Perkembangan Berbahasa
Reaksi terhadap suara 0,5 bulan
Senyum sosial 5 minggu
Mengeluarkan suara ―aguu-aguu..‖ 2 bulan
Menggumam 6 bulan
Mengucapkan ―dada-dada..‖ 8 bulan
Kata pertama yang benar 11 bulan
Kata kedua yang benar 12 bulan
Kata baru 4-6 kata 12-15 bulan
Menguasai 7-20 kata 16-17 bulan
Menguasai 50 kata, kalimat pertama (2 kata) 18-30 bulan
Kalimat terdiri dari 3 kata 2-3 tahun
Perbendaharaan sampai 14000 kata, menyebut 3 kata sifat, kegunaan benda, bicara 3-5 tahun
sebagian/seluruhnya dimengerti, menyebut 4 warna, menyebut jenis kegiatan
Pengertian bahasa yang lebih kompleks, ucapan dan nada sudah lebih jelas dan bulat 6 tahun
Tahap-tahap perkembangan anak
Perkembangan kognitif anak dan karakteristiknya
02
dan diagnosis
gangguan
perkembangan dan
perilaku pada anak
dan remaja
I. Gangguan Perkembangan
Gangguan perkembangan
Disabilitas intelektual/ Perkembangan yang
pervasif (menetap) termasuk
Retardasi Mental terlambat
autisme
Keluhan yang muncul dapat berupa : mudah untuk menangis, mudah marah, sulit tidur, agitasi, mood
yang labil, sulit bergaul dengan anak seusianya.
2. Gangguan Perkembangan Pervasif atau Gangguan Spektrum Autisme
• Biasanya memiliki hambatan dalam perilaku sosial, komunikasi dan bahasa Faktor Etiologi
• Memiliki rentang minat dan aktivitas yang terbatas dan dilakukan secara berulang- Sampai saat ini penyebab
ulang pasti masih belum diketahui.
• Gangguan- gangguan tersebut dimulai pada masa bayi atau kanak awal
Faktor yang berperan antara
• Biasanya, namun tidak selalu, juga dapat disertai dengan disabilitas intelektual
lain:
Gambaran klinis: • Genetik
• Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial • Biologis
• Gangguan komunikasi verbal, non verbal dan bermain • Imunologis
• Aktivitas dan minat yang terbatas • Perinatal: infeksi,
• Perilaku stereotipik (berulang-ulang dan tidak spesifik, tidak ada maksud yang jelas) komplikasi kehamilan dan
• Emosi yang sering tidak stabil kelahiran
• Respon berlebih atau kekurangan terhadap beberapa stimuli sensorik • Neuroanatomis
• Gejala-gejala perilaku lain yang terkait (seperti hiper/hipo-kinesis, agresi, tantrum, melukai diri, • Biokimia
rentang perhatian pendek, kurangnya kemampuan untuk berfokus pada tugas, insomnia,
masalah makan)
• Psikososial dan keluarga
3. Defisit Perawatan Diri
Epidemiologi Komorbiditas
• Prevalensinya di seluruh dunia diperkirakan Anak dengan GPPH mempunyai kemungkinan yang
berkisar antara 2 – 9.5 % dari anak-anak usia lebih besar untuk mengalami
sekolah. • Gangguan belajar
• Anak laki-laki dikatakan memiliki insidensi • Gangguan cemas
yang lebih tinggi • Gangguan mood
• Remaja dan dewasa lebih sedikit • Gangguan penggunaan zat
dibandingkan dengan anak sekolah dasar dibanding dengan populasi umum
Etiologi
Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari GPPH. Dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan dikatakan adanya keterlibatan dari faktor genetik struktur anatomi neurokimia otak dalam
terjadinya GPPH.
