Anda di halaman 1dari 27

Upaya Tata Kelola Gangguan Penggunaan

NAPZA
Senin, 24 Juli 2023

Tim Kerja Tata Kelola Gangguan Penggunaan NAPZA

Direktorat Kesehatan Jiwa


Kementerian Kesehatan RI
TOPIK
Penelitian BNN, BRIN, BPS tahun 2021 New Psychoactive Substances (NPS)/ Zat Psikoaktif Baru

1.150
Angka prevalensi setahun terakhir
meningkat dari 1,8 % (2019)menjadi Perkembangan NPS menciptakan celah
1,95% (2021)atau hampir 3,7 juta jiwa bagi kejahatan dikarenakan banyak
penduduk melakukan penyalahgunaan NPS yang beredar narkotika jenis baru yang belum diatur
narkoba.
di Dunia oleh hukum.

Usia pertama kali


menggunakan Narkoba:
19 tahun di perdesaan
20 tahun di perkotaan

12-15 15-30 30-45 45-60 60-95 91 89 2


Terjadi peningkatan keterpaparan NPS yang sudah diatur belum diatur
terhadap narkoba pada usia 15-24 tahun beredar di dalam dalam
Indonesia Permenkes Permenkes
4%
3 Jenis
Narkoba 24% Ganja Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2023
pertama kali Shabu tentang Perubahan Penggolongan Narkotika.
dikonsumsi 59,10%
Dextro

3
Indikator Kinerja Kegiatan Direktorat Kesehatan Jiwa
Tahun 2022 - 2024

TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024

Persentase penduduk usia ≥ 15 tahun dengan


risiko masalah kesehatan jiwa yang 30% 60% 90%
mendapatkan skrining

Persentase penyandang gangguan jiwa yang


2 30% 60% 90%
memperoleh layanan di Fasyankes

Jumlah penyalahguna napza yang


10500 11000 11500
mendapatkan pelayanan rehabilitasi medis

4
Indikator 3
TARGET
INDIKATOR KINERJA PROGRAM/KEGIATAN
2022 2023 2024

Jumlah penyalahguna napza yang mendapatkan 10.500 11.000 11.500


pelayanan rehabiltasi medis

Definisi Operasional
Jumlah penyalahguna NAPZA baru yang datang secara sukarela dan/atau pembantaran dan/atau kasus
putusan pengadilan dan/atau mendapatkan layanan rehabilitasi medis rawat jalan dan/atau rawat inap di
Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)

Cara Penghitungan
Jumlah kumulatif penyalahguna NAPZA baru yang datang secara sukarela dan/ atau
pembantaran, dan/ atau kasus putusan pengadilan dan/ atau mendapatkan layanan rehabilitasi
medis rawat jalan dan/ atau rawat inap di IPWL (Institusi Penerima Wajib Lapor).

Data didapatkan dari pelaporan IPWL dan aplikasi Sistem Elektronik Pencatatan dan Pelaporan
Rehabilitasi Medis (SELARAS) dan/atau Dinas Kesehatan Provinsi
5
Prevalensi Target (Kumulatif)
Jumlah Pengguna NAPZA
No. Provinsi Baseline
Kab/Kota Satu Tahun
Terakhir 2020 2021 2022 2023 2024

1 Gorontalo 6 1,19 0 6 12 18 23/0 29

2 Sulbar 6 1,70 1 7 13 19 24/39 30

3 NTT 22 0,99 2 23 45 66 88/2 109

4 Sultra 17 1,58 2 19 35 52 68/4 85

5 Sulut 15 1,71 3 18 32 47 61/1 76

6 Papua Barat 13 1,64 3 16 28 41 54/3 66

7 Papua 29 1,70 5 33 61 90 118/5 146

8 Maluku 11 1,59 6 17 27 38 49/6 60

9 Maluku Utara 10 1,52 12 22 31 41 51/12 61

10 Kaltara 5 1,07 14 19 24 29 33/14 38

11 Sulteng 13 1,70 14 27 39 52 65/14 77


Berdasarkan Prevalensi Pengguna Napza Satu Tahun Terakhir, sumber Survei BNN 2017
6
: Mencapai Target Kumulatif s/d TW II tahun 2023
Prevalensi Target (Kumulatif)
Jumlah Pengguna
No. Provinsi Baseline
Kab/Kota NAPZA Satu
2020 2021 2022 2023 2024
Tahun Terakhir
12 Kepri 7 1,71 27 34 41 47 54/27 61
13 Sulsel 24 1,95 30 53 77 100 123/48 147
14 Sumut 33 2,53 69 101 133 165 197/69 230
15 Babel 7 1,49 72 79 86 92 99/107 106
16 Bengkulu 10 1,68 100 110 119 129 139/120 149
17 Banten 8 1,83 150 158 166 173 181/150 189
18 Bali 9 1,62 155 164 173 181 190/223 199

19 Jambi 11 2,02 184 195 205 216 227/255 238


20 DIY 5 1,19 191 196 201 206 210/252 215
21 Kalteng 14 1,98 194 208 221 235 248/264 262
22 DI Aceh 23 1,69 207 229 252 274 296/473 319
23 Kalbar 14 1,57 241 255 268 282 295/301 309
24 Jateng 35 1,16 244 278 312 346 380/309 414
Berdasarkan Prevalensi Pengguna Napza Satu Tahun Terakhir, sumber Survei BNN 2017
7
: Mencapai Target Kumulatif s/d TW II Tahun 2023
Prevalensi Target (Kumulatif)
Jumlah Pengguna
No. Provinsi Baseline
Kab/Kota NAPZA Satu 2020 2021 2022 2023 2024
Tahun Terakhir
25 NTB 10 1,80 301 311 320 330 340/371 350
26 Lampung 15 1,94 393 408 422 437 451/476 466
27 Sumbar 19 1,78 416 434 453 471 490/572 508
28 Kaltim 10 2,12 502 512 521 531 541/509 551
29 Jatim 38 1,72 529 566 603 640 677/777 714
30 Jabar 27 1,83 730 756 783 809 835/916 861
31 Riau 12 1,87 795 807 818 830 842/900 853
32 DKI Jakarta 6 3,34 1.115 1.121 1.127 1.133 1138/1276 1.144

33 Sumsel 17 1,40 1.177 1.194 1.210 1.227 1243/1490 1.260

34 Kalsel 13 1,97 1.116 1.129 1.141 1.154 1167/1555 1.179

TOTAL 9.000 9.500 10.000 10.500 11.000 11.500


Berdasarkan Prevalensi Pengguna Napza Satu Tahun Terakhir, sumber Survei BNN 2017
8
: Mencapai Target Kumulatif s/d TW II Tahun 2023
Target Penyalahguna NAPZA baru Yang Direhabilitasi Medis

Penyalahguna NAPZA baru yang:


1.Datang secara sukarela ke IPWL
• Datang dari kesadaran sendiri
• Rujukan dari hasil skrining ASSIST
2.Kasus Pembantaran
3.Kasus Terpidana

9
Indikator Kinerja Program Kesehatan Jiwa 3:
Jumlah Penyalahguna NAPZA yang Mendapatkan Layanan Rehabilitasi Medis
14.000

12.000

10.000

8.000

6.000

4.000

2.000

-
2020 2021 2022 2023
Target 9.500 10.000 10.500 11.000
Capaian 9.585 10.149 10.826 11.495

Target Capaian

Sumber: Data Rutin Direktorat Kesehatan Jiwa triwulan II th 2023 10


Penyalahguna NAPZA yang Mendapatkan Pelayanan Rehabilitasi Medis

Capaian 2023 (s/d 30 Juni 2023)


1800

1600 1555
1490

1400
1276

1200

1000
900 916

777
800

600 527
509
476 473

400 371
309 301
264 252 255
223
200 150
120 107
69 48
39 27 14 14 12 6 5 4 3 2 1 0
0

11
Draft Alur Skrining Gangguan Penggunaan NAPZA
Deteksi Dini

>
SDQ SRQ-20

>
>

>
Normal Borderline Abnormal ≥6 <6

>
>

>
>
Promosi Kesehatan
Konseling oleh guru
Jiwa Deteksi Dini
Promosi Promosi kesehatan jiwa
Rujuk ke Fasyankes Promosi
Kesehatan Jiwa Rujuk ke Fasyankes
Prevensi Gangguan Kesehatan Jiwa
Prevensi Gangguan Jiwa
> Jiwa

>
Pemeriksaan lanjutan,
ASSIST
wawancara psikiatrik
multidisiplin

>
>

>
Tidak ada gangguan jiwa Ada diagnosis gangguan jiwa Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi

>
>

>
>

>

Pemberian KIE
Promosi kesehatan juwa, Pemberian KIE Rehabilitasi
pencegahan
Tatalaksana multidisiplin dan konseling medis di IPWL
prevensi gangguan jiwa NAPZA

12
APLIKASI NAPZA BERBASIS WEB DAN
ANDROID

SINAPZA

• Deteksi Dini instrument


SELARAS
ASSIST untuk
Penyalahguna Napza
berbasis android • Sistem Pencatatan dan Pelaporan
• Dilakukan di FKTP Rehabilitasi Medis berbasis Web
• Data pengguna napza di rehabilitasi
• Dilakukan pada populasi
medis
berisiko tinggi/penduduk
rentan, yaitu Siswa SMP, • Data deteksi dini
SMU dan populasi kunci. • Menginput klaim pelayanan
pengguna napza di IPWL/faskes
SIQUALITY

• Instrumen WHO-QoL versi digital yg dapat


diunduh melalui Google Playstore
• Dilakukan pengukuran kualitas hidup klien
di IPWL saat masuk dan sebelum keluar
rehab medis NAPZA
• Terhubung dengan SELARAS → hasil dapat
dilihat di SELARAS

14
Amanat UU dalam Layanan Rehabilitasi
DASAR PEMBENTUKAN IPWL
UU No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika
PP No. 25 Tahun 2011
tentang Wajib Lapor

KMK No. 701 Tahun 2018


tentang IPWL, Pengampu
dan Satelit PTRM

PMK No. 4 Tahun 2020 ttg


Penyelenggaraaan IPWL dan PMK No. 17
Tahun 2023 tentang Perubahan atas PMK
No. 4 Tahun 2020

SE Menkes No. HK.02.01/Menkes/683/2020 SK Dirjen Kesmas Nomor


ttg Penyelenggaraan Institusi Penerima Wajib HK.02.02/B/111/2023 Tentang Tim
Lapor & Pembiayaan IPWL Pelaksana Kegiatan Verifikasi Klaim
Rehabilitasi Medis di IPWL Tahun 2023
KETENTUAN UMUM
Permenkes No. 4 Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan IPWL
Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL)
1 IPWL adalah pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi
yang ditunjuk oleh pemerintah

Wajib Lapor
Wajib Lapor adalah kegiatan melaporkan diri yang dilakukan oleh pecandu Narkotika
yang sudah cukup umur atau keluarganya, dan/atau orang tua atau wali dari pecandu
2 narkotika yang belum cukup umur kepada institusi penerima Wajib Lapor untuk
mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis.
Rehabilitasi Medis
3 Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk
membebaskan pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahgunaan Narkotika dari
ketergantungan Narkotika

17
IPWL di 34 Provinsi

Total: 754 IPWL di Seluruh Indonesia

Sumber: Kepmenkes No.701/2018 ttg Penetapan IPWL & PTRM , 2018


18
Pelayanan Terapi Rehabilitasi Medis Narkotika

Pelayanan Gawat Darurat


Manajemen Putus Zat
Rawat Jalan Rumatan (PTRM)
Penapisan dan Pengkajian
Intervensi Psikososial
Rehabilitasi Rawat Inap
Komorbiditas Fisik
Dual Diagnosis dan/atau Uji Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
ALUR PENGAJUAN PENGUSULAN IPWL BARU

IPWL Dinkes Kab/Kota


mengusulkan Melampirkan kompilasi dan
tertulis ke syarat-syarat tertulis usulan ke
Dinkes Kab/Kota Dinkes Prov

Dinkes Prov
Tim tsb bertugas Dirjen Yankes
meverifikasi dok
validasi dok dan membentuk Tim
pengusulan dan
memberikan Adhoc terdiri dari
tertulis bersurat ke
rekomendasi Dirjen Yankes dan
Dirjen Yankes cc
kepada Menteri Dirjen Kesmas
Dirjen Kesmas
PEMBIAYAAN DAN PEMBAYARAN KLAIM

PMK No. 4 Tahun 2020 PMK No. 17 Tahun 2023


Sasaran yang ditanggung • WNI yang tidak mampu • WNI yang tidak mampu dan fakir
• Kriteria PBI miskin
• Dapat dibuktikan dengan:
• Kepesertaan PBI, atau
• Surat keterangan miskin atau surat
keterangan tidak mampu dari
lurah/kades sesuai domisili, atau
• Surat keterangan lain yang berlaku di
daerah
Maksimal pembiayaan 2 kali periode perawatan 2 kali periode perawatan selama setahun
• SK BSN No. 618/KEP/BSN/12/2019 ttg
PENETAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA 8807:2019 PENYELENGGARA LAYANAN
REHABILITASI BAGI PECANDU, PENYALAHGUNA, DAN KORBAN PENYALAHGUNA
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN ZAT ADIKTIF LAINNYA (NAPZA)
PERSYARATAN UMUM
• KELEMBAGAAN (LEGALITAS, STRUKTUR ORGANISASI, VISI MISI)
• PRINSIP PENYELENGGARAANLAYANAN
ASESMEN
• SISTEM RUJUKAN DAN JEJARING RENCANA TERAPI
• SISTEM PELAPORAN MONITORING BERKALA
• EVALUASI LAYANAN
PENCATATAN KEMAJUAN PASIEN
• PENERIMAAN AWAL
•PERSYARATAN
ASESMEN KHUSUS
• SARANA PRASARANA
• INTERVENSI
• SUMBER DAYA MANUSIA

LAMPIRAN
• INSTRUMEN PENGUKURAN PERUBAHAN KUALITAS
HIDUP (WHO-QoL)
• INSTRUMEN PENGUKURAN KEPUASAN LAYANAN
• INSTRUMEN SKRINING (ASSIST)
• INSTRUMEN ASESMEN (ASI)
Upaya Pencegahan dan Pengendalian
Masalah Penyalahgunaan NAPZA
PROMOTIF Preventif Kuratif Rehabilitatif
•Edukasi kepada •Deteksi dini (SMP-SMU, •Rehabilitasi medis
masyarakat umum pada Terintergrasi dengan layanan penyalahguna NAPZA di
ceramah-ceramah, VCT,ARV,IMS, PKPR, Pasien IPWL, Faskes primer-
seminar, media sosial Psikosomatis); sekunder dan tertier,
cetak dan elektronik serta •Pemberdayaan orangtua, rawat inap, rumatan dan
iklan layanan masyarakat, edukasi kepada ortu dan anak nonrumatan
di masyarakat umum, sekolah tentang gejala dini
posyandu, Sekolah, penyalahgunaan napza pada
universitas, kantor, pabrik, anggota keluarga oleh nakes,
dan lain-lain guru dan kader
•Penyediaan materi dan •Tatalaksana dini pencegahan
media KIE; adiksi melalui edukasi dan
•Meningkatkan koordinasi Brief intervention pada
dan kerjasama dengan penyalahguna risiko ringan di
lintas program dan lintas faskes primer
sektor, organisasi profesi,
akademisi, LSM, pemerhati
masalah kesehatan jiwa-
napza, dan lain-lain.
Ruang Lingkup Upaya P2 Masalah
Penyalahgunaan NAPZA
Faskes Primer Faskes Sekunder Faskes Tertier
1. Layanan promotif yaitu •Layanan kuratif dan •Layanan kuratif dan
Edukasi kepada masyarakat rehabilitatif rawat inap dan rehabilitative rawat inap
atau rawat jalan •Rujukan dari faskes sekunder
2. Upaya Preventif yaitu : •Rujukan faskes primer •Pelaporan kasus melalui
- Deteksi dan tata;aksana •Pelaporan kasus melalui Sistim Informasi SELARAS
dini (ASSIST) (SMP-SMU, sistim informasi SELARAS •Deteksi dini pada layanan
Terintergrasi dengan •Deteksi dini pada layanan ODHA
layanan VCT,ARV,IMS, ODHA •Upaya promotif dan
PKPR, Pasien •Upaya promotif dan preventif keswamas
Psikosomatis); preventif keswamas
- Pemberdayaan ortu
yaitu edukasi kepada
ortu dan anak sekolah
tentang gejala dini
penyalahgunaan napza
pada anggota keluarga
- IPWL Rawat jalan rumatan
opioid (mencegah
penularan jarum suntik)
Peran Dinas Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan
dan Pengendalian Masalah Penyalahgunaan NAPZA
DINKES PROPINSI DINKES KABUPATEN/KOTA PUSKESMAS
1. Memperluas program secara 1.Memperluas program secara 1. Melaksanakan upaya promotif dan
bertahap bagi kab/kota meliputi bertahap bagi faskes primer dan preventif;
perluasan upaya promotif, preventif, sekunder meliputi perluasan upaya 2. Melaksanakan mini lokakarya P2
kuratif-rehabilitatif; promotif, preventif, kuratif-rehabilitatif; NAPZA;
2. Menyediakan kebutuhan buku 2. Menyediakan kebutuhan buku 3. Merencanakan anggaran P2 NAPZA
pedoman, bahan KIE, tingkat provinsi; pedoman, bahan KIE, tingkat dalam BOK dan sumber pembiayaan
3. Menyediakan kebutuhan tenaga Kab/Kota; lain;
pengelola di tingkat propinsi dan 3. Menyediakan kebutuhan tenaga 4. Melaksanakan koordinasi dengan
pelatihannya di tingkat propinsi dan pengelola di tingkat kab/kota dan lLP/LS dan pihak terkait di lingkungan
kabupaten/kota. nakes di faskes. Puskesmas;
4. Menyediakan anggaran APBD 4. Menyediakan anggaran APBD 9. Melakukan Pencatatan dan
Propinsi dan sumber lain; kab/kota, BOK dan sumber lain; Pelaporan
5. Melaksanakan pelatihan, orientasi 5. Melaksanakan pelatihan, orientasi
dan sosialisasi pengelola program dan dan sosialisasi pengelola program dan
tenaga kesehatan di tingkat propinsi; tenaga kesehatan di tingkat kab/kota;
6. Melaksanakan Monev program 6. Melaksanakan Monev program
tingkat propinsi; tingkat kab/kota;
7. Melakukan koordinasi dengan LP/LS 7. Melakukan koordinasi dengan LP/LS
dan pihak terkait; dan pihak terkait;
8. Membangun rujukan rehabilitasi 8. Membangun rujukan rehabilitasi
medis. medis.
9. Melakukan Pencatatan dan 9. Melakukan Pencatatan dan
Pelaporan Pelaporan
C
Cerdas intelektual
E
Empati dalam berkomunikasi
R
Rajin beribadah
I
Interaksi yang
A
Asah, asih, asuh
emosional dan spiritual efektif sesuai agama & bermanfaat bagi tumbuh kembang
keyakinan kehidupan dalam keluarga &
masyarakat

27

Anda mungkin juga menyukai