Anda di halaman 1dari 91

GANGGUAN PERKEMBANGAN

DAN GANGGUAN PERILAKU


PADA ANAK
Modul Pelatihan Tenaga Kesehatan di
Puskemas tentang Kesehatan Jiwa

PELATIHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT


DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH
PRAYA, 13 – 17 DESEMBER 2016
GANGGUAN PERKEMBANGAN DAN
GANGGUAN PERILAKU PADA ANAK
Tujuan Pembelajaran Umum: Mampu
melakukan tatalaksana masalah anak dengan
Gangguan Perkembangan dan Gangguan Perilaku

Tujuan Pembelajaran Khusus:


1. Mampu Mengindentifikasi gangguan
perkembangan dan gangguan perilaku
2. Mampu Mendiagnosis gangguan perkembangan
dan gangguan perilaku
3. Mampu Memberikan Intervensi Psikososial
4. Mampu Memberikan intervensi farmakologis
dengan supervisi spesialis (Psikiater)
PROSES PEMBELAJARAN
No Program Rincian kegiatan Waktu
1. Pendahuluan Menjelaskan latar belakang mhGAP gangguan psikiatri anak 10 menit
Berdiskusi tentang besarnya masalah kesehatan jiwa anak di
masyarakat melalui pengalaman peserta
2. Pre-tes Soal akan disusun dalam bentuk kasus dengan model soal 10 menit
kombinasi antara multiple choice question dan benar-salah.
Soal akan dititikberatkan pada pengenalan gejala, diagnosis,
dan rencana tatalaksana psikososial
3. Penjelasan materi Penyampaian Materi 45 menit
Teori, Identifikasi 1.Perkembangan normal anak

dan Diagnosis 2.Pengertian Gangguan Perkembangan

Gangguan 3.Besaran Masalah

Perkembangan 4.Faktor-faktor risiko dan pelindung

5.Gejala klinis dan diagnosis Gangguan Perkembangan

Pervasif
6.Gejala klinis dan diagnosis Retardasi Mental

7.Masalah emosi dan perilaku yang terkait dengan

Gangguan Perkembangan
Diskusi dan Tanya Jawab
PROSES PEMBELAJARAN
No Program Rincian kegiatan Waktu
4. Penjelasan materi Penyampaian Materi 45 menit
Tatalaksana Gangguan 1.Intervensi psikososial
Perkembangan 2.Intervensi pada masalah emosi dan perilaku yang menyertai Gangguan Perkembangan
3.Melakukan rujukan kasus
Diskusi dan Tanya Jawab
5. Penjelasan materi Teori, Penyampaian Materi 45 menit
Identifikasi dan Diagnosis 1.Pengertian Gangguan Perilaku

Gangguan Perilaku 2.Besaran Masalah

3.Faktor-faktor risiko dan pelindung

4.Gejala klinis dan diagnosis Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktifitas

5.Gejala klinis dan diagnosis Gangguan Perilaku lainnya

6.Komorbiditas

Diskusi dan Tanya Jawab


6. Penjelasan materi Penyampaian Materi 45 menit
Tatalaksana Gangguan 1.Intervensi psikososial
Perilaku 2.Intervensi pada masalah emosi dan perilaku yang menyertai Gangguan Perkembangan
3.Melakukan rujukan kasus
Diskusi dan Tanya Jawab
7. Diskusi Kasus Kertas a. Peserta dibagi dalam kelompok 45 menit
b. Disediakan 2 kasus kertas tentang Gangguan Perkembangan dan 2 kasus kertas
tentang Gangguan Perilaku
c. Pertanyaan diskusi: identifikasi masalah (medis, psikologis, sosial), kemungkinan
diagnosis
d. Presentasi dari masing-masing kelompok
PROSES PEMBELAJARAN
No Program Rincian kegiatan Waktu

8. Role play 1. Peserta dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. 45 menit
2. Di dalam kelompok kecil minta 1 orang peserta bermain
sebagai keluarga pasien yang membawa anaknya
berkonsultasi, 1 orang sebagai tenaga kesehatan, dan 2-3
orang lainnya sebagai pengamat
3. Disiapkan 2 situasi:
a. Gangguan Perkembangan
b. Gangguan Perilaku
1. Memberikan umpan balik setiap kali selesai 1 skenario

9. Post test dan Menggunakan materi yang sama dengan pre test 10 menit
umpan balik
10. Pembahasan soal 15 menit
post test dan
penutup
TAHAP-TAHAP
PERKEMBANGAN
ANAK
Perkembangan motorik kasar
Jenis perkembangan Umur
Tengkurap 4 bulan
Terlentang dan tengkurap 5 bulan
Duduk ditopang 5 bulan
Duduk tanpa ditopang 6 bulan
Merayap 7 bulan
Duduk sendiri 8 bulan
Merangkak 8 bulan
Rambatan 9 bulan
Berjalan 12 bulan
Berjalan mundur 14 bulan
Berlari 16 bulan
Berjalan naik tangga 20 bulan
Melompat 27 bulan
Perkembangan motorik halus
Jenis perkembangan Umur
Telapak tangan terbuka 3 bulan
Menyatukan kedua tangan 4 bulan
Memindahkan benda antara kedua tangan 5 bulan
Meraih unilateral 6 bulan
Mengambil benda kecil dengan jari 9-11 bulan
Minum dari gelas sendiri/menggunakan 12 bulan
sendok
Mencoret 12 bulan
Meniru membuat garis 15 bulan
Menyusun 2 kubus 15 bulan
Menyusun 3 kubus 16 bulan
Membuat garis spontan 18 bulan
Membuat garis horisontal dan vertikal 25-27 bulan
Meniru membuat lingkaran 30 bulan
Membuat lingkaran tanpa melihat contoh 3 tahun
Perkembangan berbahasa
Kemampuan berbahasa umur
Reaksi terhadap suara 0,5 bulan
Senyum sosial 5 minggu
Mengeluarkan suara “aguu-aguu..” 2 bulan
Menggumam 6 bulan
Mengucapkan “dada-dada..” 8 bulan
Kata pertama yang benar 11 bulan
Kata kedua yang benar 12 bulan
Kata baru 4-6 kata 12-15 bulan
Menguasai 7-20 kata 16-17 bulan
Menguasai 50 kata, kalimat pertama (2 kata) 18-30 bulan
Kalimat terdiri dari 3 kata 2-3 tahun
Perbendaharaan sampai 14000 kata, menyebut 3 3-5 tahun
kata sifat, kegunaan benda, bicara
sebagian/seluruhnya dimengerti, menyebut 4
warna, menyebut jenis kegiatan
Pengertian bahasa yang lebih kompleks, ucapan 6 tahun
dan nada sudah lebih jelas dan bulat
Perkembangan Kognitif
Prinsip dasar :
Intelegensi sebagai kemampuan khusus
adaptasi biologis organisme terhadap
lingkungan:
 kemampuan belajar dari pengalaman
 menyesuaikan diri dengan situasi baru
 memperlakukan konsep2 abstrak

 suatu proses menuju keseimbangan


Perkembangan Kognitif
Usia Tahap Karakteristik
0-2 sensorim Kecerdasan diperoleh dari aktivitas motorik
tahun otor dan sensorik
2-7 Pre- Mulai mampu memahami simbol,
tahun operasio melakukan aktivitas mental tetapi belum
nal terorganisir, tidak sistematik, tidak
beraturan, sering tidak logis
Contoh: seekor anjing memiliki 4 kaki dan
kuda memiliki 4 kaki, maka anjing adalah
kuda (kesimpulan transduktif)
7-11 Konkret- Mampu menyelesaikan masalah dengan
tahun operasio pengalaman yang sifatnya konkret.
nal
11 Formal- Mampu berpikir abstrak, sistematis, menarik
tahun operasio kesimpulan dari hipotesis
ke atas nal
GANGGUAN
PERKEMBANGAN
• Perkembangan terlambat: lambat dalam belajar
dibandingkan anak-anak seusianya dalam aktivitas
seperti tersenyum, duduk, berdiri, berjalan, GANGGUAN
bicara/komunikasi, dan area perkembangan PERKEMBANGAN
(anak-remaja)
lainnya seperti membaca dan menulis
• Ketidaknormalan dalam komunikasi serta
perilaku yang terbatas dan berulang
• Kesulitan dalam melaksanakan aktivitas sehari-
hari yang sesuai dengan usianya
• Gangguan dalam atensi yang berat dan tidak mampu
untuk fokus, berhenti mengerjakan tugas secara
berulang-ulang sebelum menyelesaikannya dan GANGGUAN
pindah mengerjakan tugas lainnya PERILAKU
• Aktivitas berlebihan yang berat: lari-lari berputar (anak-remaja)
yang tidak bisa dikontrol, sulit untuk dapat duduk
diam, bicara terus atau bergerak terus
•Impulsivitas yang berlebihan: melakukan sesuatu
tanpa berpikir terlebih dahulu
• Perilaku berulang dan mengganggu yang lain
(temper tantrums yang sering dan berat, perilaku
yang kejam, tidak patuh yang berat, mencuri)
• Perubahan yang tiba-tiba dalam perilaku atau
GANGGUAN
PERKEMBANGAN
• Perkembangan terlambat: lambat dalam
belajar dibandingkan anak-anak seusianya
dalam aktivitas seperti tersenyum, duduk,
berdiri, berjalan, bicara/komunikasi, dan area
perkembangan lainnya seperti membaca dan
menulis
• Ketidaknormalan dalam komunikasi serta
perilaku yang terbatas dan berulang
• Kesulitan dalam melaksanakan aktivitas
sehari-hari yang sesuai dengan usianya
GANGGUAN PERKEMBANGAN
Gangguan perkembangan merupakan
terminologi payung yang meliputi:
Gangguan-gangguan seperti disabilitas
intelektual/retardasi mental
Gangguan perkembangan pervasif (menetap)
termasuk autisme.
Disabilitas
Intelektual/Retardasi Mental

Disabilitas intelektual ditandai dengan gangguan


pada keterampilan pada beberapa area
perkembangan (seperti kognitif, bahasa, motorik,
dan sosial) selama periode perkembangan.
Intelegensi rendah menurunkan kemampuan
untuk beradaptasi terhadap tuntutan-tuntutan
hidup.
Tes Intelligence Quotient (IQ) dapat menjadi
petunjuk tingkat kemampuan seseorang, tetapi
sebaiknya dipergunakan hanya jika instrumen tes
telah divalidasi untuk dipergunakan pada
populasi yang akan dituju.
Pravelensi 1 -3 % dari populasi
ETIOLOGI :
Penyebab
Kondisi Penyebab
•Prenatal Gangguan gen atau
kromosom, infeksi, radiasi,
trauma, alkohol atau zat
psikoaktif lain, toksin, nutrisi
ibu hamil, kelainan bawaan
lain
•Perinatal Trauma lahir, prematuritas,
infeksi
•Postnatal Infeksi, toksin, masalah
psikososial, nutrisi

•Penyebab yang
tidak diketahui
Anak mengalami keterlambatan
perkembangan?
Nilai perkembangan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangan sosial,
motorik, bicara, kognitif yang ada atau dibandingkan dengan anak lain seusianya
 Pada anak yang lebih besar: nilai kemampuan akademis di sekolah atau
kemampuan dalam tugas sehari-hari di rumah

Nilai adakah:
•Gangguan dalam berkomunikasi verbal maupun nonverbal
•Perilaku, minat, aktivitas yang terbatas dan berulang
•Riwayat perjalanan masalah
•Hilangnya kemampuan yang sebelumnya sudah dimiliki anak
•Riwayat keluarga dengan gangguan perkembangan
•Gangguan visual atau pendengaran
•Epilepsi yang menyertai
•Gangguan motorik yang menyertai atau palsy serebral

Ya Ya Tata laksana
Adakah masalah gizi termasuk defisiensi zat gizi gangguan
tertentu (yodium) nutrisi atau
Atau penyakit
Adakah penyakit medis pada anak medis
Anak mengalami keterlambatan perkembangan
karena kurangnya stimulasi atau depresi pada ibu?

Apakah terdapat Ya
•Psikoedukasi

gangguan mental, keluarga


•Tatalaksana
neurologis atau depresi ibu
Tatalaksana
penggunaan zat? Ya sesuai modul
epilepsi/depresi/
Pikirkan adakah kemungkinan :
-Epilepsi gangguan
perilaku
Apakah anak mengalami
-Depresi
-Gangguan perilaku Ya Tatalaksana
masalah perilaku ? sesuai modul
gangguan
perilaku
KLASIFIKASI
RM Ringan
85 % dari populasi pasien dengan RM
Hampir sama dengan individu yang tidak RM
Tampak lambat dan butuh bantuan dalam
menyelesaikan masalah hidup dan tugas-tugas
Baru tampak ketika memasuki sekolah formal
Bisa mencapai sekolah kelas VI SD dan
beberapa hingga tamat SMA.
Dewasa : bekerja, menikah, berkeluarga.
Jika dilakukan tes IQ, nilai: 55 – 70
RM Sedang
10 % dari populasi pasien dengan RM
Sudah dapat didiagnosis  pada usia pra
sekolah
Fungsi kecerdasan di bawah anak seusianya
Kemampuan akademis nya mencapai kelas II -
III
Sering disertai masalah emosi dan perilaku
Memerlukan pelayanan pendidikan yang khusus
Dapat dilatih untuk melakukan hal-hal yang
bersifat keterampilan
Jika dilakukan tes IQ, nilai: 40 – 55
RM Berat
3 – 4% dari populasi dengan retardasi mental
Sering memiliki lebih dari 1 gangguan organik
yang menyebabkan keterlambatannya.
Masalah emosi, perilaku cukup besar.
Memerlukan supervisi yang ketat & pelayanan
khusus sepanjang hidup.
Beberapa : belajar tugas yang sederhana
untuk bina diri dan melakukan pekerjaan
keterampilan
Jika dilakukan tes IQ, nilai: 25 – 40
RM Sangat Berat
1 – 2 % dari populasi dengan RM
Terdapat  gangguan fungsi kognitif, motorik dan
komunikasi yang berat
Masalah emosi dan perilaku berat
Mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorik
sejak awal masa kanak
Individu memerlukan latihan yang ekstensif  untuk
melakukan bina diri yang sangat mendasar (makan,
BAB dan BAK)
Memerlukan supervisi total dan perawatan sepanjang
hidupnya
Jika dilakukakn tes IQ, nilai < 25
Gangguan fisik atau mental
yang sering menyertai
disabilitas intelektual:
Epilepsi
Gangguan perilaku seperti: hiperaktivitas, impulsivitas,
perilaku menyakiti diri sendiri, agresif, menentang
Gangguan mood : depresi
Gangguan cemas: cemas perpisahan, gangguan
obsesif kompulsif, gangguan panik, gangguan cemas
menyeluruh
Gangguan makan: menolak makan, pica (memakan
bahan2 yang bukan makanan)
Gangguan mental organik oleh karena kondisi medis
umum
Gangguan psikotik
Gangguan mood sering ditemukan pada
anak RM karena terdapat gangguan belajar,
kesulitan dalam bergaul dan berinteraksi
sosial dan kepercayaan diri yang kurang
Keluhan yang muncul dapat berupa :
mudah untuk menangis, mudah marah,
sulit tidur, agitasi, mood yang labil, sulit
bergaul dengan anak seusianya
Gangguan Perkembangan
Pervasif
Gangguan perkembangan pervasif termasuk
autisme
Gambaran:
Gangguan dalam perilaku sosial, komunikasi
dan bahasa
Memiliki rentang minat dan aktivitas yang
sempit dan unik untuk masing-masing individu
dan dilakukan secara berulang-ulang
Gangguan-gangguan tersebut dimulai pada
masa bayi atau kanak awal
Biasanya, namun tidak selalu, terdapat
beberapa disabilitas intelektual
Faktor etiologi
Sampai saat ini penyebab pasti gangguan
autisme masih belum diketahui. Faktor yang
berperan:
Genetik
Biologis
Imunologis
Perinatal: infeksi, komplikasi kehamilan dan
kelahiran
Neuroanatomis
Biokimia
Psikososial & keluarga
Gambaran klinis dan cara
mendiagnosis anak autistik
 Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial
 Gangguan komunikasi verbal, non verbal dan
bermain
 Aktivitas dan minat yang terbatas
 Perilaku stereotipik
 Ketidakstabilan mood & afek
 Respons berlebih terhadap beberapa stimuli sensorik
& respons kurang terhadap stimuli sensorik yang lain
 Gejala2 perilaku yg terkait (hiper/hipo-kinesis, agresi,
tantrum, melukai-diri, perhatian pendek,
kemampuan fokus pada tugas yg buruk, insomnia,
masalah makan, enuresis)
TATA LAKSANA
GANGGUAN
PERKEMBANGAN
Psikoedukasi keluarga:
 Dapat menerima anak apa adanya dan memberikan perawatan dan
dukungan yang optimal bagi anak
 Pelajari apa yang membuat anak senang; apa yang memicu
timbulnya perilaku bermasalah dan apa yang dapat mencegahnya;
potensi apa yang dimiliki anak
 Memahami bahwa anak dengan gangguan perkembangan sering
mengalami kesulitan dalam situasi baru
 Buat jadwal yang teratur untuk aktivitas harian seperti makan,
bermain, belajar dan tidur.
 Libatkan anak dalam kegiatan sederhana sehari-hari
 Upayakan sedapat mungkin agar anak dapat tetap bersekolah
 Pantau kebersihan diri dan latih anak untuk dapat melakukannya
 Beri penghargaan/hadiah untuk setiap perilaku baik yang dilakukan
anak dan tidak memberikan penghargaan/hadiah untuk perilaku
yang bermasalah
 Lindungi anak dari kemungkinan perilaku kekerasan
 Berkomunikasi dan berbagi informasi dengan orang tua lain yang
memiliki anak dengan masalah yang sama
 Kontak pihak sekolah dengan persetujuan anak
tersebut dan orang tua, kemudian berikan
saran sederhana seperti:
Minta agar anak dapat duduk di barisan depan
kelas
Beri anak waktu tambahan dalam memahami dan
mengerjakan tugas
Membagi tugas yang panjang dan kompleks
menjadi beberapa bagian yang lebih sederhana
Memantau adanya kemungkinan perilaku yang
tidak wajar atau kekerasan dari teman sebaya
dan ambil langkah yang sesuai untuk
menghentikan hal tersebut.
Tata laksana
Berikan dukungan untuk mengantisipasi
situasi sulit dalam hidup.
Fasilitasi dan berkolaborasi dengan
layanan rehabilitasi berbasis komunitas.
Bantu untuk melindungi hak asasi anak
dan keluarga
Berikan dukungan pada pelaku rawat
Rujuk ke spesialis, jika tersedia, untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
Pantau secara teratur
PENANGANAN PSIKOSOSIAL ANAK DENGAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI AKIBAT
RETARDASI MENTAL DAN GANGGUAN
PERKEMBANGAN
Pengkajian
Lakukan pengkajian awal terkait dengan
kemampuan self care anak, meliputi:
Kemampuan kebersihan diri
Kemampuan berpakaian
Kemampuan eliminasi
Kemampuan makan dan minum
Pengkajian keluarga:
Bagaimana keluarga memandang masalah pasien
Masalah yang dihadapi oleh keluarga
Harapan dari keluarga tentang masa depan anak
Upaya yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah
SP 1 Pasien: Melatih kebersihan
diri: mandi
Bina hubungan saling percaya:
Perkenalkan diri
Jelaskan tujuan intervensi tenaga kesehatan
Empati dengan kondisi pasien
Jelaskan pentingnya kebersihan diri
Jelaskan cara kebersihan diri
Bantu lakukan kebersihan diri: mandi
Buat jadwal kebersihan diri: mandi
SP2 pasien: melatih kebersihan
diri: menggosok gigi

Evaluasi kemampuan kebersihan diri:


mandi
Latih pasien kebersihan diri: menggosok
gigi
Memasukkan kegiatan mandi, gosok gigi
dalam jadwal harian
SP 3 pasien: melatih kebersihan
diri: keramas
Evaluasi kemampuan mandi dan gosok
gigi.
Latih pasien keramas
Memasukkan dalam jadwal harian
SP 4 pasien: melatih
berpakaian

Evaluasi kemampuan mandi, gosok gigi,


keramas.
Latih untuk berpakaian:
 Memilih dan menyiapkan pakaian
 Menyimpan pakaian kotor habis pakai
 Memakai pakaian bersih tahap demi tahap
Masukkan jadwal berpakaian dalam jadwal
harian
SP 5 pasien: melatih cara
buang air besar dan buang
air kecil (BAB dan BAK) yang
tertib
• Evaluasi kemampuan kebersihan diri dan
berpakaian
• Latih pasien BAB dab BAK yang baik:
– Jelaskan dan orientasi tempat BAB dan BAK
– Jelaskan cara dan latih menggunakan alat yang ada
– Jelaskan cara dan latih membersihkan diri
• Masukkan jadwal BAB dan BAK dalam jadwal
kegiatan harian
SP 6 pasien: melatih makan dan
minum yang tertib
Evaluasi kemampuan kebersihan diri,
berpakaian, dan BAB /BAK
Latih pasien makan minum dengan tertib
 Cara menyiapkan makanan dan minuman
 Tata cara makan dan minum yang tertib
 Tata cara membereskan alat makan dan
minum
Memasukkan makan minum dalam jadwal
harian
Sp 7 pasien
Evaluasi kemampuan kebersihan diri,
berdandan, eliminasi, makan dan minum.
Beri penghargaan
Dukung dan kuatkan sampai membudaya:
 Pantau kemandirian
 Beri pujian hal positif
Koreksi jika ada kekurangan
SP keluarga: melatih keluarga
merawat pasien

• Jelaskan kebutuhan dukungan perawatan diri


pasien
• Jelaskan proses terjadinya masalah perawatan diri
• Jelaskan dukungan keluarga untuk perawatan diri:
– Peralatan
– Kesempatan
– Penghargaan
• Latih keluarga mendukung di setiap tahap latihan
pasien
PENANGANAN PSIKOSOSIAL
ANAK DENGAN GANGGUAN
KOMUNIKASI
PADA RETARDASI MENTAL,
AUTISME
Karakteristik gangguan
komunikasi anak

Kurangnya kontak mata dan ekspresi wajah


Membatasi perkataan atau membisu
Enggan melakukan kontak fisik
Menggunakan kata ganti yg bertentangan,
latah (ekolalia), atau neologisme
Tdk mampu mengidentifikasi obyek
SP 1 PASIEN: pendekatan umum
pada gangguan komunikasi anak

Luangkan waktu untuk mengorientasikan


klien
Mempertahankan konsistensi staf
Ungkapkan secara verbal segela ekspresi
non verbal melalui perilaku dan tindakan
SP 2 pasien dst.....
Ulangi aktivitas rutin harian
Tingkatkan aktivitas self care dg
komunikasi verbal dan non verbal
Penuhi kebutuhan klien sambil bicara
Analisis dan interpretasikan kata ganti yg
bertentangan, neologisme, dan tata bahasa
yg tdk tepat
Strategi Komunikasi
• Verbal dan non verbal singkat dan langsung
• Fokus kpd non verbal, makna?
• Temukan makna neulogisme
• Jangan menggunakan frase abstrak atau
humor
• Usahakan mengerti jika menggunakan kata
ganti yg bertentangan
• Jangan memulai dg sentuhan fisik
• Kontak mata, ekspresi wajah, gerak tubuh
sederhana
SP 1 Keluarga: melatih keluarga
merawat anak dengan
gangguan komunikasi

Diskusikan masalah gangguan komunikasi


yang terjadi pada anak
Diskusikan strategi komunikasi dengan anak
Latih keluarga berkomunikasi efektif dengan
anak
Sp2 Keluarga
Diskusikan efektivitas komunikasi keluarga
dengan anak
Diskusikan kendala dalam komunikasi
Diskusikan solusi untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi dengan anak
Latih implementasi solusi.
GANGGUAN PERILAKU
Gangguan Perilaku
Gangguan perilaku adalah terminologi
payung yang melibatkan gangguan-
gangguan yang lebih spesifik, seperti
gangguan hiperkinetik atau gangguan
pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas (GPPH); atau gangguan
perilaku lainnya
• Perkembangan terlambat: lambat dalam belajar
dibandingkan anak-anak seusianya dalam aktivitas
seperti tersenyum, duduk, berdiri, berjalan, GANGGUAN
bicara/komunikasi, dan area perkembangan PERKEMBANGAN
(anak-remaja)
lainnya seperti membaca dan menulis
• Ketidaknormalan dalam komunikasi serta
perilaku yang terbatas dan berulang
• Kesulitan dalam melaksanakan aktivitas sehari-
hari yang sesuai dengan usianya
• Gangguan dalam atensi yang berat dan tidak mampu
untuk fokus, berhenti mengerjakan tugas secara
berulang-ulang sebelum menyelesaikannya dan GANGGUAN
pindah mengerjakan tugas lainnya PERILAKU
• Aktivitas berlebihan yang berat: lari-lari berputar (anak-remaja)
yang tidak bisa dikontrol, sulit untuk dapat duduk
diam, bicara terus atau bergerak terus
•Impulsivitas yang berlebihan: melakukan sesuatu
tanpa berpikir terlebih dahulu
• Perilaku berulang dan mengganggu yang lain
(temper tantrums yang sering dan berat, perilaku
yang kejam, tidak patuh yang berat, mencuri)
• Perubahan yang tiba-tiba dalam perilaku atau
Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas
• Gangguan dalam atensi yang berat dan tidak mampu
untuk fokus, berhenti mengerjakan tugas secara
berulang-ulang sebelum menyelesaikannya dan pindah
mengerjakan tugas lainnya
• Aktivitas berlebihan yang berat: lari-lari berputar yang
tidak bisa dikontrol, sulit untuk dapat duduk diam, bicara
terus atau bergerak terus
• Impulsivitas yang berlebihan: melakukan sesuatu tanpa
berpikir terlebih dahulu
• Perilaku berulang dan mengganggu yang lain (temper
tantrums yang sering dan berat, perilaku yang kejam,
tidak patuh yang berat, mencuri)
• Perubahan yang tiba-tiba dalam perilaku atau hubungan
dengan teman sebaya termasuk kemarahan dan
penarikan diri
Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas
Gejala-gejala GPPH ini pada umumnya telah
timbul sebelum anak berusia 7 tahun.
Walaupun demikian, biasanya orang tua dari
anak dengan GPPH baru membawa anaknya ke
ruang konsultasi saat anak mulai bersekolah
secara formal, oleh karena pada saat ini mereka
dituntut untuk mampu mengontrol perilaku
mereka dan mengikuti peraturan yang berlaku di
sekolah.
Keluhan yang sering disampailkan adalah anak
nakal, tidak kenal takut, berjalan-jalan di dalam
kelas, seringkali berbicara dengan kawannya
pada saat pelajaran berlangsung, dsb.
Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas

Pada anak yang berusia kurang dari 4


tahun, kondisi ini seringkali sulit dibedakan
apakah anak menderita gangguan ini atau
merupakan suatu hal yang wajar sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
Namun pada anak dengan GPPH, gejala
yang muncul tampak lebih sering dan
intensitasnya lebih berat jika
dibandingkan dengan anak lain dengan
taraf perkembangan yang sama.
Epidemiologi
Prevalensinya di seluruh dunia diperkirakan
berkisar antara 2 – 9.5 % dari anak-anak
usia sekolah
Anak laki-laki dikatakan memiliki insidensi
yang lebih tinggi untuk mengalami
gangguan ini dibandingkan dengan anak
perempuan, dengan rasio 3-4 : 1.
Remaja dan dewasa lebih sedikit
dibandingkan dengan anak sekolah dasar
Etiologi
Sampai saat ini belum ditemukan
penyebab pasti dari GPPH.
Dari berbagai penelitian yang telah
dilakukan dikatakan adanya keterlibatan
dari
faktor genetik
struktur anatomi
neurokimia otak
dalam terjadinya GPPH.
Perjalanan klinis

Masa kanak Masa remaja Masa dewasa


Komorbiditas
Anak dengan GPPH mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk
mengalami
gangguan belajar
gangguan cemas
gangguan mood
gangguan penggunaan zat
dibanding dengan populasi umum
Gangguan Perilaku Lainnya
Perilaku disosial, agresif, atau menentang yangberulang dan
menetap, seperti:
 Berkelahi atau mengganggu anak-anak lain yang berlebihan
 Kejam terhadap binatang atau orang lain
 Merusak barang-barang
 Bermain api
 Mencuri
 Berulang-ulang berbohong
 Bolos dari sekolah
 Kabur dari rumah
 Sering mengalami temper tantrum yang berat
 Perilaku provokatif yang menyimpang
 Terus menerus tidak patuh atau menentang
 Untuk memutuskan adanya gangguan perilaku lainnya sebaiknya
juga memperhitungkan tingkat perkembangan anak atau remaja
dan durasi problem perilaku tersebut (sedikitnya 6 bulan)
Anak memiliki masalah dalam
konsentrasi dan aktivitas yang
berlebihan?
Tanyakan pada pengasuh atau amati pada anak adakah:
•Kesulitan berkonsentrasi
•Mudah teralih dalam mengerjakan tugas
•Tidak mampu menyelesaikan tugas
•Sering beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain
•Aktivitas berlebihan yang berat: lari-lari berputar yang tidak bisa
dikontrol, sulit untuk dapat duduk diam, bicara terus atau bergerak
terus
•Usia munculnya masalah ini dan apakah juga terjadi pada
lingkungan
Nilai apakahyang berbeda
gejala (di sesuai
ini masih rumah dengan
dan di sekolah) sehingga
taraf perkembangan
membuat
anak anak kesulitan dalam fungsi sehari-hari
seusianya?
Singkirkan kondisi medis umum atau kondisi mental yang dapat
berpotensi menimbulkan gangguan perilaku, seperti hipertiroid,
penggunaan alkohol atau zat psikoaktif, depresi
Ya
Gejala terdapat pada beberapa lingkungan yang
Ya Pikirkan
kemungkina
berbeda; tidak sesuai dengan taraf n GPPH
perkembangan anak seusianya; muncul sebelum
usia 6 tahun; berlangsung lebih dari 6 bulan;
menimbulkan gangguan pada fungsi sehari-hari
Anak memperlihatkan adanya
gangguan
Tanyakan pada pengasuhperilaku?
atau amati pada anak adakah:
Perilaku disosial, agresif, atau menentang yangberulang dan menetap,
seperti:
•Berkelahi atau mengganggu anak-anak lain yang berlebihan
•Kejam terhadap binatang atau orang lain
•Merusak barang-barang
•Bermain api
•Mencuri
•Berulang-ulang berbohong
•Bolos dari sekolah
•Kabur dari rumah
•Sering mengalami temper tantrum yang berat
•Perilaku provokatif yang menyimpang
•Terus menerus tidak patuh atau menentang
Nilai apakah gejala ini masih sesuai dengan taraf perkembangan
anak seusianya?
Singkirkan kondisi medis umum atau kondisi mental yang dapat
berpotensi menimbulkan gangguan perilaku, seperti hipertiroid,
Ya
penggunaan alkohol atau zat psikoaktif, depresi

Gejala lebih berat dari masalah ketidakpatuhan


Ya
Pikirkan
kemungkina
anak atau remaja seusianya; berlangsung lebih n Gangguan
dari 6 bulan; tidak sesuai dengan taraf perilaku
perkembangan anak seusianya; menimbulkan lainnya
gangguan pada fungsi sehari-hari
Apakah perilaku bermasalah yang ada
pada anak terkait dengan reasksi
Eksplorasi:
terhadap
Apakah stresor
anak mendapatkan perilakuatau trauma?
yang tidak sesuai di luar rumah
Apakah terdapat ancaman atau kekerasan di rumah
Apakah orang tua memiliki kondisi yang perlu mendapat perhatian

Ya
Apakah anak memiliki •Konsultasikan
kondisi medis atau dengan orang tua
•Psikoedukasi
mental lain yang perlu •Tata laksana
mendapat perhatian, orang tua yang
juga
seperti: membutuhkan
-Gangguan perkembangan
layanan
-Depresi
kesehatan mental
-Penggunaan alkohol atau zat psikoaktif
-Epilepsi

Ya
-Psikosis
-Perilaku bunuh diri
Tata laksana sesuai modul yang sesuai
TATA LAKSANA
GANGGUAN
PERILAKU
Tata Laksana
Psikoedukasi keluarga
Pertimbangkan pelatihan keterampilan bagi
keluarga, bila tersedia
Hubungi guru (jika anak bersekolah dan
setelah mendapatkan persetujuan dari anak
dan orangtua), berikan saran dan
perencanaan kebutuhan pendidikan khusus.
Antisipasi adanya perubahan kehidupan yang
besar (seperti pubertas, mulai bersekolah,
atau kelahiran saudara kandung) dan aturlah
dukungan personal dan sosial.
Psikoedukasi keluarga
 Menerima anak apa adanya dan memberikan perawatan dan
dukungan yang optimal bagi anak
 Konsisten dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak
 Beri penghargaan pada perilaku baik yang dilakukan anak dan
hindari konfrontasi langsung dengan anak
 Mulai modifikasi perilaku dengan berfokus pada beberapa perilaku
bermasalah yang jelas terlihat dan yang mungkin dilakukan anak
 Beri instruksi yang singkat dan jelas serta tekankan secara tegas
pada anak untuk melakukannya
 Jangan pernah menggunakan kata-kata atau tindakan kekerasan
pada anak. Lebih banyak menekankan pada penghargaan
daripada hukuman, misalnya tunda/tidak memberikan
penghargaan atau hadiah (contoh melakukan aktivitas yang
menyenangkan bagi anak) setelah anak berperilaku tidak sesuai.
 Sebagai pengganti hukuman, dapat menggunakan “time out”
yang singkat dan jelas, yaitu memisahkan sementara anak dari
lingkungan yang menyenangkan baginya sebagai bagian dari
usaha memodifikasi perilaku
 Jangan lupa untuk membahas hal ini setelah anak tenang
 Kontak pihak sekolah dengan persetujuan anak
tersebut dan orang tua, kemudian berikan saran
sederhana seperti:
Minta agar anak dapat duduk di barisan depan kelas
Beri anak waktu tambahan dalam memahami dan
mengerjakan tugas
Membagi tugas yang panjang dan kompleks menjadi
beberapa bagian yang lebih sederhana
Memantau adanya kemungkinan perilaku yang tidak
wajar atau kekerasan dari teman sebaya dan ambil
langkah yang sesuai untuk menghentikan hal tersebut.
Beri dukungan pada keluarga dan nilai dampak
psikososial masalah anak bagi keluarga
Tata Laksana
Pertimbangkan intervensi psikososial seperti
terapi kognitif perilaku dan pelatihan
keterampilan sosial sesuai dengan
ketersediaan.
Nilai dampak pada pelaku rawat akibat dari
gangguan perilaku dan tawarkan dukungan
terhadap kebutuhan personal, sosial, dan
kesehatan jiwa.
Pertimbangkan pemberian methylphenidate
hanya pada kondisi-kondisi yang sesuai
dengan gangguan hiperkinetik.
Tata laksana farmakologis
Konsultasikan ke spesialis untuk
kemungkinan penggunaan obat untuk
mengatasi gangguan perilaku
Penggunaan obat golongan
methylphenidate bagi anak dengan GPPH
harus dengan supervisi spesialis (psikiater)
Gunakan obat hanya sebagai bagian dari
rencana tatalaksana menyeluruh yang
melibatkan intervensi psikologis, perilaku
dan edukasional
Methylphenidate
Penggunaannya dibatasi pada beberapa negara
Sebelum menggunakan methylphenidate, nilai:
Fungsi kardiovaskular, karena metilphenidate
dikontraindikasikan pada anak dengan penyakit
kardiovaskular
Berat dan tinggi badan
Risiko penyalahgunaan obat
Penyakit medis yang menyertai (misal
penggunaannya perlu berhati-hati pada anak
dengan epilepsi)
Gangguan mental yang lain (dapat menambah
gejala cemasa dan kontra indikasi pada gangguan
psikosis)
Methylphenidate
 Sediaan:
 tablet immediate release :10 mg;
 tablet extended release 18 mg, 20 mg, 36 mg
 Dosis :
 Awal 5mg tablet immediate release (satu atau dua kali
sehari di pagi dan siang hari)
 Bisa ditingkatkan perlahan-lahan dalam 4-6 minggu
 Dosis maksimal 1mg/kgBB/hari, dibagi dua dosis
 Penggunaan tablet tablet extended release satu kali
sehari di pagi hari.
 Efek samping yang sering: insomnia, nafsu makan
menurun, anxietas, perubahan mood
 Efek samping lain yang mungkin timbul, namun
jarang: nyeri perut, pusing, mual, muntah, tic
 Perlu konsultasikan ke spesialis untuk penggunaan
obat methylphenidate
PENANGANAN PSIKOSOSIAL PADA ANAK
DENGAN PERILAKU KEKERASAN AKIBAT
GANGGUAN PERILAKU DAN RETARDASI
MENTAL
Pengkajian
Penyebab perilaku kekerasan yang terjadi
pada anak
Jenis perilaku kekerasan yang selama ini
pernah dilakukan oleh anak
Tanda dan gejala yang terjadi saat perilaku
kekerasan terjadi
Akibat perilaku kekerasan yang terjadi baik
pada anak maupun keluarganya
Penanganan Anak dg PK

• Anak mampu mengidentifikasi penyebab, tanda


dan gejala PK, PK yang pernah dilakukan, akibat
PK, dan latihan mengontrol PK dengan nafas
dalam / penyaluran energi
• Anak mampu mengungkapkan secara verbal
kemarahannya
• Anak mampu melakukan aktivitas yang
meredakan kemarahan
• Anak patuh dengan program pengobatan (jika
ada)
Edukasi Keluarga dari Anak
PK

• Keluarga memahami PK yang terjadi pada anak


• Keluarga memahami cara menangani anak
dengan PK
• Keluarga mampu melaksanakan penanganan
anak dengan PK
• Keluarga mampu memanfaatkan sarana
kesehatan untuk menanggulangi PK pada anak.
SP 1 p: melatih anak mengenali
marah dan latihan ekpresi
marah secara fisik
• Bina hubungan saling percaya dengan anak:
– Perkenalkan diri
– Empati dengan anak
– Dengarkan ekspresi anak dengan penuh perhatian
– Buat kontrak asuhan
• Diskusikan rasa marah yang pernah dialami oleh
anak, bisa menggunakan simulasi bermain:
– Situasi yg sering menyebabkan marah
– Tanda dan gejala PK
– PK yang selama ini pernah dilakukan
– Akibat PK
• Latih mengendalikan marah: nafas dalam, pukul
bantal/kasur.
SP2 pasien: latih anak
mengungkapkan marah secara
verbal

Diskusikan pengalaman mengendalikan


marah dengan nafas dalam atau latihan fisik
Latihan mengungkapkan marah secara
verbal: bicara tentang kemarahan kepada
sumber marah.
SP3 pasien: melatih anak
mengendalikan marah dengan
cara spiritual
Diskusikan bagaimana nilai agama
mengajarkan tentang ekspresi marah.
Anjurkan menggunakan ritual agama untuk
mengendalikan marah:
 Wudhu ... Islam
 Doa .... Kristen
 Yoga ... Hindu, Budha
 Semedi....
SP4 pasien: penatalaksanaan
obat pada anak
Jika pasien diberikan obat
Jelaskan perlunya obat
Jelaskan dampak obat, diskusikan manfaat
obat yang dirasakan, perbedaan jikalau tidak
menggunakan obat
Jelaskan prosedur penggunaan obat yang
benar (benar obat, benar orang, benar waktu,
benar cara, benar dosis)
SP 1 keluarga: penyuluhan
kepada keluarga untuk
mengatasi PK pada anak
dengan cara fisik
Diskusikan masalah perkembangan anak
dan proses terjadinya PK pada anak.
Diskusikan cara menangani PK pada anak
Latih keluarga mendukung anak untuk
mengendalikan marah dengan cara nafas
dalam dan penyaluran energi
SP 2 Keluarga: melatih
keluarga mendukung anak
mengungkapkan marah
secara verbal

• Diskusikan kemajuan anak dalam mengendalikan


marah
• Latih keluarga untuk mendukung anak mengendalikan
marah dengan secara verbal:
– Mendengar dan menerima kemarahan anak yg rasional
– Membantu anak mengidentifikasi penyebab kemarahan
– Menunjukkan secara verbal dan non verbal “menerima “
kemarahan anak
SP3 Keluarga: melatih keluarga
mendukung anak
mengendalikan marah secara
spiritual

Diskusikan dengan keluarga kemajuan anak


dalam mengendalikan kemarahan dengan
cara fisik dan verbal
Melatih keluarga untuk mampu mendukung
anak mengendalikan marah dengan cara
spriritual sesuai agama dan keyakinan
SP 4 Keluarga: penyuluhan
pemberian obat kepada anak
Mendiskusikan kemajuan anak dalam mengatasi
PK.
Melatih keluarga mendukung anak dalam
melaksanakan program pengobatan sesuai
order:
 Jelaskan pentingnya obat
Jelaskan efek terapi dan efek samping
Jelaskan 5 benar obat
DISKUSI KASUS
Ilustrasi Kasus
 Beni, 4 tahun datang berkonsultasi dibawa oleh orang tuanya karena
belum lancar berbicara. Ia lebih banyak mengeluarkan teriakan-
teriakan atau menggunakan kata yang aneh atau meniru kata-kata
yang diucapkan orang lain.
 Jika menginginkan sesuatu, Beni akan berteriak-teriak atau menarik
tangan pengasuhnya. Sering kali pula Beni marah-marah tanpa alasan
yang jelas.
 Orang tua dan pengasuh Beni kesulitan karena tidak memahami apa
yang diinginkan Beni. Beni menjadi mudah frustrasi dan memukul-
mukul kepalanya sambil melompat-lompat atau berguling-guling di
lantai.
 Orang tua Beni juga mengeluh sulit sekali mengadakan kontak mata
dan emosi dengan Beni. Sehari-hari Beni lebih banyak asik dengan
dirinya sendiri, ia tidak banyak berinteraksi dengan teman-teman
sebayanya.
 Beni menyukai benda-benda yang berputar, seperti roda mobil-
mobilan yang terus diputar-putar dan kipas angin yang dipandangi
terus menerus. Selain itu ia juga senang membariskan mobil-
mobilannya sambil diperhatikan dari dekat. Beni juga sering
mengepakkan tangan atau bertepuk-tepuk tangan secara berulang-
ulang tanpa tujuan.
Ilustrasi Kasus
 Lista, 8 tahun dibawa oleh orang tuanya karena kesulitan
mengikuti pelajaran di sekolahnya. Lista saat ini duduk di
kelas 1 SD dan tahun lalu ia tidak naik kelas.
 Nilai-nilai Lista selalu buruk dibandingkan dengan teman-
teman di kelasnya, kecuali untuk pelajaran olah raga dan
menggambar.
 Lista sudah diberikan les tambahan dari guru di rumah tetapi
Lista masih kesulitan untuk mengikuti pelajaran di kelasnya.
 Lista saat ini belum lancar membaca dan menulis. Sehari-
hari Lista dapat bergaul dengan baik, namun ia lebih senang
bermain dengan anak-anak yang berusia lebih kecil darinya.
 Dalam kegiatan sehari-hari Lista masih sering dibantu oleh
orang tuanya, misalnya mandi, berpakaian dan makan
karena menurut orang tuanya Lista melakukan kegiatan-
kegiatan tersebut dengan lambat.
 Orang tua Lista sering memarahi Lista karena mendapat nilai
jelek, mengatakan Lista malas belajar serta menuntut agar
Lista bisa mendapat nilai yang bagus.
Ilustrasi Kasus
 Niko, 6 tahun dibawa berkonsultasi oleh orang tuanya dengan
keluhan tidak bisa diam dan menyulitkan orang-orang di
sekitarnya. Baik di sekolah atau di rumah, pasien selalu bergerak
berlebihan, tidak bisa diam, berlari-larian atau naik ke atas meja
dan tampak seperti tidak pernah merasa lelah.
 Niko tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik di kelas, ia
senantiasa berjalan-jalan di kelas, mengobrol, berbuat iseng pada
teman-temannya atau kadang melamun saat guru menerangkan.
 Tugas-tugas yang diberikan pada Niko tidak pernah selesai. Niko
juga sering kelupaan membawa buku, selain itu alat tulisnya
sering hilang tertinggal entah dimana. Guru-guru di sekolah juga
kewalahan dengan perilaku Niko yang sering tiba-tiba memukul
atau menusuk guru dengan pensil. Ia juga sering menginterupsi
saat guru menerangkan di kelas.
 Belakangan ini prestasi belajar Niko semakin menurun dan ia
semakin sering mendapat hukuman dari guru.
 Di rumah, Niko juga selalu menyusahkan orang tua karena setiap
keinginannya harus segera dituruti, jika tidak ia akan mengambek
dan marah-marah.
RUJUKAN
 World Health Organization. mhGAP Intervention Guide:
for mental, neurological and substance use disorders in
non-specialized health settings. Geneva: World Health
Organization, 2010.
 Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen
Kesehatan RI. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan
gangguan mental emosional anak usia 6 tahun ke
bawah. Jakarta: Depkes RI, 2005.
 Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa, Kementerian
Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI, 2011
 Buku Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
 Kaplan and Sadock Comprehensive Textbook of
Psychiatry, 2007.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai