Anda di halaman 1dari 11

Dosen Pengajar : Ir. Magit Fitroni, M.

Kom

Disusun Oleh :

Nama : Fifi Faizah Rahman

STIMA IMMI
Seluruh mahasiswa program studi manajemen sudah pasti tahu dengan ahli manajemen yang satu
ini.Dialah yang disebut-sebut sebagai bapak ilmu manajemen atau manajemen ilmiah.George R.
Terry memberikan sumbangsi pemikirannya yang mendasari banyak ahli manajemen di dunia.
Bahkan pelajaran manajemen untuk Sekolah Menengah di Indonesia pun memakai teori
manajemen dari Terry untuk diajarkan kepada para siswa.

Terry mendefinisikan manajemen dalam bukunya Principles of Management yaitu "Suatu


proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan
dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni demmi mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya". Dari definisi Terry itulah kita bisa melihat fungsi manajemen menurutnya. Berikut
ini adalah fungsi manajemen menurut Terry:

George R. Terry dalam buku Principles of Management (Sukarna, 2011:3), juga menyatakan
bahwa management is the accomplishing of a predetemined obejectives through the efforts of
otherpeople atau manajemen adalah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan melalui atau
bersama-sama usaha orang lain.

Manajemen sangat penting bagi setiap aktivitas individu atau kelompok dalam organisasi untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen berorientasi pada proses (process oriented) yang
berarti bahwa manajemen membutuhkan sumber daya manusia, pengetahuan, dan keterampilan
agar aktivitas menjadi lebih efektif atau dapat menghasilkan tindakan dalam mencapai
kesuksesan. Oleh sebab itu, tidak akan ada organisasi yang akan sukses apabila tidak
menggunakan manajemen yang baik. (Torang, 2013: 165). Berdasarkan pengertian diatas, saya
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Manajemen adalah ilmu mengatur proses untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya guna mencapai hasil yang sesuai.

Fungsi Manajemen

George R. Terry,1958 dalam bukunya Principles of Management (Sukarna, 2011: 10) membagi
empat fungsi dasar manajemen,
yaitu Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan)
dan Controlling (Pengawasan). Keempat fungsi manajemen ini disingkat dengan POAC.

Planning (Perencanaan)

George R. Terry dalam bukunya Principles of Management (Sukarna, 2011: 10) mengemukakan
tentang Planning sebagai berikut, yaitu “Planning is the selecting and relating of facts and the
making and using of assumptions regarding the future in the visualization and formulation to
proposed of proposed activation believed necesarry to accieve desired result”.

“….Perencanaan adalah pemilih fakta dan penghubungan fakta-fakta serta pembuatan dan
penggunaan perkiraan-perkiraan atau asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan.”
Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan penyusunan langkah-
langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan. Merencanakan berarti mempersiapkan segala
kebutuhan, memperhitungkan matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskan
bentuk pelaksanaan kegiatan yang bermaksuud untuk mencapai tujuan.

Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian tidak dapat diwujudkan tanpa ada hubungan dengan yang lain dan tanpa
menetapkan tugas-tugas tertentu untuk masing-masing unit. George R. Terry dalam
bukunya Principles of Management (Sukarna, 2011: 38) mengemukakan
tentang organizing sebagai berikut, yaitu “Organizing is the determining, grouping and
arranging of the various activities needed necessary forthe attainment of the objectives, the
assigning of the people to thesen activities, the providing of suitable physical factors of
enviroment and the indicating of the relative authority delegated to each respectives activity.

“…Pengorganisasian ialah penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan macam-macam


kegiatan yang dipeelukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang-orang (pegawai), terhadap
kegiatan-kegiatan ini, penyediaan faktor-faktor physik yang cocok bagi keperluan kerja dan
penunjukkan hubungan wewenang, yang dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya
dengan pelaksanaan setiap kegiatan yang diharapkan.

Terry (Sukarna, 2011: 46) juga mengemukakan tentang azas-azas organizing, sebagai berikut,
yaitu :

1. The objective atau tujuan.


2. Departementation atau pembagian kerja.
3. Assign the personel atau penempatan tenaga kerja.
4. Authority and Responsibility atau wewenang dan tanggung jawab.
5. Delegation of authority atau pelimpahan wewenang.

Pengorganisasian (organization) yaitu sebagai cara untuk mengumpulkan orang-orang dan


menempatkan mereka menurut kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang sudah
direncanakan.