Gangguan Perilaku Lainnya
Gangguan perilaku lainnya pada anak dan remaja dapat disebabkan oleh masalah psikososial
Perilaku disosial, agresif, atau menentang yang berulang dan menetap, seperti:
• Berkelahi atau mengganggu anak-anak lain yang berlebihan • Bolos dari sekolah
• Kejam terhadap binatang atau orang lain • Kabur dari rumah
• Merusak barang-barang • Sering mengalami temper tantrum yang
• Bermain api berat
• Mencuri • Perilaku provokatif yang menyimpang
• Berulang-ulang berbohong • Terus menerus tidak patuh atau menentang
1. Ketergantungan Internet
• Merupakan penggunaan secara berlebihan • Ketergantungan internet dapat muncul dalam
atau pemakaian internet yang bersifat perilaku yang beragam sebagai berikut:
kompulsif (berulang-ulang) sehingga a. Kecanduan pornografi
mengganggu aktivitas harian. b. Kecanduan bermain game online
• Bentuk perilaku dari ketergantungan c. Kecanduan nonton video streaming
terhadap internet belakangan ini banyak d. Kecanduan cybersex
dijumpai pada siswa sekolah, khususnya e. Kecanduan belanja online
kelompok usia remaja. f. Kecanduan selfies/posting
• Prevalensi angka kejadian adiksi internet di g. Kecanduan menggunakan gadget
Asia antara 6,7% sampai 10,15%. h. Kecanduan media sosial
• Studi melaporkan 1 dari pengguna internet i. Kecanduan ponsel
mengalami ketergantungan internet. j. Kecanduan berjudi
k. Kecanduan teknologi lain
1. Ketergantungan Internet
Faktor risiko:
• Pola asuh dari orang tua
• Variable interpersonal (kondisi psikologis)
• Jenis kelamin dan lama berfrekuensi berinternet
• Tekanan terkait ekspektasi orang tua terhadap prestasi sekolah
• Akses terhadap internet (rumah, sekolah, warung internet)
• Tingkatan kelas di sekolah
• Bullying
• Pemakaian gadget usia dini
Komorbiditas:
• Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
• Gangguan emosi dan perilaku
• Gangguan kejiwaan lainnya ( depresi, kecemasan samapi percobaan bunuh diri)
2. Ketergantungan Narkotika, Psikotopika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA)
Merupakan pemakaian NAPZA yang bukan untuk tujuan pengobatan atau yang digunakan
tanpa mengikuti aturan atau pengawasan dokter, digunakan berkali-kali atau terus-menerus
Keluhan:
• Murung, gugup, insomnia, komplikasi fisik, mengalami kecelakaan/cedera akibat
penggunaan NAPZA
• Problem hukum atau sosial (problem perkawinan, kehilangan pekerjaan)
• Seringkali keluarga yang terlebih dahulu minta pertolongan (pasien mudah tersinggung,
kehilangan pekerjaan)
2. Ketergantungan Narkotika, Psikotopika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA)
Penyebab:
• Faktor individu : Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab remaja
yang sedang mendalami perubahan biologis, psikologik maupun sosial yang pesat (individu rentan)
• Faktor lingkungan keluarga (terutama orang tua) : Antara lain komunikasi kurang baik, hubungan kurang
harmonis, orang tua sibuk/acuh, orang tua serba membolehkan, disiplin keluarga yang selalu berubah, kurangnya
orang yang dapat dijadikan teladan/model, kurangnya kehidupan beragama
• Faktor lingkungan sekolah : Kurang disiplin, kurang memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan diri, ada
murid yang menggunakan NAPZA
• Faktor lingkungan teman sebaya : Berteman dengan penyalahgunaan, tekanan, ancaman teman kelompok atau
pengedar
• Faktor lingkungan masyarakat : Lemahnya penegakan hukum, situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang
mendukung
• Faktor NAPZA : Mudahnya NAPZA dapat dimana-mana, banyak iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik
dicoba, khasiat farmakologik NAPZA, menenangkan, menghilangkan nyeri, menidurkan , membuat euphoria.
3. Penyimpangan Seksual
Merupakan suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada keinginan seksual dan perubahan-perubahan
psikofisiologik siklus respon seksual dan menyebabkan distress yang nyata dan kesulitan interpersonal
Penyebab
Faktor Psikososial
• Gagal menyelesaikan proses perkembangan menjadi heteroseksual
• Pengalaman dini yang mengkondisikan atau mensosialisasikan anak ke dalam penyimpangan seksual
Faktor Organik
• Kadar hormon abnormal
• Kelainan berubah tanda-tanda neurologis samar maupun nyata
• Kromosom yang abnormal
• Riwayat kejang
• Kelainan rekaman otak tanpa kejang
• Gangguan jiwa berat
• Retardasi mental
3. Penyimpangan Seksual
Macam-macamnya:
• Parafilia, gangguan seksual yang nyata dimana beberapa diantaranya bisa berbuntut tindakan kriminal yaitu
o Voyerisme yaitu fikiran berulang dengan fantasi dan tindakan-tindakan seperti mengamati orang
telanjang atau melakukan aktifitas seksual
o Exhibitionisme, keinginan yang berulan-ulang untuk memperlihatkan alat kelaminnya pada orang yang
tidak dikenal
o Pedofilia, dorongan seksual yang kuat dan berulang-ulang terhadap anak-anak
Diekspresikan secara pribadi:
o Fetihism, focus seksual pada benda-benda(sepatu, sarung tangan, celana pendek, stocking) yang
berhubungan erat dengan manusia
o Transvetisme, ditandai dengan fantasi dan dorongan seksual oleh laki-laki heteroseksual untuk
berpakaian Wanita bertujuan merangsang dan sebagai pelengkap untuk aktifitas masturbasi atau
hubungan seksual
o Seksual sadism, pemuasan seksual dengan penyiksaan pada korban
o Seksual masochisme, pemuasan seksual dengan penyiksaan pada korbannya
3. Penyimpangan Seksual
Macam-macamnya (2):
• Gangguan identitas kelamin pada masa anak, remaja, atau kehidupan dewasa.
Manifestasinya berupa perasaan distress, atau tidak adekuat berkenaan dengan peran
sosioseksualnya, tubuh, genital, atau standar maskulinitas atau feminitasnya
• Gangguan orientasi seksual disebut juga homoseksual egodistonik
• Homoseksualitas (pada laki-laki dan Wanita), jika egosintonik (orientasi seksual tidak
terganggu) tidak termasuk kategori ini
• Biseksualitas (menyukai kedua jenis kelamin)
1. Diagnosa GPPH
Pemeriksaan dilakukan dokter spesialis jiwa (psikiater) atau dokter spesialis anak:
• Pemeriksaan fisik
o Skrining keracunan timah hitam, anemia defisiensi besi, defisiensi nutria lainnya,
o Pemeriksaan neurologic lengkap termasuk tes perseptual motoric
o Pemeriksaan fungsi kelenjar gondok
• Wawancara Riwayat Penyakit (Riwayat antenatal, perkembangan psikomotorik, ritme tidur,
keluarga, sekolah, medik)
• Pemeriksaan inteligensi, kesulitan belajar, dan sindrom otak organik (tes
inteligensi/Weschler Inteligence Scale For Children, Tes Woodock-Johnson)
• Pemeriksaan psikometrik/kognitif perseptual (Continous performance test/test of variable of
attention, Wisconsin Card sort, Stroop Color word Test
• Evaluasi situasi rumah (hubungan dengan lingkungan)
• Hasil pemeriksaan yang sesuai DSM V atau PPDGJ III/ICD -11 maka langsung pengobatan
dengan psikostimultan
• Pemeriksaan dan monitor efek samping pengobatan 3 bulan.
2. Ketergantungan Internet
Psikoedukasi keluarga • Beri instruksi yang singkat dan jelas serta tekankan
secara tegas pada anak untuk melakukannya.
Beberapa cara psikoedukasi keluarga yang dapat • Jangan pernah menggunakan kata-kata atau
dilakukan untuk menghadapi anak dengan gangguan tindakan kekerasan pada anak. Lebih banyak
perilaku antara lain: menekankan pada penghargaan daripada
• Menerima anak apa adanya dan memberikan hukuman, misalnya tunda/tidak memberikan
perawatan dan dukungan yang optimal bagi penghargaan atau hadiah (contoh melakukan
anak aktivitas yang menyenangkan bagi anak) setelah
• Konsisten dengan apa yang boleh dan tidak anak berperilaku tidak sesuai.
boleh dilakukan anak • Sebagai pengganti hukuman, dapat menggunakan
• Beri penghargaan pada perilaku baik yang time out yang singkat dan jelas, yaitu memisahkan
dilakukan anak dan hindari konfrontasi langsung sementara anak dari lingkungan yang
dengan anak menyenangkan baginya sebagai bagian dari usaha
• Mulai modifikasi perilaku dengan berfokus pada memodifikasi perilaku
beberapa perilaku bermasalah yang jelas terlihat • Jangan lupa untuk membahas hal ini setelah anak
dan yang mungkin dilakukan anak tenang
Cont. Tatalaksana Gangguan Perilaku
• Kontak pihak sekolah dengan persetujuan § Membagi tugas yang panjang dan kompleks
menjadi beberapa bagian yang lebih sederhana
anak tersebut dan orang tua, kemudian
§ Memantau adanya kemungkinan perilaku yang tidak
berikan saran sederhana seperti: wajar atau kekerasan dari teman sebaya dan ambil
§ Minta agar anak dapat duduk di barisan depan langkah yang sesuai untuk menghentikan hal
kelas tersebut.
§ Beri anak waktu tambahan dalam memahami dan • Beri dukungan pada keluarga dan nilai
mengerjakan tugas
dampak psikososial masalah anak bagi
keluarga
Tatalaksana obat untuk pasien GPPH
Terdapat beberapa prinsip dalam penggunaan obat dalam tatalaksana GPPH, antara lain:
• Konsultasikan ke spesialis untuk kemungkinan penggunaan obat untuk mengatasi gangguan perilaku
• Penggunaan obat golongan methylphenidate bagi anak dengan GPPH harus dengan supervisi spesialis
(psikiater)
• Gunakan obat hanya sebagai bagian dari rencana tatalaksana menyeluruh yang melibatkan intervensi
psikologis, perilaku dan edukasional
Kasus berat untuk mengurangi aktivitas berlebihan Methylphenidate 15-45 mg/hari dibagi 2 dosis
pagi dan siang
Cont. Tatalaksana obat untuk pasien GPPH
Bahan Diskusi?
Gejala-gejala apa yang Saudara temukan pada pasien ini?
Data-data apalagi yang dibutuhkan untuk penegakan diagnosis?
Gangguan apa yang Saudara pikirkan dialami oleh pasien ini?
Tatalaksana apa yang Saudara rencanakan pada pasien ini?
Apakah pada pasien ini diperlukan rujukan?