Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyalahgunaan Narkoba dan obat-obatan berbahaya ( Narkoba ) di


Indonesia berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional
bekerjasama dengan pusat penelitianKesehatan Universitas Indonesoa
tahun 2015 tentang survei nasional prevalensi penyalahgunaan narkoba
telah mencapai 2,20% atau 4.098.029 orang yang pernah pakai narkoba
yang banyak dikonsumsi dalam setahun terakhir adalah remaja SMA dan
yang belum menikah.[1]

Prilaku pengguna narkoba hampir sebagian 47% mengaku menggunkan


ganja sebelum menggunakan narkoba diikuti oleh pil koplo dan shabu Dan
jenis narkoba yang banyak dikonsumsi adalah ganja, ganja sendiri
terkomsumsi sebanyak (25%), Shabu (12%), Ekstasi ( 5% ) dan tramadol
(5%).[2]
Program pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika atau sering disebut demgan P4GN,Sedangkan
BNN terus mensosialisasikan dan merehabilitasi penyalahgunaan narkoba
dengan cara melakukan pencegahan melalui materi-materi Pencegahan dan
Pemberantasan Penyalahgunaan Perederan Gelap Narkoba ( P4GN ) yang
disisipkan dalam buku siswa, Silabus dan hal terkait lainnya yang terhubung
dengan dunia pendidikan, selain beberapa hal tersebut pencegahan melalui
guru pembimbing yang dibuatkan buku panduan P4GN melalui organisasi
disekolah ekstrakulikuler dan usaha kesehatan sekolah juga dilakukan.
Narkoba tersebar tidak hanya dipusat perkotaan saja namun sudah
merambah ke area pedesaan, Khususnya dikota Surakarta,dan hal tersebut

1 www.bnn.go.id/_multimedia/document/20180508/BUKU_HASIL_LIT_2017.pdf
2 Septiningsih,’’ Bahay Narkoba dikalangan pelajar dan upaya penanggulangannya.’’Hlm.

I-1
sangat merugikan masyarakat, negara maupun generasi muda dan nilai-nilai
suatu budaya bangsa dan hal tersebut akan melemahkan jiwa nasionalisme.
Dari data hasil survey Prevelansi setahun terakhir berdasarkan tingkat
ketergantungan bisa dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:

No Keterangan Pengguna Pengguna ( Angka tersebut adalah


data hasil dari
(%) (Org)
prevelansi tahun 2017
Coba pakai 0,92% 1.908.319
1 yang dihitung melalui
Orang jumlah populasi usia
Teratur 0,53% 920.100 10-59 tahun Sebanyak
2
pakai Orang 190.650.400
Orang).Data tersebut
pecandu 0,3% 489,917
diambil dari data
3 suntik Orang
excutive summary
BNN.Hal.30
pecandu 0,3% 58.498 orang
4
suntik

Tabel 1.1 Tabel Prevelansi BNN th.2017

Sedangkan tingkat prevelansi akan disajikan dalam table berikut dibawah ini
:
a. Data Hasil Survei Berdasarkan Status Perkawinan

Gambar 1.1 Berdasarkan Status Perkawinan (Sumber: BNN 2017 )

I-2
b. Data Hasil Survei berdasarkan data pendidikan dan usia

Gambar 1.2 Berdasarkan Status Pendidikan (Sumber: BNN 2017 )


c. Data Hasil Survei berdasarkan data pendidikan dan usia

Gambar 1.3 Berdasarkan Status pendiddikan (Sumber: BNN 2017 )

Sedangkan berikut ini terlampir data Laporan Mingguan Narkoba Skala


Nasional.
Barang Bukti Pemakaian
No Satker Kriminal Total Jml.Tersangka Ket
Ganja Sabu Xct Gorilla Psikotropika Baya Obat

1 SUMATERA UTARA 230 313 18,886,33 11,588,37 124


2 METRO JAYA 112 140 120,667 4,321,63 521 7,39 20,011
3 JAWA BARAT 53 62 272,86 4,249 14,904 1468
4 JAWA TENGAH 47 56 12,59 933 25 4,17 & 24 10
5 RIAU 25 29 87,9 1.622,66 360
6 SUMATERA SELATAN 18 16 2,906 2,362 27,5
7 KALIMANTAN TIMUR 28 32 113,67 18
8 SULAWESI SELATAN 17 27 350,332 5
9 KALIMANTAN SELATAN 21 28 15,291 5 284
10 KALIMANTAN BARAT 17 19 84,984 127

Gambar 1.4 Berdasarkan Laporan BNN (Sumber: news.detik.com 2018 )

I-3
Grafik 1.1 Jumlah Narapidana Perprovinsi
Sumber : Jurnal Data Puslitdatin Tahun 2018

Dari tabel yang sudah disajikan diatas tersebut Indonesia mengalami


peningkatan pemakaian narkotika yang signifikan, termasuk Jawa Tengah
yang diklaim gawat narkoba didaerah solo ( Surakarta ).
Presiden RI Joko Widodo dinilai memainkan peran penting dalam
upayanya mendorong lahirnya Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK)
Surakarta atau Solo. Pembentukan BNNK Solo penting lantaran daerah
tersebut paling rawan penyelundupan narkotika di wilayah Jawa Tengah.

I-4
Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Tengah Brigadir Tri Agus
Heruprasetyo mengatakan, Kota Surakarta menjadi kota paling rawan
terhadap penyelundupan dan penyalahgunaan narkotika. Oleh karenanya,
dalam waktu dekat BNNK Solo akan segera direalisasikan.[3]

Grafik 1.2 Jumlah Narapidana Perprovinsi Berdasar Bandar/Pengedar


Sumber : Jurnal Data Puslitdatin Tahun 2018

Selama ini para korban ketergantungan narkotika dan obat terlarang di


Surakarta Melakukan pengobatan pada rumah sakit umum, rumah sakit jiwa

3
Nazar Nurdin, Diaskes di
https://regional.kompas.com/read/2016/10/23/08262251/solo.paling.rawan.na
rkoba.di.jateng.pembentukan.bnnk.dinilai.mendesak.

I-5
atau praktek dokter dan psikiater. Tetapi tempat-tempat tersebut kurang
memenuhi syarat sebagai wadah pengobatan korban ketergantungan
narkoba, karena di tempat-tempat tersebut titik beratnya adalah
penyembuhan atau pengeluaran racun dari dalam tubuh,sedangkan untuk
pemantapan jiwa korban sangat minim, sehingga sangat diperlukan Pusat
Rehabilitasi disurakarta melihat dari data-data yang sudah disampaikan oleh
penulis.
Peninjauan lokasi akan dilakukan sebagai bahan pertimbangan sehingga
mampu membuat sebuah desain yang diinginkan dengan fasilitas dan
sirkulasi human yang mampu memberikan kesan nyaman dan mampu
memberikan tingkat penyembuhan bagi pengguna narkotika untuk lebih
mendapat perhatian dan proses penyembuhan yang relative lebih baik serta
mempertimbangkan perilaku-perilaku dan aspek – aspek user sebagai
penghuni bangunan yang dimaksud.sehingga bangunan arsitektur mampu
mendukung fungsi dari bangunan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang diuraiakan adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana mengenal dan mengetahui secara konprehensif bentuk
bangunan serta fungsinya ?
b. Bagaimana mewujudkan kenyamanan kepada pengguna narkoba di
Pusat Rehabilitasi narkoba yang menerapkan konsep dan pendekatan
hierarkiri-hierarkiri yang dimaksud?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam seminar Tugas Akhir ini adalah
a. Untuk merancang bangunan rehabilitasi yang nyaman dan sesuai
dengan aspek-aspek yang diinginkan pada Bangunan Pusat
Rehabilitasi Narkoba tersebut.

I-6
b. Untuk mewujudkan kenyamanan kepada pengguna narkoba di
Pusat Rehabilitasi narkoba yang menerapkan konsep dan
pendekatan hierarkiri-hierarkiri yang dimaksud.
c. Untuk mengenal dan mengetahui secara konprehensif tidak hanya
secara bentuk bangunan dan fungsinya namun juga proses
rehabilitasi itu sendiri agar ketika merancang bangunan panti bukan
hanya indah secara arsitektur maupun interior tapi juga tepat guna
sesuai fungsinya dan tentu saja akan tambahkan beberapa nilai
plus dibanding panti rehabilitasi yang sudah ada.
1.3.2 Manfaat
Adapun manfaat dari pengkajian obyek dalam Seminar Tugas Akhir ini
Adalah :

a. Bagi Penulis
- Mengetahui bagaimana menerapkan program ruang dan
kebutuhan-kebutuhan pada pusat rehabilitasi yang dimaksud.
- Mengetahui sarana dan prasarana yang terdapat di Pusat
Rehabilitasi Narkotika sehingga mampu memberikan solusi yang
baik pada bangunan tersebut, dengan begitu permasalahan yang
ditimbulkan bisa diatasi dan diselesaikan dengan baik.
- Untuk memenuhi salah satu persyaratan mengikuti Tugas Akhir di
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Krisnadwipayana
- Memberikan pengetahuan bahayanya narkotika bagi diri sendiri.
b. Bagi Masyarakat
- Dapat dijadikan bahan acuan yang mendasar sesuai dengan
peraturan-peraturan yang berlaku di daerah maupun secara
nasional.
- Memberikan informasi bahwa bagi para pecandu narkotika sudah
mempunyai tempat khusus untuk proses penyembuhan.

I-7
1.4 Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan yang akan disampaikan oleh penulis
meliputi, Sarana dan prasarana bangunan rehabilitasi serta bangunan
fasilitas yang dibutuhkan oleh bangunan pusat rehabilitasi yang akan ditinjau
dan dijadikan obyek di Seminar Tugas Akhir ini.sehingga ruang lingkup yang
akan dibahas tidak terlampau luas.

1.5 Metode Pembahasan


a. Data primer
 Survey lapangan untuk mengetahui situasi dan kondisi lokasi / site,
visualisasi kawasan sekitar dan pusat rehabilitasi yang dimaksud.
 Wawancara dengan pihak-pihak terkait sebagai bahan referensi dan
acuan dalam perencanaan dan perancangan desain.
b. Data sekunder
 Survey literatur untuk mendapatkan referensi berupa teori-teori,
dalam hal ini adalah teori mengenai bangunan dengan arsitektur
 modern, teori mengenai tampilan bangunan dengan pendekatan
arsitektur modern, teori mengenai persyaratan ruang dan besaran
ruang.
 Literatur diperoleh melalui buku panduan, situs internet, dan lain-
lain.
c. Diskusi dengan dosen pembimbing
d. Photo visual atau Dokumentasi
 Melakukan survey lapangan untuk mendapat rekaman segala
aktifitas yang dilakukan dari aktfitas User, maupun non user yang
berada diarea site tersebut.

I-8
1.6 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Berisi Tentang latar belakang permaslahan, rumusan masalah,


tujuan, manfaat, ruang lingkup, metode penelitian, serta sistematika
pembahasan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI

Berisi tentang pengertian tentang pusat rehabilitasi, jenis


narkotika, program Pemulihan, dan element-element arsitektur.

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Menguraikan data mengenai lokasi, site plan, dan data khusus


tentang tapak perencanann.

BAB IV PEMBAHASAN

Berisi tentang uraian-uraian tema perancangan dan metode-


metode perancangan.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Pembahasan data berupa konsep perancangan yang akan


digunakan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan dan saran mengenai bagaimana


bangunan ini berperan dalam perancangan bangunan.

I-9
1.7 Kerangka Berfikir

PENGGUNA NARKOTIKA

BALAI REHABILITASI NARKOTIKA

PERMASALAHAN

TINJAUAN UMUM TINJAUAN TINJAUAN KHUSUS


PERANCANGAN BRN LOKASI KONSEP ARSITEKTUR
ASPEK PRILAKU ASPEK PRILAKU

STUDI KASUS
STUDI KASUS

BALAI REHABILITASI
NARKOTIKA
DENGAN PENDEKATAN

ASPEK PRILAKU

I - 10

Anda mungkin juga menyukai