Anda di halaman 1dari 54

“Banyak gangguan perkembangan dan perilaku

pada anak dan remaja baru dibawa


ke fasilitas kesehatan setelah keluarga
tidak mampu mengatasi perilaku mereka.”
Materi Inti 7.

Gangguan
Perkembangan dan Perilaku
Pada Anak dan Remaja
Manajemen Kesehatan Jiwa Terpadu
Pokok Bahasan
Konsep gangguan perkembangan dan perilaku pada anak dan
01 remaja
Pengenalan gejala dan diagnosis gangguan perkembangan dan
02 perilaku pada anak dan remaja
Penatalaksanaan dan rujukan kasus gangguan perkembangan
03 dan perilaku pada anak dan remaja
01
Konsep gangguan
perkembangan dan
perilaku pada anak
dan remaja
Tahap-tahap perkembangan anak

Penilaian perkembangan anak dilihat dari aspek berikut

Motorik Kasar Motorik halus Bahasa

Personal sosial Emosional Kognitif

Cara paling mudah: membandingkan dengan perkembangan


saudara atau anak lain yang tumbuh kembangnya normal
Tahap-tahap perkembangan anak
motorik kasar, motorik halus, bahasa dan kognitif anak

Perkembangan Motorik Kasar Perkembangan motorik halus


Tengkurap 4 bulan Telapak tangan terbuka 3 bulan

Terlentang dan tengkurap 5 bulan Menyatukan kedua tangan 4 bulan


Memindahkan benda antara kedua tangan 5 bulan
Duduk ditopang 5 bulan
Meraih unilateral 6 bulan
Duduk tanpa ditopang 6 bulan
Mengambil benda kecil dengan jari 9-11 bulan
Merayap 7 bulan
Minum dari gelas sendiri/menggunakan sendok 12 bulan
Duduk sendiri 8 bulan
Mencoret 12 bulan
Merangkak 8 bulan Meniru membuat garis 15 bulan
Rambatan 9 bulan Menyusun 2 kubus 15 bulan
Berjalan 12 bulan Menyusun 3 kubus 16 bulan
Berjalan mundur 14 bulan Membuat garis spontan 18 bulan
Berlari 16 bulan Membuat garis horisontal dan vertikal 25-27 bulan
Berjalan naik tangga 20 bulan Meniru membuat lingkaran 30 bulan
Melompat 27 bulan Membuat lingkaran tanpa melihat contoh 3 tahun
Tahap-tahap perkembangan anak
motorik kasar, motorik halus, bahasa dan kognitif anak

Perkembangan Berbahasa
Reaksi terhadap suara 0,5 bulan
Senyum sosial 5 minggu
Mengeluarkan suara ―aguu-aguu..‖ 2 bulan
Menggumam 6 bulan
Mengucapkan ―dada-dada..‖ 8 bulan
Kata pertama yang benar 11 bulan
Kata kedua yang benar 12 bulan
Kata baru 4-6 kata 12-15 bulan
Menguasai 7-20 kata 16-17 bulan
Menguasai 50 kata, kalimat pertama (2 kata) 18-30 bulan
Kalimat terdiri dari 3 kata 2-3 tahun
Perbendaharaan sampai 14000 kata, menyebut 3 kata sifat, kegunaan benda, bicara 3-5 tahun
sebagian/seluruhnya dimengerti, menyebut 4 warna, menyebut jenis kegiatan
Pengertian bahasa yang lebih kompleks, ucapan dan nada sudah lebih jelas dan bulat 6 tahun
Tahap-tahap perkembangan anak
Perkembangan kognitif anak dan karakteristiknya

Usia Tahap Karakteristik


0-2 tahun Sensorimotor Kecerdasan diperoleh dari aktivitas motorik dan
sensorik
2-7 tahun Pre-operasional Mulai mampu memahami simbol, melakukan aktivitas
mental tetapi belum terorganisir, tidak sistematik, tidak
beraturan, sering tidak logis
Contoh: seekor anjing memiliki 4 kaki dan kuda memiliki
4 kaki, maka anjing adalah kuda
(kesimpulan transduktif)

7-11 tahun Konkret-operasional Mampu menyelesaikan masalah dengan pengalaman


yang sifatnya konkret.
11 tahun ke atas Formal-operasional Mampu berpikir abstrak,
sistematis, menarik kesimpulan dari hipotesis
Pengenalan gejala
dan diagnosis

02
gangguan
perkembangan dan
perilaku pada anak
dan remaja
I. Gangguan Perkembangan

Gangguan perkembangan
Disabilitas intelektual/ Perkembangan yang
pervasif (menetap) termasuk
Retardasi Mental terlambat
autisme

Ketidaknormalan dalam Kesulitan dalam melaksanakan


komunikasi serta perilaku yang aktivitas sehari-hari yang sesuai
terbatas dan berulang dengan seusianya
1. Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental

Ditandai dengan gangguan pada beberapa area perkembangan seperti kognitif,


bahasa, motorik, dan sosial, selama periode perkembangan.

