Anda di halaman 1dari 72

PETUNJUK TEKNIS

PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
GANGGUAN MENTAL
EMOSIONAL & DEPRESI
DIREKTORAT P2 MASALAH KESEHATAN JIWA DAN NAPZA
KEMENKES RI
2021
01 PENDAHULUAN

02 LAYANAN GANGGUAN
MENTAL EMOSIONAL (GME)
OUTLINE
03 LAYANAN PENDERITA DEPRESI

04 PENCATATAN DAN
PELAPORAN

05 PENUTUP
01
PENDAHULUAN
Kegiatan Indikator Tahun
2020 2021 2022 2023 2024

IKP9
Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan
deteksi dini masalah kesehatan jiwa
330 380 430 480 514
dan penyalahgunaan NAPZA

Pencegahan dan
Pengendalian
Masalah Kesehatan IKK
Jiwa dan Napza
Persentase ODGJ berat yang
mendapatkan layanan 45 60 75 90 100
Penyalahguna Napza yang
mendapatkan pelayanan rehabilitasi 9500 10000 10500 11000 11500
medis

Persentase penderita Depresi pada


penduduk 15 tahun yang mendapat 10 20 30 40 50
layanan

Persentase penderita Gangguan Mental


Emosional (GME) pada penduduk 15 10 20 30 40 50
tahun yang mendapat layanan
LATAR BELAKANG
Usia Prevalensi N tertimbang
(%)
15 - 24 10,0 157.695
25 - 34 8,5 152.522
PREVALENSI GME DI 35 - 44 9,0 144.800
INDONESIA 45 - 54 10,0 119.070
14.0% 55 - 64 11,0 79.170

12% 65 - 74 12,8 37.491


12.0%
75+ 15,8 15.941
10.0% 10%

8.0%
6,1% Depresi pada
6% Prevalensi pada
6.0% penduduk usia > 15
perempuan lebih tahun
tinggi dari pada
4.0%
laki2 >12 juta
2.0%

0.0%
2007 2013 2018
Sumber: Litbangkes, Riskesdas Sumber: Litbangkes, Riskesdas 2018
TUJUAN
Tujuan Umum
Memberikan panduan teknis upaya pencegahan
dan pengendalian GME dan Layanan Depresi

Tujuan Khusus
● Meningkatkan pemahaman tentang kebijakan P2
GME dan Layanan Depresi
● Melaksanakan upaya promotif dan preventif dan
tatalaksana dini GME dan Depresi
● Melaksanakan surveilans GME dan Depresi
● Melaksanakan monev program P2 GME dan Depresi
SASARAN DAN RUANG
Sasaran LINGKUP
Pengelola program dan tenaga kesehatan di Dinas
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dan
Puskesmas/FKTP.
Ruang Lingkup
1. Indikator penderita GME dan Depresi yang
mendapat layanan,
2. Pencegahan dan pengendalian GME dan Depresi
melalui upaya promotif dan preventif
3. Pencatatan dan pelaporan
4. Monitoring dan evaluasi.
LANDASAN HUKUM

Permenkes
UU No.
36/2009 01 04 No.
21/2020

Permenkes
UU
No.18/2014
02 05 No.
25/2014

Permenkes
UU No.
35/2014 03 06 No.
67/2015
02
LAYANAN GME
PENGERTIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
DEFINSI
PENGERTIAN OPERASIONAL
Penderita gangguan mental
emosional pada penduduk >15
Gangguan mental tahun berdasarkan hasil deteksi
emosional adalah dini dengan menggunakan
perubahan dalam instrumen SRQ 20 dengan cut of
pikiran, perasaan dan point >6 pada usia > 18 tahun
perilaku yang dapat dan instrumen SDQ dengan hasil
mengganggu aktivitas ambang atau abnormal pada usia
sehari-hari, tapi tidak 15-18 tahun yang mendapatkan
dijumpai tanda dan layanan kesehatan berupa:
gejala gangguan dalam promosi kesehatan, dan/atau
daya nilai realita. prevensi, dan/ atau konseling,
dan/ atau penanganan awal,
dan/atau rujukan dan/ atau
penanganan lanjutan
PERSENTASE GANGGUAN MENTAL EMOSIONAL
Pada penduduk >15 tahun yang mendapatkan layanan

TUJUAN INDIKATOR

Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran


masyarakat akan pentingnya penanganan Mengenali secara dini gangguan mental emosional
gangguan mental emosional untuk membantu yang dapat memengaruhi produktifitas.
seseorang menjalani hidup secara berkualitas.

Meningkatkan akses layanan terhadap Menurunkan stigma terhadap masalah kesehatan


gangguan mental emosional jiwa dan gangguan jiwa
11
Rumus Jumlah penderita GME >15 tahun yang
= mendapat layanan dalam kurun waktu satu tahun
Perhitungan
X 100%
Jumlah estimasi penderita GME pada penduduk
>15 tahun di wilayahnya berdasarkan angka
prevalensi Riskesdas terbaru

KETERANGAN
Numerator: Jumlah penderita GME pada penduduk > 15 tahun Penderita GME: penduduk > 15 tahun yang dilakukan deteksi dini
di wilayah kerja Kab/Kota yang mendapatkan pelayanan dengan menggunakan instrument SRQ 20 dengan cut of point > 6 atau
kesehatan jiwa dalam kurun waktu satu tahun SDQ dengan hasil borderline/abnormal

Denominator: Jumlah penderita GME pada penduduk > 15 tahun Hasil estimasi penderita GME pada penduduk > 15 tahun diperoleh dari
berdasarkan estimasi di wilayah kerja Kab/Kota dalam kurun prevalensi GME data Riskesdas terbaru dikalikan jumlah penduduk
waktu satu tahun yang sama usia > 15 tahun di wilayah tersebut dalam kurun waktu yang sama
CONTOH PERHITUNGAN
Prevalensi GME berdasarkan data Riskesdas di Kota Samarinda adalah
9,58%

Jumlah penduduk > 15 tahun di Kota tersebut pada tahun 2021 adalah
665.122 orang

Estimasi Jumlah estimasi penderita GME pada penduduk > 15 tahun di Kota
penderita GME Samarinda tahun 2021 adalah (9,58/100) x 665.122 = 63.719
penderita GME
Target capaian Target capaian indikator penderita GME yang mendapat layanan pada tahun 2021
indikator sebesar 20%, yaitu 20% X 63.719 = 12.744 penderita GME

Bila jumlah penderita GME yang mendapat pelayanan kesehatan berupa promosi
Persentase kesehatan dan/atau konseling, dan/atau penanganan awal dan/atau penanganan
penderita GME lanjutan sebesar 10.000, maka persentase penderita GME yang mendapat
dapat layanan layanan adalah: (10.000/63.719) x 100 % = 15,7%.
PENENTUAN SASARAN

01 02 03
- Tentukan sasaran: jumlah
- Kab/ Kota mendistribusikan - Penduduk usia > 15 tahun yang
penduduk > 15 tahun di
target sasaran kepada telah dilakukan skirining dan
wilayah Kab/ Kota (A)
puskesmas di wilayah kerja, memenuhi kriteria GME kemudian
- Tentukan Prevalensi GME di
sesuai proporsi jumlah mendapatkan layanan maka dicatat
Kab/ Kota (B)
penduduk dan dilaporkan sebagai capaian
- Target tahun 2021: Penderita
Jumlah penduduk Kab/ Kota: Penderita GME> 15 tahun
GME > 15 tahun mendapatkan
(E) mendapatkan layanan.
layanan sebesar 20%
- Jumlah penduduk PKM (1):
Target Kab/ Kota= (A x B) x
(D) - Dalam 1 tahun berjalan, hanya 1
20%
- Target Puskesmas (1)= D/E kasus baru (kunjungan baru) yang
dikalikan target Kab/ Kota dilaporkan
Sasaran GME Tahun 2021 Provinsi Kalimantan Timur
NO Provinsi Jumlah Penduduk > Prevalensi GME** Sasaran GME Target 2021
15 Tahun*

1 Aceh 3.939.497 9% 354.555 70.911


2 Sumatera Utara 10.841.649 11,60% 1.257.631 251.526
3 Sumatera Barat 4.067.073 13% 528.719 105.744
4 Riau 5.049.607 10,40% 525.159 105.032
5 Jambi 2.734.843 3,60% 98.454 19.691
6 Sumatera Selatan 6.381.970 6,30% 402.064 80.413
7 Bengkulu 1.517.253 7,40% 112.277 22.455
8 Lampung 6.467.624 5,60% 362.187 72.437
9 Kep Bangka Belitung 1.118.882 11% 123.077 24.615
10 Kep Riau 1.758.658 5,50% 96.726 19.345
11 DKI Jakarta 8.253.528 10,10% 833.606 166.721
12 Jawa Barat 38.005.405 12,10% 4.598.654 919.731
13 Jawa Tengah 27.214.586 7,70% 2.095.523 419.105
14 DI Yogyakarta 3.166.931 10,10% 319.860 63.972
15 Jawa Timur 31.843.279 6,80% 2.165.343 433.069
16 Banten 9.786.573 14% 1.370.120 274.024
17 Bali 3.500.456 8,40% 294.038 58.808
18 Nusa Tenggara Barat 3.871.239 12,80% 495.519 99.104
19 Nusa Tenggara Timur 3.945.067 15,70% 619.376 123.875
20 Kalimantan Barat 3.840.509 10,90% 418.615 83.723
21 Kalimantan Tengah 2.048.584 7,40% 151.595 30.319
22 Kalimantan Selatan 3.193.981 7,80% 249.131 49.826
23 Kalimantan Timur 2.812.007 9,60% 269.953 53.991

*Estimasi jumlah penduduk berdasarkan data proyeksi Pusdatin Kemenkes


Sasaran GME Tahun 2021
Per Kab/ Kota Provinsi Kalimantan Timur JUMLAH
PUSKESMAS***
JUMLAH
NO KAB/KOTA PREVALENSI SASARAN TARGET 2021 TARGET PER TARGET
PENDUDUK > 15 (%)** PENDUDUK PKM PKM/BULAN
TAHUN* NON TOTAL
RAWAT RAWA
INAP T INAP
9 8 17
1 Paser 212.851 6,9 14.687 2.937 173 14
13 5 18
2 Kutai barat 113.702 11,95 13.587 2.717 151 13
17 15 32
3 Kutai Kartanegara 589.239 7,79 45.902 9.180 287 24
19 2 21
4 Kutai Timur 288.253 9,33 26.894 5.379 256 21
9 11 20
5 Berau 171.223 14,57 24.947 4.989 249 21
9 2 11
6 Penajam Paser Utara 119.707 8,45 10.115 2.023 184 15
570 4 1 5
7 Mahakam Hulu 19.956 14,28 2.850 114 9
9 18 27
8 Balikpapan 497.187 10,62 52.801 10.560 391 33
7 19 26
9 Samarinda 665.122 9,58 63.719 12.744 490 41
1 5 6
10 Bontang 134.767 11,63 15.673 3.135 522 44
97 86 183
SASARAN DETEKSI DINI GME DI
FKTP
Dalam Gedung Luar Gedung

• Poli penyakit kronis • Posyandu remaja


• Poli kesehatan ibu • Posbindu PTM
• PKPR • Posyandu lansia
• Sekolah/Perguruan
tinggi
• Tempat Kerja
• Panti Sosial
• Lapas/Rutan/LPKA
LINGKUP KELOMPOK RISIKO GME

Fasyankes - Pasien penyakit kronis: DM, Hipertensi (stroke, gagal


ginjal,penyakit jantung) TBC, Kanker
- Pasien dengan penyakit fisik yang tidak membaik setelah diobati
dengan adekuat.
- Ibu hamil dan post partum

Lembaga Pendidikan Siswa baru di SMA dan sederajat, perguruan tinggi

Masyarakat - Masyarakat pra sejahtera


- Pekerja migran
- Pengungsi
- Keluarga pasien ODGJ dan penyakit kronis
- Orang dengan disabilitas dan keluarganya
- Korban kekerasan
- Pekerja seks komersial
- Anak jalanan
- Kelompok minoritas
- Korban trafficking
- Korban dan penyintas bencana alam/non alam dan bencana
sosial
- Masyarakat terpencil
- Orang dengan variasi preferensi seksual
LINGKUP KELOMPOK RISIKO GME
Lapas/Rutan/LPKA Warga binaan pemasyarakatan dan keluarganya
Panti Sosial Penghuni panti sosial
Lembaga Rehabilitasi Klien/pasien di lembaga rehabilitasi dan
Napza keluarganya
PENAPISAN KASUS
PENEMUAN KASUS
SDQ
Pertanyaan Y T

No
1 Apakah anda sering menderita sakit kepala?    
2 Apakah anda tidak nafsu makan?    
3 Apakah anda sulit tidur?    
4 Apakah anda mudah takut?    
5 Apakah anda merasa tegang, cemas atau kuatir?    
6 Apakah tangan anda gemetar?    
7 Apakah pencernaan anda terganggu/ buruk?    
8 Apakah anda sulit untuk berpikir jernih?    
9 Apakah anda merasa tidak bahagia?    

SRQ 10
11
Apakah anda menangis lebih sering?
Apakah anda merasa sulit untuk menikmati kegiatan sehari-
 
 
 
 

20 12
hari?
Apakah anda sulit untuk mengambil keputusan?    
13 Apakah pekerjaan anda sehari-hari terganggu?    
14 Apakah anda tidak mampu melakukan hal-hal yang    
bermanfaat dalam hidup?
15 Apakah anda kehilangan minat pada berbagai hal?    
16 Apakah anda merasa tidak berharga?    
17 Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup?    
18 Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu?    
19 Apakah anda mengalami rasa tidak enak di perut?    
20 Apakah anda mudah lelah?    
UPAYA PROMOTIF
Sesuai alur GME Promkes lebih luas

Kegiatan promosi kesehatan jiwa pada Advokasi kebijakan publik dan sumber
masyarakat, termasuk menyediakan daya untuk mendukung keswamas
materi KIE
Sosialisasi dan promosi kesehatan jiwa
Melakukan kerja sama dengan lembaga kepada pemangku kepentingan;
yang terkait dengan penemuan kasus
(a.l. sekolah, panti sosial, fasyankes, Pemberdayaan masyarakat dalam upaya
Kecamatan/Kelurahan/RW/RT) kesehatan jiwa;

Memotivasi orang dengan GME untuk Membuat inovasi dan terobosan baru
mendapat layanan lebih lanjut dalam menyediakan, mensosialisasikan,
dan mendekatkan akses layanan
kesehatan jiwa kepada masyarakat
Meningkatkan koordinasi dan kerjasama
dengan lintas sektor,OP, akademisi,
pemerhati keswa
MATERI PROMOSI KESEHATAN
Remaja Dewasa Lansia
Tugas perkembangan usia remaja Tugas perkembangan usia dewasa Tugas perkembangan usia lansia
(identity) (intimacy dan generativity) (integrity)
   
Tugas perkembangan usia remaja Tugas perkembangan usia Tugas perkembangan usia lansia
(aspek perkembangan fisiologis, dewasa(aspek perkembangan (adaptasi perubahan
kognitif, sosial, emosi, moral, fisiologis, kognitif, sosial, emosi, perkembangan fisiologis, kognitif,
spiritualitas dan kepribadian) moral, spiritualitas dan kepribadian) sosial, emosi, moral, spiritualitas
dan kepribadian )
Pengertian sehat jiwa, risiko Pengertian sehat jiwa, risiko Pengertian sehat jiwa, risiko
(ODMK), sakit (ODGJ) (ODMK), sakit (ODGJ) (ODMK), sakit (ODGJ)
Stimulasi perkembangan Stimulasi perkembangan Stimulasi perkembangan

Manajemen stres Manajemen stres Manajemen stres


Keterampilan pemecahan masalah Keterampilan pemecahan masalah Keterampilan pemecahan masalah
KEGIATAN PROMOSI KESWA UNTUK REMAJA
Kegiatan promosi Pelaksana Institusi Terkait

Penyuluhan kesehatan jiwa di masyarakat, sekolah, • Tenaga kesehatan • Dinas


panti/lembaga sosial, lembaga pembinaan khusus anak (dokter, perawat, Kesehatan
psikolog klinis, • Dinas Sosial
Membentuk desa/kelurahan siaga sehat jiwa
tenaga kesmas, dll) • Dinas PPPA
Pelatihan tentang kesehatan jiwa bagi kader • Guru/tenaga • BKKBN
pendidik • Dinas
Memasukkan materi keterampilan sosial kecakapan • Kader Pendidikan
hidup (life skills:) dalam kegiatan intra atau ekstra • Pekerja sosial dan
kurikuler (misal: Pramuka, PMR, madding, dll) • Organisasi remaja Kebudayaan
dan kelompok • Kanwil
Membangun sarana bermain, berolahraga, dan rekreasi masyarakat Kumham
di lembaga Pendidikan yang mendukung tumbuh • Organisasi kelompok • Dinas Kominfo
kembang disabilitas • PDSKJI
Melaksanakan program anti perundungan ( bullying) di • IPKJI
sekolah/perguruan tinggi • IPK
• IAKMI
Pelatihan konselor sebaya bagi siswa dan bagi tenaga
• IPSPI
didik yang memantau program konselor sebaya di
sekolah
KEGIATAN PROMOSI KESWA UNTUK
DEWASA DAN LANSIA
Kegiatan promosi Pelaksana Institusi Terkait

Penyuluhan kesehatan jiwa di masyarakat, • Tenaga kesehatan • Dinas


panti/lembaga sosial, lapas/rutan, tempat kerja (dokter, perawat, Kesehatan
psikolog klinis, • Dinas Sosial
Membentuk desa/kelurahan siaga sehat jiwa
tenaga kesmas, dll) • Dinas PPPA
Pelatihan tentang kesehatan jiwa bagi kader • Kader • BKKBN
• Pekerja sosial • Kanwil
Pelatihan Dukungan Psikologis Awal bagi kader dan • Organisasi Kumham
pemberi layanan keswa kemasyarakatan • Dinas Kominfo
• Organisasi kelompok • Dinas Tenaga
disabilitas Kerja
• PDSKJI
• IPKJI
• IPK
• IAKMI
• IPSPI
UPAYA PREVENTIF
Mengurangi Faktor Risiko GME
• Faktor biologis
• Faktor psikologis
• Faktor sosial

Mengatasi tanda dan gejala GME


• Fokus pada tanda dan gejala di SRQ
20 dan masalah dari hasil SDQ
PEMERIKSAAN LANJUTAN
GME

Tata laksana
Diagnosis multidisiplin
Wawancara
gangguan sesuai
psikiatrik
jiwa kompetensi
profesi
03
LAYANAN
PENDERITA
DEPRESI
PENGERTIAN
Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang
berlangsung terus menerus selama kurun waktu
minimal 2 minggu (PPDGJ III).
GEJALA MAYOR (UTAMA) GEJALA MINOR

1. Afek depresif, 1. Konsentrasi atau perhatian yang berkurang,


2. Kehilangan minat, 2. Harga diri maupun kepercayaan diri yang berkurang,
3. Kehilangan energi yang ditandai 3. Rasa bersalah atau rasa tidak berguna,
dengan cepat lelah; 4. Memiliki pandangan tentang masa depan yang suram
serta pesimistis,
5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau
bunuh diri,
6. Tidur terganggu, dan
7. Nafsu makan berkurang

2 Mayor + 3 Minor
DEFINISI OPERASIONAL

Penderita depresi pada penduduk ≥15 tahun,


berdasarkan wawancara psikiatrik dengan
merujuk pada PPDGJ III yang mendapatkan
layanan di fasyankes oleh tenaga kesehatan
(psikiater, dokter, psikolog, dan perawat jiwa)
berupa: promosi kesehatan, dan/ atau
pencegahan, dan/ atau penanganan awal
dan/atau rujukan dan/atau penanganan
lanjutan.
RUMUSAN PERHITUNGAN

● Jumlah penderita depresi ≥15 tahun yang mendapat layanan


_______________________________________________________________ x 100%
Jumlah estimasi penderita depresi pada penduduk ≥15 tahun
● di wilayahnya berdasarkan angka prevalensi Riskesdas terbaru
PENENTUAN SASARAN
• Tentukan sasaran: jumlah penduduk > 15 tahun di
wilayah Kab/ Kota = (A)
• Tentukan Prevalensi Depresi di Kab/ Kota = (B)
• Target tahun 2021: Penderita Depresi > 15 tahun
1. mendapatkan layanan sebesar 20
• >>> Target Kab/ Kota= (A x B) x 20%

• Kab/ Kota mendistribusikan target sasaran kepada


puskesmas di wilayah kerja, sesuai proporsi jumlah
penduduk
• Jumlah penduduk Kab/ Kota = Y
2 • Jumlah penduduk PKM (1) = X
• Target Puskesmas (1)= X/Y dikalikan target Kab/ Kota
CONTOH PERHITUNGAN
Prevalensi Depresi berdasarkan data Riskesdas di Kota Balikpapan adalah
7,49 %

Jumlah proyeksi penduduk > 15 tahun di Kota tersebut pada tahun 2021
adalah 497.187 orang

Estimasi Jumlah estimasi penderita Depresi pada penduduk > 15 tahun di Kota Balikpapan tahun 2021 adalah
penderita Depresi
(7,49 x 497.187)/100 = 37.239 penderita Depresi

Target capaian Target capaian indikator penderita Depresi yang mendapat layanan pada tahun 2021 sebesar 20%, yaitu
indikator
20% X 37.239 = 7.448 penderita Depresi

Persentase Bila Jumlah penderita Depresi yang mendapat pelayanan kesehatan berupa promosi kesehatan, dan/ atau
penderita Depresi pencegahan, dan/ atau penanganan awal dan/atau rujukan dan/ atau penangangan lanjut sebesar 5.000, maka
dapat layanan persentase penderita Depresi yang mendapat layanan adalah: (5.000/37.239) x 100 % = 13,4 %.
Prevalensi Sasaran 2021
No Provinsi (%) Jumlah Penduduk Jumlah Depresi
20%
1 Aceh 4,36 3.939.497 171.762 34.352

Sasaran Depresi
2
3
Sumatera Utara
Sumatera Barat
7,88
8,15
10.841.649
4.067.073
854.322
331.466
170.864
66.293
Tahun 2021 4 Sumatera Selatan 3,39 6.381.970 216.349 43.270
4,8
Prov. Kaltim5 Bengkulu 1.517.253 72.828 14.566
6,45
6 Kepulauan Bangka Belitung 1.118.882 72.168 14.434
7 Riau 6,63 5.049.607 334.789 66.958
8 Kepulauan Riau 3,67 1.758.658 64.543 12.909
9 Jambi 1,75 2.734.843 47.860 9.572
10 Lampung 3,22 6.467.624 208.257 41.651
11 Banten 8,67 9.786.573 848.496 169.699
12 DKI Jakarta 5,91 8.253.528 487.784 97.557
13 Jawa Barat 7,75 38.005.405 2.945.419 589.084
14 Jawa Tengah 4,4 27.214.586 1.197.442 239.488
15 DI Yogyakarta 5,49 3.166.931 173.865 34.773
16 Jawa Timur 4,53 31.843.279 1.442.501 288.500
17 Bali 5,08 3.500.456 177.823 35.565
18 NTB 8,79 3.871.239 340.282 68.056
19 NTT 9,65 3.945.067 380.699 76.140
20 Kalimantan Barat 6,19 3.840.509 237.728 47.546
21 Kalimantan Timur 6,23 2.812.007 175.188 35.038
Sasaran Penderita Depresi Tahun 2021
Per Kab/ Kota Provinsi Kaltim
Sasaran
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK DEPRESI
NAMA KABUPATEN/KOTA PREVALENSI (%) 2021
BPS PUSDATIN BPS PUSDATIN 20%
Paser 5,14  212.851  10.941 2.188
Kutai Barat 7,96  113.702  9.051 1.810
Kutai Kartanegara 5,28  589.239  31.112 6.222
Kutai Timur 5,44  288.253  15.681 3.136
Berau 7,28  171.223  12.465 2.493
Penajam Paser Utara 6,47  119.707  7.745 1.549
Mahakam Ulu 9,05  19.956  1.806 361
Kota Balikpapan 7,49  497.187  37.239 7.448
Kota Samarinda 5,47  665.122  36.382 7.276
Kota Bontang 9,45  134.767  12.735 2.547
6,23  2.812.007  175.188 35.038
PENAPISAN KASUS
PENEMUAN KASUS
KELUHAN LAIN DINKES
DETEKSI DINI  kelelahan
(SDQ/ SRQ)  sulit tidur RUMAH SAKIT/
 mual PUSKESMAS/ FKTP
 sesak nafas FKRTL
 berdebar
 nyeri
 gejala gastrointestinal
atau
GME  gejala somatik lain
WAWANCARA PSIKIATRIK

DEPRESI
BUKAN
WAWANCARA PSIKIATRIK DEPRESI

DEPRESI
RINGAN SEDANG BERAT
BUKAN DEPRESI

RINGAN SEDANG BERAT


TINDAKAN

Pencatatan
TINDAKAN Pelaporan
LANGKAH MENEGAKKAN
DIAGNOSIS
Langkah 1 menyingkirkan kemungkinan penyakit organik dan
penyalahgunaan zat, bila ada dirujuk

Langkah 2 menilai 2 dari 3 gejala utama depresi

Langkah 3 menilai minimal 3 dari 7 gejala tambahan depresi

Langkah 4 berlangsung minimal 2 minggu

Langkah 5 menilai adanya gangguan fungsi

Langkah 6 bila disertai psikotik dan mania, maka dirujuk

Langkah 7 menyingkirkan adanya gejala tambahan (seperti ide bunuh diri,


penyakit fisik yang menyertai/memperburuk), bila ada dirujuk
DIAGNOSIS BANDING
Psikotik a. Halusinasi;
b. Waham;
c. Bicara kacau, tidak dimengerti, irrelevant
d. Menarik diri, agitasi, disorganisasi perilaku, stupor
e. Merupakan gejala utama (pada Gangguan Psikotik); atau
f. Gejala tambahan (pada Gangguan Depresi dengan Ciri Psikotik).
Bipolar episode mania a. Peningkatan suasana perasaan (mood) yang meningkat, ekspansif (meluap-
luap), atau iritabel (mudah marah/tersinggung);
 
b. Peningkatan aktivitas, gelisah, sangat bersemangat;
ada gejala-gejala berikut c. Bicara sangat banyak dan aktif, ada flight of ideas;
dalam 1 minggu terakhir (atau d. Hilangnya kendali sosial yang normal;
pernah dinyatakan mengalami e. Penurunan kebutuhan tidur;
gangguan manik) f. Percaya diri berlebih, rasa kebesaran (grandiosity);
g. Perhatian mudah teralih;
h. Peningkatan libido seksual
DERAJAT DEPRESI
  DEPRESI RINGAN DEPRESI SEDANG DEPRESI BERAT
 Episode harus berlangsung minimal 2 minggu.
 Episode tersebut tidak dapat dihubungkan dengan gangguan penggunaan zat psikoaktif dan gangguan mental organik.

Gejala Utama Minimal 2. Minimal 2. Ketiganya.

Gejala Minimal 2. Jumlah gejala utama dan gejala Jumlah gejala utama dan gejala tambahan
Tambahan tambahan minimal 6. minimal 8.

  Tidak boleh ada gejala yang Tidak boleh ada gejala yang berat. Lamanya sekurang-kurangnya sekitar 2
berat. minggu, bila gejalanya berat maka bisa
kurang dari 2 minggu.

Fungsi Kemungkinan masih dapat Kemungkinan mengalami kesulitan Gejala-gejalanya berat dan dapat
melanjutkan sebagian besar menjalani aktivitas yang biasa menimbulkan distress, terutama kehilangan
tugas/ aktivitas. dilakukan. harga diri, perasaan bersalah atau tidak
berharga.

Pikiran dan tindakan bunuh diri sering terjadi.

Ada sejumlah gejala somatik.

Dapat timbul gejala psikotik (halusinasi,


waham, retardasi psikomotor, dan stupor).
UPAYA PROMOTIF
Upaya Promotif Remaja Dewasa Lansia

Keluarga 1. Menerapkan pola hidup sehat (makan 1. Menerapkan pola hidup sehat (makan
seimbang, istirahat cukup, tidur berkualitas seimbang, istirahat cukup, tidur berkualitas
dan olahraga teratur); dan olahraga teratur);
2. Tetap melibatkan remaja dalam aktivitas 2. Tetap melibatkan dalam aktivitas sehari-hari
sehari-hari yang menyenangkan; yang menyenangkan;
3. Hindari konsumsi minuman beralkohol, 3. Hindari konsumsi minuman beralkohol,
merokok dan penyalahgunaan obat-obatan; merokok dan penyalahgunaan obat-obatan;
4. Manajemen emosi dan stres orang tua dan 4. Manajemen stres;
anak; 5. Melaksanakan ibadah dengan baik;
5. Penanaman nilai agama dan spiritual sejak 6. Membentuk support system di keluarga
dini;
6. Menerapkan pola asuh dan pola komunikasi
dalam keluarga yang mendukung
pertumbuhan dan perkembangan jiwa yang
sehat;
7. Membentuk support system di keluarga.
UPAYA PROMOTIF
Upaya Promotif Remaja Dewasa Lansia

Masyarakat 1. Komunikasi, informasi dan 1. Komunikasi, informasi dan edukasi


edukasi tentang kesehatan jiwa tentang kesehatan jiwa di
di masyarakat, panti/lembaga masyarakat, panti/lembaga sosial,
sosial, lembaga pembinaan lapas/rutan, tempat kerja;
khusus anak; 2. Membentuk kelurahan siaga sehat
2. Membentuk kelurahan siaga jiwa seperti membentuk support
sehat jiwa, seperti membentuk group di masyarakat.
support group di masyarakat. 3. Melibatkan figur publik penyintas
3. Melibatkan figur publik depresi untuk melakukan promosi
penyintas depresi untuk kesehatan jiwa.
melakukan promosi kesehatan
 
jiwa.

 
UPAYA PROMOTIF
Upaya Promotif Remaja Dewasa Lansia

Sekolah/ 1. Menciptakan suasana belajar 1. Menciptakan suasana belajar


Perguruan mengajar yang kondusif bagi mengajar yang kondusif bagi
Tinggi pertumbuhan dan perkembangan pertumbuhan dan perkembangan
jiwa; jiwa;
2. Penyuluhan Kesehatan Jiwa yang 2. Penyuluhan Kesehatan Jiwa
terintegrasi dengan Usaha Kesehatan terintegrasi dengan program
Sekolah/ Madrasah (UKS/M); Kampus Sehat;
3. Memasukkan materi keterampilan 3. Membentuk support group di
sosial kecakapan hidup (life skill) kampus, seperti: peer conselor.
dalam kurikulum pembelajaran
4. Membentuk/menyediakan lembaga
intrakurikuler maupun
pelayanan konsultasi psikologi.
ekstrakurikuler;
4. Membentuk support group di sekolah,
seperti: peer conselor dan posyandu
remaja.
UPAYA PROMOTIF
Upaya Promotif Remaja Dewasa Lansia

Fasyankes 1. Komunikasi, informasi dan edukasi 1. Komunikasi, informasi dan edukasi


kepada masyarakat, warga sekolah kepada masyarakat, warga
dan pengunjung puskesmas tentang perguruan tinggi dan pengunjung
depresi; puskesmas tentang depresi;
2. Membangun jejaring dengan tenaga 2. Membangun jejaring dengan tenaga
professional, lintas program dan professional, lintas program dan
lintas sektor terkait serta lintas sektor terkait serta
masyarakat; masyarakat;
3. Melatih kader kesehatan jiwa secara 3. Melatih kader kesehatan jiwa secara
berkala, terkait pengenalan gejala berkala, terkait pengenalan gejala
depresi secara dini, penyuluhan depresi secara dini, penyuluhan
tentang depresi, dukungan psikologis tentang depresi, dukungan
awal, dan merujuk pertolongan psikologis awal, dan merujuk
medis. pertolongan medis.

 
UPAYA PREVENTIF
Upaya Preventif Remaja Dewasa Lansia
Keluarga 1. Pengembangan pola asuh yang 1. Menerapkan pola komunikasi yang baik
mendukung pertumbuhan dan dalam keluarga;
perkembangan jiwa; 2. Mengenali tanda dan gejala depresi secara
2. Mengenali tanda dan gejala depresi secara dini dan adanya ide bunuh diri;
dini dan adanya ide bunuh diri; 3. Deteksi dini perubahan tidur, perubahan
3. Bicarakan dengan orang yang dipercaya perilaku, makan, dan keluhan-keluhan
tentang apa yang dirasakan; fisik;
4. Segera mencari pertolongan medis dan 4. Bicarakan dengan orang yang dipercaya
psikologis bila ditemukan tanda dan gejala tentang apa yang dirasakan;
depresi; 5. Segera mencari pertolongan medis dan
5. Minum obat secara teratur. psikologis bila ditemukan tanda dan gejala
  depresi;
6. Minum obat secara teratur;
7. Kendalikan penyakit penyerta yang
biasanya terdapat pada lansia;
 
UPAYA PREVENTIF

Upaya Preventif Remaja Dewasa Lansia

Masyarakat 1. Mengenali tanda dan gejala depresi 1. Mengenali tanda dan gejala depresi
secara dini; secara dini;
2. Mengetahui fasyankes terdekat untuk 2. Mengetahui fasyankes terdekat untuk
menangani depresi; menangani depresi;
3. Melaporkan ke fasyankes bila 3. Melaporkan ke fasyankes bila
menemukan kasus ide bunuh diri, menemukan kasus ide bunuh diri,
menyakiti diri dan percobaan bunuh menyakiti diri dan kasus percobaan
diri; bunuh diri;
4. Menghentikan stigma dan 4. Membentuk dan mengaktifkan
diskriminasi; posyandu jiwa.
5. Membentuk dan mengaktifkan 5. Memotivasi kegiatan yang positif dan
posyandu remaja. menyenangkan untuk lansia.
UPAYA PREVENTIF
Upaya Remaja Dewasa Lansia
Preventif
Sekolah/ 1. Melakukan deteksi dini masalah 1. Mengaktifkan kampus sehat;
Perguruan Tinggi kesehatan jiwa secara rutin; 2. Melakukan deteksi dini masalah
2. Menindaklanjuti hasil deteksi dini yang kesehatan jiwa secara rutin;
menunjukkan kriteria borderline dan 3. Menindaklanjuti hasil deteksi dini yang
abnormal oleh guru bimbingan menunjukkan hasil abnormal dengan
konseling dengan melibatkan keluarga; melibatkan dosen pembimbing
3. Cegah terjadinya perundungan, akademik, program studi psikologi,
pelecehan dan kekerasan seksual di berafiliasi dengan Universitas yang
sekolah oleh teman, guru, dan lain-lain; memiliki program studi psikologi, dan/
atau berkoordinasi dengan fasyankes
 
yang tersedia di kampus.
4. Membentuk/menyediakan lembaga
pelayanan konsultasi psikologi.
UPAYA PREVENTIF
Upaya Preventif Remaja Dewasa Lansia
Fasyankes 1. Membangun jejaring komunikasi 1. Membangun jejaring komunikasi
dengan organisasi profesi, lintas dengan organisasi profesi, lintas
program dan lintas sektor terkait serta program, dan lintas sektor terkait serta
masyarakat; masyarakat;
2. Meningkatkan kompetensi petugas 2. Meningkatkan kompetensi profesional
kesehatan dalam menemukan kasus pemberi layanan depresi secara berkala;
dan menatalaksana kasus secara dini; 3. Melatih secara berkala kader
3. Melatih secara berkala kader kesehatan, kader kesehatan jiwa dan
kesehatan (guru BK dan peer conselor) kader lainnya dalam deteksi depresi;
dalam deteksi depresi; 4. Melatih secara berkala kemampuan
4. Meningkatkan kesadaran warga caregiver dalam deteksi depresi;
sekolah terkait depresi melalui 5. Memotivasi kegiatan yang positif dan
kegiatan edukasi. menyenangkan.
5. Memotivasi kegiatan yang positif dan
menyenangkan.
UPAYA KURATIF
Penatalaksanaan penderita Depresi merujuk pada:

1) Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas


Penatalaksanaan gangguan depresi
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama dan
bertujuan untuk:
2) Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa.
a. Penyembuhan dan pemulihan; 3) Modul Pelatihan Deteksi Dini Dan Penatalaksanaan

b. Pengendalian gejala; Gangguan Jiwa Bagi Dokter Umum Di Fasilitas


Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), Kemenkes 2017.
c. Mengembalikan peran dan fungsi;
4) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, PP PPNI
d. Mengurangi risiko kekambuhan;
2017
e. Mengurangi risiko disabilitas/mortalitas; 5) Asuhan Keperawatan Jiwa, Keliat dkk 2019
f. Meningkatkan kualitas hidup yang baik; 6) Pedoman Nasional Pelayanan Psikologi Klinis, IPK
dan 2021;

g. Menurunkan angka bunuh diri. 7) Panduan Tata Laksana Anxietas dan Depresi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, 2017
Penatalaksanaan Penderita
Berdasarkan Derajat Depresi
UPAYA KURATIF
Penatalaksanaan multidisiplin baik medis,
psikologi dan keperawatan diberikan secara
menyeluruh

PSIKOLOGI
MEDIS
KEPERAWATAN
No
PEMANTAUAN UPAYA KURATIF
Hal-hal yang harus dipantau
1. Segera evaluasi bila ditemukan respons yang inadekuat (gejala tidak ada
perubahan atau memburuk dalam 4 minggu pengobatan),
 Diagnosis (termasuk komorbiditas);
 Apakah obat diminum secara teratur;
 Apakah dosis kurang memadai sehingga perlu ditingkatkan dan dievaluasi
dalam 4-6 minggu;
 Apakah muncul gejala mania;
 Apakah muncul gejala psikotik;
A.  Apakah muncul gejala Akatisia (rasa tidak bisa diam, tidak bisa duduk

Pemantauan tenang).
Tatalaksana sesuai gejala yang muncul.
Medis 2. Kepatuhan pengobatan
Jika tidak patuh, tanyakan penyebabnya, berikan edukasi kembali, dan
mencari kemungkinan solusi.
3. Efek samping pengobatan (jangka pendek dan jangka panjang)
Tatalaksana sesuai efek samping yang muncul, bila perlu dipertimbangkan
mengganti obat jenis lain.
4. Gejala penghentian obat antidepresan seperti: pusing, kesemutan, cemas,
iritabilitas,kelelahan, sakit kepala, mual, masalah tidur.
Tatalaksana sesuai berat ringannya gejala.
5. Pantau kekambuhan gejala depresi yang muncul kembali selama
penghentian obat antidepresan.
Resepkan antidepresan yang sama dengan dosis yang efektif sebelumnya jika
gejala-gejalanya muncul kembali, lanjutkan hingga 12 bulan ke depan.
6. Pantau adanya ide bunuh diri, atau melukai diri, atau agresif dan
penelantaran diri.
PEMANTAUAN UPAYA
KURATIF

B. Pemantauan Diri

1 Adanya stigma dan self stigma dari penderita,

Lakukan rekonstruksi kognitif, CBT, dan support keluarga


dalam menghilangkan self stigma.
2 Kemampuan Sosial dan Kemampuan Interpersonal
Kemampuan problem solving, Coping skill
Kemampuan mengendalikan gejala dan kemampuan
melakukan kegiatan sehari-hari.
PEMANTAUAN UPAYA KURATIF
C. Pemantauan Keperawatan
1. Mengungkapkan harapan masa depan yang positif;
2. Mengungkapkan keyakinan;
3. Mengungkapkan keinginan untuk hidup;
4. Mengungkapkan alasan keinginan untuk hidup;
5. Mengungkapkan makna dan tujuan hidup;
6. Mengungkapkan optimisme;
7. Mengungkapkan kepercayaan diri;
8. Mengungkapkan kepercayaan pada orang lain;
9. Mengungkapkan perasaan damai dan tenang;
10. Mengungkapkan kemampuan mengontrol diri sendiri;
11. Memperlihatkan semangat untuk hidup;
12. Menggunakan dukungan sosial;
13. Menyusun tujuan masa depan.
D. Penghentian Pengobatan dan Pemulihan
 Depresi yang pertama kali:
Tidak menunjukkan gejala depresi selama 6 bulan (remisi total), maka dosis obat dapat
diturunkan bertahap menjadi separuhnya dan dipertahankan untuk 3-6 bulan
(tergantung kondisi), akhirnya dihentikan.
 Depresi berulang >1 kali:
 Tidak menunjukkan gejala depresi selama 12 bulan (remisi total), maka dosis obat
dapat diturunkan bertahap menjadi separuhnya dan dipertahankan untuk 6-12
bulan (tergantung kondisi), akhirnya dihentikan.
 Bila masih terdapat gejala (tidak remisi), perlu dilakukan penanganan non-obat dan
dievaluasi pengobatannya.
 Bila dalam waktu hingga 2-3 bulan (tergantung kondisi) masih ada gejala, sebaiknya
rujuk.
 Selama pengobatan dianjurkan menjalankan rutinitas kegiatan sehari-hari dan mengisi
waktu dengan aktivitas positif.
 Kondisi yang benar pulih (recovery) dicapai bila selama 2 tahun bebas gejala dan dapat
berfungsi psikososial dan pekerjaan baik.
04
PENCATATAN
dan
PELAPORAN
PELAPORAN KEGIATAN
PROMOTIF
No Kegiatan Waktu Tempat Sasaran/Peserta Pelaksana Hasil
PELAPORAN INDIKATOR PERSENTASE PENDERITA GME PADA PENDUDUK ≥15 TAHUN YANG MENDAPAT
LAYANAN
BULAN ……………………… TAHUN ……………..

Puskesmas : _____________________
Kabupaten/Kota : _____________________
Provinsi : _____________________

Jumlah penduduk yang dideteksi


Jumlah penderita GME yang mendapat layanan
dini

Sasaran (estimasi Hasil SDQ Hasil SRQ 20 Persentase Penderita


penderita GME ≥15 SDQ* SRQ 20 GME yang
borderline/abnormal ( cut off point ≥ 6 )
tahun) mendapat layanan**

15-18 th 19-59 th ≥60 th 15-18 th 19-59 th ≥60 th

*Formulir SDQ yang digunakan untuk usia 11-18 tahun


** Persentase Penderita GME yang mendapat layanan: Promosi kesehatan dan / atau konseling, dam / atau penanganan awal, dan / atau rujukan dan / atau
Depresi
Hal-hal yang perlu dilaporkan adalah:
1. sasaran (estimasi penderita Depresi > 15 tahun);
2. jumlah penderita depresi (F.32) yang mendapat layanan
berupa promosi kesehatan, dan/atau pencegahan,dan/ atau
penanganan awal, dan/atau rujukan, dan/ atau penanganan
lanjutan;
3. persentase penderita depresi yang mendapat layanan;
4. jumlah penderita depresi yang dirujuk;
5. persentase penderita depresi yang dirujuk.
PELAPORAN PENDERITA DEPRESI PADA PENDUDUK > 15 TAHUN YANG MENDAPAT LAYANAN

Puskesmas :
Kab/Kota :
Provinsi:
Depresi Bulan:
Tahun:

Jumlah penderita Depresi (F.32)


Sasaran (estimasi penderita Persentase Penderita Depresi Penderita Depresi yang dirujuk
yang mendapat layanan
Depresi > 15 tahun) yang mendapat layanan*
15-18 th 19 - 59 th > 60 th Jumlah Persentase

* Layanan yang dimaksud


adalah promosi kesehatan,
dan/atau pencegahan. Dan/
atau penanganan awal,
dan/atau rujukan, dan/ atau
penanganan lanjutan
ALUR PELAPORAN
MONITORING
EVALUASI
MONITORING EVALUASI
Penilaian secara terus menerus/ Penilaian secara periodik dari
kontinyu terhadap kemajuan program yang sedang berlangsung
program atau telah selesai

Untuk memastikan program Menilai kontribusi program


berjalan sebagaimana mestinya terhadap pencegahan dan
pengendalian GME dan depresi
Untuk mendapatkan umpan balik Untuk menilai kebutuhan,
kelanjutan, perluasan atau
perubahan program
MONITORING EVALUASI

Hasil monev
sebagai salah satu
acuan untuk
menyusun rencana Pelaksanaan
Setiap jenjang tindak lanjut rencana tindak
Berkala setiap 3
administrasi mulai perbaikan program lanjut dievaluasi
bulan
FKTP – Pusat dan bahan pada monev termin
advokasi dan selanjutnya.
koordinasi dengan
lintas program dan
lintas sektor.
FORMAT MONEV

Perencanaan

Pelaksanaan

Capaian Kinerja

Kendala

Rencana Tindak Lanjut


MONITORING EVALUASI
No Data Ya Tidak No Data Jumlah %

1. Adanya unit yang bertanggung jawab terhadap P2 GME     1. Kabupaten/ kota yang memiliki petunjuk teknis P2    
dan layanan depresi di provinsi dan kabupaten/ kota; GME dan Layanan Depresi (cetak/ digital);

2. Tersedianya data sasaran penderita GME dan Depresi;     2. Puskesmas yang memiliki petunjuk teknis P2 GME    

3. Tersedianya data capaian indikator provinsi/ kabupaten/     dan layanan depresi (cetak/ digital);

kota; 3. Kabupaten/ kota yang sudah mendapatkan    


4. Tersedianya data tenaga kesehatan dan tenaga     orientasi program;
kesehatan terlatih; 4. Puskesmas yang sudah mendapatkan orientasi    
5. Tersedianya data jumlah sarana dan prasarana     program;
kesehatan jiwa di masyarakat (posyandu remaja, 3. Kabupaten/ kota yang melaporkan;    
posyandu lansia, posyandu jiwa, dan lain-lain);
4. Puskesmas yang melaporkan;    
6. Terbentuknya jejaring komunikasi dengan organisasi    
profesi, lintas program, dan lintas sektor terkait serta 5. Kabupaten/ kota yang mencapai target;    
masyarakat dalam P2 GME dan layanan Depresi; 6. Puskesmas yang mencapai target;    
7. Tersedianya data jumlah dan sumber dana program P2     7. Permasalahan yang ditemukan:    
GME dan layanan depresi bersumber APBN/ APBD;
8. Terlaksananya kegiatan pembinaan teknis oleh provinsi    
8. Tindak lanjut:    
dan kabupaten/ kota;
9. Adanya kebijakan yang mendukung program kesehatan    
jiwa
05
PENUTUP
GME perlu dideteksi sejak dini untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa

Depresi yang dibiarkan berlanjut dan tidak mendapatkan penanganan 


menyebabkan terjadinya penurunan produktifitas kerja, gangguan hubungan sosial,
hingga munculnya keinginan untuk bunuh diri.

Upaya pencegahan dan pengendalian GME dan Depresi memerlukan kolaborasi dan
sinergi dengan lintas program dan lintas sektor

Depresi bisa dicegah dan diobati. Jika merasa depresi, Carilah bantuan.

Dokumen terkait GME dapat diunduh melalui: http://bit.ly/Dokumen-Pendukung-


NSPK-GME

Dokumen terkait Depresi dapat diunduh melalui: https://bit.ly/Juknis_Depresi


C E
Cerdas intelektual emosional Empati dalam berkomunikasi
R
Rajin beribadah
I
Interaksi yang
A
Asah, asih, asuh
tumbuh kembang
dan spiritual efektif sesuai agama & keyakinan bermanfaat bagi kehidupan
dalam keluarga & masyarakat
TERIMA KASIH
Tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa. Sehat dimulai dari diri sendiri

Anda mungkin juga menyukai