Gangguan
Perkembangan dan Perilaku
Pada Anak dan Remaja
Manajemen Kesehatan Jiwa Terpadu
Pokok Bahasan
Konsep gangguan perkembangan dan perilaku pada anak dan
01 remaja
Pengenalan gejala dan diagnosis gangguan perkembangan dan
02 perilaku pada anak dan remaja
Penatalaksanaan dan rujukan kasus gangguan perkembangan
03 dan perilaku pada anak dan remaja
01
Konsep gangguan
perkembangan dan
perilaku pada anak
dan remaja
Tahap-tahap perkembangan anak
Perkembangan Berbahasa
Reaksi terhadap suara 0,5 bulan
Senyum sosial 5 minggu
Mengeluarkan suara ―aguu-aguu..‖ 2 bulan
Menggumam 6 bulan
Mengucapkan ―dada-dada..‖ 8 bulan
Kata pertama yang benar 11 bulan
Kata kedua yang benar 12 bulan
Kata baru 4-6 kata 12-15 bulan
Menguasai 7-20 kata 16-17 bulan
Menguasai 50 kata, kalimat pertama (2 kata) 18-30 bulan
Kalimat terdiri dari 3 kata 2-3 tahun
Perbendaharaan sampai 14000 kata, menyebut 3 kata sifat, kegunaan benda, bicara 3-5 tahun
sebagian/seluruhnya dimengerti, menyebut 4 warna, menyebut jenis kegiatan
Pengertian bahasa yang lebih kompleks, ucapan dan nada sudah lebih jelas dan bulat 6 tahun
Tahap-tahap perkembangan anak
Perkembangan kognitif anak dan karakteristiknya
02
gangguan
perkembangan dan
perilaku pada anak
dan remaja
I. Gangguan Perkembangan
Gangguan perkembangan
Disabilitas intelektual/ Perkembangan yang
pervasif (menetap) termasuk
Retardasi Mental terlambat
autisme
Keluhan yang muncul dapat berupa : mudah untuk menangis, mudah marah, sulit tidur, agitasi, mood yang
labil, sulit bergaul dengan anak seusianya.
2. Gangguan Perkembangan Pervasif atau Gangguan Spektrum Autisme
• Biasanya memiliki hambatan dalam perilaku sosial, komunikasi dan bahasa Faktor Etiologi
• Memiliki rentang minat dan aktivitas yang terbatas dan dilakukan secara berulang-ulang Sampai saat ini penyebab
• Gangguan- gangguan tersebut dimulai pada masa bayi atau kanak awal pasti masih belum diketahui.
• Biasanya, namun tidak selalu, juga dapat disertai dengan disabilitas intelektual Faktor yang berperan antara
lain:
Gambaran klinis: • Genetik
• Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial • Biologis
• Gangguan komunikasi verbal, non verbal dan bermain • Imunologis
• Aktivitas dan minat yang terbatas • Perinatal: infeksi,
• Perilaku stereotipik (berulang-ulang dan tidak spesifik, tidak ada maksud yang jelas) komplikasi kehamilan dan
• Emosi yang sering tidak stabil kelahiran
• Respon berlebih atau kekurangan terhadap beberapa stimuli sensorik • Neuroanatomis
• Gejala-gejala perilaku lain yang terkait (seperti hiper/hipo-kinesis, agresi, tantrum, melukai diri, • Biokimia
rentang perhatian pendek, kurangnya kemampuan untuk berfokus pada tugas, insomnia, masalah
• Psikososial dan keluarga
makan)
3. Defisit Perawatan Diri
Epidemiologi Komorbiditas
• Prevalensinya di seluruh dunia diperkirakan Anak dengan GPPH mempunyai kemungkinan yang
berkisar antara 2 – 9.5 % dari anak-anak usia lebih besar untuk mengalami
sekolah. • Gangguan belajar
• Anak laki-laki dikatakan memiliki insidensi yang • Gangguan cemas
lebih tinggi • Gangguan mood
• Remaja dan dewasa lebih sedikit dibandingkan • Gangguan penggunaan zat
dengan anak sekolah dasar dibanding dengan populasi umum
Etiologi
Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari GPPH. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan
dikatakan adanya keterlibatan dari faktor genetik struktur anatomi neurokimia otak dalam terjadinya
GPPH.