• Kemampuan intelektual yang rendah


menurunkan kemampuan anak untuk 1-3 % dari populasi umum
beradaptasi terhadap tuntutan-tuntutan dalam
kegiatan sehari-hari pasien.
• Tes Intelligence Quotient (IQ) dapat menjadi
petunjuk tingkat kemampuan intelegensi atau Penyebabnya bersifat
kecerdasan seseorang. multifaktorial
1. Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental
Penyebabnya :
Gangguan Gangguan Penyebab yang
selama kehamilan setelah lahir tidak diketahui
• Gangguan genetik atau kromosom • Trauma lahir
• Infeksi • Prematuritas
• Radiasi • Infeksi
• Trauma • Toksin
• Penggunaan alkohol atau zat • Nutrisi
psikoaktif lain selama kehamilan • Faktor psikososial keluarga
• Toksin
• Nutrisi ibu
• Kelainan bawaan yang dapat dialami
oleh janin
1. Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental
Klasifikasi Disabilitas Intelektual atau Retardasi Mental (RM)

Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental Sedang


Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental Ringan
• 10% dari populasi orang dengan RM
• 85% dari populasi orang dengan RM
• Dapat didiagnosis pada saat usia pra sekolah
• Hampir sama dengan individu yang tidak RM
• hanya bisa memiliki kemampuan akademis setara SD
namun tampak lambat dan butuh bantuan dalam
kelas II – III
menyelesaikan masalah hidup dan tugas-tugas.
• Sering disertai masalah emosi dan perilaku dan
• Baru tampak ketika memasuki sekolah formal
• memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus.
Bisa mencapai sekolah kelas VI SD dan beberapa
• Dapat dilatih untuk melakukan hal-hal yang bersifat
hingga tamat SMA, bekerja, menikah, berkeluarga.
• keterampilan
IQ 55 – 70
• IQ 40-55
1. Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental
Klasifikasi Disabilitas Intelektual atau Retardasi Mental (RM)

Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental Sangat Berat


Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental Berat • 1-2% dari populasi orang dengan RM
• 3-4% dari populasi orang dengan RM • memiliki lebih dari 1 gangguan organik yang
• Memiliki lebih dari 1 gangguan organik yang
menyebabkan keterlambatannya
menyebabkan keterlambatannya dan memiliki • Memiliki masalah emosi dan perilaku berat dan
masalah emosi dan perilaku yang cukup besar. mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorik
• Memerlukan supervisi yang ketat & pelayanan
sejak awal masa kanak
khusus sepanjang hidup • Memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan
• Tugas yang sederhana untuk bina diri dan melakukan
bina diri yang sangat mendasar (makan, BAB dan
pekerjaan keterampilan
BAK) dan memerlukan supervisi total dan perawatan
• IQ 25 – 40
sepanjang hidupnya
• IQ <25
1. Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental
Beberapa gangguan fisik atau mental yang sering menyertai disabilitas intelektual, antara lain:
• Epilepsi
• Gangguan perilaku : hiperaktivitas, impulsivitas, perilaku menyakiti diri sendiri, agresif, menentang
• Gangguan mood : depresi
• Gangguan cemas: cemas perpisahan, gangguan obsesif kompulsif, gangguan panik, gangguan cemas
menyeluruh
• Gangguan makan: menolak makan, pica (memakan bahan-bahan yang bukan makanan)
• Gangguan mental organik oleh karena kondisi medis umum
• Gangguan psikotik
• Gangguan mood sering ditemukan pada anak RM karena terdapat gangguan belajar, kesulitan dalam bergaul
dan berinteraksi sosial dan kepercayaan diri yang kurang

Keluhan yang muncul dapat berupa : mudah untuk menangis, mudah marah, sulit tidur, agitasi, mood yang
labil, sulit bergaul dengan anak seusianya.
2. Gangguan Perkembangan Pervasif atau Gangguan Spektrum Autisme

• Biasanya memiliki hambatan dalam perilaku sosial, komunikasi dan bahasa Faktor Etiologi
• Memiliki rentang minat dan aktivitas yang terbatas dan dilakukan secara berulang-ulang Sampai saat ini penyebab
• Gangguan- gangguan tersebut dimulai pada masa bayi atau kanak awal pasti masih belum diketahui.
• Biasanya, namun tidak selalu, juga dapat disertai dengan disabilitas intelektual Faktor yang berperan antara
lain:
Gambaran klinis: • Genetik
• Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial • Biologis
• Gangguan komunikasi verbal, non verbal dan bermain • Imunologis
• Aktivitas dan minat yang terbatas • Perinatal: infeksi,
• Perilaku stereotipik (berulang-ulang dan tidak spesifik, tidak ada maksud yang jelas) komplikasi kehamilan dan
• Emosi yang sering tidak stabil kelahiran
• Respon berlebih atau kekurangan terhadap beberapa stimuli sensorik • Neuroanatomis
• Gejala-gejala perilaku lain yang terkait (seperti hiper/hipo-kinesis, agresi, tantrum, melukai diri, • Biokimia
rentang perhatian pendek, kurangnya kemampuan untuk berfokus pada tugas, insomnia, masalah
• Psikososial dan keluarga 
makan)
3. Defisit Perawatan Diri

• Merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi


kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Tanda dan Gejala:
• Gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (kebersihan Tanda dan gejala defisit perawatan
diri, berhias, makan, toileting) diri dapat dinilai dari pernyataan
Hal yang mempengaruhi: keluarga bahwa anak mereka:
• Faktor prediposisi • Tidak mampu untuk mandi
a.Biologis :Tingkat IQ yang rendah, gangguan muskuloskletal, gangguan • Tidak mampu memakai pakaian
neuromuskular • Tidak bisa membawa makanan
b.Psikologis :penilaian diri negtif dari piring ke mulut
c.Sosial : kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi kemampuan • Tidak bisa BAB atau BAK sendiri
dalam perawatan diri
tanpa bantuan
• Faktor presipitasi: faktor yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri pada
anakn yang mengalami gangguan perkembangan dan perilaku adalah perubahan
mobilitas fisik (kurang maturnya mobilitas fisik).
Algoritma penilaian ada atau tidaknya gangguan perkembangan pada anak
II. Gangguan Perilaku
Untuk memutuskan adanya gangguan perilaku lainnya sebaiknya juga memperhitungkan
tingkat perkembangan anak atau remaja dan durasi problem perilaku tersebut (sedikitnya 6 bulan)

Gejala Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH):


• Gangguan dalam atensi yang berat dan tidak mampu untuk fokus, berhenti mengerjakan tugas secara
berulang-ulang sebelum menyelesaikannya dan pindah mengerjakan tugas lainnya
• Aktivitas berlebihan yang berat: lari-lari berputar yang tidak bisa dikontrol, sulit untuk dapat duduk diam,
bicara terus atau bergerak terus
• Impulsivitas yang berlebihan: melakukan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu
• Perilaku berulang dan mengganggu yang lain (temper tantrums yang sering dan berat, perilaku yang
kejam, tidak patuh yang berat, mencuri)
• Perubahan yang tiba-tiba dalam perilaku atau hubungan dengan teman sebaya termasuk kemarahan dan
penarikan diri
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

• Umumnya telah timbul sebelum anak berusia 12 tahun


• Biasanya orang tua dari anak dengan GPPH baru membawa anaknya ke ruang konsultasi saat anak
mulai bersekolah secara formal, oleh karena pada saat ini mereka dituntut untuk mampu mengontrol
perilaku mereka dan mengikuti peraturan yang berlaku di sekolah
• Keluhan yang sering disampaikan adalah anak nakal, tidak kenal takut, berjalan-jalan di dalam
kelas, seringkali berbicara dengan kawannya pada saat pelajaran berlangsung, dsb.
• Pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun, kondisi ini seringkali sulit dibedakan apakah anak
menderita gangguan ini atau merupakan suatu hal yang wajar sesuai dengan tingkat perkembangannya.
• Gejala yang muncul tampak lebih sering dan intensitasnya lebih berat jika dibandingkan dengan
anak lain dengan taraf perkembangan yang sama
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

Epidemiologi Komorbiditas
• Prevalensinya di seluruh dunia diperkirakan Anak dengan GPPH mempunyai kemungkinan yang
berkisar antara 2 – 9.5 % dari anak-anak usia lebih besar untuk mengalami
sekolah. • Gangguan belajar
• Anak laki-laki dikatakan memiliki insidensi yang • Gangguan cemas
lebih tinggi • Gangguan mood
• Remaja dan dewasa lebih sedikit dibandingkan • Gangguan penggunaan zat
dengan anak sekolah dasar dibanding dengan populasi umum

Etiologi
Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari GPPH. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan
dikatakan adanya keterlibatan dari faktor genetik struktur anatomi neurokimia otak dalam terjadinya
GPPH.
Gangguan Perilaku Lainnya
Gangguan perilaku lainnya pada anak dan remaja dapat disebabkan oleh masalah psikososial

