Anda di halaman 1dari 35

Upaya Tata Kelola Gangguan Penggunaan NAPZA,

Kebijakan Penyelenggaraan IPWL & PTRM

Tim Kerja Tata Kelola Gangguan Penggunaan NAPZA

Direktorat Kesehatan Jiwa


Kementerian Kesehatan RI
2023
INDIKATOR KINERJA KEGIATAN DIREKTORAT
ALUR SKRINING
TOPIK APLIKASI SELARAS, SINAPZA DAN SIQUALITY
(WHO-QOL)
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN IPWL DAN SNI DI
LAYANAN REHABILITASI
PENYELENGGARAAN PTRM
New Psychoactive Substances (NPS)/ Zat Psikoaktif
Penelitian BNN, BRIN, BPS tahun 2021 Baru

1.150
Angka prevalensi setahun terakhir
meningkat dari 1,8 % (2019)menjadi Perkembangan NPS menciptakan celah
1,95% (2021)atau hampir 3,7 juta jiwa bagi kejahatan dikarenakan banyak
penduduk melakukan penyalahgunaan NPS yang beredar narkotika jenis baru yang belum diatur
narkoba.
di Dunia oleh hukum.

Usia pertama kali


menggunakan Narkoba:
19 tahun di perdesaan
20 tahun di perkotaan

12-15 15-30 30-45 45-60 60-95 91 89 2


Terjadi peningkatan keterpaparan NPS yang sudah diatur belum diatur
terhadap narkoba pada usia 15-24 tahun beredar di dalam dalam
Indonesia Permenkes Permenkes
4%
3 Jenis
Narkoba 24% Ganja Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2022
pertama kali Shabu tentang Perubahan Penggolongan Narkotika.
dikonsumsi 59,10%
Dextro

3
Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Kesehatan Jiwa
Tahun 2022 - 2024

TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024

30%
Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko
masalah kesehatan jiwa yang mendapatkan skrining
60% 90%

Persentase penyandang gangguan jiwa yang 30%


2
memperoleh layanan di Fasyankes
60% 90%

Jumlah penyalahguna napza yang mendapatkan


10500 11000 11500
pelayanan rehabiltasi medis

4
Indikator 3
TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024

Jumlah penyalahguna napza yang mendapatkan


pelayanan rehabiltasi medis 10500 11000 11500

Definisi Operasional
Jumlah penyalahguna NAPZA baru yang datang secara sukarela dan/atau pembantaran dan/atau kasus
putusan pengadilan dan/atau mendapatkan layanan rehabilitasi medis rawat jalan dan/atau rawat inap di
Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)

Cara Penghitungan
Jumlah kumulatif penyalahguna NAPZA baru yang datang secara sukarela dan/ atau
pembantaran, dan/ atau kasus putusan pengadilan dan/ atau mendapatkan layanan rehabilitasi
medis rawat jalan dan/ atau rawat inap di IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor).

Data didapatkan dari pelaporan IPWL dan aplikasi Sistem Elektronik Pencatatan dan Pelaporan
Rehabilitasi Medis (SELARAS) dan/atau Dinas Kesehatan Provinsi
5
Prevalensi Target (Kumulatif)
Jumlah Pengguna NAPZA
No. Provinsi Baseline
Kab/Kota Satu Tahun
Terakhir 2020 2021 2022 2023 2024

1 Gorontalo 6 1,19 0 6 12 18 23 29

2 Sulbar 6 1,70 1 7 13 19 24 30

3 NTT 22 0,99 2 23 45 66 88 109

4 Sultra 17 1,58 2 19 35 52 68 85

5 Sulut 15 1,71 3 18 32 47 61 76

6 Papua Barat 13 1,64 3 16 28 41 54 66

7 Papua 29 1,70 5 33 61 90 118 146

8 Maluku 11 1,59 6 17 27 38 49 60

9 Maluku Utara 10 1,52 12 22 31 41 51 61

10 Kaltara 5 1,07 14 19 24 29 33 38

11 Sulteng 13 1,70 14 27 39 52 65 77

Berdasarkan Prevalensi Pengguna Napza Satu Tahun Terakhir, sumber Survei BNN 2017
6
Prevalensi Target (Kumulatif)
Jumlah Pengguna
No. Provinsi Baseline
Kab/Kota NAPZA Satu
2020 2021 2022 2023 2024
Tahun Terakhir
12 Kepri 7 1,71 27 34 41 47 54 61
13 Sulsel 24 1,95 30 53 77 100 123 147
14 Sumut 33 2,53 69 101 133 165 197 230
15 Babel 7 1,49 72 79 86 92 99 106
16 Bengkulu 10 1,68 100 110 119 129 139 149
17 Banten 8 1,83 150 158 166 173 181 189
18 Bali 9 1,62 155 164 173 181 190 199

19 Jambi 11 2,02 184 195 205 216 227 238


20 DIY 5 1,19 191 196 201 206 210 215
21 Kalteng 14 1,98 194 208 221 235 248 262
22 DI Aceh 23 1,69 207 229 252 274 296 319
23 Kalbar 14 1,57 241 255 268 282 295 309
24 Jateng 35 1,16 244 278 312 346 380 414
Berdasarkan Prevalensi Pengguna Napza Satu Tahun Terakhir, sumber Survei BNN 2017
7
Prevalensi Target (Kumulatif)
Jumlah Pengguna
No. Provinsi Baseline
Kab/Kota NAPZA Satu 2020 2021 2022 2023 2024
Tahun Terakhir
25 NTB 10 1,80 301 311 320 330 340 350
26 Lampung 15 1,94 393 408 422 437 451 466
27 Sumbar 19 1,78 416 434 453 471 490 508
28 Kaltim 10 2,12 502 512 521 531 541 551
29 Jatim 38 1,72 529 566 603 640 677 714
30 Jabar 27 1,83 730 756 783 809 835 861
31 Riau 12 1,87 795 807 818 830 842 853
32 DKI Jakarta 6 3,34 1.115 1.121 1.127 1.133 1.138 1.144

33 Sumsel 17 1,40 1.177 1.194 1.210 1.227 1.243 1.260

34 Kalsel 13 1,97 1.116 1.129 1.141 1.154 1.167 1.179

TOTAL 9.000 9.500 10.000 10.500 11.000 11.500

Berdasarkan Prevalensi Pengguna Napza Satu Tahun Terakhir, sumber Survei BNN 2017
8
Target Penyalahguna NAPZA baru Yang Direhabilitasi Medis

Penyalahguna NAPZA baru yang:


1.Datang secara sukarela ke IPWL
• Datang dari kesadaran sendiri
• Rujukan dari hasil skrining ASSIST
2.Kasus Pembantaran
3.Kasus terpidana

9
Indikator Kinerja Program Kesehatan Jiwa 3:
Jumlah Penyalahguna NAPZA yang Mendapatkan Layanan Rehabilitasi Medis
14.000

12.492

12.000
10.826 11.000
10.500
10.000 10.149
10.000 9.500 9.585

8.000

6.000

4.000

2.000

-
2020 2021 2022 2023

Sumber: Data Rutin Direktorat Kesehatan Jiwa th 2023


10
Penyalahguna NAPZA yang Mendapatkan Pelayanan Rehabilitasi
Medis
1800
1676
1589
1600
1457
1400

1200
985
1000 925
870
800

568
600 509 506 532
428
400 326 320 317
277 272 253
200 150 135 122
69 79
39 27 14 14 12 6 5 4 3 2 1 0
0

Sumber: Data Rutin Direktorat Kesehatan Jiwa th 2023 11


Sasaran: Deteksi Dini
Usia 4-10 Sasaran:
Usia 11-18 Usia >18

SDQ SRQ-20
Alur Skrining
Normal Borderline Abnormal ≥6 <6 namun soal
no. 17 diisi “YA”
<6 Gangguan
Penggunaan
Edukasi


Konseling oleh guru
KAP Kesehatan Jiwa
• KAP Kesehatan
Jiwa
• KAP Kesehatan
Jiwa Edukasi
NAPZA
• Prevensi • Prevensi
Kesehatan • Prevensi Gangguan Gangguan Jiwa Gangguan Jiwa
Kesehatan
Jiwa Jiwa • Rujuk ke • Rujuk ke Jiwa
• Rujuk ke Fasyankes Fasyankes Fasyankes

Fasyankes
Pemeriksaan Sasaran:
lanjutan, Individu dengan indikasi

wawancara ASSIST penyalahgunaan NAPZA


berusia >10 tahun
psikiatrik multidisiplin

Tidak Ada Diagnosis gangguan Risiko Risiko Risiko


Gangguan Jiwa jiwa Rendah Sedang Tinggi

FKTP yang FKTP Rujuk ke IPWL


Pemberian
• KAP Kesehatan telah non- untuk asesmen
Tatalaksana KIE
Jiwa ditetapkan IPWL lanjutan dan
pencegaha
• Prevensi Multidisiplin sebagai IPWL Rehabilitasi
n NAPZA
gangguan jiwa medis

Pemberian KIE,
Pemberian KIE, konseling, rujuk ke
asesmen lanjutan, IPWL untuk
konseling pemeriksaan
lanjutan 12
APLIKASI NAPZA BERBASIS WEB DAN
ANDROID

SINAPZA

• Deteksi Dini instrument SELARAS


ASSIST untuk
Penyalahguna Napza
berbasis android • Sistem Pencatatan dan Pelaporan
• Dilakukan di FKTP Rehabilitasi Medis berbasis Web
• Dilakukan pada populasi • Data pengguna napza di rehabilitasi
berisiko tinggi/penduduk medis
rentan, yaitu Siswa SMP, • Data deteksi dini
SMU dan populasi kunci.
• Menginput klaim pelayanan
pengguna napza di IPWL/faskes
Deteksi Dini Instrumen ASSIST Digital

14
SIQUALITY

• Instrumen WHO-QoL versi digital yg


dapat diunduh melalui Google
Playstore
• Dilakukan pengukuran kualitas hidup
klien di IPWL saat masuk dan sebelum
keluar rehab medis NAPZA
• Terhubung dengan SELARAS → hasil
dapat dilihat di SELARAS

15
Panduan Operasional SELARAS, SINAPZA, dan SIQUALITY dapat diunduh melalui:
https://drive.google.com/file/d/1ZUSe85GY7suSfbjxVnS9sa4CGiKVL7ZS/view?usp=sharing

16
Kebijakan Penyelenggaraan Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)

17
Amanat UU dalam layanan rehabilitasi
DASAR PEMBENTUKAN IPWL
UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika

PP No. 25 tahun 2011 tentang Wajib Lapor

KMK 2020 tahun 2023 ttng Penetapan


IPWL dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pengampu dan Satelit PTRM

PMK No. 4 Tahun 2020 ttng IPWL

PMK No. 17 tahun 2023 ttg Perubahan PMK 4 Th


2020 ttg IPWL

SE Menkes SK Dirjen Kesmas Nomor HK.02.02/B/111/2023


no.HK.02.01/Menkes/683/2020 Tentang Tim Pelaksana Kegiatan Verifikasi Klaim
ttg Penyelenggaraan Institusi Penerima Rehabilitasi Medis di IPWL Tahun 2023
Wajib Lapor & Pembiayaan IPWL
KETENTUAN UMUM
Permenkes No. 4 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan IPWL
Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
1 IPWL adalah pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi
yang ditunjuk oleh pemerintah

Wajib Lapor
Wajib Lapor adalah kegiatan melaporkan diri yang dilakukan oleh pecandu Narkotika
yang sudah cukup umur atau keluarganya, dan/atau orang tua atau wali dari pecandu
2 narkotika yang belum cukup umur kepada institusi penerima Wajib Lapor untuk
mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis.
Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk
3 membebaskan pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahgunaan Narkotika dari
ketergantungan Narkotika

20
Total IPWL by
Sebaran Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) di Indonesia
KMK RI NO.HK.01.07/MENKES/2020/2023 TTG PENETAPAN IPWL & FASIYANKES PENGAMPU & SATELIT PROGRAM TERAPI RUMATAN METADONA
Provinsi:
1. Aceh: 72 SUMATERA
ACEH RIAU SULBAR
2. Sumut: 41 PKM: 48 / 351 UTARA PKM: KALTENG KALTIM
PKM: 0 / 95 SULUT
PKM: 3/ 226 PKM: 1/ 200 PKM: 21 / 185
3. Riau: 16 Klinik/loka: 11 14 / 596 Klinik/loka: 7 Klinik/loka: 2 Klinik/loka: 5
Klinik/loka: PKM: 9 /
Klinik/loka: 16
4. Kepri: 10 RS: 13
RS: 11
RS: 6 RS: 10 RS: 14
1
RS: 3
193
Klinik/loka:
5. Jambi: 44 5
6. Sumbar: 37 KEP. RIAU
KALBAR KALTARA GORONTALO RS: 6
7. Sumsel: 85 SUMATERA PKM: 0 / 84
PKM: 8 / 244
Klinik/loka:
PKM: 1 / 56 PKM: 2 / 93 MALUT
Klinik/loka: 1
8. Lampung: 80 BARAT Klinik/loka: 5
9 RS: 1
Klinik/loka: 4 PKM: 0 /
PKM: 27/ 275 RS: 5 RS: 4
9. Bengkulu: 10 Klinik/loka: 3
RS: 4 144
Klinik/loka:
10. Babel: 47 RS: 7 2
11. Banten: 13 RS: 2
BENGKULU
12. DKI Jakarta: 40 PKM: 0 / 180 PAPUA
13. Jabar: 66 Klinik/loka: 2 PKM: 0 / 408
14. Jateng: 37 RS: 8 Klinik/loka: 3
15. DIY: 9 JAMBI
RS: 2

16. Jatim: 47 PKM: 27 /


197
17. Bali: 14 Klinik/loka:
PAPBAR
KALSEL
18. NTB: 11 5 SUMATERA
PKM: 4 / 234 SULTENG
PKM: 0 / 159
Klinik/loka: 1
RS: 12
19. NTT: 25 SELATAN
Klinik/loka: 6 PKM: 1 / 206 RS: 1
PKM: 74 / 341
20. Kalbar: 21 Klinik/loka: 7
RS: 9 Klinik/loka: 6 PAPTENG
PKM: 0 /
21. Kalteng: 13 LAMPUNG RS: 4
RS: 4
Klinik/loka: 1
PKM: 55 / 307
22. Kalsel: 19 Klinik/loka: 4 RS: 0
KEP.
23. Kaltim: 40 RS: 21
BABEL
24. Kaltara: 3 PKM: 34 / 64
25. Sulut: : 20 Klinik/loka: SULSEL
MALUKU
26. Gorontalo: 10 BANTEN 6
RS: 7
PKM: 3 / 458
Klinik/loka: PKM: 0 / 209
27. Sulbar: 4 PKM: 5 / 242
Klinik/loka: 3
JAWA SULTRA
7 Klinik/loka: 3
TIMUR PKM: 0 / 285
28. Sulsel: 37 RS: 5 DKI
PKM: 6 / 968 Klinik/loka:
RS: 27 RS: 2

29. Sulteng: 11 JAKARTA Klinik/loka: 4


PKM: 18 / 321
30. Sultra: 6 Klinik/loka:
14 RS: 2 NTT
RS: 27
31. Maluku: 5 13
JAWA TENGAH
PKM: 5 / 384
Klinik/loka: 5
BALI NTB
32. Malut: 4 RS: 9
PKM: 8/ 878 DIY PKM: 5 / PKM: 0 / RS: 15
33. Papua: 5 JAWA Klinik/loka: 9 PKM: 3 / 121
Klinik/loka:
120 166
RS: 20
34. Papua Tengah: 1 BARAT 2
Klinik/loka:
5
Klinik/loka:
4
PKM: 40 /
35. Papbar: 2 1072
RS: 4 RS: 4 RS: 7
TOTAL: 905 Klinik/loka: 10 21
RS: 16
Pelayanan Terapi Rehabilitasi Medis Narkotika

Pelayanan Gawat Darurat


Manajemen Putus Zat
Rawat Jalan Rumatan
Penapisan dan Pengkajian
Intervensi Psikososial
Rehabilitasi Rawat Inap
Komorbiditas Fisik
Dual Diagnosis dan/atau Uji Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya
Persyaratan Pengajuan Fasyankes sebagai IPWL
Untuk dapat ditetapkan sebagai IPWL, pusat kesehatan
masyarakat, rumah sakit, klinik pratama, dan klinik utama harus memenuhi syarat

Ketenagaan
memiliki izin operasional yang berlaku sesuai • Dokter
dengan ketentuan peraturan perundang- • Perawat yang terlatih di bidang gangguan
undangan penggunaan Narkotika
• Apoteker (Penyelenggara terapi rumatan)

IZIN OPERASIONAL SDM

12 IPWL wajib bekerja sama dengan dengan


fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki
apoteker.

PELAYANAN TERAPI REHABILITASI MEDIS


43 FASILITAS
NARKOTIKA

pelayanan gawat darurat, manajemen memiliki fasilitas pelayanan rawat jalan


putus zat, rawat jalan rumatan, penapisan dan dan/atau rawat inap yang memenuhi standar
pengkajian, intervensi psikososial, rehabilitasi pelayanan rehabilitasi Narkotika.
rawat inap, komorbiditas fisik, dual
diagnosis/komorbid psikiatrik, dan/atau uji
mungkin terjadiI, prognosis terhadap tindakan
Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya.
yang dilakukan; dan perkiraan pembiayaan.
PERSYARATAN PENETAPAN IPWL UNTUK LEMBAGA LAIN YANG MELAKSANAKAN
REHABILITASI MEDIS BAGI PECANDU, PENYALAHGUNA, DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA
KEMAMPUAN PELAYANAN

pelayanan gawat darurat, penapisan dan pengkajian, intervensi


psikososial, uji Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya,
PERSETUJUAN DARI MENTERI SEBAGAI LEMBAGA
rujukan manajemen putus zat, dan rujukan rawat jalan rumatan.
REHABILITASI MEDIS
FASILITAS PELAYANAN RAWAT JALAN
• memiliki ruang periksa;
• memiliki program rawat jalan berupa intervensi psikososial sederhana;
KETENAGAAN
• memiliki standar prosedur operasional untuk layanan Rehabilitasi Medis
Dokter Narkotika rawat jalan.
perawat yang terlatih di
bidang gangguan pengunaan Narkotika. SUMBER DAYA MANUSIA
Jika belum memenuhi → Lembaga Rehabilitasi Medis wajib bekerja
sama dengan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang ditetapkan
sebagai IPWL.
ALUR PENGAJUAN PENGUSULAN IPWL BARU

IPWL Dinkes Kab/Kota


mengusulkan Melampirkan kompilasi dan
tertulis ke syarat-syarat tertulis usulan ke
Dinkes Kab/Kota Dinkes Prov

Dinkes Prov
Tim tsb bertugas Dirjen Yankes
meverifikasi dok
validasi dok dan membentuk Tim
pengusulan dan
memberikan Adhoc terdiri dari
tertulis bersurat ke
rekomendasi Dirjen Yankes dan
Dirjen Yankes cc
kepada Menteri Dirjen Kesmas
Dirjen Kesmas
Lampiran Usulan Sebagai IPWL
Fotokopi izin operasional bagi pusat
kesehatan masyarakat, rumah sakit, klinik
pratama, dan klinik utama, atau persetujuan
dari Menteri sebagai lembaga rehabilitasi
medis bagi lembaga lain yang melaksanakan
rehabilitasi medis bagi pecandu,
fotokopi sertifikat tenaga kesehatan yang terlatih di
penyalahguna, dan korban penyalahgunaan
bidang gangguan penggunaan Narkotika
Narkotika

Profil yang meliputi:


• struktur organisasi kepengurusan standar prosedur operasional pelayanan rawat
• tenaga kesehatan terlatih jalan dan/atau rawat inap
• Sarana
• Prasarana
• Peralatan
• pelayanan rehabilitasi yang diberikan
PEMBIAYAAN DAN PEMBAYARAN KLAIM
PMK No. 17 tahun 2023 Atas Perubahan PMK 4 Th 2020 Tentang IPWL
✓ Pembiayaan penyelenggaraan pelayanan di IPWL bagi pecandu, penyalahguna, dan korban
penyalahgunaan Narkotika warga negara Indonesia yang termasuk fakir miskin atau orang tidak
mampu dibebankan pada anggaran Kementerian Kesehatan dibuktikan dengan:
a. Kepesertaan PBI; atau
b. Surat keterangan miskin atau surat keterangan tidak mampu dari lurah/kepala desa sesuai
domisili, atau surat keterangan lain yang berlaku di daerah.
✓ Pembiayaan penyelenggaraan pelayanan di IPWL yang dibebankan pada anggaran kementerian
kesehatan hanya untuk IPWL berupa puskesmas, rumah sakit, klinik pratama, dan klinik
utama milik kementerian kesehatan dan pemerintah daerah.
✓ Pembiayaan hanya dibayarkan 2 (dua) kali periode perawatan selama setahun.
✓ Kunjungan Rumah
a. Kunjungan rumah merupakan salah satu rangkaian rawat inap dan pembiayaannya mengacu
pada layanan rawat inap baik jenis, jumlah layanan per bulan maupun besaran biaya; dan
b. Kunjungan rumah dapat dilakukan dalam waktu 2 (dua) bulan pasca rehabilitasi medis.
Dalam rangka verifikasi pengajuan klaim, Dirjen
Kesmas menetapkan tim pelaksana kegiatan
verifikasi klaim setiap tahun:

TIM PELAKSANA KEGIATAN TIM PELAKSANA KEGIATAN


VERIFIKASI KLAIM VERIFIKASI KLAIM
(IPWL DAERAH) KEMENTERIAN KESEHATAN

IPWL wajib melakukan pencatatan dan


pelaporan penyelenggaraan pelayanan
IPWL yang dilakukan melalui sistem
informasi yaitu SELARAS
Keputusan Kepala BSN No. 655/KEP/BSN/12/2022 tentang
PENETAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA 8807:2022 PENYELENGGARA LAYANAN
REHABILITASI BAGI ORANG DENGAN GANGGUAN NAPZA SEBAGAI REVISI SNI
8807:2019

PERSYARATAN UMUM
• KELEMBAGAAN (LEGALITAS, STRUKTUR ORGANISASI, VISI MISI)
• PRINSIP PENYELENGGARAAN LAYANAN
• SISTEM RUJUKAN DAN JEJARING
• SISTEM PELAPORAN
• PENERIMAAN AWAL
• ASESMEN
• RENCANA TERAPI * REKAM REHABILITASI * MONITORING
PENYALAHGUNAAN NAPZA * EVALUASI LAYANAN

PERSYARATAN KHUSUS
• SARANA PRASARANA
• INTERVENSI MEDIS
• SUMBER DAYA MANUSIA

LAMPIRAN
• INSTRUMEN PENGUKURAN PERUBAHAN KUALITAS
HIDUP (WHO-QoL)
• INSTRUMEN PENGUKURAN KEPUASAN LAYANAN
• INSTRUMEN SKRINING (ASSIST)
• INSTRUMEN ASESMEN (ASI)
Program Terapi Rumatan Metadona (PTRM)

30
Maksud dan Tujuan Penyelenggaraan Layanan PTRM :
1. Menjamin tersedianya pelayanan kesehatan yang optimal bagi penyalahguna opiat
yang tidak dapat mempertahankan kondisi abstinensia secara berkelanjutan.
2. Meningkatkan kualitas hidup dari penyalahguna opiat yang tidak dapat
mempertahankan kondisi abstinensia secara berkelanjutan.

Sasaran :
Penyalahguna opiat yang tidak dapat mempertahankan kondisi abstinensia secara
berkelanjutan.

31
Sebaran Layanan PTRM 17 Provinsi di Indonesia
KMK RI NO.HK.01.07/MENKES/2020/2023 TTG PENETAPAN IPWL & FASIYANKES PENGAMPU & SATELIT PROGRAM TERAPI RUMATAN METADONA

Total PTRM Sumatera Utara


by provinsi:
Riau
1. SUMUT : 3
PKM: 1 RS: 1
2. SUMBAR : 1 RS: 2 Kalimantan Timur
3. JAMBI : 1 RS: 2
4. SUMSEL 2 Kepulauan Kalimantan Barat
5. BANTEN : 10 Riau PKM: 1
6. DKI JAKARTA ; 13 Sumatera Barat RS: 2
RS: 1 RS : 1
7. JABAR : 15 Lampung
8. JATENG : 7
9. DIY : 5
RS: 1
10. JATIM : 10
11. BALI : 6
12. SULSEL ; 5 Jambi
13. LAMPUNG : 1 RS: 1
14. KALTIM : 2
15. KALBAR : 3 SUMATERA SELATAN
16. KEPRI : 1 PKM:1
17. RIAU : 1
TOTAL : 85
RSJ: 1

Pengampu Banten
20 RS KM: 8
RS: 2
RS Satelit Sulawesi selatan
16 DKI Jakarta PKM : 3
Jawa Timur
PKM Satelit RSKO: 1 PKM: 5 RS : 2
44 PKM: 7
RS: 5
Rutan/Lapas: 4
Rutan/Lapas RS: 1 Jawa Tengah
5
DIY Bali
PKM: 4
Jawa Barat PKM: 3 PKM: 4
RS: 3
RS: 2 Lapas : 1
PKM: 7 32
RS: 8 RS: 1
Jumlah Pasien PTRM di Indonesia Tahun 2015 s/d 2022

2500
2300

2027
2000

1674

1500 1414
1302
1207
1041
965
1000

500

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

33
C
Cerdas intelektual
E
Empati dalam berkomunikasi
R
Rajin beribadah
I
Interaksi yang
A
Asah, asih, asuh
emosional dan spiritual efektif sesuai agama & bermanfaat bagi tumbuh kembang
keyakinan kehidupan dalam keluarga &
masyarakat

34
TATA TERTIB PESERTA ORIENTASI TATA LAKSANA
PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN NAPZA
➢ Peserta mengikuti rangkaian kegiatan Orientasi dari awal hingga selesai;
➢ Peserta mengganti nama dengan format (Nama_Instansi);
➢ Peserta On Cam saat berlangsungnya kegiatan serta menggunakan Virtual Bacground yang disediakan
oleh panitia;
➢ Peserta melakukan pengisian absensi (harus mengisi daftar hadir lengkap dari hari ke-1 s/d hari ke-3);
➢ Peserta harus aktif;
➢ Absensi akan dibuka pada saat berlangsungnya kegiatan dan akan ditutup menjelang kegiatan selesai.
Virtual Background dan Absensi
Scan Disini

Harap mengisi Email di daftar hadir dengan benar sertifikat akan dikirimkan melalui Email

Anda mungkin juga menyukai