Actuating (Pelaksanaan /Penggerakan)

Menurut George R. Terry dalam bukunya Principles of Management (Sukarna, 2011: 82)
mengatakan bahwa

Actuating is setting all members of the group to want to achieve and to strike to achieve the
objective willingly and keeping with the managerial planning and organizing efforts.
“….Penggerakan adalah membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok agar supaya
berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi
dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.

Definisi diatas terlihat bahwa tercapai atau tidaknya tujuan tergantung kepada bergerak atau
tidaknya seluruh anggota kelompok manajemen, mulai dari tingkat atas, menengah sampai
kebawah. Segala kegiatan harus terarah kepada sasarannya, mengingat kegiatan yang tidak
terarah kepada sasarannya hanyalah merupakan pemborosan terhadap tenaga kerja, uang, waktu
dan materi atau dengan kata lain merupakan pemborosan terhadap tools of management. Hal ini
sudah barang tentu merupakan mis-management.

Tercapainya tujuan bukan hanya tergantung kepada planning dan organizing yang baik,
melainkan juga tergantung pada penggerakan dan pengawasan.Perencanaan dan
pengorganisasian hanyalah merupakan landasan yang kuat untuk adanya penggerakan yang
terarah kepada sasaran yang dituju. Penggerakan tanpa planning tidak akan berjalan efektif
karena dalam perencanaan itulah ditentukan tujuan, budget, standard, metode kerja, prosedur
dan program. (Sukarna, 2011: 82-83).

Faktor-faktor yang dierlukan untuk penggerakan yaitu:

1. Leadership (Kepemimpinan)
2. Attitude and morale (Sikap dan moril)
3. Communication (Tatahubungan)
4. Incentive (Perangsang)
5. Supervision (Supervisi)
6. Discipline (Disiplin).

Penggerakan (actuating) yaitu untuk menggerakan organisasi agar berjalan sesuai dengan
pembagian kerja masing-masing serta menggerakan seluruh sumber daya yang ada dalam
organisasi agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa berjalan sesuai rencana dan bisa
memcapai tujuan.

Controlling (Pengawasan)

Control mempunyai perananan atau kedudukan yang penting sekali dalam manajemen,
mengingat mempunyai fungsi untuk menguji apakah pelaksanaan kerja teratur tertib, terarah atau
tidak. Walaupun planning, organizing, actuating baik, tetapi apabila pelaksanaan kerja tidak
teratur, tertib dan terarah, maka tujuan yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Dengan
demikian control mempunyai fungsi untuk mengawasi segala kegaiatan agara tertuju kepada
sasarannya, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Untuk melengkapi pengertian diatas, menurut George R. Terry (Sukarna, 2011: 110)
mengemukakan bahwa Controlling, yaitu:

Controlling can be defined as the process of determining what is to accomplished, that is the
standard, what is being accomplished. That is the performance, evaluating the performance, and
if the necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans,
that is conformity with the standard.

“…Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus dicapai
yaitu standard, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bilaman
perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu
selaras dengan standard (ukuran).

Terry (Sukarna, 2011: 116), mengemukakan proses pengawasan sebagai berikut, yaitu:

1. Determining the standard or basis for control (menentukan standard atau dasar bagi
pengawasan)
2. Measuring the performance (ukuran pelaksanaan)
3. Comparing performance with the standard and ascerting the difference, it
any (bandingkan pelaksanaan dengan standard dan temukan jika ada perbedaan)
4. Correcting the deviation by means of remedial action (perbaiki penyimpangan dengan
cara-cara tindakan yang tepat).

Hakikat dari fungsi manajemen dari Terry adalah apa yang direncakan, itu yang akan dicapai.
Maka itu fungsi perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin agar dalam proses pelaksanaanya
bisa berjalan dengan baik serta segala kekurangan bisa diatasi. Sebelum kita melakukan
perencanaan, ada baiknya rumuskan dulu tujuan yang akan dicapai.

Fungsi manajemen menurut George Terry ini kemudian menjadi sangat populer dalam pelajaran
manajemen tingkat sekolah menengah maupun pendidikan tinggi.Terry memberikan rumusan
fungsi manajemen yang lebih mendasar dan mudah untuk diterapkan.

Kita akan dengan mudah menemukan teori ini diberbagai buku pelajaran manajemen, bahkan
juga diberbagai situs internet yang membahas tentang manajemen. Terry juga membuat teori ini
agar lebih mudah diterapkan dalam berbagai organisasi secara fleksibel. Artinya, empat fungsi
manajemen menurut Terry ini lebih kompatibel dan adaptabel dengan berbagai bentuk dan jenis
organisasi.

George R. Terry dalam Prinsip-Prinsip Manajemen menyebutkan bahwa tugas atau


pekerjaan dapat dibagi menjadi fungsi, tugas operasi, wilayah, langganan, proses, tim
tugas, dan matriks
Ø Proses, ditentukan oleh fasilitas-fasilitas teknis dan bersifat logis; biasanya diterapkan di tingkat
operasional.
Ø Tim Tugas, suatu proyek khusus atau blok pekerjaan yang ditugaskan kepada kelompo kerja
yang bekerja sebagai unit yang mampu bekerja sendiri karena mempunyai keahlian untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut. Pelaksanaan kerja seperti itu bersifat kebalikan dari pembagian
tugas pada umumnya dan agak terpisah dari unit-unit organisasi, terkadang disebut juga
pengoranisasian proyek.
Ø Matriks, pembagian kerja yang menganut pengawasan ganda; misalnya satu atas dasar teknis dan
satu lagi atas dasar manajer

Faktor-faktor yang penting dalam mengadakan pembagian pekerjaan adalah:


1) Membantu koordinasi;
2) Memperlancar pengawasan;
3) Memanfaatkan spesialisai;
4) Menghemat biaya;
5) Menekankan pada hubungan antar-manusia.

Dengan adanya prinsip orang yang tepat di tempat yang tepat (the right man in the right place)
akan memberikan jaminan terhadap kestabilan, kelancaran, dan keefektifan kerja. Pembagian
kerja yang baik merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja. Kecerobohan dalam pembagian
kerja akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan dalam
penyelenggaraan pekerjaan. Oleh karena itu, seorang manajer yang berpengalaman akan
menempatkan pembagian kerja sebagai prinsip utama yang akan menjadi titik tolak bagi prinsip-
prinsip lainnya.

Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority and responsibility)


Setiap pejabat/pimpinan dalam suatu badan tertentu harus mempunyai kekuasaan dan tanggung
jawab.Kekuasaan, wewenang (authority) adalah hak untuk mengambil keputusan sehubungan
tugas dan tanggung jawab atas pekerjaan yang dikerjakannya.
Menurut George R. Terry dalam Prinsip-Prinsip Manajemen disebutkan bahwa untuk
melengkapi sebuah organisasi, unit-unit pegawai digabungkan bersama melalui suatu wewenang
yang menetapkan hubungan antara unit-unit tersebut.Hubungan seperti itu perlu ditetapkan
karena hanya apabila hubungan tersebut dipahami benar-benar oleh tiap-tiap unit maka mereka
dapat berfungsi sebagai komponen.

Seseorang diperlukan untuk mengarahkan kegiatan setiap unit menuju sasaran-sasaran


organisasi. Setiap karyawandilengkapi dengan wewenang untuk melakukan pekerjaan dan setiap
wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban. Wewenang dan tanggung jawab harus
seimbang. Setiap pekerjaan harus dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan
wewenang. Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula pertanggungjawaban
demikian pula sebaliknya.
Pendelegasian wewenang merupakan suatu faktor yang vital di dalam manajemen,
karena:
(a) menetapkan hubungan organisatoris formal di antara anggota-anggota badan
usaha;
(b) memberikan kekuasaan manajerial, yakni member “senjata” keadaannya
“memaksa”;
(c) mengembangkan bawahan dengan cara member izin kepada mereka untuk
mengambil keputusan dan menerapkan pengetahuan yang mereka peroleh dari
program-program latihan dan pertemuan-pertemuan.

Suatu pendelegasian bukan merupakan gejala alamiah bagi kebanyakan orang. Ada
beberapa manajer yang suka melakukan dominasi; mereka berkeinginan untuk mempengaruhi
orang lain, ingin ikut serta di dalam setiap keputusan dan menjadi “sutradara”. Seringkali
seorang manajer mungkin merasa bahwa tidak ada orang lain yang dapat melakukan suatu
pekerjaan seperti dirinya sendiri; oleh karena itu dia sendirilah yang harus melaksanakannya.
Atau, mungkin dia sendiri yang ingin mencapai suatu prestasi yang “istimewa” dan diakui
keberhasilan yang “super” itu.

Tanggung jawab terbesar terletak pada manajer puncak. Kegagalan suatu usaha bukan
terletak pada karyawan, tetapi terletak pada puncak pimpinannya karena yang mempunyai
wewenang terbesar adalah manajer puncak. Oleh karena itu, apabila manajer puncak tidak
mempunyai keahlian dan kepemimpinan, maka wewenang yang ada padanya merupakan
bumerang.

Ada batas-batas tertentu pada suatu wewenang. Misalnya, sudah menjadi suatu hal yang
umum bahwa beberapa anggota manajemen tingkat atas harus mengetahui suatu keputusan atau
dasar dari suatu keputusan yang belum dilaksanakan. Wewenang yang digunakan harus sesuai
dengan tujuan utama dan kebijaksanaan-kebijaksanaan perusahaan.

Disipline (Disicpline)
Disiplin merupakan sesuatu yang menjadi dasar bagi kekuatan suatu badan atau perusahaan.
Setiap pihak yang terlibat dalam suatu badan harus ada kedisiplinan untuk melakukan suatu
pekerjaan, menaati peraturan yang dibuat oleh badan tersebut. Pimpinan harus dapat memberi
teladan kepada bawahan dengan jalan memenuhi peraturan dan perjanjian yang telah disepakati
sebelumnya.
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab.
Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan
semestinya, maka disiplin akan hilang. Oleh karena ini, pemegang wewenang harus dapat
menanamkan disiplin terhadap disrinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap
pekerajaan sesuai dengan weweanng yang ada padanya.

Kesatuan Perintah (Unity Of Command)Untuk memperlancar pencapaian tujuan, perlu adanya


kesatuan perintah dari atasan kepada bawahan atau seorang pegawai menerima perintah dari
seorang atasannya.

Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip kesatuan perintah


sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik. Karyawan harus tahu kepada siapa ia
harus bertanggung jawab sesui dengan wewenang yang diperolehnya. Perintah yang datang dari
manajer lain kepada serorang karyawan akan merusak jalannya wewenang dan tanggung jawab
serta pembagian kerja.

Menurut George R. Terry dalam Prinsip-Prinsip Manajemen, perintah-perintah dapat berupa: a)


lisan, atau b) tulisan; tergantung dari: a) tingkat kepercayaan antara pemberi perintah dan
penerimanya, b) hubungan tatap muka dalam organisasi dan c) keperluan akan dokumen untuk
referensi di masa yang akan datang.

Pada beberapa perusahaan, perintah-perintah lisan yang berurusan dengan subjek-subjek penting
, diulang kembali oleh penerima perintah untuk meyakinkan kelengkapan dan ketepatannya.
Demikian pula perintah-perintah lisan dapat dikonfirmasikan secara tertulis apabila
penyampaiannya harus diverifikasi dan menjadi dokumentasi.

Sekali perintah telah dikeluarkan, maka pemberi perintah harus melihat apakah perintah tersebut
dilaksanakan atau diabaikan.Cara-cara seperti itu menunjukkan manajemen yang baik.Adalah
sangat bijaksana untuk memperkenankan adanya variasi dalam memelihara dan melengkapi
perintah-perintah tersebut.

Kesatuan Pengarahan (Unity Of Direction) .Dengan prinsip kesatuan arah dimaksudkan


seorang kepala dan pegawainya tidak boleh bertentangan antara satu sama lain dalam mencapai
suatu tujuan secara keseluruhan.

Pengarahan merupakan suatu kegiatan untuk mengintegrasikan usaha-usaha anggota-anggota


dari suatu kelompok, sehingga melalui tugas-tugas mereka dapat terpenuhi tujuan-tujuan pribadi
dan kelompoknya.Semua usaha kelompok menghendaki pengarahan apabila ingin secara sukses
mencapai tujuan akhir kelompok tersebut.
Pengarahan yang baik bukanlah suatu bentuk kediktatoran.Para pekerja mengharapkan dapat
diberikan informasi-informasi yang diperlukan mengenai jumlah, kualitas, dan batas waktu yang
diperkenankan untuk pekerjaan tersebut.

Apabila mengarahkan suatu tugas yang baru, maka manajer harus member arah secara
penuh.Partisipasi para pegawai, komunikasi yang memadai, dan kepemimpinan yang kuat
merupakan dasar-dasar untuk mengarahkan. (Prinsip-Prinsip Manaejemen, George R. Terry)

Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan perlu diarahkan menuju
sasarannya.Kesatuan pengarahan bertalian erat dengan pembagian kerja.Kesatuan pengarahan
tergantung pula terhadap kesatuan perintah.Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya dua
perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan.

Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk
pmelaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung
jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion)
tidak dapat terlepas dari pembaguan kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, serta
kesatuan perintah.

Mengutamakan Kepentingan Organisasi daripada Kepentingan Individu

Umum ( Subordinate of Individual Interest to General Interest) Prinsip ini dimaksudkan bahwa
kepentingan umum atau perusahaan secara keseluruhan harus berada di atas kepentingan pribadi.

Setiap karyawan harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada kepentingan organisasi.Hal


semacam itu merupakan suatu syarat yang sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan
loancar sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.

Setiap karyawan dapat mengabdikan kepentingan pribadi kepada kepentingan organisasi apabila
memiliki kesadaran bahwa kepentingan pribadi sebenarnya tergantung kepada berhasil-tidaknya
kepentingan organisasi.Prinsip pengabdian kepentingan pribadi kepada kepentingan orgabisasi
dapat terwujud, apanila setiap karyawan merasa senang dalam bekerja sehingga memiliki disiplin
yang tinggi.

Pembayaran Upah yang Adil (Remuneration of Personal)


Dalam pemberian upah kepada pegawai harus adil atau tidak berat sebelah, ada dasar-dasar
objektif dalam menetapkan upah masing-masing pegawai.

Salah satu bidang etika manajerial yang penting adalah perlakuan karyawan oleh organisasi
mereka.Bidang ini termasuk hal-hal seperti memperkerjakan dan memeca orang, upah dan
kondisi kerja, dan kebebasan pribadi dan rasa hormat.

Manajemen, upah dan kondisi kerja, walaupun diatur dengan ketat, juga merupakan bidang yang
memungkinkan timbulnya kontroversi.Sebagai contoh, fakta bahwa seorang manajer membayar
karyawan lebih sedikit daripada yang layak diterimanya, karena manajer tahu bahwa karyawan
tersebutm tidak mungkin keluar atau tidak mau mengambil risiko kehilangan pekerjaannya jika
protes, mungkin dianggap tidak etis. Sebagian besar pengamat juga akan setuju bahwa organisasi
diwajibkan melindungi kebebasan pribadi karyawannya.

Gaji atau upah bagi karyawan merupakan kompensasi yang menentukan terwujudnya kelancaran
dalam bekerja. Karyawan yang diliputi perasaan cemas dan kekurangan akan sulit berkonsentrasi
terhadap tugas dan kewajibannya sehingga dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan dalam
bekerja. Oleh karena itu, dalam prinsip penggajian haris dipikirkan bagaimana agar karyawan
dapat bekerja dengan tenang.Sistem penggajian harus diperhitungkan agar menimbuulkan
kedisiplinan dan kegairahan kerja sehingga karyawan berkompetisi untuk membuat prestasi yang
lebih besar. Prinsip more pay for more prestige (upaya lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip
upah sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan
menimbulkan kelesuan dalam bekerja dan mungkin akan menimbulkan tindakan tidak disiplin.

Pemusatan (Centralization)

Suatu wewenang dapat dipusatkan dan dapat didelegasikan kepada pejabat-pejabat tertentu untuk
memperlancar jalannya suatu perusahaan.

George R. Terry menyebutkan sentralisasi dan desentralisasi wewenang merupakan bagian-


bagian yang penting dari suatu wewenang. Sentralisasi mengandung arti sebagai suatu
pemusatan wewenang; sedangkan desentralisasi berarti membagi wewenang tersebut. Kedua
bentuk tersebut memunyai hubungan dengan pendelegasian wewenang, karena yang
dipersoalkan adalah berapa banyak wewenang yang didelegasikan kepada bawahan.

Sentralisasi wewenang mendapat dukungan luas karena:


(a) dapat menghindari fungsi-fungsi yang bersifat ganda;
(b) menyeragamkan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan mnedukung praktik
kerja;
(d) memperoleh wibawa para manajer dan dapat mengembangkan tugas-tugas
mereka secara penuh;
(e) pembagian tugas menurut keahlian masing-masing dapat dimaksimalkan,
terutama karena ruang lingkup dan volume pekerjaan yang diproses.

Anda mungkin juga menyukai