02 04
Diagnosis gangguan jiwa yang sering Rujukan Kasus Gangguan Jiwa
ditemukan di pelayanan primer
• Gangguan Psikotik
• Gangguan Depresi
• Gangguan Cemas
• Gangguan Demensia
Pendahuluan
• UU no. 18 tahun 2004 tentang Kesehatan Jiwa: Upaya kesehatan jiwa diselerenggarakan melalui
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
meneyeluruh, dan berkesinambungan bersama-sama dengan lintas program dan lintas sektor terkait.
• “Sehat jiwa” = kondisi dimana seseorang dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
• “Orang dengan gangguan jiwa/ODGJ” = orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku,
dan perasaan yang termanifestasi dalam sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang
sebagai manusia.
01
Konsep
Gangguan Jiwa
Definisi
● Gangguan jiwa adalah gangguan dalam:
⮚ Pikiran
termanifestasi dalam bentuk
⮚ Perilaku sekumpulan gejala dan/atau
⮚ perasaan perubahan perilaku yang
bermakna
Gangguan
Gangguan Depresi Gangguan Psikotik Demensia
Cemas/Anxietas
Gangguan Cemas/Anxietas
● Faktor eksternal:
○ Stresor kehidupan
○ Penggunaan alkohol dan NAPZA
Gangguan Cemas/Anxietas
● Dampak faktor psikologik termasuk o Mempengaruhi persepsi akan keparahan gejala
anxietas terhadap faktor fisik, antara lain: o Menentukan apakah seseorang akan mencari
○ Sebagai penyebab atau pencetus penyakit pertolongan dokter atau mempengaruhi peran
fisik (asma, kolitis ulserativa). serta pasien dalam pengobatan.
○ Menyebabkan kebiasaan tidak sehat
(makan berlebihan, merokok, minum
alkohol berlebihan).
○ Mengakibatkan perubahan hormonal, Perlu dibedakan dengan istilah
imunologik, atau neurofisiologik yang “psikosomatik”: studi sistematik
berkontribusi dalam mencetuskan atau terhadap faktor psikologik pada
memengaruhi proses patologik fisik proses penyakit fisik
Apabila gangguan anxietas tidak dikenali dan tidak ditata laksana → menimbulkan angka morbiditas yang
besar, penggunaan layanan kesehatan yang tidak perlu, dan timbul hendaya fungsi sehari-hari.
Penelitian: gangguan anxietas kronik meningkatkan risiko gangguan fisik (contoh: meningkatnya risiko
kematian pada penderita gangguan jantung).
Gangguan Depresi
Demensia Amnesia
• Gejala klinis:
Distorsi pikiran dan Emosi yang tidak patut dan
persepsi rentangnya sempit
Pembicaraan yang
Halusinasi
inkoheren atau irelevan
Berbagai abnormalitas perilaku dapat dibagi menjadi gejala positif dan gejala negatif:
Gejala Negatif Gejala Positif
Pada umumnya, gejala positif akan berespon lebih baik terhadap pengobatan antipiskotik dibandingkan
gejala negatif.
Gangguan Psikotik
• Pasien dengan gangguan psikotik biasanya datang ke puskesmas dengan diantar oleh satu atau lebih
anggota keluarga atau masyarakat.
• Pasien dapat berperilaku kacau bahkan agresif → sering kali tidak mudah menjalin komunikasi
dengan pasien.
• Petugas kesehatan harus tetap tenang dan menerapkan metode wawancara psikiatrik (seperti
yang telah dibahas sebelumnya), dan selalu memerhatikan keselamatan semua pihak.
• Upayakan selalu tetap mengutamakan pasien, keterangan dari pengantar atau keluarga akan
memberi tambahan masukan yang berarti.
Gangguan Psikotik
• Dalam mendiagnosis gangguan psikosis, periksa apakah pasien datang dengan tanda-tanda
psikosis, misal:
⮚ Pembicaraan yang inkoheren atau irelevan
⮚ Delusi/waham (misal: keyakinan bahwa pikirannya dimasukkan dari luar atau tersiar).
⮚ Halusinasi: mendengar suara atau melihat sesuatu yang tidak yata
⮚ Perilaku menarik diri, agitasi atau disorganisasi (misal: diam saja tidak mau merespon, marah-
marah dan beringas, penampilan yang tidak lazim, tidak rapi, perawatan diri buruk)
⮚ Mengabaikan tanggung jawab yang biasa dikerjakan terkait dengan pekerjaan, sekolah, tumah
tangga, dan aktivitas sosial.
Gangguan Psikotik
• Setelah ditetapkan bahwa pasien tersebut mengalami psikosis, maka pemeriksaan selanjutnya
adalah untuk menjawab pertanyaan: “Apakah pasien menderita psikosis akut atau kronis?”,
“Apakah pasien mengalami episode manik akut?”; dan “Apakah ada kondisi penyerta yang
dialami pasien?”
Gejala somatik
Kelelahan Nyeri
lain
Gejala
Insomnia
gastrointestinal
Ny. SB, 45 tahun. Mengeluhkan sakit kepala, kelelahan, dan nyeri otot serta punggung yang terjadi dalam 1
bulan terakhir.Ny. SB juga mengeluhkan rasa mual berulang.Tidur lebih banyak dari biasanya, mudah jatuh
tidur, terbangun diri hari dengan rasa lelah yang sangat.
Akhir-akhir ini Ny. SB semakin mengalami kesulitan untuk menjalankan aktivitas yang selama ini Ia lakukan
(membersihkan rumah, menyiapkan makanan, mencuci pakaian). Ia tidak mampu untuk bangun dan
menyiapkan kebutuhan anak-anak di pagi hari.Suami juga melaporkan bahwa Ny. SB seringkali mudah
tersinggung dan sangat mudah marah.
Setelah itu tanyakan keluhan lain yang dialami pasien, tanyakan gejala-gejala depresi, baik gejala utama maupun
gejala tambahan. Jika keluhan fisik diutarakan pertama kali, tanyakan gejala depresi dimulai dari keluhan yang
berhubungan dengan fisiknya, misalnya: mudah lelah dan aktivitas yang menurun. Setelah itu tanyakan gejala
lainnya. Jangan lupa untuk menilai adanya ide bunuh diri, kekuatan dari ide tersebut, kemampuan pasien
mengendalikan ide bunuh diri tersebut.
Ilustrasi Kasus Depresi
Ny. SB menyatakan bahwa ia merasa sedih terus menerus, menghindari aktivitas yang dulu Ia sukai dan
nikmati bersama teman-teman – “tidak ada yang membuat saya merasa senang sekarang”. Berhenti makan dan
kehilangan berat-badan yang bermakna. Selama proses wawancara, ia bergerak dan berbicara sangat lambat.Ia
sering menyatakan bahwa ia tidak berguna, ibu yang jahat karena tidak menjaga anak-anak dan suaminya
dengan baik. Berharap tidur dan tidak pernah bangun lagi.
• Gejala-gejala apa saja yang membuat kita berpikir bahwa Ny. SB mengalami Gangguan Depresi? Ingat kembali
gejala-gejala depresi.
Gangguan Depresi
Langkah 7:
Langkah 1: menyingkirkan
menyingkirkan Langkah 3: menilai Langkah 6: adanya gejala
Langkah 2: menilai Langkah 4: Langkah 5: menilai
kemungkinan minimal 3 dari 7 menyingkirkan tambahan (seperti
2 dari 3 gejala utama berlangsung adanya gangguan
penyakit organik gejala tambahan adanya psikotik dan ide bunuh diri,
depresi minimal dua minggu fungsi
dan penyalahgunaan depresi mania penyakit fisik yang
zat menyertai/memperb
uruk)
Pengingat: Gangguan Bipolar
❖ Tanyakan riwayat sebelumnya, apakah ada gejala-gejala berikut dalam 1 minggu terakhir (atau
pernah dinyatakan mengalami gangguan manik):
Peningkatan suasana perasaan
(mood) yang meningkat,
Bicara sangat banyak dan aktif, Peningkatan aktivitas, gelisah,
ekspansif (meluap-luap), atau
ada flight of ideas sangat bersemangat
iritabel (mudah
marah/tersinggung)
❖ Depresi pada perempuan usia produktif sering terjadi saat perinatal. Depresi pasca persalinan dialami
oleh lebih dari 10% perempuan. Depresi pasca persalinan berlangsung 1-4 bulan pasca melahirkan,
meskipun ada yang berlanjut hingga 1 tahun, sehingga berisiko untuk keselamatan ibu dan bayi.
Jika tidak ditatalaksana dengan baik akan berdampak negatif bagi tumbuh kembang bayi.
❖ Penggunaan antidepresan selama kehamilan dan menyusui sebaiknya dihindari. Jika memang dengan
intervensi psikososial dirasakan tidak cukup efektif, dapat diberikan antidepresan dosis kecil, ¼
hingga ½ dosis pada trimester ke 2 dan ke 3. Hindari penggunaan antidepresan yang bekerja
panjang (seperti golongan SSRI). Rujuk ke spesialis bila upaya maksimal yang dilakukan dirasakan
kurang membantu.
Pengingat: Depresi pada Anak dan Remaja
❖ Anak dan remaja juga rentan terhadap depresi. Gejala yang sering tampak pada kelompok usia ini
diantaranya:
• Keluhan-keluhan somatik
• Prestasi disekolah menurun
• Menarik diri dari pergaulan atau aktivitas sosial
• Berat badan bertambah atau menurun dengan drastis
• Agresi, agitasi atau iritabilitas (mudah marah)
• Konsumsi berlebih: rokok, alkohol dan narkoba
Pengingat: Depresi pada Anak dan Remaja
perlakuan salah atau kekerasan ∙ Jika ada, pertimbangkan psikoterapi interpersonal (IPT –
Interpersonal Therapy) atau terapi perilaku kognitif (CBT-
pada anak di rumah maupun Cognitive Behavioral Therapy), aktivasi perilaku.
∙ Jika ada, pertimbangkan tatalaksana tambahan: program aktivitas
sekolah fisik yang terstruktur, training relaksasi atau tatalaksana
pemecahan masalah.
∙ Saat intervensi psikososial terbukti tidak efektif, pertimbangkan
fluoxetine (tapi bukan SSRIatau TCA lain).
∙ Tawarkan tindak lanjut rutin
Pengingat: Depresi pada Lansia
1. Kognitif: • Berkeringat
• Gemetar
• Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya, lapang • Jantung berdebar
persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsan luar • Nafas pendek
• Nadi dan tekanan darah naik
2. Perilaku dan emosi • Mulut kering
• Diare/konstipasi
• Khawatir, cemas, panik • Mual/rasa tidak enak di lambung
• Tegang, perasaan tidak aman • Nyeri perut/dada
• Bicara berlebihan dan cepat • Kepala terasa ringan
• Gerakan tersentak-sentak • Pusing
• Takut hilang kendali, takut mati, takut menjadi gila • Rasa tercekik
• Rasa akan pingsan • Ketegangan otot
• Rasa baal/mati rasa, rasa kesemutan
• Sulit tidur
Kriteria Diagnosis
Gangguan Anxietas Menyeluruh Gangguan Panik
Gejala-gejala biasanya multipel dan mencakup unsur- a. Serangan anxietas berat atau ketakutan yang tidak
unsur sebagai berikut: dapat dijelaskan, berulang, timbul mendadak,
a. Ketegangan mental berupa kecemasan dan rasa menghebat dengan cepat dan sering hanya berlangsung
khawatir, sulit berkonsentrasi beberapa menit saja.
b. Ketegangan fisik/motorik antara lain gelisah, b. Sering disertai gejala fisik: palpitasi, sesak atau
gemetar, tidak dapat relaks,ketegangan otot, sakit nyeri dada, nafas pendek, berkeringat, perasaan seperti
kepala; tercekik, pusing, perasaan tidak nyata, takut hilang
c. Overaktivitas otonom: palpitasi, berkeringat, kendali, takut akan mati atau menjadi gila.
sesak nafas, kepala terasa ringan, keluhan c. Untuk diagnosis, harus ditemukan adanya
epigastrik, mulut kering, pusing. beberapaTidakkali
jarang pasien yang
serangan mengalami
anxietas beratserangan
dalam masa
panik datang ke instalasi gawat darurat karena
waktu keluhan
kira-kirafisik
1 bulan;
yang pada
hebat, keadaan-keadaan
mengira sedang yang
Gejala anxietas atau kecemasan pada gangguan sebenarnya secara
mengalami objektif
gangguan tidak Pasien
jantung. ada bahaya,
dengan tidak
anxietas menyeluruh ini sebagai gejala primer yang terbatasgangguan
pada situasi tertentu,
panik juga dengan
seringkali keadaan
ketakutan akan yang
kesendirian atau untuk pergi ke tempat-tempat
berlangsung hampir setiap hari untuk minimal relatif bebas dari gejala anxietas dalam periode antara
umum, dan ketakutan yang menetap akan
beberapa minggu, tidak terbatas pada kondisi serangan-serangan
kemungkinan panik.
mengalami serangan lagi (anxietas
tertentu. Seringkali berkaitan dengan adanya stres antisipatorik).
lingkungan yang kronis.
Kriteria Diagnosis
Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
Gangguan yang ditandai oleh adanya gejala-gejala anxietas dan depresi bersama-sama, dan masing-masing
gejala tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk dapat ditegakkannya suatu diagnosis
tersendiri.
Perbedaan yang jelas antara somatisasi dengan kondisi psikologik yang mempengaruhi kondisi medis
umum adalah pada somatisasi tidak ditemukan adanya kelainan fisik meskipun keluhan fisik banyak dan
sering berulang
Kriteria Diagnosis
Kriteria Diagnosis
• Jika terdapat hendaya • Jika awitan mendadak dan durasi Gambaran atipikal:
dalam tes kognitif & singkat • Awitan <60 tahun
fungsional • Jika gangguan lebih sering di • Hipotroidisme
• Telah berlangsung 6 bulan malam hari • Penyakit kardiovaskular
• Ada perubahan kesadaran • Riwayat ISK/HIV
• Ada disorientasi • Riwayat cedera kepala/stroke
Waham (lanjutan)
Terdapat lima jenis waham yang lazim pada demensia:
1. Orang mencuri barangnya
Penjelasan logisnya adalah pasien demensia tidak dapat mengingat lokasi persis barang-barang di rumahnya. Bila wahamnya berat,
pasien meyakini ada orang yang masuk ke rumahnya untuk menyembunyikan atau mencuri barang.
2. Rumah yang ditinggali bukan rumahnya
Bisa juga diklasifikasikan sebagai misidentifikasi. Kontributor utama terhadap keyakinan ini adalah bahwa pasien tidak mengingat atau
mengenali rumahnya sendiri. Waham ini dapat sangat menetap sehingga pasien mencoba pergi dari rumah untuk ‘pulang‘. Akibatnya
adalah wandering.
3. Pasangan (atau pelaku rawat) adalah seorang penyamar.
Juga termasuk misidentifikasi, atau disebut sebagai fenomena Capgras. Pasangan atau pelaku rawat dianggap sebagai orang lain yang
menyamar, dan bukan orang yang sebenarnya. Hal ini dapat membuat kesal pasangan/pelaku rawat yang sudah kecewa karena tidak
dikenali sehingga memicu kemarahan atau kekerasan.
4. Pengabaian
Orang dengan demensia kerap meyakini bahwa dirinya diabaikan, atau bila dirawat inap, ia membayangkan ada konspirasi untuk
menyingkirkannya. Meski fungsi intelektual menurun seiring progresivitas demensia, pasien masih memiliki sedikit tilikan terhadap
kondisinya. Kesadaran bahwa dirinya menjadi beban mungkin menjelaskan waham ini.
5. Ketidaksetiaan/cemburu
Terkadang pasien dengan demensia meyakini pasangannya tidak setia—baik secara seksual maupun emosional. Keyakinan ini juga dapat
meluas ke pelaku rawat lain.
Penyulit Gangguan Demensia
2. BPSD-Kelompok Gejala
• AGITASI
⮚ Demensia tidak dengan sendirinya menyebabkan agitasi. Faktor medis, psikologis, lingkungan dan
kepribadian premorbid terbukti memengaruhi timbulnya agitasi. Sebagian besar perilaku agitasi
mengisyaratkan rasa tidak nyaman dan tidak puas. Alasan terjadinya agitasi perlu diidentifikasi
sehingga intervensi sosial, lingkungan, perilaku atau medis dapat dilakukan untuk meredakan
gejala.
⮚ Agitasi terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
03
gangguan jiwa yang sering
ditemukan di pelayanan
primer
Gangguan Cemas
• Penatalaksanaan gangguan anxietas ada 2, yaitu melalui Intervensi Psikososial dan Intervensi Farmakologis.
Berikut ini adalah intervensi yang dapat dilakukan di FKTP:
I. Intervensi Psikososial
• Lakukan konseling dalam komunikasi terapeutik, dorong pasien untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan, tentang gejala dan riwayat gejala
• Beri penjelasan adanya pengaruh antara faktor fisik dan psikologis, termasuk bagaimana faktor perilaku,
psikologik dan emosi berpengaruh mengeksaserbasi gejala somatik yang mempunyai dasar fisiologik.
• Bicarakan dan sepakati rencana pengobatan dan tindak lanjut, bagaimana menghadapi gejala, dan dorong
untuk kembali ke aktivitas normal.
• Ajarkan teknik relaksasi (teknik nafas lambat). Dalam keadaan panik atau cemas, maka bernafas akan lebih
cepat. Belajar mengendalikan pernafasan dengan bernafas lambat akan membantu kita merasa lebih tenang
dan rileks.
Gangguan Cemas
I. Intervensi Psikososial (lanjutan)
• Anjurkan untuk berolah raga teratur atau melakukan aktivitas yang disenangi serta menerapkan perilaku
hidup sehat.
• Ajarkan untuk selalu berpikir positif dan manajemen stres dengan baik.
• Gangguan anxietas kadang-kadang memerlukan terapi yang cukup lama, diperlukan dukungan keluarga
untuk memantau agar pasien melaksanakan saran terapi dengan benar.
• Perhatian khusus pada gangguan panik; beri saran untuk melakukan langkahlangkah berikut jika terjadi
serangan panik:
o Tetap tinggal di tempat hingga serangan berlalu o Pusatkan perhatian untuk mengendalikan gangguan
anxietas, bukan pada gejala fisik
o Bernafas dengan lambat dan rileks. Hiperventilasi akan semakin menambah anxietasnya.
Gangguan Cemas
• Perhatian khusus pada gangguan somatisasi:
Relaksasi dan Teknik Nafas Lambat
o Jangan resepkan anti depresan atau anti cemas (benzodiazepin)
1. Bernafas dalam, lambat, tenang dari perut.
dan jangan memberikan suntikan atau tatalaksana yang tidak
2. Duduklah dengan nyaman dan punggung tegak perlu seperti vitamin. Selain efek samping, pertimbangkan
3. Tarik nafas melalui hidung dan hitung sampai 3 dengan bahwa tindakan ini dapat memerkuat ―peran sakit‖ yang
pasien mainkan.
perlahan
o Tawarkan untuk bicara secara pribadi dan tanyakan tentang
4. Tahan nafas hingga hitungan 3 dengan perlahan stresor saat ini.Ungkapkan bahwa keluhan tersebut nyata dan
5. Hembuskan nafas melalui mulut dan hitung hingga 3 perlu diturunkan rasa tidak nyaman akibatnya, meskipun hasil
pemeriksaan menunjukkan tidak adanya penyakit yang
dengan perlahan, lepaskan sebanyak mungkin udara saat
serius/berbahaya
mengontraksi otot perut, dan katakana rileks. o Minta pasien untuk menjelaskan gejala somatik yang dialami
6. Tarik nafas kembali, ulangi dari awal hingga merasa dan perasaan yang dialami, mencoba membuka wawasan
rileks adanya hubungan keduanya
o Dukung keberlanjutan (atau secara bertahap kembali) pada
7. Berlatihlah 2 x 5-10 menit setiap hari walaupun tidak
aktivitas normal o Minta pasien untuk kembali datang bila
sedang cemas, berlatih hingga terbiasa mengendalikan gejala memburuk. Bila semua upaya yang dilakukan kurang
cemas dan merasa nyaman membantu– konsultasikan ke spesialis.
Gangguan Cemas
II. Intervensi Farmakologis
Pemberian farmakoterapi untuk gangguan anxietas yang dapat diberikan di FKTP antara lain: (1). Golongan antidepresan yang
memiliki sifat antianxietas, (2). Golongan antianxietas itu sendiri: benzodiazepin.
• Antidepresan memiliki efek sebagai anti anxietas, terdapat bukti yang baik bahwa antidepresan terutama trisiklik dosis rendah
cukup efektif. Dosis dapat dinaikkan secara bertahap apabila tidak ada perubahan yang signifikan setelah 2-3 minggu:
fluoksetin 1x10-20 mg/hari atau sertralin 1x25-50 mg/hari atau amitriptilin 1x12,5-50 mg/hari. Catatan: amitriptilin tidak
boleh diberikan pada pasien dengan penyakit jantung, dan pemberian berhati-hati untuk pasien lansia karena efek hipotensi
ortostastik (dimulai dengan dosis minimal efektif).
• Pasien yang mendapatkan fluoksetin/sertralin dengan gejala kecemasan yang lebih dominan dan/atau dengan gejala
insomnia dapat diberikan kombinasi dengan antianxietas benzodiazepin. Obat-obatan antianxietas jenis benzodiazepin
antara lain: diazepam 1-2 x 2-5 mg atau lorazepam 1-2x0,5-1 mg atau klobazam 1-2 x 5-10 mg.
• Setelah kira-kira 2-4 minggu benzodiazepin dapat mulai ditappering-off perlahan (kurang dari 25% dosis sebelumnya tiap 2
minggu), sementara antidepresan diteruskan hingga 4-6 bulan sebelum di tappering-off. Yang harus dilakukan adalah
psikoedukasi bahwa saat penurunan dosis obat benzodiazepin mungkin dapat terjadi sedikit perasaan tidak nyaman, biasanya
dalam 2-3 hari akan kembali seperti biasa, perlu melalui fase adaptasi pada penurununan obat.
• Efek samping benzodiazepin termasuk sedasi dan efek pada kognitif dan psikomotor. Pada penggunaan jangka panjang,
dapat berhubungan dengan masalah ketergantungan dan lepas obat. Hati-hati potensi penyalahgunaan pada benzodiazepin.
Tindakan Keperawatan Pada Gangguan Ansietas
• Tindakan keperawatan ansietas dilakukan terhadap pasien dan keluarga (pelaku rawat).
• Saat melakukan pelayanan di Puskesmas, perawat membina hubungan saling percaya dengan pasien,
menanyakan keluhan fisik yang dialaminya, melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital, mengeksplor penyebab
munculnya keluhan fisik, pengkajian ansietas, mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat, menentukan
tingkatan ansietas, merumuskan diagnosis, melatih cara untuk mengatasi ansietas pada pasien dan keluarga.
• Pasien ke apotek untuk mengambil obat, kembali ke perawat, perawat menjelaskan tentang obat kepada pasien
dan keluarga serta tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasien melatih kemampuan mengatasi
ansietas yang telah diajarkan oleh perawat.
Pada setiap pertemuan, perawat melakukan tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga.
Tindakan Keperawatan Pada Pasien Ansietas
• Tujuan:
Tujuan tindakan keperawatan pada pasien ansietas adalah pasien mampu:
1) Mengenal ansietas
2) Melaksanakan cara-cara mengatasi ansietas :
a) Cara distraksi verbal, auditori dan perilaku
b) Relaksasi nafas dalam
c) Hipnotis lima jari
d) Cara spiritual
e) Patuh minum obat
Tindakan Keperawatan Pada Pasien Ansietas
Tindakan keperawatan:
1) Bantu pasien mengenal cemas dengan cara :
a) Bantu pasien mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan
b) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan cemas
c) Bantu pasien mengenal penyebab cemas
d) Bantu pasien menyadari perilaku akibat cemas
2) Latih pasien relaksasi nafas dalam
a) Posisi duduk di lantai atau kursi dengan tubuh rileks dan tidak ada tekanan pada otot yang menghambat aliran darah
b) Tarik nafas melalui hidung dengan sangat perlahan
c) Tiup melalui mulut dengan sangat perlahan.
d) Tiup sambil mengempeskan perut
e) Lakukan berulang kali
f) Mata boleh dibuka atau dipejamkan
Tindakan Keperawatan Pada Pasien Ansietas
3) Latih mengontrol ansietas dengan distraksi
a) Melihat pemandangan alam daerah pantai atau pegunungan (distraksi visual)
b) Mendengar suara alam seperti bunyi air mengalir, suara burung berkicau, musik instrumental atau musik lembut (distraksi
audio)
c) Anjurkan pasien untuk melakukan kegiatan seperti menonton film, komedi, kartun, membaca novel, membaca kata-kata
dengan huruf terbalik, mengunyah permen karet, melihat benda-benda sekitar, mendekatkan dua jari sedekat mungkin
berulang-ulang.
d) Berbicara dengan orang lain yang dipercayai (sosial)
4) Latih pasien mengontrol ansietas dengan hipnotis lima jari
a) Posisi duduk atau berbaring dengan mata ditutup dan tubuh rileks. Pikiran dikosongkan.
b) Sentuhkan ibu jari dengan telunjuk. Mulai membayangkan sedang berolah raga dan memiliki tubuh yang sehat
c) Sentuhkan ibu jari dengan jari tengah. Mulai membayangkan sedang bertemu dengan orang yang disukai dan memiliki
hubungan yang akrab
d) Sentuhkan ibu jari dengan jari manis. Mulai membayangkan saat mendapat pujian dan memiliki kemampuan yang
dibanggakan
e) Sentuhkan ibu jari dengan kelingking. Mulai membayangkan pemandangan alam yang indah dan sedang berada
disana.
Tindakan Keperawatan Pada Pasien Ansietas
5) Latih pasien mengatasi ansietas dengan cara spiritual
a) Diskusikan tentang keyakinan yang dianut oleh pasien
b) Latih cara mengontrol ansietas sesuai keyakinan pasien
c) Motivasi pasien untuk melakukannya
6) Latih pasien mengatasi ansietas dengan patuh obat
a) Jelaskan tentang prinsip 5 benar minum obat
b) Jelaskan manfaat obat
c) Jelaskan pentingnya minum obat teratur
d) Jelaskan tentang pentingnya kontunitas minum obat
Tindakan Keperawatan Pada Keluarga Pasien Ansietas
Keluarga (pelaku rawat) diharapkan dapat merawat pasien ansietas di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif
bagi pasien.
Tujuan:
Keluarga mampu :
a) Mengenal masalah ansietas
b) Memutuskan pelayanan yang diperlukan pasien ansietas
c) Merawat pasien ansietas
d) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang aman.
e) Memantau dan membimbing pasien dalam mengatasi ansietas
f) Melakukan follow-up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur
Tindakan Keperawatan Pada Keluarga Pasien Ansietas
Tindakan keperawatan
1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya ansietas dan cara merawat pasien pasien.
3) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan
Evaluasi
Untuk mengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang saudara lakukan, dapat dilakukan dengan menilai kemampuan pasien
dan keluarga:
a. Kemampuan pasien:
4) Membina hubungan saling percaya
5) Mengenal ansitas
6) Menyebutkan cara-cara mengatasi ansietas dengan tehnik relaksasi
7) Melaksanakan 4 cara tehnik relaksasi
b. Kemampuan keluarga:
8) Mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dan penyebab dari ansietas
9) Menyebutkan cara merawat pasien dengan ansietas
10) Mampu melatih pasien 4 (empat) cara mengontrol ansietas
11) Mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Gangguan Depresi
Penatalaksanaan gangguan depresi bertujuan untuk pemulihan pasien dengan mengurangi/menghilangkan
gejala, mengembalikan peran dan fungsi, mengurangi risiko kekambuhan, mengurangi risiko
disabilitas/mortalitas, dan kualitas hidup yang baik.
Pemulihan tersebut tergantung dari beberapa faktor, antara lain:
▪ Predisposisi genetik
▪ Kepribadian pramorbid
▪ Dukungan psikososial dari lingkungan
▪ Keberadaan stresor psikososial
▪ Komorbiditas dengan penyakit lain
▪ Jenis dan beratnya depresi, dan
▪ Manajemen pengobatan
Gangguan Depresi
Penatalaksanaan gangguan depresi yang dapat dilakukan di FKTP ada 2, yaitu Intervensi Psikososial dan Intervensi
Farmakologis.
I. Intervensi Psikososial
Intervensi psikososial antara lain adalah psikoedukasi, penilaian dan tata laksana stresor psikososial, pengembangan jaringan sosial,
membentuk program aktivitas fisik dan pemantauan regular secara berkala.
a. Psikoedukasi
• Tujuan utama psikoedukasi adalah untuk menginformasikan dan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang
Depresi merupakan masalah yang lazim dan dapat terjadi pada semua orang
• gejala depresi bahwa:
Depresi bukanlah kelemahan atau kemalasan, penderita sebenarnya berusaha untuk mengatasinya. Orang yang mengalami depresi
cenderung memiliki pikiran negatif yang tidak realistik tentang diri, tentang hidup, dan tentang masa depan. Hal-hal tersebut adalah
gejala dari depresinya.
• Tatalaksana efektif adalah mungkin. Tatalaksana memerlukan waktu beberapa minggu untuk menurunkan gejala depresi.
• Ketaatan pada pengobatan adalah hal penting Hal-hal yang perlu ditekankan:
• Pentingnya melanjutkan aktivitas sederhana yang biasanya menarik atau yang dapat menciptakan rasa nyaman dan
Gangguan Depresi
b. Penilaian dan tata laksana stresor psikososial
• Beri kesempatan untuk bicara, sebisa mungkin di tempat yang terjaga privasinya. Tanyakan pemahaman pribadi tentang
sebab gejala yang dialami
• Tanyakan tentang stresor psikososial saat ini dan kemungkinan cara penyelesaian masalah dari stresor psikososial itu atau
jika ada kesulitan membina relasi, dapat mencari bantuan layanan di komunitas yang tersedia
• Nilai dan tatalaksana situasi apa pun terkait perlakuan salah, perilaku kekerasan (KDRT), dan penelantaran (anak atau usia
lanjut). Kontak sumber daya legal dan komunitas, sesuai kebutuhan.
• Konsentrasi pada langkah kecil yang spesifik yang dapat diambil oleh penderita untuk mengurangi atau mengatasi
masalah tersebut, hindari pengambilan keputusan atau perubahan hidup yang besar, saat kondisi belum stabil.
• Identifikasi anggota keluarga yang mendukung dan libatkan mereka sebanyak mungkin, sesuai kebutuhan.
Gangguan Depresi
Pada anak dan remaja:
• Nilai dan tatalaksana masalah mental, neurologis, dan penyalahgunaan zat (terutama depresi) pada
orang tua
• Nilai stresor psikososial pada orang tua dan tatalaksana termasuk dengan bantuan layanan/sumber-
sumber yang ada di komunitas
• Nilai dan tatalaksana perlakuan salah, eksklusi atau perundungan (bullying)
• Jika ada masalah performa sekolah, diskusikan dengan guru tentang bagaimana mendukung para murid
• Sediakan pelatihan keterampilan pola asuh yang sesuai budaya
Gangguan Depresi
c. Pengembangan jaringan sosial
• Identifikasi aktivitas sosial sebelumnya, yang jika dimulai kembali, akan berpotensi memberikan
dukungan psikososial langsung atau tidak langsung (pertemuan keluarga, jalan-jalan bersama teman,
mengunjungi tetangga, aktivitas sosial di tempat kerja, aktivitas di masyarakat)
• Bangun kekuatan dan kemampuan orang tersebut dan berdayakan secara aktif untuk kembali ke
aktivitas sosial sebelumnya sebisa mungkin
d. Membentuk program aktivitas fisik
• Pembentukan aktivitas fisik dengan durasi sedang (45 menit) 3 kali per minggu
• Gali dengan orang tersebut aktivitas fisik apa yang diinginkan dan dukung untuk secara bertahap
memulainya, contoh mulai dari 5 menit aktivitas fisik
e. Pemantauan reguler secara berkala
• Kontrol secara berkala (misalnya di klinik, per telepon, atau melalui kunjungan rumah)
• Nilai perkembangan (sebagai contoh setiap 4 minggu)
Gangguan Depresi
II.Intervensi Farmakologis
A. Jenis-jenis Antidepresan:
1. Antidepresan Trisiklik (TCA)
Amitriptilin, Klomipramin, Imipramin.
2. SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)
Fluoksetin, Sertralin, Citalopram, Fluvoksamin.
3. SNRI (Serotonin-Norepinefrin Reuptake Inhibitors) dan NaSSA (Noradrenergic and Specific Serotonergic
Antidepressants) Venlafaksin, Duloksetin, Mirtazapin.
Gangguan Depresi
II.Intervensi Farmakologis
B. Informasi yang perlu diberikan kepada pasien tentang antidepresan:
1. Antidepresan harus diminum setiap hari. Lanjutkan minum obat sekalipun pasien telah merasa lebih baik.
2. Antidepresan baru memiliki efek untuk depresi 2-4 minggu sejak dimulainya terapi, dan dapat memanjang pada usia lanjut.
Efek lain seperti sedasi (pada TCA) dan peningkatan energi dapat terjadi lebih cepat.
3. Terdapat beberapa potensi efek samping, misalnya:
▪ SSRI: mual, sakit kepala, tremor
▪ TCA: mengantuk, lemas, pusing, mulut kering, konstipasi, kesulitan berkemih, dan pandangan kabur
Efek samping ini bersifat individual, ringan dan biasanya menghilang dalam 7-10 hari. Antidepresan selanjutnya justru akan
memerbaiki fungsi kognitif.
4. Tentang penghentian obat.
▪ Sebaiknya diminum sekitar 6 bulan–1 tahun terutama pada pasien episode pertama.
▪ Antidepresan tidak menimbulkan ketergantungan. Ada beberapa pasien yang mengeluhkan adanya rasa tidak enak saat
menghentikan terapi terutama pada antidepresan yang berefek pendek seperti amitriptilin. Gejala tersebut biasanya ringan dan
akan sembuh dengan sendirinya, namun dapat terasa lebih berat terutama bila distop secara langsung.
▪ Harus berkonsultasi dengan dokter sebelum menghentikan obat
Gangguan Depresi
II.Intervensi Farmakologis
C. Pemilihan antidepresan
▪ Pilih antidepresan dari formularium nasional yang berlaku
▪ Pertimbangkan pola gejala, efek samping, dan riwayat pengobatan sebelumnya → Untuk kondisi komorbiditas,
pertimbangkan potensi penyakit akibat obat atau interaksi obat
▪ Mengkombinasikan antidepresan dengan medikasi psikotropik lain memerlukan pengawasan dari spesialis
Gangguan Depresi
Perhatian:
Orang dengan ide bunuh diri
• Pilihan pertama: SSRI
• Pantau secara berkala (misalnya 1 kali seminggu)
• Pastikan untuk tidak memberikan obat berlebihan (misalnya hanya untuk 1 minggu)
Remaja ≥ 12 tahun
• Jika intervensi psikososial terbukti tidak efektif, pertimbangkan fluoksetin (bukan SSRI lain atau TCA).
• Sedapat mungkin, konsultasikan dengan spesialis jika merawat remaja dengan fluoksetin.
• Pantau remaja yang menggunakan fluoksetin secara teratur (idealnya sekali seminggu) untuk memantau
kemunculan ide bunuh diri selama bulan pertama tatalaksana. Katakan pada remaja dan orangtuanya mengenai
meningkatnya risiko munculnya ide bunuh diri dan bahwa mereka harus segera menghubungi jika mereka
mendapati ciri tersebut muncul lagi.
Gangguan Depresi
Usia lanjut
• TCA harus dihindari, sedapat mungkin. SSRI adalah pilihan pertama.
• Pantau efek samping secara hati-hati, khususnya efek samping dari TCA.
• Pertimbangkan meningkatnya risiko interaksi obat dan berikan waktu yang cukup panjang untuk respon (minimal 6 – 12
minggu sebelum mempertimbangkan bahwa pengobatan tidak efektif, dan 12 minggu jika ada respons parsial dalam
periode ini).
📫 Untuk TCA dan sebagian besar SSRI (tapi lebih cepat untuk fluoksetin): Kurangi dosis secara bertahap (tiap 1-2
minggu) selama paling tidak jangka waktu 4 minggu; beberapa orang membutuhkan jangka waktu yang lebih lama.
📫 Ingatkan penderita mengenai kemungkinan timbulnya gejala-gejala penghentian obat saat menghentikan atau
mengurangi dosis, dan bahwa gejala-gejala tersebut biasanya ringan dan terbatas tapi dalam kasus tertentu bisa
menjadi berat, khususnya jika pengobatan dihentikan secara mendadak.
📫 Beritahukan mengenai gejala awal kambuh lagi (mis. perubahan pada tidur atau selera makan selama lebih dari 3 hari)
dan kapan harus datang untuk tindak lanjut rutin.
Pantau dan tatalaksana gejala penghentian obat antidepresan(gejala umum: pusing, kesemutan, cemas,
iritabilitas,kelelahan, sakit kepala, mual, masalah tidur)
− Gejala ringan: tenangkan penderita sambil tetap pantau gejala-gejala yang timbul.
− Gejala berat: perkenalkan ulang antidepresan dalam dosis yang efektif dan kurangi secara bertahap.
Efek samping yang umum (kebanyakan efek samping menghilang setelah beberapa hari; tidak ada yang permanen)
» gelisah, gugup, insomnia, anoreksia dan gangguan-gangguan gastrointestinal, sakit kepala, disfungsi seksual (reversibel).
Efek samping yang berat (kebanyakan efek samping menghilang setelah beberapa hari;
tidak ada yang permanen).
» hipotensi ortostatik (berisiko jatuh), mulut kering, konstipasi, sulit BAK, pusing,
pandangan kabur dan efek sedasi.
Gangguan Depresi
AMITRIPTILIN
Hati-hati
» risiko terjadi pergantian menjadi mania, khususnya pada orang dengan gangguan bipolar;
Memberikan dosis amitriptilin kepada orang berusia lanjut atau sakit secara medis
» Mulai dengan 12,5 mg pada waktu tidur.
» Naikkan sebanyak12,5 - 25 mg per minggu, bertujuan untuk mencapai target dosis 50 – 75 mg dalam waktu 4 – 6
minggu.
» Jika tidak ada respon dalam 6 – 12 minggu atau hanya respon parsial dalam 12 minggu, naikkan dosis secara
bertahap (dosis maksimal 100 mg) dalam dosis yang terpisah.
» Pantau hipotensi ortostatik
Tindakan Keperawatan Gangguan Depresi
a. Lakukan tindakan pencegahan bunuh diri:
1) Atur agar pasien dapat ditemani terus-menerus oleh keluarga sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman
2) Jauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)
3) Dengan lembut, jelaskan pada pasien bahwa perawat akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh
diri
1) Hal negatif diri sendiri atau orang lain 3) Tidak berani menatap lawan bicara
4) Lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
2) Perasaan tidak mampu
5) Bicara lambat dengan nada suara lemah
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Penolakan terhadap kemampuan diri Lainnya :
5) Menilai diri tidak mampu menghadapi situasi a. Sering gagal dalam pekerjaan atau peristiwa hidup lainnya
6) Menolak atau merasionalisasi masukan positif tentang b. Terlalu penurut, ketergantungan kepada orang lain
diri dan berlebihan umpan balik negatif tentang diri c. Tidak asertif seperti mudah marah/pasif
d. Tidak tegas
7) Ragu-ragu dalam mencoba hal-hal/situasi baru
e. Terlalu berusaha meyakinkan
Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah Kronik
4. Proses keperawatan Harga Diri Rendah Kronik
Proses keperawatan harga diri rendah kronik ini merupkan tatalaksana untuk pasien – pasien dengan isyarat
bunuh diri dan psikotik.
Pengkajian pada Harga Diri Rendah Kronik
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada pasien dan keluarga (pelaku rawat).
Tanda dan gejala harga diri rendah dapat ditemukan melalui wawancara dengan pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana pandangan/ penilaian Anda tentang diri sendiri?
b. Bagaimana penilaian Anda terhadap diri sendiri yang mempengaruhi hubungan Anda dengan orang lain?
c. Apa yang menjadi harapan Anda?
d. Apa saja harapan yang telah Anda capai?
e. Apa saja harapan yang belum berhasil Anda capai?
f. Apa upaya yang Anda lakukan untuk mencapai harapan yang belum terpenuhi?
Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah Kronik
Tanda dan gejala harga diri rendah yang dapat ditemukan melalui observasi sebagai berikut:
1) Penurunan produktivitas
2) Pasien tidak berani menatap lawan bicara
3) Pasien lebih banyak menundukkan kepala saat berinteraksi
4) Bicara lambat dengan nada suara lemah
Data hasil wawancara dan observasi didokumentasikan pada kartu berobat pasien di puskesmas. Contoh
pendokumentasian hasil pengkajian sebagai berikut:
Data : Pasien mengatakan merasa hidupnya tidak berguna dan tidak berarti, merasa tidak memiliki kemampuan
apapun, kontak mata kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menundukkan kepala pada saat
berinteraksi, bicara lambat dengan nada suara lemah.
Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah Kronik
Diagnosis Keperawatan pada Harga Diri Rendah Kronik
Diagnosis keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala harga diri rendah yang ditemukan. Pada pasien
gangguan jiwa, diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah: Harga diri rendah kronis
Tindakan Keperawatan pada Harga Diri Rendah Kronik
Tindakan keperawatan harga diri rendah dilakukan terhadap pasien dan keluarga (pelaku rawat). Saat
melakukan pelayanan di poli kesehatan jiwa Puskesmas atau kunjungan rumah, perawat menemui keluarga
(pelaku rawat) terlebih dahulu sebelum menemui pasien. Bersama keluarga (pelaku rawat), perawat
mengidentifikasi masalah yang dialami pasien dan keluarga (pelaku rawat) → Setelah itu, perawat
menemui pasien untuk melakukan pengkajian dan melatih cara untuk mengatasi harga diri rendah yang
dialami pasien → Perawat kembali menemui keluarga (pelaku rawat) dan melatih keluarga (pelaku
rawat) untuk merawat pasien, serta menyampaikan hasil tindakan yang telah dilakukan terhadap pasien dan
tugas yang perlu keluarga lakukan yaitu untuk membimbing pasien melatih kegiatan yang telah diajarkan oleh
perawat untuk mengatasi harga diri rendah.
Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan, minimal empat kali
pertemuan dan dilanjutkan hingga pasien mampu mengatasi harga diri rendah dan keluarga mampu merawat
harga diri rendah.
Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah Kronik
Tindakan Keperawatan untuk Pasien Harga Diri Rendah
Tujuan: Pasien mampu:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Menilai kemampuan yang dapat digunakan
4) Menetapkan/ memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
5) Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
6) Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya.
Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah Kronik
Tindakan Keperawatan untuk Pasien Harga Diri Rendah
Tujuan: Pasien mampu:
1) Membina hubungan saling percaya
2) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Menilai kemampuan yang dapat digunakan
4) Menetapkan/ memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
5) Melatih kegiatan yang telah dipilih sesuai kemampuan
6) Merencanakan kegiatan yang telah dilatihnya.
Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah Kronik
Tindakan Keperawatan :
2) Mempertahankan sikap tubuh yang tegak, 2) Menilai dan memilih kemampuan yang
Intervensi psikososial
III. Tindak Lanjut
• Orang dengan psikosis diminta untuk datang kontrol secara teratur.
• Kontrol awal sebaiknya sesering mungkin, bahkan setiap hari, sampai gejala akutnya mulai berespons dengan
pengobatan. Setelah gejala-gejala menunjukkan respons, kontrol satu kali sebulan atau satu kali dalam 3 bulan
dapat direkomendasikan sesuai dengan kebutuhan klinis dan faktor-faktor yang mungkin laksana seperti
ketersediaan staf, jarak dari klinik, dll.
• Pelihara harapan dan optimisme yang realistis selama terapi.
• Di setiap kontrol, lakukan penilaian gejala, efek samping obat dan ketaatan terhadap pengobatan. Ketidaktaatan
terhadap pengobatan umum terjadi dan pelibatan pelaku rawat adalah penting dalam periode tersebut.
• Nilai dan kelola kondisi medis penyerta.
• Nilai kebutuhan akan intervensi psikososial di setiap kunjungan kontrol
Gangguan Psikotik
Intervensi Farmakologik
1. Memulai medikasi antipsikotik
• Untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut secara tepat, sebaiknya memulai terapi antipsikotik secepatnya
sesudah penilaian.
• Pertimbangkan terapi intramuskular akut jika terapi oral tidak mungkin dilaksanakan.
• JANGAN meresepkan injeksi depo/jangka panjang untuk mengontrol gejala-gejala psikotik akut secara tepat.
• Resepkan 1 antipsikotik dalam 1 waktu (monoterapi)
• ―Start low, go slow‖: Mulai dengan dosis rendah yang ada dalam kisaran terapeutik (lihat tabel medikasi
antipsikotik untuk detilnya) dan naikkan dosis secara perlahan hingga mencapai dosis efektif terendah, untuk
tujuan menurunkan risiko efek samping.
• Coba melakukan terapi pada dosis optimum sedikitnya 4 – 6 minggu sebelum mempertimbangkan bahwa obat
tersebut tidak efektif.
• Haloperidol atau Klorpromazin oral sebaiknya ditawarkan secara rutin pada orang dengan gangguan psikotik.
Gangguan Psikotik
Intervensi Farmakologik * Dosis lebih hingga mencapai 1 g
mungkin diperlukan pada kasus-
kasus yang berat.
** Gejala-gejala Ekstrapiramidal di
antaranya reaksi distonia akut,
tics, tremor, rigiditas otot dan roda
gerigi (cogwheel).
***Sindroma Neuroleptik Maligna
merupakan gangguan yang jarang
tapi berpotensi mengancam
nyawa. Ditandai dengan kekakuan
otot, peningkatan suhu tubuh dan
tekanan darah.
**** Tardive dyskinesia adalah
efek samping jangka panjang dari
medikasi antipsikotik yang ditandai
oleh gerakan-gerakan otot yang
involunter, khususnya wajah,
tangan, dan dada.
Gangguan Psikotik
Intervensi Farmakologik
2. Monitoring seseorang dalam terapi antipsikotik
• Jika respons tidak adekuat pada lebih dari satu antipsikotik, menggunakan satu jenis medikasi pada durasi waktu dan dosis
yang adekuat: o Kaji ulang diagnosis (dan kemungkinan diagnosis komorbid).
o Singkirkan psikosis yang diakibatkan oleh alkohol atau penyalahgunaan zat psikoaktif (meskipun sudah disingkirkan sejak awal).
o Pastikan kesetiaan pengobatan; pertimbangkan injeksi antipsikotik depo/kerja panjang untuk memperbaiki kesetiaan.
o Pertimbangkan untuk menaikkan medikasi saat ini atau menggantinya dengan medikasi lain.
o Pertimbangkan antipsikotik generasi kedua (dengan pengecualian pada klozapin), jika harga dan ketersediaannya tidak terbatas,
sebagai alternatif untuk haloperidol atau klorpromazin.
o Pertimbangkan klozapin bagi mereka yang tidak berespons pada antipsikotik lain meskipun dalam durasi waktu dan dosis yang
adekuat. Klozapin mungkin dipertimbangkan oleh penyedia layanan kesehatan non-spesialistik di bawah supervisi profesional
kesehatan jiwa. Hal ini sebaiknya dipertimbangkan bila monitoring laboratorium rutin tersedia, karena adanya risiko
agranulositosis yang mengancam nyawa
Gangguan Psikotik
Intervensi Farmakologik
2. Monitoring seseorang dalam terapi antipsikotik
• Jika efek samping ekstrapiramidal (seperti parkinsonism atau distonia) terjadi:
o Turunkan dosis antipsikotik, dan o Pertimbangkan untuk mengganti ke antipsikotik lain (contoh mengganti dari haloperidol ke
klorpromazin).
o Pertimbangkan pemberian antikolinergik untuk penggunaan jangka pendek jika strategi tersebut gagal atau efek samping
ekstrapiramidal akut, hebat, atau mengakibatkan disabilitas.
• Medikasi Antikolinergik:
o Triheksifenidil (Benzhexol) digunakan dengan dosis 4 – 12 mg per hari. Efek samping meliputi sedasi, kebingungan, dan
gangguan memori, terutama pada usia lanjut. Efek samping yang jarang meliputi glaukoma sudut tertutup, miasthenia gravis,
obstruksi gastrointestinal.
o Jika terjadi distonia atau parkinsonisme yang berat dipertimbangkan pemberian injeksi difenhidramin (antihistamin dengan efek
antikolinergik yang kuat) atau sulfas atropin.
o Hindari pemberian rutin obat antikolinergik sebagai profilaksis.
Gangguan Psikotik
Intervensi Farmakologik
3. Menghentikan medikasi antipsikotik
• Untuk psikosis akut, lanjutkan terapi antipsikotik hingga 12 bulan setelah remisi total.
• Untuk orang dengan psikosis kronik, pertimbangkan penghentian tatalaksana jika orang tersebut stabil untuk beberapa tahun,
titik beratkan pada risiko kekambuhan setelah penghentian di samping kemungkinan efek samping medikasi, pertimbangkan pilihan
pasien melalui konsultasi dengan keluarga.
• Jika memungkinkan, KONSUL KE SPESIALIS terkait keputusan penghentian medikasi antipsikotik.
• Beberapa Obat Antipsikotik yang tersedia:
Gangguan Psikotik
Tindakan keperawatan untuk keluarga (pelaku rawat) dilakukan bersamaan dengan pertemuan dengan
pasien. Ketika perawat melatih pasien mengatasi masalah, keluarga ada bersama pasien dan terlibat dalam
kegiatan.
Tindakan Keperawatan Halusinasi
Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Merawat Halusinasi
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
1) Pasien mampu:
• Mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya
• Menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang dialami.
• Menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi
• Menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi
• Menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:
• Menghardik halusinasi
• Mematuhi program pengobatan
• Mengajak orang lain bercakap-cakap dengan bila timbul halusinasi
• Menyusun jadwal kegiatan harian untuk mengurangi waktu luang dan melaksanakan jadwal kegiatan tersebut
secara mandiri
• Menilai manfaat cara mengontrol halusinasi dalam mengendalikan halusinasi.
Tindakan Keperawatan Halusinasi
Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Merawat Halusinasi
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan untuk pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
2) Keluarga mampu:
• Menjelaskan halusinasi yang dialami oleh pasien
• Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi
• Mendemonstrasikan cara merawat pasien halusinasi
• Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah halusinasi.
Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial
Tindakan keperawatan untuk pasien dan keluarga dilakukan pada setiap pertemuan, minimal empat kali pertemuan
dan dilanjutkan
hingga pasien dan keluarga mampu mengatasi isolasi sosial.
1) Tindakan Keperawatan untuk Pasien Isolasi Sosial
Tujuan : Pasien mampu:
a) Membina hubungan saling percaya
b) Menyadari isolasi sosial yang dialaminya
c) Berinteraksi secara bertahap dengan anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya
d) Berkomunikasi saat melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan sosial
Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial
Tindakan Keperawatan :
a) Membina hubungan saling percaya
b) Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial
• Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
• Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain
• Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka
• Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain
• Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien
Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial
c) Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
• Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain
• Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
• Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan di hadapan perawat
• Bantu pasien berinteraksi dengan satu orang teman/anggota keluarga
• Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan
seterusnya
• Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh pasien
• Latih pasien bercakap-cakap dengan anggota keluarga saat melakukan kegiatan harian dan kegiatan rumah tangga
• Latih pasien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sosial misalnya : belanja ke warung, ke pasar, ke kantor pos,
ke bank dan lain-lain
• Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin pasien akan
mengungkapkan keberhasilan atau kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Pasien Isolasi Sosial
Keluarga (pelaku rawat) diharapkan dapat merawat pasien isolasi sosial di rumah dan menjadi sistem pendukung yang
efektif bagi pasien.
Tujuan: Keluarga mampu:
a) Mengenal masalah isolasi sosial
b) Memutuskan untuk melakukan perawatan pada pasien isolasi sosial
c) Merawat pasien isolasi sosial dengan mengajarkan dan mendampingi pasien berinteraksi secara bertahap,
berbicara saat melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan sosial
d) Memodifikasi lingkungan yang kondusif agar pasien mampuberinteraksi dengan lingkungan sekitar
e) Mengenal tanda kekambuhan dan mencari pelayanan kesehatan.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Pasien Isolasi Sosial
Tindakan Keperawatan:
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, penyebab terjadinya isolasi sosial dan akibat jika isolasi sosial tidak
diatasi
c) Melatih keluarga cara merawat isolasi sosial
d) Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung peningkatan hubungan sosial
pasien
e) Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan
f) Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur.
Pada pelayanan di Puskesmas, tindakan keperawatan untuk keluarga (pelaku rawat) dilakukan bersamaan
dengan pada saat perawat melakukan tindakan keperawatan terhadap pasien.
Tindakan Keperawatan Defisit Perawatan Diri
• Tindakan keperawatan defisit perawatan diri dilakukan terhadap pasien dan keluarga (pelaku rawat). Saat
melakukan memberikan pelayanan di Puskesmas, bersama keluarga, perawat mengidentifikasi masalah
yang dialami pasien dan keluarga (pelaku rawat). Setelah itu, perawat melakukan pengkajian dan melatih
cara untuk mengatasi defisit perawatan diri yang dialami pasien. Saat melakukan tindakan perawatan terhadap
pasien, keluarga turut mendampingi dan berlatih cara merawat. Perawat memotivasi tugas yang perlu keluarga
lakukan, yaitu membimbing pasien untuk melakukan cara mengatasi defisit perawatan diri yang telah diajarkan oleh
perawat dan memberikan pujian jika pasien telah melakukannya.
• Tindakan keperawatan defisit perawatan diri yang dapat dilatih langsung di Puskesmas antara lain
menggunting kuku dan berdandan. Tindakan keperawatan lain tetap dilakukan walaupun tidak dapat melatih
pasien sampai dengan psikomotor.
• Tindakan keperawatan:
a) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien defisit perawatan diri
b) Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya defisit perawatan diri dan mengambil keputusan
merawat pasien
c) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga
perawatan diri pasien.
d) Latih keluarga cara merawat dan membimbing kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB dan BAK
pasien.
e) Latih keluarga menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung perawatan diri pasien.
f) Diskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan.
g) Anjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan secara teratur
Tindakan Keperawatan Waham
1) Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan
a) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
b) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
c) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
Tindakan
d) Membina hubungan saling percaya
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
• Mengucapkan salam terapeutik
• Berjabat tangan
• Menjelaskan tujuan interaksi
• Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemupasien.
• Tidak mendukung atau membantah waham pasien
Tindakan Keperawatan Waham
1) Tindakan keperawatan untuk pasien
b) Meyakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c) Mengobservasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sa
pasien berhenti membicarakannya
e) Mengidentifikasi bersama dengan pasien kebutuhan yang tidak terpenuhi
f) Mengidentifikasi bersama pasien sumber-sumber yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terpen
g) Membantu pemenuhan kebutuhan pasien
h) Memberikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas serta pasien memperlihatkan kemam
positifnya.
i) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat yang lalu dan saat ini
j) Menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya.
k) Mendiskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa taku
marah.
l) Membantu pasien meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien
m) Berbicara dalam konteks realitas
n) Mendiskusikan tentang manfaat obat.
Tindakan Keperawatan Waham
2) Tindakan keperawatan untuk keluarga
Tujuan :
a) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
b) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenuhi oleh wahamnya.
c) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara optimal
Tindakan :
a) Mendiskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
b) Mendiskusikan dengan keluarga tentang :
• Cara merawat pasien waham dirumah
• Lingkungan yang tepat untuk pasien.
• Follow up dan keteraturan pengobatan
c) Mendiskusikan dengan keluarga tentang obat pasien
d) Mendiskusikan dengan keluarga tentang kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
Tindakan Keperawatan Waham
3) Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Merawat Waham
🡪 Pasien mampu:
a) mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan
b) berkomunikasi sesuai kenyataan
c) menggunakan obat dengan benar dan patuh
🡪 Keluarga mampu:
d) membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinannya sesuai kenyataan
e) membantu pasien melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengankemampuan dan kebutuhan pasien
f) membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh
Penatalaksanaan Demensia
Secara umum, ada 3 tipe penanganan demensia :
Umum :
- Rencanakan aktivitas kehidupan sehari-hari 🡪 memaksa aktivitas independent,
meningkatkan fungsi , membantu adaptasi dan mengembangkan keterampilan, serta
meminimalisasikan kebutuhan akan bantuan
- Bantu menghubungkan dengan sumber sosial yang tersedia
3. Tatalaksana gejala kognitif demensia—intervensi psikososial:
Spesifik :
- Bantu untuk mengenal barang pribadinya - Observasi kemampuan melakukan aktivitas sehari
- Bantu untuk mengenal waktu dengan menggunakan hari
jam besar kalender harian - Bantu untuk memilih aktivitas yang dapat
- Bantu untuk dapat menyebutkan namanya dan dilakukannya
anggota keluarga terdekat - Bantu melakukan kegiatan yang telah dipilihnya
- Bantu untuk mengenal lingkungan sekitar - Beri pujian jika dapat melakukan kegiatannya
- Beri pujian jika dapat menjawab dengan benar - Tanyakan perasaan jika mampu melakukan
- Bicara dengan kalimat sederhadan dan jelas (satu kegiatan
atau dua tahap saja), bila perlu gunakan isyarat atau - Buat Bersama pasien jadwal kegiatan sehari-hari
sentuhan lembut sesuai kemampuan pasien
Prinsip Terapi BPSD
1. Manajemen perilaku atau manipulasi situasi merupakan strategi awal untuk BPSD
ringan sampai sedang
■ Modifikasi lingkungan:
• Mengurangi kebisingan,atur pencahayaan, ventilasidan suhu yang nyaman,
• Tempat tinggal familiar, perabot tidak banyak berubah tempat, hindari pola kompleks
• Perhatikan faktor keamanan—hindari undakan, kaca, genangan air, barang berserakan
• Kamar mandi mudah dijangkau, pintu tidak terkunci, lantai tidak licin
• Tambahkan hand-rails atau ramps dan beri tanda lokasi penting (cth. kamar mandi,
kamar tidur)
• Musik, aromaterapi, tanaman/hewan peliharaan
Terapi non-farmakologis BPSD
Disinhibisi seksual 🡪 kenakan pakaian yang nyaman tapi sulit dilepas sendiri;
bila tidak mungkin diberi pengertian sediakan tempat yang aman bagi pasien
namun tidak mengganggu orang
Gangguan tidur 🡪 beri aktivitas dan batasi tidur siang, cukup pajanan sinar
matahari, perhatikan higiene tidur
Terapi Farmakologis BPSD
Hal yang perlu diperhatikan sebelum memberi terapi farmakologis:
Pertimbangkan
risiko vs manfaat
Pertimbangkan pemberian obat
Harus ada
peningkatan Gunakan dosis
indikasi dan Pilih obat yang
kerentanan efektif minimal Hindari
target perilaku dengan efek Monitor efek
terhadap efek dan hanya untuk pemberian
yang jelas 🡪 samping minimal samping dan
simpang obat durasi tertentu. haloperidol i.v.&
depresi, dan efikasi respons
serta penurunan Mulai dengan diazepam.
halusinasi, maksimal
fungsi ginjal dan memberikan
waham, agitasi
hati terkait usia haloperidol 0.5
mg per oral, atau
i.m. bila perlu
Terapi Farmakologis BPSD
Perilaku yang berespons terhadap obat: Perilaku yang tidak responsif terhadap obat: