Anda di halaman 1dari 51

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROGRAM KESEHATAN JIWA DI

INDONESIA
Oleh
Maria B. Tokan, SKM
Pengelola Program Kesehatan Jiwa
Seksi PTM serta Kesehatan Jiwa
Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Dinas Kesehatan, Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTT
A. Pembangunan Kesehatan Jiwa
• Situasi terkini Kesehatan Jiwa Nasional
• Dasar Hukum Pembangunan Kesehatan Jiwa Nasional
• Strategi penyediaan akses dan Sumber Daya Manusia
POKOK Pembangunan Kesehatan Jiwa
BAHASAN B. Rencana Aksi dan Peta Strategi Kesehatan Jiwa 2020 – 2024
• Rencana Aksi Nasional
• Peta Strategi Kesehatan Jiwa 2020-2024

2
SITUASI KESEHATAN JIWA
PENGERTIAN GANGGUAN JIWA
(UU KESWA NO 18/2014)

Gangguan Jiwa adalah :


gangguan dalam pikiran,
perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk
sekumpulan gejala dan/atau
perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat
menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan
fungsi orang sebagai manusia.

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA


APA YANG
AKAN TERJADI
JIKA TIDAK
DITANGANI
SEJAK
DINI ??????
6
Gambaran Masalah Kesehatan Jiwa
Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018 Penelitian BNN dan LIPI tahun 2022

Angka prevalensi setahun terakhir meningkat


1 dari 10 orang mengalami Gangguan
dari 1,8 % (2021)menjadi 1,95% (2022) atau
Mental Emosional (GME)
hampir 3,7 juta jiwa penduduk melakukan
Prevalensi GME = penyalahgunaan narkoba.

9,8% Usia pertama kali


menggunakan Narkoba:
19 tahun di perdesaan 20 Terjadi peningkatan keterpaparan
tahun di perkotaan terhadap narkoba pada usia 15-24
1 dari 16 orang mengalami Depresi tahun

Prevalensi Depresi
= 6,1%
12-15 15-30 30-45 45-60 60-95

Hampir 2 dari 1000 orang mengalami 18%


Gangguan Jiwa Berat
3 Jenis
Prevalensi Gangguan Jiwa Narkoba
Ganja
Sabu
Berat = 0,18% paling banyak
38%
65,50%
Ekstaksi
dikonsumsi 1
tahun
terakhir
9
Gambaran masalah kesehatan jiwa lainnya di Indonesia
Sumber Daya Standar Kondisi di Indonesia
Kesenjangan pengobatan tinggi
75% penduduk di negara berpendapatan kecil Psikiater WHO: 1.221 psikiater (1 : 223.587
1:30.000 penduduk penduduk)
dan menengah tidak menerima terapi. (WHO) Sebaran: 70% di P. Jawa &
30% di DKI Jakarta
Skizofrenia
Psikolog Klinis WHO: 3.351 psikolog klinis
1:30.000 penduduk (1 : 81.468)
84,9 4
15,1 8. Perawat Jiwa WHO: 14.760 perawat jiwa
9 51.1 25:10.000 penduduk (1:18.515 atau 25:462.875)
Pekerja Sosial Profesional n/a 4.609
Berobat Tidak berobat Puskesmas dengan layanan 10.321(Jumlah puskesmas di 4.617 (44,7%)
(Riskesdas) minum obat rutin tidak rutin jiwa Indonesia)

Depresi 9%
1. 4 dari 34 provinsi belum memiliki RSJ

Berobat Tidak berobat 2. RSU dengan layanan psikiatri terbatas (318 dari 720 RSUD)

(Riskesdas)
91%
Total Pembiayaan Pelayanan Kesehatan di fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjut dari tahun 2016-2020 sebesar 2,6T
(2014-2019 mengalami kenaikan)
(JKN)
Stigma dan Kurangnya Terbatasnya
diskriminasi SDM Keswa akses

Termasuk belum optimalnya kapasitas Termasuk kondisi ruang perawatan belum 8


tenaga kesehatan yang sudah ada memenuhi hak kemanusiaan (WHO-QR)
Upaya Kesehatan Jiwa
• Dilakukan di keluarga, • Dilaksanakan di lingkungan
lembaga pendidikan, keluarga, lembaga, masyarakat
tempat kerja, • Bentuk: menciptakan
masyarakat, fasyankes, lingkungan kondusif
media massa, lembaga perkembangan keswa,
keagamaan dan tempat dukungan keswa dan
ibadah, Lapas/Rutan
Promotif Preventif psikososial

UPAYA
KESEHATAN
JIWA
Rehabili
Kuratif
tatif
• Rehabilitasi psikiatrik • Pelayanan kesehatan
dan/atau psikososial bagi ODGJ (diagnosis
dan tata laksana)
• Rehabilitasi medis
NAPZA

Terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan


sepanjang siklus kehidupan manusia.

Sumber: UU No 18/2014 dan UU No. 35/2009


INDIKATOR NASIONAL INDIKATOR GLOBAL
STANDAR PELAYANAN
MINIMAL (SPM)
Pelayanan kesehatan orang Sustainable
(PMK NO 4/2019)
dengan gangguan jiwa berat
sebesar 100%
Development
Goals (SDG’s)
PROGRAM INDONESIA • target 3.4 bahwa pada tahun 2030, Indonesia
SEHAT DENGAN Penderita gangguan jiwa dapat menurunkan 1/3 kematian dini karena
PENDEKATAN berat, diobati dan tidak PTM dan mempromosikan kesehatan jiwa
KELUARGA (PIS-PK)
(PMK NO 39/ 2016)
ditelantarkan • Target 3.4.2 dapat menurunkan angka kematian
karena bunuh diri
a. Meningkatnya jumlah ODGJ yang dipasung ditemukan, • Target 3.5 yaitu: memperkuat Pencegahan
dibebaskan serta mendapat pelayanan kesehatan jiwa dan Pengobatan Penyalahgunaan Zat,
(100%/ tahun) Termasuk Penyalahgunaan Narkotika dan
RAN HAM
b. Meningkatnya fasilitas layanan kesehatan untuk ODGJ Penggunaan Alkohol yang membahayakan
(PERPRES NO 33/ (4.500 puskesmas (50% dari 9.759 puskesmas/ tahun) • Target 3.5.1a. tentang jumlah Penyalahguna
2018) c. Jml ODGJ yg mendapat layanan kesehatan sesuai Narkotika dan Pengguna Alkohol yang
standar (250.000/thn) Mengakses Layanan Rehabilitasi Medis

KOMITMEN GLOBAL TENTANG PASUNG


Layanan Rehabilitasi sesuai • Penanggulangan Pemasungan Pada Orang
RAN P4GN
(INPRES NO 2/ 2020)
standar nasional Dengan Gangguan Jiwa

Indonesia/SNI
Dukungan Indikator Kinerja Kegiatan Program Kesehatan Jiwa
PERMENKES RI Nomor 13 Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas PERMENKES Nomor 21
Tahun 2020 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024
TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024

Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah 30%


kesehatan jiwa yang mendapatkan skrining
60% 90%

2
Persentase penyandang gangguan jiwa yang memperoleh 30%
layanan di Fasyankes

60% 90%

Jumlah penyalahguna napza yang mendapatkan pelayanan


rehabiltasi medis 10500 11000 11500
Indikator 1

TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024

30%
Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko
masalah kesehatan jiwa yang mendapatkan skrining
60% 90%

Definisi Operasional
Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang dilakukan skrining dengan
menggunakan instrumen SDQ (untuk usia 15-18 tahun) atau SRQ-20 (usia di atas 18 tahun) dan/atau ASSIST, yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan/atau kader kesehatan dan/atau guru terlatih.

12
Cara Penghitungan

Jumlah penduduk usia ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang mendapatkan skrining
x 100%
Jumlah estimasi penduduk ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa

Numerator: Jumlah penduduk usia ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang
mendapatkan skrining menggunakan SDQ atau SRQ-20 dan/atau ASSIST

Denominator: Jumlah estimasi penduduk ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa

• Penduduk dengan risiko maslah kesehatan jiwa dapat lihat pada tabel kelompok berisiko masalah kesehatan jiwa berdasarkan siklus
kehidupan
• Hasil estimasi penduduk ≥15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa diperoleh dari ¼ (data WHO yang menyatakan 1 dari 4 orang berisiko
mengalami gangguan jiwa) dikalikan jumlah penduduk usia > 15 tahun di wilayah tersebut dalam kurun waktu yang sama

13
Indikator 2

TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024

30%
Persentase penyandang gangguan jiwa yang
memperoleh layanan di Fasyankes
60% 90%

Definisi Operasional
Persentase penderita gangguan jiwa (gangguan cemas, depresi skizofrenia & psikotik akut)
yang
memperoleh layanan di Fasyankes dengan kriteria:
1. Sesuai dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Edisi III (1981)
2. Nakes (UU No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan terlatih Membuat pencatatan dan pelaporan)

14
Cara Penghitungan

Jumlah penderita gangguan jiwa (penyandang gangguan cemas, depresi skizofrenia & psikotik akut) yang
dilayani di fasyankes
x 100%
Jumlah estimasi penderita gangguan jiwa (penyandang gangguan cemas, depresi skizofrenia &
psikotik akut) berdasarkan riskedas terbaru

Numerator: • Jumlah penderita gangguan jiwa (penyandang gangguan cemas, depresi skizofrenia &
psikotik akut) yang dilayani di fasyankes

