Sap 5 Akuntansi Biaya
Sap 5 Akuntansi Biaya
Pengaruh
Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada
akhir periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode
berikutnya. Produk dalam proses awal periode ini akan membawa harga pokok
persatuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda
dengan harga pokok per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang
bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan demikian jika dalam periode sekarang
dihasilkan produk selesai yang ditransfer ke gudang atau ke departemen berikutnya,
harga pokok yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal akan
menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk selesai tersebut.
Untuk menentukan harga pokok barang jadi terdapat 3 metode yaitu :
1. Metode Harga Pokok Rata-rata (Weighted Average)
Di departemen – Pertama :
a. Dihitung total biaya untuk masing-masing jenis biaya produksi, yaitu : biaya
bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik dengan cara biaya yang
melekat pada persediaan barang dalam proses awal ditambah biaya-biaya
periode berjalan.
b. Dihitung jumlah unit ekuivalen produksi yang dihasilkan dalam periode yang
bersangkutan : Barang jadi (yang ditransfer ke departemen berikutnya)
ditambah barang dalam proses akhir menurut unit ekuivalen. Harga pokok
rata-rata kemudian dihitung berdasarkan total biaya dibagi jumlah unit
ekuivalen.
Di departemen – Lanjutan :
a) Dihitung harga pokok rata-rata yang berasal dari departemen sebelumnya.
Harga pokok tersebut terdiri dari : Harga pokok persediaan awal dan harga
pokok yang diterima pada periode yang bersangkutan.
b) Dihitung harga pokok rata-rata per satuan yang ditambahkan dalam
departemen yang bersangkutan.
c) Menghitung harga pokok rata-rata per satuan di departemen yang
bersangkutan dengan cara : Harga pokok rata-rata dari departemen yang
bersangkutan dengan cara : Harga pokok rata-rata dari departemen yang
mendahului ditambah harga pokok rata-rata di departemen yang
bersangkutan
2. Metode Harga Pokok FIFO (First - In, First - Out)
Perhitungan harga pokok adalah sebagai berikut :
a. Proses produksi dianggap untuk menyelesaikan produk dalam proses awal
menjadi produk selesai.
b. Setiap elemen harga pokok produk dalam proses awal tidak digabungkan
dengan elemen biaya yang terjadi dalam periode yang bersangkutan.
c. Harga pokok produk dalam proses awal periode tidak perlu dipecah
kembali menurut elemennya ke dalam setiap elemen biaya.
d. Produksi ekuivalen = (Produksi dalam proses awal x tingkat penyelesaian
yang dibutuhkan) + Produksi Current + (Produk dalam proses akhir x
Tingkat penyelesaian yang sudah dinikmati).
e. Besarnya harga pokok satuan setiap elemen biaya dihitung sebesar elemen
biaya yang terjadi pada periode yang bersangkutan dibagi jumlah produksi
ekuivalen dari elemen biaya yang bersangkutan.
Produk rusak adalah produk yang mutunya tidak sesuai dengan standar mutu yang telah
ditentukan dan tidak dapat diperbaiki lagi. Adapun perlakuan terhadap produk rusak
adalah :
1. Apabila produk rusak tidak laku dijual maka produk rusak tersebut diperlakukan
sebagai produk hilang akhir proses.
2. Apabila produk rusak mempunyai harga jual maka perlakuan terhadap produk rusak
tersebut sebagai berikut :
Nilai jual produk rusak dicatat untuk mengurangi biaya-biaya produk pada
departemen tempat terjadinya produk rusak tersebut. Dasar pembagian kepada
masing-masing jenis biaya produksi adalah perbandingan unit ekuivalen maka
produk rusak tersebut tetap diperhitungkan
Kerugian atas produk rusak (selisih harga pokok dengan harga jual) dicatat sebagai
biaya overhead yang sesungguhnya di departemen tempat terjadinya produk rusak.
Pencatatan ini dipakai apabila biaya overhead pabrik dibebankan ke produk atas
dasar tarif yang ditentukan dimuka.
Niali jual produk rusak dicatat sebagai pendapatan di luar usaha, produk rusak
tetap diperhitungkan dalam unit ekuivalen.
Produk cacat yaitu produk yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu
yang sudah ditentukan, tetapi masih dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk
yang baik kembali, dalam arti biaya perbaikannya lebih rendah dibandingkan kenaikan
nilai yang diperoleh dengan adanya perbaikan.
Perlakan biaya perbaikan tidak boleh dikapitalisasi ke dalam biaya produksi, akan
tetapi harus diperlakukan sebagai elemen rugi produk cacat.
Meskipun pada umumnya bahan baku dipakai pada departemen awal tetapi adakalanya
bahan baku ditambahkan di departemen lanjutan (departemen 2 dst).
1. Apabila tambahan bahan baku tersebut tidak menambah unit produk maka tambahan
bahan baku itu hanya dicatat menambah biaya produk tanpa mempengaruhi
perhitungan unit ekuivalen departemen bersangkutan.
Adalah bahan baku yang merupakan sisa proses produksi yang tidak dapat
dimasukkan lagi dalam produksi untuk tujuan yang sama, tetapi mungkin dapat
digunakan untuk proses produksi yang berbeda atau dijual kembali dalam suatu jumlah
tertentu. Bahan sisa ini nilai jualnya lebih kecil dibandingkan produk utama.
Adalah bagian dari bahan mentah yang tertinggal sesudah proses produksi dan tidak
mempunyai kegunaan untuk dipakai atau dijual kembali. Biaya dalam mengatur bahan
buangan biasanya dibebankan pada kontrol overhead pabrik.
Dalam metode Fifo, biaya persediaan awal barang dalam proses dicantumkan sebagai
satu angka yang terpisah. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan unit - unit persediaan
awal ditambahkan ke biaya tadi. Jumlah kedua biaya ini kemudian ditransfer ke departemen
berikutnya. Unit yang dimulai dan diselesaikan selama periode tersebut memiliki biaya per
unit tersendiri yang lazimnya berbeda dengan biaya per unit lengkap untuk unit - unit dalam
proses. Jadi metode Fifo mengidentifikasi secara terpisah biaya - biaya per unit
Contoh 1:
PT “IKA FARMA” memproduksi minyak gosok melalui dua departemen produksi. Berikut
ini data produksi dan biaya yang terjadi selama periode bulan desember 2002.
Dept I Dept II
Unit:
PDP awal:
BB 100%,Biaya konversi 40% selesai 68.000
BB 100%,Biaya konversi 20% selesai
102.000
Masuk proses selama periode ini 680.000
Produk ditransfer ke Departemen II 595.000
Unit ditanbahkan dalam produksi 85.000
Produk jadi ditransfer ke Gudang 748.000
Persediaan PDP akhir
BB 100%,Biaya konversi 60% selesai 153.000
BB 100%,Biaya konversi 30% selesai
34.000
Biaya:
Biaya yang melekat pada persediaan PDP awal:
Harga pokok dari Dept I pd PDP awal - 680.000
BB 238.000
204.000
BTK 111.520
174.000
BOP 187.000 78.200
Jumlah 536.520
1.136.960
Biaya yang terjadi selama periode ini:
BB 2.380.000
1.360.000
BTK 850.000
1.190.000
BOP 1.530.000
680.000
Jumlah 4.760.000
3.230.000
Diminta :
1. Buatlah laporan harga pokok produksi untuk kedua departemen tersebut dengan metode
rata-rata
2. buatlah jurnal yang diperlukan
JAWABAN
PT. ika farma
Laporan Harga Pokok Produksi Dept I
Bulan Desember 2002
Daftar kuantitas fisik :
Persediaan PDP awal (BB 100%,BK 40%) 68.000 unit
Unit masuk proses 680.000
unit
748.000 unit
Produk ditransfer ke Departemen II 595.000 unit
Persed PDP akhir (BB 100%,BK 60%) 153.000 unit
748.000 unit
Pembebanan biaya
PDP awal Sekarang jumlah UPE
biaya/UPE
BB 238.000 2.380.000 2.618.000 595.000+153.000 = 748.000
3,5
BTK 111.520 850.000 961.520 595.000+153.000(60%)=686.800 1,4
BOP 187.000 1.530.000 1.717.000 595.000+153.000(60%)=686.800
2,5
Jumlah 536.520 4.760.000 5.296.520
7,4
317.560 +
Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept II 8.769.960
REFERENSI
http://akuntansiut.wordpress.com/category/akuntansi-biaya
http://jowira21.blogspot.co.id/2012/05/harga-pokok-proses-lanjutan07.html