Anda di halaman 1dari 43

“Banyak gangguan perkembangan dan perilaku

pada anak dan remaja baru dibawa


ke fasilitas kesehatan setelah keluarga
tidak mampu mengatasi perilaku mereka.”
Materi Inti 7.
Gangguan
Perkembangan dan
Perilaku Pada Anak dan
Remaja
Manajemen Kesehatan Jiwa Terpadu
Pokok Bahasan
Konsep gangguan perkembangan dan perilaku pada anak
01 dan remaja
Pengenalan gejala dan diagnosis gangguan perkembangan
02 dan perilaku pada anak dan remaja

Penatalaksanaan dan rujukan kasus gangguan


03 perkembangan dan perilaku pada anak dan remaja
01
Konsep gangguan
perkembangan dan
perilaku pada anak
dan remaja
Tahap-tahap perkembangan anak

Penilaian perkembangan anak dilihat dari aspek berikut

Motorik Kasar Motorik halus Bahasa

Personal sosial Emosional Kognitif

Cara paling mudah: membandingkan dengan perkembangan


saudara atau anak lain yang tumbuh kembangnya normal
Tahap-tahap perkembangan anak
motorik kasar, motorik halus, bahasa dan kognitif anak

Perkembangan Motorik Kasar Perkembangan motorik halus

Tengkurap 4 bulan Telapak tangan terbuka 3 bulan


Terlentang dan tengkurap 5 bulan Menyatukan kedua tangan 4 bulan

Duduk ditopang 5 bulan Memindahkan benda antara kedua tangan 5 bulan


Meraih unilateral 6 bulan
Duduk tanpa ditopang 6 bulan
Mengambil benda kecil dengan jari 9-11 bulan
Merayap 7 bulan
Minum dari gelas sendiri/menggunakan sendok 12 bulan
Duduk sendiri 8 bulan
Mencoret 12 bulan
Merangkak 8 bulan
Meniru membuat garis 15 bulan
Rambatan 9 bulan
Menyusun 2 kubus 15 bulan
Berjalan 12 bulan Menyusun 3 kubus 16 bulan
Berjalan mundur 14 bulan Membuat garis spontan 18 bulan
Berlari 16 bulan Membuat garis horisontal dan vertikal 25-27 bulan
Berjalan naik tangga 20 bulan Meniru membuat lingkaran 30 bulan
Melompat 27 bulan Membuat lingkaran tanpa melihat contoh 3 tahun
Tahap-tahap perkembangan anak
motorik kasar, motorik halus, bahasa dan kognitif anak

Perkembangan Berbahasa
Reaksi terhadap suara 0,5 bulan
Senyum sosial 5 minggu
Mengeluarkan suara ―aguu-aguu..‖ 2 bulan
Menggumam 6 bulan
Mengucapkan ―dada-dada..‖ 8 bulan
Kata pertama yang benar 11 bulan
Kata kedua yang benar 12 bulan
Kata baru 4-6 kata 12-15 bulan
Menguasai 7-20 kata 16-17 bulan
Menguasai 50 kata, kalimat pertama (2 kata) 18-30 bulan
Kalimat terdiri dari 3 kata 2-3 tahun
Perbendaharaan sampai 14000 kata, menyebut 3 kata sifat, kegunaan benda, bicara 3-5 tahun
sebagian/seluruhnya dimengerti, menyebut 4 warna, menyebut jenis kegiatan
Pengertian bahasa yang lebih kompleks, ucapan dan nada sudah lebih jelas dan bulat 6 tahun
Tahap-tahap perkembangan anak
Perkembangan kognitif anak dan karakteristiknya

Usia Tahap Karakteristik


0-2 tahun Sensorimotor Kecerdasan diperoleh dari aktivitas motorik dan
sensorik
2-7 tahun Pre-operasional Mulai mampu memahami simbol, melakukan aktivitas
mental tetapi belum terorganisir, tidak sistematik, tidak
beraturan, sering tidak logis
Contoh: seekor anjing memiliki 4 kaki dan kuda memiliki
4 kaki, maka anjing adalah kuda
(kesimpulan transduktif)
7-11 tahun Konkret-operasional Mampu menyelesaikan masalah dengan pengalaman
yang sifatnya konkret.
11 tahun ke atas Formal-operasional Mampu berpikir abstrak,
sistematis, menarik kesimpulan dari hipotesis
Pengenalan gejala

02
dan diagnosis
gangguan
perkembangan dan
perilaku pada anak
dan remaja
I. Gangguan Perkembangan

Gangguan perkembangan
Disabilitas intelektual/ Perkembangan yang
pervasif (menetap) termasuk
Retardasi Mental terlambat
autisme

Ketidaknormalan dalam Kesulitan dalam melaksanakan


komunikasi serta perilaku yang aktivitas sehari-hari yang
terbatas dan berulang sesuai dengan seusianya
1. Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental

Ditandai dengan gangguan pada beberapa area perkembangan seperti


kognitif, bahasa, motorik, dan sosial, selama periode perkembangan.

• Kemampuan intelektual yang rendah


menurunkan kemampuan anak untuk
1-3 % dari populasi umum
beradaptasi terhadap tuntutan-tuntutan dalam
kegiatan sehari-hari pasien.
• Tes Intelligence Quotient (IQ) dapat menjadi
petunjuk tingkat kemampuan intelegensi atau Penyebabnya bersifat
kecerdasan seseorang. multifaktorial
1. Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental
Penyebabnya :
Gangguan Gangguan Penyebab yang
selama kehamilan setelah lahir tidak diketahui
• Gangguan genetik atau kromosom • Trauma lahir
• Infeksi • Prematuritas
• Radiasi • Infeksi
• Trauma • Toksin
• Penggunaan alkohol atau zat • Nutrisi
psikoaktif lain selama kehamilan • Faktor psikososial keluarga
• Toksin
• Nutrisi ibu
• Kelainan bawaan yang dapat
dialami oleh janin
1. Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental
Klasifikasi Disabilitas Intelektual atau Retardasi Mental (RM)

Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental Sedang


Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental Ringan
• 85% dari populasi orang dengan RM
• 10% dari populasi orang dengan RM
• Hampir sama dengan individu yang tidak RM • Dapat didiagnosis pada saat usia pra sekolah
namun tampak lambat dan butuh bantuan dalam
• hanya bisa memiliki kemampuan akademis setara SD
kelas II – III
menyelesaikan masalah hidup dan tugas-tugas.
• Baru tampak ketika memasuki sekolah formal
• Sering disertai masalah emosi dan perilaku dan
memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus.
• Bisa mencapai sekolah kelas VI SD dan beberapa
hingga tamat SMA, bekerja, menikah, berkeluarga.
• Dapat dilatih untuk melakukan hal-hal yang bersifat
keterampilan
• IQ 55 – 70
• IQ 40-55
1. Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental
Klasifikasi Disabilitas Intelektual atau Retardasi Mental (RM)

Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental Sangat Berat


Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental Berat
• 1-2% dari populasi orang dengan RM
• 3-4% dari populasi orang dengan RM • memiliki lebih dari 1 gangguan organik yang
• Memiliki lebih dari 1 gangguan organik yang
menyebabkan keterlambatannya
menyebabkan keterlambatannya dan memiliki • Memiliki masalah emosi dan perilaku berat dan
masalah emosi dan perilaku yang cukup besar.
mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorik
• Memerlukan supervisi yang ketat & pelayanan sejak awal masa kanak
khusus sepanjang hidup
• Memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan
• Tugas yang sederhana untuk bina diri dan bina diri yang sangat mendasar (makan, BAB dan
melakukan pekerjaan keterampilan BAK) dan memerlukan supervisi total dan perawatan
• IQ 25 – 40 sepanjang hidupnya
• IQ <25
1. Disabilitas Intelektual/Retardasi Mental
Beberapa gangguan fisik atau mental yang sering menyertai disabilitas intelektual, antara lain:
• Epilepsi
• Gangguan perilaku : hiperaktivitas, impulsivitas, perilaku menyakiti diri sendiri, agresif, menentang
• Gangguan mood : depresi
• Gangguan cemas: cemas perpisahan, gangguan obsesif kompulsif, gangguan panik, gangguan
cemas menyeluruh
• Gangguan makan: menolak makan, pica (memakan bahan-bahan yang bukan makanan)
• Gangguan mental organik oleh karena kondisi medis umum
• Gangguan psikotik
• Gangguan mood sering ditemukan pada anak RM karena terdapat gangguan belajar, kesulitan dalam
bergaul dan berinteraksi sosial dan kepercayaan diri yang kurang

Keluhan yang muncul dapat berupa : mudah untuk menangis, mudah marah, sulit tidur, agitasi, mood
yang labil, sulit bergaul dengan anak seusianya.
2. Gangguan Perkembangan Pervasif atau Gangguan Spektrum Autisme

• Biasanya memiliki hambatan dalam perilaku sosial, komunikasi dan bahasa Faktor Etiologi
• Memiliki rentang minat dan aktivitas yang terbatas dan dilakukan secara berulang- Sampai saat ini penyebab
ulang pasti masih belum diketahui.
• Gangguan- gangguan tersebut dimulai pada masa bayi atau kanak awal
Faktor yang berperan antara
• Biasanya, namun tidak selalu, juga dapat disertai dengan disabilitas intelektual
lain:
Gambaran klinis: • Genetik
• Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial • Biologis
• Gangguan komunikasi verbal, non verbal dan bermain • Imunologis
• Aktivitas dan minat yang terbatas • Perinatal: infeksi,
• Perilaku stereotipik (berulang-ulang dan tidak spesifik, tidak ada maksud yang jelas) komplikasi kehamilan dan
• Emosi yang sering tidak stabil kelahiran
• Respon berlebih atau kekurangan terhadap beberapa stimuli sensorik • Neuroanatomis
• Gejala-gejala perilaku lain yang terkait (seperti hiper/hipo-kinesis, agresi, tantrum, melukai diri, • Biokimia
rentang perhatian pendek, kurangnya kemampuan untuk berfokus pada tugas, insomnia,
masalah makan)
• Psikososial dan keluarga
3. Defisit Perawatan Diri

• Merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi


kebutuhannya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Tanda dan Gejala:
• Gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri Tanda dan gejala defisit
(kebersihan diri, berhias, makan, toileting) perawatan diri dapat dinilai dari
pernyataan keluarga bahwa
Hal yang mempengaruhi:
anak mereka:
• Faktor prediposisi
a.Biologis :Tingkat IQ yang rendah, gangguan muskuloskletal, gangguan • Tidak mampu untuk mandi
neuromuskular • Tidak mampu memakai pakaian
b.Psikologis :penilaian diri negtif • Tidak bisa membawa makanan
c.Sosial : kurang dukungan dan situasi lingkungan mempengaruhi dari piring ke mulut
kemampuan dalam perawatan diri • Tidak bisa BAB atau BAK sendiri
• Faktor presipitasi: faktor yang dapat menimbulkan defisit perawatan diri tanpa bantuan
pada anakn yang mengalami gangguan perkembangan dan perilaku
adalah perubahan mobilitas fisik (kurang maturnya mobilitas fisik).
Algoritma penilaian ada atau tidaknya gangguan perkembangan pada anak
II. Gangguan Perilaku
Untuk memutuskan adanya gangguan perilaku lainnya sebaiknya juga memperhitungkan
tingkat perkembangan anak atau remaja dan durasi problem perilaku tersebut (sedikitnya 6 bulan)
Gejala Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH):
• Gangguan dalam atensi yang berat dan tidak mampu untuk fokus, berhenti mengerjakan tugas secara
berulang-ulang sebelum menyelesaikannya dan pindah mengerjakan tugas lainnya
• Aktivitas berlebihan yang berat: lari-lari berputar yang tidak bisa dikontrol, sulit untuk dapat duduk
diam, bicara terus atau bergerak terus
• Impulsivitas yang berlebihan: melakukan sesuatu tanpa berpikir terlebih dahulu
• Perilaku berulang dan mengganggu yang lain (temper tantrums yang sering dan berat, perilaku yang
kejam, tidak patuh yang berat, mencuri)
• Perubahan yang tiba-tiba dalam perilaku atau hubungan dengan teman sebaya termasuk
kemarahan dan penarikan diri
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

• Umumnya telah timbul sebelum anak berusia 12 tahun


• Biasanya orang tua dari anak dengan GPPH baru membawa anaknya ke ruang konsultasi saat
anak mulai bersekolah secara formal, oleh karena pada saat ini mereka dituntut untuk mampu
mengontrol perilaku mereka dan mengikuti peraturan yang berlaku di sekolah
• Keluhan yang sering disampaikan adalah anak nakal, tidak kenal takut, berjalan-jalan di dalam
kelas, seringkali berbicara dengan kawannya pada saat pelajaran berlangsung, dsb.
• Pada anak yang berusia kurang dari 4 tahun, kondisi ini seringkali sulit dibedakan apakah anak
menderita gangguan ini atau merupakan suatu hal yang wajar sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
• Gejala yang muncul tampak lebih sering dan intensitasnya lebih berat jika dibandingkan dengan
anak lain dengan taraf perkembangan yang sama
Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)

Epidemiologi Komorbiditas
• Prevalensinya di seluruh dunia diperkirakan Anak dengan GPPH mempunyai kemungkinan yang
berkisar antara 2 – 9.5 % dari anak-anak usia lebih besar untuk mengalami
sekolah. • Gangguan belajar
• Anak laki-laki dikatakan memiliki insidensi • Gangguan cemas
yang lebih tinggi • Gangguan mood
• Remaja dan dewasa lebih sedikit • Gangguan penggunaan zat
dibandingkan dengan anak sekolah dasar dibanding dengan populasi umum

Etiologi
Sampai saat ini belum ditemukan penyebab pasti dari GPPH. Dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan dikatakan adanya keterlibatan dari faktor genetik struktur anatomi neurokimia otak dalam
terjadinya GPPH.
Gangguan Perilaku Lainnya
Gangguan perilaku lainnya pada anak dan remaja dapat disebabkan oleh masalah psikososial

Perilaku disosial, agresif, atau menentang yang berulang dan menetap, seperti:
• Berkelahi atau mengganggu anak-anak lain yang berlebihan • Bolos dari sekolah
• Kejam terhadap binatang atau orang lain • Kabur dari rumah
• Merusak barang-barang • Sering mengalami temper tantrum yang
• Bermain api berat
• Mencuri • Perilaku provokatif yang menyimpang
• Berulang-ulang berbohong • Terus menerus tidak patuh atau menentang
1. Ketergantungan Internet
• Merupakan penggunaan secara berlebihan • Ketergantungan internet dapat muncul dalam
atau pemakaian internet yang bersifat perilaku yang beragam sebagai berikut:
kompulsif (berulang-ulang) sehingga a. Kecanduan pornografi
mengganggu aktivitas harian. b. Kecanduan bermain game online
• Bentuk perilaku dari ketergantungan c. Kecanduan nonton video streaming
terhadap internet belakangan ini banyak d. Kecanduan cybersex
dijumpai pada siswa sekolah, khususnya e. Kecanduan belanja online
kelompok usia remaja. f. Kecanduan selfies/posting
• Prevalensi angka kejadian adiksi internet di g. Kecanduan menggunakan gadget
Asia antara 6,7% sampai 10,15%. h. Kecanduan media sosial
• Studi melaporkan 1 dari pengguna internet i. Kecanduan ponsel
mengalami ketergantungan internet. j. Kecanduan berjudi
k. Kecanduan teknologi lain
1. Ketergantungan Internet
Faktor risiko:
• Pola asuh dari orang tua
• Variable interpersonal (kondisi psikologis)
• Jenis kelamin dan lama berfrekuensi berinternet
• Tekanan terkait ekspektasi orang tua terhadap prestasi sekolah
• Akses terhadap internet (rumah, sekolah, warung internet)
• Tingkatan kelas di sekolah
• Bullying
• Pemakaian gadget usia dini
Komorbiditas:
• Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)
• Gangguan emosi dan perilaku
• Gangguan kejiwaan lainnya ( depresi, kecemasan samapi percobaan bunuh diri)
2. Ketergantungan Narkotika, Psikotopika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA)

Merupakan pemakaian NAPZA yang bukan untuk tujuan pengobatan atau yang digunakan
tanpa mengikuti aturan atau pengawasan dokter, digunakan berkali-kali atau terus-menerus

Keluhan:
• Murung, gugup, insomnia, komplikasi fisik, mengalami kecelakaan/cedera akibat
penggunaan NAPZA
• Problem hukum atau sosial (problem perkawinan, kehilangan pekerjaan)
• Seringkali keluarga yang terlebih dahulu minta pertolongan (pasien mudah tersinggung,
kehilangan pekerjaan)
2. Ketergantungan Narkotika, Psikotopika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA)

Penyebab:
• Faktor individu : Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja sebab remaja
yang sedang mendalami perubahan biologis, psikologik maupun sosial yang pesat (individu rentan)
• Faktor lingkungan keluarga (terutama orang tua) : Antara lain komunikasi kurang baik, hubungan kurang
harmonis, orang tua sibuk/acuh, orang tua serba membolehkan, disiplin keluarga yang selalu berubah, kurangnya
orang yang dapat dijadikan teladan/model, kurangnya kehidupan beragama
• Faktor lingkungan sekolah : Kurang disiplin, kurang memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan diri, ada
murid yang menggunakan NAPZA
• Faktor lingkungan teman sebaya : Berteman dengan penyalahgunaan, tekanan, ancaman teman kelompok atau
pengedar
• Faktor lingkungan masyarakat : Lemahnya penegakan hukum, situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang
mendukung
• Faktor NAPZA : Mudahnya NAPZA dapat dimana-mana, banyak iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik
dicoba, khasiat farmakologik NAPZA, menenangkan, menghilangkan nyeri, menidurkan , membuat euphoria.
3. Penyimpangan Seksual
Merupakan suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada keinginan seksual dan perubahan-perubahan
psikofisiologik siklus respon seksual dan menyebabkan distress yang nyata dan kesulitan interpersonal

Penyebab
Faktor Psikososial
• Gagal menyelesaikan proses perkembangan menjadi heteroseksual
• Pengalaman dini yang mengkondisikan atau mensosialisasikan anak ke dalam penyimpangan seksual
Faktor Organik
• Kadar hormon abnormal
• Kelainan berubah tanda-tanda neurologis samar maupun nyata
• Kromosom yang abnormal
• Riwayat kejang
• Kelainan rekaman otak tanpa kejang
• Gangguan jiwa berat
• Retardasi mental
3. Penyimpangan Seksual
Macam-macamnya:
• Parafilia, gangguan seksual yang nyata dimana beberapa diantaranya bisa berbuntut tindakan kriminal yaitu
o Voyerisme yaitu fikiran berulang dengan fantasi dan tindakan-tindakan seperti mengamati orang
telanjang atau melakukan aktifitas seksual
o Exhibitionisme, keinginan yang berulan-ulang untuk memperlihatkan alat kelaminnya pada orang yang
tidak dikenal
o Pedofilia, dorongan seksual yang kuat dan berulang-ulang terhadap anak-anak
Diekspresikan secara pribadi:
o Fetihism, focus seksual pada benda-benda(sepatu, sarung tangan, celana pendek, stocking) yang
berhubungan erat dengan manusia
o Transvetisme, ditandai dengan fantasi dan dorongan seksual oleh laki-laki heteroseksual untuk
berpakaian Wanita bertujuan merangsang dan sebagai pelengkap untuk aktifitas masturbasi atau
hubungan seksual
o Seksual sadism, pemuasan seksual dengan penyiksaan pada korban
o Seksual masochisme, pemuasan seksual dengan penyiksaan pada korbannya
3. Penyimpangan Seksual

Macam-macamnya (2):
• Gangguan identitas kelamin pada masa anak, remaja, atau kehidupan dewasa.
Manifestasinya berupa perasaan distress, atau tidak adekuat berkenaan dengan peran
sosioseksualnya, tubuh, genital, atau standar maskulinitas atau feminitasnya
• Gangguan orientasi seksual disebut juga homoseksual egodistonik
• Homoseksualitas (pada laki-laki dan Wanita), jika egosintonik (orientasi seksual tidak
terganggu) tidak termasuk kategori ini
• Biseksualitas (menyukai kedua jenis kelamin)
1. Diagnosa GPPH

• Rujukan datang dari sekolah atau keluarga


• Penilaian/observasi perilaku anak berdasarkan kuesioner untuk orang tua/guru
(SPPAHI, Conner’s Teacher Rating Scale/Conners’s Parent rating scale )
• Pemeriksaan dan penilaian terhadap anak pra sekolah, anak usia sekolah dan remaja
dengan orang tua pengasuh (keadaan pasien dalam melaksanakan tugasnya di sekolah
maupun di rumah, menilai adanya komorbid, riwayat keluarga, riwayat sosial dan riwayat
kesehatan/penyakitnya
• Wawancara harus dilakukan terpisah terhadap orang tua dan remaja
1. Diagnosa GPPH

Pemeriksaan dilakukan dokter spesialis jiwa (psikiater) atau dokter spesialis anak:
• Pemeriksaan fisik
o Skrining keracunan timah hitam, anemia defisiensi besi, defisiensi nutria lainnya,
o Pemeriksaan neurologic lengkap termasuk tes perseptual motoric
o Pemeriksaan fungsi kelenjar gondok
• Wawancara Riwayat Penyakit (Riwayat antenatal, perkembangan psikomotorik, ritme tidur,
keluarga, sekolah, medik)
• Pemeriksaan inteligensi, kesulitan belajar, dan sindrom otak organik (tes
inteligensi/Weschler Inteligence Scale For Children, Tes Woodock-Johnson)
• Pemeriksaan psikometrik/kognitif perseptual (Continous performance test/test of variable of
attention, Wisconsin Card sort, Stroop Color word Test
• Evaluasi situasi rumah (hubungan dengan lingkungan)
• Hasil pemeriksaan yang sesuai DSM V atau PPDGJ III/ICD -11 maka langsung pengobatan
dengan psikostimultan
• Pemeriksaan dan monitor efek samping pengobatan 3 bulan.
2. Ketergantungan Internet

Masuk ke dalam diagnosis ICD 11, Disorder due to addictive behaviours


Algoritma penilaian ada atau tidaknya gangguan perilaku pada anak
Algoritma penilaian ada atau tidaknya gangguan perilaku pada anak
03
Penatalaksanaan
dan rujukan kasus
gangguan
perkembangan dan
perilaku pada anak
dan remaja
1. Tatalaksana Gangguan Perilaku

• Antisipasi adanya perubahan kehidupan yang


besar (seperti pubertas, mulai bersekolah, atau
TATA LAKSANA GANGGUAN PERILAKU kelahiran saudara kandung) dan aturlah
Tatalaksana yang dapat dilakukan untuk
dukungan personal dan sosial.
menghadapi anak dengan gangguan perilaku antara
• Pertimbangkan intervensi psikososial seperti
lain:
terapi kognitif perilaku dan pelatihan
• Psikoedukasi keluarga keterampilan sosial sesuai dengan
• Pertimbangkan pelatihan keterampilan bagi ketersediaan.
keluarga, bila tersedia
• Nilai dampak pada pelaku rawat akibat dari
• Hubungi guru (jika anak bersekolah dan setelah
gangguan perilaku dan tawarkan dukungan
mendapatkan persetujuan dari anak dan
terhadap kebutuhan personal, sosial, dan
orangtua), berikan saran dan perencanaan kesehatan jiwa.
kebutuhan pendidikan khusus. • Pertimbangkan pemberian methylphenidate
hanya pada kondisi-kondisi yang sesuai dengan
gangguan hiperkinetik.
Cont. Tatalaksana Gangguan Perilaku

Psikoedukasi keluarga • Beri instruksi yang singkat dan jelas serta tekankan
secara tegas pada anak untuk melakukannya.
Beberapa cara psikoedukasi keluarga yang dapat • Jangan pernah menggunakan kata-kata atau
dilakukan untuk menghadapi anak dengan gangguan tindakan kekerasan pada anak. Lebih banyak
perilaku antara lain: menekankan pada penghargaan daripada
• Menerima anak apa adanya dan memberikan hukuman, misalnya tunda/tidak memberikan
perawatan dan dukungan yang optimal bagi penghargaan atau hadiah (contoh melakukan
anak aktivitas yang menyenangkan bagi anak) setelah
• Konsisten dengan apa yang boleh dan tidak anak berperilaku tidak sesuai.
boleh dilakukan anak • Sebagai pengganti hukuman, dapat menggunakan
• Beri penghargaan pada perilaku baik yang time out yang singkat dan jelas, yaitu memisahkan
dilakukan anak dan hindari konfrontasi langsung sementara anak dari lingkungan yang
dengan anak menyenangkan baginya sebagai bagian dari usaha
• Mulai modifikasi perilaku dengan berfokus pada memodifikasi perilaku
beberapa perilaku bermasalah yang jelas terlihat • Jangan lupa untuk membahas hal ini setelah anak
dan yang mungkin dilakukan anak tenang
Cont. Tatalaksana Gangguan Perilaku

• Kontak pihak sekolah dengan persetujuan § Membagi tugas yang panjang dan kompleks
menjadi beberapa bagian yang lebih sederhana
anak tersebut dan orang tua, kemudian
§ Memantau adanya kemungkinan perilaku yang tidak
berikan saran sederhana seperti: wajar atau kekerasan dari teman sebaya dan ambil
§ Minta agar anak dapat duduk di barisan depan langkah yang sesuai untuk menghentikan hal
kelas tersebut.
§ Beri anak waktu tambahan dalam memahami dan • Beri dukungan pada keluarga dan nilai
mengerjakan tugas
dampak psikososial masalah anak bagi
keluarga
Tatalaksana obat untuk pasien GPPH

Terdapat beberapa prinsip dalam penggunaan obat dalam tatalaksana GPPH, antara lain:
• Konsultasikan ke spesialis untuk kemungkinan penggunaan obat untuk mengatasi gangguan perilaku
• Penggunaan obat golongan methylphenidate bagi anak dengan GPPH harus dengan supervisi spesialis
(psikiater)
• Gunakan obat hanya sebagai bagian dari rencana tatalaksana menyeluruh yang melibatkan intervensi
psikologis, perilaku dan edukasional

Kasus berat untuk mengurangi aktivitas berlebihan Methylphenidate 15-45 mg/hari dibagi 2 dosis
pagi dan siang
Cont. Tatalaksana obat untuk pasien GPPH

Jika ada “tics dapat diberikan klonidin 25-50


mg/hari
Penggunaan obat ini dibatasi pada beberapa negara.
Ada beberapa hal yang harus dinilai sebelum Sediaan obat methylphenidate yaitu tablet
menggunakan methylphenidate, antara lain: immediate release(10 mg) dan tablet extended
• Fungsi jantung dan pembuluh darah, karena release(18 mg, 20 mg, 36 mg). Penggunaan awal
metilphenidate tidak boleh digunakan pada anak 5mg tablet immediate release (satu atau dua kali
dengan penyakit jantung dan pembuluh darah sehari di pagi dan siang hari) dan bisa
• Berat dan tinggi badan ditingkatkan perlahan-lahan dalam 4-6 minggu
• Risiko penyalahgunaan obat dengan dosis maksimal 1mg/kgBB/hari, dibagi
• Penyakit medis yang menyertai (misal dua dosis. Penggunaan tablet tablet extended
penggunaannya perlu berhati-hati pada anak release satu kali sehari di pagi hari. Efek samping
dengan epilepsi) yang sering terjadi antara lain: insomnia, nafsu
• Gangguan mental yang lain (dapat menambah makan menurun, anxietas, perubahan mood.
gejala cemasa dan kontra indikasi pada gangguan Efek samping lain yang mungkin timbul, namun
psikosis) jarang: nyeri perut, pusing, mual, muntah, tic.
Perlu konsultasikan ke spesialis untuk
penggunaan obat methylphenidate.
Rujukan Gangguan Perilaku
• GPPH → Jika tidak ada perbaikan dengan tata laksana
Metilfenidate
• Ketergantungan internet
• Ketergantungan NAPZA → Perlu fasilitas rawat inap karena
memerlukan pengawasan medis
Terima
kasih
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik
Diskusi Penugasan : Ilustrasi Kasus
Anak A, 7 tahun, datang ke Puskesmas Bersama dengan orang tuanya karena sejak masuk sekolah setiap
hari marah-marah tanpa alasan, selalu melanggar peraturan sekolah (misalnya datang terlambat, tidak
mengerjakan tugas, ribut dikelas, mencoret- coret dinding sekolah, sampai memukul temennya) Perilaku yang
tidak normal ini sangat mengganggu teman-teman sekolah dan gurunya sehingga kedua orang tuanya
sering dipanggil ke sekolah karena perilaku anaknya tersebut. Menurut orang tua perilaku tersebut sudah
muncul sejak usia 5 tahun tetapi bertambah parah sejak masuk sekolah.

Bahan Diskusi?
Gejala-gejala apa yang Saudara temukan pada pasien ini?
Data-data apalagi yang dibutuhkan untuk penegakan diagnosis?
Gangguan apa yang Saudara pikirkan dialami oleh pasien ini?
Tatalaksana apa yang Saudara rencanakan pada pasien ini?
Apakah pada pasien ini diperlukan rujukan?

Anda mungkin juga menyukai