Anda di halaman 1dari 52

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Manajemen
2.1.1 Pengertian
Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu
manage yang artinya mengatur. Pengaturan biasanya
berkaitan dengan proses dan fungsi manajemen yang
mempunyai tujuan tertentu. Menurut Suharsimi Arikunto
(2008:4) manajemen (pengelolaan) pendidikan adalah suatu
kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses
pengelolaan atau usaha kerjasama sekelompok manusia
yang tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk
mencapai tujuaan pendidikan yang telah ditetapkan
sebelumnya agar efektif dan efesien.
Sedangkan menurut Handoko (2001:5)
mendefinisikan manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Pengertian yang lain tentang manajemen
disampaikan oleh Hasibuan (2006:1) manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Manajemen dalam arti luas adalah perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan (P3) sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

23
Manajemen dalam arti sempit adalah manajemen
sekolah/madrasah yang meliputi: perencanaan program
sekolah/madrasah, pelaksanaan program
sekolah/madrasah, kepemimpinan kepala
sekolah/madrasah, pengawas/evaluasi, dan sistem
informasi sekolah/madrasah (Husaini, 2013:6).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut diatas
dapat dikatakan bahwa manajemen adalah sebuah proses
untuk mengelola atau mengatur yang diawali dengan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan yang dilakukan oleh kelompok ataupun
individu dalam rangka untuk mencapai tujuan yang
diinginkan agar lebih efektif dan efisien.
2.1.2 Fungsi Manajemen
Di dalam manajemen terdapat beberapa fungsi yang
terkait didalamnya. Fungsi manajemen yang banyak
dikenal oleh masyarakat pada umumnya ada empat (4)
fungsi manajemen yang sering orang menyebutnya “POAC”
yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi
pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan dan
implementasi (actuating), dan fungsi pengendalian
(controlling).
George R. Terry,1958 dalam bukunya Principles of
Management (Sukarna, 2011: 10) membagi empat fungsi
dasar manajemen, yaitu Planning (Perencanaan),
Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan) dan
Controlling (Pengawasan). Keempat fungsi manajemen ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Planning (perencanaan)

24
George R. Terry dalam bukunya Principles of Management
(Sukarna, 2011: 10) mengemukakan tentang planning
yaitu: “Perencanaan adalah pemilih fakta dan
penghubungan fakta-fakta serta pembuatan dan
penggunaan perkiraan-perkiraan atau asumsi-asumsi
untuk masa yang akan datang dengan jalan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan
yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.”
2. Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian merupakan wujud dari hubungan
antara anggota kelompok dalam penetapan tugas-tugas
dari masing-masing bagian. George R. Terry dalam
bukunya Principles of Management (Sukarna, 2011: 38)
mengemukakan tentang organizing yaitu:
“Pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokkan,
dan penyusunan macam-macam kegiatan yang
dipeelukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang-
orang (pegawai), terhadap kegiatan-kegiatan ini,
penyediaan faktor-faktor fisik yang cocok bagi keperluan
kerja dan penunjukkan hubungan wewenang, yang
dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya
dengan pelaksanaan setiap kegiatan yang diharapkan.”
Terry (Sukarna, 2011: 46) juga mengemukakan tentang
azas-azas organizing, sebagai berikut: 1) The objective
atau tujuan, 2) Departementation atau pembagian kerja,
3) Assign the personel atau penempatan tenaga kerja, 4)
Authority and Responsibility atau wewenang dan
tanggung jawab, dan 5) Delegation of authority atau
pelimpahan wewenang.

25
3. Actuating (Pelaksanaan/Penggerakan)
Keberhasilan dari sebuah tujuan juga tergantung dari
bergerak atau tidaknya seluruh anggota kelompok.
Menurut George R. Terry dalam bukunya Principles of
Management (Sukarna, 2011: 82) mengatakan bahwa:
“Penggerakan adalah membangkitkan dan mendorong
semua anggota kelompok agar supaya berkehendak dan
berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan dengan
ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha-
usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.”
Tercapainya tujuan bukan hanya tergantung kepada
planning dan organizing yang baik, melainkan juga
tergantung pada penggerakan dan pengawasan.
Perencanaan dan pengorganisasian hanyalah merupakan
landasan yang kuat untuk adanya penggerakan yang
terarah kepada sasaran yang dituju. Penggerakan tanpa
planning tidak akan berjalan efektif karena dalam
perencanaan itulah ditentukan tujuan, budget, standard,
metode kerja, prosedur dan program. (Sukarna, 2011:
82-83).
4. Controlling (pengawasan)
Pengendalian merupakan suatu proses dan rangkaian
kegiatan untuk mengusahakan agar suatu pekerjaan
dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. menurut George R. Terry (Sukarna, 2011:
110) mengemukakan bahwa: “Pengawasan dapat
dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus
dicapai yaitu standard, apa yang sedang dilakukan yaitu
pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bilamana perlu

26
melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan
sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan standard
(ukuran). Terry (Sukarna, 2011: 116), mengemukakan
proses pengawasan sebagai berikut, yaitu: 1) Determining
the standard or basis for control (menentukan standard
atau dasar bagi pengawasan), 2) Measuring the
performance (ukuran pelaksanaan), 3) Comparing
performance with the standard and ascerting the
difference, it any (bandingkan pelaksanaan dengan
standard dan temukan jika ada perbedaan), dan 4)
Correcting the deviation by means of remedial action
(perbaiki penyimpangan dengan cara-cara tindakan yang
tepat).
Keberhasilan fungsi manajemen dalam sebuah
lembaga atau organisasi dapat dicapai jika seluruh fungsi
manajemen yang ada bisa dijalankan dengan baik. Tidak
berfungsinya salah satu atau sebagaian fungsi manajemen
akan mempengaruhi manajemen secara keseluruhan dan
dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan organisasi
atau lembaga dengan efektif dan efisien.

2.2 Penilaian Hasil Belajar


2.2.1 Pengertian
Penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan
yang sistematis dan berkesinambungan untuk
mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar
peserta didik dalam rangka membuat keputusan-
keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu
(Arifin, 2009:2). Penilaian (assessment) merupakan istilah

27
yang mencakup semua metode yang biasa dipakai untuk
mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai
unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok (Haryati,
2009:15). Penilaian adalah suatu proses dalam
mengumpulkan informasi dan membuat keputusan
berdasarkan informasi tersebut. Dalam proses
mengumpulkan informasi, tentunya tidak semua informasi
bisa digunakan untuk membuat sebuah keputusan.
Informasi-informasi yang relevan dengan apa yang dinilai
akan mempermudah dalam melakukan sebuah penilaian
dalam kegiatan pembelajaran (Purwanto, 2010:3).
Hal ini berarti ada dua pendapat yang berbeda
terhadap pengertian penilaian. Arifin dan Purwanto lebih
menekankan bahwa penilaian adalah sebuah proses
mengumpulkan informasi untuk membuat keputusan,
sedangkan Haryati lebih menekankan pada sebuah metode
untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa.
Hasil belajar merupakan suatu prestasi yang ingin
dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran,
sedangkan hakikat dari proses pembelajaran adalah
terjadinya suatu proses yang dapat mengubah tingkah laku
dalam diri siswa. Sehubungan dengan ini, Nana (2002: 22)
menyatakan bahwa “hasil belajar merupakan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajar”. Hasil belajar dapat diketahui melalui
hasil test yang diberikan penilaian. Dimyati dan Mudjiono
(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan
hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak
28
mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses
belajar. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh
Hamalik (2003:155) hasil belajar adalah sebagai terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat
diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat berupa
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari
sebelumnya yang semula tidak tahu menjadi tahu.
Berdasarkan tiga pendapat diatas dapat dikatakan ada
kesamaan pendapat yang disampaikan Nana dan Dimyati
yaitu bahwa hasil belajar adalah merupakan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajar dan merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Sedangkan
Hamalik mempunya pendapat yang berbeda bahwa hasil
belajarmenunjuk pada perubahan tingkah laku pada diri
seseorang yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Penilaian hasil belajar merupakan salah satu elemen
penting dalam pembelajaran, tidak kalah penting dengan
model atau metode pembelajaran. Penilaian digunakan
untuk mengetahui kemampuan serta keberhasilan siswa,
dalam pencapaian tujuan-tujuan pembelajaran. Dari
beberapa pendapat tentang penilaian dan hasil belajar
dapat di simpulkan bahwa penilaian hasil belajar adalah
sebuah proses yang sistematis yang dilakukan oleh
29
pendidik yang digunakan untuk mengukur capaian dari
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.
Penilaian hasil belajar juga merupakan sebuah proses
pengumpulan informasi dan juga bukti-bukti secara
menyeluruh yang dilakukan secara terus menerus untuk
mengetahui keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran
dengan menilai kinerjanya baik secara individu maupun
kelompok.
2.2.2 Pentingnya Penilaian Hasil Belajar
Penilaian dalam pembelajaran biasanya digunakan
untuk mengukur dan menilai pencapaian tujuan
pembelajaran serta untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan dalam proses pembelajaran. Hasil dari sebuah
penilaian biasanya akan dijadikan sebagai umpan balik
untuk perbaikan dalam proses pembelajaran berikutnya,
sehingga akan didapatkan sebuah proses pembelajaran
yang baik.
Pentingnya penilaian hasil belajar disampaikan oleh
Supriyadi (2010:129) yang menyatakan bahwa “Hasil
belajar adalah hal yang diperoleh seseorang yang
melakukan proses belajar dengan skala penilaian yang
telah ditetapkan dengan mengukur tingkat kesuksesan
belajar yang biasanya dilakukan dengan bantuan tes. Pada
sistem pendidikan formal, hasil belajar menjadi ukuran
atas tercapainya tujuan dari proses belajar. Oleh karena
itu, proses belajar perlu mendapatkan penilaian atau
evaluasi untuk mengetahui ketercapaian tujuan dari proses
belajar. Melalui penilaian yang biasanya berbentuk tes,
30
nantinya akan menunjukkan pencapaian siswa selama
menjalani proses belajar.
Pentingnya penilaian juga tidak terlepas dari
kurikulum dan proses pembelajaran. Tiga komponen ini
merupakan sebuah proses pembelajaran di satuan
pendidikan. Kurikulum merupakan jabaran dari tujuan
pendidikan yang menjadi landasan program pembelajaran.
Pembelajaran merupakan upaya untuk mencapai tujuan
yang sudah dirumuskan dalam kurikulum. Sedangkan
penilaian dilakukan untuk mengukur dan menilai
pencapaian tujuan pembelajaran serta untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran.
Kurikulum yang baik dan proses pembelajaran yang benar
perlu sistem penilaian yang baik, terencana, dan
berkesinambungan.
Penilaian merupakan bagian yang penting dalam
proses pembelajaran. Dengan melakukan penilaian,
sebagai pengelola kegiatan pembelajaran pendidik dapat
mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik,
ketepatan metode mengajar yang digunakan, dan
keberhasilan peserta didik dalam mencapai kompetensi
yang telah ditentukan. Disamping itu, berdasarkan hasil
penilaian, pendidik dapat mengambil keputusan secara
tepat untuk menentukan langkah yang harus dilakukan
selanjutnya. Hasil penilaian juga dapat memberikan
motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi lebih baik.
Melihat pentingnya penilaian hasil belajar yang
dilakukan, maka seorang pendidik perlu memperhatikan
31
hal-hal yang terkait dengan penilaian dalam pembelajaran
tersebut. Sudjana menyatakan bahwa komponen-
komponen penting dalam sebuah pengajaran itu ada
empat. Keempat komponen tersebut, diantaranya: tujuan,
bahan, metode, dan alat serta penilaian, (Sudjana,
2010:30).
2.2.3 Tujuan dan Fungsi Penilaian Hasil Belajar
Salah satu tujuan penilaian tertuang dalam
Permendikbud nomor 23 tahun 2016 yang mengatakan
bahwa: “Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan
untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan
belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar
Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.
Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk
menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional
pada mata pelajaran tertentu (Permendikbud, 2016:4)
Tujuan penilaian yang lain adalah sebagai rambu-
rambu agar proses pembelajaran tidak berbeda dengan
perencanaannya, sebagai kendali atau cheking untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan siswa selama proses
pembelajaran, sebagai pencarian hal-hal yang
menyebabkan kelemahan siswa selama proses
pembelajaran dan sekaligus menemukan masalahnya, dan
yang terakhir adalah untuk menyimpulkan apakah seluruh
kompetensi yang ditetatpkan sudah dikuasi oleh siswa atau
belum. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh
32
Kusaeri dan Suprananto (2012: 9), yang menyebutkan
bahwa:
“Penilaian merupakan salah satu elemen yang
penting dalam pembelajaran, dimana merupakan
komponen yang tidak kalah pentingnya dengan
model atau metode pembelajaran. Penilaian
digunakan untuk mengetahui kemampuan serta
keberhasilan siswa, dalam pencapaian tujuan-tujuan
pembelajaran. Dengan demikian tujuan penilaian
hendaknya diarahkan pada empat hal berikut: (1)
Penelusuran (keeping track), yaitu untuk menelusuri
agar proses pembelajaran tetap sesuai dengan
rencana, (2) Pengecekan (cheking-up), yaitu untuk
mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang
dialami oleh siswa selama proses pembelajaran, (3)
Pencarian (findingout), yaitu mencari dan
menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya
kelemahan dan kesalahan dalam proses
pembelajaran, dan (4)Penyimpulan (summing-up),
yaitu untuk menyimpulkan apakah siswa telah
meguasai seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam
kurikulum atau belum”.

Dari beberapa tujuan penilaian hasil belajar yang


telah dikemukakan di atas, menunjukan bahwa penilaian
hasil belajar pada dasarnya tidak hanya sekedar
mengevaluasi siswa, tetapi juga seluruh komponen proses
pembelajaran yang akan digunakan untuk perbaikan
pengajaran dan hasil belajar, fungsi bimbingan dan
penyuluhan, serta perbaikan kurikulum. Tujuan
pembelajaran pada hakikatnya adalah perubahan tingkah
laku pada diri siswa. Dengan mengetahui tercapai atau
tidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan
perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswa yang

33
bersangkutan. Dengan kata lain, hasil penilaian tidak
hanya bermanfaat untuk mengetahui tercapai atau
tidaknya perubahan perilaku siswa, tetapi juga sebagai
umpan balik bagi upaya memperbaiki proses pembelajaran.
Tujuan penilaian hasil belajar yang telah
disampaikan diatas dapat diambil hubungan antara tujuan
penilaian hasil belajar dengan fungsinya, bahwa tujuan
penilaian hasil belajar berfungsi untuk mengetahui sejauh
mana keefektifan proses pembelajaran dalam
mengupayakan perubahan perilaku siswa. Secara lebih
rinci, Purwanto (2012: 5-7) mengelompokkan fungsi
penilaian dalam kegiatan evaluasi pendidikan dan
pengajaran, yakni: (1) Untuk mengetahui kemajuan dan
perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami
atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu
tertentu. (2) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
program pengajaran. Pengajaran sebagai suatu sistem
terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan satu
sama lain. Komponen-kompenen yang dimaksud adalah:
tujuan, materi atau bahan pengajaran, metode dan
kegiatan belajar mengajar, alat dan sumber pelajaran, dan
prosedur serta alat evaluasi. (3) Untuk keperluan
Bimbingan Konseling (BK). Hasil-hasil penilaian dalam
kegiatan evaluasi yang telah dilaksanakan oleh guru
terhadap siswanya dapat dijadikan sumber informasi atau
data bagi pelayanan BK oleh para konselor sekolah atau
guru pembimbing lainnya, seperti halnya: (a) Untuk
membuat diagnosis mengenai kelemahan-kelemahan dan
34
kekuatan atau kemampuan siswa, (b) Untuk mengetahui
dalam hal-hal apa seseorang atau sekelompok siswa
memerlukan pelayanan remedial, (c) Sebagai dasar dalam
menangani kasus-kasus tertentu diantara siswa, dan (d)
Sebagai acuan dalam melayani kebutuhan-kebutuhan
siswa dalam rangka bimbingan karir. (4) Untuk keperluan
pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang
bersangkutan.
Dari beberapa kutipan dan pendapat diatas kita
dapat mengetahui bahwa beberapa fungsi dan tujuan
penilaian adalah: (1) untuk memantau dan mengevaluasi
proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar
peserta didik secara berkesinambungan, (2) Penilaian
digunakan untuk mengetahui kemampuan serta
keberhasilan siswa, dalam pencapaian tujuan-tujuan
pembelajaran, (3) Untuk mengetahui kemajuan dan
perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami
atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu
tertentu, (4) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan
program pengajaran, (5) Untuk keperluan Bimbingan
Konseling (BK), dan (6) Untuk keperluan pengembangan
dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.
2.2.4 Penilaian Pada Kurikulum 2013
Pengertian penilaian pada kurikulum 2013 secara
rinci tertuang pada Permendikbud nomor 23 tahun 2016
tentang standar penilaian pendidik. Penilaian adalah
proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

35
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik
(Kemdikbud, 2016:2).
Penilaian pada kurikulum 2013 mencakup tiga ranah
penilaian yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Penilaian sikap merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai
perilaku peserta didik. Penilaian pengetahuan merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur penguasaan
pengetahuan peserta didik. Penilaian keterampilan
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur
kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam
melakukan tugas tertentu. (Kemdikbud, 2016:3-4).
Implementasi kurikulum 2013 khususnya jenjang
Sekolah Menengah Pertama (SMP) berimplikasi pada
perubahan model penilaian pencapaian kompetensi peserta
didik. Penilaian pencapaian kompetensi merupakan proses
sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan
menginterpretasi informasi untuk menentukan sejauh
mana peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran.
Penilaian yang dilakukan oleh pendidik merupakan suatu
proses yang meliputi langkah-langkah perencanaan,
penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui
sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian kompetensi
peserta didik, pengolahan, dan pemanfaatan informasi
tentang pencapaian kompetensi peserta didik (Uliani,
2014:12).
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Alimuddin
(2014:1) yang menyatakan bahwa: “Salah satu pembeda
36
kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah
proses penilaian. Kurikulum 2013 mengisyaratkan ada tiga
ranah yang harus dinilai oleh guru pada peserta didiknya,
yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk menilai
ketiga ranah tersebut, kurikulum 2013 merekomendasikan
lima karakteristik penilaian, yaitu: belajar tuntas, autentik,
berkesinambungan, berdasarkan acuan kriteria, dan
menggunakan teknik penilaian yang bervariasi. Untuk
menilai domain sikap digunakan teknik: observasi
(langsung atau tidak langsung), penilaian diri, penilaian
teman sejawat, dan jurnal. Untuk menilai domain
pengetahuan digunakan teknik: tes tulis, tes lisan, dan
penugasan. Sedang untuk menilai domain keterampilan
digunakan teknik: tes praktik, projek, dan portofolio.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang penilaian
pada kurikulum 2013 dapat di simpulkan bahwa penilaian
pada kurikulum 2013 adalah sebuah proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian
hasil belajar peserta didik yang diterapkan pada kurikulum
2013 yang meliputi ranah penilaian sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Penjelasan tentang penilaian pada
kurikulum 2013 lebih rinci dan detail terdapat pada
Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar
penilaian pendidik dan juga pada buku panduan penilaian
yang diterbitkan oleh Kemdikbud tahun 2017.
Konsep penilaian oleh pendidik diatur oleh
Kemdikbud melalui buku yang berjudul “Panduan
Penilaian oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan untuk
37
Sekolah Menengah Pertama”. Buku panduan ini mencakup
konsep penilaian, penilaian oleh pendidik, dan penilaian
oleh satuan pendidikan. Penilaian oleh pendidik meliputi
penilaian aspek sikap, penilaian aspek pengetahuan, dan
penilaian aspek keterampilan. Lingkup penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan mencakup aspek
pengetahuan dan aspek keterampilan, sedangkan penilaian
aspek sikap dilakukan oleh pendidik dan dilaporkan oleh
satuan pendidikan. Kemdikbud (2017:3)
Dalam buku panduan tersebut proses penilaian yang
dilakukan oleh pendidik melalui beberapa tahapan atau
langkah-langkah. Masing-masing aspek penilaian memiliki
tahapan dan langkah sebagai berikut:
1) Penilaian Sikap
a. Perencanaan
Untuk penilaian sikap, perencanaan penilaiannya
dimulai dengan mengidentifikasi sikap yang ada pada KI-
1 dan KI-2 serta sikap yang diharapkan oleh sekolah
yang tercantum dalam KTSP. Sikap yang dinilai oleh
guru mata pelajaran selain PABP dan PPKn adalah sikap
spiritual dan sikap sosial yang muncul secara alami
selama pembelajaran di kelas maupun di luar kelas,
sedangkan sikap yang dinilai oleh guru mata pelajaran
PABP dan PPKn diturunkan dari KD pada KI-1 dan KI-2,
yang kemudian dirumuskan indikatornya.
b. Pelaksanaan Penilaian
Penilaian sikap dilakukan oleh guru mata
pelajaran (selama proses pembelajaran pada jam
38
pelajaran) dan/atau di luar jam pembelajaran, guru
bimbingan konseling (BK), dan wali kelas (selama peserta
didik di luar jam pelajaran).
Penilaian sikap spiritual dan sosial dilakukan
secara terus-menerus selama satu semester. Penilaian
sikap spiritual dan sosial di dalam kelas maupun diluar
jam pembelajaran dilakukan oleh guru mata pelajaran,
wali kelas dan guru BK. Guru mata pelajaran, guru BK,
dan wali kelas mengikuti perkembangan sikap spiritual
dan sosial, serta mencatat perilaku peserta didik yang
sangat baik atau kurang baik dalam jurnal segera
setelah perilaku tersebut teramati atau menerima
laporan tentang perilaku peserta didik.
c. Pengolahan Hasil Penilaian
Langkah-langkah untuk membuat deskripsi
nilai/perkembangan sikap selama satu semester:
a) Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing-
masing mengelompokkan (menandai) catatan-catatan
sikap pada jurnal yang dibuatnya kedalam sikap
spiritual dan sikap sosial (apabila pada jurnal belum
ada kolom butir nilai).
b) Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing-
masing membuat rumusan deskripsi singkat sikap
spiritual dan sikap sosial berdasarkan catatan-catatan
jurnal untuk setiap peserta didik.
c) Wali kelas mengumpulkan deskripsi singkat sikap dari
guru mata pelajaran dan guru BK. Dengan
memperhatikan deskripsi singkat sikap spiritual dan
39
sosial dari guru mata pelajaran, guru BK, dan wali
kelas yang bersangkutan, wali kelas menyimpulkan
(merumuskan deskripsi) capaian sikap spiritual dan
sosial setiap peserta didik.
d) Pelaporan hasil penilaian sikap dalam bentuk predikat
dan deskripsi.
2) Penilaian Pengetahuan
a) Perencanaan
Salah satu langkah penting dalam melakukan
penilaian pengetahuan adalah perencanaan.
Perencanaan dilakukan agar tujuan penilaian yang akan
dilakukan menjadi jelas. Perencanaan penilaian juga
akan memberikan gambaran dan desain operasional
terkait tujuan, bentuk, teknik, frekuensi, pemanfaatan
dan tindak lanjut penilaian.
Perencanaan dilakukan untuk menetapkan
tujuan penilaian dan KD tertentu akan dinilai
menggunakan bentuk apa, teknik apa, berapa
frekuensinya, untuk apa pemanfaatannya, serta
bagaimana tindak lanjutnya. Perencanaan penilaian
tersebut harus dilaksanakan secara sistematis agar
tujuan dapat tercapai. Perancangan strategi penilaian
dilakukan pada saat penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus.
b) Pelaksanaan Penilaian
Pelaksanaan penilaian adalah eksekusi atas
perencanaan dan penyusunan instrumen penilaian.
Waktu dan frekuensi pelaksanaan penilaian dilakukan
40
berdasarkan pemetaan dan perencanaan yang dilakukan
oleh pendidik sebagaimana yang tercantum dalam
program semester dan program tahunan. Berdasarkan
bentuknya, pelaksanaan penilaian terdiri dari
pelaksanaan penilaian harian (PH) dan penilaian tengah
semester (PTS). Penilaian harian dilaksanakan setelah
serangkaian kegiatan pembelajaran berlangsung
sebagaimana yang direncanakan dalam RPP. Penilaian
tengah semester (PTS) merupakan kegiatan penilaian
yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi
dasar mata pelajaran setelah kegiatan pembelajaran
berlangsung 8-9 minggu. Cakupan PTS meliputi seluruh
KD pada periode tersebut.
Frekuensi penilaian pengetahuan yang dilakukan
oleh pendidik ditentukan berdasarkan hasil pemetaan
penilaian dan selanjutnya dicantumkan dalam program
tahunan dan program semester. Penentuan frekuensi
penilaian tersebut didasarkan pada analisis KD. KD-KD
“gemuk” dapat dinilai lebih dari 1 (satu) kali, sedangkan
KD-KD “kurus” dapat disatukan untuk sekali penilaian
atau diujikan bersama. Dengan demikian frekuensi
dalam penilaian atau ulangan dalam satu semester
dapat bervariasi tergantung pada tuntutan KD dan hasil
pemetaan oleh pendidik.
c) Pengolahan Penilaian
Nilai pengetahuan diperoleh dari hasil penilaian
harian (PH), penilaian tengah semester (PTS), dan
penilaian akhir semester (PAS) yang dilakukan dengan
41
beberapa teknik penilaian sesuai tuntutan kompetensi
dasar (KD). Penulisan capaian pengetahuan pada rapor
menggunakan angka pada skala 0 – 100 dan deskripsi.
Hasil Penilaian Harian merupakan nilai rata-rata
yang diperoleh dari hasil penilaian harianmelalui tes
tertulis dan/atau penugasan untuk setiap KD. Dalam
perhitungan nilai rata-rata dapat diberikan pembobotan
untuk nilai tes tertulis dan penugasan misalnya 60%
untuk bobot tes tertulis dan 40% untuk penugasan.
Pembobotan ini ditentukan sepenuhnya oleh pendidik
berkoordinasi dengan satuan pendidikan.
Hasil Penilaian Tengah Semester (HPTS)
merupakan nilai yang diperoleh dari penilaian tengah
semester (PTS) melalui tes tertulis dengan materi yang
diujikan terdiri atas semua KD dalam tengah semester.
Jumlah butir soal yang diujikan dari setiap KD
ditentukan secara proporsional, bergantung tingkat
“kegemukan” KD dalam tengah semester tersebut.
Hasil Penilaian Akhir Semester (HPAS)
merupakan nilai yang diperoleh dari penilaian akhir
semester (PAS) melalui tes tertulis dengan materi yang
diujikan terdiri atas semua KD dalam satu semester.
Jumlah butir soal yang diujikan dari setiap KD
ditentukan secara proporsional, bergantung tingkat
“kegemukan” KD dalam satu semester tersebut.
Hasil Penilaian Akhir (HPA) merupakan hasil
pengolahan dari HPH, HPTS, dan HPAS dengan

42
menggunakan formulasi dengan atau tanpa pembobotan
yang ditetapkan oleh satuan pendidikan.
3) Penilaian Keterampilan
a) Perencanaan
Perencanaan penilaian meliputi penyusunan kisi-
kisi, penyusunan instrumen, dan penyusunan rubrik
penilaian. Penyusunan kisi-kisi meliputi menentukan
kompetensi yang penting untuk dinilai, dalam hal ini
adalah KD dari KI 4 dan menyusun indikator
berdasarkan kompetensi yang akan dinilai.
Instrumen yang disusun mengarah kepada
pencapaian indikator hasil belajar, dapat dikerjakan oleh
siswa, sesuai dengan taraf perkembangan siswa, memuat
materi yang sesuai dengan cakupan kurikulum, bersifat
adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial
ekonomi); dan menetapkan batas waktu penyelesaian.
b) Pelaksanaan Penilaian
Pelaksanaan penilaian adalah eksekusi dari
perencanaan penilaian yang telah dilakukan. Adapun
teknis pelaksanaan penilaian praktik, produk, dan
projek meliputi: pemberian tugas secara rinci, penjelasan
aspek dan rubrik penilaian, pelaksanaan penilaian
sebelum, selama, dan setelah siswa melakukan
pembelajaran, dan pendokumentasian hasil penilain.

43
c) Pengolahan Penilaian
Nilai keterampilan diperoleh dari hasil penilaian
praktik, produk, proyek, dan portofolio. Hasil penilaian
dengan teknik praktik dan proyek dirata-rata untuk
memperoleh nilai akhir keterampilan pada setiap mata
pelajaran. Seperti pada pengetahuan, penulisan capaian
keterampilan pada rapor menggunakan angka pada
skala 0 – 100 dan deskripsi.
Penilaian hasil belajar adalah sebuah proses
manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian. Prose manajemen dari
sebuah penilaian hasil belajar diawali pada proses
penyusunan perencanaan penilaian yang termuat dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), mengembangkan
instrumen penilaian, pelaksanaan penilaian,
memanfaatkan hasil penilaian dan melaporkan hasil
penilaian.
2.3 Teknologi Informasi
2.3.1 Pengertian Teknologi Informasi
Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah Information technology (IT) adalah
istilah umum untuk teknologi apa pun yang membantu
manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan,
mengomunikasikan dan/atau menyebarkan informasi. TI
menyatukan komputasi dan komunikasi berkecepatan
tinggi untuk data, suara, dan video. Contoh dari Teknologi

44
Informasi bukan hanya berupa komputer pribadi, tetapi
juga telepon, TV, peralatan rumah tangga elektronik, dan
peranti genggam modern (misalnya ponsel).
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah
sebuah konsep yang berasal dari dua konsep yaitu
information Technology dan Communication Technology
(ICT). Libbele (2004:1) menyatakan bahwa “ICT” means all
equipment, process, procedure and system used to provide
and support information system (both computerized and
manual) within in organization. TIK berarti semua peralatan,
proses, prosedur dan sistem yang digunakan untuk
menyediakan dan mendukung sistem informasi (baik
komputerisasi maupun manual) di dalam organisasi.
Pendapat lain disampaikan oleh Warsita (2008:135) bahwa
teknologi informasi adalah sarana dan prasarana
(hardware, software, useware) sistem dan metode untuk
memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan,
menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan data
secara bermakna. Uno dan Lamatenggo (2011:57) juga
mengemukakan bahwa teknologi informasi adalah suatu
teknologi yang digunakan untuk mengolah data.
Pengolahan itu termasuk memproses, mendapatkan,
menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam
berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang
berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat
waktu. Pendapat yang berbeda disampaikan oleh Sujoko
(2013:72) yang menyatakan bahwa: “Teknologi Informasi

45
dan Komunikasi (TIK) adalah sekumpulan perangkat dan
sumber daya teknologi yang digunakan untuk
berkomunikasi, penciptaan, penyebaran, penyimpanan dan
pengolahan informasi atau teknologi yang dapat mereduksi
batasan ruang dan waktu untuk mengambil,
memindahkan, menganalisa, menyajikan, menyimpan dan
menyampaikan informasi data menjadi sebuah informasi”.
Pengertian tentang Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) mempunyai banyak kesamaan yaitu TIK
adalah sebuah alat atau sarana untuk menyediakan dan
mendukung sistem informasi, pendapat ini disampaikan
oleh Libbele, Warsita dan Sujoko. TIK berarti semua
peralatan, proses, prosedur dan sistem yang digunakan
untuk menyediakan dan mendukung sistem informasi
untuk berkomunikasi, penciptaan, penyebaran,
penyimpanan dan pengolahan informasi atau teknologi
yang dapat mereduksi batasan ruang dan waktu untuk
mengambil, memindahkan, menganalisa, menyajikan,
menyimpan dan menyampaikan informasi data menjadi
sebuah informasi. Sedangkan Uno dan Lamatenggo lebih
menekankan pada proses pengolahan data. Pengolahan itu
termasuk memproses, mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi
yang relevan, akurat, dan tepat waktu.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa teknologi informasi adalah suatu peralatan teknologi
berupa (hardware, software, useware) yang digunakan
46
untuk memperoleh, mengirimkan, mengolah, menafsirkan,
menyimpan, mengorganisasikan, dan menggunakan data
secara bermakna untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam sebuah organisasi atau lembaga.
2.3.2 Manfaat Teknologi Informasi
Menurut Fitriyadi (2013:269) ada beberapa potensi
manfaat TIK untuk pendidikan, yaitu: berfungsi sebagai
enable untuk pembelajaran seumur hidup, membawa
perubahan peran guru dalam mengajar dan peran siswa
dalam belajar, menyediakan akses terbuka terhadap materi
dan informasi interaktif melalui jaringan, menghilangkan
kendala waktu dan ruang dalam lingkungan belajar,
mendukung organisasi dan manajemen pembelajaran dan
pendidikan, dan membuka peluang kolaborasi antar-guru
dan antar-siswa.
Manfaat lain dari teknologi Informasi di sampaikan
oleh Sujoko (2013:72) yang menyebutkan bahwa: “Manfaat
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dikategorikan
menjadi empat yaitu; pertama TIK sebagai gudang ilmu
pengetahuan, dimanfaatkan sebagai referensi ilmu
pengetahuan terkini, manajemen pengetahuan, jaringan
pakar beragam bidang ilmu, jaringan antar instansi
pendidikan, pusat pengembangan materi ajar, dan wahana
pengembangan kurikulum. Kedua TIK sebagai alat bantu
pembelajaran, sekurang-kurangnya ada tiga fungsi TIK
yang dapat dimanfaatkan sehari-hari di dalam proses
pembelajaran, yaitu (a) TIK sebagai alat bantu guru yang

47
meliputi animasi peristiwa, alat uji siswa, sumber referensi
ajar, evaluasi kinerja siswa, simulasi kasus, alat peraga
visual, dan media komunikasi antar guru. (b) TIK sebagai
alat bantu interaksi guru-siswa yang meliputi komunikasi
guru-siswa, kolaborasi kelompok studi, dan manajemen
kelas terpadu. (c) TIK sebagai alat bantu siswa meliputi :
buku interaktif, belajar mandiri, latihan soal, media
ilustrasi, simulasi pelajaran, alat karya siswa, dan media
komunikasi antar siswa. Ketiga TIK sebagai fasilitas
pembelajaran, dimanfaatkan sebagai : perpustakaan
elektronik, kelas visual, aplikasi multi media, kelas teater
multimedia, kelas jarak jauh, papan elektronik dan
Keempat TIK sebagai infra struktur, merupakan dukungan
teknis dan aplikasi untuk pembelajaran baik dalam skala
menengah maupun luas.
Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Heinich dalam
Bambang Warsita (2008:137-144), TI merupakan segala
bentuk penggunaan atau pemanfaatan komputer dan
internet untuk pembelajaran. Bentuk
penggunaan/pemanfaatan teknologi informasi yakni: 1)
Tutorial, merupakan program yang dalam penyampaian
materinya dilakukan secara tutorial, yakni suatu konsep
yang disajikan dengan teks, gambar baik diam atau
bergerak, dan grafik; 2) Praktik dan dan latihan (drill and
practice) untuk melatih peserta didik sehingga memiliki
kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat
penguasaan suatu konsep. Program ini biasanya

48
menyediakan serangkaian soal atau pertanyaan simulasi
(simulation) biasanya berhubungan dengan suatu resiko,
seperti pesawat akan jatuh atau menabrak, terjadinya
malapetaka dan sebagainya; 4) Percobaan atau eksperimen,
format ini mirip dengan format stimulasi, namun lebih
ditujukan pada kegiatan-kegiatan eksperimen, seperti
kegiatan praktikum di laboratorium IPA, Biologi atau
Kimia; 5) Permainan (game) mengacu pada proses
pembelajaran dan dengan program multimedia berformat
ini diharapkan terjadi aktivitas belajar sambil bermain.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa manfaat TI adalah sebagai berikut: pertama, TI
sebagai sumber yakni TI dapat dimanfaatkan untuk
sumber informasi dan untuk mencari informasi yang akan
dibutuhkan. Kedua, TI sebagai media, sebagai alat bantu
yang memfasilitasi penyampaian suatu informasi agar
dapat diterima dan dimengerti dengan mudah. Ketiga, TI
sebagai pengembang keterampilan pembelajaran,
pengembangan keterampilan-keterampilan berbasis
teknologi informasi dengan aplikasi-aplikasi dalam
kurikulum.
2.3.3 Manfaat Teknologi Informasi sebagai Pengolah
Nilai
Diantara sekian banyak manfaat Teknologi Informasi
yang telah disampaikan, ada sejumlah sisi positif atau
kelebihan yang dimiliki apabila dalam pengolahan data
angka menggunakan alat bantu komputer, khususnya
dengan menggunakan program Microsoft Excel, di

49
antaranya yaitu: pengolahan dan analisis data angka akan
lebih cepat dan lebih akurat dibandingkan jika dilakukan
secara manual; Selain itu, karena pengolahan data
berbasis komputer ini dilakukan berupa data digital, maka
penyebarluasan informasi hasil pengolahan datanya juga
bisa dilakukan secara digital juga, di samping melalui print
out dalam bentuk lembaran kertas, penyebarluasan hasil-
hasil penilaian bisa dilakukan secara online, sehingga bisa
diakses setiap saat oleh yang membutuhkannya.
Berdasarkan juknis pemanfaatan TIK dalam
penilaian yang dikeluarkan oleh Direktorat pembinaan SMA
(2010:137) dinyatakan bahwa: “Ms Excel adalah sebuah
program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan
didistribusikan oleh Microsoft Corporation untuk sistem
operasi Microsoft Windows dan Mac OS. Sedangkan
menurut Susandra (2010:1), “Microsoft Excel merupakan
program aplikasi spreasheet (lembar kerja elektronik).
Fungsi dari Microsoft Excel adalah untuk melakukan
operasi perhitungan serta dapat mempresentasikan data ke
dalam bentuk tabel.” Pendapat senada juga disampaikan
oleh Musyafa (2014:1), “Microsoft Excel 2007 adalah
sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang
dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporation
untuk sistem operasi Microsoft Windows dan Mac OS.”
Aplikasi ini memiliki fitur kalkulasi dan pembuatan grafik
yang berupa pengolah angka.
Menurut Musyafa (2014:7), penggunaan Microsoft
Excel mempunyai kelebihan dan kekurangan, diantaranya
sebagai berikut:

50
Kelebihan
1) Excel 2007 mempunyai kemampuan menampung data
yang cukup besar dengan 1 juta baris dan 16.000 kolom
dalam 1 sheet. Jadi dalam 1 sheet bisa menampung
jawaban 1 juta responden dan 16 ribu
jawaban/pertanyaan.
2) Excel 2007 format yang paling populer dan fleksibel jadi
sebagian besar software data entry ada fasilitas konversi
ke format excel atau format lain yang bisa dibaca excel.
3) Dengan memanfaatkan fungsi VLOOKUP dan HLOOKUP,
brainware bisa mengkontrol identitas responden untuk
keperluan transfer informasi antar tabel, antar sheet
atau antar file excel.
4) Dengan Pivot Tables, pekerjaan bisa lebih efektif karena
semua tabel summary yang kita rencanakan bisa kita
buat dahulu walaupun data belum masuk semua. Setiap
ada data masuk otomatis pivot table akan me-refresh
sehingga tabel akan terupdate sendiri.
Kekurangan
1) Pivot tabel yang menyertakan banyak kolom/pertanyaan
menghasilkan tabel tersarang, Kendalanya adalah
brainware harus memperhitungkan jumlah kategori
jawaban yang akan ditabelkan, karena pivot otomatis
akan menggunakan kolom dan baris baru ke
samping/kebawah sehingga jika di samping atau di
bawah ada tabel pivot lain, maka akan error.
2) Untuk tabel yang besar dengan ukuran file lebih dari 10
MB, maka setiap editing/updating data, secara default
excel akan melakukan proses Workbook Calculating yang

51
kecepatannya tergantung dari processor dan RAM
komputer. Ini cukup memakan waktu pengolahan data.
3) Untuk membuat kolom baru yang berisi pengkategorian
dari sebuah kolom/jawaban pertanyaan, atau membuat
filter responden; pengguna harus membuat rumus excel
baik rumus matematika, logika maupun text.
Berdasarkan beberapa kelebihan yang ada pada
program microsoft Excel ini maka penulis mencoba
membuat salah satu program aplikasi sistem manajemen
penilaian hasil belajar pada kurikulum 2103. Program
aplikasi ini diharapkan dapat mengatasi salah satu
kesulitan guru dalam pengolahan nilai pada kurikulum
2013. Kesulitan guru dalam mengolah nilai pada
kurikulum 2013 pernah dikutip oleh Rizki Uliani dalam
jurnal penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Sistem
Informasi Penilaian Berbasis Kurikulum 2013” yaitu:
“Dalam implementasi kurikulum 2013 guru masih
mengalami kesulitan seperti yang tercantum pada website
unnes.ac.id yang menyatakan bahwa 87% guru masih
kesulitan dalam memahami cara penilaian. Pada berita
yang dimuat kompas.com, Menteri pendidikan Mohammad
Nuh juga menyatakan bahwa guru mengalami kesulitan
dalam penilaian terutama penilaian secara kualitatif atau
deskriptif. Selama ini guru hanya memberikan penilaian
secara numerik, sementara pada kurikulum 2013 guru
harus memberikan penilaian secara kualitatif atau
deskriptif (Rizki Uliani, 2014:12).
Pada kurikulum 2103 guru diharapkan mampu
mengolah nilai sikap, pengetahuan dan ketrampilan.

52
Pengolahan nilai sikap berasal dari jurnal sikap yang
dicatat oleh masing-masing guru yang didukung oleh data
penilaian sikap antar teman dan nilai sikap diri sendiri.
Penilaian ini biasanya dilakukan pada akhir semester, guru
mata pelajaran dan wali kelas berkewajiban melaporkan
hasil penilaian sikap, baik sikap spiritual dan sikap sosial
secara integratif. Laporan penilaian sikap dalam bentuk
nilai kualitatif dan deskripsi dari sikap peserta didik untuk
mata pelajaran yang bersangkutan dan antarmata
pelajaran. Nilai kualitatif menggambarkan posisi relatif
peserta didik terhadap kriteria yang ditentukan. Kriteria
penilaian kualitatif dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu:
Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), Kurang (K).
Sedangkan deskripsi memuat uraian secara naratif
pencapaian kompetensi sikap sesuai dengan kompetensi
inti dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran. Deskripsi
sikap pada setiap mata pelajaran menguraikan kelebihan
sikap peserta didik, dan sikap yang masih perlu
ditingkatkan.
Sedangkan penilaian pengetahuan dan ketrampilan,
guru diharapkan dapat mengolah hasil penilaiannya dalam
bentuk data angka yang kemudian diolah menjadi nilai
rata-rata, nilai akhir, predikat huruf A-D, sampai pada
deskripsi capaian anak berdasarkan kompetensi masing-
masing mata pelajaran. Aplikasi ini dibuat menjadi dua
aplikasi program yaitu aplikasi program pengolah nilai
untuk guru dan aplikasi program pengolah nilai untuk wali
kelas.

53
2.3.4 Sofware Aplikasi Pengolah Nilai
Sofware aplikasi adalah perangkat lunak aplikasi
(application software) yang berfungsi untuk menyelesaikan
suatu permasalahan dalam aplikasi tertentu yang dibuat
oleh pabrik pembuat perangkat lunak aplikasi (Jogiyanto,
2005:149). Sedangkan pengertian software aplikasi
menurut Suyanto (2005:120) adalah program-program
yang dibuat oleh personal atau pabrik dalam multimedia
yang spesifik.
Menurut beberapa pendapat diatas dapat dikatakan
bahwa sofware aplikasi adalah sebuah program atau sistem
yang dibuat oleh personal ataupun pabrik yang berfungsi
untuk menyelesaikan masalah tertentu. Biasanya program
atau sistem yang dibuat berkaiatan dengan teknik atau
cara untuk membuat agar masalah yang dihadapi dapat
diatasi dengan lebih cepat, akurat dan efisien.
Dari definisi dan kesimpulan diatas dapat pula
dikatakan bahwa sofware aplikasi pengolah nilai adalah
sebuah program atau sistem yang dibuat secara khusus
untuk mengatasi permasalah dalam pengolahan nilai.
Aplikasi ini diharapkan mempunyai kualitas sistem
informasi yang baik. Kualitas sistem informasi menurut
DeLone dan McLean (1992) dalam Istianingsih dan Utami
(2009:6) adalah:
“Kualitas sistem berarti fokus pada performa sistem
yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak,
kebijakan dan prosedur yang dapat menyediakan
infromasi yang dibutuhkan oleh pengguna yang
terdiri dari kemudahan untuk digunakan (ease to
use), kemudahan untuk diakses (flexibility),
keandalan sistem (reliability).”

54
Selain berkualitas sofware aplikasi juga diharapkan
dapat memberikan kepuasan kepada penggunanya. Rasa
puas pengguna ini dapat ditimbulkan dengan fitur-fitur
yang disediakan oleh kualitas sistem informasi yang
dihasilkan. End User Computer Satisfction (EUCS) adalah
metode untuk mengukur tingkat kepuastan pengguna
sistem informasi dengan membandingkan antara harapan
dan kenyataan dari sebuah sistem informasi. Menurut Doll
dan Torkzadeh (1988) dalam Ahmar dan Paramon (2005)
End User Computer Satisfction (EUCS) adalah evaluasi
secara keseluruhan dari pengguna sistem informasi yang
berdasarkan pengalaman mereka dalam menggunakan
sistem tersebut. Indikator kepuasan dalam sistem ini
adalah sebagai berikut:
1. Kelengkapan isi (Content)
Kelengkapan sebuah sistem informasi yang berisi
semua hal yang dibutuhkan oleh pengguna akan
meningkatkan tingkat kepuasan pengguna.
2. Keakuratan (Accuracy)
Keakuratan dapat mengukur kepuasan pengguna
ketika sistem menerima input kemudian mengolahnya
menjadi informasi. Keakuratan sistem diukur dengan
melihat seberapa banyak sistem menghasilkan output
yang salah ketika mengolah data input dari pengguna.
3. Tampilan (Format)
Tampilan (Format) dapat mengukur tingkat kepuasan
pengguna dari sisi tampilan dan estetika, format

55
laporan, atau informasi yang dihasilkan oleh sistem
sehingga menimbulkan daya tarik pengguna.
4. Kemudahan (Ease of Use)
Kemudahan adalah faktor yang sangat penting dalam
pembuatan sistem informasi. Kemudahan penggunaan
(user friendly) dapat meningkatkan faktor kepuasan
dalam memasukan, mengolah, dan menghasilkan
informasi yang dibutuhkan.
5. Ketepatan (Timeliness).
Ketepatan dapat mengukur kepuasan pengguna dari
sisi ketepatan dan kecepatan sistem informasi
menyajikan atau menyediakan data dan informasi yang
dibutuhkan. Ketepatan dalam penggunaan rumus atau
fungsi dalam sistem informasi pengolah nilai dan
kecepatan pemrosesan menjadi laporan hasil penilaian
dalam bentuk rapor akan dapat meningkatkan faktor
kepuasan dari pengguna.

2.4 Model Penelitian dan Pengembangan


Metode penelitian dan pengembangan adalah metode
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk (Sugiyono,
2013:403). Sedangkan Borg and Gall (1983:772)
mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai berikut:
“Penelitian Pendidikan dan pengembangan (R &
D) adalah proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk
pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini
biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang

56
terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang
berkaitan dengan produk yang akan
dikembangkan, mengembangkan produk
berdasarkan temuan ini, bidang pengujian
dalam pengaturan di mana ia akan digunakan
akhirnya, dan merevisinya untuk memperbaiki
kekurangan yang ditemukan dalam tahap
mengajukan pengujian. Dalam program yang
lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang
sampai bidang-data uji menunjukkan bahwa
produk tersebut memenuhi tujuan perilaku
didefinisikan.”

Dalam dunia pendidikan, sudah banyak model


penelitian dan pengembangan/R & D yang sudah
berkembang. Diantaranya adalah model Four-D Mode,
Model Borg and Gall, dan Model ADDIE. Penjelasan dari
masing-masing model tersebut adalah sebagai berikut:
2.4.1 Model Four-D Model
Model pengembangan ini disarankan oleh Sivasailam
Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel
(1974). Ada 4 tahap pengembangan yang disarankan yaitu
Define, Design, Develop, dan Disseminate atau
pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan
penyebaran.
1) Tahap I: Define (Pendefinisian)
Tahap define adalah tahapan untuk menetapkan dan
mendefinisikan alasan penting dan perlunya sebuah
pengembangan terhadap sistem pengolahan nilai yang
sudah ada sebelumnya.
2) Tahap II: Design (Perancangan)

57
Tahap perancangan bertujuan untuk merancang sebuah
sistem pengolahan penilaian hasil belajar pada
kurikulum 2013 berbasis teknologi informasi.
3) Tahap III: Develop (Pengembangan)
Tahap pengembangan adalah tahap untuk menghasilkan
produk pengembangan yang dilakukan melalui dua
langkah, yakni: (1) penilaian ahli (expert appraisal) yang
diikuti dengan revisi, (2) uji coba pengembangan
(developmental testing).
4) Tahap IV: Disseminate (Penyebaran)
Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir
pengembangan. Tahap diseminasi dilakukan untuk
mempromosikan produk pengembangan agar bisa
diterima pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau
sistem. Produsen dan distributor harus selektif dan
bekerja sama untuk mengemas materi dalam bentuk
yang tepat. Menurut Thiagarajan dkk, (1974: 9), “the
terminal stages of final packaging, diffusion, and adoption
are most important although most frequently overlooked.”
Diseminasi ini bertujuan untuk mendapatkan masukan,
koreksi, saran, penilaian, untuk menyempurnakan
produk akhir pengembangan agar siap diadopsi oleh
para pengguna produk.
2.4.2 Model Borg and Gall
Panduan model pengembangan yang dilakukan oleh
Borg dan Gall memuat panduan sistematika langkah-
langkah yang dilakukan oleh peneliti agar produk yang

58
dirancangnya mempunyai standar kelayakan. Borg dan
Gall (1983: 775) mengajukan serangkaian tahap yang
harus ditempuh dalam pendekatan ini, yaitu “research and
information collecting, planning, develop preliminary form of
product, preliminary field testing, main product revision,
main field testing, operational product revision, operational
field testing, final product revision, and dissemination and
implementation”. Penjelasan dari masing-masing tahapan
dapat dilihat pada keterangan di bawah ini.
1) Research and information collecting; termasuk dalam
langkah ini antara lain studi literatur yang berkaitan
dengan permasalahan yang dikaji, dan persiapan untuk
merumuskan kerangka kerja penelitian;
2) Planning; termasuk dalam langkah ini merumuskan
kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan
permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai
pada setiap tahapan, dan jika mungkin/diperlukan
melaksanakan studi kelayakan secara terbatas;
3) Develop preliminary form of product, yaitu
mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang
akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini adalah
persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman
dan buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap
kelayakan alat-alat pendukung;
4) Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba
lapangan awal dalam skala terbatas. dengan melibatkan
subjek sebanyak 6 – 12 subjek. Pada langkah ini

59
pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan
dengan cara wawancara, observasi atau angket;
5) Main product revision, yaitu melakukan perbaikan
terhadap produk awal yang dihasilkan berdasarkan
hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat mungkin
dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang
ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh
draft produk (model) utama yang siap diujicoba lebih
luas;
6) Main field testing, uji coba utama yang melibatkan
seluruh guru.
7) Operational product revision, yaitu melakukan
perbaikan/penyempurnaan terhadap hasil uji coba
lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah
merupakan desain model operasional yang siap
divalidasi;
8) Operational field testing, yaitu langkah uji validasi
terhadap model operasional yang telah dihasilkan;
9) Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir
terhadap model yang dikembangkan guna
menghasilkan produk akhir (final);
10) Dissemination and implementation, yaitu langkah
menyebarluaskan produk/model yang dikembangkan.
2.4.3 Model ADDIE
Salah satu model pengembangan dalam penelitian

adalah model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-

Evaluate). Model ini muncul pada tahun 1990-an yang

60
dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Model ini

menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :


1) Analysis

Analysis (analisa) yaitu melakukan needs assessment


(analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah

(kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task


analysis).
2) Design/Perencanaan
Pada tahap ini merupakan sebuah tahapan yang
bertujuan untuk merancang sebuah design produk
penelitian guna menjawab temuan hasil analisis.
3) Development/Pengembangan
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print
alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam
desain diperlukan sebuah sistem aplikasi pengolahan
nilai, maka sistem tersebut harus dikembangkan.
4) Implementation/Penerapan
Implementasi adalah langkah nyata untuk
menerapkan sistem aplikasi yang sedang dibuat.
Artinya, pada tahap ini semua yang telah
dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa
sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa
diimplementasikan.
5) Evaluation
Evaluasi yaitu proses untuk melihat apakah sistem
atau produk yang sedang dikembangkan berhasil,
sesuai dengan harapan awal atau tidak. Secara umum

61
kegiatan ini dilakukan untuk menilai ketercapaian dari
sebuah sistem atau produk dan bagaimanakah
perbaikan dari kelemahan sistem atau produk yang
telah dibuat.
Ketiga model penelitian pengembangan diatas secara
umum adalah sebuah upaya untuk memberikan
kemudahan dalam rangka melakukan penelitian
pengembangan/R & D. Namun tidak semua model tersebut
cocok atau sesuai dengan jenis penelitian dan
pengembangan, sehingga diperlukan sebuah analisis
secara mendalam terhadap kesesuaian dengan jenis
penelitian yang sedang dilakukan. Masing-masing model
tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangan.
Jika dilihat dari sudut ketepatan dengan penelitian
yang sedang dikembangkan, maka Four-D Model adalah
model penelitian dan pengembangan yang relatif lebih tepat
dari model yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan tahapan
pada model Four-D ini meliputi: 1) Define yang dimulai
dengan langkah analisis ujung depan (Front-end Analysis),
analisis pemakai (User Analysis), analisis tugas (Task
Analysis), analisis konsep (Concept Analysis), analisis
tujuan pengembangan sistem aplikasi penilaian hasil
belajar (Analysis of Objectives); 2) Design yang dilakukan
dengan penyusunan instrumen penelitian (constructing
criterion-referenced test), pemilihan media (media selection),
pemilihan format (format selection), dan desain awal (initial
design) yang dilakukan dengan proses manajemen POAC

62
(Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling); 3) Develop
dilakukan melalui dua langkah, yakni: (1) penilaian ahli
(expert appraisal) yaitu ahli penilaian dan ahli TIK
(Teknologi Informasi dan Komunikasi), yang diikuti dengan
revisi, (2) uji coba pengembangan (developmental testing);
dan 4) Disseminate tahapan ini dilakukan untuk
mempromosikan produk pengembangan agar bisa diterima
pengguna, baik individu, suatu kelompok, atau sistem.
Dengan melakukan empat tahapan ini maka akan
diperoleh model pengembangan sistem pengolahan nilai
pada kurikulum 2013 berbasis teknologi informasi di SMP
Negeri 5 Salatiga yang sesuai dan layak digunakan.

2.5 Hasil Penelitian Relevan


Penelitian dengan topik sistem pengolahan nilai
sudah pernah dilakukan oleh Lizda Iswari dan Wijaya
Kusuma (2007) dengan judul Sistem Elektronik Rapor di
SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Penelitian ini
menghasilkan sebuah sistem yang dapat digunakan untuk
memasukkan data siswa dan guru, memasukkan nilai
siswa oleh guru, memasukkan kriteria dan bobot penilaian
oleh guru, perhitungan nilai siswa, pencetakan nilai rapor
siswa, pencarian data sejarah nilai siswa.
Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh
Uliani, R. (2014) yang berjudul Pengembangan Sistem
Informasi Penilaian Berbasis Kurikulum 2013. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa sistem informasi

63
penilaian berbasis kurikulum 2013 dikembangkan untuk
membantu guru dalam proses penilaian dan memberikan
informasi nilai hasil studi siswa. Sistem informasi penilaian
berbasis kurikulum 2013 dapat mempermudah guru dalam
memberikan deskripsi atau catatan untuk setiap aspek
mata pelajaran, serta membantu guru dalam perhitungan
nilai sehingga menjadi lebih cepat dan akurat
dibandingkan dengan perhitungan nilai secara manual.
Penelitian pengembangan mengenai penilaian juga
sudah dilakukan oleh Hermanto, Ayu Fiska Nurina dan
Haryani (2009) yang berjudul “Pembuatan Sistem Informasi
Nilai Rapor Berbasis Website di SMP Negeri 7 Surakarta”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, studi sastra, wawancara, merancang website,
pemrograman, percobaan, implementasi sistem, dan untuk
menerapkan produk jadi dari pengembangan situs web ke
dalam jaringan internet. Dengan menggunakan sistem
informasi berbasis website dapat membantu dan
meringankan pekerjaan wali kelas dalam memasukan nilai
rapor. Sistem informasi nilai rapor dibangun dengan
aplikasi Macromedia MX dengan bahasa pemrograman PHP
dan MySQL untuk databasenya
Penelitian yang lainnya juga pernah dilakukan oleh
Tony Kurniawan, Migunani, dan Arief Hidayat (2013)
dengan judul Perancangan Sistem Pengolahan Nilai Rapor
Berbasis Web (Studi Kasus Pada SMA Kebon Dalem).

64
Dalam penelitian ini menghasilkan sebuah sistem skor
berbasis web. Sistem yang dikembangkan, data skor
disimpan dalam database terpusat. Subyek guru tidak
perlu mengirimkan skor kepada wali kelas karena skor
tersebut dimasukkan langsung ke dalam sistem. Guru wali
kelas dapat mengakses data skor saat ini secara langsung
dari sistem. Perhitungan nilai dengan pakar wali kelas
lebih cepat dan mudah karena dilakukan oleh sistem.
Penelitian dengan sistem pengolahan nilai juga sudah
dilakukan oleh Weni Catur Rahayun yang berjudul Sistem
Informasi Pengolahan Nilai pada SMA PGRI Wirosari
Grobogan. Tujuan Tugas Akhir ini adalah untuk
membangun sebuah sistem yang berhubungan dengan
sistem berbasis komputer, sehingga proses yang dilakukan
dapat berlangsung dengan lebih cepat dan efisien serta
dapat meminimalkan kesalahan yang mungkin
terjadi.Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan
pengumpulan data meliputi studi literatur, wawancara
(interview), pengamatan secara langsung (observasi),
metode pengolahan data meliputi data siswa, mata
pelajaran, jadwal dan nilai, metode analisis data serta
metodologi penyusunan sistem. Analisis dan perancangan
basis data ini dibuat berdasarkan proses komputer melalui
tahap-tahap Data Flow Of Diagram, Sistem Flowchart,
Normalisasi, Perancangan Database, Kamus Data, Desain

65
Input-Output sehingga menghasilkan suatu situs yang
terpadu. Dari pengamatan serta penelitian yang dilakukan
dapat diketahui bahwa SMA PGRI Wirosari Grobogan
memerlukan pengolahan data informasi siswa, mata
pelajaran, jadwal, nilai dan informasi lain yang efektif dan
efisien, sehingga diharapkan akan menghasilkan suatu
informasi yang lebih baik dengan sistem yang
terkomputerisasi.
Senada dengan penelitian di atas, penelitian dengan
judul “Design and Implementation of Result Processing
System for Public Secondary Schools in Nigeria” yang
dilakukan oleh Ezenma A. Añulika, Emmanuel Bala dan
Choji D. Nyap (2014:1). Dalam penelitian ini mereka
meneliti kekurangan dari metode manual dalam
mengumpulkan hasil nilai siswa di sekolah menengah di
Nigeria. Untuk mencapai hal itu, penyelidikan awal tentang
pencatatan manual saat ini dilakukan di beberapa sekolah
sekunder terpilih di negara bagian Nasarawa. Hasil
identifikasi masalah dengan pengolahan hasil secara
manual memberikan sebuah usulan sistem baru untuk
dirancang dan diterapkan. Dalam penelitian ini dihasilkan
sebuah aplikasi perangkat lunak komputer yang
dikembangkan untuk memudahkan pemrosesan hasil
secara otomatis. Perangkat lunak ini dikembangkan
dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP

66
(Hypertext processor) dan MYSQL (My Structural Query
Language), sebuah sistem manajemen basis data relasional
dalam merancang database. Melalui pengujian yang
dilakukan, ternyata telah menghasilkan hasil yang
diharapkan. Guru tidak perlu menggambar garis
vertikal/horizontal pada selembar kertas yang luas untuk
mencatat nilai ujian dan ujian siswa, dan juga tidak perlu
melakukan perhitungan apapun, karena sistem melakukan
hampir semuanya. Perangkat lunak ini dapat mengurangi
tingkat stres guru dalam pengolahan hasil penilaian dan
dapat mengurangi waktu dan usaha yang dihabiskan
untuk mendapatkan hasil penilaian, sehingga
memungkinkan guru lebih banyak waktu untuk mengajar
dan masalah instruksional lainnya.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah, dalam
penelitian ini aplikasi yang dibuat berbasis program
microsoft excel yang dibuat dengan tampilan yang menarik
dan lebih praktis, sehingga lebih mudah difahami dan
dianggap lebih familier oleh para guru. Disamping itu
aplikasi ini tidak membutuhkan jaringan internet sehingga
bisa dikerjakan dimanapun dan kapanpun tanpa
ketergantungan dengan jaringan internet. Selain itu
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah sistem
pengolahan penilaian untuk kurikulum sebelum kurikulum
2013 diterapkan, sehingga kekomplekan sistem penilaian
yang ada belum serumit penilaian pada kurikulum 2013.

67
Sejak diberlakukan kurikulum 2013 sampai awal
tahun 2017 sistem penilaian pada kurikulum 2013 sudah
mengalami banyak sekali perubahan terkait dengan
diterbitkannya Permendikbud tentang penilaian yang selalu
berubah. Mulai dari Permendikbud no. 66 tahun 2013 yang
diterbitkan pada awal bulan Juni 2013, yang kemudian
disusul dengan Permendikbud no. 104 tahun 2014,
Permendikbud no. 53 tahun 2015 dan yang terakhir adalah
Permendikbud no. 23 tahun 2016. Dengan perubahan itu
maka mau tidak mau cara guru memberikan penilaian juga
harus berubah mengikuti aturan yang baru. Hal ini pulalah
yang membedakan sistem penilaian yang penulis buat
dengan sistem-sistem penilaian sebelumnya yang belum
mengikuti perkembangan peraturan tentang sistem
penilaian yang ada.

2.6 Kerangka Berfikir


Dalam teori manajemen yang disampaikan oleh
Sastrohadiwiryo (2005 : 25-26) fungsi manajemen terdiri
dari: planning, organizing, directing, motivating. Penilaian
yang dilakukan oleh pendidik merupakan suatu proses
manajemen yang meliputi langkah-langkah perencanaan,
penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui
sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian kompetensi
peserta didik, pengolahan, dan pemanfaatan informasi
tentang pencapaian kompetensi peserta didik (Uliani,
2014:12). Jika dihubungkan antara fungsi manajemen
yang di sampaikan oleh Sastrohadiwiryo dengan Uliani,
68
maka pengolahan adalah bagian dari fungsi manajemen
yaitu organizing.
Menurut Sastrohadiwiryo pengorganisasian adalah
proses dan rangkaian kegiatan dalam pembagian pekerjaan
yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota
kelompok pekerjaan, penentuan hubungan kerja yang baik
diantara mereka, serta pemeliharaan lingkungan dan
fasilitas pekerjaan yang pantas. Pengolahan nilai adalah
bagian dari tugas guru yang harus dilakukan untuk
mengukur ketercapaian dari proses pembelajaran.
Pengolahan nilai di beberapa sekolah tersebut masih
bersifat manual, meskipun ada beberapa sekolah yang
sudah menggunakan komputer untuk mengolah nilai rapor
tersebut, misalnya dengan menggunakan program
Microsoft Excel atau program spreadsheet lainnya.
Penggunaan program spreadsheet untuk pengolahan nilai
tersebut umumnya dilakukan oleh sekolah yang sudah
memiliki sumber daya manusia (SDM) yang bisa
menangani hal tersebut, salah satunya Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 5 Salatiga. Sekolah ini sudah cukup
lama menggunakan program Microsoft Excel untuk
mengolah nilai, akan tetapi lambat laun permasalahan
baru muncul berkaitan dengan pengolahan nilai tersebut.
Proses pengolahan nilai di SMP Negeri 5 Salatiga
selama ini bisa digambarkan melalui gambar diagram flow-
chart sebagai berikut:

69
Nilai sikap,
pengetahuan, dan
keterampilan

Guru mengolah nilai sikap,

GURU
pengetahuan dan keterampilan

Salah
Hasil
pengolahan

Benar
-------------------------------------------------------------------------
Wali kelas menggabungkan
nilai dari guru mapel

WALI KELAS
Salah
Hasil
penggabungan

Benar

Cetak rapor dan tanda tangan


(wali kelas dan kepala sekolah)

-------------------------------------------------------------------------
ORANG TUA SISWA
DAN KURIKULUM

Orang tua/wali
murid sebagai
laporan dan urusan
kurikulum sebagai
arsip

Gambar 2.1. Diagram Flow-Chart Pengolahan Nilai

70
Dari gambar diagram flow-chart diatas bisa
dijelaskan sebagai berikut: guru mata pelajaran
memasukkan nilai pengetahuan yang diambil dari nilai
tugas, nilai ulangan, nilai ketrampilan yang diambil dari
nilai porto folio, unjuk kerja, produk, dan nilai sikap
siswanya ke dalam Microsoft Excel berdasarkan kelas
masing-masing, nilai tersebut kemudian dihitung
menggunakan rumus untuk mendapatkan nilai akhir dari
mata pelajaran. Selain nilai yang berupa angka dan
predikat, guru harus merumuskan diskripsi capaian
penilaian dari nilai pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Guru mata pelajaran kemudian mengumpulkan nilainya
kepada wali kelas untuk digabungkan dan diolah dengan
mata pelajaran yang lainnya menjadi rapor. Setelah proses
pengumpulan dan pengolahan selesai wali kelas mencetak
rapor dan leger untuk dibagikan kepada peserta didik. Dari
wali kelas file rapor dan leger yang sudah selesai diolah
diserahkan kepada urusan kurikulum untuk diarsipkan.
Berdasarkan uraian di atas ditemukan permasalahan
yaitu langkah-langkah yang digunakan untuk pengolahan
nilai tidak sederhana sehingga memerlukan waktu rata-
rata sampai 7 hari untuk mengolahnya. Waktu yang lama
ini sering kali berdampak pada pembagian rapor menjadi
terlambat. Sistem yang sudah berjalan tersebut dirasa
kurang efisien, maka diperlukan sistem baru yang dapat
mengatasi permasalahan yang terjadi, yaitu dengan
menggunakan aplikasi pengolahan nilai berbasis hiperlink

71
dan memaksimalkan fungsi pada software Microsoft Excel.
Dengan sistem pengolahan ini guru sudah tidak direpotkan
dengan rumus dan pembuatan deskripsi capaian
pengetahuan, ketrampilan dan sikap, sehingga kesulitan
pengolahan nilai dan pelaporannya tepat waktu sesuai
dengan rencana pembagian rapot yang dituliskan dalam
kalender pendidikan.
Melalui bagan dibawah ini, peneliti mencoba
membuat dan menjelaskan kerangka berfikir dalam
penelitian. Berdasarkan bagan ini peneliti dapat
memaparkan bahwa berawal dari rumitnya penilaian pada
kurikulum 2013 di dukung dengan peraturan yang selalu
berubah, disamping itu sistem pengolahan nilai yang
dilakukan oleh guru masih manual/konvensional,
berdampak pada banyaknya masalah yang muncul terkait
dengan pelaporan hasil penilaian setiap akhir semester.
Disisi lain terdapat sumber daya berupa perangkat
komputer atau labtop yang dimiliki oleh masing-masing
guru, sehingga memungkinkan dengan memaksimalkan
fungsi teknologi informasi khususnya dalam hal
pengolahan nilai dapat merubah sistem pengolahan nilai
dari manual/konvensional menjadi berbasis teknologi
informasi dengan memanfaatkan atau memaksimalkan
fungsi teknologi informasi menjadi sebuah sistem aplikasi
penilaian.

72
Pengolahan hasil belajar pada kurikulum
2013, secara manual/konvensional

Permasalahan:
Kelemahan/Kendala (rumit, peraturan
yang selalu berubah)

Sumber Daya: Kebutuhan pengembangan sistem


1. Brainware manajemen penilaian hasil belajar berbasis
2. Hardware teknologi informasi

Planning:
Perancangan sistem manajemen penilaian
hasil belajar berbasis teknologi informasi

Organizing:
Mengkoordinasikan guru, wali kelas dan
urusan kurikulum untuk memahami sitem
manajemen penilaian hasil belajar

Actuating:
Menggunakan sistem manajemen penilaian
hasil belajar berbasis teknologi informasi
untuk mengolah nilai

Controlling:
Proses pendampingan dalam
menggunakan sistem manajemen
penilaian hasil belajar berbasis teknologi
informasi

SOLUSI
(Sebuah program aplikasi penilaian pada
kurikulum 2013 beserta petunjuk
teknisnya)

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berfikir

73
Berdasarkan kedua hal tersebut maka dipandang

penting dan mendesak perlunya pengembangan sistem

penilaian hasil belajar berbasis teknologi informasi yang

awalnya masih dilakukan secara manual/konvensional ke

sebuah sistem aplikasi penilaian yang mudah

digunakan/familier sehingga dapat menjadi solusi untuk

mengatasi permasalahan atau kendala pada pengolahan

penilaian.

Proses pembuatan produk sitem penilaian hasil

belajar ini melalui tahapan manajemen POAC (Planning,

Organizing, Actuating dan Controlling), sehingga akan

dihasilkan sebuah produk pengembangan sistem penilaian

hasil belajar berbasis teknologi informasi, dalam hal ini

berupa sebuah sistem aplikasi pengolahan nilai beserta

petunjuk teknisnya yang dapat mengatasi permasalahan

guru (khususnya guru SMP Negeri 5 Salatiga) dalam

mengolah nilai baik nilai sikap, pengetahuan dan

ketrampilan. Disamping itu dapat melaporkan hasil

pengolahan nilai dalam bentuk rapor yang disampaikan

oleh sekolah kepada orang tua siswa/wali murid.

74

Anda mungkin juga menyukai