Denominator: • Jumlah estimasi penderita gangguan jiwa (penyandang gangguan cemas,


depresi skizofrenia & psikotik akut) berdasarkan riskedas terbaru

15
Indikator 3

TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024

Jumlah penyalahguna napza yang mendapatkan


pelayanan rehabiltasi medis 10500 11000 11500

Definisi Operasional
Jumlah penyalahguna NAPZA baru yang datang secara sukarela dan/atau pembantaran dan/atau kasus
putusan pengadilan dan/atau mendapatkan layanan rehabilitasi medis rawat jalan dan/atau rawat inap di
Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)

7
Cara Penghitungan

Jumlah kumulatif penyalahguna NAPZA baru yang datang secara sukarela dan/ atau pembantaran, dan/ atau
kasus putusan pengadilan dan/ atau mendapatkan layanan rehabilitasi medis rawat jalan dan/ atau rawat inap di
IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor).

Data didapatkan dari pelaporan IPWL dan aplikasi Sistem Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Rehabilitasi
Medis (SELARAS) dan/atau Dinas Kesehatan Provinsi

8
ODGJ Berat Yang Mendapat Layanan
Tahun 2022
300%
281%

250%

206%
200% 198%
183%
173%

150%

119%
100% 89% 95%
86%
71% 78% 76% 68% 65% 65%
64% 57% 57% 63% 56%
51% 46% 46% 47%
50% 39% 41% 38%
33%
27% 32%
4%
0% 0% 0% 0% 0%

Sumber: Direktorat Kesehatan Jiwa 11


Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang
mendapatkan skrining di Indonesia
40

35,43
35

30,02
30

25

20

15

10
9,51
8,06 7,90
6,82
6,10
5 3,72 3,62
1,71
1,45 1,07 2,00 0,95 1,56 2,15 1,04 0,62
0,12 0,32 0,37 0,36 1,49 0,00
0,37 0,26 0,03 0,01 0,00 0,14 0,47 0,59 0,00 0,00 0,00
0

Sumber: Direktorat Kesehatan Jiwa 19


Persentase Penyandang Gangguan Jiwa Yang Memperoleh Layanan di Fasyankes

80,00

71,71
70,00

60,00

50,00

41,48
40,00 37,60
35,66

30,00 27,83
29,42
24,05 22,97
21,72
20,00 18,46
16,10 15,83 15,98
14,65 14,73 15,79 15,63
14,71 14,82 13,81 13,39
11,18
8,73
10,00 6,75 7,05 6,78 7,28 6,51
4,51 4,87
3,29
1,20
0,00 0,00 0,83
0,00

Sumber: Direktorat Kesehatan Jiwa 20


Gambaran Kasus Pasung
Tahun 2022
7000

6082
6000

5137
5000

4000

3000
2575

2000

1000
556

0
Jumlah Kasus Pasung sampai Jmlah Temuan Baru Kasus Jumlah Kasus Pasung yang Jumlah Total Kasus Pasung
Desember Pasung Sepanjang TW Berjalan Dilepaskan Sepanjang TW sampai TW Berjalan
Berjalan

Sumber: Direktorat Kesehatan Jiwa 21


DASAR HUKUM PEMBANGUNAN

KESEHATAN JIWA NASIONAL


DASAR HUKUM PEMBANGUNAN KESEHATAN JIWA NASIONAL
Kebijakan dan Strategi Kesehatan Jiwa

Kebijakan
a) Terwujudnya masyarakat peduli kesehatan jiwa
b) Terwujudnya Pelayanan Jiwa & NAPZA yang Komprehensif
c) Terwujudnya Upaya Kesehatan Jiwa dan NAPZA Berbasis Masyarakat

Strategi
d) Penguatan regulasi Kesehatan Jiwa dan NAPZA
e) Advokasi dan Sosialisasi Program Kesehatan Jiwa dan NAPZA
f) Peningkatan jejaring kemitraan Kesehatan Jiwa dan NAPZA dengan lintas program dan lintas sector
g) Penguatan Pelayanan Kesehatan Jiwa dan NAPZA di Pelayanan Kesehatan Primer
h) Program Kesehatan Jiwa dan NAPZA sesuai siklus kehidupan
i) Pengembangan dan Penguatan Deteksi Dini dan Surveilans dengan optimalisasi teknologi informasi
j) Peningkatan peran serta komunitas, masyarakat, mitra dan multisektor lainnya dalam peningkatan
Kesehatan Jiwa dan NAPZA
k) Peningkatan kapasitas dan mutu Sumber Daya Kesehatan Jiwa dan NAPZA

20
Tujuan Program Kesehatan Jiwa

Mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal

sesuai siklus kehidupan

dengan pendekatan promotif,

preventif,

kuratif,

dan rehabilitatif

yang diselenggarakan secara


menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan 21
Lansia
Upaya promotive – preventif kesehatan jiwa:
• Deteksi dini keswa lansia
• (demensia/ depresi, dll)
Pendekatan siklus kehidupan (continuum of Care) Dewasa
dan Kelompok Risiko (Population at Risk)

Terintegrasi pada semua tingkat layanan kesehatan dan Pelayanan bagi • Keswa dewasa
remaja • Deteksi dini melalui Posbindu
kegiatan LP/LS
& Pandu
• CEGAH PASUNG/
REPASUNG
Pelayanan bagi
anak SD
• Keswa Remaja
• Skrining ASSIST
Pelayanan bagi
• Posbindu di Sekolah
balita
• Life skill remaja
Pelayanan bagi
bayi • Deteksi dini
Persalinan, nifas
keswa anak
& neonatal
Pelayanan Pemeriksaan usia sekolah Populasi khusus lain:
PUS & WUS Kehamilan • Pemantauan
perkembangan Kesehatan jiwa di kampus
• Deteksi Dini
• Pola asuh dan Keswa Anak
• Deteksi dini
tumbuh kembang Kesehatan jiwa di tempat kerja
anak
• Konseling • Deteksi dini Keswa Bulin, • Deteksi dini
Pranikah keswa ibu hamil Bufas dan Kesehatan jiwa di kelompok khusus - RS
pada gangguan
• Stimulasi janin Buteki
perkembangan
dalam kandungan anak 22
Kelompok Berisiko Masalah Kesehatan Jiwa Berdasarkan Siklus Hidup

Remaja Lansia
• Siswa baru dan tingkat akhir SMP dan SMA • Lansia yang tinggal sendiri/hanya dengan pasangannya
• Pasien penyakit kronis: Kanker, HIV-AIDS, dll. • Lansia yang membutuhkan perawatan jangka panjang
• Santri • Penghuni panti sosial (warga binaan)
• Remaja dengan disabilitas • Pasien penyakit kronis: Hipertensi (stroke, gagal ginjal,
• Korban tindak kekerasan penyakit jantung) TBC, DM, Kanker, HIV-AIDS, dll
• Korban trafficking • Korban dan penyintas bencana alam/non alam dan
• Korban dan penyintas bencana alam/non alam dan bencana sosial
bencana sosial • Korban kekerasan
• Pekerja seks komersial (Tuna Susila)

Dewasa
• Mahasiswa baru dan tingkat akhir Perguruan Tinggi • Pekerja migran
• Pasien penyakit kronis: Hipertensi (stroke, gagal ginjal, penyakit jantung) TBC, DM, • Korban trafficking
Kanker, HIV-AIDS, dll • Korban dan penyintas bencana alam/non alam dan bencana sosial
• Pasien dengan penyakit fisik yang tidak membaik setelah diobati dengan • Keluarga (pendamping) pasien ODGJ dan penyakit kronis
adekuat. • Keluarga (pendamping) orang dengan disabilitas
• Ibu hamil dan post partum • Pekerja seks komersial (Tuna Susila)
• Ibu dengan anak balita • Orang dengan variasi preferensi seksual
• Orang tua tunggal • Pendamping lansia (caregiver)
• Orang dengan disabilitas • Warga binaan pemasyarakatan di Lapas/Rutan dan keluarganya
• Korban tindak kekerasan • Penghuni panti sosial (warga binaan)
• Pekerja dengan sistem shift • Petugas panti sosial
• Pekerja di tempat kerja yang berisiko • Klien/pasien di lembaga rehabilitasi penyalahgunaan Napza dan keluarganya

34
Intervensi Pada Tiap Kelompok
Tenaga kesehatan dengan kompetensi di bidang Tenaga profesional
Low kesehatan jiwa lainnya High
Populasi 1. dokter spesialis kedokteran jiwa/ 5. perawat 1. pekerja sosial
Kuratif & psikiater 6. perawat spesialis jiwa 2. Konselor (termasuk
Penderita
Rehabilitatif Gangguan 1. dokter spesialis lainnya 7. tenaga kesehatan lainnya yang konselor adiksi dan
2. dokter umum mendukung kesehatan jiwa asisten konselor)
Jiwa 3. psikolog klinis

Tenaga Kesehatan Tenaga profesional lainnya


Frekuensi kebutuhan

Preventif Populasi Berisiko 1. Dokter umum 1. pekerja sosial


2. Psikolog Klinis pertama
Gangguan Jiwa 2. Konselor (termasuk konselor
3. Perawat & perawat jiwa adiksi dan asisten konselor)

Biaya
4. tenaga kesehatan lainnya yang 3. guru bimbingan konseling
mendukung kesehatan jiwa

1. Tenaga kesehatan dengan kompetensi di bidang


kesehatan jiwa
2. Tenaga profesional lainnya
Populasi Umum 3. Tenaga Lain yang terlatih di bidang keswa
Promotif • tokoh masyarakat
• tokoh agama
• kader kesehatan
• tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
High Low

28
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Kesehatan Jiwa
Upaya Tujuan Tenaga Tempat Keterlibatan K/L
mempertahankan dan meningkatkan 1. Tenaga kesehatan dengan 1)Keluarga; 2) Lembaga 1. Kemensos,
derajat kesehatan jiwa masyarakat kompetensi di bidang Pendidikan; 3) Tempat kerja; 2. Kemenag,
secara terintegrasi, komprehensif kesehatan jiwa 4) masyarakat; 5) 3. Kemendikbudristek
2. Tenaga profesional lainnya 4. Kemnaker,
Promotif dan berkesinambungan dengan 3. Tenaga Lain yang terlatih di Fasyankes; 6) Media massa; 5. Kominfo,
upaya kesehatan lain. bidang keswa 7) Lembaga keagamaan; 8)
Lembaga pemasyarakatan; 6. Kemenkumham,
4. Tenaga pendidik & 9) Pusat kesejeahteraan
kependidikan social; 10) pesantren/institusi
5. Tenaga Penyuluh berbasis keagamaan; 11)
6. Tokoh Agama
Rumah Singgah

1. mencegah terjadinya masalah Tenaga Kesehatan 1. Fasyankes


kejiwaan; 1. Dokter umum 2. Keluarga
2. mencegah timbulnya dan/atau 2. Psikolog Klinis 3. Masyarakat
Preventif kambuhnya gangguan jiwa; 3. Perawat & perawat jiwa 4. Lembaga
3. mengurangi faktor risiko 4. tenaga kesehatan lainnya yang 5. Rumah perlindungan
mendukung kesehatan jiwa
terjadinya gangguan jiwa pada sosial
masyarakat secara umum atau Tenaga profesional lainnya 6. Rumah singgah
perorangan; dan/atau
5. pekerja sosial
4. mencegah timbulnya dampak
6. Konselor (termasuk konselor
masalah psikososial. adiksi dan asisten konselor)
7. guru bimbingan konseling
8. Tenaga Profesi Psikolog

29
Upaya Kesehatan Jiwa
Upaya Tujuan Tenaga Tempat Keterlibatan K/L
1. penyembuhan Tenaga kesehatan Fasyankes: 1. Kemenag
FKTP:
atau pemulihan; dengan kompetensi di • Puskesmas
2. Kemensos
2. pengurangan bidang kesehatan • Klinik Pratama
Kuratif penderitaan; jiwa
3. pengendalian Bentuk tata laksana:
1. Diagnosis
disabilitas; dan 1. dokter spesialis 2. tatalaksana awal
4. pengendalian kedokteran 3. tatalaksana stabilisasi (rujuk balik)
gejala penyakit. jiwa/psikiater 4. rujukan
2. dokter spesialis
FKRTL:
lainnya • RSU
3. dokter umum Bentuk tata laksana:
4. psikolog klinis 1. penegakan diagnosis
5. perawat 2. pengobatan rawat jalan & rawat inap untuk kondisi akut
3. Tata laksana komprehensif pada kondisi medis umum 
6. perawat spesialis consultation liaison psychiatry
jiwa 4. rujukan pada kasus subspesialistik.
7. tenaga kesehatan
lainnya yang • RSJ (Wewenang Pemerintah Pusat & Prov)
Bentuk tata laksana:
mendukung 1. layanan subspesialistik,
kesehatan jiwa 2. penaganan kondisi resistant therapy,
3. layanan komprehensif mulai dari kondisi akut, stabilisasi, dan
rehabilitasi psikososial,
4. upaya tata laksana yang berorientasi pada pemulihan dan
persiapan untuk berperan secara mandiri di masyarakat dan
mencapai kualitas hidup yang optimal

30
Upaya Kesehatan Jiwa
Upaya Tujuan Tenaga Tempat Keterlibatan K/L
1. mencegah atau mengendalikan Tenaga kesehatan dengan 1. Fasyankes 1. Kemensos
disabilitas; kompetensi di bidang 2. Fasilitas di luar 2. Kemenag
2. memulihkan fungsi sosial kesehatan jiwa sektor 3. KemenkopUKM*
Rehabilitatif 3. memulihkan fungsi okupasional; kesehatan 4. BNN
dan 1. dokter spesialis kedokteran 3. Masyarakat
4. mempersiapkan dan memberi jiwa/psikiater
kemampuan ODGJ agar mandiri di 2. dokter spesialis lainnya
masyarakat 3. dokter umum
4. psikolog klinis
5. perawat
6. perawat spesialis jiwa
7. tenaga kesehatan lainnya yang
mendukung kesehatan jiwa

Tenaga profesional lainnya:


8. pekerja sosial
9. Konselor (termasuk konselor
adiksi dan asisten konselor)
10.Tenaga profesi psikolog

31
INDIKATOR KINERJA PROGRAM P2 KESWA DAN NAPZA 2020 - 2024
PERMENKES RI Nomor 13 Tahun 2022 Tentang Perubahan Atas PERMENKES Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024

Tahun
Kegiatan Indikator
2020 Capaian 2021 2022 2023 2024

Pencegaha Persentase ODGJ berat yang


n dan mendapatkan layanan
45 63,6 % 60 75 90 100

Pengendalian
Masalah Penyalahguna Napza yang
Kesehatan mendapatkan pelayanan 9.500 9585 10.000 10.500 11.000 11.500
Jiwa dan rehabilitasi medis

Napza Presentase penderita Depresi pada


penduduk ≥ 15 tahun yang 10 0,16% 20 30 60 90
mendapat layanan

Presentase penderita Gangguan


Mental Emosional pada penduduk 10 0,16% 20 30 60 90
≥ 15 tahun yang mendapat
 Gambaran Kondisi Kesehatan Jiwa di Indonesia
 Kebijakan dan Strategi Direktorat Kesehatan Jiwa
 Situasi Kesehatan Jiwa di Provinsi NTT
Outline  Kesimpulan

29
SITUASI KESEHATAN JIWA
PROVINSI NUSA TENGGARA
TIMUR
PETA KABUPATEN YANG SUDAH DILATIH DETEKSI DINI KESEHATAN
JIWA TAHUN 2017 - 2023
(Flotim) LEMBATA (Alor)
L A U T F L O R E S
LARANTUKA KALABAHI 203/0
(Mgra)i (Mgra Tmr ) (Ende)
(Mabar) Ruteng
(Ngada)
Borong BAJAWA ENDE P.ADONARA
L.Bajo

P. SOLOR MB AI
AT O
SEL

(Sumba Brt Daya) (TTU)


Sikka
WAITABULA KEFA
Nagekeo Malaka
S E LAT S U M BA
(Sumba Tengah
WAIRASA

Belu
LA U T S A W U
(Sumba Brt)
WAIKABUBAK
TTS
P. SAWU
(Sumba Tmr)
KET : WAINGAPU
SABU RAIJUA
SE
LA
T R
KAB.KUPANG

OT
I
1. TTS : PKM KOTA KUPANG U
P. ROTE
2. Ende : 26 PKM 10. Manggarai : 6 PKM
3. Flores Timur : 21 PKM 11. Manggarai Barat : 2 PKM ROTE NDAO
4. Nagekeo : 7 PKM 12. Manggarai Timur : 2 PKM
5. Sikka : 25 PKM 13. Belu : 17 PKM
6. Rote : 12 PKM 18. Malaka : 4 PKM
14. Kota Kupang : 11 PKM 19. Alor : 20 PKM
7. Lembata : 2 PKM 15. Sumba Tengah : 8 PKM
8. TTU : 2 PKM 20. Sumba Barat Daya : 2 PKM
16. Sumba Barat : 2 PKM 21. Kab Kupang : 36 PKM
9. Sumba Timur : 22 PKM 17. Ngada : 19 PKM
Tenaga Kesehatan Terlatih Deteksi Dini dan
Penatalaksanaan Gangguan Jiwa di Provinsi NTT
30

25
25 24 24 Dokter : 211 org
Perawat : 275 org
22 Kader : 59 orang
Total Nakes terlatih : 545 org
20 1919
18 18
1717
16
15

11 1111
10
8
6 6
5
5 4 4 4 4
3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1
0 0 0
0
o te de ur TT
S a ta ur ng lu at h da U ai ur at a or ya ka ng
e ke Ro n m iS kk ba Tim upa Be Ba
r ga a TT ga
r m Ba
r i ju Al a
al
a a
g E Ti m e n Ng g Ti R a
at
D
Ku
p
Na re
s Le ba K ba T an ai r ai bu r M .
ta m ba ga
r
ga Sa Ba b
Flo Su
m Ko Su m M
g g ba
Ka
Su an an m
M M Su
Dokter Perawat
100 %
Target
372.74

391.25

337.16

308.05

170.47

217.70

179.09

223.04

180.43

108.57

162.84

151.55

133.27

151.17

142.26

104.56
di Fasyankes Provinsi NTT Tahun 2022

93.02

69.41
Persentase ODGJ BERAT Yang Memperoleh Layanan

84.21

77.58

70.66

57.89

173.86
Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan risiko masalah kesehatan jiwa yang
mendapatkan skrining di Provinsi NTT Tahun 2022
70

59.86
60

50

40

30%
29.32
30

20.74 20.02 22.24


20
12.28
9.09 10.64 9.51
10 8.83
5.75
2.55 3.71
0.68 1.35 0.36 1.6 0.31 0.33
0 0 0 0
0
at ur g n ra lu or ta ur ka de da ai ao at h ya o ur a ka g T
Ba
r m an a ta ta Be Al ba m Sik En a ga
r d
Ba
r
ng
a a e ke m i ju
al
a an NT
Ti Ku
p
Se
l U m Ti Ng g N e tD g Ti Ra Ku
p
ba ba a h Le re
s an te r ai T r a Na ai bu
M
m a h g Ro ga ba Ba ga
r
Sa ta
Su Su
m
ng en Flo M g m
ba g Ko
T e
or
T an Su m an
or m M Su M
Ti
m Ti
Su
m
ba
Su
Ba
r

m
12 972
56

at

ba
18

Ti
86

m
10.34

im

or
1471,636

T
ur
023
170

Ku

T
en
19.33

g
pa

im
n

ah
116 2,495

or
6

g
7129

Se
l

Te
12.49

n
at
3,065

a
244

ga
n

h
741
292

U
9.87

ta
3611,698

ra
690
457
28.54

Be
l
1861,483

u
233
221
22.90

Al
1,325
3185

or

Le
0188

Fl
18.76

o
ba
t
70920

re
0

s
171

T
10.41

im
3541,862
91

ur
13
458
29.29
Si
k 7872,133
95
ka
93975
46.40
En

1,764
d

815
e

248865
N

48.43
ga

1,103
M
d

245
a

919
an

273
g

30.91
ga
R
r

502 2,125
M
ot
ai

028
e

530
ng

25.85
N

972
da

141
ar

23
o

10
i

174
20.43
um
Ba
r

Su

3681,739
ba

23
at

21
412
Te

ba

21.97
B
ng

578
a

ar

580
h

a
Provinsi NTT bulan Tahun 2022

1
t

86
19.91
Da
y

71 2,069
23
N
a

14
108
ag

ng

9.76
g
ek
a

1,081
e

200
ra
o

040
240
T

53.83
S
im
ab

12301,802
ur

5236
R

35.65
ai
ju

30614
a

423
M

57
9.95
al

Ko
a

1,285
ta

3143
ka

0146
Ku

11.28
pa
n

520 2,898
15
g

47
582
21.32
N

5807 35,619
605
TT

344 6756
29.42
2038
Persentase Penyandang Gangguan Jiwa Yang Memperoleh Layanan di Fasyankes

12
81 2131
30%
Kasus Pasung dari tahun ke tahun di Provinsi NTT

400 372
350 332 325
313
300

250 222
200 187

150

100

50

0
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Upaya & Dukungan Pemerintah Provinsi NTT

No Dukungan
1 Pelatihan Deteksi Dini dan Penatalaksanaan Gangguan Jiwa bagi Dokter dan Perawat (peningkatan kapasitas petugas
kesehatan)/aspek promotif
2 Pelatihan Penanganan Dampak Psikologis bagi Anak Korban Kekerasan bagi Tenaga Kesehatan (peningkatan kapasitas petugas
kesehatan) / aspek promotif
3 Pelatihan Keterampilan Sosial (Life Skill) bagi Guru di Sekolah Tahun 2018 (peningkatan kapasitas petugas kesehatan dan guru
BK/UKS) / aspek promotif)
4 Orientasi Tenaga Kesehatan Jiwa di FKTP Tahun 2020 (peningkatan kapasitas petugas Kesehatan)
5 Pelatihan Tenaga Kesehatan Terpadu Kesehatan Jiwa Tahun 2022 (peningkatan kapasitas petugas Kesehatan)
6 Orientasi Upaya Kesehatan Jiwa di Sekolah Tahun 2022 (peningkatan kapasitas petugas Kesehatan dan Guru BK/UKS)
7 Penguatan Upaya Kesehatan Jiwa di Sekolah Tahun 2023 (Lomba
8 Menyusun Usulan kebutuhan Obat Program Jiwa Tahun 2022 / aspek kuratif/rehabilitatif
9 Memfasilitasi usulan kebutuhan Obat Program Jiwa dari Kabupaten/Kota, aspek kuratif/rehabilitatif
10 Distribusi obat-obat program jiwa, aspek kuratif/rehabilitatif
KENDALA YANG DIHADAPI OLEH PEMERINTAHAN
PROVINSI NTT TAHUN 2023
SUPPLY 01 5. Belum semua puskesmas di Kab/Kota memiliki
1. Minimnya jumlah nakes terlatih keswa (545 dokter umum
nakes) Nakes terlatih memiliki tupoksi utama
baik sebagai dokter dan perawat di Puskesmas 6. Kondisi geografis Provinsi NTT yang merupakan
daerah kepulauan menjadi kendala bagi pasien
2. Jumlah puskesmas yang melakukan pelayanan gangguan jiwa yang akan dirujuk
sebanyak 322 puskesmas dari total 431
puskesmas, dibutuhkan 13.595 kader, kader 7. Kegiatan pencatatan dan pelaporan masih
yang ada saat ini 59 orang yang dilatih. manual. Untuk pelaporan yang sudah berbasis
website belum maksimal dijalankan karena masih
3. Belum semua kader mau direkrut menjadi dalam penyempuran serta dibutuhkan
tenaga Kesehatan Jiwa karena tenaga tenaga
MASALAH laptop/Komputer serta signal yang baik
keswa adalah tenaga sukarela

4. Integrasi dan kolaborasi Lintas program/Lintas


Sektor Kesehatan jiwa dengan program lain
yang mendukung belum berjalan secara
optimal.
KENDALA YANG DIHADAPI OLEH PEMERINTAHAN
PROVINSI NTT TAHUN 2023

DEMAND 02
1. Sebagian besar masy. NTT memiliki mata 4. Stigma di masyarakat terkait deteksi dini
pencaharian sebagai petani sehingga masy Kesehatan jiwa dan Orang Dengan Gangguan Jiwa
lebih memilih untuk bekerja ketimbang (ODGJ)
melakukan pemeriksaan kesehatan 5. Topografi di NTT yang membuat masyarakat
kesulitan mencapai akses baik Layanan Orang
2. Masyarakat merasa sehat sehingga tidak perlu Dengan Gangguan Jiwa
untuk melakukan deteksi dini

3. Masyarakat belum siap menerima jika hasil MASALAH


pemeriksaan dinyatakan tidak sehat
SOLUSI

1. Perlu peningkatan kapasitas bagi 317 5. Integrasi lintas program/lintas sektor


nakes yang belum terlatih keswa dan
sebanyak 13.536 kader. 6. Sosialisasi dan edukasi yang lebih
intens ke masyarakat
2. Adanya insentif untuk kader
7. Mendekatkan akses layanan ke
3. Pemenuhan sarana pendukung masyarakat (jemput bola)
skrining Kesehatan Jiwa Serta sarana SOLUSI
pelaporan 8. Menambah poli jiwa pada RSU di Kab
sehingga mempermudah pasien untuk
4. Logistik program Kesehatan jiwa dirujuk
masih sangat mencukupi permintaan
obat dari kab/kota untuk pelayanan di
puskesmas
• Prevalensi tinggi
• Kesenjangan pengobatan tinggi
• Beban global tinggi
Rendahnya: • Stigma & diskriminasi
• Pengetahuan • Kurangnya SDM keswa Perlu:
• Kesadaran • Terbatasnya akses layanan • Peningkatan pengetahuan
• Penerimaan masyarakat • Hak asasi manusia • Peningkatan akses layanan
• Stigma oleh nakes • Tinginya biaya perawatan • Penatalaksanaan yang efektif
> >

< <
• Penanganan terhadap ODGJ berat
• Penanganan terhadap orang dengan gangguan mental emosional
• Penanganan terhadap orang dengan gangguan jiwa lainya Deteksi Dini
• Penanganan orang dengan penyalahgunaan napza Masalah Kesehatan
Jiwa dan NAPZA
< • Intervensi dini
Mengupayakan: •
• Yang sehat jiwa tetap sehat jiwa Pemerataan akses layanan di
• Yang berisiko menjadi sehat jiwa layanan primer
<
<

• Yang gangguan jiwa menjadi mandiri & produktif

Indonesia
Sehat Jiwa
50
KEGIATAN
PENJANGKAUAN,
PERAWATAN,
KERJASAMA
LINTAS SEKTOR
OLEH DINAS
KESEHATAN
KAB/KOTA
Rapat lintas sector/lintas program membahas masalah penanganan odgj
sekaligus Menyusun draft tim pokja Kesehatan jiwa masyarakat di aula telaga
nirwana DINAS KESEHATAN KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
PROVINSI NTT
PELAKSANAAN ORIENTASI UPAYA KESEHATAN JIWA DI SEKOLAH
PELATIHAN KADER KESEHATAN JIWA DI SMA/SMK/MI/SKO DI
PROVINSI NTT
SOSIALISASI SEKALIGUS DETEKSI DINI MASALAH
KESEHATAN JIWA DI SMA/SMK/MI/SKO DI PROVINSI NTT
C
Cerdas intelektual
E
Empati dalam berkomunikasi
R
Rajin beribadah
I
Interaksi yang
A
Asah, asih, asuh
emosional dan spiritual efektif sesuai agama & bermanfaat bagi tumbuh kembang
keyakinan kehidupan dalam keluarga &
masyarakat

51

Anda mungkin juga menyukai