Anda di halaman 1dari 10

I.

Pengaruh

Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada
akhir periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode
berikutnya. Produk dalam proses awal periode ini akan membawa harga pokok
persatuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda
dengan harga pokok per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang
bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan demikian jika dalam periode sekarang
dihasilkan produk selesai yang ditransfer ke gudang atau ke departemen berikutnya,
harga pokok yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal akan
menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk selesai tersebut.
Untuk menentukan harga pokok barang jadi terdapat 3 metode yaitu :
1. Metode Harga Pokok Rata-rata (Weighted Average)
Di departemen – Pertama :
a. Dihitung total biaya untuk masing-masing jenis biaya produksi, yaitu : biaya
bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dengan cara biaya yang
melekat pada persediaan barang dalam proses awal ditambah biaya-biaya
periode berjalan.
b. Dihitung jumlah unit ekuivalen produksi yang dihasilkan dalam periode yang
bersangkutan : Barang jadi (yang ditransfer ke departemen berikutnya)
ditambah barang dalam proses akhir menurut unit ekuivalen. Harga pokok
rata-rata kemudian dihitung berdasarkan total biaya dibagi jumlah unit
ekuivalen.

Di departemen – Lanjutan :
a) Dihitung harga pokok rata-rata yang berasal dari departemen sebelumnya.
Harga pokok tersebut terdiri dari : Harga pokok persediaan awal dan harga
pokok yang diterima pada periode yang bersangkutan.
b) Dihitung harga pokok rata-rata per satuan yang ditambahkan dalam
departemen yang bersangkutan.
c) Menghitung harga pokok rata-rata per satuan di departemen yang
bersangkutan dengan cara : Harga pokok rata-rata dari departemen yang
bersangkutan dengan cara : Harga pokok rata-rata dari departemen yang
mendahului ditambah harga pokok rata-rata di departemen yang
bersangkutan
2. Metode Harga Pokok FIFO (First - In, First - Out)
Perhitungan harga pokok adalah sebagai berikut :
a. Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk dalam proses awal
menjadi produk selesai.
b. Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal tidak digabungkan
dengan elemen biaya yang terjadi dalam periode yang bersangkutan.
c. Harga pokok produk dalam proses awal periode tidak perlu dipecah
kembali menurut elemennya ke dalam setiap elemen biaya.
d. Produksi ekuivalen = (Produksi dalam proses awal x tingkat penyelesaian
yang dibutuhkan) + Produksi Current + (Produk dalam proses akhir x
Tingkat penyelesaian yang sudah dinikmati).
e. Besarnya harga pokok satuan setiap elemen biaya dihitung sebesar elemen
biaya yang terjadi pada periode yang bersangkutan dibagi jumlah produksi
ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan.

3) Metode Harga Pokok LIFO (Last - In, First - Out)


a) Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk yang baru masuk
proses pada periode yang bersangkutan, apabila semua produk yang baru
masuk proses sudah dapat diselesaikan kemudian untuk mengolah produk
dalam proses awal.
b) Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal periode tidak perlu
digabungkan dengan setiap elemen biaya yang terjadi pada periode yang
bersangkutan.
c) Besarnya produksi ekuivalen dapat dihitung :
d) Produksi ekuivalen = Produk selesai + [ (Produksi dalam proses akhir x
tingkat penyelesaian yang dinikmati) – (Produk dalam proses awal x
Tingkat penyelesaian yang sudah dinikmati periode sebelumnya) ].
e) Besarnya harga pokok satuan setiap elemen biaya dihitung dengan cara
membagi elemen biaya tertentu yang terjadi pada periode yang
bersangkutan dengan produksi ekuivalen biaya yang bersangkutan
II. Adanya Produk Rusak Dalam Proses (Spoiled Goods)

Produk rusak adalah produk yang mutunya tidak sesuai dengan standar mutu yang telah
ditentukan dan tidak dapat diperbaiki lagi. Adapun perlakuan terhadap produk rusak
adalah :

1. Apabila produk rusak tidak laku dijual maka produk rusak tersebut diperlakukan
sebagai produk hilang akhir proses.

2. Apabila produk rusak mempunyai harga jual maka perlakuan terhadap produk rusak
tersebut sebagai berikut :

 Nilai jual produk rusak dicatat untuk mengurangi biaya-biaya produk pada
departemen tempat terjadinya produk rusak tersebut. Dasar pembagian kepada
masing-masing jenis biaya produksi adalah perbandingan unit ekuivalen maka
produk rusak tersebut tetap diperhitungkan

 Kerugian atas produk rusak (selisih harga pokok dengan harga jual) dicatat sebagai
biaya overhead yang sesungguhnya di departemen tempat terjadinya produk rusak.
Pencatatan ini dipakai apabila biaya overhead pabrik dibebankan ke produk atas
dasar tarif yang ditentukan dimuka.

 Niali jual produk rusak dicatat sebagai pendapatan di luar usaha, produk rusak
tetap diperhitungkan dalam unit ekuivalen.

III. Adanya Produk Cacat Dalam Proses (Defective Goods)

Produk cacat yaitu produk yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu
yang sudah ditentukan, tetapi masih dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk
yang baik kembali, dalam arti biaya perbaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan
nilai yang diperoleh dengan adanya perbaikan.

Perlakuan produk cacat tergantung penyebab timbulnya produk cacat, yaitu :

1. Produk Cacat Bersifat Normal


Semua biaya perbaikan diperlakukan sebagai elemen biaya produksi dan digabungkan
dengan elemen biaya produksi yang ada pada departemen tersebut.

2. Produk Cacat Karena Kesalahan

Perlakan biaya perbaikan tidak boleh dikapitalisasi ke dalam biaya produksi, akan
tetapi harus diperlakukan sebagai elemen rugi produk cacat.

IV. Adanya Tambahan Bahan Setelah Departemen Awal

Meskipun pada umumnya bahan baku dipakai pada departemen awal tetapi adakalanya
bahan baku ditambahkan di departemen lanjutan (departemen 2 dst).

Adapun pencatatan tambahan bahan baku tersebut di departemen lanjutan adalah


sebagai berikut :

1. Apabila tambahan bahan baku tersebut tidak menambah unit produk maka tambahan
bahan baku itu hanya dicatat menambah biaya produk tanpa mempengaruhi
perhitungan unit ekuivalen departemen bersangkutan.

2. Apabila tambahan bahan baku tersebut mengakibatkan bertambahnya unit produk di


departemen yang bersangkutan, maka akan mengakibatkan diadakannya penyesuaian
terhadap harga pokok produksi per satuan dari departemen sebelumnya.

V. Adanya Bahan Sisa Proses Produksi (Scrap Matreial)

Adalah bahan baku yang merupakan sisa proses produksi yang tidak dapat
dimasukkan lagi dalam produksi untuk tujuan yang sama, tetapi mungkin dapat
digunakan untuk proses produksi yang berbeda atau dijual kembali dalam suatu jumlah
tertentu. Bahan sisa ini nilai jualnya lebih kecil dibandingkan produk utama.

VI. Adanya Bahan Buangan (Waste Material)

Adalah bagian dari bahan mentah yang tertinggal sesudah proses produksi dan tidak
mempunyai kegunaan untuk dipakai atau dijual kembali. Biaya dalam mengatur bahan
buangan biasanya dibebankan pada kontrol overhead pabrik.

● Kalkulasi Biaya Rata - Rata VS Kalkulasi Biaya Fifo


Kalkulas biaya rata - rata dan biaya Fifo masing - masing mempunyai keunggulan
tersendiri. Tidak layaklah untuk menyatakan bahwa metode yang satu lebih sederhana atau
lebih akurat daripada metode lain. Pemilihan salah satu metode itu akan tergantung
seluruhnya pada sikap manajemen mengenai prosedur penentuan biaya yang dapat
memberikan angka - angka yang andal bagi pedoman manajerial.

Perbedaan mendasar antara kedua metode terutama berkaitan dengan perlakuan


terhadap persediaan awal barang dalam proses. Dalam metode rata - rata, biaya persediaan
awal barang dalam proses ditambahkan ke biaya dari departemen sebelumnya dan ke biaya
bahan, pekerja, dan overhead pabrik yang dikeluarkan selama periode itu. Biaya perunit akan
ditentukan dengan membagi biaya - biaya ini dengan kuantitas produksi ekuivalen. Unit - unit
serta biayanya kemudian ditrasfer ke departemen berikutnya sebagai suatu angka
kumulatif.

Dalam metode Fifo, biaya persediaan awal barang dalam proses dicantumkan sebagai
satu angka yang terpisah. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan unit - unit persediaan
awal ditambahkan ke biaya tadi. Jumlah kedua biaya ini kemudian ditransfer ke departemen
berikutnya. Unit yang dimulai dan diselesaikan selama periode tersebut memiliki biaya per
unit tersendiri yang lazimnya berbeda dengan biaya per unit lengkap untuk unit - unit dalam
proses. Jadi metode Fifo mengidentifikasi secara terpisah biaya - biaya per unit

Contoh 1:
PT “IKA FARMA” memproduksi minyak gosok melalui dua departemen produksi. Berikut
ini data produksi dan biaya yang terjadi selama periode bulan desember 2002.

Dept I Dept II
Unit:
PDP awal:
BB 100%,Biaya konversi 40% selesai 68.000
BB 100%,Biaya konversi 20% selesai
102.000
Masuk proses selama periode ini 680.000
Produk ditransfer ke Departemen II 595.000
Unit ditanbahkan dalam produksi 85.000
Produk jadi ditransfer ke Gudang 748.000
Persediaan PDP akhir
BB 100%,Biaya konversi 60% selesai 153.000
BB 100%,Biaya konversi 30% selesai
34.000
Biaya:
Biaya yang melekat pada persediaan PDP awal:
Harga pokok dari Dept I pd PDP awal - 680.000
BB 238.000
204.000
BTK 111.520
174.000
BOP 187.000 78.200
Jumlah 536.520
1.136.960
Biaya yang terjadi selama periode ini:
BB 2.380.000
1.360.000
BTK 850.000
1.190.000
BOP 1.530.000
680.000
Jumlah 4.760.000
3.230.000

Diminta :
1. Buatlah laporan harga pokok produksi untuk kedua departemen tersebut dengan metode
rata-rata
2. buatlah jurnal yang diperlukan
JAWABAN
PT. ika farma
Laporan Harga Pokok Produksi Dept I
Bulan Desember 2002
Daftar kuantitas fisik :
Persediaan PDP awal (BB 100%,BK 40%) 68.000 unit
Unit masuk proses 680.000
unit
748.000 unit
Produk ditransfer ke Departemen II 595.000 unit
Persed PDP akhir (BB 100%,BK 60%) 153.000 unit
748.000 unit
Pembebanan biaya
PDP awal Sekarang jumlah UPE
biaya/UPE
BB 238.000 2.380.000 2.618.000 595.000+153.000 = 748.000
3,5
BTK 111.520 850.000 961.520 595.000+153.000(60%)=686.800 1,4
BOP 187.000 1.530.000 1.717.000 595.000+153.000(60%)=686.800
2,5
Jumlah 536.520 4.760.000 5.296.520
7,4

Harga pokok produksi


HP Produk ditransfer ke Departemen II
595.000 unit X 7,4 ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 4.403.000
HP persediaan PDP akhir
BB 153.000 x 3,5 x 100%= 535.500
BTK 153.000 x 1,4 x 60% = 128.520
BOP 153.000 x 2,5 x 60% = 229.500+
893.520+
Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept I 5.296.520
PT. ika farma
Laporan Harga Pokok Produksi Dept II
Bulan Desember 2002
Daftar kuantitas fisik :
Persediaan PDP awal (BB 100%,BK 20%) 102.000 unit
Unit masuk proses 595.000 unit
Unit tambahan 85.000 unit
782.000 unit
Produk jadi ditransfer ke Gudang 748.000 unit
Persed PDP akhir (BB 100%,BK 30%) 34.000 unit
782.000 unit
Pembebanan biaya
PDP awal Sekarang jumlah UPE
biaya/UPE
HP dr I 680.000 4.403.000 5.083.000 748.000+34.000(100%)=782.000
6,5
BB 204.000 1.360.000 1.564.000 748.000+34.000(100%)=782.000
2,0
BTK 174.760 1.190.000 1.364.760 748.000+34.000(30%) = 758.200
1,8
BOP 78.200 680.000 758.200 748.000+34.000(30%) = 758.200
1,0
Jumlah 1.136.960 7.633.000 8.769.960
11,3
Harga pokok produksi
HP Produk ditransfer ke Departemen II
748.000 unit X 11,3 ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, 8.452.400
HP persediaan PDP akhir
HP dr Dept I 34.000 x 6,5 x 100% = 221.000
BB 34.000 x 2,0 x 100% = 68.000
BTK 34.000 x 1,8 x 13% = 18.360
BOP 34.000 x 1,0 x 30% = 10.200 +

317.560 +
Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept II 8.769.960

2. Jurnal yang diperlukan


Jurnal Dept.I
a. Mencatat Biaya pada Bulan Des 2002
BDP - BBB Dept.I 2.380.000
BDP - BTK Dept.I 850.000
BDP - BOP Dept.I 1.530.000
Persediaan bahan baku 2.380.000
Gaji dan upah 850.000
Berbagai jenis biaya 1.530.000

b. Mencatat Transfer Produk ke Dept.II


BDP - BBB Dept.II 4.403.000
BDP - BBB Dept.II 2.082.500 1]
BDP - BTK Dept.II 833.000 2]
BDP - BOP Dept.II 1.487.500 3]

c. Mencatat Persediaan produk dalam Proses Akhir


Persediaan PDP Dept.I 893.520
BDP - BBB Dept.I 535.500
BDP - BTK Dept.I 128.520
BDP - BOP Dept.I 229.500
Keterangan :
1] 595.000 x 3,5=2.082.500
2] 595.000 x 1,4= 833.000
3] 595.000 x 2,5=1.487.500
Jurnal Dept.II
a. Mencatat Biaya pada Bulan Des 2002
BDP - BBB Dept.II 1.360.000
BDP - BTK Dept.II 1.190.000
BDP - BOP Dept.II 680.000
Persediaan bahan baku 1.360.000
Gaji dan upah 1.190.000
Berbagai jenis biaya 680.000
b. Mencatat Trasfer Produk Jadi ke Gudang
Persediaan produk jadi 8.452.400
BDP - BBB Dept.II 6.358.000 1]
BDP - BTK Dept.II 1.346.400 2]
BDP - BOP Dept.II 748.0003]
c. Mencatat Persediaan Produk dalam Proses Akhir
Persediaan PDP Dept.II 317.560
HP dr Dept.I 221.000
BDP - BBB Dept.II 68.000
BDP - BTK Dept.II 18.360
BDP - BOP Dept.II 10.200
Keterangan :
1] 748.000 x 8,5=6.358.000
2] 748.000 x 1,8=1.346.400
3] 748.000 x 1,0= 748.000

REFERENSI
http://akuntansiut.wordpress.com/category/akuntansi-biaya
http://jowira21.blogspot.co.id/2012/05/harga-pokok-proses-lanjutan07.html

Anda mungkin juga menyukai