Perilaku disosial, agresif, atau menentang yang berulang dan menetap, seperti:
• Berkelahi atau mengganggu anak-anak lain yang berlebihan
• Bolos dari sekolah
• Kejam terhadap binatang atau orang lain
• Kabur dari rumah
• Merusak barang-barang
• Sering mengalami temper tantrum yang berat
• Bermain api
• Perilaku provokatif yang menyimpang
• Mencuri
• Terus menerus tidak patuh atau menentang
• Berulang-ulang berbohong
1. Ketergantungan Internet
• Merupakan penggunaan secara berlebihan • Ketergantungan internet dapat muncul dalam
atau pemakaian internet yang bersifat perilaku yang beragam sebagai berikut:
kompulsif (berulang-ulang) sehingga a. Kecanduan pornografi
mengganggu aktivitas harian. b. Kecanduan bermain game online
• Bentuk perilaku dari ketergantungan terhadap c. Kecanduan nonton video streaming
internet belakangan ini banyak dijumpai pada d. Kecanduan cybersex
siswa sekolah, khususnya kelompok usia e. Kecanduan belanja online
remaja. f. Kecanduan selfies/posting
• Prevalensi angka kejadian adiksi internet di g. Kecanduan menggunakan gadget
Asia antara 6,7% sampai 10,15%. h. Kecanduan media sosial
• Studi melaporkan 1 dari pengguna internet i. Kecanduan ponsel
mengalami ketergantungan internet. j. Kecanduan berjudi
k. Kecanduan teknologi lain
1. Ketergantungan Internet
Faktor risiko:
• Pola asuh dari orang tua
• Variable interpersonal (kondisi psikologis)
• Jenis kelamin dan lama berfrekuensi berinternet
• Tekanan terkait ekspektasi orang tua terhadap prestasi sekolah
• Akses terhadap internet (rumah, sekolah, warung internet)
• Tingkatan kelas di sekolah
• Bullying
• Pemakaian gadget usia dini
Komorbiditas:
• Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
• Gangguan emosi dan perilaku
• Gangguan kejiwaan lainnya ( depresi, kecemasan samapi percobaan bunuh diri)
2. Ketergantungan Narkotika, Psikotopika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA)

Merupakan pemakaian NAPZA yang bukan untuk tujuan pengobatan atau yang digunakan
tanpa mengikuti aturan atau pengawasan dokter, digunakan berkali-kali atau terus-menerus

Keluhan:
• Murung, gugup, insomnia, komplikasi fisik, mengalami kecelakaan/cedera akibat penggunaan
NAPZA
• Problem hukum atau sosial (problem perkawinan, kehilangan pekerjaan)
• Seringkali keluarga yang terlebih dahulu minta pertolongan (pasien mudah tersinggung,
kehilangan pekerjaan)
2. Ketergantungan Narkotika, Psikotopika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA)
Penyebab:
• Faktor individu : Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab remaja
yang sedang mendalami perubahan biologis, psikologik maupun sosial yang pesat (individu rentan)
• Faktor lingkungan keluarga (terutama orang tua) : Antara lain komunikasi kurang baik, hubungan kurang harmonis,
orang tua sibuk/acuh, orang tua serba membolehkan, disiplin keluarga yang selalu berubah, kurangnya orang yang dapat
dijadikan teladan/model, kurangnya kehidupan beragama
• Faktor lingkungan sekolah : Kurang disiplin, kurang memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan diri, ada murid
yang menggunakan NAPZA
• Faktor lingkungan teman sebaya : Berteman dengan penyalahgunaan, tekanan, ancaman teman kelompok atau pengedar
• Faktor lingkungan masyarakat : Lemahnya penegakan hukum, situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang
mendukung
• Faktor NAPZA : Mudahnya NAPZA dapat dimana-mana, banyak iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik
dicoba, khasiat farmakologik NAPZA, menenangkan, menghilangkan nyeri, menidurkan , membuat euphoria.
3. Penyimpangan Seksual
Merupakan suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada keinginan seksual dan perubahan-perubahan psikofisiologik
siklus respon seksual dan menyebabkan distress yang nyata dan kesulitan interpersonal

Penyebab
Faktor Psikososial
• Gagal menyelesaikan proses perkembangan menjadi heteroseksual
• Pengalaman dini yang mengkondisikan atau mensosialisasikan anak ke dalam penyimpangan seksual
Faktor Organik
• Kadar hormon abnormal
• Kelainan berubah tanda-tanda neurologis samar maupun nyata
• Kromosom yang abnormal
• Riwayat kejang
• Kelainan rekaman otak tanpa kejang
• Gangguan jiwa berat
• Retardasi mental
3. Penyimpangan Seksual
Macam-macamnya:
• Parafilia, gangguan seksual yang nyata dimana beberapa diantaranya bisa berbuntut tindakan kriminal yaitu
o Voyerisme yaitu fikiran berulang dengan fantasi dan tindakan-tindakan seperti mengamati orang telanjang atau
melakukan aktifitas seksual
o Exhibitionisme, keinginan yang berulan-ulang untuk memperlihatkan alat kelaminnya pada orang yang tidak
dikenal
o Pedofilia, dorongan seksual yang kuat dan berulang-ulang terhadap anak-anak
Diekspresikan secara pribadi:
o Fetihism, focus seksual pada benda-benda(sepatu, sarung tangan, celana pendek, stocking) yang berhubungan
erat dengan manusia
o Transvetisme, ditandai dengan fantasi dan dorongan seksual oleh laki-laki heteroseksual untuk berpakaian
Wanita bertujuan merangsang dan sebagai pelengkap untuk aktifitas masturbasi atau hubungan seksual
o Seksual sadism, pemuasan seksual dengan penyiksaan pada korban
o Seksual masochisme, pemuasan seksual dengan penyiksaan pada korbannya
3. Penyimpangan Seksual

Macam-macamnya (2):
• Gangguan identitas kelamin pada masa anak, remaja, atau kehidupan dewasa. Manifestasinya
berupa perasaan distress, atau tidak adekuat berkenaan dengan peran sosioseksualnya, tubuh,
genital, atau standar maskulinitas atau feminitasnya
• Gangguan orientasi seksual disebut juga homoseksual egodistonik
• Homoseksualitas (pada laki-laki dan Wanita), jika egosintonik (orientasi seksual tidak terganggu)
tidak termasuk kategori ini
• Biseksualitas (menyukai kedua jenis kelamin)
1. Diagnosa GPPH

• Rujukan datang dari sekolah atau keluarga


• Penilaian/observasi perilaku anak berdasarkan kuesioner untuk orang tua/guru (SPPAHI,
Conner’s Teacher Rating Scale/Conners’s Parent rating scale )
• Pemeriksaan dan penilaian terhadap anak pra sekolah, anak usia sekolah dan remaja dengan
orang tua pengasuh (keadaan pasien dalam melaksanakan tugasnya di sekolah maupun di
rumah, menilai adanya komorbid, riwayat keluarga, riwayat sosial dan riwayat
kesehatan/penyakitnya
• Wawancara harus dilakukan terpisah terhadap orang tua dan remaja
1. Diagnosa GPPH

Pemeriksaan dilakukan dokter spesialis jiwa (psikiater) atau dokter spesialis anak:
• Pemeriksaan fisik
o Skrining keracunan timah hitam, anemia defisiensi besi, defisiensi nutria lainnya,
o Pemeriksaan neurologic lengkap termasuk tes perseptual motoric
o Pemeriksaan fungsi kelenjar gondok
• Wawancara Riwayat Penyakit (Riwayat antenatal, perkembangan psikomotorik, ritme tidur,
keluarga, sekolah, medik)
• Pemeriksaan inteligensi, kesulitan belajar, dan sindrom otak organik (tes inteligensi/Weschler
Inteligence Scale For Children, Tes Woodock-Johnson)
• Pemeriksaan psikometrik/kognitif perseptual (Continous performance test/test of variable of
attention, Wisconsin Card sort, Stroop Color word Test
• Evaluasi situasi rumah (hubungan dengan lingkungan)
• Hasil pemeriksaan yang sesuai DSM V atau PPDGJ III/ICD -11 maka langsung pengobatan
dengan psikostimultan
• Pemeriksaan dan monitor efek samping pengobatan 3 bulan.
2. Ketergantungan Internet
Masuk ke dalam diagnosis ICD 11, Disorder due to addictive behaviours
Algoritma penilaian ada atau tidaknya gangguan perilaku pada anak
Algoritma penilaian ada atau tidaknya gangguan perilaku pada anak
Penatalaksanaan

03
dan rujukan kasus
gangguan
perkembangan dan
perilaku pada anak dan
remaja
1. Tatalaksana Gangguan Perkembangan

A. Asuhan keperawatan
Tanda dan gejala kerusakan interaksi sosial yang dapat
1. Pengkajian
ditemukan melalui observasi adalah sebagai berikut:
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan
1. Menyendiri
observasi pada klien dan keluarga (pelaku rawat).
2. Kontak mata kurang
Tanda dan gejala kerusakan interaksi sosial dapat
3. Kurang tanggap atau peduli terhadap orang lain
ditemukan dari keluarga melalui pertanyaan sebagai
4. Tidak mau dipeluk
berikut:
5. Ketidakpedulian atau keengganan untuk kasih sayang
1. Apakah anak mereka dapat melakukan kontak mata
dan kontak fisik
atau memberikan perhatian kepada orang lain ?
6. Tidak mampu bermain bekerja sama dan menjalin
2. Bagaimana perasaan anak saat berinteraksi dengan
persahabatan
orang lain?
7. Terbatsnya rentang perhatian
3. Apakah anak dapat mengungkapkan rasa puas,
8. Kegiatan mudah beralih
memiliki, kepedulian, ketertarikan dan berbagi ?
9. Impulsif
4. Apakah perilaku anak sesuai dengan usianya dalam
10.Mengganggu orang lain
berinteraksi dengan orang lain ?
11.Perilaku yang tidak dapat diterima sesuai usia
1. Tatalaksana Gangguan Perkembangan

A. Asuhan keperawatan Tindakan keperawatan untuk individu:


1. Bina hubungan saling percaya dengan klien :
a. Tetap bersama klien pada awal interaksi.
2. Diagnosis Keperawatan b. Berikan kehangatan, penerimaan, dan penuhi kebutuhan dasar
Berdasarkan tanda dan gejala yang diperoleh dari hasil klien. Jujur dan menapati janji, terima diri klien dan bedakan
dengan perilaku yang diterima, misalnya : bukan kamu, tapi
pengkajian, maka dirumuskanlah diagnosis
perilakumu yang tidak dapat diterima
keperawatan : c. Dapatkan perhatian anak atau kontak mata anak dengan
Kerusakan Interaksi Sosial memanggil namanya atau berikan anak objek yang dikenalnya
seperti boneka atau selimut.
d. Pergilah perlahan-lahan, jangan memaksa anak untuk
3. Tindakan Keperawatan berinteraksi. Beri pujian atas adanya kontak mata. Secara
Tujuan : bertahap kenalkan sentuhan, senyuman dan pelukan.
Klien dapat membina hubungan saling percaya 2. Berikan contoh cara berinteraksi dengan orang lain
dengan perawat ditandai dengan adanya respon 3. Diskusikan kepada anak perilaku yang di terima dan tidak boleh
wajah dan kontak mata, klien dapat berinteraksi dilakukan saat berinteraksi dengan orang lain.
4. Jelaskan secara jelas dampak perilaku yang tidak boleh dilakukan
dengan orang lain.
5. Anjurkan anak untuk interaksi dengan orang lain dengan ditemani
perawat.
1. Tatalaksana Gangguan Perkembangan

A. Asuhan keperawatan Tindakan keperawatan untuk keluarga:


a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat
3. Tindakan Keperawatan klien.
Tujuan untuk keluarga : b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses
a. Mengenal masalah kerusakan interaksi sosial pada terjadinya kerusakan interaksi sosial pada anak
anak c. Melatih keluarga cara merawat anak dengankerusakan
b. Memutuskan untuk melakukan perawatan pada anak interaksi sosial
dengan kerusakan interaksi sosial d. Membimbing keluarga merawat anak dengan kerusakan
c. Merawat anak dengankerusakan interaksi sosial interaksi sosial.
dengan mengajarkan dan mendampingi anak dalam e. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga dan
melakukan interaksi sosial. lingkungan yang mendukung klien untuk interaksi sosial.
d. Memodifikasi lingkungan yang kondusif agar anak f. Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang
mampu melakukan interasi sosial dengan orang lain. memerlukan rujukan segera ke fasilitas pelayanan
e. Mengenal tanda kekambuhan, dan mencari kesehatan
pelayanan kesehatan g. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan kesehatan
secara teratur
1. Tatalaksana Gangguan Perkembangan

A. Asuhan keperawatan

4. Evaluasi Untuk keluarga:


Untuk klien: 1) Mengenal masalah yang dirasakan dalam merawat
1) Membina hubungan saling percaya dengan klien (pengertian, tanda dan gejala, dan proses
perawat. terjadinya kerusakan interaksi sosial)
2) Memulai interaksi dengan orang lain 2) Mencegah terjadinya kerusakan interaksi sosial
3) Ada kontak mata, respon wajah dan perilaku 3) Menunjukkan sikap yang mendukung dan
non verbal lainnya dalam berinteraksi dengan menghargai klien
orang lain 4) Memotivasi klien dalam melakukan interaksi
4) Tidak menolak diri dari kontak fisik sosial
5) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan
yang mendukung klien berinteraksi sosial.
1. Tatalaksana Gangguan Perkembangan

B. Pendekatan Psikoedukasi

Psikoedukasi sangat penting dalam tata laksana Gangguan Perkembangan agar keluarga dapat
menerima anak apa adanya dan memberikan perawatan dan dukungan yang optimal bagi anak.

Hal-hal yang perlu dijelaskan pada orang tua atau keluarga:


• Pelajari apa yang membuat anak senang; apa yang memicu timbulnya perilaku bermasalah dan apa yang
dapat mencegahnya; potensi apa yang dimiliki anak
• Memahami bahwa anak dengan gangguan perkembangan sering mengalami kesulitan dalam situasi baru
• Buat jadwal yang teratur untuk aktivitas harian seperti makan, bermain, belajar dan tidur.
• Libatkan anak dalam kegiatan sederhana sehari-hari
• Upayakan sedapat mungkin agar anak dapat tetap bersekolah
• Pantau kebersihan diri dan latih anak untuk dapat melakukannya
1. Tatalaksana Gangguan Perkembangan

B. Pendekatan Psikoedukasi C. Medikamentosa

Autisme: • Pada retardasi mental tidak ada pengobatan


• Minta orang tua melakukan diet bebas gluten yang dapat meningkatkan fungsi mental,
(terigu) dan bebas casein (susu sapi) serta kecuali pada kasus fisik tertentu atau
mempraktikkan terapi perilaku setiap saat di rumah gangguan psikiatrik
dalam pengasuhan sehari-hari • Retardasi mental dapat terjadi bersama
• Terapi perilaku dengan kontak mata pada pengasuh dengan gangguan lainnya memerlukan
(agar anak keluar dari dunianya sendiri) pengobatan medis (misalnya kejang,
ganguan psikiatrik dengan spastisistis
seperti depresi)
• Autisme yang terdapat perilaku agresif,
hipersensitif dan stereotipik dapat diberikan
antipsikotik dosis rendah misal Risperidon
3x 0,5 mg/hari
2. Defisit Perawatan Diri
A. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada klien dan keluarga (pelaku rawat). Tanda
dan gejala defiisit perawatan diri dapat ditemukan melalui pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana kebersihan diri klien?
b. Apakah klien bisa mandi, mencuci rambut, menggosok gigi,
menggunting kuku?
c. Bagaimana penampilan klien?
d. Apakah klien menyisir rambut , berdandan, bercukur (untuk laki-laki)?
e. Apakah pakaian klien rapi dan sesuai?
f. Apakah klien menggunakan alat mandi / kebersihan diri ?
g. Bagaimana makan dan minum klien ?
h. Apakah klien menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum ?
i. Bagaimana BAB dan BAK klien ?
j. Apakah klien membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK ?
k. Apakah klien mengetahui cara perawatan diri yang benar ?
2. Defisit Perawatan Diri
A. Asuhan keperawatan

Tanda dan gejala defisit perwatan diri yang dapat ditemukan melalui observasi adalah sebagai
berikut:
1) Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku
panjang dan kotor.
2) Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak
rapi, pakaian tidak sesuai, pada klien laki-laki tidak bercukur, pada klien wanita tidak berdandan.
3) Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan mengambil
makan dan minum sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
4) Ketidakmampuan BAB dan BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB dan BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB dan BAK.
2. Defisit Perawatan Diri
A. Asuhan keperawatan
Tindakan keperawatan untuk individu:
a. Identifikasi aspek perawatan diri yang masih
2. Diagnosis Keperawatan dapat dilakukan klien.
Berdasarkan tanda dan gejala yang diperoleh dari b. Latih satu aspek perawatan diri pada satu waktu.
hasil pengkajian, maka dirumuskanlah diagnosis misalnya cara makan, memotong kuku.
keperawatan : c. Berikan penjelasan sederhana dan konkret misal
Defisit Perawatan Diri melatih makan ambil nasi dari piring, masukkan
ke mulut.
3. Tindakan Keperawatan d. Berikan pujian atas keberhasilan yang dapat
Tujuan : dicapai klien.
Klien mampu melakukan pemenuhan e. Latih aspek perawatan diri lainnya apabila satu
kebutuhan perawatan diri secara mandiri. aspek perawatan diri telah dikuasai dengan baik.
f. Anjurkan klien untuk mandiri namun apabila
tidak mampu berikan bantuan.
2. Defisit Perawatan Diri
A. Asuhan keperawatan

3. Tindakan Keperawatan
Tujuan untuk keluarga :
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami defisit perawatan diri

Tindakan keperawatan untuk keluarga:


a. Mendiskusikan masalah yg dirasakan dalam d. Melatih keluarga menciptakan suasana keluarga
merawat klien defisit perawatan diri dan lingkungan yang mendukung perawatan diri
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan klien
proses terjadinya defisit perawatan diri dan e. Mendiskusikan tanda dan gejala kekambuhan yang
mengambil keputusan merawat klien memerlukan rujukan segera ke fasilitas kesehatan.
c. Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas f. Menganjurkan follow up ke fasilitas pelayanan
kebersihan diri yang dibutuhkan oleh klien kesehatan secara teratur.
untuk menjaga perawatan diri klien.
2. Defisit Perawatan Diri
A. Asuhan keperawatan

4. Evaluasi
Klien mampu: Untuk keluarga:
1. Mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan 1. Mengenal masalah yg dirasakan dalam merawat
menggunting kuku dengan benar dan bersih klien (pengertian, tanda dan gejala, dan proses
2. Mengganti pakaian dengan pakaian bersih terjadinya defisit perawatan diri)
3. Membereskan pakaian kotor 2. Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang
4. Berdandan dengan benar dibutuhkan oleh klien.
5. Mengambil makanan dan minuman dengan rapi 3. Merawat dan membimbing klien dalam merawat
6. Menggunakan alat makan dan minum dengan diri : kebersihan diri,berdandan (wanita),
benar bercukur (pria), makan dan minum, BAB dan
7. BAB dan BAK pada tempatnya BAK.
8. BAB dan BAKdengan bersih. 4. Follow up ke Puskesmas, mengenal tanda
kambuh dan rujukan
3. Tatalaksana Gangguan Perilaku

Tatalaksana:
• Psikoedukasi keluarga
• Pertimbangkan pelatihan keterampilan bagi keluarga, bila tersedia
• Hubungi guru (jika anak bersekolah dan setelah mendapatkan persetujuan dari anak dan
orangtua), berikan saran dan perencanaan kebutuhan pendidikan khusus.
• Antisipasi adanya perubahan kehidupan yang besar (seperti pubertas, mulai bersekolah, atau
kelahiran saudara kandung) dan aturlah dukungan personal dan sosial.
• Pertimbangkan intervensi psikososial seperti terapi kognitif perilaku dan pelatihan
keterampilan sosial sesuai dengan ketersediaan.
• Nilai dampak pada pelaku rawat akibat dari gangguan perilaku dan tawarkan dukungan
terhadap kebutuhan personal, sosial, dan kesehatan jiwa.
• Pertimbangkan pemberian methylphenidate hanya pada kondisi-kondisi yang sesuai dengan
gangguan hiperkinetik
3. Tatalaksana Gangguan Perilaku

1. Psikoedukasi keluarga
• Menerima anak apa adanya dan memberikan perawatan dan dukungan yang optimal bagi anak
• Konsisten dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak
• Beri penghargaan pada perilaku baik yang dilakukan anak dan hindari konfrontasi langsung dengan anak
• Mulai modifikasi perilaku dengan berfokus pada beberapa perilaku bermasalah yang jelas terlihat dan yang
mungkin dilakukan anak
• Beri instruksi yang singkat dan jelas serta tekankan secara tegas pada anak untuk melakukannya.
• Jangan pernah menggunakan kata-kata atau tindakan kekerasan pada anak. Lebih banyak menekankan pada
penghargaan daripada hukuman, misalnya tunda/tidak memberikan penghargaan atau hadiah (contoh
melakukan aktivitas yang menyenangkan bagi anak) setelah anak berperilaku tidak sesuai.
• Sebagai pengganti hukuman, dapat menggunakan ―time out yang singkat dan jelas, yaitu memisahkan
sementara anak dari lingkungan yang menyenangkan baginya sebagai bagian dari usaha memodifikasi
perilaku
3. Tatalaksana Gangguan Perilaku

1. Psikoedukasi keluarga

• Jangan lupa untuk membahas hal ini setelah anak tenang


• Kontak pihak sekolah dengan persetujuan anak tersebut dan orang tua, kemudian berikan saran
sederhana seperti:
o Minta agar anak dapat duduk di barisan depan kelas
o Beri anak waktu tambahan dalam memahami dan mengerjakan tugas
o Membagi tugas yang panjang dan kompleks menjadi beberapa bagian yang lebih sederhana
o Memantau adanya kemungkinan perilaku yang tidak wajar atau kekerasan dari teman sebaya dan
ambil langkah yang sesuai untuk menghentikan hal tersebut.
• Beri dukungan pada keluarga dan nilai dampak psikososial masalah anak bagi keluarga
3. Tatalaksana Gangguan Perilaku
C. Medikamentosa GPPH

Prinsip dalam penggunaan obat dalam tatalaksana GPPH, antara lain:


• Konsultasikan ke spesialis untuk kemungkinan penggunaan obat untuk mengatasi
gangguan perilaku
• Penggunaan obat golongan methylphenidate bagi anak dengan GPPH harus dengan
supervisi spesialis (psikiater)
• Gunakan obat hanya sebagai bagian dari rencana tatalaksana menyeluruh yang
melibatkan intervensi psikologis, perilaku dan edukasional

Kasus berat untuk mengurangi aktivitas berlebihan


Methylphenidate 15-45 mg/hari dibagi 2 dosis pagi dan siang,
Jika ada tics dapat diberikan klonidin 25-50 mg/hari
3. Tatalaksana Gangguan Perilaku
C. Medikamentosa GPPH

Penggunaan methylphenidate dibatasi pada beberapa negara. Ada beberapa


hal yang harus dinilai sebelum penggunaan, antara lain:
o Fungsi jantung dan pembuluh darah, karena metilphenidate tidak boleh
digunakan pada anak dengan penyakit jantung dan pembuluh darah
o Berat dan tinggi badan
o Risiko penyalahgunaan obat
o Penyakit medis yang menyertai (misal penggunaannya perlu berhati-hati pada
anak dengan epilepsi)
o Gangguan mental yang lain (dapat menambah gejala cemasa dan kontra
indikasi pada gangguan psikosis)
3. Tatalaksana Gangguan Perilaku
C. Medikamentosa GPPH

Methylphenidate:
• Sediaan obat methylphenidate yaitu tablet immediate release (10 mg) dan tablet
extended release (18 mg, 20 mg, 36 mg).
• Penggunaan awal 5mg tablet immediate release (satu atau dua kali sehari di pagi dan
siang hari) dan bisa ditingkatkan perlahan-lahan dalam 4-6 minggu dengan dosis
maksimal 1mg/kgBB/hari, dibagi dua dosis.
• Penggunaan tablet tablet extended release 1x sehari di pagi hari.
• Efek samping yang sering terjadi antara lain: insomnia, nafsu makan menurun,
anxietas, perubahan mood.
• Efek samping lain yang mungkin timbul, namun jarang: nyeri perut, pusing, mual,
muntah, tic.
• Perlu konsultasikan ke spesialis untuk penggunaan obat methylphenidate.
Rujukan Gangguan Perilaku
• GPPH → Jika tidak ada perbaikan dengan tata laksana
Metilfenidate
• Ketergantungan internet
• Ketergantungan NAPZA → Perlu fasilitas rawat inap karena
memerlukan pengawasan medis
Terima
kasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai