Anda di halaman 1dari 24

GANGGUAN JIWA

YANG SERING
DIJUMPAI DI
FKTP
PENDAHULUAN
 Upaya kesehatan jiwa diselerenggarakan melalui pendekatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, meneyeluruh, dan
berkesinambungan
 “Sehat jiwa” = berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial. Mampu
menyadari kemampuan sendiri, mengatasi tekanan, bekerja produktif, dan
berkontribusi untuk komunitasnya.
 ODGJ : mengalami gangguan pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi
dalam sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku, serta menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsinya
DEFINISI
● Gangguan jiwa adalah gangguan
dalam:
⮚ Pikiran
sekumpulan gejala dan/atau
⮚ Perilaku perubahan perilaku
⮚ perasaan

Menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam


menjalankan fungsi individu sebagai manusia
BERBAGAI DIAGNOSIS DAN DAMPAK DARI GANGGUAN JIWA

GANGGUAN GANGGUAN GANGGUAN


DEMENSIA
CEMAS/ANXIETAS DEPRESI PSIKOTIK
GANGGUAN CEMAS/ANXIETAS

● Setiap orang dapat mengalami kecemasan yang


normal jika menghadapi stimulus lingkungan
atau stres sehari-hari, agar bergerak dan
melakukan sesuatu.
● Jika tidak dapat beradaptasi dengan stres →
muncul anxietas.
● Anxiets → rasa tidak nyaman, khawatir,
disertai dengan gejala-gejala otonom (sakit
kepala, berkeringat, palpitasi, rasa perut tidak
nyaman, atau kegelisahan motorik).
● Anxietas menetap dalam waktu lama, tidak
mereda, intensitas yang kuat, berulang dan
mengganggu fungsi sehari-hari → Gangguan
Anxietas.
GANGGUAN CEMAS/ANXIETAS
●Komorbiditas dengan gangguan psikiatrik
lainnya:
● 1 dari 4 orang → prevalensi rata-rata o Gangguan anxietas sosial dengan depresi
dalam 1 tahun: 17,7% → sekitar 34-70%.
● Wanita lebih tinggi dibanding pria (30,5% o Gangguan stres pascatrauma dengan
vs 19,2%). depresi → 48%.
● Prevalensi tertinggi adalah 30-44 tahun, o Gangguan panik dengan depresi → 60-
rata-rata onset gangguan pertama kali pada 65%
usia 11 tahun.
o Gangguan cemas menyeluruh dengan
● Riskesdas (2013): dialami oleh 6% depresi → 8-39%
penduduk usia ≥ 15 tahun atau lebih
o Gangguan obsesif kompulsif dengan
(sekitar lebih dari 14 juta jiwa).
depresi → 67%.
GANGGUAN CEMAS/ANXIETAS ● Faktor internal:
○ Genetik
● Penyebab: kombinasi multifaktorial (biologis, ○ Hiperaktivitas sistem noradrenergik
psikologis, dan sosial)
○ Penyakit medis (contoh: hipertiroid, stroke, tumor
● Perhatian: beberapa obat seperti agonis intrakranial)
adrenergik, kortikosteroid, antihipertensi, ○ Kepribadian (dependen, anankastik, cemas
bronkoldilator; dapat memberi gejala menghindar).
mirip gangguan anxietas (palpitasi, tremor,
dan gelisah) → perlu pemeriksaan klinis
Gangguan anxietas
yang menyeluruh untuk benar-benar
mendiagnosis gangguan anxietas (kriteria
diagnosis).

