanah selalu
terdapat air. Tidak jarang Juru Ledak harus berkoordinasi langsung dengan Juru
Bor apabila sulit memberi tanda terhadap titik-titik lubang bor. Yang perlu
diperhatikan adalah spesifikasi lubang bor yang meliputi bentuk cut, spasi,
diameter, kemiringan, dan kedalaman lubang harus diinformasikan kepada Juru
Bor.
Terdapat suatu alat pemberi tanda posisi lubang bor di bawah tanah secara
elektonis, baik pada pembuatan terowongan maupun sumuran, yang dinamakan
projektor pola pengeboran (Gambar 58).

a b c d

Gambar 58. Sistem proyeksi pola pengeboran di bawah tanah

Alat ini beroperasi menggunakan baterai dan dapat memberikan bayangan


pola pengeboran pada permuka kerja sesuai dengan yang direncanakan. Cara
menggunakannya adalah:

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 82


 Letakkan projektor pola pengeboran di atas tripod atau kendaraan bawah
tanah.
 Tentukan dua titik sebagai acuan pada permuka kerja (lihat Gambar 58.a dan
58.b).
 Pola pengeboran untuk satu siklus (round) diproyeksikan pada permuka
kerja dengan mengacu pada dua titik tersebut di atas (lihat Gambar 58.c).
 Bayangan titik-titik pola pengeboran yang nampak di permuka kerja
kemudian difokuskan agar nampak jelas, kemudian titik-titik tersebut dicat
dan siap dilakukan pengeboran (lihat Gambar 58.d).

PREPRAKTIKUM
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat, lingkarilah A, B, C, atau D.
1) Bila saudara melihat bidang bebas yang akan diledakkan sangat tidak ber-
aturan dan harus profiling, faktor apa yang pertama kali harus diperhatikan:
A. Peralatan ukur sudut dan meteran
B. Keamanan dan keselamatan kerja tempat profiling
C. Cuaca pada saat pengerjaan profiling
D. Dibiarkan saja bidang bebas tidak perlu dikondisikan
2) Setelah pemuatan hasil peledakan selesai dan ventilasi cukup menunjang,
maka tugas Juru Ledak sebelum grup pengeboran bekerja adalah :
A. Memasang ventilasi
B. Menginformasikan ke Juru Bor bahwa pengeboran siap dikerjakan
C. Memberi tanda titik-titik lubang bor dengan cat
D. Membersihkan atap dan dinding dari adanya batu menggantung
memakai scaling bar.
3) Informasi yang harus disampaikan kepada Juru Bor sebelum pengeboran
dikerjakan adalah:
A. Spesifikasi setiap lubang bor, yaitu diameter, spasi, burden,
kemiringan, dan kedalaman
B. Jenis alat bor yang harus dipakai.
C. Jumlah lubang bor yang harus dibuat
D. Semua jawaban benar

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 83


4) Jumlah personil minimal yang mengerjakan profiling sebaiknya:
A. 2 orang B. 3 orang
C. 4 orang D. 5 orang
5) Dengan menggunakan alat “projektor pola pengeboran” sangat membantu
pekerjaan penentuan titik-titik lubang bor, sebab:
A. Mempermudah penentuan titik-titik bor
B. Tidak perlu personil yang banyak
C. Lebih presisi dan cepat
D. Alatnya ringan dan hanya bertenaga baterai

KEGIATAN PRAKTIKUM
1) Ukur sudut vertikal 30 menggunakan kompas Brunton
2) Bentuk team sebanyak 3 orang, kemudian peragakan pekerjaan profiling
3) Ukurlah berapa meter panjang AC dan CD dengan skala 1 cm = 1 m,
kemudian dengan menggunakan busur derajat ukur  BAD dan  BAC

FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM:


Nama :
NIM :
Kampus : Indralaya / Palembang*

No. Komponen Nilai Rank Nilai


(diisi asisten)

1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah
LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 84
PRAKTIKUM 7
PERSIAPAN TEKNIS

TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan secara rinci
tentang pemeriksaan lubang ledak, pengisian lubang ledak, dan penyambungan
rangkaian pada setiap sistem peledakan.

DASAR TEORI
1. Pemeriksaan lubang ledak
Pekerjaan yang harus dilakukan menjelang pengisian setiap lubang adalah
memeriksa lubang tersebut agar pada saat pengisiannya tidak ada hambatan.
Beberapa aspek yang harus diperiksa adalah sebagai berikut:
1) Memeriksa kedalaman: Untuk mengecek kedalaman dapat digunakan meteran
dengan diberi pemberat secukupnya atau menggunakan tongkat berskala
(biasanya dibuat dari bambu) seperti terlihat pada Gambar 59.a. Bila lubang
ledak tidak sesuai dengan yang direncanakan, maka yang harus dilakukan
adalah:
 Apabila terlalu dalam, isilah dengan bahan untuk stemming kemudian
dipadatkan sampai kedalamannya berkurang dan sesuai dengan yang
direncanakan.
 Apabila kurang dalam, harus dilakukan pengeboran untuk
memperdalamnya agar sesuai dengan kedalaman lubang yang
direncanakan
2) Memeriksa adanya penghambat: Apabila terasa ada hambatan atau penyumbat
lubang dapat digunakan tongkat bambu untuk mendorong material
penghambat (tamping). Atau dapat pula menggunakan tali yang diberi
pemberat untuk memukul dan mendorong material penghambat (lihat Gambar
59.b dan 59.c). Apabila penyumbat tersebut sulit diatasi dengan kedua cara di
atas, maka perlu dibor ulang dengan hati-hati.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 85


3) Memeriksa air: Untuk memeriksa adanya air di dalam lubang dapat dengan
menjatuhkan batu kecil ke dalam lubang dan bila sampai pada air akan
terdengar gema suara benda jatuh ke dalam air. Dapat digunakan pompa atau
kompresor alat bor untuk mengeluarkan air. Apabila air masuk kembali
dengan cepat ke dalam lubang, disarankan untuk menggunakan bahan peledak
yang tahan terhadap air, misalnya watergel, emulsi atau cartridge. Bila
menggunakan ANFO, pakailah tabung atau selubung plastik yang cukup kuat
agar tidak bocor dengan diameter lebih kecil sedikit dibanding diameter
lubang ledak (lihat Gambar 62 ).

a. b. c.

Gambar 59. Cara memeriksa kedalaman dan adanya penyumbat dalam lubang
ledak

4) Memeriksa rongga dan retakan: Adalah sangat penting mengetahui adanya


rongga atau retakan besar di dalam lubang ledak. Sulit untuk mengetahui
seberapa besar rongga tersebut, sehingga apabila bahan peledak diisikan ke
dalamnya akan menambah volume dari yang seharusnya. Efek peningkatan
volume berakibat buruk karena akan menyebabkan batu terbang (fly rock),
ledakan udara (airblast), atau getaran yang hebat. Cara memeriksa adanya
rongga dapat dilakukan sebagai berikut:
 Menggunakan kaca (atau kaca jam tangan) yang diarahkan ke dalam
lubang dan dengan batuan pantulan sinar matahari dapat terlihat ada-
tidaknya rongga.
 Cek data log-bor dari Juru Bor yang menginformasikan adanya kenaikan
perubahan penetrasi mendadak pada kedalaman tertentu.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 86


Apabila kedua cara di atas tidak memungkinkan, tidak ada jalan lain harus
ekstra hati-hati menuangkan bahan peledak ke dalam lubang. Apabila
kecepatan kenaikan bahan peledak dirasakan lambat, maka harus dihentikan,
kemudian isikan material stemming secukupnya.
5) Menutup rongga dalam lubang ledak: Apabila terlihat rongga dalam lubang
ledak, langkah-langkah penutupannya sebagai berikut:
 Apabila rongga berada diantara panjang kolom “isian utama”, maka isikan
dahulu bahan peledak sampai batas bawah rongga. Selanjutnya isi rongga
oleh material stemming sampai rongga diperkirakan tertutup. Lanjutkan
dengan pengisian bahan peledak sesuai rencana. Untuk meyakinkan bahwa
seluruh isian bahan peledak terinisiasi seluruhnya akan lebih baik bila
menggunakan primer yang dibuat bersama sumbu ledak.
 Apabila rongga terdapat di bagian dasar lubang, maka tuangkan dahulu
material stemming sampai rongga diperkirakan tertutup. Masukkan primer
dan dilanjutkan dengan pengisian bahan peledak sesuai rencana.
Pada kasus terdapat rongga diantara panjang kolom “isian utama”, akan lebih
meyakinkan apabila menggunakan sumbu ledak. Apabila material untuk stemming
di bagian atas lubang (collar) terbatas, maka material pengisi rongga di dalam
lubang ledak dapat menggunakan kertas karton bekas bahan peledak, ranting
kayu, tanah, dan sejenisnya.

4. Pengisian lubang ledak


Terdapat tiga jenis bahan dalam kolom lubang ledak, yaitu primer, “isian utama”
dan ditutup oleh penyumbat (stemming). Berikut ini akan diuraikan tentang cara
pengisian ketiga bahan tersebut.
a. Pengisian primer
Yang perlu diperhatikan di dalam mengisi lubang ledak adalah letak primernya.
Terdapat tiga cara meletakkan primer, yaitu bottom priming, center atau middle
priming, dan collar atau top priming, yang diuraikan sebagai berikut:
1) Bottom priming: Adalah meletakkan primer di bagian bawah lubang ledak
yang jaraknya dari dasar lubang tergantung pada ukuran subdrilling, yaitu
antara 50 – 100 cm. Urutan pengisian dimulai dari memasukkan bahan

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 87


peledak sepanjang sekitar 50 cm, dilanjutkan dengan primer, kemudian “isian
utama”, dan diakhir dengan penyumbat (stemming).
2) Center priming: Adalah meletakkan primer dibagian tengah “isian utama”
bahan peledak. Pertama kali dimasukkan bahan peledak utama, setelah sekitar
setengah tinggi kolom isian utama, dimuatkan primer, dilanjutkan dengan
bahan peledak utama kembali, dan diakhiri dengan penyumbat.
3) Collar atau top priming: Adalah meletakkan primer dibagian atas isian bahan
peledak (collar). Diawali dengan memasukkan bahan peledak utama sampai
sekitar 30 – 50 cm dari batas isian utama. Setelah itu masukkan primer,
dilajutkan isian utama sampai batas yang direncanakan, kemudian diakhiri
dengan memuat penyumbat.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan ketika mengisi primer kedalam
lubang ledak adalah :
 Hati-hati pada saat memasukkan primer ke dalam lubang ledak, sehingga
detonator atau sumbu tidak terlepas dari cartridge (Gambar 60.a). Setelah
primer terletak pada posisinya, ikatlah kawat atau sumbu dengan batu
(Gambar 60.b) atau kayu (Gambar 60.c) di bagian luar agar tidak merosot
masuk kembali ke dalam lubang ledak.







a  b c

Gambar 60. Cara memasukkan primer


 Kawat detonator listrik (legwire) jangan sampai terkelupas akibat bergesekan
dengan dinding lubang. Disamping itu hindari legwire yang terlalu pendek,
kalau terpaksa dapat disambung dan sambungannya harus diisolasi agar air
tidak masuk ke kawat.
 Dilarang memadatkan (tamping) primer secara berlebihan.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 88


 Diameter primer harus lebih kecil sedikit dari diameter lubang ledak. Bila
waktu memasukkan primer agak susah turunnya, maka dapat dibantu didorong
dengan tongkat kayu dengan perlahan-lahan.
 Untuk lubang tegak mengarah ke atap pada bukaan bahwa tanah diperlukan
retainer untuk menahan primer agar tidak jatuh. Setelah itu “isian utama”,
misalnya ANFO, dipompakan ke dalam lubang dengan tekanan antara 270 -

b. Pengisian “isian utama”


Pada Modul 3 tentang Peralatan Peledakan khususnya Pembelajaran 2 tentang
Alat Pencampur dan Pengisi telah diuraikan bahwa alat pengisi dipengaruhi oleh
diameter lubang ledak, yaitu :
 Diameter “Kecil” : < 50 mm (2”)
 Diameter “Sedang” : 50 – 100 mm (2” – 4”)
 Diameter “Besar” : > 100 mm (4”)
Menuangkan bahan peledak ke dalam lubang ledak yang berdiameter “kecil”,
“sedang”, atau “besar” dapat dilakukan secara manual atau mekanis. Dengan cara
manual, bahan peledak (biasanya ANFO) dituang langsung ke dalam lubang ledak
menggunakan tempat sederhana, misalnya ember plastik, yang telah ditetapkan
volumenya. Penuangan bahan peledak sedikit demi sedikit diiringi dengan
pengukuran ketinggiannya menggunakan selang plastik atau tongkat berskala
sampai batas yang telah direncanakan. Bila dituangkan bahan peledak ANFO ke
dalam lubang ledak yang berair, maka ANFO harus diproteksi menggunakan
selubung plastik yang cukup kuat seperti telihat pada Gambar 62.

Gambar 61. Pengisian primer pada lubang tegak di bawah tanah

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 89


Selubung plastik ANFO dicurah dari
kantongnya

Gambar 62. Mencurah ANFO kedalam lubang ledak dan


diselubungi plastik (Quarry batugamping semen Bosowa,
Makassar)

Sementara pengisian secara mekanis adalah pengisian yang dilakukan


meng-gunakan alat, baik untuk lubang “kecil”, “sedang”, maupun “besar”.
Berbagai jenis alat pengisi tersedia, misalnya ANFO loader dan pneumatic
cartridge charger. Untuk lubang ledak berdiameter “besar” lebih ekonomis
menggunakan MMU seperti terlihat pada Gambar 63. Cara dan peralatan tersebut
dapat digunakan pada tambang terbuka, quarry, maupun pada bukaan bawah
tanah. Jenis bahan peledak emulsi dan watergel dapat ditinggalkan beberapa lama
di dalam lubang yang disebut dengan sleeping time. Lamanya ditinggalkan dalam
lubang harus mengacu pada spesifikasi dari pabrik pembuat bahan peledak
tersebut.

Gambar 63. Pengisian lubang ledak menggunakan MMU (Ireco Chemical,


Canada)

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 90


Untuk mengisi lubang tegak pada bukaan bawah tanah dapat digunakan
pompa atau alat pendorong mekanis agar bahan peledak utama dapat naik.
Gambar 64.a dan 64.b adalah dua cara untuk mengisi lubang tegak masing-masing
mengguna-kan pompa dan mekanis. Cara pengisian dengan pompa seperti terlihat
pada Gambar 64.a.1 dan 64.a.2 adalah sebagai berikut:

1 2 3

a b
Gambar 64. Pengisian lubang ledak vertikal ke atas
1) Pasang primer terlebih dahulu pada bagian dasar lubang.
2) Pasang pipa dan sisakan ruangan pada bagian dasar lubang di atas, kemudian
pasang penyumbat yang kuat pada bagian collar lubang ledak..
3) Sisipkan selang ke dalam pipa, lalu pompakan bahan peledak yang akan
menyembur keluar pipa di dalam lubang ledak, sehingga bahan peledak
tersebut akan memenuhi lubang ledak bergerak dari bawah ke atas.
4) Turunkan atau tarik selang perlahan-lahan dan apabila sudah batas penyumbat
tutuplah pipa tersebut dengan kuat.
5) Pada Gambar 64.a.3 pengisian bahan peledak tidak menggunakan pipa,
sebagai gantinya dipasang sentraliser dan bahan peledak akan mengisi lubang
ledak dari bagian dasar lubang bergerak turun sampai bagian collar.
Kemudian tutup lubang ledak dengan penyumbat yang kuat.
Gambar 64.b adalah cara pengisian mekanis yang dinamakan half–pusher buatan
Nitro Nobel dan digunakan untuk bahan peledak tipe cartridge. Cara kerjanya
sbb:

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 91


1) Pasang primer terlebih dahulu pada bagian dasar lubang
2) Masukkan beberapa cartridge sekaligus sesuai dengan rancangan, kemudian
tutuplah oleh jangkar atau spider-like piece.
3) Dorong cartridge melalui jangkar sampai kedalaman tertentu dan apabila
telah sampai dasar lubang pendorongan dihentikan.
4) Lepas alat pendorong dan cartridge tidak akan jatuh karena terhalang oleh
jangkar yang menguncinya.
5) Pasang penyumbat dengan kuat di bagian collar.
c. Pengisian penyumbat (stemming)
Penyumbat sebaiknya adalah material 0,5 – 1,0 cm atau batu split karena
setelah dipadatkan akan terjadi ikatan kuat antar butir dan saling mengunci.
Maksud penguncian antar butir adalah agar cukup kuat menahan energi
peledakan, sehingga tidak terjadi stemming ejection dan selbagian besar energi
didistribusikan kearah horizontal. Apabila tidak tersedia, baik juga digunakan
cutting hasil pengeboran. Sebaiknya tidak menggunakan tanah liat, pasir halus,
kertas karton atau karung bekas kemasan bahan peledak untuk stemming karena
tidak akan kuat menahan energi peledakan.

a b

Gambar 65. Penyumbat pada lubang ledak vertikal


Penyumbat untuk lubang vertikal ke atas pada peledakan bagian atap pada
bukaan di bawah tanah umumnya menggunakan baji dan kayu. Bentuk baji
tersebut bisa tunggal atau ganda. Untuk baji tunggal umumnya terdapat klep
pengontrol di bagian bawah pipa pengisi yang pada bagian dalamnya terdapat bola
berdiameter 25 mm untuk menahan keluarnya bahan peledak (lihat Gambar 65.a).

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 92


Baji dipukul ke arah atas agar kuat, sementara bola di dalam lubang ledak akan
menahan keluarnya bahan peledak. Sedangkan pada Gambar 65.b meng-gunakan
baji ganda, di mana pasak bajinya dipukul untuk memperkuat posisi baji
penyumbat tersebut.
5. Penyambungan rangkaian
Teknik penyambungan pada setiap rangkaian peledakan berbeda dan bahkan
peledakan menggunakan sumbu api, sumbu ledak dan nonel penyambungannya
sangat spesifik. Cara penyambungan sumbu api, sumbu ledak dan nonel harus
menggunakan alat penyambung yang disediakan untuk masing-masing sumbu
seperti yang telah diuraikan pada Modul 2 tentang Perlengkapan Peledakan,
Pembelajaran 2 tentang Sumbu dan Penyambung pada Peledakan. a. Sambungan
pada rangkaian sumbu api
Peledakan dengan detonator biasa (plain detonator) umumnya hanya dapat
diterapkan pada beberapa lubang ledak saja, yaitu maksimum sekitar 20 lubang,
karena keterbatasan teknis dan pertimbangan aspek keselamatan kerja. Cara
peledakannya dengan membakar sumbu api dengan panjang berbeda dari setiap
lubang. Minimal panjang yang keluar dari lubang ledak sekitar 60 cm, karena
kecepatan rambat pada sumbu api 60 cm/menit. Oleh sebab itu sumbu api yang
disulut pertama kali adalah sumbu yang paling panjang, menyusul kemudian yang
pendek dan terakhir sumbu api yang panjangnya 60 cm. Cara tersebut sangat
riskan kecelakaan dan tingkat kegagalannya pun tinggi. Apabila jumlah lubang
ledak banyak, biasanya diperlukan lebih dari satu orang juru ledak untuk
menyulut sumbu api. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan perlengkapan
peledakan lainnya sebagai penyambung yang jenisnya adalah Multiple Fuse
Ignitor, Plastic Ignitor Cord (PIC), Bean-hole Connectors, dan Slotted
Connectors. Dengan demikian merangkai detonator biasa berarti merangkai
sejumlah sumbu api menggunakan salah satu atau beberapa alat penyambung
yang telah disebutkan. Gambar 2.8.a memperlihatkan cara menyambung sumbu
api dengan MFI dan 2.8.b cara merangkai setiap lubang ledak melalui MFI
tersebut. Umumnya setiap MFI bisa bermuatan maksimum hingga 10 sumbu api
termasuk salah satu sumbu api penyuplai pembakaran atau sumbu api utama.
Penyalaan sumbu api utama dapat disulut masing-masing atau menggunakan PIC.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 93


Bila menggunakan PIC, maka setiap perangkaian setiap sumbu api utama dengan
PIC dapat mengguna-kan penyambung bean-hole atau slotted (lihat Gambar 67).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyambungan adalah:
 Bila peledakan setiap lubang dibedakan interval waktunya, sumbu api harus
dipotong dengan panjang yang berbeda.
 Bila peledakan untuk beberapa lubang sekaligus, maka sumbu di permukaan
sebaiknya memakai sumbu khusus, yaitu Multiple Fuse Ignitor (MFI),
Plastic Ignitor Cord (PIC), Bean-hole Connectors, dan Slotted Connectors.
 Bila peledakan untuk beberapa lubang sekaligus tetapi tidak memakai
konektor, maka waktu penyalaan sumbu harus dilakukan oleh 2 orang yang
salah seorang diantaranya berperan sebagai Pengawas.
 Pelaku penyulutan hanya diijinkan kepada orang yang benar-benar mengerti,
cukup berpengalaman dan memiliki Kartu Ijin Meledakkan (KIM) atas nama
yang bersangkutan dan perusahaan.

Sumbu api

MFI
a. Cara menghubungkan beberapa 1
sumbu api ke dalam MFI
KETERANGAN (Gambar 2.8.b)

MFI 2
Lubang ledak
Sumbu api dari MFI ke lubang ledak

1 Sumbu api utama atau penyuplai


pembakaran. Sumbu api ini bisa disulut
bergantian sesuai nomor urutnya atau
3
sekaligus bersamaan
b. Contoh penggunaan MFI pada peledakan
bawah tanah (pembuatan terowongan)

Gambar 66. Merangkai sumbu api menggunakan MFI

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 94


Sumbu api b.
Cramper PIC-
utama
Bean-hole lambat

Slot -
conn.

Sumbu api
PIC-cepat
a. utama

a. Perangkaian sumbu api utama dengan PIC-cepat menggunakan bean-hole


b. Perangkaian sumbu api utama dengan PIC-lambat menggunakan slot connector

Gambar 67. Perangkaian sumbu api utama dengan PIC (ICI Explosives)
Saat ini penggunaan detonator biasa untuk kegiatan peledakan utama pada
penambangan terbuka dan bawah tanah sudah berkurang karena tersaingi
keunggulannya oleh detonator listrik dan nonel. Sampai tahun 1960-an peledakan
bahan galian menggunakan detonator biasa masih intensif, baik pada tambang
terbuka maupun bawah tanah, dengan menerima segala kelemahannya. Oleh
sebab itu jaminan keselamatan kerja menjadi sangat kritis. b. Sambungan pada
rangkaian listrik
Umumnya penyambungan hanya dilakukan antar kawat pada sistem
rangkaian peledakan listrik. Penyambungan tersebut sangat kritis, terutama kalau
terpaksa berada dalam lubang ledak yang apabila tidak diisolasi dengan kuat dapat
menyebabkan arus pendek akibat adanya dari arus liar (stray current) dan arus
statis (static current). Untuk menghindari kemungkinan tersebut harus dilakukan
pengukuran menggunakan blastohmeter (BOM) pada setiap titik sambungan dan
legwire yang telah dimasukkan ke dalam lubang ledak. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada penyambungan kawat pada peledakan listrik adalah:
 Sambungan legwire dengan connecting wire atau kabel pembantu di dalam
lubang harus diisolasi dengan baik dan kuat
 Penyambungan rangkaian antar lubang harus dilaksanakan secepatnya
dengan cara penyambungan seperti pada Gambar 68 dan 69. Ujung kawat
jangan terbuka, tetapi harus selalu diikat, baik legwire secara terpisah
maupun ujung kawat dari rangkaian yang akan disambung ke lead wire.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 95


 Rangkaian harus dibuat rapih dan efektif. Upayakan agar kawat tidak kusut.
 Sebelum rangkaian disambung ke kawat utama atau lead wire, tahanan
listrik dan kesinambungan arus dari rangkaian harus diukur dengan
blastohmeter (BOM). Tahanan listrik rangkai harus sesuai dengan
perhitungan teoritis dan toleransi 10% dapat dianggap baik.
 Secara terpisah “kawat utama” harus diukur juga tahanannya.
 Pemegang kunci blasting machine dan pelaku inisiasi hanya diijinkan
kepada orang yang benar-benar mengerti, cukup berpengalaman dan
memiliki Kartu Ijin Meledakkan (KIM) atas nama yang bersangkutan dan
perusahaan.

a. b. c. (d) (e)

Langkah-langkah penyambungan:

a. Rapatkan sepasang kawat terbuka


b. Lengkungkan sepasang kawat tersebut sekitar separuh dari bagian
kawat terbuka
c. Putar lengkungan kawat sebanyak tiga kali
d. Letakkan sambungan di atas tanah dan usahakan bagian yang terbuka
tidak menyentuh tanah. Caranya bisa dengan melipat bagian yang
terselubung kemudian letakkan di atas tanah (d) atau letakkan
sambungan di atas sebuah batu (e)

Gambar 68. Langkah-langkah penyambungan kawat pada peledakan listrik

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 96


Gambar 69. Penyambungan kawat pada peledakan listrik
(Quarry batugamping semen Bosowa, Makassar)
Terdapat empat rangkaian listrik peledakan, yaitu rangkaian seri, paralel,
paralel-seri, dan seri-paralel. Ketentuan yang dipakai dalam modul ini tentang
penyebutan rangkaian paralel-seri dan seri-paralel dipandang dari arah datangnya
arus atau dari blasting machine. Pemilihan tipe rangkaian tergantung pada jumlah
detonator yang akan diledakkan dan tipe operasinya. Gambaran umum tentang
penerapan rangkaian listirk pada peledakan antara lain :
 Rangkaian seri diterapkan pada peledakan kecil di mana jumlah detonator
kurang dari 40 biji atau maksimum 50 detonator
 Rangkaian paralel-seri dan seri-paralel dipakai pada peledakan dengan
jumlah lubang detonator cukup banyak atau lebih dari 40 biji.
 Rangkaian paralel digunakan pada aplikasi khusus, biasanya pada tambang
bahwa tanah.

1) Rangkaian seri
Rangkaian seri adalah rangkaian yang sangat sederhana dengan arus
minimum yang disuplai blasting machine pada setiap detonator sekitar 1,5 Amper
untuk menjamin tiap detonator tersebut meledak sempurna. Prinsip perangkaian
adalah menghubungkan legwire dari satu lubang ke lubang lain secara menerus,
sehingga apabila salah satu detonator mati, maka seluruh rangkaian terputus dan
akan berakibat gagal ledak. Pada sistem seri akan diperoleh arus (amper) yang

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 97


rendah dan tegangan atau voltage tinggi. Apabila salah satu kawat ada yang putus,
maka seluruh rangkaian tidak dapat berfungsi. Umumnya jumlah detonator pada
sistem seri ini kurang dari 40 biji dengan panjang leg wire tiap detonator 7 m.
Tahanan total (RTS) dan voltage dari rangkaian seri dapat dihitung sebagai berikut:

RTS  R1  R2  R3  ...  Rn

VIxR

di mana RTS, Rn, V dan I masing-masing adalah tahanan seri total, tahanan setiap
detonator, tegangan (voltage) dan arus. Dari rumus di atas terlihat bahwa
rangkaian seri menggunakan arus yang kecil tapi tegangan tinggi.

Leg wire Connecting wire Kawat utama

Gambar 70. Rangkaian seri


Contoh:
Rangkaian seri 40 detonator short delay dengan tahanan tiap detonator 1,8 ohms,
35 m kawat penyambung (connecting wire) 22 AWG dan 60 m kawat utama (lead
wire) terbuat tembaga ganda berukuran 23/0,076 yang diisolasi dengan plastik
PVC dengan tahanan 5,8 ohms per 100 m. Hitung total tahanan dan voltage.

Penyelesaian:
Komponen Jumlah Tahanan Total tahanan
Detonator (leg wire) 40 1,8 ohms 72ohms
16,14
Kawat penyambung 22 35 m = 0,05 1,75 ohms
330
1) ohms/m
AWG
Kawat utama: 5,8 60 m 0,058 ohms/m 3,48 ohms
ohms/100m

Total tahanan seri 77,23 ohms

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 98


Dengan menggunakan arus minimal 1,5 amper, maka:
V = 1,5 x 77,23 = 115,85 volts
2) Rangkaian paralel
Rangkaian paralel adalah suatu rangkaian di mana setiap detonator
mempunyai alur alternatif dalam rangkaian tersebut, sehingga apabila salah satu
atau beberapa detonator mati, detonator yang lainnya masih dapat meledak. Oleh
sebab itu pengujian rangkaian menyeluruh secara langsung sangat riskan, apabila
setiap detonator belum diuji. Untuk peledakan rangkaian paralel, arus minimum
yang diperlukan per detonator sekitar 0,5 ampere. Namun secara menyeluruh
sistem paralel memerlukan arus tinggi dengan voltage rendah dan untuk
menyuplai tenaga listriknya digunakan panel kontrol khusus bukan dari blasting
machine atau exploder. Tahanan paralel total (RTP) dihitung sebagai berikut:

1  1 1  1  ...  1
R R1 R 2 R3 Rn
TP

I  0,5 x  detonator
total

Rangkaian paralel umumnya dipakai pada penambangan bawah tanah, di mana


panel kontrol listrik untuk peledakan sudah tersedia.

Gambar 71. Rangkaian paralel


Contoh:
Suatu rangkaian paralel 15 detonator short delay dengan tahanan tiap detonator
1,8 ohms, 30 m bus wire ukuran 16 AWG, 40 m kawat penyambung ukuran 22
AWG dan 150 m kawat utama ukuran 22 AWG. Hitunglah total tahanan dan
voltage.
Penyelesaian:

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 99


Total arus yang diperlukan untuk 15 detonator = 0,5 x 15 = 7,5 ampere

Komponen Jumlah Tahanan (R ) Total tahanan (RTP)


Detonator 15 1,8 ohms 15 = 0,12 ohms

1,8
330
Bus wire 30 m = 0,012 0,36 ohms
4,02
ohms/m

Kawat penyambung 40 m 330 = 0,05 2,00 ohms


16,14
ohms/m

Kawat utama 150 m 330 = 0,05 7,50 ohms


16,14
ohms/m

Total tahanan parallel 9,98 ohms

Dengan menyuplai arus 7,5 ampere, maka:


V = 7,5 x 9,98 = 75 volts
3) Rangkaian parallel-seri
Rangkaian ini terdiri dari sejumlah rangkaian seri yang dihubungkan
parallel. Umumnya rangkaian ini diterapkan apabila peledakan memerlukan lebih
dari 40 detonator dengan leg wire setiap detonator lebih dari 7 m serta
dipertimbangan bahwa apabila seluruh lubang ledak dihubungkan secara seri
memerlukan power yang besar. Perhitungan tahanan dan arus untuk memperoleh
power atau voltage yang sesuai sebagai berikut:
 Hitung dulu tahanan total untuk setiap rangkaian
 Hitung tahanan pada rangkaian paralel-seri dengan menganggap bahwa
tahanan total hubungan seri sebagai tahanan pada rangkaian paralel.
Cara paralel-seri cukup efektif untuk jumlah lubang ledak kurang dari 300,
namun demikian perlu dipertimbangkan pula bahwa untuk jumlah lubang ledak
sampai ratusan rangkaian dan perhitungan menjadi tambah kompleks. Rangkaian
listrik dengan jumlah lubang ledak yang terlalu akan menyumbangkan distribusi
arus yang tidak merata dan juga jumlah rangkaian seri untuk power tersedia
menjadi terbatas. Gambar 72 memperlihatkan skema rangkaian paralel-seri.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 100


bidang bebas

BM

Gambar 72 Rangkaian paralel-seri


Contoh:
Suatu rangkaian parallel-seri terdiri dari 4 seri masing-masing mempunyai 40
detonator short delay dengan tahanan tiap detonator 1,8 ohms, kawat penyambung
ukuran 22 AWG 40 m, dan kawat utama ukuran 22 AWG 150 m. Hitunglah total
tahanan dan voltage.
Penyelesaian:
Komponen Jumlah Tahanan (R ) Total tahanan
(RTPS)

Detonator 40 1,8 ohms 72 ohms


Kawat penyambung 40 m 330 = 0,05 2 ohms
16,14
ohms/m

Tahanan setiap rangkaian seri 74 ohms


Total tahanan dalam paralel untuk 4 hubungan seri = 74 ohms 4 = 18,5 ohms
Total tahanan rangkaian paralel-seri

Komponen Jumlah Tahanan (R ) Total tahanan


(RTPS)

Seri dalam parallel 4 74 ohms 18,5 ohms


Kawat utama (lead 150 m 330 = 0,05 7,5 ohms
16,14
wire) ohms/m

Total tahanan parallel 26 ohms

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 101


Jadi volatage yang dibutuhkan untuk hubungan paralel-seri tersebut adalah:
I = 1,5 x 4 = 6 ampere
V = 6 x 26 = 156 volts

c. Sambungan pada rangkaian sumbu ledak


Sumbu ledak atau detonating cord digunakan pada peledakan di tambang
terbuka dan quarry dengan menggunakan bahan peledak yang cukup banyak, dan
saat ini digunakan pula untuk smooth blasting. Cara menginisiasi sumbu ledak
digunakan detonator biasa atau listrik yang diikat kuat (diselotip) pada sumbu
tersebut (Gambar 73). Gelombang kejut dari detonator akan menginisiasi bahan
peledak PETN yang terdapat di dalam sumbu ledak dan diteruskan menuju
rangkaian peledakan dengan kecepatan detonasi 6000 – 7000 m/s.
Waktu tunda pada rangkaian sumbu ledak menggunakan Detonating Relay
Connectors (DRC) dan MS Connector seperti yang telah diuraikan pada Modul 2,
Perlengkapan Peledakan. DRC atau MS Connector dipasang diantara baris atau
lubang, sehingga lemparan peledakan dapat diarahkan ke tempat yang diinginkan.

Sumbu api
Detonator
No. 6 atau 8
Ke arah rangkaian
peledakan

Sumbu ledak Selotip kuat


a. Menggunakan sumbu api

Leg wire

Detonator
Ke arah rangkaian No. 6 atau 8

peledakan
Sumbu ledak Selotip kuat

b. Menggunakan detonator listrik

Gambar 73. Cara menginisiasi sumbu ledak


Gambar 74 memperlihatkan dua beberapa kemungkinan penempaan waktu
tunda peledakan dengan sistem sumbu ledak. Pada Gambar 2.16.a inisiasi terjadi
antar baris, sehingga arah lemparan fragmentasi kedepan. Pola peledalan tersebut
sangat efektif untuk memotong atau membuat jalan. Sedangkan 2.16.b titik

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 102


inisiasi awal (initiation point atau IP) terletak ditengah-tengah dan arah lemparan
fragmentasi cenderung terpusat ke tengah area peledakan. Cara tersebut sangat
umum diterapkan di quarry dan tambang terbuka. Waktu tunda yang dipasang
antar lubang atau baris bervariasi antara 9 – 100 ms bahkan ada produsen yang
mampu membuat waktu tunda untuk DRC dan MS Connector antara 5 – 400 ms.

DRC

DRC

Gambar 74. Rangkaian peledakan dengan sumbu ledak

Gambar 75. Peledakan serentak sumbu ledak pada penambangan


bijih bawah tanah

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 103


Peledakan serentak (simultaneous) umumnya dilakukan pada tambang bawah
tanah dengan jumlah lubang ledak terbatas karena kedalaman lubang ledaknya
pendek, misalnya pembuatan terowongan dan pada lombong (stope) produksi.
Ring sumbu ledak utama dibuat sebagai tempat kedudukan sumbu ledak cabang
yang masuk ke dalam lubang ledak, sehingga apabila sumbu ledak utama
diinisiasi, maka serentak seluruh lubang akan meledak (Gambar 75). Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penyambungan adalah:
 Sambungan harus memenuhi persyaratan sebagaimana telah diberikan dalam
petunjuk pada Modul 2.
 Jarak antar lubang tertentu agar tidak terjadi sympathetic detonation.
 Dilarang memotong sumbu ledak menggunakan alat dari besi.

 Pada waktu memotong sumbu ledak sebaiknya tidak digenggam apalagi


dililitkan di tangan.
 Hindari adanya rangkaian sumbu ledak yang saling menyilang atau saling
menumpang sehingga bersentuhan.
 Untuk mengurangi airblast dan noise pada peledakan tambang terbuka,
sebaiknya seluruh sumbu ledak dipermukaan ditutupi oleh material,
misalnya cutting dari pemboran.
 Sambungan antara sumbu ledak utama dan sumbu ledak cabang, baik yang
masuk ke dalam lubang ledak maupun antar baris, harus benar-benar baik
dan harus membentuk sudut lebih besar dari 90 (lihat Gambar 76).
 Pelaku inisiasi hanya diijinkan kepada orang yang benar-benar mengerti,
cukup berpengalaman dan memiliki Kartu Ijin Meledakkan (KIM) atas nama
yang bersangkutan dan perusahaan.
ledak

gelo mbang baris berikutnya

Arah menuju

cabang

Arah gelombang menuju


Sumbu ledak

Selotip kuat lubang ledak berikutnya


Sumbu ledak
Arah gelombang
Sumbu
ledak
utama menuju lubang ledak

Sudut 900 menuju lubang


0 ledak
Sudut 90
Lubang ledak
menujupeledakan

gelo mbang

Ara h
rangkaian

Gambar 76. Sambungan sumbu ledak utama dengan sumbu ledak cabang

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 104


d. Sambungan pada rangkaian nonel
Dengan rangkaian nonel dapat diledakkan lebih dari 300 lubang ledak
dengan aman dan terkontrol karena ketelitian waktu tunda. Beberapa keuntungan
peng-gunaan sistem nonel antara lain:
 Aman dari resiko arus liar dan frekuensi radio
 Tidak sensitif terhadap panas dan benturan, baik di dalam lubang maupun di
permukaan
 Waktu tunda lebih presisi dan bervariasi dibanding detonator listrik
 Tidak bersuara
 Tidak ada pengaruh negatif terhadap bahan peledak di dalam lubang ledak
 Tahan terhadap air bertekanan tinggi
 Lentur dan tidak mudah patah walaupun pada musim dingin

Tidak seperti pada sumbu api yang harus memperhatikan jarak antar lubang
atau antar baris keran adanya pengaruh sympathetic detonation, maka pada nonel
kondisi tersebut tidak berpengaruh. Pada saat inisiasi keseluruh rangkaian, nonel
hampir tidak bersuara dibandingkan dengan sumbu ledak. Nonel tidak dapat
diiinisiasi oleh impact atau nyala api. Apabila dibandingkan dengan rangkaian
peledakan listrik yang harus memperhitungkan hubungan seri, paralel dan paralel-
seri, maka pada nonel hal tersebut tidak berlaku. Sistem waktu tunda dalam
rangkaian peledakan nonel menerapkan waktu tunda di permukaan (trunklines
atau surface delay) dan waktu tunda di dalam lubang (downline atau in-hole
delay). Ketentuan yang harus diperhatikan adalah detonator tunda di permukaan
harus meledak terlebih dahulu sebelum detonator tunda di dalam lubang ledak.
Oleh sebab itu waktu tunda di permukaan lebih kecil dibanding di dalam lubang,
atau “jumlah waktu tunda seluruh lubang ledak di permukaan lebih kecil
dibanding jumlah waktu tunda seluruh lubang ledak di dalam ludang ledak”.
Dengan cara demikian ketelitian ledakan setiap lubang lebih terjamin, sehingga
arah lemparan fragmentasi lebih presisi dan getaran yang dihasilkan kecil.
Perhatikan Gambar 2.19, 2.20 dan 2.21 yang memperlihatkan sistem peledakan
nonel di tambang terbuka. Waktu tunda ke arah kiri dan kanan dari IP (titik awal
inisiasi) berbeda dan waktu tunda di dalam lubang 175 ms, maka tertera pada
gambar tersebut bahwa waktu meledak sebenarnya merupakan penjumlahan

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 105


waktu tunda permukaan

secara deret ukur dari waktu tunda dalam lubang dengan waktu tunda di
permukaan.
Sumbu ke arah downline bisa sumbu nonel atau sumbu ledak. Bila
menggunakan sumbu nonel, maka di dalam lubang ledak pun terjadi waktu tunda
ledak seperti telah diuraikan di atas; namun, bila menggunakan sumbu ledak,
peledakan di dalam lubang akan terjadi serentak. Penyambungan (tie-up) sumbu
downline dengan trunkline harus dilakukan dengan hati-hati agar jangan terbalik,
dengan cara sebagai berikut (lihat Gambar 80):
(1) Perhatikan arah datangnya gelombang inisiasi yang menuju rangkaian
(2) Blok pengikat (bunch block) yang dilengkapi detonator tunda harus
diletakkan dekat dengan lubang ledak
(3) Disepanjang control line terdapat 4 ikatkan sumbu nonel per bunch block,
yaitu 2 sumbu nonel tunda downline dan 2 sumbu nonel tunda trunkline
yang terdiri dari 1 sumbu control line dan 1 sumbu nonel cabang.
(4) Pada sumbu nonel cabang hanya terdapat 3 ikatan sumbu nonel per bunch
block, yaitu 2 sumbu nonel tunda downline dan 1 sumbu nonel tunda
trunkline.
75 50 25 42 84 126 168 210 252
250 225 200 175 217 259 301 343 385 427

bidang bebas

IP waktu lubang meledak


sebenarnya
POLA PELEDAKAN
Waktu tunda permukaan Waktu tunda dalam lubang
(surface atau trunkline delay ) : (in-hole atau downline delay ):
25 ms - Menggunakan PRIMADET 175 ms
42 ms

Gambar 77. Rangkaian peledakan nonel satu baris


dengan waktu tunda antar lubang

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 106


118 135 152 169 186 203 220 237 254 271
293 310 327 344 361 378 395 412 429 436

59 76 93 110 127 144 161 178 195 212


234 251 268 285 302 319 336 353 370 387

17 34 51 68 85 102 119 136 153


175 192 209 226 243 260 277 294 311 328

bidang bebas

IP (instant) waktu tunda permukaan waktu lubang meledak

sebenarnya
POLA PELEDAKAN

42 ms ke arah
Waktu tunda permukaan Waktu tunda dalam lubang
diagonal
(surface atau trunkline delay ) : (in-hole atau downline delay ):
17 ms sebagai
control-line di depan
- Menggunakan
PRIMADET 175 ms

Gambar 78. Rangkaian peledakan nonel banyak baris


dengan waktu tunda antar lubang

334 434 534 634 734 834 934 1034 1051


309 409 509 609 709 809 909 1009 1026
284 384 484 584 684 784 884 984 1001
259 359 459 559 659 759 859 959 976
134 234 334 434 534 634 734 834 851
217 317 417 517 617 717 817 917 1017
192 292 392 492 592 692 792 892 992
167 267 367 467 567 667 767 867 967
142 242 342 442 542 642 742 842 942
17 117 217 317 417 517 617 717 817
200 300 400 500 600 700 800 900 1000
175 275 375 475 575 675 775 875 975
150 250 350 450 550 650 750 850 950
125 225 325 425 525 625 725 825 925

100 200 300 400 500 600 700 800


bidang bebas

IP (instant) waktu tunda permukaan waktu lubang meledak

sebenarnya
POLA PELEDAKAN

Waktu tunda permukaan 17 ms ke arah Waktu tunda dalam lubang


(surface atau trunkline delay ) : diagonal
(in-hole atau downline delay ):
100 ms sebagai - Menggunakan
control-line di depan PRIMADET 125 - 200 ms

Gambar 79. Rangkaian peledakan nonel banyak baris dengan


waktu tunda antar lubang dan di dalam lubang

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 107


Arah gelombang
masuk ke rangkaian Spasi
(IP) Blok pengikat sumbu
(bunch block) Control line

2 sumbu nonel tunda


permukaan (trunkline delay)
dilengkapi J-Hook, yaitu
sebagai control line dan
Burden
sumbu nonel cabang

2 sumbu nonel waktu tunda


dalam lubang (downline
delay) tanpa J-Hook

Gambar 80. Cara penyambungan sumbu nonel di tambang terbuka


Prinsip penyambungan sumbu nonel pada tambang bawah sama dengan
tambang terbuka, hanya biasanya sebagai trunkline digunakan sumbu ledak yang
dilingkar-kan ke sekitar permuka kerja dan ditopang oleh kayu yang ditancap kuat
pada dinding permuka kerja atau tamping stick (Gambar 82 dan 83). Seluruh
sumbu nonel dari dalam lubang dikaitkan ke sumbu ledak menggunakan J Hooks
yang terdapat pada sumbu nonel tersebut. Langkah-langkah pengikatan sumbu
nonel ke sumbu ledak atau trunkline sebagai berikut (lihat Gambar 81):
(1) Kaitkan J Hooks ke trunkline yang terdekat dengan lubang ledak (Gambar
81.a)
(2) Genggamlah ikatan J Hooks dan trunkline, kemudian tarik perlahan-lahan
sumbu nonel agar tidak kendur (Gambar 81.b dan 81.c)
(3) Aturlah posisi ikatan J-Hooks dengan menggesernya sepanjang trunkline
(Gambar 81.c)

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 108


Label waktu
tunda

Trunkline

Tampak samping
J-Hook J-Hook

(a)
Arah tarikan
sumbu nonel

Ultrasonic seal

Mulut lubang
ledak
Trunkline

(b)

(c)

Gambar 81. Cara penyambungan sumbu nonel di tambang bawah tanah

Hanging wall

Sumbu nonel

Kayu penopang
trunkline

Dinding samping Dinding samping

Trunkline

Lantai

Dilarang memasang
detonator sebelum seluruh Detonator sebagai
penyambungan rangkaian di pemicu ledak ke arah
permuka kerja selesai permuka kerja

Gambar 82. Rangkaian peledakan nonel di bawah tanah menggunakan J - Hooks

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 109


Detonator
pemicu

Ikatkan trunkline ke kayu


Tarik sumbu nonel dari penopang agar kencang
dalam lubang agar kencang dan tidak menyentuh dasar
dan ikatkan ke trunkline

Gambar 83. Peledakan nonel pada pembuatan sumuran vertikal


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyambungan nonel adalah:
 Sambungan harus memenuhi persyaratan sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya dan petunjuk pada Modul 2.
 Rangkaian harus rapih dan efektif.
 Diusahakan tidak memotong sumbu nonel (walaupun diperkenankan sesuai
prosedur dari pabrik pembuatnya), oleh sebab itu untuk sumbu in-hole delay
sebaiknya dipilih yang panjangnya benar-benar mencukupi.
 Penyambungan sumbu trunkline delay dan center line dengan menggunakan
konektor tunda khusus harus dilakukan secara teliti.
Pelaku inisiasi hanya diijinkan kepada orang yang benar-benar mengerti, cukup
berpengalaman dan memiliki Kartu Ijin Meledakkan (KIM) atas nama yang
bersangkutan dan perusahaan.

PREPRAKTIKUM
Lingkari atau berilah tanda silang ( X ) pada huruf:
A. Jika pernyataan 1), 2) benar
B. Jika pernyataan 2), 3) benar
C. Jika pernyataan 1), 2), 3) benar
D. Jika pernyataan 1), 2), 3), 4) benar
LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 110
1) Bila lubang berair langkah pertama yang harus dilakukan adalah:
4. Mengukur kedalaman air untuk mengetahui ketinggiannya
5.Mengeluarkan air agar lubang relatif kering menggunakan kompresor atau
alat timba khusus
6. Membiarkannya karena waktu pelaksanaan peledakan terbatas
7. Mengisinya dengan material lain

2) Beberapa faktor yang harus diperhatikan pada waktu akan mengisi lubang
dengan bahan peledak adalah:
1) Kondisi lubang ledak tersumbat atau tidak
2) Kedalaman lubang ledak
3) Lubang berair atau kering
4) Keberadaan rongga dalam lubang

3) Penggunaan MMU sebagai alat pengisi lubang ledak mekanis memerlukan


beberapa pertimbangan, antara lain:
1) Perlu dimiliki atau dibeli karena proses pengisiannya cepat
2) Dilihat dari aspek ekonomi
3) Dilihat dari luas area dan target produksi yang menentukan jumlah
lubang
4) Pemakaian operator peledakan sedikit

4) Pada suatu tambang terbuka jumlah lubang yang akan diledakkan 100 lubang,
maka rangkaian listrik yang sesuai untuk peledakan tersebut adalah:
1) Rangkaian seri
2) Rangkaian seri-paralel
3) Rangkaian paralel-seri
4) Rangkaian paralel

5) Peledakan listrik pada tambang bawah tanah sebaiknya menggunakan


rangkaian parallel padahal kebutuhan voltage tinggi, mengapa demikian:

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 111


1) Umumnya tambang bawah tanah banyak air yang dapat menimbulkan
arus pendek, sehingga apabila salah satu atau beberapa detonator gagal
ledak, detonator lainnya masih ada kemungkinan meledak
2) Rangkaian paralel mudah dilaksanakan dengan memasang bus wire
disekeliling permuka kerja
3) Rangkaian seri memerlukan arus yang tinggi, sedangkan listrik di bawah
tanah terbatas
4) Rangkaian kombinasi memerlukan waktu lama, sedangkan waktu
peledakan terbatas
Jawaban: A. B. C. D.
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat, lingkarilah A, B, C, atau D.
6) Salah satu cara menginisiasi sumbu ledak adalah dengan:
A. Menggunakan detonator listrik
B. Dibakar
C. Menggunakan alat pemicu shotgun
D. Semuanya benar
7) Pada peledakan untuk bukaan tambang bawah tanah umumnya menggunakan
bus line untuk mempermudah penyambungan. Bila sumbu nonel berperan
sebagai bus line, maka kombinasi penyambungannya bisa dengan:
A. Kabel listrik
B. Sumbu nonel
C. Sumbu api
D. Semuanya benar

KEGIATAN PRAKTIKUM
1) Telah disiapkan sejumlah lubang ledak seperti pada gambar di bawah ini, tugas
saudara adalah merangkainya secara seri-paralel dan hitunglah voltage yang
diperlukan, bila panjang leg wire tiap detonator 7 m memerlukan arusnya 1,5
amper, kawat penyambung tembaga ukuran 22 AWG 90 m, dan kawat utama
besi (ferro) ukuran 22 AWG 200 m. Hitunglah total tahanan dan voltage.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 112


bidang bebas

FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM:


Nama :
NIM :
Kampus : Indralaya / Palembang*

No. Komponen Nilai Rank Nilai


(diisi asisten)

1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 113


PRAKTIKUM 8
PERSIAPAN PENGAMANAN PELEDAKAN

TUJUAN KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan secara rinci
tentang pengamanan umum peledakan, persiapan sebelum peledakan dan
pemeriksaan hasil peledakan.

DASAR TEORI
1. Pengamanan umum peledakan
Pengamanan lebih ditujukan kepada orang atau karyawan yang mendekati
atau melewati area peledakan. Maka dari itu beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pengamanan area peledakan tersebut adalah:
1) Hari-hari peledakan setiap minggu serta jam-jam peledakan pada hari tersebut
diatur dengan jadual tetap dan semua karyawan atau orang-orang yang ada
disekitar penambangan harus mengetahuinya.
2) Setiap kali akan melaksanakan peledakan pada tambang terbuka atau quarry,
persiapannya dapat dilakukan sesuai jam kerja pagi hari, tetapi detik-detik
peledakannya diatur pada jam istirahat siang.
3) Tanda peringatan berupa bendera dengan warna menyolok (biasanya merah)
dengan ukuran yang cukup dapat dilihat dari jauh dipasang di tempat-tempat
yang strategis atau di jalan-jalan yang biasa dilalui oleh penduduk dan
karyawan, sedemikian rupa sehingga orang lain tahu bahwa saat itu ada
kegiatan persiapan peledakan.
4) Area yang akan diledakkan harus dibatasi oleh pita pengaman dan hanya team
peledakan, inspektur tambang, polisi, kepala teknik dan satpam setempat
(perusahaan) yang sedang bertugas yang diperkenankan ada di dalam area
yang akan diledakkan, itupun kalau luas area memungkinkan.
5) Setelah bahan peledak dan perlengkapannya sampai di area peledakan, maka
secepatnya didistribusikan ke dekat setiap lubang yang telah disiapkan sesuai
dengan kebutuhan jumlah masing-masing lubang.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 114


6) Pada saat membuat primer periksa terlebih dahulu kondisi detonator atau
sumbu ledak yang akan dipakai, yaitu:
 Untuk detonator biasa, periksa apakah ada benda-benda kecil didalam-
nya. Demikian juga dengan sumbu apinya, apakah lembab atau tidak.
Sebaiknya ujung sumbu dipotong terlebih dahulu sekitar 2 cm sebelum
dimasukkan ke dalam detonator biasa.
 Untuk sumbu ledak atau detonating cord diperiksa juga keadaan ujung-
ujungnya dari kelembaban atau isinya sedikit berkurang. Sebaiknya
ujung sumbu ledak sepanjang 5 cm ditutup lubangnya dengan selotip
agar tidak lembab atau kemasukkan air.
 Untuk detonator listrik, sebaiknya diuji dahulu oleh blasting ohmmeter.
Pada waktu pengujian detonator dimasukkan ke dalam lubang ledak
yang masih kosong. Setelah diuji kedua ujung legwire harus diikat atau
digabung kembali satu dengan lainnya.
 Untuk detonator nonel, periksa bagian ultrasonic seal pada ujung sumbu
nonel, yaitu ujung yang dipress, untuk menjamin kelayakan pakai sumbu
nonel tersebut. Sebaiknya sumbu nonel tidak dipotong untuk
menghindari kelembaban dan masuknya air ke dalam sumbu.
Tatacara pembuatan primer telah diuraikan pada Modul 2 tentang Primer dan
Booster.

2. Persiapan sebelum peledakan


Saat-saat menjelang peledakan, di mana peringatan sudah dilaksanakan dan
seluruh rangkaian sudah selesai pula diperiksa serta diputuskan siap ledak, adalah
waktu yang penting bagi seluruh team peledakan. Keselamatan dan keamanan di
area peledakan benar-benar terletak pada kekompakan team peledakan tersebut.
a. Tempat berlindung team peledakan di tambang bawah tanah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
 Harus memperhitungkan arah angin ventilasi, ambil posisi di atas angin.
 Bila peledakan memakai sumbu api harus diperhitungkan lebih dahulu ke
arah mana dan di mana tempat berlindung yang aman karena akan
diperlukan waktu untuk berlari setelah penyulutan selesai.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 115


 Periksa keadaan sekeliling tempat berlindung terhadap kemungkinan
jatuhnya benda atau batuan, khususnya dari atap.
 Pemegang blasting machine atau yang menyulut sumbu api harus orang
yang berpengalaman dan memiliki Kartu Ijin Meledakkan (KIM) atas nama
yang bersangkutan dan perusahaan.

b. Tempat berlindung team peledakan di tambang terbuka

 Harus dipertimbangkan arah dan jarak lemparan batu, ambil posisi yang
berlawanan.
 Periksa keadaan sekeliling tempat berlindung, khususnya bila ada bongkahan
batu lepas disekitarnya yang cukup besar untuk berlindung
 Bila keadaan area peledakan tidak ada tempat untuk berlindung dengan cukup
aman, maka harus disiapkan shelter, yaitu tempat perlindungan khusus terbuat
dari besi dengan ukuran minimal panjang dan lebar 1,50 m dan tinggi
secukupnya untuk berlindung team peledakan (Gambar 84).
 Pemegang blasting machine harus orang yang berpengalaman dan memiliki
Kartu Ijin Meledakkan (KIM) atas nama yang bersangkutan dan perusahaan.
c. Tanda peringatan sebelum peledakan (aba-aba)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

Gambar 84. Salah satu bentuk shelter

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 116


 Sebelum dilakukan peledakan orang-orang disekitar daerah pengaruh gas dan
lemparan batu harus diberi aba-aba peringatan agar berlindung atau
menyingkir. Demikian juga halnya dengan peralatan, sebelumnya harus sudah
diamankan.
 Aba-aba dapat berupa peringatan lewat megaphone, pluit atau sirine.
Sementara itu pada batas jalan masuk ke area peledakan harus diblokir atau
ditutup oleh barikade atau oleh petugas yang memegang bendera (biasanya
berwarna merah) seperti terlihat pada sketsa di Gambar 85.

a
.

c.

a. Menutup jalan
menggunakan
barikade
b. Menggunakan
sinyal bendera
b.
c. Menggunakan
megaphone atau
sirine yang keras

Gambar 85. Pengamanan lokasi peledakan


 Jeda waktu antara aba-aba peringatan dengan saat peledakan harus cukup
untuk memberi kesempatan kepada orang-orang untuk berlindung. Sebaiknya
aba-aba dilakukan dalam beberapa tahapan dan tiap tahap mempunyai arti
tersendiri serta dimengerti oleh team peledakan dan seluruh karyawan.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 117


 Mandor, Foreman atau Pengawas Peledakan harus memeriksa area sekitar
peledakan sebelum aba-aba terakhir untuk menyakinkan bahwa lokasi
tersebut aman dari orang-orang yang ada disekitarnya.
 Contoh tahapan aba-aba peringatan dan pengertiannya sebagai
berikut: Aba-aba pertama :
 Semua orang yang berada di area peledakan harus menyingkir dan
berlindung
 Minta ijin ke sentral informasi bahwa jalur komunikasi untuk sementara
diambil alih oleh team peledakan, jadi seluruh bagian tidak diperkenankan
menggunakan jalur tersebut, kecuali bila mengetahui di area peledakan
terdapat sesuatu yang membahayakan.
 Semua jalan masuk ke area peledakan ditutup atau diblokir
 Pada saat itu kedua ujung kawat utama (lead wire) masih terkait satu sama
lainnya (Gambar 86) dan belum disambung ke pemicu ledak (B M)

bidang bebas

Kawat utama
(lead wire)

Ujung kawat utama diikat


sebelum dihubungkan
dengan BM

Gambar 86. Kedua ujung kawat utama masih dihubungkan

Aba-aba kedua :
 Pekerjaan pada aba-aba pertama sudah dilaksanakan dan Mandor atau
Foreman atau Pengawas Peledakan sedang melakukan pemeriksaan akhir
 Kondensator dalam pemicu ledak sedang diisi arus listrik
 Kawat utama sudah disambung dengan pemicu ledak (exploder)

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 118


Sampai tahap kedua ini masih memungkinkan terjadi penundaan peledakan,
apabila Pengawas Peledakan melihat sesuatu yang dinilainya dalam kondisi
tidak aman melalui komunikasi dan aba-aba khusus.
Aba-aba ketiga (peledakan) :
 Peledakan dilakukan, biasanya dengan hitungan mundur bisa dari 5 atau 3,
misalnya 5….4….3….2….1….”tembak !!”. Hitungan tersebut ada baiknya
disalurkan juga melalui jalur komunikasi agar seluruh karyawan
mengetahui detik-detik peledakan.
 Tombol atau tangkai pemicu ditekan sesuai prosedur pemakaian alat dan
peledakan terjadi.
Sampai tahap ini jalur komunikasi masih dikuasai team peledakan sebelum
dilakukan pemeriksaan hasil peledakan dan dinyatakan bahwa peledakan
aman dan terkendali.

3. Pemeriksaan setelah peledakan


Setelah peledakan selesai area tempat peledakan dan sekitarnya masih
menjadi tanggung jawab team peledakan sebelum dilakukan pemeriksaan.
Beberapa pekerjaan yang perlu dilakukan setelah peledakan adalah:
1) Sekitar 15 menit setelah ledakan, pemeriksaan dilakukan terhadap gas-gas
beracun dan kemungkinan adanya lubang yang gagal ledak (misfire).
2) Apabila terdapat lubang yang gagal ledak, terlebih dahulu harus dilaporkan ke
Pengawas Peledakan, kemudian segera ditangani. Lubang yang gagal ledak
harus ditandai dengan bendera merah.
3) Apabila kondisi lubang yang gagal ledak dinilai oleh Pengawas Peledakan
membutuhkan waktu beberapa jam untuk menanganinya, maka kembalikan
dahulu jalur komunikasi kepada sentral informasi.
4) Apabila seluruh lubang meledak dengan baik dan konsentrasi gas sudah
cukup aman, segera laporkan ke Pengawas Peledakan untuk diinformasikan
ke seluruh karyawan dan masyarakat disekitarnya. Pengawas Peledakan akan
mengumumkan bahwa “peledakan 100 lubang (misalnya) telah meledak
seluruhnya dan kondisi dinyatakan aman dan terkendali, kepada seluruh
karyawan dan masyarakat dipersilahkan kembali pada aktifitasnya masing-

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 119


masing. Dengan ini jalur komunikasi dikembalikan ke sentral informasi,
terima kasih”.

PREPRAKTIKUM
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat, lingkarilah A, B, C, atau D.
1) Kapan sebaiknya peledakan rutin pada tambang terbuka dilaksanakan.
A. Pada waktu yang tetap dalam seminggu
B. Pada waktu siang hari pada jam istirahat
C. Ketika cuaca tidak mendung dan tidak banyak petir
D. Semua jawaban benar
2) Area yang akan diledakkan harus dibatasi oleh pita pengaman dan yang boleh
masuk ke area persiapan peledakan adalah petugas di abwah ini kecuali::
A. Karyawan
B. Team peledakan
C. Polisi dan inspektur tambang
D. Kepala teknik dan satpam yang sedang bertugas
3) Yang bertugas membuat primer adalah:
A. Team peledakan
B. Satpam yang sedang bertugas
C. Team peledakan yang ditunjuk
D. Semua jawaban benar
4) Kedua kawat pada detonator listrik harus diikatkan satu dengan lainnya sebab:
A. Mengikuti peraturan yang berlaku
B. Mengantisipasi kemungkinan adanya arus pendek dari listrik statis atau
arus liar.
C. Menjaga agar kawat tidak kusut
D. Agar mudah pengelompokkan waktu tundanya
5) Untuk menjaga agar sumbu ledak berfungsi dengan baik, maka:
A. Ujungnya dipotong menggunakan pisau
B. Sumbu harus dalam kondisi kering
C. Ujungnya dipotong miring agar mudah dibakar
D. Ujung-ujungnya dipotong ±20 cm lalu ditutup selotip sepanjang 5 cm

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 120


KEGIATAN PRAKTIKUM
1) Peragakan cara membuat primer menggunakan detonator listrik, sumbu ledak
dan sumbu api
2) Bagaimana cara menyambung kawat di permukaan tanah dan di dalam lubang
ledak
3) Bagaimana menyambung konektor tunda dengan sumbu nonel dan sumbu
ledak
4) Bagaimana menyambung sumbu api dengan MFI, bean-hole connector,dan
sloted connector
5) Ceritakan bagaimana persiapan akhir sebelum peledakan sampai pelaksana-
kan peledakan

FORMAT PENILAIAN PRAKTIKUM:


Nama :
NIM :
Kampus : Indralaya / Palembang*

No. Komponen Nilai Rank Nilai


(diisi asisten)

1. Sikap peserta 0 – 20
2. Penguasaan materi 0 – 40
3. Keterampilan praktek 0 – 40
Jumlah

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 121


DAFTAR PUSTAKA

th
1. Anon., 1977, Blasters’ Handbook, Du Pont, 16 ed, Sales Development
Section, Explosives Products Division, E.I. du Pont de Nemours & Co.
(Inc), Wilmington, Delaware, pp. 87 – 142.
th
2. Anon., 1980, Blasters’ Handbook, Du Pont, 16 ed, Sales Development
Section, Explosives Products Division, E.I. du Pont de Nemours & Co.(Inc),
Wilmington, Delaware, pp. 115 – 216.
3. Anon, 1987, Anzomex Primers, the new generation, ICI Australia Operation,
Pty. Ltd. Explosive Division.
4. Anon, 1988, Blasting Explosives and Accessories, ICI Australia Operation,
Pty. Ltd. Explosive Division, pp. 1 – 17.
5. Anon, 1987, Detonating Cord, the new product for better blasting, ICI
Australia Operation, Pty. Ltd. Explosive Division, pp. 1 – 16.
6. Anon, 1987, Primadet, Initiating System, ICI Australia Operation, Pty. Ltd.
Explosive Division, pp. 1 – 13.
7. Anon, 1987, Siderdeck, Reel off in-hole delay initiation system, ICI Australia
Operation, Pty. Ltd. Explosive Division.
8. Anon, 1988, Technical Information, Dyno Westfarmer.
9. Anon, 2001, Technical Information, Dyno Nobel.
10. Anon, 2004, Technical Information, PT. Dahana, Indonesia.
11. Gutafsson, R, 1973, Swedish Blasting Technique, Gothenburg. Sweden, pp.
102 - 123.
12. Hemphill, Gary B., 1981, Blasting Operations, McGraw-Hill Book Company,
p. 65 – 82.
13. Kempen No: 555.K/26/M.P.E/1995, Direktorat Teknik Pertambangan Umum,
Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, 1995.
14. Langefors, U and Kihlstroom, B, 1978, The Modern Technique of Rock
Blasting, John Wiley & Sons, p. 87 – 116.
15. Pavetto, C. S, 1990, Surface Mine Blasting – a Program Guide for
Certification, CSP Associates, Mining Information Services, Maclean
Hunter Publishing Co, Chicago, 317 pp.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 122


GLOSARIUM

Air gap test : Cara pengujian sensitivitas bahan peledak


Burden : Jarak terdekat antara lubang bor dengan bidang bebas
Cartridge : Bahan peledak kuat atau high explosive jenis emulsi dan watergel
(slurry) yang dikemas atau dibungkus dengan ukuran tertentu (seperti
dodol).

Chapman-Jouguet (C-J Plane) : Bidang pembatas antara zone reaksi peledakan


dengan zona reaksi kimia yang stabil.
Collar: Bagian paling atas kolom lubang ledak yang biasanya diisi oleh
penyumbat
Confinement degree atau “derajat pengurungan” : Tingkat pengurungan bahan
peledak oleh penyumbat atau stemming.
Coupling ratio : Perbandingan antara volume kolom bahan peledak dengan
volume bahan peledak sepanjang kolom bahan peledak tersebut.
Crest: Jarak antara lubang bor bagian atas (pada puncak jenjang) dengan bidang
bebas, atau bentuk profil bagian paling atas bidang bebas.
Critical diameter atau “diameter kritis” : Diameter lubang ledak yang merupakan
batas antara meledak dan gagal meledak dari suatu bahan peledak.
Cutting: Serpihan batuan hasil pengeboran.
De-coupling : Diameter bahan peledak sepanjang kolom bahan peledak lebih kecil
disbanding diameter kolom lubang ledaknya.
Delay time : Waktu tunda dalam ukuran milisekon (milidetik) antar lubang ledak.
Besaran atau angka waktu tunda diperlihatkan pada detonator tunda atau
delay detonator.
Detonation wave : Gelombang detonasi yang merambat sepanjang kolom bahan
peledak di dalam lubang ledak
Eksotermis : Reaksi kimia yang produk reaksinya menghasilkan panas
Free face: Adalah bidang sepanjang tinggi jenjang disebut juga bidang bebas
Hot spot atau “titik api” : Fenomena terjadinya pembakaran butiran bahan peledak
di dalam zona reaksi peledakan.
Impedance : Perbandingan antara tekanan dengan kecepatan rambat partikel
gelombang suara pada suatu titik.
Impedance matching : Kecepatan gelombang detonasi bahan peledak melebihi
kecepatan gelombang suara, sehingga menghasilkan gelombang kejut untuk
menghancurkan batuan.
Loading density atau densitas pengisian: Adalah jumlah bahan peledak (kilogram)
per kolom meter kolom lubang ledak.
Primary charge atau powder column (PC) : Kedalaman atau tinggi bahan
peledak di dalam kolom lubang ledak, disebut juga “isian utama”.
Profiling: Pengukuran untuk mengetahui bentuk muka atau profil bidang bebas
yang dapat dilaksanakan secara manual menggunakan meteran dan alat

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 123


pengukur sudut, misalnya kompas. Dapat pula dilaksanakan menggunakan
alat ukur tanah semacam teodolit atau laser.
Powder factor (PF): Perbandingan antara jumlah bahan peledak yang dipakai
dengan batuan hasil peledakan
Safety distance : Jarak aman antar lubang untuk menghindari terjadinya
symphatetic detonation
Scaling: Pekerjaan pembersihan atau menjatuhkan batu yang menggantung pada
bagian atap atau dinding bukaan bawah tanah yang membahayakan sebelum
pekerjaan pengeboran dimulai
Scaling bar: Tongkat dari besi atau kayu untuk melakukan scaling.
Shelter: Tempat perlindungan khusus untuk team peledakan terbuat dari besi
dengan dimensi minimal panjang dan lebar 1,50 m dan tinggi secukupnya.
Shock compression wave : shock wave yang menghasilkan efek tekanan terhadap
batuan yang dilaluinya.
Shock tension wave : shock wave yang menghasilkan efek tarikan terhadap batuan
yang dilaluinya.
Shock wave : Gelombang kejut efek dari peledakan yang merambat menjauhi
lubang ledak
Symphatetic detonation : Peristiwa meledaknya suatu bahan peledak akibat jarak
yang terlalu dekat dengan bahan peledak lainnya yang diinisiasi.
Stemming: Tinggi penyumbat kolom lubang ledak yang terbuat dari cutting atau
batu berukuran 0,5 – 1,0 cm.
Subdrilling: Perbedaan tinggi kolom lubang ledak dengan tinggi jenjang. Disebut
juga subgrade atau subdrill.
Toe: Jarak antara lubang bor bagian bawah (pada lantai jenjang) dengan bidang
bebas, atau bentuk profil bagian paling bawah bidang bebas.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 124


LAMPIRAN 1 (COVER LAPORAN DAN PREPRAKTIKUM)
PRAKTIKUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN PRAKTIKUM
1 / 2 / 3 / 4 / 5 / 6 / 7 / 8* (JUDUL)

Disusun Oleh:

TGL. PRAKTIKUM : ……………………………………………


NAMA : ……………………………………………
NIM : ……………………………………………
KELOMPOK : ……………………………………………
DOSEN : Prof. Dr. Ir. H. M. Taufik Toha DEA
Ir. H. Djuki Sudarmono, DESS.
Rosihan Pebrianto, ST., MT.

TELAH DISETUJUI TANGGAL:


………………………………………
ASISTEN

……………………………………..
NIM……………………………………

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2018

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 125


LAMPIRAN 2 (FORMAT KERTAS LAPORAN DAN PREPRAKTIKUM)

………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
Catatan:
Kertas Ukuran A4 (Harus ada garis titik-titik seperti lampiran 2 ini)
Spasi 1,5
Margin kiri 3 cm; kanan, atas, dan bawah 2 cm.

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 126


LAMPIRAN 3 (ISI LAPORAN PRAKTIKUM DAN PREPRAKTIKUM)

FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM


COVER
DAFTAR ISI
BAB 1. DASAR TEORI
BAB 2. PEMBAHASAN
BAB 3. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

FORMAT TUGAS PREPRAKTIKUM


COVER
ISI TUGAS

LABORATORIUM PEMBORAN DAN PELEDAKAN 127

Anda mungkin juga menyukai