Kom
Disusun oleh :
Nama : Ian Ramadhan
Manajemen sangat penting bagi setiap aktivitas individu atau kelompok dalam organisasi
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen berorientasi pada proses (process oriented)
yang berarti bahwa manajemen membutuhkan sumber daya manusia, pengetahuan, dan
keterampilan agar aktivitas menjadi lebih efektif atau dapat menghasilkan tindakan dalam
mencapai kesuksesan. Oleh sebab itu, tidak akan ada organisasi yang akan sukses apabila tidak
menggunakan manajemen yang baik. (Torang, 2013: 165). manajemen adalah suatu proses
tertentu yang terdiri dari POAC yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lain.
suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen
juiga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana
mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari
pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
manajemen.
“….Perencanaan adalah pemilih fakta dan penghubungan fakta-fakta serta pembuatan dan
penggunaan perkiraan-perkiraan atau asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan.”
Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan penyusunan langkah-
langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala
kebutuhan, memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskan
bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksuud untuk mencapai tujuan.
Perencanaan adalah menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang
akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu. Harold Koonts
and Cyril O’Donnel, “Perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan
memilih tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program
dari alternatif yang ada. Jadi masalah perencanaan adalah masalah “memilih” yang terbaik dari
beberapa alternatif yang ada.
Banghart dan Trull menjelaskan bahwa perencanaan dalam institusi pendidikan merupakan
kegiatan penyeleksi kebutuhan dana, memilih dan melatih tenaga dan menilai performance
(unjuk kerja) organisasi untuk memenuhi tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian
perencanaan adalah proses menentukan sasaran, alat, tuntutan-tuntutan, taksiran, pos-pos tujuan,
pedoman dan kesepakatan (comitment) yang menghasilkan program pendidikan yang terus
berkembang.
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai
beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E.
Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined as the proses by which
manager set objective, asses the future, and develop course of action designed to accomplish
these objective.
Pengorganisasian tidak dapat diwujudkan tanpa ada hubungan dengan yang lain dan tanpa
menetapkan tugas-tugas tertentu untuk masing-masing unit. George R. Terry dalam bukunya
Principles of Management (Sukarna, 2011: 38) mengemukakan tentang organizing sebagai
berikut, yaitu “Organizing is the determining, grouping and arranging of the various activities
needed necessary forthe attainment of the objectives, the assigning of the people to thesen
activities, the providing of suitable physical factors of enviroment and the indicating of the
relative authority delegated to each respectives activity.
Terry (Sukarna, 2011: 46) juga mengemukakan tentang azas-azas organizing, sebagai berikut,
yaitu :
Pengorganisasian dalam pengertian real (real sense) menunjukkan hubungan antar manusia
sebagai akibat organisasi. Pengorganisasian dalam pengertian abstrak menunjukkan hubungan
antara unit-unit / departemen-departemen kerja..
Menurut George R. Terry dalam bukunya Principles of Management (Sukarna, 2011: 82)
mengatakan bahwa Actuating is setting all members of the group to want to achieve and to strike
to achieve the objective willingly and keeping with the managerial planning and organizing
efforts.
Definisi diatas terlihat bahwa tercapai atau tidaknya tujuan tergantung kepada bergerak atau
tidaknya seluruh anggota kelompok manajemen, mulai dari tingkat atas, menengah sampai
kebawah. Segala kegiatan harus terarah kepada sasarannya, mengingat kegiatan yang tidak
terarah kepada sasarannya hanyalah merupakan pemborosan terhadap tenaga kerja, uang, waktu
dan materi atau dengan kata lain merupakan pemborosan terhadap tools of management. Hal ini
sudah barang tentu merupakan mis-management.
Tercapainya tujuan bukan hanya tergantung kepada planning dan organizing yang baik,
melainkan juga tergantung pada penggerakan dan pengawasan. Perencanaan dan
pengorganisasian hanyalah merupakan landasan yang kuat untuk adanya penggerakan yang
terarah kepada sasaran yang dituju.
Penggerakan tanpa planning tidak akan berjalan efektif karena dalam perencanaan itulah
ditentukan tujuan, budget, standard, metode kerja, prosedur dan program. (Sukarna, 2011: 82-
83).
Faktor-faktor yang dierlukan untuk penggerakan yaitu:
1. Leadership (Kepemimpinan)
3. Communication (Tatahubungan)
4. Incentive (Perangsang)
5. Supervision (Supervisi)
6. Discipline (Disiplin).
Penggerakan (actuating) yaitu untuk menggerakan organisasi agar berjalan sesuai dengan
pembagian kerja masing-masing serta menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam
organisasi agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai rencana dan bisa
memcapai tujuan.
Tingkah laku pimpinan yang menggerakkan organisasi secara efektif adalah melakukan peran
aktif dalam kegiatan pengembangan staf, memperbaiki unjuk kerja, melakukan kepemimpinan
pengajaran langsung, meyakinkan bahwa unjuk kerja para pengajar di kelas harus di evaluasi dan
guru adalah merupakan model tokoh yang efektif.
Dalam institusi sekolah, semua ini dapat dilihat dari kwalitas manajemen sekolah dan
manajemen instruksional, sehingga pelayanan belajar dan evaluasi kemajuan belajar dapat
dilaksanakan memenuhi standar kwalitas yang kompetitif.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha
menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut
oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan
pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan
peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang
karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
3. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau
mendesak.
Untuk melengkapi pengertian diatas, menurut George R. Terry (Sukarna, 2011: 110)
mengemukakan bahwa Controlling, yaitu: Controlling can be defined as the process of
determining what is to accomplished, that is the standard, what is being accomplished. That is
the performance, evaluating the performance, and if the necessary applying corrective measure
so that performance takes place according to plans, that is conformity with the standard.
“…Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu
standard, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bilaman perlu
melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras
dengan standard (ukuran).
Terry (Sukarna, 2011: 116), mengemukakan proses pengawasan sebagai berikut, yaitu:
1. Determining the standard or basis for control (menentukan standard atau dasar bagi
pengawasan)
3. Comparing performance with the standard and ascerting the difference, it any
(bandingkan pelaksanaan dengan standard dan temukan jika ada perbedaan)
Pengawasan (controlling) yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari organisasi ini sudah
sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi penggunaan sumber daya dalam organisasi
agar bisa terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada yang melenceng dari rencana.
Controlling (Mengawasi) yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan
sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif dimana
perlu. Suatu hal yang sangat penting dalam pengelolaan pendidikan, baik yang dikelola oleh
pemerintah maupun swasta adalah bagaimana manajemennya dilaksanakan secara berkwalitas.
Pengawasan dilingkungan pendidikan sering juga diartikan sebagai evaluasi ada juga yang
menyebut dengan istilah supervisi. Baik pengawasan, evaluasi maupun supervisi memeiliki arti
yang sama, yaitu menilai hasil kerja. Pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh pihak-pihak yang
kedudukannya lebih senior dari yang melaksanakan pekerjaan atau tugas. Demikian di
lingkungan pendidikan dikenal petugas-petugas pengawas pendidikan. Dari pengawas tingkat
kelkolah Taman Kanak-kanak sampai skolah menengah atas. Mereka adalah pejabat-pejabat
fungsional yang bertugas untuk melaksanakan pengawasan di lingkungan sekolah.
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam
suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan.
Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang
pengawasan sebagai : “… the process by which manager determine wether actual operation are
consistent with plans”.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995)
mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses
pengawasan, bahwa:
Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan
dengan tujuan–tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan
kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.