Structural Analysis of RCC Building PDF
Structural Analysis of RCC Building PDF
Oleh
JACKSON LEONARD
NIM : 15013056
JACKSON LEONARD
NIM : 15013056
Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan
Institut Teknologi Bandung
Menyetujui
Pembimbing Tugas Akhir Desain
Mengetahui
Ir. Biemo W. Soemardi, MSE, Ph.D. Ir. Muhamad Abduh, MT, Ph.D.
NIP. 196104091992031001 NIP. 196908151995121002
ii
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS BANGUNAN LIFESTYLE
CENTER SENAYAN PARK JAKARTA
Jackson Leonard
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut
Teknologi Bandung
ABSTRAK
Metode pengerjaan seluruh tugas akhir ini adalah dengan mengacu pada
studi literatur dan pemodelan struktur. Analisis dinamik dan perancangan struktur
beton beserta penentuan beban-beban yang bekerja mengacu pada standar-standar
Indonesia, yaitu SNI 1726-2012, SNI 1727-2013, dan SNI 2847-2013. Perangkat
lunak yang digunakan pada perancangan ini berupa ETABS 2016, PCA Column
dan SAFE 2016.
kata kunci: tower, desain, model, dinamik, gempa, detail, beton, struktur
iii
SUPERSTRUCTURE DESIGN OF SENAYAN PARK LIFESTYLE
CENTER BUILDING IN JAKARTA
Jackson Leonard
ABSTRACT
This document only discuss, analyze, and design the main building of
Senayan Park, and doesn’t consist of the small two story-building located behind
of the main building. The output of this design document is the detailed engineering
design drawing of the structural element; column, beam, and slab of this building
and has to fulfill the requirement of the design.
key words: reinforced concrete, special moment resisting frame, structural element
iv
PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR DESAIN
v
Didedikasikan kepada keluarga tercinta :
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga laporan tugas akhir dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pengerjan laporan tugas akhir yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2017 hingga
Mei 2017 ini berisi tentang pemodelan dan perancangan detail struktur atas Senayan
Park Lifestyle Center.
Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini dapat terwujud atas bantuan
berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Orang tua penulis, Kassan Omar dan Liana yang selalu mendukung dan
mendo’akan kelancaran pengerjaan Tugas Akhir penulis.
2. Muhammad Riyansyah, ST., Ph.D, selaku dosen pembimbing tugas akhir
yang bersedia meluangkan waktu dalam membimbing penulis selama
proses pengerjaan tugas akhir ini.
3. Team Teaching 10 selaku dosen pembimbing dan penguji penulis yakni Ir.
Idwan Santoso, M.Sc., DIC., Ph.D.,Prof. Ir. Amrinsyah Nasution, M.Sc.,
Ph.D., Ir. Ima Fatima, M.Eng, Prof. Ir. Iwan Kridasantausa, M.Sc., Ph.D,.
4. Rekan-rekan seperjuangan Program Studi Teknik Sipil di Institut Teknologi
Bandung yang telah memberi bantuan berupa motivasi dan saran.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membuat
laporan tugas akhir ini dapat terlaksanakan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis sangat terbuka untuk seluruh kritik dan saran yang bersifat konstruktif
dari pihak manapun. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRACT ............................................................................................................. iv
viii
II.2.3 Prosedur Analisis Seismik .............................................................. 15
ix
Bagian III Pembahasan Aspek Lain ......................................................... 172
x
III.4.3 Metode Pelaksanaan Konstruksi ................................................... 291
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Persepektif Mata Burung Senayan Park Lifestyle Center .................... 4
Gambar I.4 Ruang Fungsi Makan dan Minum Senayan Park ................................. 6
Gambar II.1 Kurva gaya inelastik – deformasi (Sumber: FEMA P-750) ............. 13
Gambar II.7 Denah daerah yang bermasalah di Lt. Atas (balok dan kolom) ........ 42
Gambar II.8 Denah daerah yang bermasalah di Lt. Atas (balok dan kolom) ........ 44
xii
Gambar II.13 Grafik Penskalaan Gaya Gempa ..................................................... 60
Gambar II.15 Ilustrasi Story Drift pada Senayan Park Lifestyle Center ............... 62
Gambar II.28 Distribusi Gaya Dalam Momen pada Pelat Lantai Basement ........ 84
Gambar II.29 Distribusi Gaya Dalam Momen pada Pelat Lantai Atas ................. 85
Gambar II.30 Pemodelan Pelat Lantai Basement pada SAFE 2016 ..................... 86
Gambar II.32 Luas Tulangan Perlu Top Rebar - Arah 2 Lantai Basement........... 87
xiii
Gambar II.33 Luas Tulangan Perlu Top Rebar - Arah 1 Lantai Basement........... 87
Gambar II.34 Luas Tulangan Perlu Bot Rebar - Arah 2 Lantai Basement ........... 88
Gambar II.35 Luas Tulangan Perlu Bot Rebar - Arah 1 Lantai Basement ........... 88
Gambar II.36 Luas Tulangan Perlu Top Rebar - Arah 2 Lantai Atas ................... 89
Gambar II.37 Luas Tulangan Perlu Top Rebar - Arah 1 Lantai Atas ................... 89
Gambar II.38 Luas Tulangan Perlu Bot Rebar - Arah 2 Lantai Atas .................... 90
Gambar II.39 Luas Tulangan Perlu Bot Rebar - Arah 1 Lantai Atas .................... 90
Gambar II.47 Diagram Interaksi P-M Kolom Lantai Atas ................................. 140
Gambar II.48 Diagram Interaksi P-M Kolom Lantai Basement ......................... 141
Gambar II.51 Ilustrasi gaya desain diafragma one story at a time...................... 157
xiv
Gambar II.54 Section Cut pada Penampang Kritis ............................................. 161
Gambar II.55 Model 3D Bangunan Senayan Park Lifestyle Center ................... 167
Gambar III.1 Gaya-Gaya Yang Bekerja Pada Reaksi Perletaka ......................... 173
Gambar III.2 Grafik Kapasitas Ultimate Tekan Tiang Pondasi .......................... 176
Gambar III.3 Grafik Kapasitas Ultimate Tarik Tiang Pondasi ........................... 177
gambar III.7 Denah Jenis Grup Tiang Senayan Park .......................................... 179
Gambar III.8 Detail Penulangan Fondasi pad Setiap Jenis Grup ........................ 185
Gambar III.9 Penurunan Elastis Akibat Fondasi Sebagai Bahan Elastis (Se1) ... 186
Gambar III.10 Penurunan tiang oleh gaya pada ujung tiang (Se(2)) .................... 187
Gambar III.11 Penurunan tiang oleh gaya yang diterima sepanjang tiang (Se(3)) 187
xv
Gambar III.19 Balok Sloof Jenis 2 ...................................................................... 192
Gambar III.20 Bird View Sistem Dinding Penahan Tanah ................................. 193
Gambar III.22 Kontur M22 Dinding Penahan Tanah Basement .......................... 195
Gambar III.23 Kontur M11 Dinding Penahan Tanah Basement .......................... 195
Gambar III.26 Fondasi Tiang Bor Setempat Untuk DPT ................................... 198
Gambar III.27 Detail Penulangan Fondasi Setempat untuk DPT ....................... 200
Gambar III.32 Rencana Alur Pergerakan dan Geometrik Jalinan Tunggal ........ 206
xvi
Gambar III.40 Desain Perkerasan Jalan Rencana opsi biaya minimum ............. 232
Gambar III.46 Ilustrasi proyek gedung pada kondisi eksisting kawasan ............ 248
Gambar III.51 Tipikal Penampang Saluran, (a) Saluran U-Ditch Tipe 4; (b) Saluran
Buis Tipe 4 .......................................................................................................... 268
Gambar III.53 Grafik Hidrograf Banjir Periode Ulang 10 Tahun ...................... 271
Gambar III.58 Gaya-Gaya yang Terjadi, yaitu (a) Gaya Berat; (b) Gaya Gempa;
(c) Gaya Hidrostatis; (d) Gaya Uplift; (e) Gaya Tanah Lateral Aktif; (f) Gaya Tanah
Lateral Pasif ........................................................................................................ 276
xvii
Gambar III.59 Sistem Drainase pada Lifestyle Center Senayan Park Jakarta..... 280
Gambar III.61 Work Breakdown Structure Senayan Park (Bagian 1) ................ 283
Gambar III.62 Work Breakdown Structure Senayan Park (Bagian 2) ................ 284
Gambar III.67 Jangkauan Crane untuk 200-ton Crawler Crane ........................ 294
Gambar III.72 Tampak Samping Temporary Sheet Pile pada Senayan Park ..... 297
xviii
Gambar III.80 Alur Pekerjaan Pemadatan Tanah ............................................... 302
Gambar III.90 Perancah untuk Pelat di Atas Lantai Kerja ................................. 312
Gambar III.96 Denah Grup Tiang pada Senayan Park ....................................... 318
Gambar III.97 Denah Dinding Penahan Tanah Senayan Park ............................ 319
Gambar III.98 Detail Penulangan Dinding Penahan Tanah Vertikal (Kiri) dan
Horzontal (Kanan) ............................................................................................... 320
xix
Gambar III.100 Denah Pelat B ............................................................................ 325
Gambar III.105 Sistem Drainase pada Lifestyle Center Senayan Park Jakarta... 347
xx
DAFTAR TABEL
xxi
Tabel II.20 Ketinggian dan Lebar Gedung ........................................................... 34
Tabel II.26 Tebal min balok dan pelat satu arah ................................................... 40
Tabel II.34 Modal Participating Ratio Setelah Perubahan Dimensi Kolom ......... 54
Tabel II.35 Koefisien untuk Batas Atas pada Perioda yang dihitung ................... 55
xxii
Tabel II.41 Pengecekan Koefisien Stabilitas Arah X dan Arah Y ........................ 65
Tabel II.44 Persyaratan untuk Masing-masing Tingkat yang Menahan Lebih dari 35
Persen Gaya Geser Dasar ...................................................................................... 68
xxiii
Tabel II.61 Kesimpulan Penulangan Pelat ............................................................ 92
Tabel II.65 Perhitungan Penulangan Sengkang pada Balok Anak ..................... 104
Tabel II.66 Perhitungan Penulangan Torsi pada Balok Anak ............................. 108
Tabel II.67 Perhitungan Cut-Off dan Panjang Penyaluran balok anak ............... 109
Tabel II.73 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Induk Tipikal Kondisi 1&2
............................................................................................................................. 116
Tabel II.74 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Induk Tipikal Kondisi 3&4
............................................................................................................................. 117
Tabel II.75 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Induk Tipikal Kondisi 5
............................................................................................................................. 118
Tabel II.76 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Bentang Panjang Kondisi
1&2 ...................................................................................................................... 119
Tabel II.77 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Bentang Panjang Kondisi
3&4 ...................................................................................................................... 120
xxiv
Tabel II.78 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Bentang Panjang Kondisi
5 ........................................................................................................................... 121
Tabel II.79 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Kantilever Kondisi 1&2
............................................................................................................................. 122
Tabel II.80 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Kantilever Kondisi 3&4
............................................................................................................................. 123
Tabel II.81 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Kantilever Kondisi 5 .. 124
Tabel II.85 Perhitungan Penulangan Sengkang pada Balok Induk Tipikal ........ 129
Tabel II.86 Perhitungan Penulangan Sengkang pada Balok Bentang Panjang ... 130
Tabel II.87 Perhitungan Penulangan Sengkang pada Balok Kantilever ............. 130
Tabel II.88 Perhitungan Penulangan Torsi pada Balok Induk ............................ 131
Tabel II.89 Perhitungan Penulangan Torsi pada Balok Induk Bentang Panjang 132
Tabel II.90 Perhitungan Penulangan Torsi pada Balok Induk Kantilever .......... 133
Tabel II.91 Perhitungan Penulangan Torsi pada Balok Tipikal .......................... 134
Tabel II.92 Perhitungan Penulangan Torsi pada Balok Bentang Panjang .......... 134
xxv
Tabel II.97 Properti Penampang Kolom Lantai Atas .......................................... 136
Tabel II.99 Gaya Dalam Ultimit Kolom Tipe Lantai Atas ................................. 137
Tabel II.100 Gaya Dalam Ultimit Kolom Tipe Basement .................................. 137
Tabel II.103 Gaya Dalam Ultimit Kolom Tiap Lantai ........................................ 140
Tabel II.107 Perhitungan Spasi Hoops Bentang Tengah Kolom ........................ 145
Tabel II.111 Perhitungan Tulangan Geser di Luar lo dari Joint Kolom .............. 150
Tabel II.116 Penulangan Transversal untuk Confinement pada HBK ................ 155
xxvi
Tabel II.118 Mass Summary per Lantai .............................................................. 158
Tabel II.122 Pengecekan Elemen Kord Lantai Tipikal 1 (Lt.2 - Lt.4)................ 165
Tabel II.123 Pengecekan Elemen Kord Lantai Tipikal 2 (Lt.B2 - Lt.1) ............. 166
Tabel II.126 Kesimpulan Desain Balok Induk Bentang Panjang ....................... 169
Tabel III.1 Nilai Bangkitan dan Tarikan untuk Masing-Masing Zona ............... 203
Tabel III.2 Akumulasi Parkir Mobil Lifestyle Center Senayan Park .................. 209
Tabel III.3 Akumulasi Parkir Motor Lifestyle Center Senayan Park .................. 210
xxvii
Tabel III.9 Desain Geometrik Basement ............................................................. 218
Tabel III.14 Desain Perkerasan Jalan Rencana opsi biaya minimum (alternatif 1)
............................................................................................................................. 232
Tabel III.18 Perhitungan Antrian Pada Pintu Masuk Parkir ............................... 239
Tabel III.19 Perhitungan Antrian Pada Pintu Keluar Parkir ............................... 241
Tabel III.22 Curah Hujan Rencana Untuk Setiap Periode Ulang ....................... 253
Tabel III.25 Debit Maksimum yang Terjadi pada Saluran ................................. 257
Tabel III.26 Debit Hidrologi Untuk Ruas Saluran Tersier .................................. 258
Tabel III.27 Debit Hidrologi Untuk Ruas Saluran Sekunder .............................. 259
Tabel III.28 Debit Hidrologi Untuk Ruas Saluran Gorong-Gorong ................... 259
xxviii
Tabel III.29 Debit Hidrologi Untuk Ruas Saluran Pipa ...................................... 260
Tabel III.43 Rekapitulasi Jumlah Saluran Pracetak Buis Beton ......................... 266
Tabel III.46 Stabilitas Terhadap Guling Kondisi Muka Air Normal .................. 277
Tabel III.47 Stabilitas Terhadap Geser Kondisi Muka Air Normal .................... 277
Tabel III.48 Stabilitas Terhadap Guling Kondisi Muka Air Banjir .................... 278
Tabel III.49 Stabilitas Terhadap Geser Kondisi Muka Air Banjir ...................... 279
xxix
Tabel III.50 Alat Berat Proyek Senayan Park ..................................................... 315
Tabel III.56 Rekapitulasi Perhitungan QTO Dinding Penahan Tanah ............... 320
Tabel III.67 Perhitungan Durasi dan Tenaga Kerja Pekerjaan Timbunan .......... 331
Tabel III.68 Rekapitulasi Durasi dan Jumlah Pekerja Pekerjaan Tanah ............. 332
xxx
Tabel III.71 Estimasi Biaya Pembuatan Pagar .................................................... 336
xxxi
Bagian I Pendahuluan
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta,
perkembangan perekonomian di Indonesia, khususnya di provinsi DKI Jakarta,
mengalami perlambatan mulai dari 6,73% pada tahun 2011 hingga menjadi 5,11%
pada tahun 2015 yang disebabkan oleh belum pulihnya perekonomian global yang
berakibat pada tertahannya laju ekspor produk Jakarta. Namun, pada tahun 2016
Bank Indonesia menyatakan bahwa perekonomian DKI Jakarta mengalami
peningkatan hingga 5,86% dan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan
hingga tahun-tahun berikutnya. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan konsumsi
rumah tangga yang beriringan dengan perbaikan optimisme konsumen dan daya
beli masyarakat. Peningkatan pertumbuhan ekonomi juga ditopang oleh
peningkatan daya beli masyarakat yang tidak terlepas dari dukungan stabilnya
perkembangan harga-harga barang dan jasa di DKI Jakarta.
Selain itu juga diketahui bahwa pengeluaran penduduk per kapita di Jakarta
merupakan pengeluaran yang paling besar diantara seluruh provinsi yang berada di
Indonesia. Sebagian besar pengeluaran penduduk DKI Jakarta digunakan untuk
konsumsi non-makanan, yaitu 63,64% dari total pengeluaran dan sisanya 36,36%
untuk konsumsi makanan. Konsumsi non-makanan yang dimaksud termasuk juga
kebutuhan perumahan, bahan bakar, penerangan, dan air yang menghabiskan lebih
dari setengah konsumsi non-makanan. Sementara konsumsi makanan dan minuman
memiliki proposri sekitar 40% dari total konsumsi makanan.
1
Berdasarkan data dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta,
pada tahun 2015 terdapat ruang terbuka hijau yang memiliki luas total sebesar
16.134.231 m2 dengan rincian 8 taman kota, 94 taman interaktif, 1170 taman
lingkungan, 8 taman bangunan umum, 4 taman rekreasi, 1537 jalur hijau jalan, 144
tepian air, dan 78 ruang terbuka hijau pemakaman. Kondisi ruang terbuka hijau
yang ada dianggap belum cukup dan belum berhasil membuat kota Jakarta menjadi
tampak lebih hijau dan lebih asri.
Selain itu, tinggal dan bekerja di kota besar seperti kota Jakarta juga dapat
meningkatkan kemungkinan menderita stress. Seperti yang dimuat pada Badan
Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta, bahwa sedikitnya 14% dari
warga Jakarta mengalami stres, baik yang disebabkan oleh kemiskinan, pekerjaan,
dan juga kemacetan lalu lintas yang tak kunjung bisa diselesaikan.
Melihat kondisi yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
yang tinggal di kota besar seperti di kota Jakarta cenderung akan melakukan
kegiatan perdagangan dan jual beli yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat yang
tinggal di daerah lain. Masyarakat jenis ini akan membutuhkan suatu daerah
perdagangan yang bukan hanya digunakan sebagai tempat jual dan beli saja,
melainkan juga membutuhkan tempat untuk melakukan rekreasi sebagai pusat
hiburan.
Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan perencanaan dan desain terhadap kawasan
Senayan Park dalam bidang keilmuan teknik sipil meliputi perancangan struktur
atas, struktur bawah, sumber daya air, transportasi, dan manajemen rekayasa
konstruksi. Sebelumnya telah dibuat perancangan dari sisi arsitektur dengan output
2
perancangan denah lantai dan denah tampak secara keseluruhan dari bangunan, dan
gambaran umum dari proyek berupa fungsi bangunan, lokasi proyek, dan lingkup
proyek dari Senayan Park. Dengan data awal ini ditambah dengan data lain yang
diperlukan, penulis akan melakukan perancangan seluruh komponen yang telah
disebutkan di atas dengan target bangunan yang direncanakan dapat direalisasikan
dan dibangun sesuai dengan perancangan yang dilakukan oleh arsitek.
Standar utama yang akan digunakan dalam penyusunan tugas akhir desain bagian
struktur atas ini adalah sebagai berikut.
1. SNI 2847 – 2013: Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung
2. SNI 1727 – 2013: Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung
dan Struktur Lain
3. SNI 1726 – 2012: Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung
Ruang lingkup pembahasan struktur dirumuskan sebagai batasan agar hal yang
menjadi pembahasan dari Tugas Akhir dapat terfokus dalam menjawab tujuannya.
Ruang lingkup pada proyek Senayan Park adalah sebagai berikut:
1. Interpretasi dan evaluasi gambar arsitektural
2. Pemodelan menggunakan bantuan software ETABS 2016, CSI SAFE 2016,
dan PCA-Col.
3. Pemodelan struktur bangunan dilanjutkan dengan analisis hasil desain
3
4. Detailing serta perencanaan sistem struktur terhadap beban gempa pada
elemen struktur berdasarkan code yang telah disebutkan
Senayan Lifestyle Center adalah suatu proyek pusat perbelanjaan yang terintegrasi
dengan fasilitas-fasilitas untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup manusia dalam
keseharian seperti fasilitas olahraga, hiburan, dan berbelanja.
4
Senayan Lifestyle Center juga berhak menggunakannya sewaktu-waktu ada
keperluan. Terdapat juga taman dan ruang terbuka hijau diluar bangunan.
3. Lantai 2
Lantai dua tidak jauh berbeda dengan lantai satu. Pada lantai dua terdapat
supermarket, department store, food court, dan pertokoan untuk disewakan.
Namun tidak disediakan semi rentable space.
4. Lantai 3
Pada lantai ini terdapat toko buku, food and beverage, pertokoan untuk
disewakan, dan fitness center. Secara keseluruhan lantai tiga didominasi oleh
food and beverage.
5. Lantai 4
Pada lantai ini terdapat fasilitas-fasilitas hiburan seperti bioskop, karaoke, food
court, dan pertokoan yang disewakan.
5
Gambar I.4 Ruang Fungsi Makan dan Minum Senayan Park
Senayan Park memiliki lokasi di Jalan Jendral Gatot Subroto, DKI Jakarta tepatnya
di dalam Kompleks Taman Ria Senayan. Lokasi proyek ini dekat dengan gedung
pemerintahan DPR/MPR, stasiun TVRI, hotel Mulia, Stadion Gelora Bung Karno,
6
serta pusat perbelanjaan lainnya seperti Plaza Senayan dan Senayan City. Lifestlye
center ini nantinya dapat diakses melalui Jalan Gerbang Pemuda dan Jalan Jendral
Gatot Subroto.
Penulisan laporan Tugas Akhir ini dibagi menjadi bagian tiga bagian yaitu bagian
pertama yang berisi pendahuluan dan gambaran umum dari bangunan yang akan
didesain, bagian kedua yang berisi seluruh proses perhtiungan yang lengkap dari
aspek utama yang didesain dalam laporan ini yaitu aspek struktur atas, dan bagian
ketiga yang berisi laporan summary mengenai konsep dan hasil desain dari kawasan
Senyan Park dari aspek ketekniksipilan yang lain berupa aspek geoteknik, sumber
daya air, transportasi, dan manajemen rekayasa konstruksi. Untuk lebih lengkapnya
dapat memperhatikan rincian setiap bab sebagai berikut.
Bagian I Pendahuluan
7
Pada bagian ini akan dibahas mengenai latar belakang dari perancangan sistem
drainase pada kawasan Lifestyle Center Senayan Park Jakarta, tujuan penulisan,
ruang lingkup atau batasan pada penulisan, serta sistematika penulisan tugas akhir.
Pada bagian ini akan dibahas mengenai keseluruhan proses perancangan sistem
drainase pada kawasan Lifestyle Center Senayan Park Jakartamulai dari teori yang
berkaitan dengan perancangan, metode perancangan, kriterian perancangan, data
awal yang digunakan dalam proses perancangan, proses dan hasil perhitungan,
hingga kesimpulan desain dan saran dilihat dari aspek sumber daya air.
Pada bagian ini akan dibahas mengenai summary dari proses perancangan kawasan
Lifestyle Center Senayan Park Jakarta, baik dari aspek struktur atas, aspek struktur
bawah atau geoteknik, aspek transportasi, maupun aspek manajemen rekayasa
konstruksi. Bagian ini akan membahas proses desain secara singkat hingga
mendapatkan kesimpulan desain dan saran dari masing-masing aspek.
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan desain, manfaat penulisan,
ruang lingkup, dan sistematika penulisan.
8
Berisi penjelasan mengenai proyek Senayan Park Lifestyle Center mengenai detail
fungsi bangunan, lokasi proyek, dan lingkup proyek yang menjadi objek desain
pada laporan Tugas Akhir ini.
BAB IV METODOLOGI
Terdiri atas langkah-langkah desain yang dilakukan secara umum dari awal analisis
data-data yang diterima hingga mendapatkan hasil berupa shop drawing elemen
struktural.
BAB X PENUTUP
Terdiri atas kesimpulan dari pengerjaan Tugas Akhir dan saran untuk perancangan
lebih lanjut.
9
Bagian II Pembahasan Aspek Stuktur Atas
II.1 Umum
Bangunan Senayan Park adalah sebuah lifestyle center yang dirancang untuk
menampung kegiatan pusat perbelanjaan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas
dan dapat dimanfaatkan sebagai pusat hiburan, area rekreasi, hingga pusat
kebugaran dan hotel pada bangunan yang terpisah. Luas total bangunan adalah
sekitar 40.000 meter persegi dengan jumlah lantai setinggi 4 lantai dan 2 lantai
basement. Untuk menarik minat dan ketertarikan pengunjung, perlu dipastikan
kenyamanan pengunjung pada kawasan yang didesain dan juga harus diadakan
jaminan keamanan ketika berada di dalam bangunan. Mengingat Senayan Park
yang berlokasi di Jakarta yang termasuk lokasi rawan gempa, maka bangunan ini
diharuskan untuk didesain sebagai bangunan tahan gempa dengan sistem struktur
yang sesuai. Dari dasar-dasar tersebut, akan dilakukan desain elemen struktur yang
menjamin keamanan dengan batasan-batasan yang sesuai dengan standar dan aturan
yang disyaratkan di Indonesia.
Bangunan Senayan Park adalah sebuah lifestyle center yang dirancang untuk
menampung kegiatan pusat perbelanjaan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas
dan dapat dimanfaatkan sebagai pusat hiburan, area rekreasi, hingga pusat
kebugaran dan hotel pada bangunan yang terpisah. Luas total bangunan adalah
sekitar 40.000 meter persegi dengan jumlah lantai setinggi 4 lantai dan 2 lantai
basement. Untuk menarik minat dan ketertarikan pengunjung, perlu dipastikan
kenyamanan pengunjung pada kawasan yang didesain dan juga harus diadakan
jaminan keamanan ketika berada di dalam bangunan. Mengingat Senayan Park
yang berlokasi di Jakarta yang termasuk lokasi rawan gempa, maka bangunan ini
diharuskan untuk didesain sebagai bangunan tahan gempa dengan sistem struktur
yang sesuai. Dari dasar-dasar tersebut, akan dilakukan desain elemen struktur yang
menjamin keamanan dengan batasan-batasan yang sesuai dengan standar dan aturan
yang disyaratkan di Indonesia.
10
II.2.1 Dasar Teori Perencanaan
Dalam perencanaan struktur bangunan tahan gempa didasarkan pada suatu prinsip
bahwa struktur bangunan tahan gempa diperbolehkan untuk terjadi plastifikasi pada
elemen-elemen struktur bangunan tertentu sebagai sarana untuk pendisipasian
energi gempa yang diterima struktur saat terjadinya gempa kuat. Peristiwa ini
dipastikan melalui direduksinya beban gempa dengan dengan suatu faktor
modifikasi respon struktur (faktor R) yang merupakan representasi tingkat daktilitas
yang dimiliki struktur seperti terlihat pada Gambar II.1. Elemen struktur yang
diperbolehkan mengalami plastifikasi harus bersifat daktail dan menyediakan
daerah plastifikasi yang cukup banyak seperti pada elemen balok. Elemen struktur
yang bersifat daktail akan menjadi pendisipasi energi yang baik seperti terlihat pada
kurva histeretik Gambar II.2. Elemen struktur seperti kolom dan dinding geser juga
dapat didesain mengalami plastifikasi, namun bukanlah prioritas utama karena
kedua elemen tersebut memiliki tipe kegagalan yang kurang daktail.
Adapun mekanisme keruntuhan pada struktur beton bertulang dapat terjadi melalui
mekanisme lentur tarik, lentur tekan, geser, tarik diagonal, kegagalan angkur,
kegagalan lekatan tulangan, kegagalan tekan dan lain-lain. Diantara berbagai
mekanisme tersebut, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, mekanisme lentur
tarik merupakan mekanisme yang menghasilkan perilaku paling daktail. Agar
keruntuhan lentur yang terjadi dapat menghasilkan perilaku histeresis yang stabil
maka bentuk keruntuhan lainnya harus diupayakan tidak muncul dalam perilaku
yang dihasilkan. Hal ini hanya dapat dicapai dengan merencanakan elemen-elemen
atau mekanisme-mekanisme yang tidak diinginkan mencapai kapasitasnya dengan
kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kekuatan paling maksimum yang
mungkin termobilisasi pada elemen/mekanisme yang diinginkan mencapai
keruntuhan dengan baik. Perlu dicatat bahwa hierarki keruntuhan yang harus
diperhatikan meliputi:
11
bahan beton. Oleh karena itu, keruntuhan penampang haruslah ditentukan
oleh keruntuhan bahan baja tulangan.
Hierarki atau urutan keruntuhan yang terjadi haruslah sesuai dengan yang
direncanakan, dan untuk menjamin agar hirarki keruntuhan yang diinginkan dapat
terjadi digunakan konsep desain kapasitas dalam proses pedesainan serta detailing
penulangan yang sesuai.
12
Gambar II.1 Kurva gaya inelastik – deformasi
(Sumber: FEMA P-750)
13
Pada konsep desain kapasitas, tidak semua elemen struktur dibuat sama kuat
terhadap gaya dalam yang direncanakan, tetapi ada elemen-elemen struktur atau 10
titik pada struktur yang dibuat lebih lemah dibandingkan dengan yang lain. Hal ini
dibuat demikian agar pada elemen atau titik tersebutlah kegagalan struktur akan
terjadi di saat beban maksimum bekerja pada struktur. Detailing yang benar juga
penting dalam menjamin terjadinya plastifikasi dan sifat yang daktail pada setiap
elemen struktur.
Berdasarkan SNI Beton, sistem struktur dasar penahan beban lateral secara umum
dapat dibedakan atas:
Sistem rangka pemikul momen (SRPM) adalah sistem rangka ruang di mana
komponen-komponen struktur balok, kolom dan join-joinnya menahan gaya-gaya
yang bekerja melalui aksi lentur, geser dan aksial. SRPM dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB): Suatu sistem rangka yang
memenuhi ketentuan-ketentuan SNI Beton pasal 1-20 dan 22, serta Pasal
21.1.2 dan 21.2. Sistem rangka ini pada dasarnya memiliki tingkat daktilitas
terbatas dan hanya digunakan untuk bangunan yang dikenakan masimal
KDS B.
14
biasa juga memenuhi ketentuan-ketentuan Pasal 21.1.2 hingga 21.1.8, Pasal
21.5 hingga 21.8, serta Pasal 21.11 hingga 21.13. Sistem ini memiliki
tingkat daktilitas penuh dan harus digunakan untuk bangunan yang
dikenakan KDS D, E atau F.
Terdapat beberapa prosedur dalam menganalisis beban seismik yang diterima oleh
bangunan. Berikut adalah beberapa prosedur analisis yang biasa digunakan:
15
Prosedur analisis spektrum respons ragam memiliki tingkat kesulitan serta waktu
analisis yang lebih lama daripada prosedur gaya lateral ekivalen. Namun demikian,
hasil analisis lebih akurat dan dapat merepresentasikan ragam getar lainnya dalam
pengaruh partisipasi massa yang diambil hingga mencapai 90% dengan
penjumlahan CQC. Untuk melakukan analisis ini, perlu dibuat dahulu respons
spektrum yang sesuai dengan lokasi bangunan. Pembuatan fungsi respons spektrum
dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah pada SNI 1726:2012 Pasal 6.4.
Prosedur analisis respons ragam diatur dan mengacu pada SNI 1726:2012 Pasal 7.9.
II.3 Metodologi
Pengerjaan tugas akhir ini dilakukan sesuai dengan tujuan dari tugas akhir yang
merupakan tugas akhir desain sehingga metodologi yang disajikan berupa
metodologi desain.
Metodologi desain yang dilakukan dalam pembuatan tugas akhir ini secara umum
dapat dibagi menjadi beberapa tahapan desain. Tahapan desain tersebut antara lain
adalah:
1) Tahap Analisis Gambar Arsitek
16
Tahap ini terdiri dari pencarian data-data primer berupa gambar arsitek dari
bangunan yang telah atau sedang dibangun beserta data umum lainnya
seperti lokasi proyek.
2) Tahap Pemodelan dan Analisa Struktur
Tahap desain struktur terdiri atas pemodelan struktur, analisa struktur
terhadap beban gravitasi dan juga beban seismik untuk diperiksa terhadap
kriteria desain yang ditentukan.
3) Tahap Pendetailan Penulangan dan Gambar
Tahap ini adalah tahap akhir dalam proses desain yang terdiri dari detailing
penulangan untuk elemen-elemen struktural pada bangunan dari kebutuhan
tulangan yang dianalisis dalam tahap analisa struktur.
Analisis gambar arsitek merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk
mendesain suatu bangunan. Insinyur teknik sipil diharuskan untuk dapat mengerti
dengan baik gambar arsitek karena pada hakikatnya bangunan yang dibangun harus
diseuaikan sebisa mungkin dengan kemauan dari owner yang diwakili dengan
desain oleh arsitek. Arsitek biasanya telah memberikan letak akan elemen struktural
seperti kolom dan dinding geser, namun seorang rekayasawan teknik sipil tetap
harus mengidentifikasi letak setiap elemen struktural tersebut untuk dievaluasi
kemudian apakah sudah sesuai dan mungkin untuk didesain.
Dalam tahap analisis ini, keluaran yang diharapkan adalah dapat kesesuaian posisi
dan konfigurasi elemen struktural untuk kemudian ditentukan preliminary design
dari masing-masing elemen struktural tersebut, beserta beban-beban yang akan
digunakan pada keseluruhan bangunan.
17
Software akan melakukan proses iterasi secara otomatis untuk mencari apakah
dimensi penampang sudah cukup untuk menahan beban yang diberikan dan
menghasilkan hasil analisis untuk kemudian dicek terhadap kriteria desain seismik.
Dalam tahap ini, apabila hasil pemodelan menunjukkan adanya bagian yang tidak
memenuhi kriteria desain, maka perlu dilakukan permodelan ulang untuk beberapa
elemen struktural sampai didapatkan hasil yang sudah sesuai. Setelah struktur
memenuhi kriteria desain seismik, elemen struktural ini didetailin g sesuai dengan
SNI 2847:2013.
Karakteristik material beton dan baja tulangan yang digunakan pada struktur beton
bertulang tahan gempa akan sangat mempengaruhi perilaku plastifikasi struktur
yang dihasilkan. Salah satu parameter beton yang paling berpengaruh dalam hal ini
adalah nilai kuat tekan. Berdasarkan SNI Beton Pasal 21.1.4.2, kuat tekan fc’, untuk
material beton yang digunakan pada struktur bangunan tahan gempa sebaiknya
tidak kurang daripada 21 MPa.
18
Berdasarkan SNI Beton Pasal 21.1.5.2, tulangan ulir yang menahan lentur, gaya
aksial atau keduanya yang ditimbulkan oleh gempa, harus memenuhi ASTM
A706M, Mutu 420. Selanjutnya sesuai SNI Beton Pasal 11.4.2 baja tulangan geser
yang digunakan tidak melebihi 420 MPa.
a. Beton
Kekuatan karakteristrik silinder beton (f’c) yang didasarkan atas kekuatan
beton pada umur 28 hari adalah:
Pelat : 30 MPa
Balok Anak : 30 MPa
Balok Induk : 30 MPa
Kolom : 40 MPa
b. Baja Tulangan
Jenis baja tulangan yang digunakan dalam perancangan struktur ini adalah
baja ulir (BJTD 40) dengan tegangan leleh (fy) 420 MPa untuk seluruh
diameter.
II.4.1.2 Sistem Struktur
Penentuan sistem struktur yang digunakan dalam perancangan ini mengacu pada
SNI 1726-2012. Berdasarkan Tabel 1 SNI 1726-2012, kategori resiko untuk
struktur bangunan yang difungsikan sebagai Lifestyle Center termasuk dalam
kategori resiko III, maka berdasarkan Tabel 2 SNI 1726-2012 nilai faktor
keutamaan gempa (I) untuk struktur ini adalah 1,25.
19
Tabel II.1 Kategori Resiko Bangunan SNI 1727:2013
20
(Sumber: SNI 1726:2012)
Untuk lokasi Jakarta nilai Ss dan S1 yang diambil website Puskim adalah sebagai
berikut.
Ss : 0,6 g
S1 : 0,25 g
Telah dilakukan perhitungan dan penentuan parameter tanah pada bidang struktur
bawah yang menyimpulkan bahwa tanah pada lokasi perencanaan merupakan jenis
tanah sedang (SD), sehingga berdasarkan Tabel 4 dan Tabel 5 SNI 1726-2012
didapatkan nilai Fa dan Fv untuk perancangan struktur ini adalah sebagai berikut.
Fa : 1,32
21
Fv : 1,9
Berdasarkan Tabel 6 SNI 1726-2012 maupun Tabel 7 SNI 1726-2012, dari nilai SD1
dan SDS, struktur Senayan Park Lifestyle Center termasuk dalam KDS D. Maka,
bangunan memiliki tingkat resiko kegempaan tinggi. Sehingga, sistem struktur atas
yang dipakai dalam perhitungan struktur adalah Struktur Rangka Pemikul Momen
Khusus (SRPMK).
22
Tabel II.6 Penentuan Kategori Desain Seismik SDS
Dari Tabel 9 pada SNI 1726:2012 untuk Struktur Rangka Beton Bertulang Pemikul
Momen Khusus didapatkan nilai koefisien modifikasi respons (R) sebesar 8,
koefisien kuat lebih sistem (Ω) sebesar 3, dan koefisien pembesaran defleksi (Cd)
sebesar 5,5.
II.4.1.3 Pembebanan
Dalam perancangan struktur Senayan Park Lifestyle Center, jenis-jenis beban yang
diperhitungkan dalam pembebanan struktur antara lain adalah:
23
1. Beban Mati (Dead Load)
Beban mati didefinisikan sebagai berat dari seluruh elemen-elemen
penyusun struktur pada proyek yang antara lain adalah seluruh balok induk,
balok anak, kolom beton, pelat, dan elemen-elemen struktural lainnya ini
akan dihitung secara otomatis dengan bantuan perangkat lunak ETABS
2016 ketika model struktur Senayan Park Lifestyle Center di run, sedangkan
untuk beban mati tambahan atau super-imposed dead load merupakan
beban-beban yang berasal dari elemen non-struktural namun sifatnya tetap,
seperti pelapis atap, pintu, dinding non struktural, dll. Berikut penulis
sampaikan perhitungan dalam penentuan besarnya beban untuk SIDL.
SIDL atap juga akan ditetapkan bebannya namun akan berbeda karena
fungsi dari lantai yang berbeda yaitu sebagai berikut.
24
Tabel II.9 Beban SIDL yang bekerja
SIDL
Material Beban (kN/m2)
Space Keramik 0.84
Lantai B2-4 Ubin Lantai 0.24
Plafon 0.18
MEP 0.1
Bata Ringan 1.8
Roof Tank 1
Roof Genset 0.5
Rumput 0.026
Selain nilai SIDL yang dicantumkan di atas terdapat objek elevator dan
eskalator yang juga perlu diperhitungkan dalam bangunan Senayan Park
Lifestyle Center ini. Untuk beban eskalator dengan mengasumsikan
escalator yang digunakan berjenis Schindler 9300 tipe 10.30-K yang dapat
mencapai ketinggian maksimum antar lantai sejauh enam meter, ditentukan
support load escalator adalah 61 kN. Sedangkan untuk elevator atau lift,
diasumsikan digunakan jenis counterweighted elevator, sehingga beban
yang diangkat adalah sekitar 60% dari kapasitas maksimum (sekitar 2200
kg), sehingga beban yang dikenakan oleh elevator atau lift adalah sebesar
1320 kg atau 13,2 kN.
Beban mati berikutnya yang perlu diperhatikan pada bangunan ini adalah
beban lateral tanah. Dalam perancangan struktur di bawah tanah, harus
diperhatikan tekanan lateral tanah di sampingnya, beban tanah lateral
rencana dapat digunakan sesuai dengan SNI 1727:2013 pada tabel 3.2-1
seperti di bawah ini.
25
Tabel II.10 Beban Tanah Lateral Rencana
Dari data tanah yang didapatkan, setelah dilakukan klasifikasi jenis tanah,
tanah pada proyek Senayan Jakarta Lifestyle Center adalah jenis Lanau
Lempung (ML), sehingga sesuai dengan tabel di atas, beban tanah lateral
rencana sebesar 13,35 kN/m2. Dikarenakan adanya muka air tanah dimulai
dari kedalaman 6 m, maka beban lateral rencana harus ditambahkan sebesar
tekanan air tanah tersebut. Karena tekanan air sendiri tidak konstan dan
tergantung dengan kedalamannya, maka digunakan pendekatan rata-rata
sesuai dengan perhitungan sebagai berikut.
𝑘𝑔 𝑚
Tekanan air maksimum = gh = 1000 𝑥 10 𝑥 2m
𝑚3 𝑠2
𝑘𝑁
Tekanan air maksimum = 20
𝑚2
26
Untuk mempermudah assign beban pada ETABS maka digunakan nilai
𝑘𝑁
tekanan air rata-rata sebesar (dari kedalaman 6 meter hingga 8 meter) 10 𝑚2
Live Load
Fungsi Ruangan Merata (kN/m2)
Koridor dan Jalur Pejalan kaki 4,79
Supermarket 6
Lantai 1 4,79
Retail Komersil
Lantai atas 3,59
Restoran/Kafe 4,79
Bioskop & Karaoke 3,59
Musholla, Toilet 4,79
Tempat Parkir 1,92
Atap 0,96
5. Beban Gempa
Beban horizontal gempa yang digunakan dihitung berdasarkan atas “Tata
Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan
Non Gedung” SNI 1726-2012. Perencanaan gempa akan menggunakan
analisis ragam respon spektra dengan perangkat lunak ETABS 2016 dan
27
perencanaan kekuatan kolom akan direncanakan terhadap gaya-gaya yang
bekerja dengan memperhatikan konsep Desain Kapasitas.
Parameter respons spektral percepatan desain pada perioda pendek (SDs) dan
perioda 1 detik (SD1) pada lokasi Senayan Park didapatkan setelah
disesuaikan dengan peta gempa dan jenis tanah, seperti yang telah dilakukan
pada subbab V.1.1.2. Berikut adalah parameter respons spektral percepatan
desain yang didapatkan setelah dilakukan perhitungan sesuai dengan
langkah perhitungan pada SNI 1726:2012 pasal 6.
28
Tabel II.13 Parameter Seismik
Parameter Seismic
Variabel Nilai
PGA (g) 0,361
CRS 0,995
CR1 0,941
FPGA 1,139
PSA (g) 0,411
SDS (g) 0,528
SD1 (g) 0,320
T0 (detik) 0,121
TS (detik) 0,606
(Sumber: Puskim)
Nilai-nilai yang telah dihitung ini akan dimasukkan ke dalam respons
spektrum pada perangkat lunak ETABS untuk diperhitungkan. Dari
parameter tersebut dapat digambarkan spektrum respons sebagai berikut.
6. Beban Hujan
Beban hujan akan dihitung dan dibebankan pada struktur atap dari Senayan
Park Lifestyle Center. Nilai dari beban hujan ditetapkan sebesar 0,4 kN/m2
sesuai dengan aturan pembebanan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung 1983 (PPIUG’83).
29
7. Beban Angin
Perhitungan beban angin dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang
tertera pada Tabel 27.5-1 pada SNI 1727-2013 dengan menentukan
kecepatan angin dasar terlebih dahulu.
Beban angin adalah beban yang memiliki berbagai sifat arah, yaitu tiup dan hisap.
Beban angin juga dapat bersifat horizontal maupun vertikal yang bekerja pada
elemen-elemen sruktur yang antara lain pada elemen kolom dan atap struktur yang
berupa pelat atau gording baja. Selain itu, beban angin merupakan beban yang
sifatnya merata secara trapezoidal, dimana semakin tinggi elevasi bangunan dari
permukaan tanah maka beban angin yang terjadi juga semakin besar.
Tahap-tahap perhitungan beban angin rencana untuk kondisi beban ultimit akan
dipaparkan pada penjelasan berikut ini.
30
Penetapan sistem struktur Senayan Park Lifestyle Center dilakukan sesuai dengan
tabel 1.5-1 pada SNI 1727:2013 dan disimpulkan bahwa kategori resiko bangunan
ini termasuk ke dalam kategori resiko III.
Langkah 2: Menentukan kecepatan angin dasar
Kecepatan angin dasar ditentukan sebesar 64,82 km/jam dari sumber BMKG.
Langkah 3: Menentukan parameter-parameter beban angin.
Dari tabel-tabel yang terdapat pada SNI 1727-2013 pasal 26, didapatkan parameter-
parameter beban angin untuk Senayan Park Lifestyle Center adalah seperti yang
tertera pada tabel di bawah ini.
Kd 0,85
Kategori Kekasaran Permukaan B
Kategori Eksposur C
Faktor Topografi (Kzt) 1
Faktor Efek Tiupan Angin (G) 0,85
Klasifikasi Keterbukaan Tertutup Sebagian
Koefisien Tekanan Internal (GCPi) 0,55
64,82
Kecepatan Angin Dasar
18,01
31
Tabel II.16 Parameter z, zg, dan a
z 20,8 m
zg 274,32 m
a 9,5
Nilai Kz atau Kh dihitung dengan berbagai nilai elevasi yang terdapat pada Senayan
Park Lifestyle Center. Dalam perhitungan beban angin untuk struktur atas Senayan
Park Lifestyle Center, diambil beberapa nilai elevasi bangunan yang berpengaruh
dalam perhitungan beban angin, yaitu pada elevasi 0 meter, 5 meter, 10 meter, 15
meter, dan 20 meter. Nilai Kz atau Kh dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan di bawah ini.
2
𝑧 𝛼
𝐾𝑧 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾ℎ = 2,01 𝑥 ( )
𝑧𝑔
Berikut adalah contoh perhitungan nilai Kz atau Kh untuk elevasi 5 meter.
2
5 9,5
𝐾𝑧 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾ℎ = 2,01 𝑥 ( )
274,32
𝐾𝑧 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾ℎ = 0,865
Dengan cara yang sama untuk tiap elevasi tinjauan, didapatkan nilai Kz atau Kh
adalah sebagai berikut.
Elevasi Kz & Kh
0 0
5 0,865028218
10 1,000933006
15 1,090126394
20 1,158189829
32
Contoh perhitungan nilai qz untuk elevasi 5 meter adalah:
1000 2
𝑞𝑧 = 0,928 𝑥 1 𝑥 0,85 𝑥 (64,82 𝑥 )
3600
𝑞𝑧 = 146,1965 𝑁/𝑚2
Dengan cara yang sama, diperoleh nilai qz untuk setiap elevasi tinjauan adalah
sebagai berikut.
Elevasi qz (N/m2)
0 0
5 146,1965421
10 169,1655155
15 184,2398963
20 195,7431498
33
Tabel II.19 Koefisien Tekanan Atap (Cp)
Gedung 1 Gedung 2
h (m) 20 20
L (m) 36 36
B (m) 156 72
h/L 0,56 0,56
L/B 0,231 0,5
Dengan nilai L/B dan h/L di atas, didapatkan nilai Cp untuk gedung zona 1 adalah
sebagai berikut.
Gedung 1 Gedung 2
L/B atau h/L Cp L/B atau h/L Cp
Dinding Angin Datang Tanpa Batas 0,8 Tanpa Batas 0,8
Dinding Angin Pergi 0,230769231 -0,5 0,5 -0,5
Dinding Tepi Tanpa Batas -0,7 Tanpa Batas -0,7
Atap 0,56 -0,5 0,56 -0,5
34
Langkah 7: Menghitung tekanan angin maksimum (P).
Nilai P akan bertambah seiring dengan bertambahnya elevasi bangunan. Maka dari
itu, nilai P perlu dihitung berdasarkan elevasi-elevasi yang berbeda. Elevasi-elevasi
yang digunakan dalam perhitungan nilai P adalah elevasi-elevasi tinjauan yang
sama ketika menghitung nilai qz.
Tekanan angin itu sendiri terbagi menjadi tekanan angin eksternal (Pe) dan tekanan
angin internal (Pi). Sedangkan tekanan angin maksimum (P) dapat diperoleh
dengan menjumlahkan nilai dari tekanan angin eksternal dengan nilai dari tekanan
angin internal. Nilai dari Pe dan Pi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
di bawah ini.
𝑃𝑒 = 𝑞𝑧 𝑥 𝐺 𝑥 𝐶𝑝
𝑃𝑖 = 𝑞𝑖 𝑥 𝐺𝐶𝑃𝑖
Dimana nilai qi adalah nilai maksimum qz.
Contoh perhitungan nilai P untuk dinding tepi pada gedung 1 akan dipaparkan di
bawah ini.
𝑃𝑒 = 195,74 𝑥 0,85 𝑥 (−0,7)
𝑃𝑒 = −116,47 𝑁/𝑚2
𝑃𝑖 = 195,74 𝑥 0,55
𝑃𝑖 = 107,66 𝑁/𝑚2
𝑃 = 𝑃𝑒 + 𝑃𝑖
𝑃 = −8,8 𝑁/𝑚2
Dengan cara yang sama, diperoleh nilai P untuk setiap gedung pada setiap elevasi
dan setiap permukaannya seperti pada tabel-tabel di bawah ini.
Gedung 1
Elevasi qz (N/m2) G Cp GCPi External Pressure Internal Pressure Max Pressure (N/m2)
0 0 0,85 0,8 0,55 0 0 0
5 146,20 0,85 0,8 0,55 99,41 80,41 179,82
Dinding Angin Datang 10 169,17 0,85 0,8 0,55 115,03 93,04 208,07
15 184,24 0,85 0,8 0,55 125,28 101,33 226,62
20 195,74 0,85 0,8 0,55 133,11 107,66 240,76
Dinding Angin Pergi All 195,74 0,85 -0,5 0,55 -83,19 107,66 24,47
Dinding Tepi All 195,74 0,85 -0,7 0,55 -116,47 107,66 -8,81
Atap 20 195,74 0,85 -0,5 0,55 -83,19 107,66 24,47
35
Tabel II.23 Tekanan Angin Maksimum Gedung 2
Gedung 2
Elevasi qz (N/m2) G Cp GCPi External Pressure Internal Pressure Max Pressure (N/m2)
0 0 0,85 0,8 0,55 0 0 0
5 146,20 0,85 0,8 0,55 99,41 80,41 179,82
Dinding Angin Datang 10 169,17 0,85 0,8 0,55 115,03 93,04 208,07
15 184,24 0,85 0,8 0,55 125,28 101,33 226,62
20 195,74 0,85 0,8 0,55 133,11 107,66 240,76
Dinding Angin Pergi All 195,74 0,85 -0,5 0,55 -83,19 107,66 24,47
Dinding Tepi All 195,74 0,85 -0,7 0,55 -116,47 107,66 -8,81
Atap 20 195,74 0,85 -0,5 0,55 -83,19 107,66 24,47
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa beban angin dihitung baik dalam
kondisi ultimit maupun kondisi layan. Cara perhitungan beban angin untuk kondisi
layan adalah sama dengan cara perhitungan beban angin untuk kondisi ultimit.
Namun, kecepatan angin dasar yang digunakan dalam perancangan beban angin
kondisi layan adalah sebesar 115,2 km/h.
Di bawah ini ditampilkan hasil rekapitulasi dari seluruh perhitungan beban angin
untuk Senayan Park Lifestyle Center.
Gedung 1
Elevasi P max (kN/m2)
0 0,0000
5 0,1798
Dinding Angin Datang 10 0,2081
15 0,2266
20 0,2408
Dinding Angin Pergi All 0,0245
Dinding Tepi All -0,0088
Atap 20 0,0245
36
Tabel II.25 Tekanan Angin Ultimit Gedung 2
Gedung 2
Elevasi P max (kN/m2)
0 0,0000
5 0,1798
Dinding Angin Datang 10 0,2081
15 0,2266
20 0,2408
Dinding Angin Pergi All 0,0245
Dinding Tepi All -0,0088
Atap 20 0,0245
Nilai ρ adalah nilai redundansi struktur yang diasumsikan sebesar 1,3 untuk
sementara, dan akan diperiksa pada bagian selanjutnya.
37
Framing perlu dilakukan karena denah arsitektural yang disediakan hanya
menunjukkan posisi dari kolom, dan tidak menunjukkan posisi elemen struktural
lainnya. Di bawah ini akan ditunjukkan gambar hasil framing dari bangunan
Senayan Park.
38
Gambar II.5 Framing Lantai 1-4
Perlu diperhatikan akan diadakan penambahan kolom pada posisi dengan lingkaran
merah pada gambar framing di atas, dengan alasan karena terlalu jauhnya bentang
balok yang akan terjadi jika tidak ada penambahan kolom pada posisi tersebut, yaitu
bentang hingga 20 m. Penambahan kolom ini dipastikan tidak akan mengganggu
rute jalur pejalan kaki di dalam bangunan ini dan tidak mengurangi estetika dari
bangunan secara signifikan, karena sudah terdapat kolom yang segaris dengan
kolom yang ditambahkan tersebut.
II.4.2.2 Perencanaan dimensi balok
Perencanaan awal dimensi balok didasarkan kepada bentang dari balok. Pada
gedung ini, bentang terpanjang untuk balok induk adalah sebesar 12.000 mm, yang
merupakan jarak antar kolom vertikal pada konfigurasi lantai struktur di bagian
tengah. Sedangkan untuk bentang terpanjang untuk balok anak adalah sebesar 4.000
mm, sesuai dengan framing yang telah dilakukan.
39
Didasarkan pada tabel 9.5(a) pada SNI, dilakukan preliminary desain sebagai
berikut.
𝐿 12000
𝐻𝑚𝑖𝑛 = = = 800 𝑚𝑚
15 15
Karena alasan terlalu tebelnya H min yang ditentukan, maka diputuskan untuk
diambil H = 800 mm. Berdasarkan SNI Beton Struktural, lebar balok diambil
minimal
𝐻 800
𝐵𝑚𝑖𝑛 = = = 400 𝑚𝑚
2 2
Diambil B = 400 mm. Maka, dimensi balok induk sebesar 800 mm × 400 mm.
𝐿 6000
𝐻𝑚𝑖𝑛 = = = 375 𝑚𝑚
16 16
Diambil H = 600 mm. berdasarkan SNI Beton Struktural, lebar balok diambil
minimal
𝐻 600
𝐵𝑚𝑖𝑛 = = = 300 𝑚𝑚
2 2
40
Diambil B = 350 mm untuk memenuhi syarat lebar balok minimum pada pasal 21
untuk persyaratan struktur tahan gempa rangka momen khusus. Maka, dimensi
balok induk sebesar 600 mm × 350 mm.
Hasil preliminary ini digunakan untuk seluruh balok yang terdapat pada bangunan
Senayan Park Lifestyle Center secara umum pada tiap lantainya, namun terdapat
beberapa bagian khusus yang perlu diperhatikan lebih lanjut seperti yang
dicantumkan di bawah ini.
Balok Anak
Balok Induk
Kolom
41
posisi tersebut atau dengan mengubah framing dan memasang balok yang miring
(tidak sejajar dengan grid yang telah ditentukan).
Dengan pertimbangan dari bentang balok yang tidak terlalu jauh dan akan terlalu
mengganggu apabila dipasang kolom, dan juga pertimbangan akan diluruskannya
balok yang membentuk sudut tumpul dengan titik tersebut, maka diputuskan akan
dilanjutkan dengan desain denah seperti gambar di atas.
Balok Anak
Kolom Alternatif
Desain
Balok Induk
Gambar II.7 Denah daerah yang bermasalah di Lt. Atas (balok dan kolom)
Gambar di atas menunjukkan keadaan bentangan yang sangat jauh (16 meter) tanpa
adanya kolom yang membagi daerah tersebut ditambah dengan keberadaan void
yang mengharuskan dilakukan pilihan antara beberapa alternatif sebagai berikut.
42
Tetap mengikuti desain dari denah akan mengakibatkan dibutuhkannya
𝐿 16000
balok berukuran 𝐻𝑚𝑖𝑛 = 15 = = 1066,67 𝑚𝑚 untuk balok induk dan
15
𝐿 4000
akan dibutuhkan balok-balok kantilever dengan 𝐻𝑚𝑖𝑛 = 8 = =
8
500 𝑚𝑚
Penambahan Kolom pada bagian yang ditandai dengan warna merah, dan
menghubungkan balok pada bagian tersebut yang akan mengakibatkan tidak
adanya balok kantilever, dan bentangan terjauh balok induk dan balok anak
menjadi sekitar 8 m dan 4 m yang akan menghasilkan desain balok yang
sudah sesuai dengan preliminary desain sebelumnya, sehingga tidak perlu
dilakukan desain khusus lagi.
Pembentukan framing yang seperti pada gambar dengan garis berwarna
biru. Alternatif yang ini akan menghilangkan balok-balok kantilever dan
𝐿 8000
menyebabkan ukuran balok 𝐻𝑚𝑖𝑛 = 15 = = 533,33 𝑚𝑚, namun akan
15
43
3. Daerah Void Eskalator
Balok Anak
Kolom
Balok Induk
Alternatif
Desain
Gambar II.8 Denah daerah yang bermasalah di Lt. Atas (balok dan kolom)
Penambahan kolom pada sekeliling void seperti yang ditandai dengan warna
merah, dan menghubungkan balok pada bagian tersebut yang akan
menghilangkan keberadaan balok kantilever, dan bentangan terjauh baik
balok induk dan balok anak menjadi sekitar 8 m dan 4 m yang akan
menghasilkan desain balok yang sudah sesuai dengan preliminary desain
sebelumnya, sehingga tidak perlu dilakukan desain khusus lagi.
Pembentukan framing yang seperti pada gambar dengan garis berwarna
biru. Alternatif yang ini akan menghilangkan balok-balok kantilever dan
𝐿 8000
menyebabkan ukuran balok 𝐻𝑚𝑖𝑛 = 15 = = 533,33 𝑚𝑚, namun akan
15
Sama dengan pertimbangan untuk bagian khusus yang kedua, yaitu dengan
pertimbangan penambahan kolom akan mengurangi estetika dari bangunan yang
akan dibangun, maka ditentukan akan dibangun dengan menggunakan alternatif ke
44
3, namun karena bentang yang terlalu jauh, maka disarankan untuk tetap mendesain
balok yang mengarah kearah void sebagai balok kantilever, dengan desain seperti
balok induk tipikal (karena tebal dibutuhkan 675 mm hampir sama dengan tebal
balok induk tipikal 800 mm). Untuk penyederhanaan penulisan, mulai sekarang
daerah ini akan disebut sebagai daerah void jenis 2.
II.4.2.3 Perencanaan dimensi pelat
Pelat yang digunakan pada Senayan Park Lifestyle Center adalah pelat dua arah
dengan balok, perencanaan awal dimensi pelat dilakukan berdasarkan SNI Beton
Struktural pasal 9.5.3.3 dengan syarat dan langkah sebagai berikut.
45
Bentang Terpanjang 5500 mm
Preliminary Pelat Dua Arah Dipilih (mm)
1
h min 134,44 90 140
αfm (anak-anak-anak-anak) 12,74
αfm (induk-anak-anak-anak) 12,96
αfm (induk-induk-anak-anak) 19,46
Karena dari perhitungan di atas, nilai seluruh αfm > 2 sudah terpenuhi
syaratnya, maka preliminary design pelat dinyatakan selesai dengan nilai h
= 140 mm.
Sebagai tambahan informasi, pelat dengan tebal 140 mm apabila digunakan sebagai
𝑙
pelat kantilever, akan diperbolehkan untuk bentang sebesar = 140 mm
10
didapatkan 𝑙 = 1400 𝑚𝑚, sehingga bentang pelat kantilever dengan tebal seperti
di atas boleh untuk bentang sekitar 1 m.
II.4.2.4 Perencanan dimensi kolom
Tipikal kolom dibagi menjadi 2 tipe kolom dengan pertimbangan jumlah lantai
bangunan gedung Senayan Park Lifestyle Center yang akan dibangun cukup tinggi
dan dengan dibaginya tipe kolom dapat mengurangi biaya proyek cukup besar.
Untuk mencari panjang sisi penampang kolom, dicari luas minimum kolom agar
dapat menahan beban tekan yang bekerja di atasnya. Luas minimum tersebut dicari
dengan rumus berikut:
𝑃𝑢
𝐴𝑔 ≥
0,35𝑓𝑐 ′
Dengan:
46
𝑘𝑙𝑢 𝑘𝑙𝑢
𝜆= ≈ ≤ 22
𝑟 0,3𝑠
Dengan:
Tributary area yang digunakan adalah tributary area terbesar, yaitu yang terletak
pada bagian tengah bangunan. Dipilih bagian tributary area adalah daerah dengan
jarak kolom terbesar yaitu sejauh 12000 mm.
Besar tributary area adalah (6+4) m × (6+4) m = 100 m2. Gunakan perhitungan
beban tekan.
𝑃𝑢 = 1,2 𝐷𝐿 + 1,6 𝐿𝐿
Dari perhitungan beban yang disajikan pada lampiran, diambil beban yang
berhubungan dengan kolom yang didesain sesuai dengan lantainya. Dari beban
tersebut dihitung beban ultimit Pu, dan ditentukan dimensi dari kolom. Akan
dilakukan sedikit iterasi karena nilai Pu bergantung pada dimensi kolom yang
dipilih, dan dimensi kolom yang dipilih bergantung pada nilai Pu. Hasil perhitungan
dimensi rencana kolom untuk seluruh bangunan berupa tipe 1 dan tipe 2 Senayan
Park Lifestyle Center adalah sesuai dengan tabel berikut.
47
Preliminary Kolom Tipe 1 (Lt.1-4)
Pu 6469 kN
Ag min 462071,4286 mm2
bmin = hmin 679,7583604 mm
bpilih = hpilih 700 mm
Cek Kelangsingan
k 0,65
lu 5000 mm
r 210 mm
λ 15,47619048
CEK OK
Cek Kelangsingan
k 0,65
lu 4800 mm
r 255 mm
λ 12,23529412
CEK OK
Walaupun nilai syarat seluruh kolom dengan dimensi yang dicantumkan di
atas telah terpenuhi, namun kolom yang dalam permodelan diubah menjadi
ukuran 850 x 650 untuk kolom tipe 1 dan 1000 x 750 untuk kolom tipe 2.
Penjelasan pertimbangan perubahan dimensi kolom ini akan dijelaskan
lebih lanjut pada bab V.1.3 tepatnya pada subbab V.I.3.2 mengenai
pengecekan modal participating mass ratio.
Jadi, hasil preliminary design untuk masing-masing komponen struktur
pada bangunan Senayan Park Lifestyle Center adalah seperti pada tabel
berikut.
48
Hasil Preliminary Design Komponen Struktural
B (mm) H (mm)
Balok Induk 400 800
Balok Anak 350 600 B baru (mm) H baru (mm)
Kolom Tipe 1 700 700 850 650
Kolom Tipe 2 850 850 1000 750
h (mm)
Pelat 140
49
II.4.3 Permodelan Struktur
Pemodelan struktur atas ini dilakukan asumsi bahwa perletakan struktur adalah
terkekang penuh. Sistem pelat yang digunakan merupakan pelat dua arah dengan
diafragma kaku. Gambar 3D pemodelan struktur atas Senayan Park Lifestyle Center
yang telah dikerjakan pada ETABS 2016 dapat dilihat rinciannya pada gambar-
gambar di bawah ini.
50
Gambar II.9 Pemodelan ETABS 2016 Lantai Tipikal
51
Gambar II.11 Pemodelan ETABS 2016 Tampak 3D
Modal Participating mass ratios adalah sebuah nilai yang menunjukkan ukuran
jumlah energi yang terkandung dalam beberapa keadaan mode shape yang dianggap
mewakili dari bangunan. Nilai energi ini menunjukkan masing-masing seberapa
besar berpengaruhnya suatu mode shape yang dipertimbangkan terhadap respons
struktur. Nilai inilah yang harus melebihi 90% agar dianggap pertimbangan yang
dilakukan sudah dianggap mewakili respons struktur secara keseluruhan.
52
Berikut ini adalah hasil modal participating mass ratios yang didapatkan dari
ETABS pada gedung yang dimodelkan.
Period
Case Mode UX UY Sum UX Sum UY RZ Sum RZ
sec
Modal 1 1,11 0,004 0,2643 0,004 0,2643 0,2911 0,2911
Modal 2 1,062 0,3296 0,134 0,3336 0,3983 0,0674 0,3585
Modal 3 1,013 0,2135 0,1486 0,5471 0,547 0,1778 0,5363
Modal 4 0,358 0 0,0566 0,5471 0,6036 0,0291 0,5654
Modal 5 0,345 0,0605 0,007 0,6076 0,6106 0,0079 0,5733
Modal 6 0,328 0,0182 0,0188 0,6259 0,6293 0,0366 0,6099
Modal 7 0,204 0,0009 0,0186 0,6267 0,6479 0,0137 0,6236
Modal 8 0,197 0,0215 0,008 0,6482 0,6559 0,0007 0,6242
Modal 9 0,188 0,0073 0,0066 0,6556 0,6624 0,013 0,6372
Modal 10 0,147 0,0013 0,0051 0,6569 0,6675 0,004 0,6412
Modal 11 0,143 0,0061 0,0058 0,663 0,6733 2,39E-05 0,6412
Modal 12 0,137 0,0023 0,0013 0,6652 0,6746 0,0049 0,6461
Modal 13 0,089 0,0363 0,1889 0,7015 0,8635 0,0459 0,692
Modal 14 0,067 0,2407 0,0617 0,9422 0,9253 0,0029 0,695
Modal 15 0,058 0,026 0,0425 0,9682 0,9678 0,2725 0,9675
Walaupun syarat dari jumlah translasi Ux, Uy, dan Rz telah terpenuhi nilai 90%nya,
namun masih terdapat syarat yang belum terpenuhi yaitu syarat yang menetapkan
bahwa mode 1 dan 2 harus bersifat translasi. Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa
nilai RZ pada mode 1 masih lebih besar daripada nilai Uy, maka disimpulkan bahwa
model belum memenuhi syarat.
53
Gambar II.12 Local Axis Kolom
Dengan perubahan dimensi dan arah kolom, pengecekan modal participating mass
ratio dilakukan kembali dengan program ETABS, dan kemudian menghasilkan
tabel di bawah ini yang sudah memenuhi ke 2 syarat.
Period
Case Mode UX UY Sum UX Sum UY RZ Sum RZ
sec
Modal 1 1,208 0,3066 0,0043 0,3066 0,0043 0,2217 0,2217
Modal 2 1,124 0,1184 0,335 0,4251 0,3392 0,0868 0,3085
Modal 3 1,021 0,1252 0,2073 0,5503 0,5465 0,2293 0,5378
Modal 4 0,397 0,0492 0,0002 0,5995 0,5467 0,0211 0,5589
Modal 5 0,369 0,0112 0,0485 0,6107 0,5952 0,0135 0,5723
Modal 6 0,322 0,0163 0,0361 0,627 0,6313 0,0403 0,6126
Modal 7 0,232 0,016 0,0001 0,643 0,6313 0,0074 0,62
Modal 8 0,212 0,0048 0,0161 0,6478 0,6475 0,005 0,625
Modal 9 0,176 0,0076 0,0207 0,6554 0,6682 0,0163 0,6413
Modal 10 0,172 0,0045 9,77E-06 0,6599 0,6682 0,0022 0,6435
Modal 11 0,155 0,0015 0,0047 0,6614 0,6729 0,0017 0,6452
Modal 12 0,122 0,0035 0,0124 0,6649 0,6853 0,0073 0,6525
Modal 13 0,087 0,0349 0,1805 0,6998 0,8658 0,0369 0,6893
Modal 14 0,067 0,245 0,0611 0,9448 0,9268 0,0023 0,6916
Modal 15 0,058 0,024 0,0415 0,9688 0,9683 0,2763 0,968
54
II.5.2 Pengecekan Kriteria Desain Seismik
Kriteria desain seismik merupakan beberapa kriteria atau persyaratan yang harus
dipenuhi, sesuai dengan peraturan, untuk mendesain suatu bangunan tahan gempa.
Di Indonesia, kriteria desain seismik ini dicantumkan dalam SNI 1726:2012 dan
sebagai acuan lain didapat dari ASCE 7-10. Kriteria desain seismik yang perlu
ditinjau dibahas pada subbab-subbab sebagai berikut.
II.5.2.1 Perioda Fundamental dan Skala Gaya Gempa
Tabel II.35 Koefisien untuk Batas Atas pada Perioda yang dihitung
55
Tabel II.36 Nilai Parameter Perioda Pendekatan
𝑇𝑎 minimum = 𝐶t 𝑥 hnx
𝑇𝑎 minimum = 0,0466 × 20.80.9 = 0,715𝑠
𝑇𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 = 𝐶𝑢 𝑥 𝑇𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑇𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 = 1,4 × 0,715 = 1,001𝑠
Dari perangkat lunak ETABS 2016 perioda fundamental (Tc), diperoleh nilai
periode arah x dan arah y masing-masing sebesar 1,208 s dan 1,124 s. Periode yang
digunakan dalam perhitungan akan bergantung pada syarat berikut:
Jika Tc > Ta maksimum, maka T = Ta maksimum
Jika Ta minimum < Tc < Ta maksimum, maka T = Tc
Jika Tc < Ta minimum, maka T = Ta minimum
Berdasarkan syarat diatas, digunakan nilai Tx dan Ty sebesar 1,001 s. Nilai periode
fundamental ini digunakan untuk menghitung nilai Vs (static base shear) untuk
kemudian dibandingkan dengan Vd (dynamic base shear) sesuai dalam SNI
1726:2012 Pasal 7.9.4.1. Jika Vd < 0,85 Vs, maka gaya harus dikalikan oleh suatu
56
faktor pengali (scale factor). Perhitungan Vs dilakukan sesuai dengan SNI
1726:2012 Pasal 7.8, yaitu prosedur gaya lateral ekivalen.
𝑆𝐷1
𝐶𝑠 =
𝑅
𝑇 (𝐼 )
𝑒
0,32
𝐶𝑠(𝑥) = 𝐶𝑠(𝑦) = = 0,0499
8
1,001 ( )
1,25
Nilai Cs arah x maupun arah y hitung tidak perlu melebihi nilai dari persamaan
berikut ini:
𝑆𝐷𝑆
𝐶𝑠 𝑚𝑎𝑥 =
𝑅
(𝐼 )
𝑒
0,528
𝐶𝑠 𝑚𝑎𝑥 = = 0,0825
8/1,25
Cs arah x maupun arah y tidak diperbolehkan kurang dari persamaan berikut ini:
Nilai Cs(x) dan Cs(y) yang digunakan untuk perhitungan nantinya bergantung pada
syarat-syarat berikut:
Jika Cs > Cs maksimum, maka Cs = Cs maksimum
Jika Cs minimum < Cs < Cs maksimum, maka Cs = Cs
Jika Cs < Cs minimum, maka Cs = Cs minimum
57
Karena Cs yang dihitung lebih besar dari Cs maksimum, maka Cs yang digunakan
adalah Cs maksimum sebesar 0,0499. Seluruh perhitungan dilakukan pada excel
dan disajikan pada tabel sebagai berikut.
Nilai scale factor ini tidak dapat langsung digunakan karena perlu dikalikan dengan
𝐼𝑒
faktor 𝑔 × 𝑅 , sehingga:
0,85𝑥29.000 1,25 m mm
SFx = 𝑥 9,8 𝑥 = 1,901 𝑠2 = 1903
19.850 8 𝑠2
0,85𝑥29.000 1,25 m mm
SFy = 𝑥 9,8 𝑥 = 2,026𝑠2 = 2028
18.625 8 𝑠2
58
Kesimpulan perhitungan Vs dan nilai faktor pengali dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini.
59
Gambar II.13 Grafik Penskalaan Gaya Gempa
II.5.2.2 Simpangan Antar Lantai (Interstory Drift)
Penentuan simpangan antar lantai tingkat desain () harus dihitung sebagai
perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau.
Apabila pusat massa tidak terletak segaris dalam arah vertikal, diizinkan untuk
menghitung defleksi di dasar tingkat berdasarkan proyeksi vertikal dari pusat massa
tingkat diatasnya. Jika desain tegangan izin digunakan, harus dihitung
menggunakan gaya gempa yang ditetapkan dalam pasal 7.8 SNI 1726:2012 tanpa
60
reduksi untuk desain tegangan izin. Ilustrasi simpangan yang terjadi pada bangunan
dapat dilihat pada gambar berikut:
Dimana:
Cd = Faktor amplifikasi
xe = Defleksi pada lokasi yang disyaratkan ditentukan dengan analisis elastis
Ie = Faktor keutamaan gempa
61
Dari tabel di atas, untuk kategori risiko III, dan untuk jenis struktur “semua struktur
lainnya” (karena tidak memenuhi ke-3 definisi struktur pada tabel), maka:
Simpangan ijin = 0,015 x hsx.
Sesuai dengan SNI 1726:2012 yang mensyaratkan simpangan antar lantai tingkat
desain (𝛿) tidak boleh melebihi simpangan antar lantai izin (𝛿a) tersebut, maka
dilakukan pengecekan data story drift untuk masing-masing arah x dan arah y yang
didapatkan dari ETABS. Untuk arah x, digunakan beban kombinasi maksimum
gempa x dan maksimum gempa y untuk arah y. Setelah nilai story drift didapatkan,
nilai tersebut dikalikan dengan Cd/Ie dan didapatkan nilai simpangan per lantai
yang kemudian dibandingkan dengan nilai simpangan antar lantai izin. Dari
perangkat lunak ETABS dapat diilustrasikan simpangan yang terjadi sebagai
berikut.
Gambar II.15 Ilustrasi Story Drift pada Senayan Park Lifestyle Center
Contoh Perhitungan disajikan untuk lantai atap bangunan:
𝛿 𝑖𝑧𝑖𝑛=0.015 𝑥 5000 = 75 𝑚𝑚
𝛿 = 4,747 𝑚𝑚 < 𝛿𝑖𝑧𝑖𝑛 = 75 𝑚𝑚 (𝑶𝑲)
62
Berikut ini hasil perhitungan simpangan dan pengecekannya terhadap simpangan
izin untuk arah x dan y.
Story Drift
Story Direction (mm) ijin (mm) CEK
xe(mm)
Atap X 1,079 4,747 75 Syarat Terpenuhi
Atap Y 1,144 5,033 75 Syarat Terpenuhi
Lantai 4 X 1,923 8,461 75 Syarat Terpenuhi
Lantai 4 Y 1,952 8,587 75 Syarat Terpenuhi
Lantai 3 X 2,374 10,446 75 Syarat Terpenuhi
Lantai 3 Y 2,362 10,392 75 Syarat Terpenuhi
Lantai 2 X 1,854 8,155 75 Syarat Terpenuhi
Lantai 2 Y 1,785 7,854 75 Syarat Terpenuhi
Lantai 1 X 0,052 0,229 72 Syarat Terpenuhi
Lantai 1 Y 0,072 0,315 72 Syarat Terpenuhi
Basement 1 X 0,042 0,183 60 Syarat Terpenuhi
Basement 1 Y 0,056 0,244 60 Syarat Terpenuhi
Base 0
Efek P-Delta adalah suatu feomena yang terjadi akibat perbesaran gaya yang terjadi
akibat defleksi/eksentrisitas pusat massa dari masing-masing lantai struktur.
63
Pengaruh P-delta ditentukan dengan menghitung nilai koefisien stabilitas (θ) yang
merupakan acuan untuk menentukan kestabilan bangunan terhdap P-Delta. Nilai ini
dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
PxΔIe
θ=
VxhxxCd
Dimana:
θ = koefisien stabilitas.
Px = beban desain vertikal total pada dan diatas tingkat x (kN).
Dalam menghitung Px, faktor beban individu tidak perlu melebihi 1,0.
Δ = simpangan antar lantai tingkat desain (Pasal 7.8.6) yang
terjadi secara serentak dengan Vx. (mm).
Ie = faktor keutamaan gempa sesuai (Pasal 4.1.2).
Vx = gaya geser seismik yang bekerja antara tingkat x dan x – 1 (kN).
Cd = faktor perbesaran defleksi
Nilai tidak boleh melebihi nilai max yang didapatkan dari persamaan berikut:
0,5
θmax = ≤ 0,25
βCd
Keterangan :
= Rasio kebutuhan geser terhadap kapasitas geser antar tingkat x dan x-1
(diambil sebesar 1,0 dalam pendekatan konservatif)
Untuk pengecekan pengaruh P-Delta, dibutuhkan data story forces tiap lantai. Data
P didapatkan dengan menggunakan kombinasi beban 1.0 DL + 1.0 SDL + 0.5 LL.
Vx didapatkan menggunakan kombinasi beban gempa maksimum arah x, dan Vy
didapatkan menggunakan kombinasi gempa maksimum arah y. Dari data tiap lantai
tersebut dihitung koefisien stabilitas dari masing-masing lantai. Berikut ini data
story forces dan hasil perhitungan θ pada tiap lantai:
64
P VX VY X Y
Story Location
kN kN kN mm mm
Atap Bottom 62003,25 8066321 7255866 4,747 5,033
Lantai 4 Bottom 171208,14 16667449 14707765 8,461 8,587
Lantai 3 Bottom 284812,67 22743367 19975795 10,446 10,392
Lantai 2 Bottom 403574,08 26613406 23432247 8,155 7,854
Lantai 1 Bottom 464012,1 22138124 19471365 0,229 0,315
Basement 1 Bottom 555610,18 25610650 22734271 0,183 0,244
Jika koefisien stabilitas () lebih besar dari max, struktur berpotensi tidak
stabil dan harus didesain ulang.
65
Pengecekan Efek P-Delta
27
Terlihat bahwa tidak ada nilai θ yang melebihi θmax maupun nilai 0,1, sehingga
dapat disimpulkan bahwa bangunan yang dimodelkan stabil terhadap efek P-Delta
dan P-Delta tidak perlu diperhitungkan dalam analisis struktur gedung ini.
II.5.2.4 Eksentrisitas dan Torsi
Beban lateral dapat mengakibatkan torsi pada bangunan ketika beban lateral
tersebut cenderung memutar bangunan tersebut dengan arah vertikal. Torsi
merupakan efek momen termasuk putaran/puntiran yang terjadi pada penampang
tegak lurus terhadap sumbu utama dari elemen. Hal ini terjadi ketika pusat beban
tidak tepat dengan pusat kekakuan elemen vertikal beban lateral sistem ketahanan
struktur tersebut. Eksentrisitas di antara pusat kekakuan dan massa bangunan dapat
menyebaban gerakan torsi selama terjadinya gempa. Torsi ini dapat meningkatkan
displacement pada titik ekstrem bangunan dan menimbulkan masalah pada elemen
penahan lateral yang berlokasi pada tepi gedung.
Torsi berdasarkan SNI 1726:2012 terdiri dari torsi bawaan dan torsi tak terduga.
Eksentrisitas dari torsi bawaan dapat dilihat melalui perangkat lunak ETABS.
Berikut ini merupakan data eksentrisitas dari torsi bawaan yang didapatkan melalui
ETABS untuk masing-masing arah baik sumbu-x maupun sumbu-y.
66
XCCM YCCM XCR YCR eox eoy
Story
m m m m m m
Atap 96,7916 54,7687 96,7916 54,7687 0 0
Lantai 4 96,9226 54,7302 97,0043 54,7062 0,0817 0,024
Lantai 3 97,0256 54,9667 97,1866 55,3365 0,161 0,3698
Lantai 2 96,8188 55,0705 96,3134 55,3241 0,5054 0,2536
Lantai 1 98,2272 54,1441 102,8809 51,0833 4,6537 3,0608
Basement 1 98,8015 53,6755 101,9659 51,0927 3,1644 2,5828
Dimana:
Sedangkan eksentrisitas dari torsi tak terduga adalah eksentrisitas tambahan sebesar
5% dari dimensi arah tegak lurus panjang bentang struktur bangunan dimana gaya
gempa terjadi.
Berdasarkan SNI 1726:2012, eksentrisitas torsi tak terduga harus dikalikan dengan
faktor pembesaran momen torsi tak terduga (A). Faktor pembesaran tersebut
ditentukan dari persamaan berikut:
Keterangan:
max = Perpindahan maksimum di tingkat x yang dihitung dengan
mengasumsikan A bernilai 1 (mm)
average = Rata-rata perpindahan di titik-titik terjauh struktur yang dihitung
dengan mengasumsikan A bernilai 1 (mm)
Eksentrisitas desain yang digunakan untuk arah x dan y adalah nilai gabungan
eksentrisitas torsi bawaan dan eksentrisitas torsi tak terduga, yaitu dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
67
Kemudian eksentrisitas bawaan dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Dengan diketahui nilai eox dan eoy yang telah dihitung pada tabel sebelumnya, nilai
Lx = 161 m dan Ly = 154,72 m serta Ax = Ay = 1, maka didapatkan eksentrisitas
bawaan dengan perhitungan sebagai berikut:
Setelah didapatkan nilai dari eksentrisitas bawaan, nilai tersebut akan dimasukkan
kedalam perangkat lunak ETABS 2016 pada beban gempa arah-x dan arah-y.
II.5.2.5 Redundansi Struktur
Permodelan struktur dimulai dengan mengasumsikan redundansi struktur sama
dengan 1,3. Berdasarkan peraturan SNI 1726:2012 pasal 7.3.4.2, untuk Kategori
Desain Seismik D sampai F, faktor redundansi () harus sama dengan 1.3 kecuali
jika satu dari dua kondisi berikut dipenuhi, dimana diizinkan diambil sebesar
1.0:
a. Masing-masing tingkat yang menahan lebih dari 35 persen geser dasar
dalam arah yang ditinjau harus sesuai dengan tabel dibawah ini
Tabel II.44 Persyaratan untuk Masing-masing Tingkat yang Menahan Lebih dari
35 Persen Gaya Geser Dasar
68
(Sumber: SNI 1726:2012)
b. Struktur dengan denah beraturan di semua tingkat dengan sistem penahan
gaya gempa terdiri dari paling sedikit dua bentang perimeter penahan gaya
gempa yang merangka pada masing-masing sisi struktur dalam masing-
masing arah ortogonal di setiap tingkat yang menahan lebih dari 35 persen
geser dasar. Jumlah bentang untuk dinding geser harus dihitung sebagai
panjang dinding geser dibagi dengan tinggi tingkat atau dua kali panjang
dinding geser dibagi dengan tinggi tingkat, hnx, untuk konstruksi rangka
ringan.
Prosedur harus sesuai dengan prosedur dari dokumen FEMA 751 dapat
diperhatikan pada di gambar di bawah ini.
69
Gambar II.18 Prosedur Pemeriksaan Faktor Redundansi
(Sumber: FEMA P-750)
70
Tabel II.45 Pemeriksaan Rasio Kekakuan Struktur
Dapat dilihat pada tabel diatas, pada lantai 1 terdapat rasio kekakuan yang melebihi
35%. Maka, tahanan momen elemen balok pada lantai tersebut akan dihilangkan
dan diperiksa apakah terjadi reduksi kekakuan yang melebihi 33%.
Stiffness X Stiffness Y
Story Load Case
kN/m kN/m
Atap Ex Case 1388869,99 869371,83
Lantai 4 Ex Case 1575514,98 985714,34
Lantai 3 Ex Case 1699648,1 1075568,6
Lantai 2 Ex Case 2349454,27 1562377,8
Lantai 1 Ex Case 106794522 58127293
Basement 1 Ex Case 230120802 142296882
Atap Ey Case 1074377,52 1450130,1
Lantai 4 Ey Case 1210949,38 1761309,8
Lantai 3 Ey Case 1317015,5 1940489,8
Lantai 2 Ey Case 1845343,78 2766656,1
Lantai 1 Ey Case 58712174 68938565
Basement 1 Ey Case 121532789 150849505
Yang perlu diperhatikan hanya pada kekakuan Arah-X untuk beban Ex pada lantai
1. Perhitungan reduksi kekakuan setelah tahanan momen balok pada lantai tersebut
dihilangkan adalah seperti di bawah ini.
71
II.5.2.6 Ketidakberaturan Struktur
72
(Sumber: SNI 1726:2012)
73
II.5.2.6.1 Ketidakberaturan Horizontal
Ketidakberaturan Torsi
Pengecekan ketidakberaturan torsi dilakukan dengan memperhatikan defleksi
maksimum (max) dan defleksi rata-rata (avg) dari suatu struktur.
max < 1.2 avg : Tanpa ketidakberaturan torsi
1.2 avg < max < 1.4 avg : Ketidakberaturan torsi 1a
max > 1.4 avg : Ketidakberaturan 1b
Contoh Perhitungan Lantai Atap untuk arah-X:
1. Diketahui nilai Ux1 = 20,53 mm dan Ux2 =20,874 mm.
2. 𝛿𝑚𝑎𝑥 = max(20,53;20,874) = 20,874 𝑚𝑚
20,53+20,874
3. 𝛿𝑎𝑣𝑔 = = 20,702 𝑚𝑚
2
δmax 20,874
4. = 20,792 = 1,0083 < 1.2 (Tanpa Ketidakberaturan Torsi)
δavg
Perhitungan dilakukan untuk kedua arah, kombinasi beban yang digunakan adalah
kombinasi maksimum gempa untuk arahnya masing-masing. Hasil pengecekan
ketidakberaturan torsi direkapitulasi dan ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Dari tabel di atas diambil kesimpulan bahwa tidak ada ketidakberaturan torsi pada
bangunan Senayan Park Lifestyle Center.
74
Ketidakberaturan Sudut Dalam
Ketidakberaturan sudut dalam didefinisikan ada jika kedua proyeksi denah struktur
dari dalam lebih besar dari 15% dimensi denah struktur dalam arah yang ditentukan.
Data untuk memeriksa ketidakberaturan sudut dalam sesuai dengan denah pada
pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
75
Ketidakberaturan Diskontinuitas Diafragma
Tower Lantai Luas Void (m2) Luas Lantai (m2) %daerah terbuka CEK
Atap 0 5928 0% Tidak Ada
4 352 5928 6% Tidak Ada
3 352 5928 6% Tidak Ada
I 2 448 5928 8% Tidak Ada
Dasar 64 5928 1% Tidak Ada
B1 64 5176,15 1% Tidak Ada
B2 64 5176,15 1% Tidak Ada
Atap 0 2886 0% Tidak Ada
4 352 2886 12% Tidak Ada
3 352 2886 12% Tidak Ada
II 2 416 2886 14% Tidak Ada
Dasar 64 2886 2% Tidak Ada
B1 64 2808 2% Tidak Ada
B2 64 2808 2% Tidak Ada
76
Ketidakberaturan Pergeseran Melintang Terhadap Bidang
Bangunan Senayan Park Life Style Center tidak memiliki ketidakberaturan jenis
pergeseran melintang terhadap bidang karena tidak ada elemen vertikal dan kolom
yang menyimpang.
Ketidakberaturan Sistem Nonparalel
77
Gambar II.22 Ketidakberaturan Sistem Nonparalel
(Sumber: FEMA 451 B)
Bangunan Senayan Park Life Style Center memiliki ketidakberaturan jenis sistem
nonparalel karena terjadi perubahan sumbu orthogonal dari kolom yang terpasang
pada bagian sambungan dari tower 1 dan tower 2 dari bangunan ini (dapat dilihat
pada lantai basement).
II.5.2.6.2 Ketidakberaturan Vertikal
Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak
78
Gambar II.23 Ketidakberaturan Kekakuan Tingkat Lunak
(Sumber: FEMA 451 B)
Dalam pengecekan ketidakberaturan kekakuan tingkat lunak dengan ETABS nilai
yang diambil adalah nilai kekakuan struktur dan menggunakan kombinasi Ex dan
Ey untuk masing-masing arah yang ditinjau. Tabel berikut adalah pengecekan
ketidakberaturan kekakuan tingkat lunak yang dilakukan.
Load Stiffness X
Story Cek Ketidakberaturan
Case kN/m
Atap Ex Case 1396477,029 TIDAK ADA TIDAK ADA
Lantai 4 Ex Case 1582018,144 TIDAK ADA TIDAK ADA
Lantai 3 Ex Case 1716555,676 TIDAK ADA TIDAK ADA
Lantai 2 Ex Case 2499129,351 TIDAK ADA TIDAK ADA
Lantai 1 Ex Case 120764532 TIDAK ADA TIDAK ADA
Basement 1 Ex Case 225795206 TIDAK ADA TIDAK ADA
79
Karena pengecekan untuk seluruh lantai untuk kedua arah disimpulkan tidak
terdapat ketidakberaturan kekakuan tingkat lunak, maka tidak perlu dilanjutkan
pengecekan terhadap kekakuan tingkat lunak yang berlebihan. Dari pengecekan
tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat ketidakberaturan kekakuan tingkat lunak
untuk bangunan Senayan Park Lifestyle Center.
Ketidakberaturan berat (massa) didefinisikan ada jika massa efektif tingkat lebih
dari 150 persen massa tingkat didekatnya. Atap yang lebih ringan dari lantai
dibawahnya tidak perlu ditinjau. Dalam SNI 1726:2012 diatur suatu pengecualian
bahwa ketidakberaturan ini tidak berlaku bila tidak satupun drift ratio tingkat lebih
besar dari 1.3 kali drift ratio tingkat diatasnya.
80
Berdasarkan tabel di atas diambil kesimpulan bahwa tidak ada ketidakberaturan
berat pada bangunan Senayan Park Lifestyle Center.
Ketidakberaturan Geometri Vertikal
Pada bangunan Senayan Park Lifestyle Center, terdapat perubahan dimensi kolom
sebanyak satu kali yaitu pada lantai basement dengan ukuran 1000 mm x 600 mm
menjadi 900 mm x 500 mm pada lantai dasar. Rasio dari dimensi kolom tersebut
1000 600
adalah sebesar = 1,11 <1,3 dan = 1,20, sehingga tidak terdapat
900 500
81
Gambar II.26 Diskontinuitas Arah Bidang dalam Ketidakberaturan Elemen
Penahan Gaya Lateral Vertikal
(Sumber: FEMA 451 B)
Karena elemen vertikal pada seluruh bangunan Senayan Park tidak terdapat
pergeseran arah bidang, maka disimpulkan tidak terdapat diskontinuitas arah
bidang dalam ketidakberaturan elemen penahan gaya lateral vertikal.
Diskontinuitas dalam Ketidakberaturan Kuat Lateral Tingkat
82
Gambar II.27 Diskontinuitas dalam Ketidakberaturan Kuat Lateral Tingkat
(Sumber: FEMA 451 B)
Karena pengecekan untuk seluruh lantai untuk kedua arah disimpulkan tidak
terdapat ketidakberaturan kuat lateral tingkat, maka tidak perlu dilanjutkan
pengecekan terhadap ketidaberaturan kuat lateral tingkat yang berlebihan. Dari
pengecekan tersebut disimpulkan bahwa tidak terdapat ketidakberaturan kekakuan
tingkat lunak untuk bangunan Senayan Park Lifestyle Center.
83
II.6 Detailing Elemen Struktur
Pelat berfungsi untuk menahan beban vertikal yang terjadi pada suatu bangunan
dalam suatu area tertentu dan menyalurkan beban tersebut kepada balok yang
kemudian disalurkan ke kolom dan pondasi. Beban yang diterima pelat berupa
kombinasi berat sendiri termasuk superimposed dead load dan beban hidup.
Kebutuhan penulangan pada pelat didasarkan dengan gaya tarik yang terjadi yang
terdistribusi pada penampang pelat pada arahnya masing-masing untuk tulangan
atas maupun bawah. Berikut ini dapat dilihat distribusi gaya dalam momen yang
terjadi pada pelat yang didapatkan melalui program ETABS 2016.
Gambar II.28 Distribusi Gaya Dalam Momen pada Pelat Lantai Basement
84
Gambar II.29 Distribusi Gaya Dalam Momen pada Pelat Lantai Atas
85
Gambar II.30 Pemodelan Pelat Lantai Basement pada SAFE 2016
86
Setelah dimodelkan, program dijalankan dan didapatkan hasil analisis kebutuhan
luas tulangan yang dibutuhkan untuk daerah pelat pada model-model diatas seperti
gambar dibawah ini (sesuai dengan warna masing-masing daerah dalam satuan
mm2/m) dengan keterangan untuk daerah berwarna ungu, tidak dibutuhkan
tulangan sama sekali.
Gambar II.32 Luas Tulangan Perlu Top Rebar - Arah 2 Lantai Basement
Gambar II.33 Luas Tulangan Perlu Top Rebar - Arah 1 Lantai Basement
87
Gambar II.34 Luas Tulangan Perlu Bot Rebar - Arah 2 Lantai Basement
Gambar II.35 Luas Tulangan Perlu Bot Rebar - Arah 1 Lantai Basement
88
Gambar II.36 Luas Tulangan Perlu Top Rebar - Arah 2 Lantai Atas
Gambar II.37 Luas Tulangan Perlu Top Rebar - Arah 1 Lantai Atas
89
Gambar II.38 Luas Tulangan Perlu Bot Rebar - Arah 2 Lantai Atas
Gambar II.39 Luas Tulangan Perlu Bot Rebar - Arah 1 Lantai Atas
Agar lebih mudah dimengerti, berikut ini akan diberikan contoh perhitungan
penulangan pelat untuk lantai atas arah-1 pada tulangan atas sesuai dengan
kebutuhan tulangan dari SAFE 2016:
90
Berdasarkan kalkulasi program, terdapat daerah maksimum dengan luas tulangan
yang dibutuhkan = 756,925 mm2/m sesuai dengan gambar di atas.
Karena sudah memenuhi luas tulangan minimum = 0,0018bh = 0,0018 x 140 x 1000
= 252 mm2/m, maka akan didesain spasi tulangan yang memenuhi hasil kalkulasi
program.
Tulangan yang akan digunakan adalah tulangan diameter = 13 mm
Luas tulangan 13 mm = 132.7323 mm2
Luas tul.butuh 756,925
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑖 = = 132,7323 = 5,7 ≅ 6 tulangan /𝑚
Luas tul.pakai
1000
𝑆𝑝𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = = 166,67 𝑚𝑚 ≅ 160 mm > 450 mm(Spasi maksimum).
6
Dapat dilihat bahwa tulangan terpasang sudah lebih banyak (baik dari segi berat
maupun spasi), sehingga untuk arah-1 pada tulangan atas pada tipikal pelat lantai
atas, digunakan tulangan D13 dengan spasi 160 mm. Desain dilakukan untuk top
dan bottom rebar dengan pembagian daerah tumpuan dan daerah lapangan untuk
menghemat biaya konstruksi bagian pelat, untuk daerah yang sebenarnya tidak
dibutuhkan tulangan (contohnya tulangan top daerah lapangan), akan didesain
dengan spasi untuk luas tulangan minimum dengan spasi yang masuk akal (tidak
terlalu jauh) agar konstruksi mudah dilakukan. Tabel berikut ini menunjukkan hasil
perhitungan untuk seluruh tipikal pelat.
91
Lantai Basement (B1-B2) Spasi pakai (mm)
Lua s Butuh ma ks i mum (mm2/m) Tul a nga n As Pa ka i Tul a nga n Mi ni mum Jumlah Tulangan Juml a h Tul . Pa ka i Spa s i Top Bottom
Arah
Top (tumpuan) Bottom (lapangan) Pa ka i (mm2/tul ) (mm2/m) Top Bottom Top Bottom ma x (mm) Tumpuan Lapangan Lapangan Tumpuan
1 596,52 199,35 13 132,73 4,49 1,90 5 2 200 250 250 250
252 450
2 596,52 199,35 13 132,73 4,49 1,50 5 2 200 250 250 250
Dapat dilihat bahwa nilai dari Vc = 74,28 kN > 34,48 kN = Vu, sehingga diambil
kesimpulan bahwa tidak diperlukan tambahan tulangan geser pada pelat untuk
menahan beban geser yang terjadi.
Balok adalah suatu elemen struktur yang didesain untuk mampu menahan lentur,
geser dan juga torsi. Dalam tugas akhir bangunan Senayan Park Lifestyle Center ini
desain balok dilakukan dengan bantuan program ETABS 2016 untuk mendapatkan
92
gaya dalam ultimit. Perlu diperhatikan bahwa beban yang digunakan dalam desain
adalah berdasarkan pada analisis ETABS untuk kombinasi Envelope (untuk balok
anak digunakan kombinasi Envelope non-gempa). Berikut ini akan ditampilkan
contoh diagram gaya dalam yang terjadi untuk suatu bentang pada bangunan
Senayan Park, yang dikeluarkan melalui program ETABS 2016.
Terdapat hanya satu jenis tipikal balok anak pada bangunan Senayan Park Lifestyle
Center, dan di bawah ini ditunjukkan nilai maksimum dari gaya dalam dan property
pada balok anak tersebut.
93
II.6.2.1.1 Penulangan Lentur
dtulangan
𝑑𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = ℎ − 𝑠𝑒𝑙𝑖𝑚𝑢𝑡 – 𝑑𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 − ⁄
2
Sehingga luas tulangan yang dibutuhkan untuk balok anak bagian tumpuan
dan lapangan adalah
𝑀𝑢 212.212.600
𝐴𝑠 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = = = 1333,77 𝑚𝑚2
𝜙𝑓𝑦 𝑗𝑑 0,9 × 420 × 467,69
𝑀𝑢 308.931.100
𝐴𝑠 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 = = = 1941,65 𝑚𝑚2
𝜙𝑓𝑦 𝑗𝑑 0,9 × 420 × 467,69
Dari nilai luas tulangan tersebut, berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 21.5.2.1
terdapat tulangan minimum yang disyaratkan:
√𝑓𝑐 ′ √30
𝐴𝑠−𝑚𝑖𝑛 = 𝑏𝑤 𝑑 = × 350 × 534,5 = 609,91 𝑚𝑚2
4𝑓𝑦 4 × 420
1,4 1,4
𝑏𝑤 𝑑 = × 350 × 534,5 = 623,58 𝑚𝑚2
𝑓𝑦 420
94
Dari ke-3 syarat di atas karena luas tulangan yang dibuthkan sudah memenuhi luas
tulangan minimum yang disyaratkan maka digunakan luas tulangan hasil
perhitungan untuk didesain. Ditentukan akan digunakan 2 jenis tulangan yaitu
tulangan dengan diameter D25 dan D28 sehingga jumlah tulangan yang dibutuhkan
adalah 3D25 untuk daerah tumpuan dan 4D28 untuk daerah lapangan dengan 2
tulangan untuk masing-masing daerah yang diteruskan.
𝐴𝑠 𝑓𝑦 𝑎
𝑎= 𝑑𝑎𝑛 𝑐 =
0,85𝑓𝑐 ′𝑏 𝛽1
Dimana:
95
𝑓𝑐′ − 28 30 − 28
𝛽1 = 0,85 − 0,05 × = 0,85 − 0,05 ( ) = 0,836
7 7
Sehingga:
𝐴𝑠 𝑓𝑦 1472,62 420 𝑎 𝑎
𝑎 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0,85𝑓 ′𝑏 = = 69,3; 𝑐 = 𝛽 = 0,836 = 82,92 mm
𝑐 0,85 40 350 1
𝐴𝑠 𝑓𝑦 2463 420 𝑎 𝑎
𝑎 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 = 0,85𝑓 ′𝑏 = 0,85 40 350 = 115,91; 𝑐 = 𝛽 = 0,836 = 138,69 mm
𝑐 1
534,5−82,92
𝜀 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑥0,003 = 0.0163 > 0,002 (Leleh)
82,922
534,5−138,69
𝜀 tumpuan= 𝑥0,003 = 0.0085 > 0,002 (Leleh)
138,69
Karena ke 2 nilai 𝜀 sudah bernilai lebih besar daripada nilai regangan leleh baja
(0,002), maka ditentukan bahwa tulangan tumpuan dan lapangan sudah leleh.
Selain itu, dikarenakan nilai regangan baja juga lebih besar dari 0,005, maka
balok dikategorikan sebagai penampang terkendali tarik (sesuai dengan
gambar grafik di bawah) sehingga nilai faktor reduksi kekuatannya sama
dengan 0,9 dan sudah sesuai dengan asumsi sebelumnya.
96
Gambar II.43 Pengecekan Nilai Faktor Reduksi Lentur
(Sumber: Imran, I dan Ediansjah, Z, 2009)
Lalu, dilanjutkan perhitungan untuk mengecek kekuatan dari balok terhadap lentur
dengan menggunakan lengan momen yang baru:
𝑎
𝐽𝑑 = 𝑑 −
2
69,3
𝐽𝑑 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 534,5 − = 498,35
2
115,91
𝐽𝑑 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 = 533 − = 476,55
2
Sehingga dapat dihitung kapasitas momen dari balok dengan persamaan:
∅𝑀𝑛 = ∅𝐴𝑠𝑓𝑦 𝐽𝑑
∅𝑀𝑛 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0.9 𝑥 3 𝑥 1472,62 𝑥 420 𝑥 498,35 = 277,41 𝑘𝑁𝑚
∅𝑀𝑛 𝑡𝑢𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 = 0.9 𝑥 3 𝑥 2463,01 𝑥 420 𝑥 476,54 = 443,67 𝑘𝑁𝑚
Nilai 𝑀𝑛𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 yang telah diperoleh sebelumnya masing-masing bernilai 235,79
kNm untuk daerah tumpuan dan 343,26 untuk daerah lapangan. Karena nilai
∅𝑀𝑛 > 𝑀𝑛𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢, maka dikatakan struktur sudah aman dari faktor kekuatan lentur.
97
Selain pengecekan terhadap area tulangan minimum, perlu dilakukan pengecekan
terhadap area tulangan maksimum. Area tulangan maksimum perlu dicek untuk
memastikan bahwa balok tetap bersifat under-reinforced dengan
mempertimbangkan juga tulangan yang diteruskan untuk daerah tumpuan dan
lapangan. Area tulangan maksimum dapat ditentukan sebagai berikut:
Daerah Tumpuan:
𝐴𝑠 1231,5
𝜌𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = = = 0,00658
𝑏×𝑑 350 × 534,5
𝐴𝑠 1472,62
𝜌𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = = = 0,00787
𝑏×𝑑 350 × 533
Daerah Tumpuan:
𝐴𝑠 2463,5
𝜌𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 tumpuan = = = 0,0131
𝑏×𝑑 350 × 534,5
𝐴𝑠 981,75
𝜌𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 tumpuan = = = 0,0052
𝑏×𝑑 350 × 533
𝜌 < 0,025
Dapat dilihat seluruh rasio tulangan di atas tidak ada yang melebihi nilai 0,025
sehingga syarat sudah terpenuhi.
Syarat 2 (SNI 2847:2013 Lampiran B)
𝑓𝑦 420
𝜌 = (𝜌𝑡𝑎𝑟𝑖𝑘 − 𝜌𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛) = (0,0131 − 0,0052) × = 0,0079
𝑓𝑦 420
98
Dapat dilihat juga bahwa nilai 𝜌 lebih besar dari nilai 𝜌𝑏𝑎𝑙, sehingga dapat
disimpulkan bahwa syarat 2 telah terpenuhi.
99
Tabel II.64 Perhitungan Penulangan Lentur Balok Anak
Penulangan Lentur Balok Anak
D lapangan (mm) 25 D tumpuan (mm) 25
d (mm) 534,5 d (mm) 534,5
jd (mm) 467,69
Lapangan 212,21
Mu (kN-m)
Tumpuan 308,93
Lapangan 235,79
Mn Perlu (kN-m)
Tumpuan 343,26
Lapangan 1333,77
As Perlu (mm2)
Tumpuan 1941,65
1 609,91
As Min (mm2)
2 623,58 As Tul Terpasang As Tul yang diteruskan
231 231
Lapangan Lapangan
Cek Spasi Tulangan OK OK
281 231
Tumpuan Tumpuan
OK OK
Lapangan 82,92 69,30
c (mm) a (mm)
Tumpuan 110,56 92,40
Lapangan 0,016337244
Ԑs
Tumpuan 0,011502933
Lapangan LELEH
Cek Kelelehan
Tumpuan LELEH
Lapangan asumsi ɸ benar
Cek ɸ Lentur (Tumpuan)
Tumpuan asumsi ɸ benar
Lapangan 278,24 499,85
ɸMn (kN-m) Jd baru (mm)
Tumpuan 362,42 488,30
Lapangan OK
Cek Kekuatan
Tumpuan OK
ρbal 0,029846939
Lapangan 0,007871824
ρ tarik
Tumpuan 0,010495766
Lapangan 0,005247883
ρ tekan
Tumpuan 0,005247883
ρ 0,002623941
Cek ρ UNDER REINFORCED
100
II.6.2.1.2 Penulangan Geser
Nilai Vu telah diketahui sebelumnya melalui software ETABS yaitu sebesar 162,46
kN. Balok anak yang didesain pada TA Senayan Park Lifestyle Center memiliki
bentang maksimum sejauh 6 meter sehingga bentang bersih maksimum sejauh
5,675 meter dan nilai d digunakan sesuai dengan perhitungan sebelumnya sehingga
didapatkan:
0.5 x 5675− 533
𝑉𝑢𝑑= 𝑥 162,465 = 131,95 kN
0.5 x 5675
Sehingga:
𝑉𝑢𝑑 131,95
= = 175,93 𝑘𝑁
ɸ 0.75
Selanjutnya akan dilakukan pengecekan apakah pada komponen struktur
diperlukan tulangan sengkang untuk menahan geser. Pengecekan dilakukan dengan
membandingkan kemampuan material beton dalam menahan geser (Vc), dan
ditentukan bahwa akan dibutuhkan tulangan geser apabila gaya geser yang terjadi
lebih besar dari 0,5Vc.
√𝑓𝑐′ 𝑥 𝑏𝑤 𝑥 𝑑 √30 𝑥 350 𝑥 533
𝑉𝑐 = = = 170,3 𝑘𝑁
6 6
𝑉𝑢𝑑
0,5𝑉𝑐 = 0,5 𝑥 170,3 𝑘𝑁 = 85,65 𝑘𝑁 < = 175,93 𝑘𝑁
ɸ
𝑉𝑢𝑑
Dikarenakan nilai lebih besar dari 0,5Vc, maka dibutuhkan tulangan geser pada
ɸ
101
Gambar II.44 Zonasi Penulangan Geser
(Sumber: Imran, I dan Ediansjah, Z, 2009)
Sebelum perhitungan dilanjutkan perlu diperiksa zona dari balok yang didesain
karena akan mempengaruhi dari rumus dan ketentuan yang disyaratkan. Oleh
karena itu perhitungan dilanjutkan dengan pengecekan zona geser struktur dan
dihitung batas gaya geser untuk zona II.
1
1 𝑥 350 𝑥 533
𝑉𝑐 𝑍𝑜𝑛𝑎 𝐼𝐼 = 𝑉𝑐 + 𝑏𝑑 = 170,3 + 3 = 232,48 𝑘𝑁
3 1000
75
75 1200 √30 𝑥 350 𝑥 533
𝑉𝑐 𝑍𝑜𝑛𝑎 𝐼𝐼 = 𝑉𝑐 + √𝑓𝑐′𝑏𝑑 = 170,3 +
1200 1000
= 234,16 𝑘𝑁
Dari 2 rumus di atas kemudian dibandingkan antara gaya geser yang dibutuhkan
𝑉𝑢𝑑
dengan gaya geser batas untuk zona II. Karena = 175,93 𝑘𝑁 lebih kecil
ɸ
102
𝜋 𝜋
𝐴𝑣 = 𝑛 𝐷2 = 2 132 = 265,46 𝑚𝑚2
4 4
Syarat:
s ≤ 600 mm
s ≤ 0.5 d → s ≤ 0.5(533) → s ≤ 266,5 mm
Av fy 265,46 ×300
s≤3 → s≤3 → s ≤ 955,67 mm
bw 250
1200 Av fy 1200 265,46 ×300
s≤ → s≤ → s ≤ 930,56 mm
75 √fc′ bw 75 √30×250
Dari keempat syarat diatas, didapat bahwa nilai minimal untuk sengkang adalah
266,5 mm. Karena itu, dipilih nilai S pakai sebesar 250 mm. Namun, sebelumnya
perlu dicek terlebih dahulu nilai S yang dipilih apakah telah memenuhi atau tidak,
dengan perhitungan berikut:
𝐴𝑣𝑓𝑦𝑑 265,46 × 420 × 533
𝑉𝑠 = = = 237,708 𝑘𝑁
𝑠 250
𝑉𝑛 = 𝑉𝑐 + 𝑉𝑠 = 170,3 + 297,135 = 408 𝑘𝑁
𝑉𝑢𝑑
Karena < 𝑉𝑛, maka nilai S sebesar 250 mm telah memenuhi syarat. Sehingga,
ɸ
didapatkan desain tulangan sengkang untuk balok anak yaitu ∅13 − 250. Untuk
kelengkapan perhitungan dapat diperhatikan pada tabel berikut ini.
103
Tabel II.65 Perhitungan Penulangan Sengkang pada Balok Anak
Torsi merupakan momen yang memutar terhadap sumbu longitudinal balok atau
elemen struktur. Pada elemen struktur balok, torsi dapat timbul karena adanya
beban eksentrik terhadap sumbu balok.
Langkah pertama adalah menentukan elemen penting dalam perhitungan torsi, yaitu
Acp, Pcp, Ph, dan Ao.
Dimana: Acp = luas penampang keseluruhan
Pcp = keliling penampang keseluruhan
Ph = keliling centerline sengkang
t = selimut beton
h = tinggi balok
D = diameter sengkang
104
𝐴𝑐𝑝 = 𝑏 × ℎ = 350 × 600 = 210.000 𝑚𝑚2
𝑃𝑐𝑝 = 2(𝑏 + ℎ) = 2(350 + 600) = 1.900 𝑚𝑚
𝑃ℎ = 2((𝑏 − 2 × 𝑡 − 𝐷) + (ℎ − 2 × 𝑡 − 𝐷))
𝐴𝑜ℎ = (𝑏 − 2 × 𝑡 − 𝐷) + (ℎ − 2 × 𝑡 − 𝐷)
𝐴𝑜ℎ = (350 − 2 × 40 − 13) + (600 − 2 ∗ 40 − 13) = 130.299 𝑚𝑚2
𝐴𝑜 = 0.85 𝑥 𝐴𝑜ℎ = 0.85 𝑥 65.600 = 110.754 𝑚𝑚2
Dari variabel-variabel tersebut, langkah berikutnya yang dilakukan adalah
memeriksa nilai Tcr lalu membandingkan nilai Tcr/4 terhadap torsi ultimit hasil
kalkulasi program untuk memeriksa apakah struktur memerlukan penulangan torsi
atau tidak.
1 𝐴𝑐𝑝 2 1 210.0002
𝑇𝑐𝑟 = √𝑓𝑐′ = √30 × 10−6 = 42,37 𝑘𝑁𝑚
3 𝑃𝑐𝑝 3 1.900
𝑇𝑐𝑟 42,37
ɸ = 0.75 = 7,94 𝑘𝑁𝑚
4 4
𝑇𝑐𝑟
Bandingkan nilai Tmaks (dari ETABS) dengan ɸ , untuk menentukan keperluan
4
dari tulangan sengkang torsi. Berdasarkan perhitungan diatas dan dari data yang
telah diberikan pada awal subbab ini diketahui bahwa nilai Tu = 95,63 kNm. Karena
𝑇𝑐𝑟
nilai Tmaks lebih besar dari ∅ , maka perlu penulangan sengkang torsi.
4
Perlu diperhatikan bahwa torsi pada struktur tidak muncul karena kebutuhan
struktur itu sendiri, torsi pada kondisi ini termasuk torsi kompatibilitas.
𝑇𝑢 = ∅𝑇𝑐𝑟 = 0.75 𝑥 42,37 = 31,78 k𝑁𝑚
Dilakukan pemeriksaan terhadap dimensi penampang balok, apakah sudah
memenuhi persyaratan yang ditetapkan, sesuai dengan persamaan berikut:
𝑉𝑢 2 𝑇𝑢 𝑥 𝑃ℎ 2 𝑉𝑐 2 𝑥 √𝑓𝑐 ′
√(( ) +( ) ) ≤ 𝛷 𝑥 ( + )
𝑏𝑥𝑑 1,7 𝑥 𝐴𝑜ℎ2 𝑏𝑥𝑑 3
1,893 ≤ 3,423
105
Karena dimensi penampang balok anak sudah memenuhi syarat, maka dimensi
penampang balok anak tersebut tidak perlu diperbesar untuk menerima gaya torsi
(dimensi balok cukup).
Selanjutnya dihitung luas tulangan sengkang torsi:
𝐴𝑡 𝑇𝑢
=
𝑠 2 𝑥 0,75 𝑥 𝐴𝑜ℎ 𝑥 𝑓𝑦𝑣
𝐴𝑡 31,78
= = 0,38 𝑚𝑚2 /𝑚𝑚
𝑠 2 𝑥 0,75 𝑥 130.299 𝑥 420
𝐴𝑣 𝑉𝑢 1
=( − 𝑉𝑐) 𝑥
𝑠 0,75 𝑑 𝑥 𝑓𝑦𝑣
𝐴𝑣 162,46 1
= ( − 170,29) 𝑥 103 𝑥 = 0,207 𝑚𝑚2 /𝑚𝑚
𝑠 0,75 533 𝑥 420
Dari luas tulangan yang didapatkan di atas diperiksa dengan syarat sengkang
minimum.
𝐴𝑣 + 2 𝑥 𝐴𝑡 𝑏
≥ 0,35 𝑥
𝑠 𝑓𝑦
350
0,207 + 2 𝑥 0,39 ≥ 0,35 𝑥
420
0,98 ≥ 0,29
Dari pemeriksaan di atas, dapat diketahui bahwa syarat sengkang minimum tidak
menentukan.
Selain syarat di atas terdapat juga syarat spasi maksimum yang dihitung dengan
rumus di bawah ini.
𝑃ℎ
𝑠𝑚𝑎𝑥 =
8
1.528
𝑠𝑚𝑎𝑥 = = 191
8
Karena smax lebih kecil dibanding dengan spasi yang digunakan pada perhitungan
tulangan geser, maka harus digunakan spasi baru yang dihitung seperti di bawah
ini.
Av+t 1 = 132,73 mm2
Av+t 132,73
s = 𝐴𝑣 + 𝐴𝑡 = = 135,2 mm
0,98
𝑠
106
Ditentukan akan digunakan spasi sejauh 100 mm dengan diameter sengkang 13
mm.
Dalam perhitungan ketahanan terhadap gaya torsi perlu diperiksa juga tulangan
longitudinal yang terpasang. Luas tulangan longitudinal torsi yang diperlukan
dihitung dengan rumus di bawah ini.
𝐴𝑡
𝐴𝑙 𝑇𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑥 𝑃ℎ
𝑠
𝐴𝑙 𝑇𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 = 0,38 𝑥 1.528 = 591,6 𝑚𝑚2
Nilai tersebut dibandingan dengan luas tulangan longitudinal torsi minimum.
5 𝑥 √𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝐴𝑐𝑝
𝐴𝑙 𝑀𝑖𝑛 = ( ) − 𝐴𝑙 𝑇𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛
12 𝑥 𝑓𝑦
5 𝑥 √30 𝑥 210.000
𝐴𝑙 𝑀𝑖𝑛 = ( ) − 591,6 = 549,48 𝑚𝑚2
12 𝑥 420
Karena Al terpasang lebih yang telah dihitung pada bagian perencanaan lentur
sudah memenuhi Al min, maka tidak perlu diberikan tulangan longitudinal torsi
tambahan.
107
Tabel II.66 Perhitungan Penulangan Torsi pada Balok Anak
Cut-Off tumpuan adalah titik inflection momen di mana dianggap tidak diperlukan
lagi tulangan lagi. Disyaratkan bahwa dari titik tersebut perlu diberi tambahan
panjang tulangan sebelum dihilangkan sepanjang dengan panjang penyaluran.
Pengangkuran tulangan adalah suatu kait yang digunakan untuk memenuhi daerah
yang tidak mencukupi kebutuhan panjang penyaluran lurus.
Titik cut-off tumpuan diambil ketika terjadi titik belok pada gaya momen yang
terjadi yaitu sekitar pada posisi 1 meter ditambah dengan salah satu dari syarat
panjang penyaluran di bawah ini.
Tinggi efektif balok (d).
12 db
ln/16
108
Ѱe×Ѱt×fy 0,24 x fy
𝑙𝑑 = 𝑑𝑏 atau 𝑙𝑑 = 𝑑𝑏
1,7λ√𝑓𝑐 ′ λ√𝑓𝑐 ′
Dimana:
Ѱt : 1,3 karena dibawah tulangan terdapat beton ≥ 300 mm
Ѱe : 1, diasumsikan baja tidak menggunakan epoksi
λ : 1, beton merupakan beton normal
SNI Beton 2847:2013 Pasal 21.5.2.1 menyatakan bahwa sedikitnya harus ada dua
buah tulangan yang dibuat menerus di bagian atas dan bagian bawah penampang.
Karena baja tulangan yang disediakan di tengah bentang pada dasarnya ditentukan
oleh syarat detailing. Oleh sebab itu, SNI Beton 2847:2013 Pasal 7.10.4.5
mengizinkan sambungan lewatan kelas A untuk penyambungannya dengan panjang
penyaluran ld sesuai dengan yang dihitung di atas.
Panjang lhb diijinkan untuk dikalikan dengan suatu faktor tertentu untuk
mendapatkan panjang ldh. Namun dalam perencanaan ini, nilai faktor f diambil
sebesar 1 sehingga panjang ldh sama dengan panjang lhb. Panjang lhb itu sendiri
merupakan panjang penyaluran minimal tulangan sebelum dilakukan
pengangkuran atau pembelokan.
Sudut pengangkuran yang ditetapkan pada tulangan balok induk tipikal adalah 90˚,
maka panjang pengangkurannya adalah:
𝑃. 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑢𝑟 = 12 𝑥 𝑑𝑏
𝑃. 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑢𝑟 = 12 𝑥 25 = 300 𝑚𝑚
Berdasarkan SNI Beton 2847:2013 Pasal 21.7.5.2, nilai panjang penyaluran angkur,
ldh tidak boleh kurang dari 8db (pasti terpenuhi) dan 150 mm.
109
Tulangan Negatif Tulangan Positif
Cut-Off & Panjang Penyaluran
(atas) (bawah)
Lokasi Cut-off dari muka kolom (mm) 1000 1000
d (mm) 534,5 534,5
db (mm) 25 25
yt 1,3 1,3
ye 1 1
l 1 1
d 534,5 534,5
Panjang Penyaluran
12db 300 300
ld+ (mm), dari muka
ln/16 354,6875 354,6875
kolom ld- (mm), dari titik
cut off hitung 1460,086948 1465,963316
pilih 1600 1600
ldh 460,0869483 460,0869483
Angkur
panjang angkur 300 300
Angkur tul. sengkang 135 derajat 150
Dalam perancangan tulangan balok induk, gaya dalam yang digunakan adalah gaya
dalam maksimum balok induk setiap lantai. Berbeda dengan balok anak, gaya
dalam momen ultimit balok induk perlu diperhitungkan dalam beberapa kondisi
untuk menghitung momen probable pada joint balok induk dengan kolom. Berikut
ini adalah gaya dalam yang terjadi yang telah dibagi menjadi beberapa kondisi.
110
Gaya Dalam Ultimit
Kondisi Lokasi Arah Goyangan Balok Induk Balok Bentang Jauh Balok Kantilever
Balok
1 Ujung Interior Kanan (-) Kanan -501,38 -2081,71 -832,579
2 Ujung Interior Kiri (-) Kiri -1291,6429 -2042,39 -1437,8
M3 Max dan Min
3 Ujung Interior Kiri (+) Kanan 993,797 1632,368 108,8269
(kN-m)
4 Ujung Interior Kanan (+) Kiri 548,75 1634,523 57,4045
5 Tengah Bentang Kanan dan Kiri 1000,197 1497,985 108,8269
T Max (kN-m) 244,6485 -134,106 -32,33
V2 Max Gravitasi (kN) 505,6751 547,1252 299,0879
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 3 tipikal balok induk yang digunakan
pada bangunan Senayan Park Lifestyle Center dengan properti dari masing-masing
penampang balok adalah sebagai berikut.
Balok induk merupakan elemen struktur yang dirancang untuk menahan beban
gempa yang terjadi. Karena beban gempa merupakan beban yang arahnya bolak-
balik, maka perlu ditinjau dari berbagai kondisi agar elemen balok induk tidak
gagal.
111
Dalam hal ini, terdapat lima kondisi yang harus ditinjau dalam perencanaan lentur,
yaitu ujung kiri balok ketika bergoyang ke kanan, ujung kiri balok ketika bergoyang
ke kiri, ujung kanan balok ketika bergoyang ke kanan, ujung kanan balok ketika
bergoyang ke kiri, dan tengah bentang balok. Dari setiap kondisi tersebut, gaya
momen maksimum yang terjadi juga berbeda, sehingga perlu ditinjau satu per satu.
Perhitungan perancangan tulangan lentur balok induk dan balok anak memiliki
langkah yang hampir sama, perbedaan hanya terletak pada gaya dalam momen yang
dicermati untuk balok induk ada 5 kondisi, sehingga perhitungan yang dilakukan
lebih banyak. Di bawah ini ditunjukkan contoh perhitungan penulangan lentur
untuk balok induk tipikal pada kondisi pertama dan kondisi ke dua (momen
negatif).
dtulangan
𝑑𝑑𝑒𝑠𝑎𝑖𝑛 = ℎ − 𝑠𝑒𝑙𝑖𝑚𝑢𝑡 – 𝑑𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 − ⁄
2
𝑀𝑢 501,38 𝑥 10^6
𝐴𝑠 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 1 = = = 2299,41 𝑚𝑚2
𝜙𝑓𝑦 𝑗𝑑 0,9 × 420 × 642,69
𝑀𝑢 1291,64 𝑥 10^6
𝐴𝑠 𝑘𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 2 = = = 5923,69 𝑚𝑚2
𝜙𝑓𝑦 𝑗𝑑 0,9 × 420 × 642,69
Dari nilai luas tulangan tersebut, berdasarkan SNI 2847:2013 Pasal 21.5.2.1
terdapat tulangan minimum yang disyaratkan:
112
√𝑓𝑐 ′ √30
𝐴𝑠−𝑚𝑖𝑛 = 𝑏𝑤 𝑑 = × 400 × 534,5 = 955.25 𝑚𝑚2
4𝑓𝑦 4 × 420
1,4 1,4
𝑏𝑤 𝑑 = × 400 × 534,5 = 976,67 𝑚𝑚2
𝑓𝑦 420
Dari ke-3 syarat di atas karena luas tulangan yang dibutuhkan sudah memenuhi luas
tulangan minimum yang disyaratkan maka digunakan luas tulangan hasil
perhitungan untuk didesain. Luas tulangan yang digunakan yang menentukan
adalah luas tulangan untuk kondisi 2 karena memiliki momen gaya dalam yang
lebih besar. Ditentukan akan digunakan konfigurasi tulangan 5D29+5D29.
𝐴𝑠 𝑓𝑦 𝑎
𝑎= 𝑑𝑎𝑛 𝑐 =
0,85𝑓𝑐 ′𝑏 𝛽1
Dimana:
𝑓𝑐′ − 28 30 − 28
𝛽1 = 0,85 − 0,05 × = 0,85 − 0,05 ( ) = 0,836
7 7
Sehingga:
𝐴𝑠 𝑓𝑦 6605,2 420 𝑎 𝑎
𝑎 = 0,85𝑓 ′𝑏 = 0,85 40 350 = 244,78; 𝑐 = 𝛽 = 0,836 = 292,9 mm
𝑐 1
113
732,5−292,9
𝜀 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 𝑥0,003 = 0,0045 > 0,002 (Leleh)
292,9
Karena ke nilai 𝜀 sudah bernilai lebih besar daripada nilai regangan leleh baja
(0,002), maka ditentukan bahwa tulangan tumpuan dan lapangan sudah leleh.
Selain itu, dikarenakan nilai regangan baja juga lebih kecil dari 0,005, maka
balok dikategorikan sebagai penampang transisi dan perlu dihitung kembali
nilai faktor reduksi kekuatan yang digunakan sesuai dengan persamaan di
bawah ini.
= 0,75 + (𝜀𝑡 − 0,002) 𝑥 50
= 0,75 + (0,0045 − 0,002) 𝑥 50
= 0,87
Lalu, dilanjutkan perhitungan untuk mengecek kekuatan dari balok terhadap lentur
dengan menggunakan lengan momen yang baru:
spasi⁄
d (2 lapis) = ℎ − 𝑠𝑒𝑙𝑖𝑚𝑢𝑡 – 𝑑𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔 − dtulangan1 − 2
d (2 lapis) = 705,5
𝑎
𝐽𝑑 = 705,5 −
2
271,98
𝐽𝑑 = 705,5 − = 569,51
2
Sehingga dapat dihitung kapasitas momen dari balok dengan persamaan:
∅𝑀𝑛 = ∅𝐴𝑠𝑓𝑦 𝐽𝑑
∅𝑀𝑛 𝑙𝑎𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = 0.87 𝑥 6605,2 𝑥 420 𝑥 569,51 = 1323,37 𝑘𝑁𝑚
Nilai 𝑀𝑢 yang telah diperoleh sebelumnya masing-masing bernilai 1291,64 untuk
daerah lapangan. Karena nilai ∅𝑀𝑛 > 𝑀𝑢, maka dikatakan struktur sudah aman
dari faktor kekuatan lentur.
114
Selain pengecekan terhadap area tulangan minimum, perlu dilakukan pengecekan
terhadap area tulangan maksimum. Area tulangan maksimum perlu dicek untuk
memastikan bahwa balok tetap bersifat under-reinforced dengan
mempertimbangkan juga tulangan yang diteruskan untuk daerah tumpuan dan
lapangan. Area tulangan maksimum dapat ditentukan sebagai berikut:
Daerah Tumpuan:
𝐴𝑠 6605,2
𝜌= = = 0,02254
𝑏×𝑑 400 × 705,5
𝜌 < 0,025
Dapat dilihat rasio tulangan di atas tidak melebihi nilai 0,025 sehingga syarat sudah
terpenuhi.
Syarat 2 (SNI 2847:2013 Lampiran B)
Dapat dilihat juga bahwa nilai 𝜌 lebih kecil dari nilai 𝜌𝑏𝑎𝑙, sehingga dapat
disimpulkan bahwa syarat 2 telah terpenuhi.
Di bawah ini adalah hasil perhitungan penulangan lentur pada balok induk untuk 3
jenis tipikal balok dengan lima kondisi balok.
115
Tabel II.73 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Induk Tipikal Kondisi
1&2
Kondisi 1 2299,41
As Perlu (mm2)
Kondisi 2 5923,69
1 955,25
As Min (mm2)
2 976,67 As Tul Terpasang As Tul yang diteruskan
660,52
As/tulangan (mm2)
660,52 2 lapis tulangan
Kondisi 1 4 Kondisi 1 2
Kondisi 2 10 Kondisi 2 5
Jumlah Tulangan
Spasi Tulangan Spasi Tulangan
25 25
Perlu (mm) Perlu (mm)
297 189
Kondisi 1 Kondisi 1
OK OK
Cek Spasi Tulangan
621 351
Kondisi 2 Kondisi 2
NOT OK OK
Kondisi 1 130,18 108,79
c (mm) a (mm)
Kondisi 2 325,44 271,98
Kondisi 1 0,013880749
Ԑs
Kondisi 2 0,0037523
Kondisi 1 LELEH
Cek Kelelehan
Kondisi 2 LELEH
Kondisi 1 asumsi ɸ benar
Cek ɸ Lentur (Tumpuan)
Kondisi 2 0,837614988
Kondisi 1 650,26 651,10
ɸMn (kN-m) Jd baru (mm)
Kondisi 2 1323,37 569,51
Kondisi 1 OK
Cek Kekuatan
Kondisi 2 OK
ρbal 0,029846939
Kondisi 1 0,009017336
ρ tarik
Kondisi 2 0,02254334
ρ 0,02254334
Cek ρ UNDER REINFORCED
116
Tabel II.74 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Induk Tipikal Kondisi
3&4
Kondisi 3 4557,72
As Perlu (mm2)
Kondisi 4 2516,66
1 955,25
As Min (mm2) As Tul yang
2 976,67 As Tul Terpasang
diteruskan
Kondisi 3 4557,72 4623,64 1321,04
As Perlu yang dipakai (mm 2 )
Kondisi 4 2516,66 2642,08 1321,04
660,52
As/tulangan (mm2)
660,52 2 lapis tulangan
Kondisi 3 7 Kondisi 1 4
Kondisi 4 4 Kondisi 2 2
Jumlah Tulangan
Spasi Tulangan Perlu Spasi Tulangan
25 25
(mm) Perlu (mm)
459 297
Kondisi 3 Kondisi 1
NOT OK OK
Cek Spasi Tulangan
297 189
Kondisi 4 Kondisi 2
OK OK
Kondisi 3 227,81 190,39
c (mm) a (mm)
Kondisi 4 130,18 108,79
Kondisi 3 0,006646143
Ԑs
Kondisi 4 0,013880749
Kondisi 3 LELEH
Cek Kelelehan
Kondisi 4 LELEH
Kondisi 3 asumsi ɸ benar
Cek ɸ Lentur (Tumpuan)
Kondisi 4 asumsi ɸ benar
Kondisi 3 1066,66 610,31
ɸMn (kN-m) Jd baru (mm)
Kondisi 4 650,26 651,10
Kondisi 3 OK
Cek Kekuatan
Kondisi 4 OK
ρbal 0,029846939
Kondisi 3 0,015780338
ρ tarik
Kondisi 4 0,009017336
ρ 0,015780338
Cek ρ UNDER REINFORCED
117
Tabel II.75 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Induk Tipikal Kondisi 5
118
Tabel II.76 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Bentang Panjang Kondisi
1&2
Kondisi 1 6773,10
As Perlu (mm2)
Kondisi 2 6645,17
1 1851,42
As Min (mm2) As Tul yang
2 1892,92 As Tul Terpasang
diteruskan
Lapangan 6773,10 7265,72 1321,04
2
As Perlu yang dipakai (mm )
Tumpuan 6645,17 7265,72 1321,04
660,52
As/tulangan (mm2)
660,52 2 lapis tulangan
Kondisi 1 11 Kondisi 1 6
Kondisi 2 11 Kondisi 2 6
Jumlah Tulangan
Spasi Tulangan Spasi Tulangan
25 25
Perlu (mm) Perlu (mm)
675 405
Kondisi 1 Kondisi 1
NOT OK OK
Cek Spasi Tulangan
675 405
Kondisi 2 Kondisi 2
NOT OK OK
Kondisi 1 260,36 217,58
c (mm) a (mm)
Kondisi 2 260,36 217,58
Kondisi 1 0,008897183
Ԑs
Kondisi 2 0,008897183
Kondisi 1 LELEH
Cek Kelelehan
Kondisi 2 LELEH
Kondisi 1 asumsi ɸ benar
Cek ɸ Lentur (Tumpuan)
Kondisi 2 asumsi ɸ benar
Kondisi 1 2462,76 896,71
ɸMn (kN-m) Jd baru (mm)
Kondisi 2 2462,76 896,71
Kondisi 1 OK
Cek Kekuatan
Kondisi 2 OK
ρbal 0,029846939
Kondisi 1 0,012794573
ρ tarik
Kondisi 2 0,012794573
ρ 0,012794573
Cek ρ UNDER REINFORCED
119
Tabel II.77 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Bentang Panjang Kondisi
3&4
Kondisi 3 5311,11
As Perlu (mm2)
Kondisi 4 5318,13
1 1851,42
As Min (mm2) As Tul yang
2 1892,92 As Tul Terpasang
diteruskan
Kondisi 3 5311,11 5944,68 1321,04
2
As Perlu yang dipakai (mm )
Kondisi 4 5318,13 5944,68 1321,04
660,52
As/tulangan (mm2)
660,52 2 lapis tulangan
Kondisi 3 9 Kondisi 1 5
Kondisi 4 9 Kondisi 2 5
Jumlah Tulangan
Spasi Tulangan Spasi Tulangan
25 25
Perlu (mm) Perlu (mm)
567 351
Kondisi 3 Kondisi 1
NOT OK OK
Cek Spasi Tulangan
567 351
Kondisi 4 Kondisi 2
NOT OK OK
Kondisi 3 213,02 178,02
c (mm) a (mm)
Kondisi 4 213,02 178,02
Kondisi 3 0,011541002
Ԑs
Kondisi 4 0,011541002
Kondisi 3 LELEH
Cek Kelelehan
Kondisi 4 LELEH
Kondisi 3 asumsi ɸ benar
Cek ɸ Lentur (Tumpuan)
Kondisi 4 asumsi ɸ benar
Kondisi 3 2059,43 916,49
ɸMn (kN-m) Jd baru (mm)
Kondisi 4 2059,43 916,49
Kondisi 3 OK
Cek Kekuatan
Kondisi 4 OK
ρbal 0,029846939
Kondisi 3 0,010468287
ρ tarik
Kondisi 4 0,010468287
ρ 0,010468287
Cek ρ UNDER REINFORCED
120
Tabel II.78 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Bentang Panjang Kondisi
5
121
Tabel II.79 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Kantilever Kondisi 1&2
Kondisi 1 3826,18
As Perlu (mm2)
Kondisi 2 6607,52
1 953,30
As Min (mm2) As Tul yang
2 974,67 As Tul Terpasang
diteruskan
Lapangan 3826,18 4021,24 1608,50
As Perlu yang dipakai (mm 2 )
Tumpuan 6607,52 9650,97 1608,50
804,25
As/tulangan (mm2)
804,25 2 lapis tulangan
Kondisi 1 5 Kondisi 1 3
Kondisi 2 12 Kondisi 2 6
Jumlah Tulangan
Spasi Tulangan Spasi Tulangan
25 25
Perlu (mm) Perlu (mm)
366 252
Kondisi 1 Kondisi 1
OK OK
Cek Spasi Tulangan
765 423
Kondisi 2 Kondisi 2
NOT OK NOT OK
Kondisi 1 198,13 165,58
c (mm) a (mm)
Kondisi 2 475,51 397,39
Kondisi 1 0,008068468
Ԑs
Kondisi 2 0,001611861
Kondisi 1 LELEH
Cek Kelelehan
Kondisi 2 TIDAK LELEH
Kondisi 1 asumsi ɸ benar
Cek ɸ Lentur (Tumpuan)
Kondisi 2 0,730593074
Kondisi 1 941,98 619,71
ɸMn (kN-m) Jd baru (mm)
Kondisi 2 1491,96 503,80
Kondisi 1 OK
Cek Kekuatan
Kondisi 2 OK
ρbal 0,029846939
Kondisi 1 0,013752526
ρ tarik
Kondisi 2 0,033006062
ρ 0,02624306
Cek ρ UNDER REINFORCED
122
Tabel II.80 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Kantilever Kondisi 3&4
Kondisi 3 499,10
As Perlu (mm2)
Kondisi 4 263,27
1 955,25
As Min (mm2) As Tul yang
2 976,67 As Tul Terpasang
diteruskan
Kondisi 3 976,67 1981,56 1321,04
As Perlu yang dipakai (mm 2 )
Kondisi 4 976,67 1981,56 1321,04
660,52
As/tulangan (mm2)
660,52 2 lapis tulangan
Kondisi 3 3 Kondisi 1 2
Kondisi 4 3 Kondisi 2 2
Jumlah Tulangan
Spasi Tulangan Spasi Tulangan
25 25
Perlu (mm) Perlu (mm)
243 189
Kondisi 3 Kondisi 1
OK OK
Cek Spasi Tulangan
243 189
Kondisi 4 Kondisi 2
OK OK
Kondisi 3 97,63 81,59
c (mm) a (mm)
Kondisi 4 97,63 81,59
Kondisi 3 0,019507666
Ԑs
Kondisi 4 0,019507666
Kondisi 3 LELEH
Cek Kelelehan
Kondisi 4 LELEH
Kondisi 3 asumsi ɸ benar
Cek ɸ Lentur (Tumpuan)
Kondisi 4 asumsi ɸ benar
Kondisi 3 518,11 691,70
ɸMn (kN-m) Jd baru (mm)
Kondisi 4 497,88 664,70
Kondisi 3 OK
Cek Kekuatan
Kondisi 4 OK
ρbal 0,029846939
Kondisi 3 0,006763002
ρ tarik
Kondisi 4 0,006763002
ρ 0,006763002
Cek ρ UNDER REINFORCED
123
Tabel II.81 Perhitungan Penulangan Lentur pada Balok Kantilever Kondisi 5
Perlu diperhatikan bahwa dari ke lima kondisi yang diuraikan, belum didesain
tulangan negatif (tekan) pada bagian tengah bentang. SNI Beton 2847-2013 Pasal
21.5.2.1 dan 21.5.2.2 mengharuskan sekurang-kurangnya ada dua batang tulangan
atas dan bawah yang dipasang menerus serta kapasitas momen positif dan negatif
minimum pada sebarang penampang di sepanjang bentang balok SRPMK tidak
boleh kurang dari ¼ kali kapasitas momen maksimum yang disediakan pada kedua
muka kolom tersebut. Dari pertimbangan tersebut dipilih akan didesain tiga buah
tulangan atas D29 akan dibuat menerus di tengah bentang.
Perlu diperhatikan juga bahwa untuk balok yang memiliki tinggi lebih dari 900 mm
perlu diberi tulangan samping sebanyak minimal 10% dari luas tulangan tarik
pokok pada balok tersebut sesuai dengan persyaratan PBBI 1971.N.I – 2.
124
II.6.2.2.2 Penulangan Geser
Perencanaan geser untuk balok induk dibuat seragam sepanjang bentang balok.
Perencanaan geser dilakukan berdasarkan SNI 2847-2013 pasal 21.6.5. Geser
rencana akibat gempa pada balok dihitung dengan mengasumsikan sendi plastis
terbentuk di ujung-ujung balok dengan tegangan tulangan lentur balok mencapai
1,25fy dan factor reduksi kuat lentur ϕ sama dengan 1.
Kondisi 1 dan 2:
𝑎𝑝𝑟−1
𝑀𝑝𝑟−1 = 1,25𝐴𝑠 𝑓𝑦 (𝑑 − )
2
339,97
𝑀𝑝𝑟−1 = 1,25 × 6605,2 × 420 (705,5 − ) = 1857,01 𝑘𝑁𝑚
2
339,97
𝑀𝑝𝑟−2 = 1,25 × 6605,2 × 420 (705,5 − ) = −1857,01 𝑘𝑁𝑚
2
Kondisi 3 dan 4:
𝑎𝑝𝑟−1
𝑀𝑝𝑟−3 = 1,25𝐴𝑠 𝑓𝑦 (𝑑 − )
2
237,98
𝑀𝑝𝑟−3 = 1,25 × 4623,64 × 420 (705,5 − ) = 1423,69 𝑘𝑁𝑚
2
237,98
𝑀𝑝𝑟−4 = 1,25 × 4623,64 × 420 (705,5 − ) = −1423,69 𝑘𝑁𝑚
2
125
Tabel II.82 Probable Moment Balok Induk Tipikal
Probable Moment Balok Induk Kondisi 1 Probable Moment Balok Induk Kondisi 3
D (mm) 29 D (mm) 29
d (mm) 705,5 d (mm) 705,5
a (mm) 271,98 a (mm) 190,39
apr-1 339,97 apr-1 237,98
Mpr-1 1857,02 Mpr-1 1423,70
Arah Momen Clockwise Kolom Arah Momen C-Clockwise Kolom
Probable Moment Balok Induk Kondisi 2 Probable Moment Balok Induk Kondisi 4
D (mm) 29 D (mm) 29
d (mm) 705,5 d (mm) 705,5
a (mm) 271,98 a (mm) 190,39
apr-1 339,97 apr-1 237,98
Mpr-1 1857,02 Mpr-1 1423,70
Arah Momen Clockwise Kolom Arah Momen C-Clockwise Kolom
Probable Moment Balok Bentang Jauh Kondisi 1 Probable Moment Balok Bentang Jauh Kondisi 3
D (mm) 29 D (mm) 29
d (mm) 1005,5 d (mm) 1005,5
a (mm) 217,58 a (mm) 178,02
apr-1 271,98 apr-1 222,53
Mpr-1 3316,75 Mpr-1 2790,87
Arah Momen Clockwise Kolom Arah Momen C-Clockwise Kolom
Probable Moment Balok Bentang Jauh Kondisi 2 Probable Moment Balok Bentang Jauh Kondisi 4
D (mm) 29 D (mm) 29
d (mm) 1005,5 d (mm) 1005,5
a (mm) 217,58 a (mm) 178,02
apr-1 271,98 apr-1 222,53
Mpr-1 3316,75 Mpr-1 2790,87
Arah Momen Clockwise Kolom Arah Momen C-Clockwise Kolom
Probable Moment Balok Kantilever Kondisi 1 Probable Moment Balok Kantilever Kondisi 3
D (mm) 32 D (mm) 29
d (mm) 702,5 d (mm) 705,5
a (mm) 397,39 a (mm) 81,59
apr-1 496,74 apr-1 101,99
Mpr-1 2300,96 Mpr-1 680,89
Arah Momen Clockwise Kolom Arah Momen C-Clockwise Kolom
Probable Moment Balok Kantilever Jauh Kondisi 2 Probable Moment Balok Kantilever Kondisi 4
D (mm) 32 D (mm) 29
d (mm) 702,5 d (mm) 705,5
a (mm) 397,39 a (mm) 81,59
apr-1 496,74 apr-1 101,99
Mpr-1 2300,96 Mpr-1 680,89
Arah Momen Clockwise Kolom Arah Momen C-Clockwise Kolom
Gaya geser pada ujung-ujung balok dapat ditentukan dengan persamaan berikut.
126
Total reaksi geser di ujung kiri = 𝑉𝑠𝑤𝑎𝑦−𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 + 𝑉𝐸𝑇𝐴𝐵𝑆 = 273,39 + 505,67
= 779,07 kN
SNI Beton Pasal 21.5.4.2 menyatakan bahwa kontribusi beton dalam menahan
geser (Vc) harus diambil sama dengan nol pada perencanaan geser di daerah sendi
plastis apabila:
a) Gaya geser Vsway akibat sendi plastis di ujung-ujung balok melebihi ½ kuat
geser perlu maksimum (Vu) di sepanjang bentang
1 779,07
𝑉 = = 389,5 𝑘𝑁 > 273,39 𝑘𝑁 = 𝑉𝑠𝑤𝑎𝑦 (tidak terpenuhi)
2 𝑢 2
b) Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan gempa, kurang dari
Agfc’/20
Karena tidak ada gaya tekan pada penampang balok induk, maka syarat kedua
terpenuhi.
Karena terdapat salah satu syarat yang tidak terpenuhi, maka disimpulkan bahwa
kontribusi beton terhadap kekuatan geser balok induk tidak boleh dianggap sama
dengan nol dan harus dihitung:
1
𝑉𝑐 = 𝑥 √𝑓𝑐 ′ 𝑥 𝑏 𝑥 𝑑
6
127
1
𝑉𝑐 = 𝑥 √30 𝑥 400 𝑥 705,5 = 257,61 𝑘𝑁
6
𝑉𝑢 779,07
𝑉𝑠 = − 𝑉𝑐 = − 257,61 = 781,14 𝑘𝑁
𝜙 0,75
2√𝑓𝑐 ′ 2√30
𝑉𝑠−𝑚𝑎𝑥 = 𝑏𝑤 𝑑 = × 400 × 705,5 = 1030,4 𝑘𝑁 > 𝑉𝑠 → 𝑂𝐾!
3 3
𝐴𝑣 𝑉𝑠
=
𝑠 𝑓𝑦 𝑑
2
𝐴𝑣 = 2𝜋(10⁄2) = 265,465 𝑚𝑚2
Sesuai dengan perhitungan di atas, akan diambil spasi sebesar 100 mm pada bagian
muka kolom tempat terbentuknya sendi plastis.
2 𝑥 𝑉𝑔 2 𝑥 505,68
𝑉𝑢 𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠 = 𝑉𝑢 − 𝑥 2ℎ = 779,07 − 𝑥 1200
𝑙𝑛 12
128
𝐴𝑣 𝑓𝑦 𝑑 265,465 × 420 × 705,5
𝑠= = = 130,8 𝑚𝑚
𝑉𝑠 601,35
Maka sesuai dengan perhitungan di atas, akan diambil spasi sebesar 120 mm pada
bagian tengah bentang dimulai dari ujung dari zona sendi plastis.
SNI Pasal 21.5.3.2: hoop pertama dipasang pada jarak 50 mm dari muka kolom
terdekat, dan yang berikutnya dipasang dengan spasi terkecil di antara:
1. d/4 = 705,5/4 = 352,75 mm
2. 6 × db terkecil = 6 × 29 = 174 mm
3. 150 mm
Spasi hoop kolom yang diperhitungkan di atas tidak perlu diambil nilai yang lebih
kecil dari 100 mm.
Karena spasi yang dihitung dari penulangan sengkang pada balok terhadap gaya
geser tidak ada yang lebih kecil dari pada spasi minimum hoops (150 mm), maka
desain dari spasi sengkang sudah memenuhi syarat dan sudah selesai didesain.
129
Tabel II.86 Perhitungan Penulangan Sengkang pada Balok Bentang Panjang
Gaya Geser Muka Kolom ketika bergoyang ke kanan Gaya Geser Muka Kolom ketika bergoyang ke kiri
Vsway (kN) 389,64 Vsway (kN) 389,64
Vg (kN) 547,13 Vg (kN) 547,13
Vu ujung kanan (kN) 936,77 Vu ujung kanan (kN) 936,77
Vu ujung kiri (kN) 157,48 Vu ujung kiri (kN) 157,48
Cek syarat Vc 1 Tidak Terpenuhi Cek syarat Vc 1 Tidak Terpenuhi
Kontribusi Beton,
Kontribusi Beton, Vc Cek syarat Vc 2 Terpenuhi Cek syarat Vc 2 Terpenuhi
Vc
Vc (kN) 504,8404456 Vc (kN) 504,8404456
Vs (kN) 744,1810548 Vs (kN) 744,1810548
Vs max 2019,361782 Vs max 2019,361782
Cek Vs max OK Cek Vs max OK
Av (mm2) 265,465 Av (mm2) 265,465
Zona Sendi Plastis Zona Sendi Plastis
spasi butuh (mm) 150,646601 spasi butuh (mm) 150,646601
spasi yang digunakan (mm) 150 spasi yang digunakan (mm) 150
Zona Tengah Bentang = jarak 2h dari kolom Zona Tengah Bentang = jarak 2h dari kolom
Vu (kN) 783,1871218 Vu (kN) 783,1871218
Vs (kN) 539,4090501 Vs (kN) 539,4090501
spasi butuh (mm) 207,8354941 spasi butuh (mm) 207,8354941
spasi yang digunakan (mm) 200 spasi yang digunakan (mm) 200
Sama halnya seperti perencanaan torsi pada balok anak. Sebelum merancang
tulangan torsi yang dibutuhkan, diperiksa terlebih dahulu apakah tulangan torsi
dibutuhkan dan apakah perlu melakukan penambahan tulangan torsi. Berikut
ditampilkan rangkuman hasil dari pemeriksaan kebutuhan tulangan torsi untuk
balok induk tipikal, balok bentang panjang, dan balok kantilever.
130
Tabel II.88 Perhitungan Penulangan Torsi pada Balok Induk
131
Tabel II.89 Perhitungan Penulangan Torsi pada Balok Induk Bentang Panjang
132
Tabel II.90 Perhitungan Penulangan Torsi pada Balok Induk Kantilever
Sama halnya seperti perencanaan pada balok anak. Berikut ini ditampilkan
rangkuman hasil dari perencanaan panjang penyaluran untuk balok induk tipikal,
balok bentang panjang, dan balok kantilever.
133
Tabel II.91 Perhitungan Penulangan Torsi pada Balok Tipikal
Tulangan Positif
Cut-Off & Panjang Penyaluran Tulangan Negatif (atas)
(bawah)
Lokasi Cut-off dari muka kolom (mm) 2000 2000
d (mm) 705.5 705.5
db (mm) 29 29
yt 1.3 1.3
ye 1 1
l 1 1
d 2705.5 705.5
Panjang Penyaluran ld+ 12db 2348 348
(mm), dari muka kolom ld- ln/16 2026.25 26.25
(mm), dari titik cut off hitung 1533.70086 1700.517446
pilih 2800 1800
ldh 533.70086 533.70086
Angkur
panjang angkur 348 348
Tulangan Positif
Cut-Off & Panjang Penyaluran Tulangan Negatif (atas)
(bawah)
Lokasi Cut-off dari muka kolom (mm) 4000 4000
d (mm) 1005.5 1005.5
db (mm) 29 29
yt 1.3 1.3
ye 1 1
l 1 1
d 5005.5 1005.5
12db 4348 348
Panjang Penyaluran ld+ (mm), dari
ln/16 4026.25 26.25
muka kolom ld- (mm), dari titik cut off
hitung 1533.70086 1700.517446
pilih 5500 1800
ldh 533.70086 533.70086
Angkur
panjang angkur 348 348
134
Tulangan Positif
Cut-Off & Panjang Penyaluran Tulangan Negatif (atas)
(bawah)
Lokasi Cut-off dari muka kolom (mm) 500 500
d (mm) 702.5 702.5
db (mm) 32 29
yt 1.3 1.3
ye 1 1
l 1 1
d 1202.5 702.5
12db 884 348
Panjang Penyaluran ld+ (mm), dari
ln/16 526.25 26.25
muka kolom ld- (mm), dari titik cut off
hitung 1588.911294 1700.517446
pilih 1600 2000
ldh 588.9112938 533.70086
Angkur
panjang angkur 384 348
135
Tabel II.96 Kesimpulan Penulangan Balok Kantilever
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok dan meneruskannya ke pondasi bangunan. Kolom merupakan suatu elemen
struktur tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga
keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan
runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse)
seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). Peran kolom sangat penting pada struktur
bangunan, oleh karena itu diperlukan perencanaan yang baik agar kerja kolom dapat
maksimal. Sebelum dilakukan perhitungan perlu diketahui terlebih dahulu properti
penampang dari masing-masing tipe elemen kolom dengan gaya dalamnya masing-
masing. Berikut ini properti kolom sesuai dengan preliminary design.
136
Properti Kolom Basement
h (mm) 750 Selimut (mm) 40
b (mm) 1000 Sengkang (mm) 13
fc' 40 fy 420
1 0.76428571 Bentang bersih (mm) 4800
Berikut ini gaya dalam yang diterima kolom berdasarkan analisis ETABS.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh kolom yang didesain
berdasarkan SNI 2847-2013 Pasal 21.6.1 dengan contoh perhitungan untuk kolom
lantai atas sebagai berikut.
𝐴𝑔 𝑓𝑐′
a. Gaya Aksial terfaktor maksimum yang bekerja harus melebihi 10
137
b. Sisi terpendek penampang kolom tidak kurang dari 300 mm
𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 = 𝑏 = 650 𝑚𝑚 > 300 𝑚𝑚 → 𝑂𝑘
c. Rasio dimensi penampang tidak kurang dari 0,4
𝑏 650
= = 0,76 > 0,4 → 𝑜𝑘
ℎ 850
138
Gambar II.46 Konfigurasi Penulangan Kolom Lantai Basement
Berdasarkan SNI Pasal 21.6.2.2 disebutkan bahwa Kuat Kolom 𝜙𝑀𝑛 harus
memenuhi Σ𝑀𝑐 ≥ 1,2 Σ𝑀𝑔 .
Dimana:
Σ𝑀𝑐 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑛 𝑑𝑢𝑎 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑒𝑚𝑢 𝑑𝑖 𝑗𝑜𝑖𝑛
139
Σ𝑀𝑔 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑛 𝑑𝑢𝑎 𝑏𝑎𝑙𝑜𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑡𝑒𝑚𝑢 𝑑𝑖 𝑗𝑜𝑖𝑛
Nilai Mn kolom didapatkan dengan memasukkan gaya aksial dari ETABS pada
masing-masing lantai kolom ke dalam diagram interaksi P-M hasil perhitungan dari
PCAColumn seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Sedangkan nilai
Mn balok didapatkan dari perhitungan momen balok induk sesuai dengan
perhitungan pada subbab sebelumnya.
140
Gambar II.48 Diagram Interaksi P-M Kolom Lantai Basement
Contoh perhitungan kekuatan kolom untuk kolom lantai atas (lantai 3):
1,2 Σ𝑀𝑔 = 1,2(1857,01 + 1423,69) = 3936,85 𝑘𝑁𝑚
𝜙𝑃𝑛−4 = 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑑𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑠 (𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 4)
𝜙𝑃𝑛−4 = 3126,88 𝑘𝑁 → 𝜙𝑀𝑛−4 = 2509 𝑘𝑁𝑚
𝜙𝑃𝑛−3 = 𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑘𝑠𝑖𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑑𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑠 (𝑙𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 3)
𝜙𝑃𝑛−3 = 5247,45 𝑘𝑁 → 𝜙Mn−3 = 2056 𝑘𝑁𝑚
Σ𝑀𝑐 = 𝜙𝑀𝑛−3 + 𝜙Mn−4 = 4565 𝑘𝑁𝑚 > 3936,85 𝑘𝑁𝑚 → 𝑜𝑘
Untuk perhitungan kekuatan kolom untuk setiap lantai dapat dilihat pada tabel
berikut dengan keterangan bahwa syarat 1 adalah pengecekan momen nominal
suatu lantai dengan lantai di atasnya (lantai teratas tidak perlu dicek syarat 1),
sedangkan syarat 2 adalah pengecekan momen nominal suatu lantai dengan lantai
di bawahnya (lantai terbawah tidak perlu dicek syarat 2).
141
Kuat Kolom Goyangan Kanan
ФMn kanan 1323,37 kN-m
ФMn kiri 1323,37 kN-m
1.2∑Mg 3176,08908 kN-m syarat 1 syarat 2
Lantai фPn (kN) фMn (kN-m) Mni+Mni-1 Mni+Mni+1
Atap 1139,51 2105 NOT OK Terpenuhi
4 3126,89 2509 Terpenuhi Terpenuhi
3 5247,45 2056 Terpenuhi Terpenuhi
2 7388,55 1903 Terpenuhi Terpenuhi
1 9209,12 2538 Terpenuhi Terpenuhi
B1 10415,53 2423 Terpenuhi NOT OK
Dimana
𝑏𝑐 = lebar penampang inti beton (yang terkekang)
𝐴𝑐ℎ = luas penampang inti beton,diukur dari serat terluar hoops ke serat terluar
hoops di sisi lain
Contoh perhitungan kolom tipe Lantai Atas.
Dicoba tulangan berdiameter D13 untuk hoops dengan jumlah 4 kaki
𝜋(13)2
𝐴𝑠ℎ = × 4 = 530,929 𝑚𝑚2
4
142
1
𝑏𝑐 = 𝑏𝑤 − 2 (𝑠𝑒𝑙𝑖𝑚𝑢𝑡 + 𝑑𝑏 ) = 850 − 2(40 + 0.5(13)) = 757 𝑚𝑚
2
𝐴𝑐ℎ = (𝑏𝑤 − 2(𝑠𝑒𝑙𝑖𝑚𝑢𝑡)) × (𝑏𝑤 − 2(𝑠𝑒𝑙𝑖𝑚𝑢𝑡))
𝐴𝑐ℎ = (850 − 2(40))𝑥 (650 − 2(40)) = 438.900 𝑚𝑚2
Sehingga
𝐴𝑠ℎ 40 552.500 𝑚𝑚2
= 0,3 (757 × )( − 1) = 5,598
𝑠 420 438.900 𝑚𝑚
dan
𝐴𝑠ℎ 0,09 × 757 × 40 𝑚𝑚2
= = 6,488
𝑠 420 𝑚𝑚
Jadi, diambil nilai yang terbesar yaitu 6,488 mm2/mm. Perhitungan untuk masing-
masing lantai disajikan pada tabel berikut.
b. Spasi Maksimum
Menurut SNI Pasal 21.6.4.3 (lihat gambar di bawah), syarat spasi maksimum adalah
yang terkecil diantara:
1. ¼ dimensi penampang kolom terkecil
2. 6 kali diameter tulangan longitudinal
3. So menurut persamaan :
350 − ℎ𝑥
𝑠𝑜 ≤ 100 +
3
Dengan
ℎ𝑥 =2/3 bc atau spasi horizontal maksimum kaki-kaki pengikat silang
Namun 𝑠𝑥 tidak boleh melebihi 150 mm dan tidak perlu lebih kecil dari 100 mm.
143
Contoh perhitungan untuk kolom tipe lantai atas.
1
(650) = 162,5 𝑚𝑚
4
6 × 32 = 192 𝑚𝑚
2
ℎ𝑥 = (757) = 484,67 𝑚𝑚 𝑎𝑡𝑎𝑢 142,5 𝑚𝑚 → 142,5 𝑚𝑚
3
350 − 142,5
𝑠𝑜 = 100 + = 169,16 𝑚𝑚, 100 ≤ 𝑠𝑜 ≤ 150
3
Maka, spasi maksimum adalah 150 mm (yang terkecil diantara 162,5; 192; dan 150
mm).
Dipilih nilai s = 125 mm < smax = 150 mm
Nilai spasi ini diperiksa terhadap luas tulangan yang dibutuhkan yaitu:
𝐴𝑠ℎ 𝑚𝑖𝑛 = 125 × 6,488 = 811,07 𝑚𝑚2
Jadi, karena luas tulangan 4D13 (𝐴𝑠ℎ = 530,929 𝑚𝑚2 ) tidak mencukupi, maka
ditentukan akan digunakan tulangan confinement dengan 8D13 (dipasang 2 lapis)
sehingga akan memenuhi besar luas minimum hoops
𝐴𝑠ℎ > 𝐴𝑠ℎ 𝑚𝑖𝑛 → 1.061,86 𝑚𝑚2 > 811,07 𝑚𝑚2
Perhitungan tipikal lainnya disajikan pada tabel berikut ini.
144
Tabel II.106 Perhitungan Spasi Confinement di Joint Kolom
145
a. Ve tidak perlu lebih besar dari 𝑉𝑠𝑤𝑎𝑦 yang dihitung berdasarkan 𝑀𝑝𝑟 balok :
𝑀𝑝𝑟−𝑡𝑜𝑝 𝐷𝐹𝑡𝑜𝑝 + 𝑀𝑝𝑟−𝑏𝑜𝑡 𝐷𝐹𝑏𝑜𝑡
𝑉𝑠𝑤𝑎𝑦 =
𝑙𝑛
Dengan DF = faktor distribusi momen di bagian atas dan bawah kolom
Untuk kolom lantai 2, 𝐷𝐹𝑡𝑜𝑝 = 0,315 𝐷𝐹𝑏𝑜𝑡 = 0,685 (berdasarkan distribusi
kekakuan)
0,5 𝑥 1857,02 + 0,5 𝑥 1423,7
𝑉𝑠𝑤𝑎𝑦 = = 338,976 𝑘𝑁
(4,2)
b. Ve tidak boleh lebih kecil dari gaya geser terfaktor hasil analisis, yaitu 474,934
kN.
Lantai tinggi kolom (mm) Inersia (mm4) DF Top DF Bottom ln (m) Vsway (kN) Vu (kN) Ve (kN)
Vc dapat diambil = 0 jika Ve akibat gempa lebih besar dari ½ Vu dan gaya aksial
terfaktor pada kolom tidak melampaui 0,05 Agfc’.
1 1
𝑉𝑢 = × 474,934 = 237,47 𝑘𝑁 → 𝑉𝑐 = 0
2 2
0,05(552.500)(40)
0,05 𝐴𝑔 𝑓𝑐′ = = 1105 𝑘𝑁 > 𝑉𝑒 → 𝑉𝑐 ℎ𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛
1000
Maka:
√𝑓𝑐′ √40 32
𝑉𝑐 = 𝑏𝑤 𝑑 = (650) (650 − 40 − 13 − ) = 398,08 𝑘𝑁
6 6 2
Kemudian penulangan geser untuk kolom dilakukan dengan cara yang sama dengan
penulangan geser pada balok yaitu seperti yang di bawah ini.
146
Gambar II.49 Zonasi Penulangan Geser
(Sumber: Imran, I dan Hendrik, F. 2014)
c. Cek apakah butuh tulangan geser (Zona I)
𝑉𝑢 1
> 𝑉
𝜙 2 𝑐
𝑉𝑢 474,934 1
= = 633,245 𝑘𝑁 < (398,078) → 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐺𝑒𝑠𝑒𝑟
𝜙 0,75 2
Selanjutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan apakah tulangan geser minimum
(pada zona II dari diagram zonasi tulangan geser) sudah cukup untuk menahan gaya
geser yang terjadi pada kolom. Diawali dengan pemeriksaan zona II.
1
𝑉𝑐 + 3 bw d
1 1
𝑉𝑐 + 3 bw d = 398,1 + 3 (650) (581) = 523,96 kN
𝑉𝑢 474,934
Untuk Lantai 4: = = 633,245 𝑘𝑁 > 523,96 kN
𝜙 0,75
Karena pada lantai tertentu masih terdapat kebutuhan tulangan geser yang masih
melewati zona II, maka dilanjutkan dengan pemeriksaan zona III.
1 1
𝑉𝑐 + 3 √𝑓𝑐′ bw d = 398,1 + 3 √40 (650) (581) = 1194 kN
147
Maka diambil kesimpulan bahwa untuk lantai 2, 3, dan 4 termasuk ke dalam
penulangan geser zona III, sedangkan untuk lantai B2, B1, 1, dan Atap termasuk ke
zona II sesuai dengan tabel di bawah ini.
Setelah ditentukan zona tulangan geser kolom dari masing-masing lantai, akan
dilakukan pengecekan dan penentuan spasi tulangan geser yang memenuhi. Telah
diketahui sebelumnya bahwa tulangan sengkang yang dipasang untuk tulangan
confinement yang sebelumnya telah dihitung, yaitu 8D13 dengan s = 125 mm.
Kebutuhan spasi dari kolom ditentukan dengan syarat:
s < 0,5d = 290,5 (lantai atas) dan 342,25 (lantai basement)
s < 600 mm
Karena spasi tulangan transversal pada confinement telah memenuhi syarat yang
ditentukan di atas, maka spasi yang digunakan adalah tulangan confinement.
Langkah terakhir adalah dengan menghitung apakah luas tulangan yang terpasang
sudah memenuhi tulangan minimum yang disyaratkan.
s bw
Untuk Zona II: Av > 3 fy
𝑉 s
Untuk Zona III: Av > ( 𝜙𝑢 − 𝑉𝑐 ) fy d
Perhitungan dapat diperhatikan pada tabel di bawah dan dapat diambil kesimpulan
bahwa tulangan confinement yang terpasang 8D13-100 sudah mencukupi.
148
Syarat Spasi Zona II dan III daerah Joint Kolom
s max tul Ash
spasi spasi s digunakan
confinement Av-min (mm4) confinement >
syarat 1 syarat 2 (mm)
(mm) Av-min
600,000 290,500 125 125 64,484 TERPENUHI
600,000 290,500 125 125 120,465 TERPENUHI
600,000 290,500 125 125 156,036 TERPENUHI
600,000 290,500 125 125 139,760 TERPENUHI
600,000 342,250 125 125 74,405 TERPENUHI
600,000 342,250 125 125 74,405 TERPENUHI
d. Sengkang diluar 𝑙𝑜
Perhitungan pada subbab V.2.3.5 hanya untuk daerah joint kolom sejauh 𝑙𝑜 , oleh
karena itu sama seperti tulangan confinement, perlu dilakukan pengecekan
kebutuhan tulangan geser untuk daerah di luar 𝑙𝑜 .
SNI pers (11-4) memberikan harga Vc bila ada gaya aksial yang bekerja:
𝑁𝑢
𝑉𝑐 = 0,17 (1 + ) 𝜆√𝑓𝑐′ 𝑏𝑤 𝑑
14𝐴𝑔
Dengan
Nu = gaya tekan aksial terkecil (𝑁𝑢 /𝐴𝑔 mdalam MPa)
𝜆 = 1, untuk beton normal
149
Tabel II.111 Perhitungan Tulangan Geser di Luar lo dari Joint Kolom
18,426 0,033 407,007 Cek Zona II 532,890 556,286 Cek Zona III 1203 150 150 139,069 TERPENUHI
36,336 0,066 407,947 Cek Zona II 533,830 557,226 Cek Zona III 1204 150 150 181,177 TERPENUHI
40,434 0,073 408,162 Cek Zona II 534,045 557,441 Cek Zona III 1204 150 150 161,513 TERPENUHI
54,240 0,072 554,819 Cek Zona II 725,944 757,748 YA 555 150 150 89,286 TERPENUHI
89,728 0,120 556,685 Cek Zona II 727,810 759,614 YA 557 150 150 89,286 TERPENUHI
Menurut SNI Pasal 21.6.3.3, Lap Splice hanya boleh dipasang di bentang tengah
tinggi kolom dan harus diikat dengan tulangan sengkang (confinement). Sepanjang
lap splices (sambungan lewatan), spasi tulangan transversal dipasang sesuai dengan
spasi tulangan confinement sebelumnya, yaitu 125 mm.
Berdasarkan SNI Beton 2847:2013 Pasal 12.17.2.2, digunakan Class B jika semua
tulangan disalurkan di lokasi yang sama. Panjang lewatan Kelas B = 1,3ld
Nilai ld ditentukan berdasarkan SNI sesuai dengan tabel sebagai berikut.
Karena tidak ada tulangan horizontal yang dipasang sehingga lebih dari 300 mm beton
segar dicor di bawah panjang penyaluran atau sambungan, yt = 1.0.
150
Karena tulangan tidak dilapisi atau digalvanis, ye = 1.0. Untuk beton segar (l = 1.0),
didapatkan panjang penyaluran ld adalah sebagai berikut (contoh perhitungan untuk
kolom tipikal lantai atas):
420 × 1,3 × 1
𝑙𝑑 = ( ) 29 = 1625,1 𝑚𝑚
1,7 × 1 × √40
Panjang lewatan
1,3 𝑙𝑑 = 1,3 (1625,1) = 2112,6 𝑚𝑚
1,3 ld dapat dikurangi dengan cara dikalikan 0,83 jika confinement sepanjang
lewatan mempunyai area efektif yang tidak kurang dari 0,0015 × ℎ × 𝑠.
𝐴𝑟𝑒𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 = 0,0015 × 650 × 125 = 121,875 𝑚𝑚2
𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐻𝑜𝑜𝑝𝑠 = 1061,86 𝑚𝑚2
𝐿𝑎𝑝 𝑆𝑝𝑙𝑖𝑐𝑒𝑠 = 0,83 × 2112,6 = 1753,4 𝑚𝑚 ≈ 1800 𝑚𝑚
Untuk perhitungan untuk kolom setiap lantai disajikan pada tabel berikut.
151
Tulangan Terpasang Kolom
Tulangan Longitudinal D tul (mm) N
Lantai Atas 32 16
Basement 25 16
Panjang Lewatan ld (mm)
Lantai Atas 1800
Lantai Basement 1400
Daerah Ujung Daerah Tengah
Tulangan Transversal
8D13-125 8D13-150
Daerah di luar sendi plastis lo (mm)
Lantai Atas 850
Lantai Basement 1000
Lap Splice Panjang Lewatan
Lantai Atas 1800
Basement 1400
Angkur tul. sengkang 135 derajat 200
152
dalam suatu joint yang dihitung dari tinggi joint dikali dengan lebar joint efektif.
Tinggi Joint harus merupakan tinggi keseluruhan kolom, h dan lebar efektif joint
ditentukan tidak boleh melebihi:
Dua kali jarak tegak lurus dari sumbu longitudinal balok ke sisi kolom (x)
Lebar Efektif Joint = Nilai terkecil antara b + h dan b + 2x, diambil dari nilai di
bawah ini:
153
Dimensi Join
SNI 2847-2002 Pasal 23.5.2.1 menyatakan bahwa dalam joint harus terdapat
tulangan confinement. Sementara itu pada SNI 2847-2002 Pasal 23.5.2.2 dikatakan
bahwa untuk joint interior, jumlah tulangan confinement yang dibutuhkan
setidaknya setengah tulangan confinement yang dibutuhkan di ujung-ujung kolom.
Dari desain kolom pada subbab sebelumnya pada bagian tulangan confinement
ditentukan bahwa nilai Ash/s maksimum yang dibutuhkan untuk kolom lantai 2
adalah sebesar 6,49 mm2/mm, maka dibutuhkan tulangan confinement:
0,5𝐴𝑠ℎ
= 0,5 𝑥 6,49 = 3,24 𝑚𝑚2/𝑚𝑚
𝑠
Spasi vertikal hoop diizinkan untuk diperbesar hingga 150 mm. Sehingga:
1
Ash pakai = 4 𝑥 4 𝑥 𝑝ℎ𝑖 𝑥 (16)2 = 804,25 mm2
Luas Ash yang didapat adalah 804,25 mm2. Karena sudah memenuhi area tulangan
hoop yang diperlukan, maka digunakan 4 kaki D16 dengan spasi 150 mm.
154
Perhitungan hubungan balok kolom untuk lantai lainnya dapat diperhatikan pada
tabel berikut.
Sesuai dengan hasil perhitungan pada tahap sebelumnya pada desain kolom
didapatkan besarnya gaya Vsway untuk masing-masing lantai pada kolom. Gaya
tersebut akan digunakan dalam perhitungan kuat geser join.
Untuk Lantai 2:
Vsway= 372,98 kN
Maka dapat ditentukan gaya tarik yang terjadi pada tulangan sebesar
Vu = |T1 + C2 – Vsway|
Vu = |3.467,73 + 2.427,41 – 372,98|
Vu = 5.556,16 kN
155
SNI 2847-2013 Pasal 23.5.3.1 Kuat geser nominal joint yang dikekang di keempat
sisinya adalah:
Sehingga karena nilai Kuat geser nominal sudah lebih besar nilainya dibanding
geser yang terjadi, maka kuat geser joint sudah memadai. Berikut ini adalah hasil
pengecekan yang dilakukan pada lantai lainnya.
Berdasarkan peraturan SNI 1726:2012 pasal 7.3.3.4, untuk struktur yang dirancang
pada kategori desain seismik D, E, atau F dan mempunyai ketidakberaturan struktur
horizontal tipe 1a, 1b, 2, 3, atau 4 pada kategori ketidakberaturan struktur atau
ketidakberaturan struktur vertikal tipe 4 pada kategori ketidakberaturan struktur,
gaya desain diafragma yang ditentukan harus ditingkatkan 25 persen untuk elemen-
elemen sistem penahan gempa di bawah ini:
Gaya desain diafragma yang dimaksud adalah sesuai dengan persamaan berikut:
156
Dimana:
Fpx = gaya desain diafragma;
Fi = gaya desain yang diterapkan di tingkat-i
wi = tributari berat sampai tingkat i
wpx = tributari berat diafragma di tingkat x.
Gaya yang dihitung dibatasi tidak boleh kurang dari:
𝐹𝑝𝑥 min = 0,2 𝑥 𝑆𝐷𝑆 𝑥 𝐼𝑒 𝑥 𝑊𝑝𝑥
dan tidak boleh melebihi:
𝐹𝑝𝑥 max = 0,4 𝑥 𝑆𝐷𝑆 𝑥 𝐼𝑒 𝑥 𝑊𝑝𝑥
Gaya desain diafragma diaplikasikan ke setiap lantai dengan konsep one story at a
time dalam arti gaya yang diberikan pada masing-masing lantai satu per satu untuk
memeriksa elemen kolektor sedangkan jika gaya desain diafragma lebih kecil
daripada gaya desain diafragma minimum, gaya yang akan diaplikasikan adalah
gaya desain diafragma minimum.
Selain itu, gaya desain diafragma baik arah-x maupun arah-y harus diaplikasikan
ke seluruh kombinasi beban yang menggunakan beban gempa (Ex dan Ey). Perlu
diperhatikan karena berat bangunan dalam arah-x dan arah-y sama saja, maka
perhitungan dilakukan sekali saja dengan detail perhitungan seperti di bawah ini.
157
Tabel II.118 Mass Summary per Lantai
Contoh Perhitungan dilakukan untuk lantai Atap (digunakan beban seismik statis
sebagai pendekatan):
Diketahui:
𝑊 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Fpxatap = Watap x Cs x 𝑊 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = 2394,069 kN
Setelah seluruh nilai Fpx dan Fpy selesai dihitung dapat dilihat bahwa nilai Fpx
yang mewakili adalah nilai Fpx min, sehingga langkah selanjutnya adalah
mengaplikasikan nilai tersebut ke masing-masing story pada perangkat lunak
158
ETABS 2016. Nilai Fpx dan Fpy diaplikasikan ke joint pada setiap lantai satu per
satu (one floor at a time, NEHRP Seismic Design Technical Briefs No.3). Perlu
diperhatikan bahwa diafragma lantai pada program diatur dalam kondisi semi-kaku
(semi rigid, FEMA 310, Chapter 4.0). Perlu diketahui juga bahwa kombinasi
pembebanan yang digunakan adalah sama dengan kombinasi metoda ultimit untuk
gempa namun ditambahkan beban Fpx dan Fpy pada kombinasi beban gempa Ex dan
Ey dengan koefisien kombinasi yang sama.
Diketahui:
Berikut adalah perhitungan untuk seluruh bangunan Senayan Park sesuai dengan
tipikal yang telah ditentukan.
159
Tabel II.120 Kesimpulan Pengecekan Elemen Kolektor
KOLEKTOR
Story Balok P (kN) 0,1 Ag fc' Cek Kolektor
Induk 622,47 960 Not Kolektor
Atap Bentang Jauh 1277,66 1815 Not Kolektor
Kantilever 581,38 960 Not Kolektor
Induk 721,87 960 Not Kolektor
Tipikal 1
(Lantai 2-4)
Bentang Jauh 1603,75 1815 Not Kolektor
Kantilever 390,04 960 Not Kolektor
Tipikal 2
(Lantai B2-1)
Induk 868,25 960 Not Kolektor
Elemen Kord adalah elemen yang terjadi akibat gaya inplane pada pelat diafragma
akibat gaya gempa, sehingga terjadi gaya tekan dan tarik pada penampang pelat.
160
Potongan Section Cut
𝑀3 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 + 𝑀3 𝑘𝑖𝑟𝑖
Mz = 2
161
Dari gaya momen tersebut ditentukan gaya tarik dan tekan (T) sesuai dengan
persamaan di bawah ini.
𝑀𝑧
T= 𝑑
Dimana:
Untuk pengecekan luas tulangan tarik yang dibutuhkan pada kord, dilakukan
pengecekan dengan persamaan:
𝑇
As = 𝑓𝑢
𝑦
Nilai luas tulangan tarik ini akan dibandingkan dengan kelebihan tulangan tarik
pada balok yang diperiksa. Jika kelebihan tulangan tarik kurang dari luas tulangan
tarik kord yang diperlukan, akan diperlukan tulangan tambahan.
Sedangkan untuk tegangan tekan kord, disyaratkan batas tegangan tekan yang
diperbolehkan sebelum memerlukan tulangan confinement tambahan sebesar
0,2Agfc’.
Berikut ini diberikan contoh perhitungan pengecekan kord pada story Atap.
d = 37,4 m
𝑀𝑧 3277,82
T= = = 87,64 𝑘𝑁
𝑑 37,4
𝑇 87,64 103
As kord = 𝑓𝑢 = = 231,85 mm2
𝑦 0,9 420
162
Daru langkah-langkah detailing telah diketahui bahwa:
163
Tabel II.121 Pengecekan Elemen Kord Lantai Atap
Lantai Atap
Load Section M3 Section M3 Mz d T As Kord As total Asbutuh Selisih 0,2Agfc'
CEK CEK
Case/Combo Cut kN-m Cut kN-m kN-m m kN mm2 mm2 mm2 mm2 kN
Comb 5.a Max SCut1 -276,3 SCut2 1285,0 780,7 37,4 20,9 55,2 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 5.a Min SCut1 -1285,0 SCut2 276,3 780,7 37,4 20,9 55,2 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 5.b Max SCut1 117,4 SCut2 891,4 504,4 37,4 13,5 35,7 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 5.b Min SCut1 -891,4 SCut2 -117,4 504,4 37,4 13,5 35,7 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 5.c Max SCut1 -1546,9 SCut2 2555,7 2051,3 37,4 54,8 145,1 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 5.c Min SCut1 -2555,7 SCut2 1546,9 2051,3 37,4 54,8 145,1 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 5.d Max SCut1 -1153,2 SCut2 2162,0 1657,6 37,4 44,3 117,3 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 5.d Min SCut1 -2162,0 SCut2 1153,2 1657,6 37,4 44,3 117,3 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 6.a Max SCut1 1167,5 SCut2 -511,6 839,5 37,4 22,4 59,4 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 6.a Min SCut1 511,6 SCut2 -1167,5 839,5 37,4 22,4 59,4 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 6.b Max SCut1 1285,6 SCut2 -629,7 957,7 37,4 25,6 67,7 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 6.b Min SCut1 629,7 SCut2 -1285,6 957,7 37,4 25,6 67,7 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 6.c Max SCut1 -3067,9 SCut2 3723,9 3395,9 37,4 90,8 240,2 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 6.c Min SCut1 -3723,9 SCut2 3067,9 3395,9 37,4 90,8 240,2 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 7.a Max SCut1 334,7 SCut2 674,1 504,4 37,4 13,5 35,7 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 7.a Min SCut1 -674,1 SCut2 -334,7 504,4 37,4 13,5 35,7 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 7.b Max SCut1 728,3 SCut2 280,4 504,4 37,4 13,5 35,7 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 7.b Min SCut1 -280,4 SCut2 -728,3 504,4 37,4 13,5 35,7 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 7.c Max SCut1 -936,0 SCut2 1944,8 1440,4 37,4 38,5 101,9 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 7.c Min SCut1 -1944,8 SCut2 936,0 1440,4 37,4 38,5 101,9 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 7.d Max SCut1 -542,3 SCut2 1551,1 1046,7 37,4 28,0 74,0 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 7.d Min SCut1 -1551,1 SCut2 542,3 1046,7 37,4 28,0 74,0 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 8.a Max SCut1 1778,5 SCut2 -1122,5 1450,5 37,4 38,8 102,6 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 8.a Min SCut1 1122,5 SCut2 -1778,5 1450,5 37,4 38,8 102,6 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 8.b Max SCut1 1896,6 SCut2 -1240,6 1568,6 37,4 41,9 111,0 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 8.b Min SCut1 1240,6 SCut2 -1896,6 1568,6 37,4 41,9 111,0 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 8.c Max SCut1 -2457,0 SCut2 3113,0 2785,0 37,4 74,5 197,0 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 8.c Min SCut1 -3113,0 SCut2 2457,0 2785,0 37,4 74,5 197,0 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 8.d Max SCut1 -2338,9 SCut2 2994,9 2666,9 37,4 71,3 188,6 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 8.d Min SCut1 -2994,9 SCut2 2338,9 2666,9 37,4 71,3 188,6 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 6.d Max SCut1 -2949,8 SCut2 3605,8 3277,8 37,4 87,6 231,9 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
Comb 6.d Min SCut1 -3605,8 SCut2 2949,8 3277,8 37,4 87,6 231,9 6605,2 5923,7 681,5 OK 1920 OK
164
Tabel II.122 Pengecekan Elemen Kord Lantai Tipikal 1 (Lt.2 - Lt.4)
165
Tabel II.123 Pengecekan Elemen Kord Lantai Tipikal 2 (Lt.B2 - Lt.1)
Dari tabel perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa tulangan yang terpasang
masih cukup untuk menahan gaya tekan dan tarik pada elemen kolektor.
II.7.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari tugas akhir “Perancangan Struktur Atas Kawasan Lifestyle Center
Senayan Park Jakarta” adalah sebagai berikut:
166
2. Bangunan didesain menjadi 2 tower terpisah yang terdiri dari 4 lantai dan 2
lantai basement dengan tinggi 20,8 meter dengan kedalaman basement 8 meter,
dan dimodelkan dalam software ETABS seperti gambar berikut.
167
5. Spesifikasi material tulangan dan beton yang digunakan dalam desain adalah:
Mutu Baja Tulangan:
Ulir dan Polos : fy = 420 MPa
Mutu Beton:
Kolom : fc’ = 40 MPa
Pelat : fc’ = 30 MPa
Balok : fc’ = 30 MPa
*minimum fc’ beton = 20 MPa (SNI 2847:2013, Pasal 21.1.4.2)
6. Hasil desain detailing elemen struktur terhadap beban-beban yang bekerja pada
struktur bangunan yang didapatkan untuk balok anak, balok induk, pelat, kolom
adalah seperti yang direkap sebagai berikut.
168
Tabel II.126 Kesimpulan Desain Balok Induk Bentang Panjang
169
Tabel II.129 Kesimpulan Desain Kolom Basement
7. Gambar Detail dilakukan untuk seluruh elemen struktur di atas yang dapat
dilihat pada bagian Lampiran.
II.7.2 Saran
Berikut ini diberikan saran dari penulis setelah menjalani proses pengerjaan Tugas
Akhir “Perancangan Struktur Atas Kawasan Lifestyle Center Senayan Park
Jakarta”, agar pekerjaan perancangan dapat lebih baik lagi untuk kedepannya.
1. Dalam pemodelan struktur ETABS disarankan untuk dilakukan dengan bantuan
fitur import agar lebih menghemat waktu, namun tidak disarankan untuk meng-
import seluruh bagian elemen struktural dikarenakan ketidaksempurnaan
software sehingga dapat terjadi beberapa bagian yang tidak termodelkan. Oleh
karena itu elemen bagian yang disarankan penulis untuk di-import hanyalah
bagian grid dan elemen struktural kolom.
2. Variasi tipikal elemen struktur dapat diperbanyak untuk penghematan gedung
yang didesain.
170
3. Dapat dievaluasi kembali denah arsitektur, agar tidak terdapat balok bentang
panjang yang menyebabkan ukuran balok sangat besar, sehingga tinggi efektif
dari bangunan berkurang.
171
Bagian III Pembahasan Aspek Lain
Pada bagian ini, akan dibahas summary desain yang berisi konsep dan hasil desain
secara ringkas dari aspek geoteknik, transportasi, sumber daya air, dan manajemen
rekayasa konstruksi.
III.1 Aspek Geoteknik
Perencanaan kawasan Senayan Park untuk aspek geoteknik terdiri dari
perencanaaan pondasi dan perencanaan dinding penahan tanah (DPT)
Dalam tugas akhir kali ini, didapatkan parameter tanah input data analisis kapasitas
fondasi dengan menggunakan tabel- tabel korelasi sesuai literatur. Berikut adalah
nilai parameter – parameter tanah setiap lapisan:
Top Bottom
Layer g dry g sat
Jenis tanah Height Height NSPT K (cm/s) E (kPa) m c (kPa) (o)
depth (m) (kN/m3) (kN/m3)
(m) (m)
Lempung Kelanauan 0 3 3 8 12,38 19,2 0,000001 21333,3 0,2 53,33 0
Lempung Kelanauan 3 6 3 9 12,57 19,5 0,000001 24000,0 0,2 60,00 0
Lempung Kelanauan 6 8 2 4 11,35 17,6 0,000001 10666,7 0,15 26,67 0
Lempung Kepasiran 8 9 1 4 11,35 17,6 0,00001 10666,7 0,15 26,67 0
Lempung Kepasiran 9 11 2 20 13,67 21,2 0,00001 53333,3 0,25 133,33 0
Cadas 11 12 1 51 14,44 22,4 0,000001 800,0 0,4 2,00 44,7
Cadas 12 17 5 58 14,44 22,4 0,000001 800,0 0,4 2,00 46,4
cadas Lempung 17 19,5 2,5 37 14,44 22,4 0,000001 98666,7 0,3 246,67 0
cadas Lempung 19,5 22 2,5 43 14,44 22,4 0,000001 114666,7 0,3 286,67 0
cadas Lempung 22 23 1 27 13,86 21,5 0,000001 72000,0 0,35 180,00 0
Lempung kepasiran 23 24,5 1,5 27 13,86 21,5 0,00001 72000,0 0,25 180,00 0
Lempung kepasiran 24,5 27 2,5 51 14,44 22,4 0,00001 136000,0 0,4 340,00 0
Cadas 27 29 2 30 14,38 22,3 0,000001 800,0 0,35 2,00 39,0
Lempung 29 30 1 8 12,38 19,2 0,000001 21333,3 0,2 53,33 0
Gaya gaya yang bekerja pada perletakan struktur didapatkan dari output analisis
struktur atas bangunan pada software ETABS. Gaya gaya yang bekerja pada
perletakan merupakan gaya gaya kombinasi yang diatur dalam SNI 1726:2012
pasal 4.2.3 tentang kombinasi beban untuk elemen elemen fondasi.
172
Dari kombinasi gaya dan load assigment diatas, berikut adalah output maximum joint reaction yang didapatkan pada software ETABS
dengan model struktur Senayan Park:
173
III.1.1.3 Penentuan Karakteristik dan preliminary Fondasi
Pemilihan karakteristik tiang bor dilakukan bedasarkan beban terfaktor yang terjadi
pada base joint reaction dan nilai N-SPT tanah. Dengan nilai beban terfaktor yang
cenderung tinggi dan kedalaman tanah keras dengan nilai 50 NSPT berada pada
sekitar 15-20 meter dibawah dasar elevasi bangunan, maka dari itu fondasi yang
akan digunakan untuk struktur Senayan Park ini adalah fondasi dalam. Adapun
fondasi dalam yang akan digunakan berupa fondasi tiang bor karena lokasi proyek
berada ditengah kota untuk mengurangi kebisingan ketika pelaksanaan konstruksi
Daya dukung tanah merupakan kekuatan tanah untuk menahan suatu beban yang
bekerja padanya yang biasa disalurkan melalui fondasi. Daya dukung ultimate
adalah tekanan maksimum yang dapat diterima oleh tanah akibat beban yang
bekerja tanpa menimbulkan kelongsoran geser pada tanah pendukung tepat di
bawah dan sekeliling fondasi. Dalam perencanaan fondasi pada tugas akhir ini,
digunakan rumus Meyerhoff, Terzaghi, Reese and Wight. Berikut diberikan
perhitungan daya dukung aksial fondasi setiap layer dalam bentuk tabel beserta
grafiknya:
174
Tabel III.2 Perhitungan Kapasitas Aksial Tiang Bor Tunggal Per 1 m Lapisan Tanah
Properti Tanah Tekan tarik
Wp
Tahanan
Elevasi (m) c friksi (kN) Qu friksi (kN) (berat Qu
Jenis N-SPT a ND-Sand Ujung
tiang)
(kN/m2) lokal kumulatif (kN) (kN) lokal kumulatif (kN) (kN)
0 clay
1 clay 8
2 clay 8
3 clay 8
4 clay 9
5 clay 9
6 clay 9
7 clay 4
8 clay 4
9 clay 4 26,67 0,98 - 82,22 82,22 82,22 57,56 57,56 18,85 76,41
10 clay 20 133,33 0,5 - 209,44 291,66 291,66 146,61 115,11 37,70 152,81
11 sand 20 133,33 0,5 33 209,44 501,10 501,10 146,61 261,72 56,55 318,27
12 sand 51 340,00 0,5 33 534,07 1035,17 1035,17 373,85 408,33 75,40 483,73
13 sand 58 386,67 0,5 31 182,21 1217,39 1217,39 127,55 782,18 94,25 876,43
14 sand 58 386,67 0,5 31 182,21 1399,60 1399,60 127,55 909,73 113,10 1022,82
15 sand 58 386,67 0,5 31 182,21 1581,81 1581,81 127,55 1037,28 131,95 1169,22
16 sand 58 386,67 0,5 28,5 182,21 1764,02 1764,02 127,55 1164,82 150,80 1315,62
17 sand 58 386,67 0,5 28,5 182,21 1946,24 1946,24 127,55 1292,37 169,65 1462,02
18 clay 37 246,67 0,5 - 387,46 2333,70 2333,70 271,22 1419,92 188,50 1608,42
19 clay 37 246,67 0,5 - 387,46 2721,16 2721,16 271,22 1691,15 207,35 1898,49
20 clay 43 286,67 0,5 - 450,29 3171,46 3171,46 315,21 1962,37 226,19 2188,57
21 clay 43 286,67 0,5 - 450,29 3621,75 3621,75 315,21 2277,58 245,04 2522,62
22 clay 22 146,67 0,5 - 230,38 3852,14 3852,14 161,27 2592,78 263,89 2856,68
23 clay 22 146,67 0,5 - 230,38 4082,52 4082,52 161,27 2754,05 282,74 3036,80
24 clay 22 146,67 0,5 - 230,38 4312,90 4312,90 161,27 2915,32 301,59 3216,91
25 clay 22 146,67 0,5 - 230,38 4543,29 4543,29 161,27 3076,59 320,44 3397,03
26 clay 51 340,00 0,5 - 534,07 5077,36 2403,32 7480,68 373,85 3237,86 Q izin
339,29
= 3577,15
Q izin = Q Q
2992,27 1430,86
ult/SF(2.5) = ult/SF(2.
175
Grafik Kapasitas Ultimate Tekan Tiang Pondasi
tahanan tekan (kN)
0.00 1000.00 2000.00 3000.00 4000.00 5000.00 6000.00 7000.00 8000.00
0
10
tahanan ujung tiang
Kedalaman (m)
20
25
30
176
Grafik Kapasitas Ultimate TarikTiang Pondasi
tahanan tekan (kN)
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
0
10
tahanan akibat berat tiang
Kedalaman (m)
20
25
30
Dalam penentuan jumlah tiang, perlu dipertimbangkan efisiensi dari grup tiang. Hal
ini dikarenakan efisiensi akan mempengaruhi kapasitas dari grup tiang.
177
efesiensi kelompok tiang jenis 1, n = 4
n1 (jumlah baris tiang) 2
n2 (jumlah baris kolom) 2
d (spacing tiang tunggal) 3 m
D (diameter tiang) 1 m
h (efesiensi) los angeles 86%
Q ultimate Tunggal 7480.68 kN/m2
SF 2.5
Q allowable Tunggal 2992.27 kN/m2
Q allowable Grup 10250.12 kN/m2
Beban Layan 7946.019 kN/m2
Q allowable Grup > Beban Struktur atas
OK, kapasitas grup tiang lebih besar dari beban yang terjadi
178
efesiensi kelompok tiang jenis 4, n = 1
n1 (jumlah baris tiang) 1
n2 (jumlah baris kolom) 0
d (spacing tiang tunggal) 3 m
D (diameter tiang) 1 m
h (efesiensi) los angeles 100%
Q ultimate Tunggal 7480.68 kN/m2
SF 2.5
Q allowable Tunggal 2992.27 kN/m2
Q allowable Grup 2992.27 kN/m2
Beban Layan 2500 kN/m2
Q allowable Grup > Beban Struktur atas
OK, kapasitas grup tiang lebih besar dari beban yang terjadi
179
III.1.1.5 Penulangan Fondasi
Fondasi pada struktur Senayan Park berguna untuk mentransfer beban dari
superstruktur ke tanah dibawahnya. Dalam mentransfer beban, fondasi akan
menerima gaya-gaya dalam akibat menerima gaya-gaya yang terjadi diperletakan.
Beton dan tulangan pada fondasi merupakan material yang berperan untuk menahan
gaya gaya dalam tersebut.Pendesainan tulangan pada fondasi mengacu pada gaya-
gaya yang terjadi pada perletakan. Gaya-gaya yang terjadi pada perletakan
merupakan gaya aksial dan momen. Untuk itu, dalam tiang tunggal pada satu
perletakan (grup tiang), dihitung beban yang bekerja.
Selanjutnya, dari gaya terfaktor yang terjadi, didesain penulangan yang dipakai.
Penulangan yang dipakai untuk jenis tiang tunggal pada grup tiang 1 adalah 24D25.
180
Pendesainan tulangan dihitung berdasarkan diagram intraksi. Kapasitas suatu
penampang tiang bor beton bertulang dapat dinyatakan dalam bentuk diagram
interaksi P-M yang menunjukkan beban aksial vs momen lentur pada elemen
struktur tekan dalam kondisi batas.
181
Tabel III.4 Gaya Terfaktor Tiang Tunggal Kelompok Grup Tiang 2
Gaya Terfaktor pada Tiang Tunggal Kelompok Grup Tiang 2
P (tekan) pada tiang grup = 5708,825 kN
My = 251,7136 kNm Mx = 191,2182 kNm
My = 251,7136 kNm
Ex (jarak Mx ke tiang tunggal) = 0m
Mx =191,2182 kNmEy (jarak My ke tiang tunggal) = 1,5 m
182
III.1.1.5.3 Penulangan Fondasi pada Grup Tiang Jenis 3
Pada grup tiang jenis 1, tiang bor tunggal berjumlah 1 tiang dengan masing masing
diameter adalah 1 meter. Berikut gaya-gaya yang terjadi pada satu tiang:
Tabel III.5 Gaya Terfaktor pada Tiang Tunggal Kelompok Grup Tiang 3
Gaya Terfaktor pada Tiang Tunggal Kelompok Grup Tiang 3
P (tekan) pada tiang grup = 3405,581 kN
Mx = 191,2182 kNm
My = 251,7136 kNm
My = 251,7136 kNm
Ex (jarak Mx ke tiang tunggal) = 0m
Ey (jarak My ke tiang tunggal) = 0m
Mx =191,2182 kNm
Pu (Pada Tiang Tunggal akibat
P = 3405,581 kN tekan aksial) = 3405,581 kN
Pu (Pada Tiang Tunggal akibat
momen) = 3405,581 kN
Pu/φ = 3783,978889 kN
Mux/φ = 212,4646667 kNm
Muy/φ 279,6817778 kNm
Grafik III.3 Diagram Interaksi Tulangan 16D25 Akibat Gaya Aksial dan Momen
Arah X
183
DIAGRAM INTERAKSI P-M
2000000
Kondisi Tekan
Murni
1500000
Diagram
Kondisi Berimbang Interaksi
1000000
Pn (kg)
(Muy/φ,P
u/φ)
500000
(Muy/φ,Pu/φ)
Kondisi Lentur
0
Murni
0 Tarik
Kondisi 10000000 20000000 30000000
Murni
-500000
Mn (kg)
Grafik III.4 Diagram Interaksi Tulangan 16D25 Akibat Gaya Aksial dan Momen
Arah Y
Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa nilai beban terfaktor masih dalam cakupan
kapasitas penampang beton bertulang tiang bor, maka dari itu desain tulang 16D25
bisa dipakai untuk tiang bor pada grup tiang jenis 3.
Dari perhitungan, didapatkan nilai ΦVc >Vu, Walaupun ΦVc > Vu, SNI pasal
11.4.6 terkait tulangan geser minimum menyatakan bahwa “Luas tulangan geser
minimum, Av min harus disediakan.
184
Gambar III.8 Detail Penulangan Fondasi pad Setiap Jenis Grup
185
III.1.1.6 Perhitungan Settlement Fondasi Tiang Grup
Dalam mendesain suatu fondasi, perlu dihitung penurunan dari suatu grup tiang
akibat pembebanan yang diberikan. Perhitungan yang dilakukan pada tugas akhir
ini meliputi penurunan elastis dan penurunan akibat konsolidasi tiang.
Gambar III.9 Penurunan Elastis Akibat Fondasi Sebagai Bahan Elastis (Se1)
186
Gambar III.10 Penurunan tiang oleh gaya pada ujung tiang (Se(2))
Gambar III.11 Penurunan tiang oleh gaya yang diterima sepanjang tiang (Se(3))
Maka penurunan sementara total yang terjadi pada fondasi adalah sebagai
berikut:
𝑆𝑒 = 𝑆𝑒(1) + 𝑆𝑒(2) + 𝑆𝑒(3)
𝑆𝑒 = 0.0068 𝑚 + 0.0019𝑚 + 0.002 𝑚 = 0.026 𝑚 = 2.6 𝑐𝑚
187
III.1.1.6.2 Settlement Tanah Fondasi
Berikut perhitungan total penurunan akibat konsolidasi yang terjadi pada pilecap 1,
2, dan 3 dengan mengambil tinjauan lapisan tanah setiap 1 meter.
Berdasarkan perhitungan penurunan pada grup tiang 1, diapatkan bahwa grup tiang
1 mengalami penurunan sebesar 3,2 cm. Dari nilai tersebut, besar penurunan masih
dibawah batas penurunan yang diizinkan oleh peraturan gubernur provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta tentang Pedoman Perencanaan Geoteknik Dan Struktur
Bangunan Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yaitu sebesar 15 cm.
188
Grup Tiang 2
Jenis Depth (m) g' s' Zi s' H S
e Cc Cs
Tanah from to [kN/m3] [kN/m2] [m] [kN/m2] [m] [m]
sand 12 13 12,40 0 0,018 0 0 0,5 525,6602 1 0
sand 13 14 12,40 12,4 0,018 0 0 1,5 317,7067 1 0
sand 14 15 12,40 24,8 0,018 0 0 2,5 214,1578 1 0
sand 15 16 12,40 37,2 0,018 0 0 3,5 154,6059 1 0
sand 16 17 12,40 49,6 0,018 0 0 4,5 117,0498 1 0
clay 17 18 12,40 62 0,018 0,126 0,0252 5,5 91,78193 1 0,009766
clay 18 19 12,40 74,4 0,018 0,126 0,0252 6,5 73,94197 1 0,007419
clay 19 20 12,40 86,8 0,018 0,126 0,0252 7,5 60,86591 1 0,005712
clay 20 21 12,40 99,2 0,018 0,126 0,0252 8,5 50,98996 1 0,004459
clay 21 22 12,40 111,6 0,018 0,126 0,0252 9,5 43,34529 1 0,003528
clay 22 23 11,50 123,1 0,018 0,126 0,0252 10,5 37,30491 1 0,002846
clay 23 24 11,50 134,6 0,018 0,126 0,0252 11,5 32,44816 1 0,002322
clay 24 25 11,50 146,1 0,018 0,126 0,0252 12,5 28,48405 1 0,001915
clay 25 26 11,50 157,6 0,018 0,126 0,0252 13,5 25,20602 1 0,001595
total penurunan [m] = 0,039561
Berdasarkan perhitungan penurunan pada grup tiang 2, diapatkan bahwa grup tiang
1 mengalami penurunan sebesar 3,9 cm. Dari nilai tersebut, besar penurunan masih
dibawah batas penurunan yang diizinkan oleh peraturan gubernur provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta tentang Pedoman Perencanaan Geoteknik Dan Struktur
Bangunan Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yaitu sebesar 15 cm.
189
Grup Tiang 3
Jenis Depth (m) g' s' Zi s' H S
e Cc Cs
Tanah from to [kN/m3] [kN/m2] [m] [kN/m2] [m] [m]
sand 12 13 12,40 0 0,018 0 0 0,5 1156,452 1 0
sand 13 14 12,40 24,8 0,018 0 0 1,5 590,0267 1 0
sand 14 15 12,40 37,2 0,018 0 0 2,5 356,9297 1 0
sand 15 16 12,40 49,6 0,018 0 0 3,5 238,9364 1 0
sand 16 17 12,40 62 0,018 0 0 4,5 171,0728 1 0
clay 17 18 12,40 74,4 0,018 0,126 0,0252 5,5 128,4947 1 0,010785
clay 18 19 12,40 86,8 0,018 0,126 0,0252 6,5 100,0391 1 0,008242
clay 19 20 12,40 99,2 0,018 0,126 0,0252 7,5 80,08673 1 0,006363
clay 20 21 12,40 111,6 0,018 0,126 0,0252 8,5 65,55852 1 0,004968
clay 21 22 12,40 123,1 0,018 0,126 0,0252 9,5 54,65276 1 0,00395
clay 22 23 11,50 134,6 0,018 0,126 0,0252 10,5 46,25809 1 0,003176
clay 23 24 11,50 146,1 0,018 0,126 0,0252 11,5 39,65886 1 0,002582
clay 24 25 11,50 157,6 0,018 0,126 0,0252 12,5 34,3773 1 0,002121
clay 25 26 11,50 157,6 0,018 0,126 0,0252 13,5 30,08461 1 0,001878
total penurunan [m] = 0,044065
Berdasarkan perhitungan penurunan pada grup tiang 3, diapatkan bahwa grup tiang
1 mengalami penurunan sebesar 4,4 cm. Dari nilai tersebut, besar penurunan masih
dibawah batas penurunan yang diizinkan oleh peraturan gubernur provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta tentang Pedoman Perencanaan Geoteknik Dan Struktur
Bangunan Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yaitu sebesar 15 cm.
190
III.1.1.7 Penulangan Balok Sloof / Tie Beam
Fungsi utama baok sloof adalah sebagai pengikat antar fondasi ketika terjadi
konsolidasi tanah. Beban terfaktor balok sloof diberikan akibat terjadinya
penurunan antar grup tiang.
Desain tulangan longitudinal balok sloof untuk grup tiang 2 dan grup tiang 3 (Balok
sloof tipe 1 TB 2) dimulai dari perhitungan beban terfaktor yang telah dihitung
sebesar 24154.95 kg.m. Karena momen atas dan bawah balok cenderung
sama,maka pada lapisan atas balok juga dihitung kebutuhan tulangan dan
menetapkan 8D16 sebagai penulangan TB2.
191
Gambar III.17 Detailing Penulangan Balok Sloof TB2
192
III.1.2 Bab V Perencanaan Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah (DPT) merupakan komponen struktur bawah yang
direncanakan untuk menahan beban lateral pada basement. Sama halnya dengan
fondasi, perencanaan dinding penahan tanah dilakukan secara efesien namun
mampu mengakomodasi beban rencana
Gaya gaya yang terjadi pada dinding penahan tanah merupakan gaya gaya lateral
yang diberikan oleh tanah secara horizontal pada permukaan dinding. Perhitungan
gaya-gaya lateral pada dinding tidak hanya dari gaya lateral tanah saja, gaya-gaya
193
lateral yang bekerja terdiri dari gaya lateral akibat tanah, gaya akibat surcharge dan
gaya akibat hidrostatik, dan gaya lateral tanah sendiri.
Gaya lateral tanah yang bekerja pada dinding penahan tanah berasal dari berat
volume tanah. Berat volume yang digunakan untuk menghitung gaya lateral tanah
yang terjadi diambil dengan nilai yang terbesar pada bor log yaitu 22 kN/m3 pada
lapisan tanah cadas. Sedangkan gaya hidrostatik yang bekerja pada dinding
penahan tanah adalah sebesar 10 kN/m3 dan gaya yang diberikan oleh beban
surcharge sebesar 10 kN/m2
Didapatkan dari perhitungan bahwa tekanan lateral yang bekerja pada dinding
adalah sebagai berikut:
Dari software ETABS didapatkan momen M22 yang selanjutnya akan digunakan
untuk penulangan arah vertikal dan momen M11 yang selanjutnya akan digunakan
untuk penulangan arah horizontal. Berikut adalah analisis struktur gaya gaya yang
bekerja pada dinding penahan tanah,
194
Gambar III.22 Kontur M22 Dinding Penahan Tanah Basement
(+)
𝑀22,𝑚𝑎𝑘𝑠 = 72 𝑘𝑁 − 𝑚/𝑚
(−)
𝑀22,𝑚𝑎𝑘𝑠 = 144 𝑘𝑁 − 𝑚/𝑚
(+)
𝑀11,𝑚𝑎𝑘𝑠 = 30 𝑘𝑁 − 𝑚/𝑚
(−)
𝑀11,𝑚𝑎𝑘𝑠 = 90 𝑘𝑁 − 𝑚/𝑚
195
III.1.2.2 Penulangan Dinding Penahan Tanah
Dinding pada struktur Senayan Park berguna untuk mengkapasitasi beban lateral
dari tekanan tanah dan tekanan hidrostatik. Beton dan tulangan pada dinding
penahan tanah merupakan material yang berperan untuk menahan gaya gaya dalam
tersebut. Tebal dinding penahan tanah yang akan digunakan adalah sebesar 200
mm. Dalam mengkapasitasi beban, DPT akan menerima gaya-gaya lateral akibat
menerima gaya-gaya yang terjadi diperletakan.
Pendesainan tulangan pada DPT mengacu pada gaya-gaya yang terjadi pada pada
dinding. Gaya-gaya yang terjadi pada perletakan merupakan momen M11 dan M22.
196
III.1.2.2.2 Perencanaan Tulangan Dinding Penahan Tanah arah Vertikal
Perencanaan tulangan DPT arah horizontal didesain berdasarkan momen arah M22
sebagai momen terfaktor.
Dari perhitungan, tulangan 5D19 sebagai tulangan tarik dan 3D19 untuk tulangan
tekan untuk mengkapasitasi M22(+) persegmennya dan tulangan 10D19 sebagai
tulangan tarik dan 5D19 untuk tulangan tekan untuk mengkapasitasi M22(-)
persegmennya.
Dari penulangan yang direncanakan berdasarkan M22(+) dan M22(-), maka berikut
adalah gambar penulangan horizontal DPT persegmen:
197
III.1.2.3 Perencanaan Fondasi Setempat untuk Dinding Penahan Tanah
III.1.2.3.1 Perencanaan Fondasi Tiang Bor Tunggal untuk Fondasi Setempat DPT
Berikut adalah karakteristik fondasi yang dipilih untuk fondasi setempat DPT:
Karakteristik Pondasi
Jenis Pondasi Tiang Bor
Diameter 0,8 m
L 5 m
Luas 0,50 m2
Keliling Tiang (P) 2,51 m
g beton 24 kN/m3
198
bearing) dan tahanan geser dari selimut tiang (skin friction). Tiang bor harus
didesain pada kedalaman tertentu untuk mencapai daya dukungnya dalam
memikul beban struktur atas. Berikut perhitungan untuk menentukan kapasitas
tekan tiang bor. Permeternya:
Tabel III.10 Perhitungan Kapasitas Aksial Tiang Bor Per 1 m Lapisan Tanah
Properti Tanah Tekan
Elevasi (m) c friksi (kN) Tahanan Ujung Qu
Jenis N-SPT a ND-Sand
(kN/m2) lokal kumulatif (kN) (kN)
0 clay
1 clay 8
2 clay 8
3 clay 8
4 clay 9
5 clay 9
6 clay 9
7 clay 4
8 clay 4
9 clay 4 26,67 0,98 - 65,78 65,78 120,64 186,42
10 clay 20 133,33 0,5 - 167,55 233,33 603,19 836,52
11 cadas 20 133,33 0,5 33 167,55 400,88 1161,13 1562,02
12 cadas 51 340,00 0,5 33 427,26 828,14 1161,13 1989,27
13 cadas 58 386,67 0,5 31 145,77 973,91 1090,76 2064,67
14 cadas 58 386,67 0,5 31 145,77 1119,68 1090,76 2210,44
Q izin = Q
884,18
ult/SF(2.5) =
Nilai kapasitas izin (Q izin) tiang tunggal > QDL, maka desain fondasi yang
dipilih sudah memenuhi untuk memikul beban DPT.
199
𝐴𝑠 5670,57 𝑚𝑚2
% 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = = = 1,1%
𝐴𝑝𝑜𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 502654,8 𝑚𝑚2
200
III.2 Aspek Transportasi
Perencanaan aspek transportasi pada kawasan lifestyle center Senayan Park ini
bertujuan untuk memfasilitasi semua pergerakan kendaraan yang terjadi di kawasan
gedung lifestyle center Senayan Park. Pergerakan yang terjadi berupa pergerakan
internal dan pergerakan eksternal. Pergerakan internal ini merupakan pergerakan
kendaraan pada area gedung. Pergerakan eksternal yaitu pergerakan kendaraan
yang diakibatkan adanya bangkitan dan tarikan gedung lifestyle center Senayan
Park. Fasilitas yang akan didesain untuk pergerakan internal berupa area tempat
parkir, sedangkan fasilitas yang akan didesain untuk pergerakan eksternal berupa
jalan akses.
Dari perhitungan didapat jumlah pergerakan yang disebabkan oleh Lifestyle Center
Senayan Park sebesar 1008 trips. Nilai trips ini dapat didefinisikan sebagai jumlah
kendaraan yang akan mengunjungi atau keluar dari Lifestyle Center Senayan Park
dengan jenis kendaraan berupa mobil penumpang dan sepeda motor. Dari
perhitungan tersebut didapatkan nilai bangkitan dan tarikan dari kawasan lifestyle
center Senayan Park sebesar 1008 kendaraan pada jam sibuk.
201
III.2.1.2 Analisis Distribusi Kendaraan
Untuk menghubungkan gedung lifestyle center Senayan Park dengan jalan sekitar
diperlukan adanya jalan akses baru. Perencanaan jalan akses ini didasarkan pada
distribusi kendaraan yang akan melewati jalan akses tersebut.
Langkah pertama dalam analisis distribusi kendaraan yaitu menentukan zona yang
menjadi penentuan bangkitan dan tarikan kendaraan. Dalam analisis tugas akhir ini,
zona mewakili pusat kegiatan pada arah pergerakan ruas jalan masing-masing.
Dari setiap zona tersebut ditentukan berapa persentase tujuan dari pengunjung yang
hendak meninggalkan kawasan lifestyle center Senayan Park. Persentase
didapatkan dari jumlah penduduk yang ada pada masing-masing zona.
202
Center Senayan Park pada subbab sebelumnya didapat nilai bangkitan dan tarikan
sebesar 1008 kendaraan. Nilai tersebut akan dibagi berdasarkan persentase
bangkitan dan tarikan dari masing-masing zona akibat adanya pembangunan
kawasan lifestyle center Senayan Park. Hasil pembagian tiap zona dapat dilihat
pada tabel berikut,
Bangkitan dan
Zona Tarikan pada zona
% Jumlah
Zona I 16,16 163
Zona II 3,72 38
Zona III 45,42 458
Zona IV 34,70 350
Untuk memfasilitasi pergerakan menuju zona-zona yang telah dipilih, dibuat jalur
jalan akses yang memadai. Berikut disajikan gambar mengenai rencana jalan akses
agar dapat memfasilitasi distribusi kendaraan.
Keterangan gambar;
203
Huruf A menandakan tempat masuk kendaraan dari jalan Gatot Subroto ke
kawasan lifestyle center Senayan Park.
Huruf B menandakan tempat keluar kendaraan yang hendak melakukan
drop off dan tidak masuk menuju area parkir.
Huruf C menandakan tempat keluar kendaraan yang telah parkir dan akan
keluar dari kawasan lifestyle center Senayan Park menuju ke zona 1 dan
zona 2 atau sekitarnya.
Huruf D menandakan tempat keluar kendaraan yang telah parkir dan akan
keluar dari kawasan lifestyle center Senayan Park menuju ke zona 3 dan
zona 4 atau sekitarnya.
Dengan adanya bangkitan dan tarikan pada kawasan lifestyle center Senayan Park
menimbulkan adanya pergerakan eksternal kendaraan. Pergerakan eksternal ini
didefinisikan sebagai pergerakan kendaraan dari zona-zona terdekat menuju
kawasan lifestyle center Senayan Park atau sebaliknya. Dalam tugas akhir ini akan
mendesain fasilitas untuk pergerakan eksternal kendaraan hanya untuk pergerakan
kendaraan dari zona-zona terdekat menuju kawasan lifestyle center Senayan Park
saja.
204
Gambar III.30 Rencana Tapak Kawasan
Jalinan tunggal yang akan didesain ini direncanakan hanya untuk dilewati oleh
kendaraan dari zona 1 dan zona 2 yang akan pergi menuju kawasan lifestyle center
Senayan Park. Lokasi dari jalinan tunggal yang akan didesain yang berada pada
jalan gerbang pemuda.
205
Gambar III.31 Rencana Lokasi Jalinan Tunggal
Sebelum dilakukan analisis bagian jalinan tunggal, terlebih dahulu ditentukan arus
dari jalan Gerbang Pemuda.
Arah A-B = arus pergerakan kendaraan dari zona III dan IV menuju kawasan
lifestyle center Senayan Park
Arah A-C = arus pergerakan kendaraan pada jalan Gerbang Pemuda arah timur
Arah D-B = arus pergerakan kendaraan dari zona I dan II menuju kawasa lifestyle
center Senayan Park
206
Arah D-C = arus pergerakan kendaraan pada jalan Gerbang Pemuda arah barat
yang akan memutar ke jalan Gerbang Pemuda arah timur
Arah D-E = arus pergerakan kendaraan pada jalan Gerbang Pemuda arah barat.
Derajat kejenuhan yang terjadi pada bagian jalinan jalan tidak boleh melebihi 0,75.
Pada perhitungan bagian jalinan tunggal diperoleh nilai derajat kejenuhan sebesar
0,61 sehingga bagian jalinan tunggal yang didesain layak digunakan.
Dengan derajat kejenuhan sebesar 0,61 didapatkan indeks tingkat pelayanan C. Dari
indeks tingkat pelayanan C didapatkan waktu tundaan per kendaraan sebesar 20
detik. Dengan mengasumsikan lama tundaan total untuk satu siklus antrian sebesar
satu menit, sehingga didapatkan panjang antrian kendaraan pada bagian jalinan
jalan tunggal sebanyak 3 kendaraan.
Setelah diperoleh rencana jalan akses, selanjutnya jalan akses tersebut akan
dilakukan perencanaan geometrik jalan akses. Jalan akses kendaraan ini didesain
untuk memfasilitasi kendaraan yang akan menuju ke area tempat parkir (basement).
Selain itu, adanya jarak antara jalan eksisting (dalam hal ini jalan kota) dengan
akses menuju tempat parkir menyebabkan diperlukan suatu jalan akses bagi
kendaraan.
III.2.2.1 Penentuan Jumlah Lajur Jalan Akses
Tahap pertama dalam perencanaan geometrik jalan yaitu penentuan jumlah lajur
jalan akses. Penentuan jumlah lajur ini mengacu pada Manual Kapasitas Jalan
Indonesia tahun 1997. Perhitungan jumlah lajur ditentukan berdasarkan kinerja ruas
207
jalan akses tersebut. Kinerja ruas jalan ditentukan berdasarkan derajat kejenuhan
ruas jalan dengan rumus;
𝑄
𝐷𝑆 =
𝐶
Dimana,
DS = Derajat kejenuhan
Setelah didapat kapasitas jalan tiap lajurnya, selanjutnya dihitung arus lalu lintas
total yang melewati jalan akses kawasan lifestyle center Senayan Park. Arus lalu
lintas dapat dihitung dari data akumulasi keluar masuk kendaraan.. Data akumulasi
keluar masuk kendaraan dari gedung Lifestyle Center Senayan Park yang tersaji
pada tabel berikut,
208
Tabel III.2 Akumulasi Parkir Mobil Lifestyle Center Senayan Park
209
Tabel III.3 Akumulasi Parkir Motor Lifestyle Center Senayan Park
210
Tabel III.4 Perhitungan Arus Lalu Lintas
Truk
Jenis Kendaraan Motor Mobil Satuan Keterangan
Ringan
Jumlah kendaran/ akumulasi
874 390 34
kendaraan jam maksimum
emp 0,35 1 1,2
Arus kendaraan 306 390 41 smp/jam
Arus Total 737 smp/jam
Dari tabel didapat arus total kendaraan sebesar 737 smp/jam. Setelah didapat
kapasitas jalan perlajur dan arus lalulintas jalan, selanjutnya dihitung derajat
kejenuhan. Derajat kejenuhan selain menujukkan kinerja ruas jalan juga
menunjukkan tingkat pelayanan jalan. Pada tabel berikut diperlihatkan klasifikasi
tingkat pelayanan jalan berdasarkan derajat kejenuhan jalan sebagai berikut,
Jalan akses kawasan lifestyle center Senayan Park akan direncakanan dengan
tingkat pelayanan baik atau memiliki indeks B. Dengan jumlah lajur sebanyak 2
lajur, didapat nilai derajat kejenuhan jalan sebagai berikut,
𝑄 737
𝐷𝑆 = = = 0,243
𝐶 1519 × 2
211
Dengan demikian, jumlah lajur untuk jalan akses kawasan lifestyle center Senayan
Park yaitu sebanyak 2 lajur.
III.2.2.2 Klasifikasi Jalan, Kendaraan Rencana, dan Kecepatan Rencana
Jalan yang akan didesain merupakan jalan kawasan gedung lifestyle center Senayan
Park sehingga dapat diklasifikasikan ke dalam perencanaan jalan dengan minimum
design. Desain jalan menurut medannya dapat diklasifikasikan sebagai jalan datar,
karena kondisi tanah telah dilakukan timbunan dan galian. Jalan didesain memiliki
lebar jalur 6 meter, lebar lajur 3 meter dan lebar bahu 1 meter.
Kendaraan yang direncanakan akan menggunakan jalan yaitu kendaraan kecil dan
kendaraan sedang. Kendaraan kecil yang dimaksud adalah kendaraan penumpang
dan kendaraan sedang yang dimaksud adalah truk barang untuk mendistribusikan
barang. Kecepatan rencana yang didesain untuk kendaraan yang melewati jalan
tersebut yaitu 20 km/jam.
III.2.2.3 Penetapan Trase Jalan
Trase jalan adalah garis tengah atau sumbu jalan yang merupakan garis lurus yang
saling terhubung pada peta topografi. Trase ditentukan dengan memperhatikan
aspek-aspek berikut:
a. Memperhatikan cut and fill, pemilihan trase diusahakan untuk menghasilkan
pekerjaan galian dan timbunan minimal, agar biaya pelaksanaan konstruksi
jalan menjadi lebih murah
b. Memperhatikan kelandaian, penentuan trase juga memperhatikan kondisi
medan dimana jalan akan dibangun karena berpengaruh pada metode
pelaksanaan konstruksi yang digunakan
c. Memperhatikan kombinasi tikungan, agar perencanaan trase jalan
mempertimbangkan kondisi tikungan yang tidak tunggal atau kombinasi dari
tikungan yang bergantung pada kondisi kontur tanah. Kombinasi tikungan
harus memperhitungkan jalan lurus agar tidak terjadi overlap antara panjang
jalan lurus satu tikungan dengan tikungan lain
Trase rencana awal jalan ditentukan berdasarkan rencana jalan akses yang
tercantum pada subbab sebelumnya.
212
Gambar III.33 Rencana Awal Trase Jalan Kawasan
213
III.2.2.4 Perencanaan Tikungan
Desain jalan akses kawasan lifestyle center Senayan Park memiliki beberapa
tikungan didalamnya. Tabel berikut menunjukkan jenis tikungan rencana dengan
paramete Ec dan Tc target, dimana nilai Ec dan Tc target disesuaikan dengan
gambar agar tidak terjadi overlapping desain tikungan. Tabel VII.16 menyajikan
parameter untuk tikungan rencana pada masing-masing tikungan.
𝑉𝑅 2
𝑅𝑚𝑖𝑛 =
127 (𝑒𝑚𝑎𝑥 × 𝑓)
di mana :
Rmin = Jari jari tikungan minimum (m),
VR = Kecepatan Rencana (km/j),
emax = Superelevasi maximum (%),
F = Koefisien gesek, untuk perkerasan aspal f=0,4
Sehingga,
202
𝑅𝑚𝑖𝑛 = ≈ 10 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
127 (0,1 × 0,4)
214
spiral-circle-spiral ataupun tipe full spiral. Berikut disajikan tabel hasil
perencanaan alinyemen horizontal pada kawasan Lifestyle Center Senayan Park.
R ∆ Ec Tipe
Tikungan Lc (m) Tc (m) Syarat FC Target Tc
(m) (rad) (m) Tikungan
A 10 1,324 13,245 7,797 2,680 Full Circle Terpenuhi Terpenuhi
B 10 1,376 13,762 8,221 2,946 Full Circle Terpenuhi Terpenuhi
C 40 0,572 22,862 11,752 1,691 Full Circle Terpenuhi Terpenuhi
D 50 0,534 26,709 13,681 1,838 Full Circle Terpenuhi Terpenuhi
E 120 0,291 34,910 17,579 1,281 Full Circle Terpenuhi Terpenuhi
F 20 1,332 26,645 15,719 5,438 Full Circle Terpenuhi Terpenuhi
215
III.2.2.5 Stasioning
Berikut disajikan tabel hasil dari stasioning geometrik jalan kawasan gedung
lifestyle center Senayan Park,
216
III.2.3 Perencanaan Tempat Parkir
III.2.3.1 Desain Tempat Parkir
Dari pendesainan tempat parkir ini nantinya didapatkan nilai daya tampung (supply)
tempat parkir pada gedung Lifestyle Center Senayan Park. Gedung parkir ini
terletak pada basement.
Dari data arsitektur yang telah diberikan, didapatkan denah lantai basement yang
digunakan sebagai tempat parkir. Dari denah tersebut akan didesain tempat parkir
yang optimum untuk menunjang kebutuhan parkir gedung Lifestyle Center Senayan
Park. Kriteria desain taman parkir mengacu pada Pedoman Fasilitas Parkir yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementrian Perhubungan
(1998) adalah sebagai berikut.
a. Pola Parkir
Desain alternatif A Pola parkir kendaraan baik untuk mobil dan motor adalah
pola parkir pulau dengan ketentuan:
Parkir Kendaraan 1 sisi = Membentuk sudut 90˚
Parkir Kendaraan 2 sisi = Membentuk sudut 90˚.
b. Desain Geometrik Basement
Dalam perencanaan desain tempat parkir, hal-hal yang perlu didesain meliputi
Satuan Ruang Parkir (SRP) untuk masing-masing kendaraan, Jalur sirkulasi,
jalur gang, dan Jalur masuk dan keluar kendaraan.
217
Gambar III.35 Geometrik Tempat Parkir Alternatif A
Setelah didesain dengan pola parkir dan desain geometrik yang sudah
didefinisikan, selanjutnya dipilih pola parkir yang menghasilkan jumlah slot
parkir yang optimum. Didapatkan jumlah slot parkir untuk kendaraan mobil
sebesar 602 slot dan kendaraan motor sebesar 407 slot. Berikut disajikan
gambar hasil desain tempat parkir.
218
Gambar III.36 Desain Denah Tempat Parkir Basement 1
219
Gambar III.37 Desain Denah Tempat Parkir Basement 2
c. Kriteria Tata Letak Parkir
Tata Letak Gedung Parkir yang dipilih yaitu Lantai datar dengan jalur landai
luar (external ramp). Pintu masuk dan keluar terdiri dari 1 buah, sehingga untuk
tata letak parkir yang dirancang adalah pintu masuk dan keluar terpisah dan
terletak pada ruas jalan yang berbeda.
Perancangan geometrik jalur masuk parkir mengikuti jari-jari lintasan
kendaraan mobil penumpang dikarenakan ruang parkir yang disediakan
diperuntukkan untuk mobil penumpang. Tanjakan Ramp yang didesain dengan
tinggi antar lantai basement adalah 4 m dengan panjang ramp adalah 40 m
maka akan digunakan kemiringan 9 %.
d. Tanjakan Peralihan
Untuk mengantisipasi benturan antara anjuran depan dan belakang kendaraan
terhadap lantai datar pada ujung ramp ataupun pada bagian diantara sumbu
kendaraan diberikan tanjakan peralihan/transisi dengan kemiringan ½ tanjakan
peralihan, ½ x 9% = 4.5%.
e. Penahan Roda
220
Agar kendaraan yang akan diparkir tidak membentur dinding gedung parkir
maka pada ruang parkir biasanya disediakan penghambat roda baik berbentuk
beton atau pipa logam sehingga pengemudi tidak perlu takut membentur
dinding pada saat memasuki ruang parkir. Jarak penahan roda terhadap dinding
tergantung pada sudut dari area parkir sendiri.
Kebutuhan ruang parkir (demand) yang diakibatkan oleh kawasan Lifestyle Center
Senayan Park dapat ditentukan dengan berdasarkan metoda tata guna lahan dengan
terlebih dahulu menghitung luas total efektif dari tiap lantai di kawasan gedung
lifestyle center Senayan Park. Dengan luas efektif per lantai sebesar 6300 m2 dan
gedung memiliki 4 lantai sehingga dapat dihitung luas total efektif sebagai berikut,
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 6300 𝑚2 × 4 = 25.200 𝑚2
Setelah didapatkan luasan total, selanjutnya ditentukan kebutuhan ruang parkir
dalam satuan SRP. Penentuan kebutuhan parkir didasarkan pada tipe bangunan
yang merupakan bangunan pertokoan. Dengan luas total sebesar 25200 m2, dipilih
koefisien kebutuhan ruang parkir sebesar 4 SRP/100 m2 luasan. Koefisien yang
dipilih tergolong kecil karena mempertimbangkan adanya kawasan pertokoan lain
di sekitar kawasan. Perhitungan kebutuhan ruang parkir sebagai berikut;
𝑆𝑅𝑃
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (𝑚2 ) × 4
100 𝑚2
𝑆𝑅𝑃
= 25200 𝑚2 × 4 = 1008 𝑆𝑅𝑃
100𝑚2
Nilai SRP ini berarti jumlah kendaraan mobil yang akan menuju ke kawasan gedung
lifestyle center Senayan Park. Dari perhitungan tersebut didapatkan kebutuhan
ruang parkir kawasan lifestyle center Senayan Park sebesar 1008 kendaraan.
221
Tabel III.10 Perhitungan Kapasitas Parkir
Setelah tempat parkir yang telah didesain memenuhi kebutuhan ruang parkir,
selanjutnya dilakukan analisis kelayakan tempat parkir tersebut. Untuk melakukan
analisis kelayakan parkir, data yang digunakan adalah data akumulasi keluar masuk
kendaraan pada kawasan lifestyle center Senayan Park yang telah disajikan pada
subbab sebelumnya.
Hal-hal yang perlu ditentukan untuk melakukan analisis kelayakan parkir adalah
sebagai berikut.
a. Volume parkir
222
volume parkir untuk area parkir mobil sebesar 686 kendaraan dan volume
parkir untuk area motor sebesar 1072 kendaraan.
b. Kapasitas Parkir
Kapasitas parkir dapat dihitung melalui marka yang ada. Apabila tidak ada
maka dapat diestimasi melalui melalui rumus sebagai berikut:
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 = 𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝑆𝑢𝑟𝑣𝑒𝑦
Untuk gedung lifestyle center Senayan Park ini, ketersediaan parkir untuk
mobil sebanyak 405 kendaraan dan untuk motor sebanyak 602 kendaraan,
dengan durasi survei selama 12 jam, maka:
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 𝑀𝑜𝑏𝑖𝑙 = 407 𝐾𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛 × 12 𝐽𝑎𝑚
= 4884 𝐾𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛. 𝐽𝑎𝑚
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 𝑀𝑜𝑡𝑜𝑟 = 602 𝐾𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛 × 12 𝐽𝑎𝑚
= 7224 𝐾𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛. 𝐽𝑎𝑚
c. Akumulasi Parkir
Waktu
223
Akumulasi Parkir Motor
800
Banyak Kendaraan
600
400
200
0
Waktu
224
Rata- rata durasi parkir merupakan perbandingan antara parking load
dengan parking volume, atau secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:
𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝐿𝑜𝑎𝑑
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 = 𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
225
𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑜𝑎𝑑
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑝𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 = × 100%
𝑃𝑎𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦
3198,25
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑝𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 𝑚𝑜𝑏𝑖𝑙 = × 100% = 65%
4884
5025,75
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑝𝑎𝑟𝑘𝑖𝑟 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 = × 100% = 69%
7224
Dari perhitungan didapatkan indeks parkir untuk mobil dan motor kurang dari
1 atau kurang dari 100%, sehingga tempat parkir yang disediakan layak untuk
digunakan dengan efisiensi untuk mobil sebesar 65% dan efisiensi untuk motor
sebesar 69%.
Setelah jalan akses telah direncanakan secara geometrik, jalan akses selanjutnya
akan didesain lapis perkerasannya. Jalan akses ini akan direncanakan dapat dilewati
oleh kendaraan motor, mobil penumpang, dan truk kecil, sehingga diperlukan
adanya perkuatan pada jalan. Untuk itu, diperlukan adanya perencanaan perkerasan
pada jalan akses kendaraan. Perkerasan yang akan dipilih untuk jalan akses
kendaraaan pada kawasan Lifestyle Center Senayan Park ini digunakan tipe
perkerasan lentur. Penentuan ini didasarkan pada beberapa hal, yaitu,
Kendaraan rencana yang akan melewati jalan tergolong kendaraan kecil. Tidak
ada kendaraan besar dan tanah dasar jalan yang tergolong kuat.
Volume lalu lintas kendaraan yang melintas termasuk kecil, karena hanya akan
dilewati oleh kendaraan yang menuju kawasan gedung saja.
Fungsi jalan lebih diutamakan untuk kenyamanan pengendara kendaraan.
Dalam perencanaan perkerasan jalan, hal-hal yang harus ditentukan yaitu umur
rencana, volume lalu lintas, beban yang diakibatkan oleh kendaraan, desain pondasi
jalan, dan tebal perkerasan.
226
III.2.4.1 Umur Rencana
Volume lalu lintas diperlukan untuk menentukan jumlah dan lebar jalur
pada suatu jalan dalam penentuan karakteristik geometrik, sedangkan jenis
kendaraan akan menentukan kelas beban atau MST (Muatan Sumbu
Terberat) yang berpengaruh pada perencanaan konstruksi struktur
perkerasan. Volume lalu lintas didefinisikan sebagai jumlah kendaraan
yang melewati satu titik pengamatan selama satu satuan waktu. Volume
lalu lintas dapat berupa Volume Lalu lintas Harian Rata-Rata (LHR) yaitu
volume lalu lintas yang didapat dari nilai rata-rata kendaraan selama
beberapa hari pengamatan dan Lalu lintas Harian Rata-Rata Tahunan
(LHRT) yaitu volume lalu lintas harian yang diperoleh dari nilai rata-rata
jumlah kendaraan selama setahun penuh.
227
Dengan kelas jalan adalah minimum design digunakan nilai i sebesar 1.
Untuk menghitung pertumbuhan laulintas selama umur rencana Manual
Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M.BM/2013 menyajikan rumus
sebagai berikut :
(1 + 0,01𝑖)𝑈𝑅 − 1
𝑅=
0,01𝑖
Dimana;
Sehingga,
(1 + 0,01 × 1)20 − 1
𝑅= = 0,218 = 21,8 %
0,01 × 1
c. Faktor Distribusi Lalu Lintas
Perusakan jalan oleh kendaraan dihitung dalam bentuk satuan faktor yang
disebut dalam faktor merusak jalan (Vehicle Damage Factor) atau VDF.
Untuk menghitung faktor kerusakan jalan perlu diperoleh gambaran
tentang beban sumbu kendaraan dan konfigurasi sumbu kendaraan yang
ada. Perhitungan beban lalulintas yang akurat sangatlah penting dalam
tahap perhitungan dalam perencanaan kebutuhan konstruksi jalan.
228
Konfigurasi
Jenis Kendaraan LHRT VDF4 VDF5
Sumbu
Mobil Penumpang 1,1 631 0 0
Truk Ringan 1,2 55 0,3 0,2
Sepeda Motor 1,1 1072 0 0
Dimana,
LHRT = Lalu lintas harian rata – rata tahunan untuk jenis kendaraan
tertentu
Nilai CESA yang akan digunakan pada tugas akhir ini memiliki 2 tipe,
yaitu CESA4 dan CESA5. CESA4 digunakan untuk menentukan pemilihan
jenis perkerasan sedangkan CESA5 digunakan untuk menentukan tebal
perkerasan lentur berdasarkan bagan desain yang disediakan BM 2013.
229
Tabel III.11 Perhitungan CESA
Pemilihan perkerasan akan bervariasi sesuai estimasi lalu lintas, umur rencana,
dan kondisi pondasi jalan. Dengan diketahui nilai CESA4 sebesar 0,1 juta,
berdasarkan tabel diatas dipilih jenis perkerasan berupa perkerasan AC tipis
atau HRS diatas lapis pondasi berbutir.
III.2.4.4 Penentuan Desain Pondasi Jalan
Desain pondasi jalan adalah desain perbaikan tanah dasar dan lapis penopang
(capping), tiang pancang mikro, drainase vertical dengan bahan strip (wick
drain) atau penanganan lainnya yang dibutuhkan untuk memberikan landasan
pendukung struktur perkerasan dan sebagai akses untuk lalu lintas kostruksi
pada kondisi musim hujan. Dalam Manual Desain Perkerasan Jalan Bina
Marga 2013 sangat ditekankan dalam hal perbaikan tanah dasar, dengan
melihat kondisi CBR tanah dasar dan CESA5 yang akan di terima perkerasan.
Nilai CBR tersebut dihitung berdasarkan data CPT yang ada. Data CPT yang
diberikan terdiri dari 6 titik tinjauan. Nilai CPT yang diambil untuk penentuan
nilai CBR yaitu nilai CPT pada kedalaman hingga 1 meter yang terbagi dalam
5 segmen dengan tiap segmen memiliki ketebalan 0,2 meter. Berikut disajikan
tabel VII.39 rekapan data CPT.
230
Tabel III.12 Rekapitulasi nilai CPT
Setelah didapatkan nilai CPT, selanjutnya dilakukan konversi dari nilai CPT
menjadi nilai CBR.
Solusi perkerasan yang banyak dipilih yang didasarkan pada pembebanan dan
pertimbangan biaya terkecil.
231
Tabel III.14 Desain Perkerasan Jalan Rencana opsi biaya minimum (alternatif
1)
Keterangan :
Campuran HRS (Hot Rolled Sheet) atau Lataston merupakan lapisan
permukaan non struktural yang memiliki agregat gradasi senjang, filler
dan aspal keras dengan perbandingan tertentu yang dicampur dan
dipadatkan dalam keadaan panas.
232
Hot Rolled Sheet-wearing course (HRS-WC) merupakan campuran
aspal beton menggunakan gradasi senjang dengan kandungan agregat
kasar, agregat halus dan memiliki kandungan aspal yang tinggi
sehingga dibutuhkan mutu campuran beraspal yang baik untuk
menghasilkan jalan dengan kelenturan dan keawetan yang baik.
Lapis pondasi agregat kelas A adalah mutu lapis pondasi atas untuk
suatu lapisan di bawah lapisan beraspal.
Lapis pondasi agregat kelas B adalah untuk lapis pondasi bawah. Lapis
pondasi agregat kelas B boleh digunakan untuk bahu jalan tanpa
penutup aspal.
Klasifikasi jalan akses Gedung lifestyle center Senayan Park adalah jalan
dengan desain minimum design sehingga dipilih nilai reliabilitas sebesar
233
50%. Selanjutnya dipilih deviasi standar (S0) yang mewakili kondisi
setempat, didapatkan Standar Normal Deviation (ZR) untuk R = 50%
adalah sebesar 0.
c. Koefisien Drainase
Tanah dasar pada kawasan memiliki harga sebesar 5,6%. Dari nilai CBR
tersebut kemudian dihitung modus resilien tanah dasar dengan persamaan
berikut:
MR = 1.500 × CBR
MR = 1.500 × 5,6 = 8400 psi
f. Desain Tebal Perkerasan
234
Dari parameter yang telah ditentukan di atas, dapat ditentukan Indeks
Tebal Perkerasan pada jalan akses gedung lifestyle center Senayan Park
dengan menggunakan persamaan berikut:
∆IP
log10 [ ]
IP0 -IPf
log10 (W18 ) =ZR ×S0 +9,36× log10 (ITP+1)-0,2+ 1.094 +2,32× log10 MR -8,07
0,4+
(ITP+1)5,19
Nilai ITP kemudian diterjemahkan dalam tebal tiap lapisan dalam analisis
komponen perkerasan lentur.
g. Analisis Komponen Perkerasan Lentur
235
perkerasan minimum yang boleh didesain. Tebal perkerasan tersebut
tersebut dianalisis dengan menggunakan nilai ITP dan koefisien kekuatan
relatif bahan perkerasan, tabel berikut menyajikan tebal perkerasan
minumum hasil perhitungan MDPJ 2013,
HRS WC 30 mm
surface
HRS Base 35 mm
ITP = a1 d1 + a2 d2 m2 + a3 d3 m3
Dimana:
236
m : Koefisien drainase
Diasumsikan tebal lapis permukaan dan lapis pondasi atas mengikuti tebal
minimum dari MDPJ 2013, sehingga analisis dilakukan mengevaluasi
tebal lapis pondasi bawah saja. Perhitungan dilakukan sebagai berikut
d3 = 15,32 mm
Didapatkan tebal lapis pondasi bawah dengan jenis lapisan LPA Kelas B
hasil perhitungan lebih kecil dari hasil tebal perkerasan minimum hasil
perancangan menggunakan MDPJ 2013 sehingga nilai tebal lapis pondasi
bawah yang digunakan yaitu tebal minimum sebesar 150 mm. Sehingga
tebal perkerasan yang sudah didefinisikan pada subbab sebelumnya tidak
mengalami perubahan.
237
III.2.5 Sirkulasi Pergerakan Kendaraan
Pintu parkir merupakan tempat masuk kendaraan menuju tempat parkir atau
tempat keluarnya kendaraan dari tempat parkir. Pintu parkir masuk ditandai
dengan adanya portal otomatis dan tempat pengambilan tiket parkir. Pada pintu
parkir keluar ditandai dengan adanya portal otomatis dan tempat dilakukan
pembayaran uang parkir. Jumlah pintu parkir masuk sebanyak 1 buah dan
jumlah pintu parkir keluar sebanyak 3 buah. Pintu parkir masuk direncanakan
dekat dengan Jalan Gatot Subroto sedangkan pintu parkir keluar direncanakan
dekat dengan Jalan Gerbang Pemuda.
a. Pintu Masuk Parkir
Pintu parkir akan direncanakan dengan sistem First In First Out, dimana
akan digunakan model antrian M/M/N dan jumlah pintu parkir awal adalah
N=1. Tipe model struktur antrian dasar yang digunakan adalah single
channel-single phase. Single Channel berarti hanya ada satu jalur yang
memasuki sistem pelayanan atau ada satu fasilitas pelayanan. Single Phase
berarti hanya ada satu pelayanan.
238
sebelumnya. Untuk mobil didapatkan nilai 399 kend/jam dan untuk motor
didapatkan 592 kend/jam.
239
Gambar III.41 Layout Pintu Masuk Menuju Basement
b. Pintu Keluar Parkir
Pintu parkir akan direncanakan dengan sistem First In First Out, dimana
akan digunakan model antrian M/M/s dan jumlah pintu parkir awal untuk
mobil adalah s=2 dan jumlah pintu parkir awal untuk motor adalah s=3.
Tipe model struktur antrian dasar yang digunakan adalah Multi Channel –
Single Phase. Sistem Multi Channel – Single Phase terjadi kapan saja di
mana ada dua atau lebih fasilitas pelayanan dialiri oleh antrian tunggal.
240
Tabel III.19 Perhitungan Antrian Pada Pintu Keluar Parkir
jenis
Mobil Motor Satuan
kendaraan
Tingkat
848 1748 kendaraan/jam
Kedatangan (λ)
waktu
pelayanan 7 5 detik/kendaraan
pintu rata-rata
(µ) 514,286 720 kendaraan/jam
jumlah pintu
2 3 buah
Parkir
Tingkat
Kegunaan
0,824 0,809
pelayanan
Pintu Parkir
Peluang tidak
terdapatnya
0,096 0,053
kendaraan
dalam sistem
Panjang Rata-
4 3 Kendaraan
rata antrian
Rata-rata
waktu yang
16,981 6,178 detik
dihabiskan
dalam antrian
Rata-rata
waktu yang
23,981 11,178 detik
dihabiskan
dalam sistem
Panjang Rata-
6 6 kendaraan
rata antrian
241
Gambar III.42 Layout Pintu Keluar dari Basement
III.2.5.2 Sirkulasi Kendaraan Pada Jalan Akses
242
243
244
Gambar III.44 Layout Lantai Basement 1
245
246
Gambar III.45 Layout Lantai Basement 2
247
Gambar III.46 Ilustrasi proyek gedung pada kondisi eksisting kawasan
248
III.3 Aspek Sumber Daya Air
Pada subbab III.3.1 hingga subbab III.3.7 di bawah ini merupakan pembahasan
mengenai perencanaan kawasan ditinjau dari aspek sumber daya air.
Dalam sebuah perencanaan pasti terdapat beberapa asumsi yang digunakan dengan
tujuan untuk melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada, seperti kurang
memadainya data yang tersedia dan juga untuk menyederhanakan proses
perencanaan. Berikut adalah asumsi yang digunakan dalam perencanaan sistem
drainase kawasan Lifestyle Center Senayan Park Jakarta.
III.3.1.1 Perhitungan Dimensi Saluran
1. Hujan yang terjadi pada kawasan diasumsikan terjadi secara merata.
2. Karena tidak tersedianya data gridding plan, maka perencanaan sistem
drainase dilakukan sesuai dengan peta kontur kawasan.
3. Jenis saluran yang digunakan pada sistem drainase kawasan Senayan Park
adalah saluran terbuka.
4. Di setiap segmen saluran pada sistem drainase kawasan Senayan Park ini tidak
terjadi perubahan debit dan kedalaman, sehingga analisis saluran menganggap
bahwa aliran yang terjadi sebagai steady uniform flow atau aliran tetap dan
seragam.
5. Dimensi berbentuk segiempat dengan perbandingan antara lebar dan tinggi
saluran adalah 1:1 untuk saluran tersier dan saluran sekunder yang terbuat dari
beton pre-cast tipe U-Dicth, disesuaikan dengan dimensi yang dicetak oleh PT.
Asiacon Cipta Prima, Bekasi.
6. Dimensi berbentuk lingkaran untuk saluran gorong-gorong dan pipa yang
terbuat dari beton pre-cast tipe buis, disesuaikan dengan dimensi yang dicetak
oleh PT. Asiacon Cipta Prima, Bekasi.
III.3.1.2 Perhitungan Spillway
1. Kelebihan air pada drainase kawasan tidak ada yang akan memasuki waduk,
sehingga spillway hanya memfasilitasi air berlebih yang berasal dari waduk.
249
2. Luas area tangkapan air berada diluar area waduk yang diasumsikan sebesar
60.000 m2.
3. Desain spillway untuk periode ulang 10 tahun dengan lama curah hujan efektif
selama 6 jam.
4. Bentuk spillway yang digunakan adalah tipe ogee.
Titik outlet merupakan tempat dimana debit yang berasal dari kawasan Lifestye
Center Senayan Park Jakarta dikeluarkan. Berdasarkan peta jaringan saluran
penghubung kota Jakarta terdapat saluran penghubung yang berada tepat di
kawasan Lifestyle Center Senayan Park Jakarta, yaitu saluran penghubung Danau
Puso (saluran no.16). Oleh karena itu, outlet yang dipilih penulis adalah saluran
penghubug Danau Puso seperti pada gambar I.1 di bawah ini.
Draianse merupakan suatu prasarana yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari
suatu kawasan ke badan air penerima. Berdasarkan kondisi eksisting dan gambar
250
desain arsitektur, maka rencana skema sistem drainase pada kawasan Lifestyle
Center Senayan Park Jakarta adalah seperti pada gambar I.2 di bawah ini dengan
komponen yang akan didesain adalah saluran drainase dan bangunan spillway.
251
III.3.4.1 Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata Kawasan
Sesuai dengan asumsi yang digunakan bahwa curah hujan yang terjadi di kawasan
adalah terjadi secara merata dan data hujan yang ada hanya terjadap dari dua stasiun
pengamatan yang berbeda, maka curah hujan rata-rata kawasan dapat dihitung
hanya dengan metode Aritmatik, sehingga didapatkan besar curah hujan rata-rata
kawasan seperti pada tabel I.X di bawah ini.
Berdasarkan PU Cipta Karya tahun 2012, untuk tipe kota metropolitan dengan besar
daerah tangkapan air daerah proyek adalah 4,16 Ha, maka periode ulang curah
hujan yang digunakan adalah 2 tahun. Namun, karena kondisi saat ini dimana
pertumbuhan infrastruktur berkembang sangat cepat sehingga terjadi perubahan
yang semula merupakan lahan terbuka atau lahan basah menjadi lahan terbangun.
Hal tersebut menyebabkan kemungkinan terjadi genangan air pada permukaan yang
lebih besar. Maka dari itu, sebagai langkah antisipasi, periode ulang yang dipilih
dalam perencanaan sistem drainase pada kawasan Lifestyle Center Senayan Park
Jakarta adalah 10 tahun.
III.3.4.3 Curah Hujan Rencana
Untuk dapat mengetahui besar curah hujan rencana yang sesuai dengan periode
ulang desain, maka perlu dilakukan perhitungan distribusi frekuensi dari curah
hujan yang terjadi dengan menggunakan 4 (empat) metode distribusi, yaitu metode
252
distribusi Normal, Log Normal, Log Pearson Tipe III, dan metode distirbusi
Gumbell. Penentuan metode mana yang digunakan dalam perhitungan curah hujan
rencana dilakukan dengan memperhitungkan galat yang dihasilkan oleh masing-
masing metode. Tabel I.X di bawah ini menunjukan hasil perhitungan galat untuk
masing-masing metode distribusi frekuensi.
Rmax
Rmax (teori) (Rmax (teori)-Rmax (data))²
(data)
m m/(N+1) Tr
Log Log Log Log
(mm) Normal Gumbell Normal Gumbell
Normal Pearson Normal Pearson
1 0,09 11,00 262,25 226,90 234,12 235,53 229,71 1249,97 791,37 713,88 1058,62
2 0,18 5,50 208,45 201,47 197,31 196,98 195,15 48,69 124,05 131,47 176,78
3 0,27 3,67 196,1 183,37 174,68 173,76 173,72 162,13 458,62 499,09 500,97
4 0,36 2,75 155,6 168,13 157,67 156,53 157,46 157,03 4,27 0,87 3,47
5 0,45 2,20 140,3 154,18 143,54 142,39 143,84 192,58 10,48 4,38 12,54
6 0,55 1,83 135,7 140,61 131,02 132,07 131,64 24,14 21,91 13,17 16,52
7 0,64 1,57 118,6 126,66 119,28 120,14 120,07 64,94 0,46 2,37 2,15
8 0,73 1,38 90,15 111,42 107,66 108,23 108,45 452,54 306,52 326,92 334,88
9 0,82 1,22 88,65 93,32 95,31 95,47 95,84 21,79 44,38 46,52 51,73
10 0,91 1,10 78,15 67,89 80,33 79,85 80,01 105,17 4,74 2,88 3,44
Σ (Rmax (teori)-Rmax (data))² 2478,96 1766,81 1741,56 2161,13
δ = ((Σ(Rmax (teori)-Rmax (data))²) / (n-1))^0,5 16,60 14,01 13,91 15,50
Berdasarkan tabel 1.X di atas, dapat disimpulkan bahwa metode yang sesuai dengan
kondisi hujan yang terjadi pada kawasan adalah metode distribusi Log Pearson Tipe
III sehingga curah hujan rencana yang digunakan adalah curah hujan rencana yang
sesuai dengan periode ulang desain (10 tahun), yaitu 230,263 mm seperti pada tabel
I.Y di bawah ini.
253
III.3.4.4 Perhitungan Debit Hidrologi Saluran
Debit hidrologi saluran (Q) merupakan debit limpasan maksimum yang terjadi pada
kawasan Lifestyle Center Senayan Park Jakarta yang didasarkan pada periode ulang
tertentu yang akan digunakan dalam perencanaan sistem drainase tersebut.. Debit
hidrologi dihitung dengan menggunakan metode Rasional karena memiliki luas
daerah aliran yang tidak begitu besar, yaitu kurang dari 100 acre atau kurang dari
40 Ha dengan mengasumsikan intensitas yang jatuh pada daerah aliran tersebut
sebagai intensitas yang seragam (uniform) dan tersebar merata. Persamaan yang
digunakan adalah sebagai berikut.
𝐶𝑅𝐴
𝑄= = 0.278 𝐶 𝐼 𝐴 [𝑚3 /𝑑𝑡]
3.6
254
III.3.4.4.1 Koefisien Pengaliran (C)
Luas daerah aliran atau catchment area merupakan suatu wilayah daratan yang
berfungsi untuk menerima, menyimpan, dan mengalirkan curah hujan yang jatuh
diatasnya ke saluran terdekat. Tabel I.X menunjukan besar luasan daerah aliran
untuk masing-masing blok yang mengacu pada gambar I.Y di atas.
255
Blok Area (ha) Blok Area (ha) Blok Area (ha) Blok Area (ha)
A 0,657 L 0,109 W 0,050 HH 0,014
B 0,039 M 0,097 X 0,050 II 0,015
C 0,820 N 0,090 Y 0,054 JJ 0,012
D 0,051 O 0,017 Z 0,059 KK 0,120
E 0,017 P 0,082 AA 0,076 LL 0,011
F 0,029 Q 0,086 BB 0,143 MM 0,012
G 0,004 R 0,059 CC 0,081 NN 0,016
H 0,004 S 0,075 DD 0,006 OO 0,089
I 0,069 T 0,111 EE 0,006
J 0,005 U 0,071 FF 0,168
K 0,004 V 0,025 GG 0,653
Waktu konsentrasi merupakan waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang jatuh
terjuh pada permukaan tanah dalam daerah tangkapan air ke saluran terdekat (to)
dan ditambahkan dengan waktu untuk mengalir sampai di suatu titik di saluran
drainase yang ditinjau (td). Berdasarkan SNI 2415-2016, persamaan yang
digunakan untuk menghitung waktu konsentrasi di lahan adalah sebagai berikut.
𝐿0,77
𝑡𝑜 = 0,0195 × 0,385 [𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡]
𝑆
𝐿
𝑡𝑑 = [𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡]
60 × 𝑉
III.3.4.4.4 Intensitas Hujan (I)
Intensitas hujan merupakan ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun
waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Salah satu metode yang umum digunakan
untuk mencari besar intensitas hujan adalah metode Mononobe seperti persamaan
berikut, dimana tc adalah waktu konsentrasi [menit] dan R24 adalah curah hujan
rencana [mm].
2
𝑅24 24 3 𝑚𝑚
𝐼= ×( ) [ ]
24 𝑡𝑐 𝑗𝑎𝑚
256
Debit hidrologi atau debit limpasan ini dihitung sesuai dengan rute aliran dan total
area layan yang dilayani oleh saluran yang ditinjau yang mengacu pada gambar IX
di bawah ini.
257
Qpeak Qpeak Qpeak Qpeak
Inlet Inlet Inlet Inlet
(m³/dt) (m³/dt) (m³/dt) (m³/dt)
1 0,382 12 1,238 23 0,213 34 0,788
2 1,270 13 0,081 24 0,242 35 0,034
3 0,032 14 0,089 25 0,640 36 0,821
4 0,037 15 0,156 26 0,590 37 0,053
5 0,024 16 0,214 27 0,540 38 0,809
6 0,063 17 0,246 28 1,522 39 0,072
7 1,141 18 0,290 29 1,606 40 0,853
8 0,058 19 0,111 30 0,022 41 1,602
9 0,075 20 0,159 31 0,083 42 2,149
10 0,141 21 0,168 32 1,586
11 0,166 22 0,185 33 1,651
III.3.4.5 Perhitungan Debit Hidrolika
Debit hidrolika merupakan suatu nilai kapasitas debit pengaliran dari saluran (Qc)
yang ditentukan dengan menggunakan persamaan kontinuitas, seperti berikut ini.
𝑄𝑐 = 𝐴 × 𝑉 [𝑚3 /𝑑𝑡]
Tabel I.X di bawah ini adalah hasil perhitungan debit hidrolika untuk masing-
masing ruas saluran.
258
Panjang Qc Panjang Qc
No Saluran No Saluran
(m) (m³/dt) (m) (m³/dt)
1 1-2 102,6 1,83 15 19 - 20 52,6 0,36
2 2-7 134,2 1,83 16 20 - 21 32,3 0,36
3 3-4 44,6 0,36 17 21 - 22 9,3 0,36
4 4-9 5,0 0,36 18 22 - 23 20,6 0,60
5 5 - 10 6,3 0,36 19 23 - 24 20,9 0,60
6 6-8 182,7 0,36 20 24 - 25 23,9 1,40
7 7 - 12 19,7 1,83 21 30 - 32 21,4 3,16
8 8 - 11 7,2 0,36 22 31 - 33 18,8 3,16
9 13 - 14 33,4 0,36 23 34 - 36 49,2 1,40
10 14 - 15 5,2 0,36 24 35 - 37 43,7 0,36
11 15 - 16 26,1 0,60 25 37 - 39 30,0 0,36
12 16 - 17 30,4 0,60 26 38 - 40 19,4 1,40
13 17 - 18 22,5 0,60 27 39 - 41 25,6 1,83
14 18 - 25 66,0 1,40 28 40 - 42 34,8 3,16
Panjang Qc
Saluran
(m) (m³/dt)
10 - 11 184,9 0,36
12 - 28 90,3 1,83
28 - 29 53,5 1,83
29 - 32 27,5 1,83
33 - 41 90,9 1,83
Panjang Qc
Saluran
(m) (m³/dt)
9 - 10 8,9 0,17
11 - 12 7,9 1,96
25 - 26 59,3 1,08
27 - 28 32,4 1,96
32 - 33 51,2 1,96
36 - 38 15,3 1,08
41 - 42 8,7 4,47
259
Tabel III.29 Debit Hidrologi Untuk Ruas Saluran Pipa
Panjang Qc
Saluran
(m) (m³/dt)
Pipa 1 74,0 0,22
Pipa 2 74,0 0,22
Pipa 3 74,0 0,22
260
Dimensi Dimensi
Panjang Panjang
No Saluran B H No Saluran B H
(m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 1-2 102,6 0,80 1,00 15 19 - 20 52,6 0,40 0,60
2 2-7 134,2 0,80 1,00 16 20 - 21 32,3 0,40 0,60
3 3-4 44,6 0,40 0,60 17 21 - 22 9,3 0,40 0,60
4 4-9 5,0 0,40 0,60 18 22 - 23 20,6 0,50 0,70
5 5 - 10 6,3 0,40 0,60 19 23 - 24 20,9 0,50 0,70
6 6-8 182,7 0,40 0,60 20 24 - 25 23,9 0,80 0,80
7 7 - 12 19,7 0,80 1,00 21 30 - 32 21,4 1,00 1,20
8 8 - 11 7,2 0,40 0,60 22 31 - 33 18,8 1,00 1,20
9 13 - 14 33,4 0,40 0,60 23 34 - 36 49,2 0,80 0,80
10 14 - 15 5,2 0,40 0,60 24 35 - 37 43,7 0,40 0,60
11 15 - 16 26,1 0,50 0,70 25 37 - 39 30,0 0,40 0,60
12 16 - 17 30,4 0,50 0,70 26 38 - 40 19,4 0,80 0,80
13 17 - 18 22,5 0,50 0,70 27 39 - 41 25,6 0,80 1,00
14 18 - 25 66,0 0,80 0,80 28 40 - 42 34,8 1,00 1,20
Dimensi
Panjang
Saluran B H
(m) (m) (m)
10 - 11 184,9 0,40 0,60
12 - 28 90,3 0,80 1,00
28 - 29 53,5 0,80 1,00
29 - 32 27,5 0,80 1,00
33 - 41 90,9 0,80 1,00
Dimensi
Panjang
Saluran R D
(m) (m) (m)
9 - 10 8,9 0,20 0,40
11 - 12 7,9 0,50 1,00
25 - 26 59,3 0,40 0,80
27 - 28 32,4 0,50 1,00
32 - 33 51,2 0,50 1,00
36 - 38 15,3 0,40 0,80
41 - 42 8,7 0,75 1,50
261
Dimensi
Panjang
Saluran R D
(m) (m) (m)
Pipa 1 74,0 0,30 0,60
Pipa 2 74,0 0,30 0,60
Pipa 3 74,0 0,30 0,60
Berdasarkan PU Cipta Karya tahun 2012, besar kecepatan aliran pada saluran tidak
boleh melebihi batas maksimum kecepatan, yaitu sebesar 3 m/dt untuk saluran yang
terbuat dari material beton. Tabel I.X hingga tabel I.Y adalah hasil perhitungan
kecepatan aliran pada saluran dengan nilai maksimum adalah 2,9 m/dt sehingga
saluran tersebut masih memenuhi syarat terhadap kecepatan maksimum yang
diizinkan.
262
V
No Saluran Cek thd V ijin
(m/dt)
1 1-2 2,286 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
2 2-7 2,286 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
3 3-4 1,488 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
4 4-9 1,488 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
5 5 - 10 1,488 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
6 6-8 1,488 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
7 7 - 12 2,286 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
8 8 - 11 1,488 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
9 13 - 14 1,488 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
10 14 - 15 1,488 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
11 15 - 16 1,706 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
12 16 - 17 1,706 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
13 17 - 18 1,706 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
14 18 - 25 2,184 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
15 19 - 20 1,488 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
16 20 - 21 1,488 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
17 21 - 22 1,488 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
18 22 - 23 1,706 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
19 23 - 24 1,706 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
20 24 - 25 2,184 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
21 30 - 32 2,632 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
22 31 - 33 2,632 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
23 34 - 36 2,184 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
24 35 - 37 1,488 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
25 37 - 39 1,488 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
26 38 - 40 2,184 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
27 39 - 41 2,286 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
28 40 - 42 2,632 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
V
Saluran Cek thd V ijin
(m/dt)
10 - 11 1,488 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
12 - 28 2,286 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
28 - 29 2,286 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
29 - 32 2,286 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
33 - 41 2,286 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
263
V
Saluran Cek thd V ijin
(m/dt)
9 - 10 1,555 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
11 - 12 2,863 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
25 - 26 2,468 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
27 - 28 2,863 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
32 - 33 2,863 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
36 - 38 2,468 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
41 - 42 2,906 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
V
Saluran Cek thd V ijin
(m/dt)
Pipa 1 0,911 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
Pipa 2 0,911 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
Pipa 3 0,911 OK!, Kec. Aliran < Kec. Maks (3 m/s)
Pada tugas akhir ini, penulis menetapkan kemiringan saluran sebesar 0,4% untuk
saluran sekunder dan tersier, untuk gorong-gorong sebesar 0,3% dan 0,25% hanya
untuk saluran gorong-gorong 41-42, serta 0,05% untuk saluran pipa. Kemiringan
saluran ditetapkan secara seragam untuk masing-masing kategori dengan tujuan
untuk mempermudah proses pelaksanaan kosntruksi saluran tersebut. Tabel I.X
hingga tabel I.Y di bawah ini merupakan letak elevasi dasar masing-masing saluran.
264
Elevasi Dasar
Panjang Slope Δh
Saluran Hulu Hilir
(m) % (m) (m) (m)
1-2 102,6 0,40% 0,4 21,2 20,8
2-7 134,2 0,40% 0,5 20,8 20,3
3-4 44,6 0,40% 0,2 21,16 20,98
4-9 5,0 0,40% 0,02 20,98 20,96
5 - 10 6,3 0,40% 0,03 20,96 20,94
6-8 182,7 0,40% 0,7 21,70 20,97
7 - 12 19,7 0,40% 0,1 20,26 20,18
8 - 11 7,2 0,40% 0,03 20,97 20,94
13 - 14 33,4 0,40% 0,1 20,82 20,68
14 - 15 5,2 0,40% 0,02 20,68 20,66
15 - 16 26,1 0,40% 0,1 20,66 20,56
16 - 17 30,4 0,40% 0,1 20,56 20,44
17 - 18 22,5 0,40% 0,1 20,44 20,35
18 - 25 66,0 0,40% 0,3 20,35 20,08
19 - 20 52,6 0,40% 0,2 20,72 20,51
20 - 21 32,3 0,40% 0,1 20,51 20,38
21 - 22 9,3 0,40% 0,04 20,38 20,34
22 - 23 20,6 0,40% 0,1 20,34 20,26
23 - 24 20,9 0,40% 0,1 20,26 20,18
24 - 25 23,9 0,40% 0,1 20,18 20,08
30 - 32 21,4 0,40% 0,1 19,69 19,60
31 - 33 18,8 0,40% 0,1 19,44 19,36
34 - 36 49,2 0,40% 0,2 19,44 19,24
35 - 37 43,7 0,40% 0,2 19,40 19,22
37 - 39 30,0 0,40% 0,1 19,22 19,10
38 - 40 19,4 0,40% 0,1 19,20 19,13
39 - 41 25,6 0,40% 0,1 19,10 19,00
40 - 42 34,8 0,40% 0,1 19,13 18,99
Elevasi Dasar
Panjang Slope Δh
Saluran Hulu Hilir
(m) % (m) (m) (m)
10 - 11 184,9 0,40% 0,7 20,94 20,20
12 - 28 90,3 0,40% 0,4 20,18 19,82
28 - 29 53,5 0,40% 0,2 19,82 19,60
29 - 32 27,5 0,40% 0,1 19,60 19,49
33 - 41 90,9 0,40% 0,4 19,36 19,00
265
Elevasi Dasar
Panjang Slope Δh
Saluran Hulu Hilir
(m) % (m) (m) (m)
9 - 10 8,9 0,25% 0,02 20,96 20,94
11 - 12 7,9 0,25% 0,02 20,20 20,18
25 - 26 59,3 0,25% 0,1 20,08 19,93
27 - 28 32,4 0,25% 0,1 19,90 19,82
32 - 33 51,2 0,25% 0,1 19,49 19,36
36 - 38 15,3 0,25% 0,04 19,24 19,20
41 - 42 8,7 0,15% 0,01 19,00 18,99
Elevasi Dasar
Panjang Slope Δh
Saluran Hulu Hilir
(m) % (m) (m) (m)
Pipa 1 74,0 0,05% 0,04 19,93 19,90
Pipa 2 74,0 0,05% 0,04 19,93 19,90
Pipa 3 74,0 0,05% 0,04 19,93 19,90
Berdasarkan spesifikasi yang ada pada PT. AsiaCon Bekasi, maka jumlah saluran
yang dibutuhkan untuk masing-masing tipe adalah seperti pada tabel I.X dan tabel
I.Y di bawah ini.
266
Panjang Buis Panjang Total Jumlah Buis
Tipe Diameter Tebal
Beton Per Tipe Per Tipe Beton Pracetak
(m) (m) (m) (m) (m) (buah)
1 0,4 0,07 1 8,9 9
2 0,6 0,07 1 221,9 222
3 0,8 0,07 0,5 74,6 150
4 1 0,07 0,5 91,5 184
5 1,5 0,07 0,5 8,7 18
Gambar I.X di bawah ini merupakan contoh tipikal saluran tipe U-Ditch dan saluran
tipe buis.
(a)
(b)
267
Gambar III.51 Tipikal Penampang Saluran, (a) Saluran U-Ditch Tipe 4; (b) Saluran
Buis Tipe 4
Hidrograf banjir adalah salah satu cara untuk mengetahui besar debit maksimum
yang akan masuk ke dalam suatu area. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia
(SNI) 2415-2016, debit banjir dapat dihitung dengan menggunakan metode empiris
apabila data debit observasi tidak tersedia dalam kuantitas yang memadai. Metode
empiris yang digunakan adalah metode hidrograf satuan. Atas dasar hal itu, maka
metode yang digunakan dalam perhitungan hidrograf banjir adalah metode
hidrograf satuan Nakayasu.
III.3.5.1.1 Data Hidrograf
268
2. Berdasarkan pengalaman, bentuk hidrograf satuan sintetik yang berlokasi di
kawasan Indonesia memiliki bentuk pada bagian naik hidrograf yang cepat dan
bagian menurun yang lambat, sehingga besar α yang digunakan adalah 3.
3. Curah hujan efektif yang digunakan adalah per 1 mm.
2. Untuk daerah dengan kondisi Qd > 0,3 Qp debit dihitung dengan rumus 𝑄𝑑1 =
𝑡−𝑇𝑝
( )
𝑇0,3
𝑄𝑝 × 0,3 .
269
3. Untuk daerah dengan kondisi 0,3 Qp > Qd > 0,32 Qp debit dihitung dengan
𝑡−𝑇𝑝 +0,5𝑇0,3
( )
1,5 𝑇0,3
rumus 𝑄𝑑2 = 𝑄𝑝 × 0,3 .
4. Untuk daerah dengan kondisi 0,32 Qp > Qd debit dihitung dengan rumus 𝑄𝑑3 =
𝑡−𝑇𝑝 +1,5 𝑇0,3
( )
2 𝑇0,3
𝑄𝑝 × 0,3 .
Gambar I.X di bawah ini menunjukan besar debit yang terjadi untuk satu satuan
hujan yang terjadi pada kawasan.
Curah hujan efektif diasumsikan terjadi selama 6 jam per hari yang dihitung dengan
menggunakan metode Mononobe. Tabel 1.X di bawah ini menunjukan hasil
perhitungan curah hujan efektif yang terjadi selama 6 jam.
270
I p Tr 2 Tr 5 Tr 10 Tr 20 Tr 25
Jam 1,00 1,00 138,25 191,60 230,26 268,65 281,10
1 0,55 55,0% 76,08 105,44 126,72 147,84 154,70
2 0,35 14,3% 19,77 27,41 32,94 38,43 40,21
3 0,26 10,0% 13,87 19,22 23,10 26,96 28,21
4 0,22 8,0% 11,04 15,30 18,39 21,46 22,45
5 0,19 6,7% 9,33 12,92 15,53 18,12 18,96
6 0,17 5,9% 8,15 11,30 13,58 15,84 16,57
1,73 100,0% 138,25 191,60 230,26 268,65 281,10
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
Durasi (jam)
271
(storage) sebagai akibat dari air yang masuk (inflow). Metode yang digunakan
untuk mengetahui besar debit outflow adalah metode Storage Indication yang
mempertimbangkan ketinggian air pada saat pertama debit inflow memasuki
tampungan dan lebar bangunan pelimpah atau spillway yang akan melimpaskan air
berlebih pada tampungan. Dengan lebar spillway sebesar 2,5 m (setelah melewati
proses iterasi hingga besar tinggi air diatas spillway tidak melebihi tinggi jagaan
tampungan), didapatkan besar debit outflow maksimum yang terjadi adalah 0,928
m3/dt seperti pada gambar I.X di bawah ini.
Reservoir Routing
4.00
3.50
3.00
2.50
Q (m³/dt)
2.00
Outfow
1.50
Inflow
1.00
0.50
0.00
0.00 3.00 6.00 9.00 12.00 15.00
Waktu (jam)
3
𝑄 = 𝐶𝑑 × 𝐿 × 𝐻𝑒2
Spillway didesain dengan kondisi tanpa pintu dan tanpa tiang, sehingga apabila
besar tinggi total (He) kurang dari 9,14 m, maka tinggi muka air desain (Ho) dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut.
272
𝐻𝑒
= 1,42
𝐻𝑜
Berdasarkan dua persamaan diatas, maka didapatkan besar tinggi total (He) adalah
0,33 m dan tinggi muka air desain (Ho) adalah 0,23 m. Setelah mendapatkan tinggi
muka air, maka langkah selanjutnya adalah menentukan kelengkungan dari
spillway. Kelengkungan spillway dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
dibawah ini.
𝑥𝑛
𝑦=
𝐾 × 𝐻𝑒𝑛−1
Dengan K dan n adalah parameter yang bergantung pada kenis kemiringan hulu
spillway. Jenis kemiringan yang digunakan adalah kemiringan hulu vertikal,
sehingga didapatkan bahwa nilai K adalah 2 serta nilai n adalah 1,85. Gambar I.X
di bawah ini menunjukan hasil perhitungan kelengkungan spillway.
Koordinat Kelengkungan
Spillway
x
-0.20
-0.20 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
y
1.20
1.40
1.60
1.80
2.00
2.20
273
Gambar I.X di bawah ini merupakan potongan melintang bangunan spillway sesuai
dengan hasil perhitungan dimensi dan geometri dari bangunan dengan ditambah
kedalaman ke bawah tanah guna meningkatkan stabilitas dari bangunan spillway
tersebut.
274
Volume yang Tertampung
7000
6000
5000
Volume (m³)
4000
3000
2000
1000
0
0 5 10 15 20
Waktu (jam)
Berdasarkan gambar I.X diatas, maka didapatkan bahwa besar volume tambahan
maksimum yang dapat ditampung oleh Waduk Taman Ria Senayan adalah sebesar
5724 m3.
III.3.5.5 Pengecekan Stabilitas Spillway
Berdasarkan buku KP-06 tahun 2009, pengecekan stabilitas spillway ditinjau dari
dua aspek utama, yaitu stabilitas terhadap guling dan stabilitas terhadap geser.
Stabilitas terhadap guling dihitung dengan menggunakan parameter momen guling
yang pada umumnya memiliki titik guling di hilir bangunan, sedangkan stabilitas
terhadap geser dihitung dengan menggunakan parameter gaya geser yang
bergantung pada koefisien friksi material dasar yang digunakan pada bangunan
spillway. Pada tugas akhir ini, material yang digunakan pada bangunan spillway
adalah beton sehingga koefisien friksinya adalah sebesar 0,3. Perhitungan stabilitas
ini dilakukan berdasarkan gaya-gaya yang bekerja pada tubuh spillway, yaitu gaya
berat, gaya hidrostatis, gaya uplift, gaya tanah lateral aktif dan pasif, dan gaya
gempa. Gambar I.X menunjukan ilustrasi dari gaya-gaya yang terjadi pada tubuh
spillway.
275
Gambar III.58 Gaya-Gaya yang Terjadi, yaitu (a) Gaya Berat; (b) Gaya Gempa;
(c) Gaya Hidrostatis; (d) Gaya Uplift; (e) Gaya Tanah Lateral Aktif; (f) Gaya
Tanah Lateral Pasif
Perhitungan stabilitas pada umumnya dilakukan untuk dua macam kondisi, yaitu
kondisi muka air normal dimana tidak ada air yang melimpas di atas bangunan
spillway dan kondisi muka air banjir dimana terdapat air berlebih yang nantinya
akan melimpas di atas bangunan spillway. Perbedaan antara kedua kondisi tersebut
berada pada besar tekanan hidrostatis yang terjadi pada tubuh spillway. Besar
276
tekanan hidrostatis pada kondisi muka air normal akan lebih kecil dibandingkan
dengan saat kondisi muka air banjir. Berikut adalah hasil perhitungan stabilitas
untuk masing-masing kondisi tersebut.
1. Kondisi Muka Air Normal
Kondisi muka air normal merupakan suatu kondisi dimana tidak ada air yang
melimpas di atas bangunan spillway. Stabilitas spillway terhadap guling
memiliki nilai safety factor sebesar 1,68 dengan rincian momen yang terjadi
seperti pada tabel 1.X dan stabilitas spillway terhadap geser memiliki nilai
safety factor sebesar 1,52 dengan rincian gaya yang terjadi seperti pada tabel
1.X di bawah ini.
277
Kode Gaya (kN)
Parameter
Gaya Horizontal Vertikal
Akibat Berat W 310,80
FH1 215,28
FH2 12,50
Akibat Hidrostatis
FH3 34,01
FH4 58,32
FU1 40,67
FU2 15,81
FU3 90,74
Akibat Uplift FU4 37,42
FU5 84,45
FU6 14,14
FU7 135,99
Akibat Tanah Aktif Fa 2,70
Akibat Tanah Pasif Fp 159,03
Akibat Gempa K 18,19
Total 54,62 277,43
2. Kondisi Muka Air Banjir
Kondisi muka air banjir merupakan suatu kondisi dimana terdapat air berlebih
yang nantinya akan melimpas di atas bangunan spillway. Stabilitas spillway
terhadap guling memiliki nilai safety factor sebesar 1,45 dengan rincian
momen yang terjadi seperti pada tabel 1.X dan stabilitas spillway terhadap
geser memiliki nilai safety factor sebesar 1,39 dengan rincian gaya yang terjadi
seperti pada tabel 1.X di bawah ini.
278
Kode Momen (kNm)
Parameter
Gaya Guling Tahan
Akibat Berat W 441,24
FH1 423,98
FH2 14,36
Akibat Hidrostatis FH3 41,25
FH4 27,64
FH5 41,19
FU1 8,02
FU2 34,18
FU3 42,76
Akibat Uplift FU4 44,46
FU5 40,10
FU6 3,15
FU7 118,78
Akibat Tanah Aktif Fa 0,36
Akibat Tanah Pasif Fp 114,50
Akibat Gempa K 25,82
Total 580,08 841,72
279
1. Sistem drainase yang direncanakan pada kawasan Lifestyle Center Senayan
Park Jakarta terbagi menjadi beberapa komponen, yaitu saluran drainase yang
terdiri dari saluran terbuka pracetak, saluran gorong-gorong, dan saluran pipa,
serta bangunan spillway seperti sebagai gambar I.4 di bawah ini.
Gambar III.59 Sistem Drainase pada Lifestyle Center Senayan Park Jakarta
2. Penampang saluran drainase yang digunakan pada sistem drainase pada
Lifestyle Center Senayan Park Jakarta adalah saluran pracetak tipe U-Ditch dan
buis beton dengan ukuran terbesar adalah 1,0 x 1,2 m untuk tipe U-Ditch dan
saluran dengan diameter 1,5 m untuk tipe buis beton. Dimensi penampang
saluran tersebut telah disesuaikan dengan ketersediaan saluran pracetak di
lapangan, yaitu berdarkan produksi dari PT. Asiacon Bekasi.
3. Pada kawasan Lifestyle Center Senayan Park Jakarta terdapat sebuah waduk
buatan sehingga untuk dapat melimpaskan air berlebih pada waduk secara
aman dibutuhkan sebuah bangunan pelimpah atau spillway. Bangunan
spillway yang direncanakan adalah tipe side spillway dengan bentuk ogee
dengan lebar sebesar 2,5 m.
4. Bangunan spillway yang didesain telah memenuhi syarat stabilitas terhadap
guling dan geser dengan safety factor masing-masing sebesar 1,30 dan 1,20
280
untuk kondisi muka air normal, serta 1,25 dan 1,16 untuk kondisi muka air
banjir.
III.3.7 Saran
Saran yang dapat penulis ajukan setelah mendapatkan hasil perhitungan desain
sistem drainase pada kawasan Lifestyle Center Senayan Park Jakarta adalah sebagai
berikut.
1. Untuk menghindari tinggi muka air yang melebihi tinggi jagaan pada saluran
penghubung eksisting akibat adanya pembangunan pada kawasan teresbut,
maka saluran penghubung tersebut perlu mengalami perubahan dimensi yang
semula berukuran 0,6 x 0,6 m menjadi saluran berbentuk segiempat dengan
kemiringan saluran sebesar 0,25% yang berukuran 1,2 x 1,4 m. Perbesaran
saluran penghubung eksisting dimulai dari kawasan Lifestye Center Senayan
Park Jakarta hingga ujung saluran penghubung yang bertemu dengan Kali
Ciragil seperti pada gambar dibawah ini.
281
3. Desain saluran drainase seharusnya dilakukan berdasarkan gridding plan yang
didapatkan dari arsitek agar letak saluran dan arah aliran saluran sesuai dengan
kondisi saat kawasan telah terbangun.
4. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik mengenai bangunan spillway, maka
perlu dilakukan perhitungan terhadap stabilitas turun dan stabilitas retak, dan
stabilitas longsor.
282
III.4 Aspek Manajemen Rekayasa Konstruksi
Hal yang pertama dilakukan dalam perencanaan suatu proyek adalah membuat
work breakdown structure (WBS) untuk memecah lingkup pekerjaan proyek pada
Senayan Park Jakarta menjadi elemen pekerjaan yang lebih kecil. Rincian work
breakdown structure dari proyek lifestyle center Senayan Park akan terdapat pada
gambar di bawah ini
283
Gambar III.62 Work Breakdown Structure Senayan Park (Bagian 2)
Pada lokasi proyek sebelum pekerjaan konstruksi dilaksanakan perlu dirancang site
plan untuk menunjang pekerjaan selama masa konstruksi agar pembangunan dapat
berjalan dengan baik. Site plan pada proyek dapat mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas dari pekerja dan alat yang digunakan. Perencanaan Site Plan pada
proyek Senayan Park dengan keterangan sebagai berikut.
Keterangan:
284
III.4.3 Metode Pelaksanaan Konstruksi
III.4.3.1.1 Pemagaran
291
III.4.3.1.2 Pembersihan Lahan
Pada lokasi proyek eksisting lahan di atas tanah asli harus dibersihkan dari pohon,
semak-semak, akar pohon, dan sampah yang menggangu proses pelaksanaan
konstruksi. Lahan yang akan dibersihkan mencakup seluruh lokasi proyek yaitu 3,9
hektar. Pekerjaan pembersihan lahan dilakukan dengan bantuan dump truck untuk
mengangkut hasil dari pembersihan lahan ke luar lokasi proyek.
Pematokan terbuat dari bahan kayu dengan spesifikasi bahan sesuai dengan RSNI
T-12-2002 mengenai pekerjaan persiapan. pengukuran siku dan pengukuran site
dengan theodolite oleh pekerja ahli. Pemasangan papan bowplank dipasang
disekeliling bangunan dan dipakukan pada patok sesuai dengan bentuk dan ukuran
gedung yaitu sepanjang 667 meter sesuai pada gambar di bawah ini.
292
Gambar III.65 Bowplank pada Proyek
Pada proyek ini akan digunakan 2 buah mobile crane karena lokasi proyek yang
luas dan hanya terdiri dari 4 lantai dan 2 basement dengan tinggi total 20,8 meter
di atas permukaan tanah. Mobile crane yang akan digunakan adalah tipe crawler
293
crane 200 ton dengan jangkauan 50 meter dengan panjang boom 180 feet sesuai
dengan gambar di bawah ini. Crane ini mampu menjangkau keseluruhan proyek
dengan mempertimbangkan lebar terbesar gedung adalah 36 meter, dan jangkauan
bersih crane adalah 40 meter dengan pertimbangan jarak crane ke tepi bangunan 10
meter.
294
Akses mobilisasi secara umum dibagi dua, yaitu:
1. Off site access road
Off site access road adalah jaringan jalan diluar lokasi proyek yang akan
dijadikan jalan akses oleh proyek. Pada proyek Senayan Park, terdapat dua
jalan akses yaitu Jalan Gerbang Pemuda dan Jalan Gatot Subroto.
(Sumber : www.maps.google.com)
295
Gambar III.70 On Site Access Road Senayan Park
Pekerjaan tanah yang akan dilakukan pada proyek ini meliputi penggalian hingga
mencapai elevasi rencana struktur bawah. Berikut adalah alur dari pekerjaan tanah
pada proyek yang memiliki hubungan keterkaitan urutan pekerjaan dengan
pekerjaan struktur bawah.
Area yang akan digali pada proyek Senayan Park cukup dalam dan dekat dengan
waduk sehingga perlu untuk dipasang temporary sheet pile baja yang merupakan
dinding vertikal tipis dan pada proyek ini baja yang bersifat sementara. Temporary
sheet pile yang akan dipasang sedalam 12 meter dari permukaan dasar tanah dan
296
dipancang menggunakan bantuan alat mobile crane yang diberi sambungan vibro
hammer 8 ton dengan produktivitas 2 menit/segmen berdasarkan pengalaman. Jenis
sheet pile yang akan digunakan adalah U-type sheet pile yang sudah banyak dipakai
oleh banayak kontraktor dengan tipe FSP-III yang setiap segmennya memiliki
ketebalan 13 mm, lebar efektif 400 mm, dan tinggi 13 meter dengan detail seperti
yang tertera pada gambar di bawah ini.
Gambar III.72 Tampak Samping Temporary Sheet Pile pada Senayan Park
297
2. Letakan sheet pile yang akan dipasang dekat dengan area pemancangan dan
lakukan persiapan alat pancang.
3. Lakukan pemancangan sheet pile sheet pile dari titik mulai yang direncanakan.
4. Pada proses penyambungan antar sheet pile akan dibantu oleh pekerja agar
sambungannya dapat berada di posisi yang sesuai.
5. Lakukan hal yang sama sampai seluruh sheet pile mengelilingi area gedung
sesuai dengan tanda yang telah dibuat sebelumnya.
6. Pelepasan sheet pile akan dilakukan pada saat proses pekerjaan dinding penahan
tanah telah selesai dilaksanakan.
Alur pemasangan dan pelepasan sheet pile dilakukan dengan mengikuti alur pada
gambar di bawah ini.
Pekerjaan galian pada proyek dilakukan dengan alat berat hydraulic excavator tipe
CAT-320 D dengan tipe boom Super Long Reach. Jenis excavator ini dipilih karena
sesuai dengan kapasitas jangkauan galian maksimum. Kapasitas bucket pada
excavator ini adalah 1,5 m3. Lebar dari excavator ini adalah 2,75 meter sehingga
dapat melalui jalan akses yang terdapat pada lokasi proyek.
298
Gambar III.75 Excavator CAT- 320 D L
(Sumber: http://www.cat.com/en_US/products/new/equipment/excavators/small-
excavators/18247129.html)
Proses penggalian dimulai secara bersamaan pada titik 1 dan titik 2 pada gambar di
bawah, sehingga akan bertemu ditengah pada akhir pekerjaan. Pemilihan alur ini
didasarkan dengan pertimbangan kemudahan mobilisasi dari excavator dan dump
truck karena dump truck akan berada di lokasi yang belum digali sehingga proses
pemindahan tanah berlangsung lebih mudah.
299
III.4.3.2.3 Pembuangan Tanah
Tanah sisa dari galian yang sudah tidak terpakai akan dibuang ke tempat
pembuangan terdekat dari lokasi proyek yang berada di daerah Tempat Pemakaman
Umum Tegal Alur, Jakarta Barat untuk digunakan tanah pemadatan di pemakaman
tersebut. Tanah hasil pekerjaan galian tersebut akan diangkut menggunakan dump
truck Hino FM 260 JD dengan kapasitas 20 m3 yang mampu mengangkut beban
seberat 30 ton. Kegiatan ini dilakukan secara bersamaan saat pekerjaan galian
sedang dilakukan dan tanah hasil galian akan disisakan sesuai dengan kebutuhan
timbunan yang dibutuhkan. Produktivitas dump truck adalah 48,61 𝑚3 /𝑗𝑎𝑚 dan
dibutuhkan 5 buah dump truck selama proses pelaksanaannya.
(Sumber: http://caloocan.locanto.ph/ID_772343650/SINOTRUK-10-Wheeler-
SHJ10-Dump-Truck-20m3-371HP-Brand-New.html)
Pekerjaan timbunan pada proyek Senayan Park akan terdiri dari dua tahap. Tahap
pertama akan dilakukan setelah pekerjaan pile cap dan tie beam selesai
dilaksanakan. Pekerjaan timbunan tahap 2 akan dilakukan ketika dinding penahan
tanah telah selesai dilakukan. Pekerjaan timbunan menggunakan alat hydraulic
excavator tipe CAT-320 D dengan tipe boom super long reach dengan
produktivitas 263,647 m3/jam.
300
Pekerjaan pemadatan tanah pada proyek akan dilakukan lapis demi lapis, tiap
lapisan tidak boleh lebih dari 20 cm tebal sebelum dipadatkan atau 15 cm setelah
dipadatkan. Kadar air pada tanah timbunan harus terus dikontrol dengan kondisi
kadar air tanah timbunan harus sama dengan kadar air optimum. Pemadatan tanah
dilakukan dengan menggunakan vibratory rollers compactor tipe CP44 dengan
produktivitas 312,716 CCM/jam. dengan Alat ini memiliki efisiensi pemadatan
yang sangat baik dan memungkinkan digunakan secara luas dalam setiap jenis
pemadatan karena butiran tanah cenderung akan mengisi bagian kosong pada
rongga yang terdapat pada tanah sehingga tanah menjadi padat.
(Sumber : https://s7d2.scene7.com/is/content/Caterpillar/C731189)
Pekerjaan timbunan dilakukan dengan dua buah alat excavator yang pengerjaanya
dilakukan secara bersamaan. Alur untuk pekerjaan timbunan tahap 1 dan tahap 2
akan dilakukan dengan arah yang sama.
301
Gambar III.79 Alur Pekerjaan Timbunan
Pekerjaan pemadatan tahap 1 dimulai dari titik start dan mengikuti alur sampai
bagian ujung lain dari gedung. Sedangkan untuk pemadatan tahap 2 akan dimulai
dari titik start dan mengelilingi bagian luar gedung sampai kembali lagi pada titik
mulai. Pada setiap lapisan, untuk mendapatkan kepadatan yang diinginkan alat akan
melalui area yang sama sebanyak 6 kali.
302
III.4.3.3 Pekerjaan Struktur Bawah
Proses pekerjaan struktur bawah pada proyek Senayan Park meliputi pekerjaan
dinding penahan tanah, pondasi, dan basement yang terdiri dari balok, kolom, dan
pelat. Antara pekerjaan tanah dan pekerjaan struktur bawah saling berkaitan satu
sama lain urutan pengerjaannya seperti pada gambar di bawah ini.
III.4.3.3.1 Pondasi
Pondasi yang digunakan pada proyek Senayan Park pondasi bored pile dengan
pertimbangan proses pengerjaanya tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran
di lingukngan proyek, dapat menembus batuan keras, dan tidak memiliki risiko
naiknya muka air tanah pada proses pengerjaanya. Pondasi yang dipakai merupakan
pondasi yang terbuat dari beton bertulang dengan ketentuan terbuat dari beton mutu
fc 30 MPa dengan menggunakan penulangan utama merupakan tulangan ulir mutu
fy 360 dan tulangan spiral baja tulangan polos dengan mutu yang sama. Pondasi in
memiliki diameter 1 meter dan 0,8 meter dengan kedalaman 18 meter dan 5 meter
yang pengerjaanya dimulai dari kedalaman 9 meter dibawah lantai kerja.
Pada lokasi proyek alur pengerjaan bekisting dilakukan dari titik start mengikuti
alur seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
303
Gambar III.82 Alur Pengerjaan Bored Pile
Tahapan yang dilakukan untuk memasang pondasi bored pile memiliki pemaparan
sebagai berikut.
304
Gambar III.83 Langkah Pembuatan Pondasi Bored Pile
305
Setelah pekerjaan pembuatan bored pile sudah selesai perlu dilakukan quality
control berupa axial loading test untuk mengetahui hubungan antara pembebanan
vertikal terhadap penurunan pondasi sesuai syarat ASTM D-1143-07 dan TPKB
DKI Jakarta. Pada pondasi tiang bor minimum satu tiang percobaan untuk setiap 75
tiang yang ukuran penampangnya sama. Batasan deformasi uji pembebanan pada
200% pembebanan adalah 4% diameter yaitu 40 mm.
Pile cap merupakan elemen struktur yang berfungsi untuk menerima beban dari
kolom yang kemudian disaluran ke pondasi bored pile. Tie beam berfungsi untuk
perata beban yang akan diterima oleh pondasi dan memikul beban dan pengunci
dinding agar tidak roboh saat terjadi pergerakan tanah seperti gempa. Mutu beton
yang akan digunakan pada pile cap dan tie beam adalah fc’ 30 Mpa dan akan
menggunakan tulangan ulir dengan mutu fy 400 Mpa dan tulangan polos sebagai
sengkang dengan mutu yang sama.Pekerjaan pile cap dan tie beam dilakukan secara
bersamaan setelah pekerjaan pondasi selesai dilaksanakan. Metode yang dilakukan
untuk pekerjaan pile cap dan tie beam adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan lantai kerja yang terbuat dari pasir urugan setebal 100 mm dan lean
concrete setebal 50 mm.
306
2. Pemasangan bekisting menggunakan bahan yang terbuat dari batako HB/10
dengan ukuran 400 mm x 190 mm x 100 mm.
3. Tulangan yang dirangkai mengikuti bentuk dan ukuran yang terdapat pada shop
drawing.
4. Pengecoran dengan beton ready mix dengan bantuan concrete pump.
5. Pemadatan beton segar dengan vibrator agar memastikan tidak ada udara yang
terperangkap.
Dinding penahan tanah pada proyek ini adalah diaphragm walls dengan
pertimbangan hanya akan menimbulkan getaran, dan suara yang kecil, dapat
disesuaikan dengan kebutuhan ketebalan dan ketinggiannya, dapat digunakan untuk
struktur yang permanen menimbang dinding ini akan digunakan sebagai dinding
lantai basement. Dinding penahan tanah memiliki spesifikasi beton mutu fc 30 MPa
dengan tulangan ulir mutu fy 400 MPa. Dinding penahan tanah ini dibuat dengan
kedalaman 8,8 meter di sepanjang keliling bangunan utama.
Pekerjaan pembuatannya dilakukan setelah pekerjaan pile cap dan tie beam telah
selesai dilaksanakan. Langkah pekerjaan didinding penahan tanah pada proyek
Senayan Park adalah sebagai berikut.
1. Pemasangan bekisting kayu plywood 9 mm. Penyangga samping atau brace dari
bekisting harus dipastikan kuat dan tidak akan bergerak selama proses
pengecoran berlangsung.
2. Fabrikasi tulangan dilakukan pada area fabrikasi pada proyek, kemudian pada
saat pemasangan tulangan digunakan mobile crane untuk mengangkat tulangan
yang sudah dirangkai.
3. Pengecoran menggunakan bucket, dan tremi yang di letakan di atas area yang
akan dicor. Proses pengecoran menggunakan beton redy mix.
4. Pelepasan bekisting dilakukan 1 hari setelah pekerjaan pengecoran telah selesai
dilaksanakan.
5. Curing dilakukan dengan cara menyemprotkan air secara pada permukaan
beton.
307
III.4.3.3.4 Basement
308
Gambar III.86 Zona Struktur Atas
Selain itu, dalam proses pekerjaan struktur perlu dilakukan pengendalian mutu
bahan-bahan yang akan digunakan. Berikut adalah penujian yang akan dilakukan
pada proyek Senayan Park.
a. Uji kuat tarik dan tes tekuk baja
Pengujian kuat tarik dan tekuk baja dilakukan untuk mengecek kesesuaian
antara kondisi aktual material dengan mill test report yang diberikan oleh
pabrik pembuatan baja tulangan tersebut.
b. Uji kuat tekan beton
Uji kuat tekan beton dilakukan ketika beton segar sampai di lokasi. Beton
segar diletakkan kepada beberapa silinder untuk kemudian dibawa ke
laboratorium dan dilakukan pengecekan kekuatan.
Kolom merupakan elemen struktur vertikal yang dapat menyalurkan gaya tekan
aksial, dengan atau tanpa momen, dari pelat lantai (Iswandi Imran, 2014:136).
Kolom beton yang terdapat pada proyek Senayan Park memiliki mutu fc’ 40 Mpa
dan tulangan polos dan ulir dengan fy 420 Mpa.
309
1. Stacking out dan marking as kolom dan dimensi kolom dengan theodolite pada
lantai yang ditinjau seperti pada gambar di bawah ini.
310
Gambar III.88 Bekisting Kolom
(Sumber: http://kontruksibangunan-kb1.blogspot.com )
5. Pengecoran menggunakan beton ready mix dengan bantuan mobile crane dan
tremie bucket yang dapat mengalirkan beton secara vertikal.
6. Melakukan vibrasi dengan concrete vibrator untuk mengeluarkan udara yang
terperangkap agar beton lebih padat.
6. Pelepasan bekisting dilakukan ketika beton sudah kering yaitu sehari setelah
proses pengecoran selesai dilaksanakan.
311
7. Curing dilakukan dengan cara menyemprotkan sedikit air secara perlahan pada
permukaan beton.
Balok merupakan elemen yang menumpu pada kolom dan berfungsi untuk
meneruskan beban yang terdapat pada pelat kepada kolom. Sedangkan pelat
merupakan elemen struktur bangunan yang memikul beban hidup layan dan beban
mati tambahan. Balok dan pelat pada lokasi proyek merupakan elemen struktur
beton bertulang dengan menggunakan mutu beton ready mix fc’ 30 Mpa dan
tulangan dengan mutu fy 420 Mpa. Pekerjaan balok dan pelat akan dilaksanakan
setelah pekerjaan kolom pada lantai sebelumnya selesai dilaksanakan. Tahap yang
dillaksanakan untuk pekerjaan balok dan pelat adalah sebagai berikut
1. Stacking dan marking elemen struktur dengan bantuan theodolite.
2. Pemasangan perancah untuk lokasi elemen struktur berada di atas lantai kerja
dibutuhkan perancah untuk membantu proses pelaksanaan konstruksi. Selain itu
perancah dipasang sebagai penahan beban selama proses pekerjaan balok dan
pelat.
(Sumber: www.worksafeabc.com )
312
3. Bekisting pada balok dan pelat menggunakan multiplex setebal 9 mm dan dapat
digunakan sebanyak 3 kali. Perakitan bekisting untuk balok dan pelat
dilaksanakan langsung di tempat elemen struktur tersebut berada.
4. Fabrikasi tulangan menggunakan bar bender dan bar cutter pada area fabrikasi,
lalu akan dipindahkan menuju lokasi elemen struktur tersebut akan dibuat untuk
dirakit oleh tulang besi. Untuk menjaga ketebalan pelat, akan dipasang tulangan
kaki ayam yang akan memberi jarak antara tulangan atas dan bawah pada pelat.
313
5. Pengecoran menggunakan beton ready mix dengan bantuan concrete pump
yang dapat mengalirkan beton segar lebih cepat untuk elemen struktur yang
memiliki volume besar.
314
(Sumber : www.signalreadymix.co)
Estimasi volume pekerjaan yang akan dilakukan pada proyek Senayan Park adalah
sebagai berikut
1. Mobilisasi alat
Rincian alat-alat berat terdapat pada tabel di bawah ini.
Jenis Jumlah
Mobile Crane 2
hydraulic excavator (CAT-320 D) 2
Concrete Pump 2
Concrete Vibrator 2
Concrete Bucket 2
Hydraulic Rotary Rig 1
2. Pemagaran
315
Tabel III.51 Rekapitulasi Volume Fasilitas Sementara
Fasilitas Sementara
Fasilitas Jumlah Ukuran Luas / Unit (m2)
Bedeng Pekerja 1 20m x 20 m 400
Suplai Air dan Listrik 1 4m x 4m 16
Pos Pekerja 1 10m x 5m 50
Toilet 6 2.5m x 1.5m 3.75
Disposal Area 1 6m x 8m 48
Kantor Sementara 1 24m x 10m 240
Pos Jaga 2 2m x 2m 4
Washing Bay 2 8m x 12m 96
Area Parkir 1 8m x 24m 192
Gudang 1 15m x 10m 150
Area Fabrikasi 1 50m x 21m 1050
6. Jalan akses
Jalan akses akan memiliki lebar 7 meter dan panjang total 682 meter. Sehingga
didapat luas jalan akses adalah 3.348 m2.
Sheet pile dipasang di sekeliling area galian dengan tipe U-type sheet pile tipe
FSP-III yang setiap segmennya memiliki ketebalan 13 mm, lebar efektif 400
mm sehingga dibutuhkan 1675 lembar sheet pile.
2. Pekerjaan Galian
Volume galian yang perlu dilakukan adalah 107.874 BCM dengan kedalaman
9 meter. Saat kondisi loose volume pekerjaan galian adalah 134.42,5 LCM
3. Pekerjaan Timbunan dan Pemadatan Tanah
Pekerjaan timbuan tahap 1 membutuhkan volume tanah 9.971 CCM atau
13.859,7 LCM, timbunan tahap 2 sebesar 18.135 CCM atau 25.207,7
LCMDengan mengetahui volume tanah galian dan timbunan, dapat dihitung
volume galian yang dibuang adalah 95.775 LCM.
316
III.4.4.3 Pekerjaan Struktur Bawah
III.4.4.3.1 Pondasi
Terdapat empat jenis pondasi yang dibedakan berdasarkan jenis kelompok tiang
dan kedalaman pondasi. Rincian untuk pondasi terdapat pada tabel di bawah dengan
gambaran lokasi tiap jenis pondasi terdapat pada dibawah ini. Quantitiy Take off
dilakukan dengan prinsip menghitung kedalaman galian, kebutuhan beton, dan
tulangan pada pondasi.
317
Panjang Volume Berat
Tipe Pondasi
Pengebora Beton (m3) Tulangan
BP-1 234 735,13 99986,5
BP-2 2250 3534,29 341983,4
BP - 3 162 127,23 12311,4
BP - 4 265 133,20 14734,4
Total 2911,0 4529,9 469015,7
Elemen yang akan dibangun di atas pondasi adalah pile cap atau grup tiang dan tie
beam atau sloof. Tie beam akan dipasang pada elevasi dan memiliki ketebalan yang
sama dengan pile cap. Pile cap pada lokasi proyek senayan park memiliki 4 tipe
sesuai dengan tipe grup tiang pada bored pile.
Berikut adalah hasil rekapitulasi QTO pile cap dan tie beam untuk menghitung
kebutuhan volume beton, bekisting, dan berat tulangan.
318
Panjang Lebar Tinggi Volume Beton Luas Bekisting Berat
Pile Cap Jumlah
(m) (m) (m) (m3) (m2) Tulangan (kg)
BP-1 13 5 5 1 325 260 226772,9
BP-2 125 5 2 1 1250 1750 1256713,2
BP-3 9 2,1 2,1 1 39,69 75,6 90483,3
BP-4 53 2,1 2,1 1 233,73 445,2 160973,2
Total 1848,42 2530,8 1734942,634
Dinding penahan tanah akan dipasang di sekeliling bangunan dengan tinggi sesuai
dengan struktur basement pada proyek Senayan Park yaitu 8,8 meter, tebal dari
dinding penahan tanah ini adalah 0,2 meter.
319
Gambar III.98 Detail Penulangan Dinding Penahan Tanah Vertikal (Kiri) dan
Horzontal (Kanan)
320
DPT
Vertikal Horizontal
Top
tumpuan lapangan tumpuan lapangan
Panjang (mm) 2200 4400 2000 4000
Spasi (mm) 200 250 125 400
Jumlah Tulangan (mm) 40 32 70 22
Panjang Angkur (mm) 300
Panjang Penyaluran (mm) 1200
Panjang Tulangan (mm) 296000 179200 490000 114400
Vertikal Horizontal
Bottom
tumpuan lapangan tumpuan lapangan
Panjang (mm) 2200 4400 2000 4000
Spasi (mm) 100 400 300 300
Jumlah Tulangan (mm) 80 20 29 29
Panjang Angkur (mm) 300
Panjang Penyaluran (mm) 1200
Panjang Tulangan (mm) 592000 112000 203000 150800
Volume Tulangan (mm3) 0,509
Panjang (mm) 8000
Tinggi (mm) 8800
Tebal (mm) 200
Jumlah 83
Volume Beton (m3) 1169
Berat Tulangan (kg) 331489
III.4.4.3.4 Basement
Pekerjaan struktur basement pada proyek konstruksi ini terdiri dari pekerjaan balok,
kolom, dan pelat. Akan dilakukan perhitungan kebutuhan tulangan yang digunakan,
volume, dan luas area dari tiap-tiap elemen. Berikut adalah hasil rekapitulasi QTO
basement.
321
Total Vol Total Area Total Berat
Lantai Tipe Balok b(mm) h (mm)
Beton (m3) Bekisting (m2) Tulangan (kg)
B1 400 800 716,8 4004 324442,6
B1 BA 350 600 486,36 2826,9675 129076,3
Total 1203,2 6831,0 453518,9
Pekerjaan struktur atas pada proyek konstruksi ini terdiri dari pekerjaan balok,
kolom, dan pelat. Tiap elemen tersebut perlu untuk dihitung kebutuhan tulangan
yang akan digunakan, volume, dan luas area dari tiap-tiap elemen.
Balok pada proyek Senayan Park ini memiliki 4 tipe yaitu balok induk tipikal (B1),
balok induk bentang panjang (B2), balok induk kantilever (B3), dan balok anak
(BA). Berikut merupakan denah balok untuk lantai 1 sampai atap.
322
Gambar III.99 Denah Balok Lantai 1 - Atap
Berikut adalah rekapitulasi hasil perhitungan volume beton, luas area bekisting, dan
berat tulangan untuk masing-masing tipe balok.
323
Total Vol Beton Total Area Total Berat
Lantai Tipe Balok b(mm) h (mm)
(m3) Bekisting (m2) Tulangan (kg)
B1 400 800 962,6 5264 435680,1
B2 550 1100 77,4 330 20290,3
1 B3 400 800 16,0 50 13105,8
BA 350 600 486,4 2692,4 129076,3
Total 1542,4 8336,35 598152,4
B1 400 800 962,6 5264 435680,1
B2 550 1100 77,4 330 20290,3
2 B3 400 800 16,0 50 13105,8
BA 350 600 486,4 2692,4 129076,3
Total 1542,4 8336,35 598152,4
B1 400 800 962,6 5264 435680,1
B2 550 1100 77,4 330 20290,3
3 B3 400 800 16,0 50 13105,8
BA 350 600 486,4 2692,4 129076,3
Total 1542,4 8336,35 598152,4
B1 400 800 962,6 5264 435680,1
B2 550 1100 77,4 330 20290,3
4 B3 400 800 16,0 50 13105,8
BA 350 600 486,4 2692,4 129076,3
Total 1542,4 8336,35 598152,4
B1 400 800 962,6 5264 435680,1
B2 550 1100 77,4 330 20290,3
Atap B3 400 800 16,0 50 13105,8
BA 350 600 486,4 2692,4 129076,3
Total 1542,4 8336,35 598152,4
Terdapat dua jenis kolom pada bangunan Senayan Park dibagi menjadi kolom yang
terdapat pada basement (Kolom A), dan kolom yang terdapat pada lantai dasar
sampai atap (Kolom B). Berikut adalah rekapitulasi perhitungan kolom yang
terdapat pada struktur atas pada proyek Senayan Park pada tabel di bawah ini.
324
III.4.4.4.3 Pekerjaan Pelat
Pada gedung Senayan Park, terdapat dua jenis tipikal pelat yaitu pelat A, dan pelat
B. Pelat A terdapat pada lantai bangian basement 2 sampai lantai basement 1,
sedangkan pelat B terdapat pada lantai dasar sampai atap.
325
Total Vol Total Area Total Berat
Tipe Pelat
Beton (m3) Bekisting (m2) Tulangan (kg)
Pelat Lt. 1 730,2 4195,1 140557,6
Pelat Lt. 2 730,2 4195,1 140557,6
Pelat Lt. 3 730,2 4195,1 140557,6
Pelat Lt. 4 730,2 4195,1 140557,6
Pelat Atap 730,2 4195,1 140557,6
326
III.4.5 Penjadwalan
Alur pelaksanaan penjadwalan yang akan dilakukan pada proyek Senayan Park
terlihat pada gambar di bawah ini.
Produktvitas tenaga kerja dan alat yang digunakan pada proyek Senayan Park
menggunakan asumsi berikut:
327
1. Hari kerja dihitung sesuai dengan kalender. Pekerjaan libur pada tanggal merah
kecuali untuk hari Minggu biasa tidak libur.
2. Jam kerja pada proyek dari Senin sampai Minggu dengan jam kerja dimulai
pukul 08.00 WIB dan selesai pada pukul 17.00 WIB. Istirahat akan dilakukan
pada pukul 12.00 -13.00 WIB.
3. Produktivitas tenaga kerja dilakukan dengan metode resource enumeration dan
koefisien yang terdapat pada SNI.
Jenis alat berat yang akan digunakan akan disesuaikan dengan kebutuhan metode
konstruksi yang akan digunakan. Langkah perhitungan produktivitas alat berat yang
akan digunakan pada proyek telah dihitung pada subbab metode pelaksanaan
konstruksi. Rekapitulasi dari produktivitas alat yang akan digunakan akan
dijleaskan pada tabel di bawah ini.
328
Faktor utama yang mempengaruhi produktivitas tim pada pekerjaan pagar
sementara adalah produktivitas tukang karena nilai koefisiennya yang
paling besar.
1𝑚
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 =
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
1𝑚 𝑚
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 = = 2,5
0.4 𝑂𝐻 𝑂𝐻
2. Perhitungan durasi
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 =
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑖𝑚
663,5 𝑚
𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝑚 = 7 ℎ𝑎𝑟𝑖
2,5 × 20 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔/𝑡𝑖𝑚 × 2 𝑡𝑖𝑚
𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 ℎ𝑎𝑟𝑖
Pekerjaan Pemagaran
Volume 663,5 m RSNI T-12-2002
Produktivitas
Tenaga Kerja Tim Kerja Koefisien (OH) Jumlah Tim Durasi (hari)
(m/OH)
Pekerja 20 0,4
Tukang Kayu 8 0,2
2,5 2 7
Kepala Tukang 1 0,02
Mandor 1 0,02
Berikut adalah hasil rekapitulasi perhitungan durasi dan alokasi sumber daya
pekerjaan persiapan pada proyek Senayan Park.
329
Volume Produktivitas
No Pekerjaan Satuan Durasi (Hari)
Pekerjaan (satuan/OH)
1 Pemagaran 663,5 m 2,5 7
2 Pembersihan Lahan 39000 m2 200 5
3 Jalan Sementara 4774 m2 100 5
4 Area Parkir 192 m2 100 1
5 Instalasi Toilet 6 buah 6 1
6 Washing Bay 120 m2 10 3
7 Area Fabrikasi 1050 m2 100 2
8 Instalasi Suplai Air 1 ls 1 1
9 Instalasi Suplai Listrik 1 ls 1 1
10 Pematokan 667 buah 10 3
11 Kantor Sementara 240 m2 0,5 12
12 Pos Jaga 8 m2 0,67 2
13 Bedeng Pekerja 400 m2 0,5 20
14 Gudang 150 m2 0,5 8
15 Pos Pekerja 50 m2 0,5 3
Kepala Jumlah
Jumlah Pekerja Tukang Mandor
Pekerjaan Tukang Pekerja
Tim
(Orang)
Pemagaran 2 40 16 2 2 60
Pembersihan Lahan 2 40 0 0 4 44
Jalan Sementara 2 10 0 0 2 12
Area Parkir 1 5 0 0 1 6
Instalasi Toilet 1 5 0 0 1 6
Washing Bay 1 5 0 0 1 6
Area Fabrikasi 2 10 0 0 2 12
Instalasi Suplai Air 1 5 0 0 1 6
Instalasi Suplai Listrik 1 5 0 0 1 6
Pematokan 2 20 20 2 2 44
Kantor Sementara 2 16 40 2 2 60
Pos Jaga 1 5 10 1 1 17
Bedeng Pekerja 2 16 40 2 2 60
Gudang 2 16 40 2 2 60
Pos Pekerja 2 16 40 2 2 60
Pekerjaan tanah pada proyek ini terdiri dari pekerjaan galian, pembungan tanah,
dan pekerjaan timbunan dan pemadatan tanah. Pada pekerjaan tanah seluruh
produktivitas ditentukan berdasarkan produktivitas alat berat yang akan digunakan.
330
Pada subbab ini akan diberikan contoh perhitungan untuk mendapatkan durasi dan
jumlah pekerja pada pekerjaan timbunan tahap 1.
Pada pekerjaan timbunan diketahui bahwa hal yang mempengaruhi lamanya durasi
pekerjaan adalah alat yang digunakan yaitu excavator. Diketahui data-data sebagai
berikut.
Jam kerja efektif = 8 jam / hari
Produktivitas alat = 263,6471 LCM/jam
Jumlah alat = 2 buah
Volume pekerjaan = 13.859,69 LCM
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 =
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 × 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑙𝑎𝑡
13.859,69 LCM
𝐷𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = ≈ 4 ℎ𝑎𝑟𝑖
LCM
263,6471 jam × 8𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖 × 2
Pekerjaan Timbunan
Jam Kerja 8 (jam/hari)
Alat Excavator
Produktivitas 263,6471 LCM/jam
Jumlah Alat 2 buah
Volume 13859,69 LCM
Durasi 4 hari
Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Durasi (hari)
Berikut adalah rekapitulasi dari perhitungan durasi dan tenaga kerja pada pekerjaan
tanah yang terdapat pada tabel berikut.
331
Tabel III.68 Rekapitulasi Durasi dan Jumlah Pekerja Pekerjaan Tanah
Pekerjaan struktur bawah terdiri pekerjaan dinding penahan tanah, pondasi, pile
cap, tie beam, dan struktur basement. Produktivitas pada struktur bawah
menggunakan produktivitas alat berat yang akan digunakan, dan menggunakan
koefisien yang terdapat pada SNI-7394-2008-Pekerjaan Beton. Berikut adalah
rekapitulasi untuk produktivitas pekerjaan struktur bawah beserta jumlah pekerja
dan durasi yang dibutuhkan pada tabel di bawah ini.
332
Kepala Mando Operato Jumlah
Produktivitas Durasi Jumlah Pekerja Tukang
Pekerjaan Volume Satuan Tukang r r Alat Pekerja
(satuan/OH) (Hari) Tim
(Orang)
Bored Pile
Pengeboran 364 titik 18,3333 2 1 4 0 0 1 1 6
Pembesian 469015,713 kg 14,29 17 20 200 200 20 20 0 440
Pengecoran 4529,86 m3 4,00 35 4 20 0 0 4 0 24
Pemotongan 364 titik 10,00 2 5 25 0 0 5 0 30
Pile Cap dan Tie Beam
Lantai Kerja 1944,0 m2 25,00 2 5 50 0 0 5 0 55
Bekisting Batako 9994,8 m2 2,86 2 20 200 100 20 20 0 340
Pembesian 1518724,4 m3 14,29 20 20 200 200 20 20 0 440
Pengecoran 3792,4 m3 12,50 19 2 10 0 0 2 0 12
DPT
Bekisting Batako 5843 m2 2,86 2 20 200 100 20 20 0 340
Bekisting Kayu 5843 m2 1,52 2 20 200 100 20 20 0 340
Pembesian 331488,7 kg 14,29 47 5 50 50 5 5 0 110
Pengecoran 1168,64 m3 4,00 19 2 10 0 0 2 0 12
B1
Pelat
Bekisting 10652,9 m2 1,52 36 20 200 100 20 20 0 340
Pembesian 655436,5 kg 14,29 23 20 200 200 20 20 0 440
Pengecoran 1868,4 m3 12,50 10 2 10 0 0 2 0 12
Pelepasan Bekisting 10652,9 m2 25,00 9 5 50 0 0 5 0 55
Kolom
Bekisting 1116,1 m2 1,52 4 20 200 100 20 20 0 340
Pembesian 158823,5 kg 14,29 6 20 200 200 20 20 0 440
Pengecoran 379,5 m3 4,00 6 2 10 0 0 2 0 12
Pelepasan Bekisting 1116,1 m2 25,00 1 5 50 0 0 5 0 55
B2
Balok dan Pelat
Bekisting 3821,9 m2 1,52 12 20 200 100 20 20 0 340
Pembesian 201917,7 kg 14,29 8 20 200 200 20 20 0 440
Pengecoran 665,3 m3 12,50 4 2 10 0 0 2 0 12
Pelepasan Bekisting 1326,1 m2 25,00 5 5 50 0 0 5 0 55
Kolom
Bekisting 1326,1 m2 1,52 5 20 200 100 20 20 0 340
Pembesian 201917,7 kg 14,29 7 20 200 200 20 20 0 440
Pengecoran 468,7 m3 4,00 8 2 10 0 0 2 0 12
Pelepasan Bekisting 1326,1 m2 25,00 2 5 50 0 0 5 0 55
Pekerjaan struktur atas terdiri dari pekerjaan balok, kolom, dan pelat untuk lantai
dasar sampai atap. Tiap elemen terdiri dari pekerjaan pemasangan bekisting,
pembesian, pengecoran, dan pelepasan bekisting. Berikut adalah hasil rekapitulasi
perhitungan produktivitas pekerjaan struktur atas pada tabel.
333
Tabel III.70 Rekapitulasi Produktivitas Pekerjaan Struktur Atas
334
dapat dilihat hasil penjadwalan pada proyek berupa gantt chart dan network
diagram berupa PDM yang akan terdapat pada Lampiran. Setelah dilakukan
perencanaan pada perangkat lunak Microsoft Project 2013 didapatkan durasi
proyek Senayan park selama 279 hari, dimulai dari tanggal 1 Agustus 2017 sampai
dengan 18 Mei 2018. Timeline pengerjaan proyek Senayan Park terdapat pada
Gambar IX.86.
Estimasi biaya yang akan dilakukan pada proyek Senayan Park akan mengacu pada
volume pekerjaan yang telah dihitung pada quantitiy take-off serta penentuan
produktivitas pekerjaan. Perhitungan yang akan dilakukan meliputi biaya langsung
dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya material, biaya peralatan
konstruksi dan biaya upah tenaga kerja. Biaya tidak langsung terdiri dari pajak,
asuransi, profit, biaya tidak terduga, overhead, dan lain-lain.
Biaya langsung pada proyek Senayan Park ini meliputi pekerjaan perisapan,
pekerjaan tanah, struktur bawah, dan struktur atas. Berikut adalah uraian dari
masing masing pekerjaan
335
Tabel III.71 Estimasi Biaya Pembuatan Pagar
Uraian Satuan Koefisien Kuantitas Durasi Pekerjaan (Hari) Harga Satuan Jumlah Harga
ALAT
TENAGA
Pekerja orang 40 7 Rp 99.000,00 Rp 27.720.000,00
Tukang Kayu orang 16 7 Rp 137.500,00 Rp 15.400.000,00
Kepala Tukang orang 2 7 Rp 154.000,00 Rp 2.156.000,00
Mandor orang 2 7 Rp 137.500,00 Rp 1.925.000,00
Total Harga Rp 204.189.800,000
Harga Satuan Rp 307.747,000
Hasil rekapitulasi dari estimasi biaya pekerjaan persiapan proyek Senayan Park
dapat dilihat pada tabel berikut
336
Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Total Harga
Mobilisasi Alat Berat ls 11 Rp 500.000,00 Rp 5.500.000,00
Pagar (tinggi 2 meter) m 663,5 Rp 307.747,00 Rp 204.189.800,00
Pembersihan Lahan m2 39000 Rp 707,00 Rp 27.550.000,00
Pemasangan Patok m 667 Rp 56.639,00 Rp 37.778.000,00
Bedeng Pekerja m2 400 Rp 935.380,00 Rp 374.152.000,00
Instalasi Suplai Air ls 3 Rp 1.710.834,00 Rp 5.132.500,00
Instalasi Suplai Listrik ls 1 Rp 55.632.500,00 Rp 55.632.500,00
Pos Pekerja m2 50 Rp 1.012.050,00 Rp 50.602.500,00
Instalasi Toilet Portable unit 6 Rp 1.905.417,00 Rp 11.432.500,00
Kantor Sementara m2 240 Rp 950.882,00 Rp 228.211.500,00
Pos Jaga m2 50 Rp 1.153.400,00 Rp 9.227.200,00
Area Parkir m2 192 Rp 69.909,00 Rp 13.422.400,00
Gudang m2 150 Rp 912.367,00 Rp 136.855.000,00
Area Fabrikasi m2 1050 Rp 69.024,00 Rp 72.474.700,00
Jalan Akses m2 3409 Rp 68.099,00 Rp 232.147.200,00
Washing Bay m2 60 Rp 476.953,00 Rp 57.234.300,00
Total Biaya Pekerjaan Persiapan Rp 1.521.542.100,00
ALAT
hydraulic excavator (CAT-320 D) hari 2 32 Rp 5.000.000,00 Rp 320.000.000,00
TENAGA
Operator Alat Berat orang 2 32 Rp 149.730,00 Rp 9.582.720,00
Pekerja orang 8 32 Rp 99.000,00 Rp 25.344.000,00
Mandor orang 2 32 Rp 137.500,00 Rp 8.800.000,00
Total Harga Rp 363.726.800,00
Harga Satuan Rp 2.700,00
337
Berikut adalah hasil rekapitulasi dari perhitungan estimasi biaya untuk pekerjaan
tanah pada tabel berikut.
Pekerjaan struktur bawah terdiri dari pekerjaan dinding penahan tanah, pondasi, dan
struktur basement. Berikut adalah rekapitulasi biaya untuk setiap pekerjaan struktur
bawah besarta dengan volume pekerjaan, harga satuan, dan harga total dapat dilihat
pada tabel berikut.
338
Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Total Harga
Bored Pile Rp 12.148.955.400,00
Pengeboran titik 364 Rp 195.970,00 Rp 570.467.000,00
Pembesian kg 469016 Rp 14.299,00 Rp 6.706.079.000,00
Pengecoran m3 4530 Rp 1.053.589,00 Rp 4.772.609.400,00
Pemotongan titik 364 Rp 274.176,00 Rp 99.800.000,00
DPT Rp 11.103.517.071,00
Lantai Kerja m2 133 Rp 204.170,00 Rp 32.100.100,00
Bekisting Kayu m2 11686 Rp 280.319,00 Rp 3.275.919.000,00
Pembesian kg 331489 Rp 19.455,00 Rp 6.448.812.370,30
Pengecoran m3 1169 Rp 1.072.353,00 Rp 1.253.194.400,00
Pelepasan Bekisting m2 11686 Rp 8.000,00 Rp 93.491.200,00
Pile Cap dan Tie Beam Rp 29.823.221.400,00
Lantai Kerja m2 1944 Rp 204.170,00 Rp 396.906.300,00
Bekisting Batako m2 9995 Rp 280.319,00 Rp 1.302.893.200,00
Pembesian kg 1518724 Rp 17.693,00 Rp 26.870.227.500,00
Pengecoran m3 3792 Rp 953.080,00 Rp 1.253.194.400,00
Lantai B2 Rp 9.922.260.900,00
Pelat Rp 5.328.446.900,00
Bekisting m2 10653 Rp 232.885,00 Rp 858.194.300,00
Penulangan kg 655437 Rp 18.833,00 Rp 3.808.648.200,00
Pengecoran m3 1868 Rp 955.102,00 Rp 639.054.400,00
Pelepasan Bekisting m2 10653 Rp 8.000,00 Rp 22.550.000,00
Kolom Rp 4.593.814.000,00
Bekisting m2 1116 Rp 286.580,00 Rp 326.986.800,00
Penulangan kg 158824 Rp 18.833,00 Rp 3.755.534.200,00
Pengecoran m3 379 Rp 1.066.917,00 Rp 500.018.000,00
Pelepasan Bekisting m2 1116 Rp 8.000,00 Rp 11.275.000,00
Lantai B1 Rp 20.293.720.200,00
Pelat dan Balok Rp 16.534.277.600,00
Bekisting m2 3822 Rp 232.885,00 Rp 2.492.558.900,00
Penulangan kg 201918 Rp 18.833,00 Rp 12.205.427.500,00
Pengecoran m3 665 Rp 955.102,00 Rp 1.785.553.700,00
Pelepasan Bekisting m2 1326 Rp 8.000,00 Rp 50.737.500,00
Kolom Rp 3.759.442.600,00
Bekisting m2 1326 Rp 286.580,00 Rp 306.379.000,00
Penulangan kg 201918 Rp 18.833,00 Rp 3.033.362.600,00
Pengecoran m3 469 Rp 1.066.917,00 Rp 408.426.000,00
Pelepasan Bekisting m2 1326 Rp 8.000,00 Rp 11.275.000,00
Total Biaya Pekerjaan Struktur Bawah Rp 83.291.674.971,00
339
III.4.6.1.4 Pekerjaan Struktur Atas
340
Pekerjaan Satuan Volume Harga Satuan Total Harga
Lantai 1 Rp 23.806.758.800,00
Pelat dan Balok Rp 18.911.230.500,00
Bekisting m2 12531,481 Rp 232.885,00 Rp 2.918.386.500,00
Penulangan kg 738710,0423 Rp 18.833,00 Rp 13.760.266.900,00
Pengecoran m3 2272,6 Rp 955.102,00 Rp 2.170.564.600,00
Pelepasan Bekisting m2 12531,481 Rp 8.000,00 Rp 62.012.500,00
Kolom Rp 4.895.528.300,00
Bekisting m2 1409,4 Rp 286.580,00 Rp 403.905.100,00
Penulangan kg 204869,9325 Rp 18.833,00 Rp 3.858.122.400,00
Pengecoran m3 583,2 Rp 1.066.917,00 Rp 622.225.800,00
Pelepasan Bekisting m2 1409,4 Rp 8.000,00 Rp 11.275.000,00
Lantai 2 Rp 23.806.758.800,00
Pelat dan Balok Rp 18.911.230.500,00
Bekisting m2 12531,481 Rp 232.885,00 Rp 2.918.386.500,00
Penulangan kg 738710,0423 Rp 18.833,00 Rp 13.760.266.900,00
Pengecoran m3 2272,6 Rp 955.102,00 Rp 2.170.564.600,00
Pelepasan Bekisting m2 12531,481 Rp 8.000,00 Rp 62.012.500,00
Kolom Rp 4.895.528.300,00
Bekisting m2 1409,4 Rp 286.580,00 Rp 403.905.100,00
Penulangan kg 204869,9325 Rp 18.833,00 Rp 3.858.122.400,00
Pengecoran m3 583,2 Rp 1.066.917,00 Rp 622.225.800,00
Pelepasan Bekisting m2 1409,4 Rp 8.000,00 Rp 11.275.000,00
Lantai 3 Rp 23.806.758.800,00
Pelat dan Balok Rp 18.911.230.500,00
Bekisting m2 12531,481 Rp 232.885,00 Rp 2.918.386.500,00
Penulangan kg 738710,0423 Rp 18.833,00 Rp 13.760.266.900,00
Pengecoran m3 2272,6 Rp 955.102,00 Rp 2.170.564.600,00
Pelepasan Bekisting m2 12531,481 Rp 8.000,00 Rp 62.012.500,00
Kolom Rp 4.895.528.300,00
Bekisting m2 1409,4 Rp 286.580,00 Rp 403.905.100,00
Penulangan kg 204869,9325 Rp 18.833,00 Rp 3.858.122.400,00
Pengecoran m3 583,2 Rp 1.066.917,00 Rp 622.225.800,00
Pelepasan Bekisting m2 1409,4 Rp 8.000,00 Rp 11.275.000,00
Lantai 4 Rp 23.806.758.800,00
Pelat dan Balok Rp 18.911.230.500,00
Bekisting m2 12531,481 Rp 232.885,00 Rp 2.918.386.500,00
Penulangan kg 738710,0423 Rp 18.833,00 Rp 13.760.266.900,00
Pengecoran m3 2272,6 Rp 955.102,00 Rp 2.170.564.600,00
Pelepasan Bekisting m2 12531,481 Rp 8.000,00 Rp 62.012.500,00
Kolom Rp 4.895.528.300,00
Bekisting m2 1409,4 Rp 286.580,00 Rp 403.905.100,00
Penulangan kg 204869,9325 Rp 18.833,00 Rp 3.858.122.400,00
Pengecoran m3 583,2 Rp 1.066.917,00 Rp 622.225.800,00
Pelepasan Bekisting m2 1409,4 Rp 8.000,00 Rp 11.275.000,00
Atap Rp 18.911.230.500,00
Pelat dan Balok Rp 18.911.230.500,00
Bekisting m2 12531,481 Rp 232.885,00 Rp 2.918.386.500,00
Penulangan kg 738710,0423 Rp 18.833,00 Rp 13.760.266.900,00
Pengecoran m3 2272,6 Rp 955.102,00 Rp 2.170.564.600,00
Pelepasan Bekisting m2 12531,481 Rp 8.000,00 Rp 62.012.500,00
Total Biaya Struktur Atas Rp 114.138.265.700,00
Pada proyek Senayan Park, biaya tidak langsung yang akan dihitung terdiri dari
biaya overhead proyek, overhead kantor pusat, biaya umum (general conditions),
keuntungan, dan pajak.
1. Overhead proyek
341
Overhead merupakan biaya pendukung yang diperlukan agar seluruh proyek
dapat berjalan dengan aman. Overhead proyek terdiri dari biaya administrasi,
biaya site meeting, gaji site office, biaya operasional site office. Biaya overhead
proyek diasumsikan sebesar 3% dari biaya langsung.
2. Overhead kantor pusat
Biaya overhead kantor pusat merupakan biaya yang diperlukan untuk
keberlangsungan perusahaan agar dapat terus dikelola. Dengan asumsi
kontraktor yang mengerjakan proyek ini adalah kontraktor besar dan juga
mengerjakan proyek lain pada waktu bersamaan sehingga biaya overhead yang
digunakan bernilai 2% dari biaya langsung.
3. Biaya umum (general conditions)
General conditions merupakan ketentuan umum yang meliputi ketentuan atau
syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum pekerjaan dapat dimulai dan tidak
tercantum dalam pekerjaan persiapan.. Hal tersebut terdiri dari quality control,
biaya penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3), asuransi dan jaminan.Pada proyek ini asuransi yang digunakan adalah
BPJS Ketenagakerjaan program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan
kematian yang besar presmi asurasi yang ditetapakan adalah sebagai berikut.
Jaminan yang akan digunakan adalah Contractor’s All Risk (CAR) yang
bernilai 0,5% dari nilai kontrak.
4. Keuntungan
Pada proyek ini diambil keuntungan sebesar 10% dari total biaya pengeluaran
yang terdiri dari biaya langsung, overhead, biaya umum, biaya sewa,
kontingensi, asurasi dan jaminan.
5. Pajak
Pajak yang akan dihitung pada proyek ini adalah Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) sebesar 10% dan Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 2%.
III.4.6.3 Hasil Perhitungan Estimasi Biaya
Berdasarkan perhitungan biaya langsung dan tidak langsung kita dapat menentukan
rancangan anggaran proyek yang merupakan total dari seluruh biaya pekerjaan agar
terlaksananya proyek tersebut. Rencana Anggaran Biaya (RAB) merupakan harga
pekerjaan yang sudah termasuk pajak dan seluruh biaya tidak langsung yang sudah
342
dimasukkan kedalam tiap pekerjaan. Pajak yang dihitung terdiri dari pajak
pertambahn nilai dan pajak penghasilan. RAB proyek Senayak Park dapat dilihat
pada tabel di bawah ini, didapat besarnya RAB sebesar Rp.263.954.850.000,00
setelah dibulatkan.
III.4.6.4 Kurva S
Kurva S dibuat denagn menggunakan data harga biaya konstruksi dan durasi dari
pekerjaan konstruksi. Harga yang terdapat dari rancangan anggaran biaya akan
diubah dalam berntuk bobot presentase dari setiap pekerjaan dalam jangka waktu
pekerjaan tersebut. Pada proyek Senayan Park ini satuan waktu yang akan
digunakaan adalah satuan minggu. Pekerjaan yang memiliki durasi pengerjaan
lebih dari satu minggu akan dibagi secara merata setiap minggunya. Kurva s pada
proyek Senayan Park terdapat pada gambar di bawah ini. Terdapat hal yang tidak
343
ideal untuk di area yang dilingkari pada kurva S dengan pertambahan biaya yang
melambat kembali, yaitu saat pengecoran pondasi sedang berlangsung. Pada area
tersebut memiliki pertambahan persentase kumulatif yang sedikit dibandingkan
pekerjaan lainnya karena pada saat pekerjaan tersebut berlangsung tidak ada
pekerjaan lain yang sedang dilakukan secara paralel.
344
III.5 Kesimpulan dan Saran
III.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan tugas akhir untuk aspek geoteknik, transportasi, sumber daya air, dan
manajemen rekayasa konstruksi dari kawasan Lifestyle Center Senayan Park adalah
sebagai berikut:
1. Fondasi tiang yang didesain berupa tiang bor dengan diameter 1 meter dengan
angka keamanan sebesar 2,50.
2. Terdapat 4 jenis fondasi tiang grup pada struktur Senayan Park yaitu tipe 1
dengan jumlah 4 tiang bor tunggal dengan kedalaman 18 m, tipe 2 dengan
jumlah 2 tiang bor tunggal dengan kedalaman 18 m, tipe 3 dengan jumlah 1tiang
bor tunggal dengan kedalaman 18 m, dan fondasi setempat untuk DPT dengan
kedalaman 5 m diameter 0,80 m.
3. Penulangan fondasi untuk tiang grup 1, 2, dan 3 dilakukan dengan membuat
diagram interaksi setiap tipikal tiang grup. Diperoleh penulangan tiang grup tipe
1 dengan 24D25 , penulangan tiang grup tipe 2 dengan 16D25 ,dan penulangan
tiang grup tipe 3 dengan 16D25 .
4. Hasil analisis settlement menunjukkan bahwa settlement terbesar terjadi pada
tiang grup 3.. Dari hasil analisis diperoleh akibat beban aksial, grup tiang 1
mengalami penurunan sementara sebesar 0,69 cm dan penurunan akibat
konsolidasi sebesar 3,90 cm , grup tiang 2 mengalami penurunan sementara
sebesar 1,76 cm dan penurunan akibat konsolidasi sebesar 3,90 cm, dan grup
tiang 3 mengalami penurunan sementara sebesar 2 cm dan penurunan akibat
konsolidasi sebesar 4,40 cm .
5. Dari settlement yang terjadi, didesain penulangan balok sloof dengan 2 tipe,
yaitu tipe 1 (TB1) untuk menghubungkan tiang grup 1 dan 2, dan tipe, yaitu tipe
2 (TB3) untuk menghubungkan tiang grup 2 dan 3 serta tiang grup yang sejenis.
Dimensi balok sloof adalah 1000 mm x 600 mm dengan penulangan TB 1 8D25
dan TB 2 8D16.
6. Dinding penahan tanah untuk menahan beban lateral yang terjadi pada struktur
basement menggunakan dinding diaphragma wall dengan ketebalan 200 mm
dengan penulangan dinding dilakukan secara horizontal dan vertikal.
345
Penulangan horizontal menggunakan D16-300 untuk menahan momen positif
dan D16-125 untuk menahan momen negatif. Penulangan vertikal
menggunakan D19-250 untuk menahan momen positif dan D19-100 untuk
menahan momen negatif.
7. Dinding penahan tanah mempunya fondasi setempat dengan diameter 800 mm
dengan panjang 5 m. penulangan fondasi setempat untuk DPT yaitu dengan
menggunakan tulangan 20D19.
8. Tempat parkir yang telah didesain sudah memenuhi kebutuhan ruang parkir,
dengan selisih antara daya tampung tempat parkir dan kebutuhan ruang parkir
sebesar -2 SRP yang artinya daya tampung melebihi kebutuhan ruang parkir.
Tempat parkir dianalisis berdasarkan kelayakan parkir yang menghasilkan
indeks parkir untuk kendaraan mobil sebesar 65% dan untuk kendaraan motor
sebesar 69%. Hasil pendesainan tempat parkir berupa gambar denah tempat
parkir dapat dilihat pada LAMPIRAN.
9. Perencanaan geometrik jalan akses menggunakan jalan dengan minimum design
dengan kendaraan rencana berupa kendaraan penumpang dan kendaraan truk
kecil. Jalan memiliki tikungan dengan semua tikungan memiliki tipe Full
Circle. Hasil perencanaan geometrik jalan secara lengkap dapat dilihat pada
subbab VIII.2 Perencanaan Geometrik Jalan Akses. Perencanaan perkerasan
jalan akses menggunakan tipe perkerasan lentur dengan ketebalan yang dapat
dilihat pada subbab VIII.3 Perencanaan Perkerasan Jalan Akses. Hasil gambar
perencanaan dapat dilihat pada LAMPIRAN .
10. Analisis sirkulasi pergerakan kendaraan terdiri dari pelayanan pintu parkir,
distribusi kendaraan, dan sirkulasi pergerakan kendaraan. Tingkat pelayanan
pintu parkir diukur berdasarkan jumlah antrian yang terjadi. Untuk pintu masuk
parkir antrian yang terjadi berupa 4 kendaraan mobil dan 5 kendaraan motor.
Untuk pintu keluar parkir terjadi antrian berupa 4 kendaraan mobil dan 3
kendaraan motor. Distribusi kendaraan yang terjadi dapat dilihat pada subbab
VIII.4 Sirkulasi Pergerakan Kendaraan. Sirkulasi pergerakan kendaraan pada
jalan akses menggunakan pola sirkulasi linear sedangkan sirkulasi kendaraan
pada basement menggunakan pola sirkulasi memutar. Gambar lengkap sirkulasi
pergerakan kendaraan dapat dilihat pada LAMPIRAN.
346
11. Sistem drainase yang direncanakan pada kawasan Lifestyle Center Senayan
Park Jakarta terbagi menjadi beberapa komponen, yaitu saluran drainase yang
terdiri dari saluran terbuka pracetak, saluran gorong-gorong, dan saluran pipa,
serta bangunan spillway seperti sebagai berikut.
Gambar III.105 Sistem Drainase pada Lifestyle Center Senayan Park Jakarta
12. Penampang saluran drainase yang digunakan pada sistem drainase pada
Lifestyle Center Senayan Park Jakarta adalah saluran pracetak tipe U-Ditch dan
buis beton dengan ukuran terbesar adalah 1,0 x 1,2 m untuk tipe U-Ditch dan
saluran dengan diameter 1,5 m untuk tipe buis beton. Dimensi penampang
saluran tersebut telah disesuaikan dengan ketersediaan saluran pracetak di
lapangan, yaitu berdarkan produksi dari PT. Asiacon Bekasi.
13. Pada kawasan Lifestyle Center Senayan Park Jakarta terdapat sebuah waduk
buatan sehingga untuk dapat melimpaskan air berlebih pada waduk secara aman
dibutuhkan sebuah bangunan pelimpah atau spillway. Bangunan spillway yang
direncanakan adalah tipe side spillway dengan bentuk ogee dengan lebar
sebesar 2,5 m.
14. Bangunan spillway yang didesain telah memenuhi syarat stabilitas terhadap
guling dan geser dengan safety factor masing-masing sebesar 1,68 dan 1,52
untuk kondisi muka air normal, serta 1,45 dan 1,39 untuk kondisi muka air
banjir.
347
15. Kawasan Lifestyle Center Senayan Park merupakan bangunan yang terletak di
Jakarta Selatan yang terdiri atas 4 lantai dan 2 basement dengan tinggi 20,8
meter dan kedalaman basement 8 meter. Metode pelaksanaan konstruksi yang
dilakukan menyesuaikan pada kondisi lokasi proyek. Hal yang memiliki
spesifikasi khusus pada proyek Senayan Park adalah:
a. Sebelum proses penggalian akan dipasang temporary sheet pile dengan
menggunakan alat mobile crane yang akan diberi attachment berupa vibro
hamer 8 ton. Temporary sheet pile yang akan digunakan terbuat dari baja
dengan tipe U-type sheet pile sampai kedalaman 12 meter dari permukaan
dasar di sekeliling bangunan. Temporary sheet pile akan dilepas pada saat
dinding penahan tanah dan elemen struktur bawah telah selesai dibangun,
dan tanah di antara dinding penahan tanah telah ditimbun dan dipadatkan.
b. Pondasi yang akan dipasang pada Senayan Park adalah pondasi bored pile
dengan proses pengeboran menggunakan hydraulic rotary rig yang
memiliki spesifikasi kedalaman maksimum 40 meter, diameter maksimum
galian 1,2 meter, dan memiliki produktivitas 5,5 meter/menit. Selama proses
pengeboran akan dialiri bentonite dan campuran air secara terus menerus.
Selanjutnya akan dilakukan pemasangan tulangan dengan mobile crane dan
untuk tulangan yang lebih dari 12 meter panjangnya akan disatukan dengan
cara dilas pada saat tulangan berada di dalam lubang bored pile namun
masih tertahan di permukaan atas, lalu akan dilakukan pengecoran dengan
beton ready mix dengan bantuan alat bucket tremie.
c. Akan dilakukan pembagaian zona pada struktur basement dan struktur atas
untuk mempercepat proses pengerjaan dan untuk mengoptimalkan dan
sumber daya pada saat pekerjaan berlangsung.
16. Proyek Senayan Park akan dimulai pada 1 Agustus 2017 dan diprediksi akan
selesai dengan waktu pengerjaan selama 279 sampai dengan tanggal 18 Mei
2018. Jam kerja pada proyek dimulai pada jam 08.00-17.00 dengan waktu
istirahat dari jam 12.00-13.00, dengan hari kerja dari Senin sampai Minggu
kecuali untuk hari libur nasional kegiatan proyek akan libur.
17. Estimasi biaya pada proyek Senayan Park adalah Rp. 262.746.661.000,00
(sudah termasuk pajak). Biaya tersebut terdiri dari 0,76% pekerjaan persiapan,
348
pekerjaan tanah 0,77%, pekerjaan struktur bawah 41,54%, pekerjaan struktur
atas 56,93%. Dengan estimasi nilai bangunan rata-rata tiap meter persegi
adalah Rp. 6.110.065,00
III.5.2 Saran
Berikut ini adalah saran dari penulis untuk aspek geoteknik, transportasi, sumber
daya air, dan manajemen rekayasa konstruksi setelah menjalani proses pengerjaan
Tugas Akhir dari kawasan Lifestyle Center Senayan Park, agar pekerjaan
perancangan dapat lebih baik lagi untuk kedepannya.
1. Data tanah yang digunakan untuk melakukan analisis sebaiknya tidak hanya
dari satu bore hole saja, namun perlu dibuat profil tanah dari beberapa bore hole.
Hal ini bertujuan agar kondisi tanah yang didesain lebih representatif sehingga
hasil desain lebih efisien.
2. Analisis fondasi sebaiknya dilakukan untuk seluruh tiang untuk semua pilecap
sehingga tulangan yang dibutuhkan masing-masing tiang akibat gaya yang
bekerja lebih efisien.
3. Penulangan fondasi sebaiknya dilakukan dengan meninjau momen yang terjadi
pada tiang fondasi sehingga diperoleh desain yang lebih efisien.
4. Pendesainan dinding penahan tanah sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
software yang memperhitungkan setiap lapisan tanah sehingga tekanan lateral
tidak didapatkan menggunakan berat volume tanah terbesar tetapi setiap lapisan
tanah, sehingga didapatkan momen yang lebih kecil dan desain yang lebih
efisien.
5. Perhitungan kebutuhan ruang parkir dianalisis dengan membentuk korelasi
dengan gedung-gedung tipikal di daerah dan fungsi yang sama sebagai
perbandingan dengan standar.
6. Sebagai perbandingan, digunakan metode atau tipe tikungan lain.
7. Sebagai perbandingan, perlu dilakukan pemodelan dan validasi pemodelan
untuk mendapatkan kondisi lalu lintas dengan variasi peubah yang lebih banyak
dengan kasus dan pengaturan yang berbeda.
8. Untuk menghindari tinggi muka air yang melebihi tinggi jagaan pada saluran
penghubung eksisting akibat adanya pembangunan pada kawasan teresbut,
maka saluran penghubung tersebut perlu mengalami perubahan dimensi yang
349
semula berukuran 0,6 x 0,6 m menjadi saluran berbentuk trapesium dengan
kemiringan saluran sebesar 0,25% yang berukuran 1,2 x 1,4 m. Perbesaran
saluran penghubung eksisting dimulai dari kawasan Lifestye Center Senayan
Park Jakarta hingga ujung saluran penghubung yang bertemu dengan Kali
Ciragil seperti pada gambar dibawah ini.
350
Daftar Pustaka
American Concrete Institute. 2011. ACI 318M-11: Building Code Requirements for
Structural Concrete and Commentary. Michigan: ACI.
American Society of Civil Engineers. 2010. ASCE 7-10: Minimum Design Loads
for Buildings and Other Structures. Virginia: American Society of Civil
Engineers.
351
LAMPIRAN
352