Gangguan Perilaku Lainnya
Gangguan perilaku lainnya pada anak dan remaja dapat disebabkan oleh masalah psikososial
Perilaku disosial, agresif, atau menentang yang berulang dan menetap, seperti:
• Berkelahi atau mengganggu anak-anak lain yang berlebihan
• Bolos dari sekolah
• Kejam terhadap binatang atau orang lain
• Kabur dari rumah
• Merusak barang-barang
• Sering mengalami temper tantrum yang berat
• Bermain api
• Perilaku provokatif yang menyimpang
• Mencuri
• Terus menerus tidak patuh atau menentang
• Berulang-ulang berbohong
1. Ketergantungan Internet
• Merupakan penggunaan secara berlebihan • Ketergantungan internet dapat muncul dalam
atau pemakaian internet yang bersifat perilaku yang beragam sebagai berikut:
kompulsif (berulang-ulang) sehingga a. Kecanduan pornografi
mengganggu aktivitas harian. b. Kecanduan bermain game online
• Bentuk perilaku dari ketergantungan terhadap c. Kecanduan nonton video streaming
internet belakangan ini banyak dijumpai pada d. Kecanduan cybersex
siswa sekolah, khususnya kelompok usia e. Kecanduan belanja online
remaja. f. Kecanduan selfies/posting
• Prevalensi angka kejadian adiksi internet di g. Kecanduan menggunakan gadget
Asia antara 6,7% sampai 10,15%. h. Kecanduan media sosial
• Studi melaporkan 1 dari pengguna internet i. Kecanduan ponsel
mengalami ketergantungan internet. j. Kecanduan berjudi
k. Kecanduan teknologi lain
1. Ketergantungan Internet
Faktor risiko:
• Pola asuh dari orang tua
• Variable interpersonal (kondisi psikologis)
• Jenis kelamin dan lama berfrekuensi berinternet
• Tekanan terkait ekspektasi orang tua terhadap prestasi sekolah
• Akses terhadap internet (rumah, sekolah, warung internet)
• Tingkatan kelas di sekolah
• Bullying
• Pemakaian gadget usia dini
Komorbiditas:
• Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
• Gangguan emosi dan perilaku
• Gangguan kejiwaan lainnya ( depresi, kecemasan samapi percobaan bunuh diri)
2. Ketergantungan Narkotika, Psikotopika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA)
Merupakan pemakaian NAPZA yang bukan untuk tujuan pengobatan atau yang digunakan
tanpa mengikuti aturan atau pengawasan dokter, digunakan berkali-kali atau terus-menerus
Keluhan:
• Murung, gugup, insomnia, komplikasi fisik, mengalami kecelakaan/cedera akibat penggunaan
NAPZA
• Problem hukum atau sosial (problem perkawinan, kehilangan pekerjaan)
• Seringkali keluarga yang terlebih dahulu minta pertolongan (pasien mudah tersinggung,
kehilangan pekerjaan)
2. Ketergantungan Narkotika, Psikotopika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA)
Penyebab:
• Faktor individu : Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab remaja
yang sedang mendalami perubahan biologis, psikologik maupun sosial yang pesat (individu rentan)
• Faktor lingkungan keluarga (terutama orang tua) : Antara lain komunikasi kurang baik, hubungan kurang harmonis,
orang tua sibuk/acuh, orang tua serba membolehkan, disiplin keluarga yang selalu berubah, kurangnya orang yang dapat
dijadikan teladan/model, kurangnya kehidupan beragama
• Faktor lingkungan sekolah : Kurang disiplin, kurang memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan diri, ada murid
yang menggunakan NAPZA
• Faktor lingkungan teman sebaya : Berteman dengan penyalahgunaan, tekanan, ancaman teman kelompok atau pengedar
• Faktor lingkungan masyarakat : Lemahnya penegakan hukum, situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang
mendukung
• Faktor NAPZA : Mudahnya NAPZA dapat dimana-mana, banyak iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik
dicoba, khasiat farmakologik NAPZA, menenangkan, menghilangkan nyeri, menidurkan , membuat euphoria.
3. Penyimpangan Seksual
Merupakan suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada keinginan seksual dan perubahan-perubahan psikofisiologik
siklus respon seksual dan menyebabkan distress yang nyata dan kesulitan interpersonal
Penyebab
Faktor Psikososial
• Gagal menyelesaikan proses perkembangan menjadi heteroseksual
• Pengalaman dini yang mengkondisikan atau mensosialisasikan anak ke dalam penyimpangan seksual
Faktor Organik
• Kadar hormon abnormal
• Kelainan berubah tanda-tanda neurologis samar maupun nyata
• Kromosom yang abnormal
• Riwayat kejang
• Kelainan rekaman otak tanpa kejang
• Gangguan jiwa berat
• Retardasi mental
3. Penyimpangan Seksual
Macam-macamnya:
• Parafilia, gangguan seksual yang nyata dimana beberapa diantaranya bisa berbuntut tindakan kriminal yaitu
o Voyerisme yaitu fikiran berulang dengan fantasi dan tindakan-tindakan seperti mengamati orang telanjang atau
melakukan aktifitas seksual
o Exhibitionisme, keinginan yang berulan-ulang untuk memperlihatkan alat kelaminnya pada orang yang tidak
dikenal
o Pedofilia, dorongan seksual yang kuat dan berulang-ulang terhadap anak-anak
Diekspresikan secara pribadi:
o Fetihism, focus seksual pada benda-benda(sepatu, sarung tangan, celana pendek, stocking) yang berhubungan
erat dengan manusia
o Transvetisme, ditandai dengan fantasi dan dorongan seksual oleh laki-laki heteroseksual untuk berpakaian
Wanita bertujuan merangsang dan sebagai pelengkap untuk aktifitas masturbasi atau hubungan seksual
o Seksual sadism, pemuasan seksual dengan penyiksaan pada korban
o Seksual masochisme, pemuasan seksual dengan penyiksaan pada korbannya
3. Penyimpangan Seksual
Macam-macamnya (2):
• Gangguan identitas kelamin pada masa anak, remaja, atau kehidupan dewasa. Manifestasinya
berupa perasaan distress, atau tidak adekuat berkenaan dengan peran sosioseksualnya, tubuh,
genital, atau standar maskulinitas atau feminitasnya
• Gangguan orientasi seksual disebut juga homoseksual egodistonik
• Homoseksualitas (pada laki-laki dan Wanita), jika egosintonik (orientasi seksual tidak terganggu)
tidak termasuk kategori ini
• Biseksualitas (menyukai kedua jenis kelamin)
1. Diagnosa GPPH
Pemeriksaan dilakukan dokter spesialis jiwa (psikiater) atau dokter spesialis anak:
• Pemeriksaan fisik
o Skrining keracunan timah hitam, anemia defisiensi besi, defisiensi nutria lainnya,
o Pemeriksaan neurologic lengkap termasuk tes perseptual motoric
o Pemeriksaan fungsi kelenjar gondok
• Wawancara Riwayat Penyakit (Riwayat antenatal, perkembangan psikomotorik, ritme tidur,
keluarga, sekolah, medik)
• Pemeriksaan inteligensi, kesulitan belajar, dan sindrom otak organik (tes inteligensi/Weschler
Inteligence Scale For Children, Tes Woodock-Johnson)
• Pemeriksaan psikometrik/kognitif perseptual (Continous performance test/test of variable of
attention, Wisconsin Card sort, Stroop Color word Test
• Evaluasi situasi rumah (hubungan dengan lingkungan)
• Hasil pemeriksaan yang sesuai DSM V atau PPDGJ III/ICD -11 maka langsung pengobatan
dengan psikostimultan
• Pemeriksaan dan monitor efek samping pengobatan 3 bulan.
2. Ketergantungan Internet
Masuk ke dalam diagnosis ICD 11, Disorder due to addictive behaviours
Algoritma penilaian ada atau tidaknya gangguan perilaku pada anak
Algoritma penilaian ada atau tidaknya gangguan perilaku pada anak
Penatalaksanaan
03
dan rujukan kasus
gangguan
perkembangan dan
perilaku pada anak dan
remaja
1. Tatalaksana Gangguan Perkembangan
A. Asuhan keperawatan
Tanda dan gejala kerusakan interaksi sosial yang dapat
1. Pengkajian
ditemukan melalui observasi adalah sebagai berikut:
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan
1. Menyendiri
observasi pada klien dan keluarga (pelaku rawat).
2. Kontak mata kurang
Tanda dan gejala kerusakan interaksi sosial dapat
3. Kurang tanggap atau peduli terhadap orang lain
ditemukan dari keluarga melalui pertanyaan sebagai
4. Tidak mau dipeluk
berikut:
5. Ketidakpedulian atau keengganan untuk kasih sayang
1. Apakah anak mereka dapat melakukan kontak mata
dan kontak fisik
atau memberikan perhatian kepada orang lain ?
6. Tidak mampu bermain bekerja sama dan menjalin
2. Bagaimana perasaan anak saat berinteraksi dengan
persahabatan
orang lain?
7. Terbatsnya rentang perhatian
3. Apakah anak dapat mengungkapkan rasa puas,
8. Kegiatan mudah beralih
memiliki, kepedulian, ketertarikan dan berbagi ?
9. Impulsif
4. Apakah perilaku anak sesuai dengan usianya dalam
10.Mengganggu orang lain
berinteraksi dengan orang lain ?
11.Perilaku yang tidak dapat diterima sesuai usia
1. Tatalaksana Gangguan Perkembangan
A. Asuhan keperawatan
B. Pendekatan Psikoedukasi
Psikoedukasi sangat penting dalam tata laksana Gangguan Perkembangan agar keluarga dapat
menerima anak apa adanya dan memberikan perawatan dan dukungan yang optimal bagi anak.
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi pada klien dan keluarga (pelaku rawat). Tanda
dan gejala defiisit perawatan diri dapat ditemukan melalui pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana kebersihan diri klien?
b. Apakah klien bisa mandi, mencuci rambut, menggosok gigi,
menggunting kuku?
c. Bagaimana penampilan klien?
d. Apakah klien menyisir rambut , berdandan, bercukur (untuk laki-laki)?
e. Apakah pakaian klien rapi dan sesuai?
f. Apakah klien menggunakan alat mandi / kebersihan diri ?
g. Bagaimana makan dan minum klien ?
h. Apakah klien menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum ?
i. Bagaimana BAB dan BAK klien ?
j. Apakah klien membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK setelah BAB dan BAK ?
k. Apakah klien mengetahui cara perawatan diri yang benar ?
2. Defisit Perawatan Diri
A. Asuhan keperawatan
Tanda dan gejala defisit perwatan diri yang dapat ditemukan melalui observasi adalah sebagai
berikut:
1) Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku
panjang dan kotor.
2) Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak
rapi, pakaian tidak sesuai, pada klien laki-laki tidak bercukur, pada klien wanita tidak berdandan.
3) Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan mengambil
makan dan minum sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
4) Ketidakmampuan BAB dan BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB dan BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB dan BAK.
2. Defisit Perawatan Diri
A. Asuhan keperawatan
Tindakan keperawatan untuk individu:
a. Identifikasi aspek perawatan diri yang masih
2. Diagnosis Keperawatan dapat dilakukan klien.
Berdasarkan tanda dan gejala yang diperoleh dari b. Latih satu aspek perawatan diri pada satu waktu.
hasil pengkajian, maka dirumuskanlah diagnosis misalnya cara makan, memotong kuku.
keperawatan : c. Berikan penjelasan sederhana dan konkret misal
Defisit Perawatan Diri melatih makan ambil nasi dari piring, masukkan
ke mulut.
3. Tindakan Keperawatan d. Berikan pujian atas keberhasilan yang dapat
Tujuan : dicapai klien.
Klien mampu melakukan pemenuhan e. Latih aspek perawatan diri lainnya apabila satu
kebutuhan perawatan diri secara mandiri. aspek perawatan diri telah dikuasai dengan baik.
f. Anjurkan klien untuk mandiri namun apabila
tidak mampu berikan bantuan.
2. Defisit Perawatan Diri
A. Asuhan keperawatan
3. Tindakan Keperawatan
Tujuan untuk keluarga :
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami defisit perawatan diri
4. Evaluasi
Klien mampu: Untuk keluarga:
1. Mandi, mencuci rambut, menggosok gigi dan 1. Mengenal masalah yg dirasakan dalam merawat
menggunting kuku dengan benar dan bersih klien (pengertian, tanda dan gejala, dan proses
2. Mengganti pakaian dengan pakaian bersih terjadinya defisit perawatan diri)
3. Membereskan pakaian kotor 2. Menyediakan fasilitas kebersihan diri yang
4. Berdandan dengan benar dibutuhkan oleh klien.
5. Mengambil makanan dan minuman dengan rapi 3. Merawat dan membimbing klien dalam merawat
6. Menggunakan alat makan dan minum dengan diri : kebersihan diri,berdandan (wanita),
benar bercukur (pria), makan dan minum, BAB dan
7. BAB dan BAK pada tempatnya BAK.
8. BAB dan BAKdengan bersih. 4. Follow up ke Puskesmas, mengenal tanda
kambuh dan rujukan
3. Tatalaksana Gangguan Perilaku
Tatalaksana:
• Psikoedukasi keluarga
• Pertimbangkan pelatihan keterampilan bagi keluarga, bila tersedia
• Hubungi guru (jika anak bersekolah dan setelah mendapatkan persetujuan dari anak dan
orangtua), berikan saran dan perencanaan kebutuhan pendidikan khusus.
• Antisipasi adanya perubahan kehidupan yang besar (seperti pubertas, mulai bersekolah, atau
kelahiran saudara kandung) dan aturlah dukungan personal dan sosial.
• Pertimbangkan intervensi psikososial seperti terapi kognitif perilaku dan pelatihan
keterampilan sosial sesuai dengan ketersediaan.
• Nilai dampak pada pelaku rawat akibat dari gangguan perilaku dan tawarkan dukungan
terhadap kebutuhan personal, sosial, dan kesehatan jiwa.
• Pertimbangkan pemberian methylphenidate hanya pada kondisi-kondisi yang sesuai dengan
gangguan hiperkinetik
3. Tatalaksana Gangguan Perilaku
1. Psikoedukasi keluarga
• Menerima anak apa adanya dan memberikan perawatan dan dukungan yang optimal bagi anak
• Konsisten dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak
• Beri penghargaan pada perilaku baik yang dilakukan anak dan hindari konfrontasi langsung dengan anak
• Mulai modifikasi perilaku dengan berfokus pada beberapa perilaku bermasalah yang jelas terlihat dan yang
mungkin dilakukan anak
• Beri instruksi yang singkat dan jelas serta tekankan secara tegas pada anak untuk melakukannya.
• Jangan pernah menggunakan kata-kata atau tindakan kekerasan pada anak. Lebih banyak menekankan pada
penghargaan daripada hukuman, misalnya tunda/tidak memberikan penghargaan atau hadiah (contoh
melakukan aktivitas yang menyenangkan bagi anak) setelah anak berperilaku tidak sesuai.
• Sebagai pengganti hukuman, dapat menggunakan ―time out yang singkat dan jelas, yaitu memisahkan
sementara anak dari lingkungan yang menyenangkan baginya sebagai bagian dari usaha memodifikasi
perilaku
3. Tatalaksana Gangguan Perilaku
1. Psikoedukasi keluarga
Methylphenidate:
• Sediaan obat methylphenidate yaitu tablet immediate release (10 mg) dan tablet
extended release (18 mg, 20 mg, 36 mg).
• Penggunaan awal 5mg tablet immediate release (satu atau dua kali sehari di pagi dan
siang hari) dan bisa ditingkatkan perlahan-lahan dalam 4-6 minggu dengan dosis
maksimal 1mg/kgBB/hari, dibagi dua dosis.
• Penggunaan tablet tablet extended release 1x sehari di pagi hari.
• Efek samping yang sering terjadi antara lain: insomnia, nafsu makan menurun,
anxietas, perubahan mood.
• Efek samping lain yang mungkin timbul, namun jarang: nyeri perut, pusing, mual,
muntah, tic.
• Perlu konsultasikan ke spesialis untuk penggunaan obat methylphenidate.
Rujukan Gangguan Perilaku
• GPPH → Jika tidak ada perbaikan dengan tata laksana
Metilfenidate
• Ketergantungan internet
• Ketergantungan NAPZA → Perlu fasilitas rawat inap karena
memerlukan pengawasan medis
Terima
kasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik