Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN PT.

INDOFOOD SUKSES MAKMUR MENGGUNAKAN


COMPARATIVE ANALYSIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah
Analisis Laporan Keuangan
Dosen: Yuda Septia Fitri, SE., M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Khasanatunnisa (NIM: 1168020143)
2. Lu’yan Azis Rahayu (NIM: 1168020151)
3. Mega Sagara (NIM: 1168020161)
4. M. Ramdhan Nugraha (NIM: 1168020169)
5. Muhammad Dzulfiqar (NIM: 1168020179)
6. Muhammad Fahmi Husein (NIM: 1168020180)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, yang atas rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Rasio Likuiditas pada
Perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur Menggunakan Metode Comparative
Analysis” dengan sebaik mungkin dan Insya Allah dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.
Dalam proses penyelesaian makalah ini, kami banyak mendapatkan dorongan
serta bimbingan dari berbagai pihak, karenanya pada kesempatan ini kami ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah Swt, yang telah berkenan memberikan kekuatan baik lahir maupun batin
dan kesempatan untuk menyelesaikan karya tulis ini.
2. Orang tua kami semua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada
kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Ibu Yuda Septia Fitri, SE., M.Si., selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Analisis Laporan Keuangan.
4. Semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu
penyusunan makalah ini.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada
Mata Kuliah Analisis Laporan Keuangan di Jurusan Manajemen Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini selanjutnya.
Akhirnya kami berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal
pada mereka yang telah memberikan bantuan dan dapat menjadikan semua bantuan
ini sebagai ibadah, Aamiin Allahumma aamiin.

Bandung, Maret 2019

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan .......................................................................................................... 5
D. Manfaat ........................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6
A. Pengertian Rasio Likuiditas ......................................................................... 6
B. Komponen Rasio Likuiditas......................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas ........................................................ 11
D. Jenis-jenis Rasio Likuiditas........................................................................ 13
1. Rasio Lancar (Current Ratio) ................................................................. 13
2. Rasio Cepat (Quick Ratio) ...................................................................... 14
3. Rasio Kas (Cash Ratio) .......................................................................... 15
4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over) ................................................ 16
5. Inventory to Net Working Capital .......................................................... 17
E. Hasil Analisis pada Perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk ........ 18
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 24
A. Simpulan .................................................................................................... 24
B. Saran ........................................................................................................... 25
LAMPIRAN .......................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita serigkali mendengar atau bahkan melihat ada perusahaan yang
tidak mampu atau tidak sanggup untuk membayar seluruh atau sebagian utang
yang sudah jatuh tempo pada saat ditagih. Atau terkadang perusahaan juga
sering tidak memiliki dana untuk membayar kewajibannya tepat waktu.
Mengapa hal tersebut tejadi? Karena perusahaan tidak memiliki dana yang
cukup untuk menutupi utang yang jatuh tempo tersebut.

Kasus seperti ini akan sangat mengganggu hubungan baik antara


perusahaan dengan para kreditor atau juga dengan para distributor. Dalam
jangka panjang, kasus ini akan berdampak pula kepada para pelanggan
(konsumen). Artinya pada akhirnya perusahaan akan memperoleh krisis
kepercayaan dari berbagai pihak yang selama ini membantu kelancaran
usahanya. Padahal kita tahu bahwa kepercayaan dari berbagai pihak terhadap
perusahaan merupakan modal utama perusahaan dalam mencapai target yang
telah ditetapkan.

Seandainya perusahaan sudah menganalisis rasio yang berhubungan


dengan hal tersebut, perusahaan dapat mengetahui dengan mudah kondisi dan
posisi perusahaan sebenarnya. Kemudian, perusahaan dapat berusaha untuk
mencarikan jalan keluarnya.

Dalam makalah ini, penulis berusaha memaparkan secara singkat


mengenai analisis rasio yang berfungsi sebagai tolak ukur kemampuan
perusahaan dalam melunasi kewajiban atau utang jangka pendeknya.

4
5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan rasio likuiditas?


2. Apa saja tujuan dan manfaat dari rasio likuiditas?
3. Apa saja komponen yang terdapat pada rasio likuiditas?
4. Apa saja jenis-jenis rasio likuiditas?
5. Bagaimana hasil analisis rasio likuiditas pada perusahaan PT. Indofood
Sukses Makmur?

C. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
terstruktur pada mata kuliah Analisis Laporan Keuangan. Selain itu, makalah
ini juga disusun untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai analisis
likuiditas.

D. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan mempelajari makalah ini
adalah pembaca dapat menambah pengetahuan mengenai:

1. Pengertian rasio likuiditas.


2. Tujuan dan manfaat dari rasio likuiditas.
3. Komponen yang terdapat pada rasio likuiditas.
4. Jenis-jenis rasio likuiditas.
5. Hasil analisis rasio likuiditas pada perusahaan PT. Indofood Sukses
Makmur.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Rasio Likuiditas


Rasio likuiditas adalah suatu indikator tentang kemampuan perusahaan
yang membayar semua kewajiban finansial jangka pendek ketika sudah jatuh tempo
dengan mempergunakan aktiva lancar yang masih tersedia atau dengan kata lain
bisa menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban/utang jangka pendek.

Adapun rasio likuiditas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan


perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kemampuan membayar
terhadap kewajiban jangka pendek sangat tergantung pada alat pembayaran likuid
(cair) yang dimiliki perusahaan. Jumlah alat pembayaran likuid yang dimiliki
perusahaan tersebut sebagai daya bayar atau kekuatan bayar suatu perusahaan, yang
akan menjadikan perusahaan mempunyai kemampuan membayar kewajiban jangka
pendek.

Pengertian Rasio Likuiditas Menurut Para Ahli

Berikut ini adalah beberapa definisi rasio likuiditas menurut para ahli:

Pengertian Rasio Likuiditas menurut Fred Weston (Kasmir (2008:129).


Bahwa rasio likuiditas adalah rasio yang memberikan gambaran tentang
kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang/ kewajiban jangka pendeknya.

Pengertian rasio likuiditas menurut Bambang Riyanto (2010, hal.25). Rasio


likuiditas yaitu berkaitan dengan masalah kemampuan sebuah perusahaan dalam
memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dapat dipenuhi. Jumlah alat-
alat pembayaran/alat-alat likuid yang dimiliki sebuah perusahaan pada suatu saat
merupakan suatu kekuatan membayar dari perusahaan bersangkutan.

6
7

Pengertian rasio likuiditas menurut Syafrida Hani (2015, hal. 121). Rasio
likuiditas ialah kemampuan sebuah perusahaan dalam hal memenuhi kewajiban-
kewajiban keuangan yang segera bisa dicairkan atau yang telah jatuh tempo.
Likuiditas, secara spesifik mencerminkan tersedianya dana yang dimiliki oleh
perusahaan untuk memenuhi seluruh hutang yang akan jatuh tempo.

Pengertian rasio likuiditas menurut Rambe, dkk. (2015, hal 49). Rasio
likuiditas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam hal memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya/ Current liabilites.
Melalui cara menghubungkan jumlah kas dalam aktiva lancar lain dengan
kewajiban jangka pendek dapat memberikan ukuran yang mudah serta cepat
dipergunakan dalam mengukur likuiditas. 2 rasio likuiditas yang umum dipakai
yaitu quick ratio dan current ratio.

B. Komponen Rasio Likuiditas


1. Aktiva Lancar

Aktiva lancar merupakan harta atau kekayaan yang segera dapat


diuangkan (ditunaikan) pada saat dibutuhkan dan paling lama satu tahun.
Aktiva lancar merupakan aktiva yang paling likuid dibandingkan dengan aktiva
lainnnya. Komponen yang ada di aktiva lancar terdiri dari antara lain, kas,
bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, biaya yang dibayar di muka,
pendapatan yang masih harus dibayar, dan aktiva lancar lainnya. Penyusunan
aktiva lancar ini biasanya dimulai dari aktiva yang paling lancar, artinya yang
paling mudah untuk dicairkan. Berikut pengertian dari masing-masing
komponen:

a. Kas, merupakan uang tunai yang dimiliki perusahaan dan dapat segera di
gunakan setiap saat. Kas merupakan komponen aktiva lancar paling
dibutuhkan guna membayar berbagai kebutuhan yang di perlukan. Jumlah
uang kas yang ada di perusahaan harus diatur sebaik mungkin sesuai
8

dengan kebutuhan perusahaan. Apabila uang kas terlalu banyak,


sedangkan penggunaannya kurang efektif, akan terjadi uang menganggur.

b. Bank (rekening giro dan rekening tabungan), merupakan tempat


perusahaan menyimpan uang atau menitipkan uangnya dalam bentuk
simpanan. Contoh simpanan yang ada di bank adalah rekening giro dan
rekening tabungan. Menyimpan uang di bank lebih menguntungkan jika
dibandingkan dengan memegang uang tunai. Pertama, dengan menyimpan
uang di bank perusahaan, akan diperoleh penghasilan dari bunga atau jasa
simpanan yang diberikan oleh bak. Kedua, menyimpan uang di bank juga
relatif aman dari kehilangan atau kerusakan. Ketiga, saat ini uang disimpan
di bank juga sangat mudah dicairkan, yaitu 24 jam sehari dan 7 hari dalam
seminggudi berbagai mesin ATM yang tersebar di berbagai pelosok.

c. Surat-surat berharga, merupakan harta perusahaan yang ditanamkan dalam


bentuk kertas berharga dan memiliki jangka waktu tidak lebih dari satu
tahun. Keuntungan memiliki surat-surat berharga antara lainbungan atau
jasa atas surat-surat berhaga tesebut. Contoh surat-surat berharga adalah
sertifikat deposito, saham, obligasi, dan dapat segera diyangkan (dijual)
jika dibutuhkan.

d. Piutang, merupakan tagihan perusahaan kepada pihak lainnya yang


memiliki jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Piutang terjadi akibat
dari penjualan barang atau jasa kepada keonsumennya secara angsuran
(kredit0. Piutang dibagi menjadi dua yaitu, piutang dagang dan wesel
tagih. Pitang dagang adalah tagihan yang diakibatkan penjualan barang
kelangganan, sedangkan piutang wesel tagih adalah tagihan perusahaan
kepada pihak lain karena adanya suatu perjanjian tertulis (wesel).

e. Sediaan, merupakan sejumlah barang yang disimpan oleh perusahaan


dalam suatu tenpat (gudang). Sediaan merupakan cadangan perushaan
untu proses produksi atau penjualan pada saat dibutuhkan. Jenis sediaan
dibagi menjadi dua yaitu, untuk perusahaan dagang adalah semua barang
9

yang diperdagangkan, sedangkan untuk perusahaan manufaktur adalah


barang mentah, barang dalam proses, dan barang jadi.

f. Biaya yang dibayar di muka, merupakan biaya atau pengeluaran yang


dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh barang dan jasa dari pihak lain
yang akan datang. Artinya, barang belum diterima tetapi sudah dipesan
dan uang mukanya sudah dibayar sebagai yanda jadi.

g. Pendapatan yang masih harus diterima, diperoleh misalnya dalam


melakukan transaksi penjualan, biasanya pembayaran dilakukan di
samping secara tunai juga sering dilakukan secara kredit (angsuran) atau
pembayaran di belakang. Dengan kata lain, penghasilan atau pendapatan
yang sudah merupakan hak perusahaan, belum diterima pembayarannya
saat ini, akibat pelanggan belum membayar.

2. Utang Lancar (Kewajiban Jangka Pendek)

Utang lancar (kewajiban jangka pendek) merupakan kewajiban atau utang


perusahaan kepada pihak lain karena memperoleh pinjaman (kredit) dari suatu
lembaga keuangan (bank). Utang juga dapat terjadi karena pembelian suatu
barang atau jasa yang pembayarannya dilakukan secara angsuran. Utang lancar
juga disebut utang jangka pendek karena jangka waktu pengembaliannya tidak
lebih dari satu tahun.

a. Utang dagang, merupakan kewajiabn perusahaan kerena adanya


pembelian barang yang pembayarannya secara kredit (angsuran). Artinya
perusahaan membeli barang dagangan yang pembayarannya dilakukan di
masa yang akan datang. Biasanya utang dagang memiliki jangka waktu
pembayarannya maksimal atau paling lama satu tahun atau sesuai
perjanjian.

b. Utang wesel, merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain akibat


adanya perjanjian tertulis yang dilakukan oleh perusahaan untuk
membayar sejumlah uang tertentu, dalam waktu tertentu juga (diatur
10

dengan undang-undang). Biasanya utang dagang memiliki jangka waktu


pembayaran maksimal atau paling lama satu tahun atau sesuai perjanjian.

c. Utang bank, merupakan sejumlah uang yang diperoleh perusahaan dari


lembaga keuangan bank dan pembayarannya secara angsuran sesuai
perjanjian kedua belah pihak. Utang bank yang termasuk dalam utang
lancar adalah yang memiliki jangka waktu tidak lebih dari satu tahun,
sedangkan apabila melebihi dari satu tahun, dikategorikan dalam
komponen utang jangka panjang.

d. Utang pajak, ,erupakam pajak perusahaan yang belum disetor ke kas


negara (pajak terutang). Utang pajak ini terjadi karena perusahaan
memang belum menyetor atau meamang terjadi kekurangan penyetoran
pajak pada periode sebelumnya. Selama utang pajak ini belum disetor ke
keas negara, utang pajak ini tetap berada di sisi pasiva lancar.

e. Biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya atau kewajiban perusahaan
yang sudah terjadi tetapi belum dibayar. Artinya biaya ini sebenarnya
sudah jatuh tempo pembayarannya, tetapi karena sesuatu hal, biaya ini
belum dibayar. Biaya ini tetap harus di bayar sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak pada saat tertentu.

f. Utang dividen, adalah dividen yang dapat dibayar sebagaimana


diumumkan oleh dewan komisaris perusahaan tapi pada akhir periode
belum dibayar dan dicatat sebagai hutang deviden. Perseroan Terbatas
yang sudah mengumumkan adanya pembagian deviden kepada para
pemegang saham sudah harus mengakui adanya hutang pada saat
pengumuman.

g. Utang gaji, biaya gaji yang sudah merupakan kewajiban perusahaan untuk
membayarkan kepada karyawan, namun jumlah yang harus dibayarkan
tersebut belum dibayarkan perusahaan, sehingga masih merupakan utang
perusahaan terhadap karyawannya.
11

3. Modal kerja, merupakan modal yang digunakan untuk melakukan kegiatan


operasi perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai investasi yang ditanamkan
dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek. Definisi ini bersifat kuantitatif
karena menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud
operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada
macam dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aktiva lancar misalnya kas, surat
berharga (efek), piutang, dan persediaan. Modal kerja di sini yaitu jumlah dari
aktiva lancar secara keseluruhan. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto
(gross working capital). Sedangkan modal kerja bersih (net working capital)
merupakan aktiva lancar yang dikurangi dengan utang lancar.

C. Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas


Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi
berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pihak yang paling
berkepentingan adalah pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan guna
menilai kemampuan mereka sendiri. Kemudian, pihak luar perusahaan juga
memiliki kepentingan, seperti pihak kreditor atau penyedia dana bagi
perusahaan, misalnya perbankan. Atau juga pihak distributor atau supplier yang
menyalurkan atau menjual barang yang pembayaran secara angsuran kepada
perusahaan.

Oleh karena itu, perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi
perusahaan, namun juga bagi pihak luar perusahaan. Dalam praktiknya terdapat
banyak manfaat atau tujuan analisis rasio likuiditas bagi perusahaan, baik bagi
pihak pemilik perusahaan, manajemen perusahaan, dan pihak yang memiliki
hubungan denga perusahaan seperti kreditor dan distributor atau supplier.

Berikut adalah tujuan dan manfaat yang dapat dipetik dari hasil rasio
likuiditas:

1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atau utang


yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan untuk
12

membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas


waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu).
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan menggunakan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya
jumlah kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu
tahun, dibandingkan dengan total aktiva lancar.
3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan
persediaan dan piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi persediaan
dan piutang yang dianggap likuiditasnya lebih rendah.
4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan.
5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
utang jangka pendek.
6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan utang.
7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu
dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing
komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki kinerjanya,
dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

Bagi pihak luar perusahaan, seperti pihak penyandang dana (kreditor),


investor, distributor, dan masyarakat luas, rasio likuiditas bermanfaat untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban kepada pihak
ketiga. Hal ini tergambar dari rasio yang dimilikinya. Kemampuan membayar
tersebut akan memberikan jaminan bagi pihak kreditor untuk memberikan
pinjaman selanjutnya. Kemudian, bagi pihak distributor adanya kemampuan
membayar mempermudah dalam memberikan keputusan untuk menyetujui
penjualan barang dagangan secara angsuran. Artinya, ada jaminan bahwa
pinjaman yang diberikan akan mampu dibayar secara tepat waktu. Namun, rasio
13

likuiditas bukanlah satu-satunya cara atau syarat untuk menyetujui pinjaman


atau penjualan barang secara kredit.

D. Jenis-jenis Rasio Likuiditas


Secara umum tujuan utama rasio keuangan digunakan adalah untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, di
samping itu, dari rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih spesifik
yang juga masih berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya. Semua ini tergantung dari jenis rasio likuiditas yang digunakan.
Dalam praktiknya, untuk mengukur rasio keuangan secara lengkap, dapat
menggunakan jenis-jenis rasio likuiditas yang ada.

Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk


menguukur kemampuan yaitu:

1. Rasio Lancar (Current Ratio)


Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban atau utang jangka pendek yang segera jatuh tempo
pada saat ditagih menggunakan aktiva lancar secara keseluruhan. Dengan kata
lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban
jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikaitkan
sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu
perusahaan. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan
antara total aktiva lancar dengan total utang lancar.

Dari hasil pengukuran rasio lancar, apabila rasio lancar rendah, maka
dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang jangka
pendeknya. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi
perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan
sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu kondisi perusahaan baik atau
tidaknya, ada suatu standar rasio yang digunakan, misalnya rata-rata industri
untuk usaha yang sejenis atau dapat pula digunakan target yang telah ditetapkan
14

perusahaan sebelumnya, sekalipun kita tahu bahwa target yang telah ditetapkan
perusahaan biasanya ditetapkan berdasarkan rata-rata industri untuk usaha yang
sejenis.

Dalam praktiknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan standar
200% (2:1) yang terkadang sudah dianggap sebagai ukuran yang cukup baik
atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti itu
perusahaan sudah merasa berada di titik aman dalam jangka pendek. Namun,
sekali lagi untuk mengukur kinerja manajemen, ukuran yang terpenting adalah
rata-rata industri untuk perusahaan yang sejenis.

Rumus untuk mencari rasio lancar atau current ratio yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut:

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)


𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)

Jika hasil untuk current ratio adalah dua kali atau lebih, keadaan
perusahaan untuk tahun bersangkutan berada dalam kondisi baik mengingat
hasil rasionya di atas rata-rata industri. Namun jika hasil rasionya kurang dari
dua dapat dikatakan bahwa perusahaan dalam kondisi yang kurang baik.

2. Rasio Cepat (Quick Ratio)


Rasio cepat (quick ratio) atau dapat dikatakan juga sebagai rasio sangat
lancar (acid test ratio) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi atau membayar utang jangka pendek (utang
lancar) dengan menggunakan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nlai
persediaan (inventory). Artinya, nilai persediaan kita abaikan, dengan cara
dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena persediaan
dianggap memerlukan waktu yang relatif lama untuk digunakan apabila
perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya
dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya.
15

Untuk mencari nilai quick ratio, diukur dari total aktiva lancar kemudian
dikurangi dengan nilai persediaan. Terkadang perusahaan juga memasukkan
biaya yang dibayar di muka jika memang ada dan dibandingkan dengan seluruh
utang lancar. Rumus untuk mencari rasio cepat atau quick ratio adalah sebagai
berikut:

𝐻𝑎𝑟𝑡𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛


𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐴𝑐𝑖𝑑 𝑇𝑒𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜) =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Atau dapat menggunakan rumus berikut:

𝐾𝑎𝑠 + 𝐵𝑎𝑛𝑘 + 𝐸𝑓𝑒𝑘 + 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔


𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐴𝑐𝑖𝑑 𝑇𝑒𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜) =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Jika hasil untuk quick ratio adalah 1,5 kali, maka keadaan perusahaan
lebih baik dari perusahaan lain. Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan
tidak harus menjual persediaan bila hendak melunasi utang lancar, tetapi dapat
menjual surat berharga atau penagihan piutang.

Demikian pula sebaliknya, jika rasio perusahaan di bawah rata-rata


industri, keadaan perusahaan lebih buruk dari perusahaan lain. Hal ini
menyebabkan perusahaan harus menjual persediaan untuk melunasi
pembayaran utang lancarnya. Padahal menjual persediaan untuk harga yang
normal relatif sulit, kecuali perusahaan menjual di bawah harga pasar, yang
tentunya bagi perusahaan jelas menambah kerugian.

3. Rasio Kas (Cash Ratio)


Di samping kedua rasio yang sudah dibahas di atas, terkadang
perusahaan juga ingin mengukur seberapa besar uang yang benar-benar siap
untuk digunakan untuk membayar utang jangka pendeknya. Artinya, dalam hal
ini perusahaan tidak perlu menunggu untuk menjual atau menagih utang lancar
lainnya yaitu dengan menggunakan rasio lancar.
16

Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang jangka
pendek. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau
yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang dapat
ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan
sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka
pendeknya. Rumus untuk mencari rasio kas adalah sebagai berikut:

𝐾𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠


𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅) =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Atau dapat juga menggunakan rumus berikut:

𝐾𝑎𝑠 + 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅) =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Jika hasil untuk cash ratio adalah 50% maka keadaan perusahaan lebih
baik dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas terlalu tinggi juga kurang
baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau belum digunakan
secara optimal. Sebaliknya, apabila rasio kas di bawah rata-rata industri, kondisi
kurang baik ditinjau dari rasio kas karena untuk membayar kewajiban jangka
pendeknya masih memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lancar
lainnya.

4. Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over)


Menurut James O. Gill, rasio perputaran kas (cash turn over) berfungsi
untuk mengukur tingkat kecukupan moal kerja perusahaan yang dibutuhkan
untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan
untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan
biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.

Untuk mencari modal kerja, kurangi aktiva lancar terhadap utang lancar.
Modal kerja dalam pengertian ini dikatakan sebagai modal kerja bersih yang
dimiliki perusahaan. Sementara itu, modal kerja bersih kotor atau modal kerja
17

saja merupakan jumlah dari aktiva lancar. Hasil perhitungan rasio perputaran
kas dapat diartikan sebagai berikut:

a. Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti ketidakmampuan perusahaan


dalam membayar tagihannya.
b. Sebaliknya apabila rasio perputaran kas rendah, dapat dikatakan kas yang
tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu singkat sehingga
perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit.

Rumus yang digunakan untuk mencari rasio perputaran kas adalah


sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Jika hasil rasio perputaran kas kurang dari 10% maka keadaan
perusahaan pada tahun yang bersangkutan kurang baik karena masih kurang
dari rata-rata industri. Namun, jika hasilnya lebih dari atau sama dengan 10%
maka keadaan perusahaan pada tahun yang bersangkutan dapat dikatakan baik.

5. Inventory to Net Working Capital


Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan
dari aktiva lancar dengan utang lancar. Rumus untuk mencari inventory to net
working capital adalah sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶 =
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Jika hasil inventory to net working capital adalah kurang dari 12%, maka
keadaan perusahaan pada tahun yang bersangkutan kurang baik karena masih
di bawah rata-rata industri. Sedangkan jika di atas rata-rata industri, maka
berarti keadaan perusahaan pada tahun yang bersangkutan dapat dikatakan baik.
18

E. Hasil Analisis pada Perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk


Berikut merupakan hasil pengukuran analisis rasio likuiditas pada
perusahaan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Dalam mengukur kinerja
perusahaan, penulis membandingkan hasil rasio tahun 2017 dengan tahun
sebelumnya kemudian membandingkannya dengan perusahaan sejenis, yaitu PT.
Unilever Indonesia, Tbk pada tahun dan kuartal yang sama (Maret 2018). Data
laporan keuangan terlampir didapatkan dari website resmi masing-masing
perusahaan, yaitu www.indofood.com (PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk) dan
www.unilever.co.id (PT. Unilever Indonesia, Tbk). Semua data dalam jutaan
rupiah, kecuali dinyatakan lain.

1. Current Ratio
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠)
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 (𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠)

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

Pada Desember 2017, jumlah akitva lancar 1,52 kali utang lancar, atau setiap
1 rupiah utang lancar dijamin oleh 1,52 rupiah aktiva lancar. Berikut
perhitungannya:

32.948.131
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 1,52/152%
21.637.763

Pahun 2018 di kuartal pertama, jumlah akitva lancar 1,47 kali utang lancar,
atau setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 1,47 rupiah aktiva lancar. Berikut
perhitungannya:

35.344.798
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 1,47 / 147%
23.962.619
19

PT. Unilever Indonesia, Tbk

Pahun 2018 di kuartal pertama, jumlah akitva lancar 0,79 kali utang lancar,
atau setiap 1 rupiah utang lancar dijamin oleh 0,79 rupiah aktiva lancar. Berikut
perhitungannya:

9.310.953
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 0,79 / 79%
11.959.689

2. Quick Ratio

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

𝐻𝑎𝑟𝑡𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛


𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐴𝑐𝑖𝑑 𝑇𝑒𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜) =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Pada Desember 2017, hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:

32.948.131 − 9.792.768
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 1,07 / 107%
21.637.763

Pada Tahun 2018 di kuartal pertama, hasil pengukurannya adalah sebagai


berikut:

35.344.798 − 10.512.216
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 1,03/103%
23.962.619

PT. Unilever Indonesia, Tbk 2018 di kuartal pertama:

9.310.953 − 2.573.779
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = = 0,56 / 56%
11.959.689

3. Cash Ratio
𝐾𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅) =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

Pada Desember 2017, hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:


20

13.689.998
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅) = = 0,63 / 63%
21.637.763

Pada Tahun 2018 di kuartal pertama, hasil pengukurannya adalah sebagai


berikut:

14.274.881
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅) = = 0,60 / 60%
23.962.619
PT. Unilever Indonesia, Tbk 2018 di kuartal pertama:
959.713
𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (𝐶𝑅) = = 0,08 / 8%
11.959.689

4. Cash Turn Over


𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

Pada Desember 2017, hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:

17.834.867
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 = = 1,58 / 158%
32.948.131 − 21.637.763

Pada Tahun 2018 di kuartal pertama, hasil pengukurannya adalah sebagai


berikut:

17.631.161
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 = = 1,55 / 155%
35.344.798 − 23.962.619
PT. Unilever Indonesia, Tbk 2018 di kuartal pertama:
10.746.621
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝. 𝐾𝑎𝑠 = = −4,06/−406%
9.310.953 − 11.959.689

5. Inventory to Net Working Capital


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶 =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

Pada Desember 2017, hasil pengukurannya adalah sebagai berikut:


21

9.792.768
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶 = = 0,87 / 87%
32.948.131 − 21.637.763

Pada Tahun 2018 di kuartal pertama, hasil pengukurannya adalah sebagai


berikut:

10.512.216
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶 = = 0,92 / 92%
35.344.798 − 23.962.619
PT. Unilever Indonesia, Tbk 2018 di kuartal pertama:
2.573.779
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑡𝑜 𝑁𝑊𝐶 = = −0,97 / 97%
9.310.953 − 11.959.689

Dari pengukuran rasio di atas, dapat kita lihat kondisi dan posisi perusahaan
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini:

2018 PT. Unilever Indonesia,


No Jenis Rasio 2017
Q1 Tbk

1 Current Ratio
1,52 1,47 0,79

2 Quick Ratio
1,07 1,03 0,56
3 Cash Ratio 63% 60% 8%
4 Cash Turn Over 158% 155% -406%
Inventory to Net Working
5 87% 92% -97%
Capital

1. Current Ratio (Rasio Lancar)

Rasio lancar dapat dilihat dari tabel terjadi penurunan rasio dari tahun
2017 ke tahun 2018 yaitu sebanyak 0,05 kali atau (5%). Namun di sisi lain,
perusahaan ini dapat dikatakan memuaskan karena berada jauh di atas
perusahaan pesaing yang hanya menunjukkan angka 0,79 kali atau 79%.
22

Jika hasil ratio perusahaan pesaing untuk current ratio adalah 0,79 kali,
maka current ratio perusahaan baik pada tahun 2017 maupun tahun 2018 dapat
dikatakan baik. Hal ini penting mengingat rasio yang menyamai rata-rata atau
bahkan di atas perusahaan pesaing dibutuhkan guna menumbuhkan tingkat
kepercayaan berbagai pihak kepada perusahaan tersebut.

2. Quick Ratio (Rasio Cepat)

Hasil rasio cepat pada tahun 2018 juga mengalami penurunan. Jika
semula pada tahun 2017 menunjukkan angka 1,07 pada tahun 2018 turun
sebanyak 0,04 kali menjadi 1,03 kali atau 103%.

Jika hasil rasio perusahaan pesaing untuk quick ratio adalah 0,56 kali,
maka kondisi perusahaan dapat dikatakan cukup memuaskan untuk kedua tahun
tersebut, walaupun terjadi penurunan.

3. Cash Ratio (Rasio Kas)

Hasil pengukuran rasio kas dari tahun 2017 ke tahun 2018 juga
mengalami penurunan. Jika semula pada tahun 2017 rasio kas sebanyak 63%,
pada tahun 2006 turun menjadi 75%.

Jika hasil rasio perusahaan pesaing untuk rasio kas adalah 8%,
perusahaan berada dalam kondisi memuaskan karena masih di atas pesaing.
Hanya saja perlu diantisipasi apakah penggunaan kas sudah dilakukan secara
optimal karena rasio kas yang tinggi dicurigai karena manajemen belum
melakukan pengelolaan secara baik, artinya adanya kas yang idle (menganggur)
dan tentu saja ini dapat merugikan perusahaan.

4. Cash Turn Over (Rasio Perputaran Kas)

Hasil pengukuran rasio perputaran kas dari tahun 2017 ke tahun 2018
juga mengalami penurunan. Jika semula pada tahun 2017 rasionya sebesar
158%, pada tahun 2018 turun menjadi 155%. Ini berarti perusahaan tidak
memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menutupi biaya-biaya perusahaan.
23

Jika hasil rasio perputaran kas perusahaan pesaing sebesar -406%, maka
kondisi perusahaan baik pada tahun 2017 maupun 2018 dapat dikatakan
memuaskan karena jauh di atas perusahaan pesaing.

5. Inventory to Net Working Capital

Hasil pengukuran inventory to net working capital dari tahun 2017 ke


tahun 2018 mengalami kenaikan. Jika semula pada tahun 2017 rasio inventory
to net working capital sebanyak 87% pada tahun 2018 naik menjadi 92%.

Jika hasil inventory to net working capital pada perusahaan pesaing


sebesar -97, maka rasio perusahaan ini untuk tahun 2017 dan tahun 2018 dinilai
baik karena hasil rasio berada di atas hasil rasio perusahaan pesaing.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Rasio likuiditas adalah suatu indikator tentang kemampuan perusahaan
yang membayar semua kewajiban finansial jangka pendek ketika sudah
jatuh tempo dengan mempergunakan aktiva lancar yang masih tersedia atau
dengan kata lain bisa menggambarkan kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban/utang jangka pendek.
2. Komponen rasio likuiditas terdari unsur-unsur yang terdapat pada aktiva
lancar dan utang lancar serta modal kerja.
3. Secara umum, tujuan dan manfaat dari rasio likuiditas adalah sebagai
gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam membayar utang
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar secara keseluruhan,
menggunakan aktiva lancar yang dikurangi persediaan, dan menggunakan
kas.
4. Rasio likuiditas terdiri dari rasio lancar, rasio cepat, rasio kas, rasio
perputaran kas, dan inventory to net working capital.
5. Secara keseluruhan hampir semua rasio pada perusahaan PT. Indofood
Sukses Makmur mengalami penurunan dari tahun 2017 ke tahun 2018,
kecuali pada inventory to net working capital, perusahaan justru mengalami
kenaikan. Kemudian jika dibandingkan dengan perusahaan pesaing yang
sejenis, maka dapat dikatakan perusahaan ini berada dalam kondisi baik atau
memuaskan karena semua hasil rasio menunjukkan bahwa hasil rasio
perusahaan ini berada jauh di atas perushaan pesaing yang sejenis.

24
B. Saran
Dalam proses penyusunan makalah ini tentu masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.

25
LAMPIRAN

26
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.


www.indofood.com
www.unilever.co.id

27

Anda mungkin juga menyukai