● Faktor eksternal:
○ Stresor kehidupan
○ Penggunaan alkohol dan NAPZA
GANGGUAN CEMAS/ANXIETAS

Perlu dibedakan dengan istilah


“psikosomatik”: studi sistematik
Gangguan anxietas tidak dikenali dan tidak terhadap faktor psikologik pada
ditata laksana → menimbulkan angka proses penyakit fisik
morbiditas yang besar, penggunaan layanan
kesehatan yang tidak perlu, dan timbul hendaya
fungsi sehari-hari. o Mempengaruhi persepsi akan keparahan gejala
Penelitian: meningkatkan risiko gangguan fisik o Menentukan apakah seseorang akan mencari
(contoh: meningkatnya risiko kematian pada pertolongan dokter atau mempengaruhi peran
penderita gangguan jantung). serta pasien dalam pengobatan.
GANGGUAN CEMAS/ANXIETAS
● Dampak faktor psikologik termasuk
anxietas terhadap faktor fisik, antara lain:
○ Sebagai penyebab atau pencetus penyakit
fisik (asma, kolitis ulserativa).
○ Menyebabkan kebiasaan tidak sehat
(makan berlebihan, merokok, minum
alkohol berlebihan).
○ Mengakibatkan perubahan hormonal,
imunologik, atau neurofisiologik yang
berkontribusi dalam mencetuskan atau
memengaruhi proses patologik fisik
GANGGUAN DEPRESI

Depresi adalah gangguan suasana perasaan, terutama ditandai dengan:


● Adanya perasaan sedih/murung
● Kehilangan minat
● Tidak bertenaga dan mudah lelah

Gejala tambahan:
● Konsentrasi dan perhatian berkurang
● Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
● Perasaan tidak berguna/rasa bersalah
● Pandangan masa depan suram dan pesimistis
● Ada gagasan atau perbuatan membahayakan diri/bunuh diri
● Gangguan tidur (makan berlebih atau berkurang)
● Gangguan pola makan (makan berlebih atau berkurang)
GANGGUAN DEPRESI

● Data Riskesdas 2018: dialami oleh 9% penduduk usia ≥15


tahun → ≥14 juta jiwa.

● WHO → sekitar 20% pasien di layanan primer


mengalami depresi.

● Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) tahun 2004,


terdapat hubungan bermakna antara depresi dengan
penyakit kronis.

● Di Indonesia, depresi menempati peringkat ke-8 penyebab


beban akibat penyakit dengan usia terbanyak yang
dipengaruhi adalah usia produktif (15-45 tahun).
GANGGUAN DEPRESI ● Faktor risiko :
Genetik, perubahan
neurotransmitter/neuroendokrin, perubahan
Faktor pelindung terhadap gangguan depresi, antara lain: struktur otak, vascular risk factors,
● Memiliki support system (dukungan sosial): kekerabatan, penyakit/kelemahan fisik (kondisi medik
kehidupan religius kronik&kondisi terminal).

● Mekanisme koping yang sehat: mudah beradaptasi dengan


Gangguan depresi
lingkungan, kepribadian yang matur
● Faktor pencetus :
● Pola hidup sehat: gizi seimbang, olahraga, hidup teratur.
○ Peristiwa kehidupan (berduka, perpisahan,
kehilangan orang yang dicintai, kesulitan
ekonomi, perubahan situasi)
○ Stres kronis (misal: disfungsi kehidupan
berkeluarga)
○ Penggunaan obat-obatan tertentu:
antihipertensi, pemblok H2, kontrasepsi oral,
kortikosteroid antireumatik
GANGGUAN DEPRESI
Dampak gangguan depresi jika tidak dikenali dan ditata laksana:
a. Mortalitas:
⮚ Depresi adalah faktor utama kematian akibat bunuh diri
⮚ Kecelakaan fatal akibat konsentrasi dan perhatian terganggu
⮚ Kematian akibat enyakit yang terkait atau yang diakibatkan (misalnya
penyalahgunaan alkohol)

b. Morbiditas:
⮚ Percobaan bunuh diri, kecelakaan, menyebabkan penyakit/somatisasi,
kehilangan pekerjaan, gagal di sekolah/karir dan penyalahgunaan
alkohol/zat

c. Biaya sosial
⮚ Disfungsi keluarga, mangkir kerja/sekolah, produktivitas berkurang,
cedera terkait pekerjaan, kualitas pekerjaan buruk
GANGGUAN DEPRESI
● Depresi berhubungan dengan faktor-fakttor risiko • Prevalensi depresi dan komorbiditas:
penyakit kronis dan gaya hidup (merokok, pola makan,
dll) yang memperburuk kesehatan fisik.
22.40% 37.50%
● Depresi juga memiliki beberapa efek biologis secara 22.70%

langsung mempengaruhi fisik.

● Depresi yang timbul bersamaan dengan penyakit fisik 34.60%


akan mempengaruhi upaya terapi dan hasil 25.30%

penatalaksanaan kesehatan.
(mempengaruhi kepatuhan terapi dan perubahan perilaku
yang direkomendasikan dokter dan memperlambat 30.30% 30.90%

pencarian pertolongan medis).

Penyakit saraf Penyakit jantung Penyakit paru kronik Kanker Artritis

Diabetes Mellitus Hipertensi


GANGGUAN PSIKOTIK, ada peningkatan dopamin pada sistem limbik
Definisi Awitan Gejala
Psikosis adalah kondisi mental/jiwa saat realitas • Psikosis seringkali mulai terjadi pada usia 15 -
menjadi sangat terdistorsi → 25 tahun → laki-laki sering mengalaminya
• Waham/Delusi: Keyakinan yang salah yang lebih awal.
dipertahankan • Awitannya dapat mendadak ataupun perlahan-
• Halusinasi: Persepsi sensorik tanpa adanya lahan
sumber rangsangan
• Gangguan pikiran “Psikosis Akut”
• Psikosis < 3 bulan atau perburukan gejala
Penyebab psikosis yang sudah ada,
• Gangguan psikiatri (skizofrenia dan • Dapat merupakan episode pertama atau
gangguan terkait) kekambuhan.
• Gangguan medik (trauma fisik, epilepsi • Seringkali didapatkan fase pre-psikotik:
lobus temporalis, demensia, penyakit muncul gejala negatif yang kemudian diikuti
neurologik dan endokrin, kelainan gejala positif yang jelas.
metabolik) • Jika terjadi >3 bulan → “Psikosis kronis”
• Gangguan penyalahgunaan NAPZA
GANGGUAN PSIKOTIK
Luaran Klinis Dampak Gangguan Psikotik
Terdapat tiga kemungkinan luaran klinis: Dampak gangguan psikotik sangat luas, mulai
a. Orang tersebut pulih sepenuhnya atau pulih dari:
sebagian dengan beberapa gejala tertinggal; 1. Beban ekonomi yang langsung → biaya
b. Orang tersebut pulih tetapi terdapat pengobatan dan biaya lain yang terkait
beberapa episode berikutnya (misal: biaya transport)
(relps/kambuh); dan 2. Biaya tidak langsung (misal: kehilangan
c. Gejala berlanjut sampai 3 bulan atau lebih pencaharian, menurunnya produktivitas)
(psikosis kronis). 3. Biaya yang tidak terlihat (misal: beban
psikologis dan sosial (akibat rasa malu,
gejala positif (pada pasien gejalanya lebih ) stigma, dan diskriminasi).
contoh: waham
Gejala negatif (pada orang normal ada, pada
pasien gejalanya berkurang)
DEMENSIA
Demensia
Demensia:
Kondisi kemunduran mental yang BUKAN bagian dari proses penuaan normal
berlangsung terus menerus,
progresif (makin lama makin
buruk), meliputi: Demensia dapat terjadi pada usia lanjut karena penyakit Alzheimer,
• Penurunan daya ingat; Stroke berulang, trauma kepala, dan gangguan faal tubuh
• Kemunduran kemahiran (hormonal, nutrisi, defisiensi vitamin), alkohol, dan lain-lain.
berbahasa; Dua jenis demensia yang paling sering terjadi adalah: demensia
• Kemunduran intelektual; tipe Alzheimer dan demensia vaskular (pasca stroke).
• Perubahan perilaku; dan
• Fungsi-fungsi otak lain
Sehingga, mengganggu aktivitas
sehari-hari.
DEMENSIA PADA PENYAKIT
ALZHEIMER
• Penyebab Alzheimer: Multifaktorial
• Penyebab tersering demensia adalah
penyakit Alzheimer → 50-60% dari ⮚ Faktor genetik
seluruh kasus demensia. Riwayat pada keluarga
menunjukkan genetik autosomal
• Prevalensi penyakit Alzheimer dominan
meningkat seiring dengan ⮚ Faktor lingkungan
meningkatnya usia
• (>65 tahun = 3 – 5%; >85 tahun = • Faktor risiko: peningkatan usia,
50%). riwayat keluarga, wanita, pendidikan
yang rendah, riwayat cedera kepala.
• Rasio wanita:pria adalah 2:1.
Demensia Vaskular
• Prevalensi:
1,5% pada usia 70-75 tahun; dan
15% pada usia >80 tahun
• Demensia vascular lebih sering mengenai laki-laki.
• Faktor risiko: hipertensi, diabetes, riwayat TIA, dan
penyakit jantung.
• Gangguan kognitif dapat terjadi akibat dari infark
serebral, anoksia atau perdarahan
GEJALA Hendaya Kognitif berupa:
PADA
DEMENSIA Amnesia

SINDROM ABC Afasia


● Gangguan pada aktivitas hidup
sehari-hari (Activities of daily
Apraksia
living)
● Gangguan psikologis dan
perilaku (Behavioural and Agnosia
Psychological Symptoms of
Dementia (BPSD)) Gangguan fungsi eksekutif
● Hendaya fungsi kognitif
(Cognitive deficits)
HENDAYA KOGNITIF ● Apraksia (hilang atau berkurangnya
kemampuan untuk melakukan gerakan
PADA DEMENSIA motorik terkoordinasi meskipun tidak ada
kerusakan saraf)
● Amnesia (Defisit memori) ○ Merupakan penyebab utama hilangnya
○ Manifestasi awal: kesulitan mempelajari kemandirian pasien.
informasi baru. ● Agnosia (suatu kegagalan mengenali
○ Pada fase lebih lanjut → gangguan stimulus sensori secara akurat walaupun
memori jangka panjang. tidak ada defisit sensori).
● Afasia (gangguan atau hilangnya ○ Dapat berupa agnosia visual →
kemampuan menulis atau berbicara) penyalahgunaan obyek sehari-hari.
○ Dapat bermanifestasi sebagai kesulitan ○ Atau prosopagnosia (ketidakmampuan
untuk mencari kata atau afasia nominal mengenali wajah)
dan afasia reseptif atau kesulitan untuk ● Gangguan fungsi eksekutif (gangguan
mengerti pembicaraan. kemampuan untuk merencanakan dan
melakukan pekerjaan yang kompleks)
Hendaya kognitif dapat diperiksa menggunakan ○ Terlihat pada kelainan yang melibatkan
instrumen AMT & MMSE (untuk mendeteksi gangguan lobus frontal.
pada fungsi eksekutif → clock drawing test )
PENURUNAN AKTIVITAS HARIAN
• Untuk menegakkan diagnosis: penurunan fungsi kognitif + penurunan
aktivitas harian yang mengganggu fungsi sosial maupun pekerjaan.
• Instrumen yang dapat digunakan:
⮚ Instrumental ADL (Instrumental Activity of Daily Living Scale): mengukur
kemampuan pergi sendiri, berbelanja, memasak, menggunakan telepon
serta mengelola keuangan)
⮚ Basic ADL (Barthel Index): mengukur kemampuan yang lebih mendasar,
seperti naik turun tangga, makna, mandi, buang air besar/kecil, dan
berpakaian.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai