Anda di halaman 1dari 41

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengelolaan Kegiatan Ekstrakurikuler

Kata “Pengelolaan” dapat didefinisikan manajemen yang juga sama

maknanya, pengaturan atau pengelolaan.1 Manajemen dipahami oleh banyak

orang sebagai sebuah pengaturan, mengelolaa, dan administrasi, dan definisi

ini banyak digunakan saat ini. Mengelola atau pengelolaan didefinisikan

sebagai usaha yang dilakukan oleh sekumpulan orang untuk menyelesaikan

pkerjaan-pekerjaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan suatu lembaga.

Lembaga kantor dan organisasi membutuhkan kinerja yang dapat bekerja

dengan baik di bidangnya. Karena setiap lembaga kantor membutuhkan staf

berkinerja tinggi yang tahu bagaimana mengelola segala sesuatu yang

berhubungan dengan kantor dan organisasi.

Sebagaimana diketahui, perkembangan dari suatu perkantoran seperti

kantor pemerintahan membutuhkan sistem manajemen yang sistematis.

Perkantoran atau organisasi akan berkembang secara efektif karena

kemampuan karyawan dalam organisasi. Sebab berkembangnya organisasi

membutuhkan karyawan yang dapat memanage segala hal yang berhubungan

dengan organisasi. Oleh karena itu, ada prosedur-prosedur yang harus

dipelajari terkait bagaiaman cara mengelola serta mengembangkan sistem

manajemen yang baik agar dapat menjadi sebuah organisasi yang mempunyai

daya perkembangan yang lebih intensif.

1
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h.
31
21

1. Pengertian Pengelolaan

Pengertian pengelolaan menurut Drs. Malayu SP Hasibun adalah

suatu proses yang menggunakan segala kegiatan yang berkaitan dengan


2
pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan yang ditargetkan. Secara

umum pengelolaan menurut Mary Parker Follet adalah suatu kegiatan

mengubah sesuatu hal menjadi baik sejak awal, dengan mengutamakan

nilai-nilai yang tinggi. Pengelolaan juga dapat diartikan sebagai membuat

sesuatu hal tersebut menjadi lebih sesuai dan dibutuhkan sehingga menjadi

lebih bermanfaat.3

Kata manage (mengelola) dan biasanya merujuk pada proses

mengatur atau mengelola sesuatu untuk mencapai tujuan diinginkan oleh

lembaga. Jadi, pengelolaan adalah sebuah ilmu manajemen yang mengacu

pada proses mengelola dan memanipulasi sesuatu untuk mencapai tujuan

tertentu yang dapat dicapai.


4
Istilah pengelolaan biasa dipakai dalam ilmu manajemen. Adapun

menurut George R. Terry bahwa fungsi manajemen yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian dan pengendalian untuk

mencapai tujuan pada suatu pekerjaan. Dapat diketahui bahwa pengelolaan

sama dengan manajemen, yakni suatu proses yang memisahkan antara

2 Yaya Ruyatnasih dan Liya Megawati, Pengantar Manajemen Fungsi, Teori dan Kasus,

(Yogyakarta: Cv Absolute Media, 2018


3
Robert J. Kodoatie dan R Syarief, Tata Ruang Air, (Yogyakarta: CV. Andi, 2010), hal 437
4
Riant Nugroho. Public Policy: Dinamika Kebijakan, Analisis Kebijakan, Manajemen
Kebijakan. (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2011). h. 119
22

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian, dengan

menggunakan ilmu dan seni untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.5

Pengelolaan atau yang sering disebut dengan manajemen sering

merujuk pada kegiatan di dalam suatu lembaga maupun organisasi berupa

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian. Adapun kata

manajemen berasal dari kata kerja to manage yang bermakna menangani

serta mengatur. Dapat disimpulkan bahwa pengelolan mencakup kegiatan-

kegiatan yang saling berkaitan dan disebut dengan fungsi-fungsi manajemen

seperti perencanaan, pelaksanaan dan pengarahan untuk pencapaian tujuan

yang efektif dan efisien.

Adanya pengelolaan bertujuan agar semua sumber daya yang ada

seperti sumber daya manusia serta fasilitas dalam suatu lembaga pendidikan

dapat digunakan secara optimal sehingga tidak semua waktu, tenaga dan

material terbuang sia-sia untuk mendapatkan tujuan yang ditargetkan. Di

bawah ini terdapat beberapa tujuan pengelolaan, sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan tujuan yang dituju organisasi berdasarkan visi

dan misi yang ada

b. Menyeimbangkan tujuan yang berbeda-beda. Kegiatan pengelolaan

diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan, sasaran, dan

aktivitas yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkaitan.

c. Untuk mencapai hasil yang efisien dan efektivitas.

5
George R. Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). h.9
23

2. Fungsi Pengelolaan

Fungsi pengelolaan berarti berusaha untuk mencapai tujuan yang

diberikan melalui upaya yang dilakukan sekumpulan orang. Menurut

George Terry, manajemen adalah suatu metode ilmu dan seni yang dapat

diterapkan pada kegiatan-kegiatan lembaga ataupun organisasi untuk

mencapai tujuan yang ada secara efektif dan efisien dengan menerapkan

fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan

evaluasi. Menurut John R Schermerhom Jr, manajemen adalah proses

kegiatan yang mencakup beberapa tahapan, yakni perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dengan memanfaatkan

sumber daya yang ada baik dari segi manusia maupun material untuk bisa

mencapai tujuan. 6 Adapun fungsi manajemen, sebagai berikut:

a. Planning (Perencanaan)

Menurut Malayu S.P Hasibun perencanaan merupakan proses

menetapkan tujuan dan menerapkan kebijakan dengan memilih yang

terbaik dari opsi yang tersedia 7. Planning is the function of a manager

which involves the selection from alternatives of objectives, policies,

procedures, and programs. Artinya: Perencanaan adalah tugas

manajer untuk memilih tujuan, kebijakan, prosedur dan program dari

pilihan yang tersedia. Jadi, masalah perencanaan merupakan masalah

“memilih” suatu cara atau metode yang terbaik. Adapun perencanaan

6 Nasrulla h Nursam, “Ma na jemen Kinerja” da lam Journal of Islamic Education


Management No. 2 Vol 2, 2017, hal. 168
7
Malayu S.P Hasibun, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2009). h.40
24

ini digunakan sebagai upaya untuk menghubungkan fakta satu sama

lain, membuat penilaian dan prediksi tentang situasi dan merumuskan

tindakan masa yang akan datang untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Tujuan perancanaan yakni untuk mengurangi

ketidakpastian perubahan dimasa yang akan dating sehingga bisa

berfokus pada tujuan, untuk memperoleh proses pencapaian tujuan

secara ekonomis, d. untuk memudahkan pengawasan kegiatan.8

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perencanaan digunakan dalam

sebuah lembaga pendidikan untuk melaksanakan suatu kegiatan.

Selain itu perencanaan juga dapat mengurangi perubahan-perubahan

yang mungkin akan terjadi di kegiatan yang sudah berjalan.

b. Organizing (Pengorganisasian)

Pendapat Drs. M. Manullang terkait pengorganisasian adalah

suatu proses menentukan serta mengelompokan berbagai kegiatan

yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menugaskan orang-orang

untuk setiap bidang keguatan, menyediakan alat yang diperlukan dan

mendistribusikan kekuatan yang dimiliki setiap individu secara

proporsional untuk melaksanakan kegiatan tersebut9. Organizing is the

establishing of effective behavioral relationship among persons so

that they may work together afficiently and again personal

satisfactions for the purpose of achieving some goal or objective10

8
Laksmi Fuad dan Budiantaro, Manajemen Perkantoran Modern, (Jakarta: Penerbit
Pernaka,2008). h.30
9
Hasibuan Malayu S.P, Manajemen ... h. 40
10
George R. Terry, Prinsip-... h.342
25

berarti: Pengorganisasian merupakan kegiatan mencari kolerasi

perilaku yang efektif antara individu sehingga mereka bisa bekerja

sama secara efektif dan dengan demikian memperoleh kepuasan

pribadi dalam melakukan tugas-tugas untuk mencapai tujuan atau

sasaran tertentu.

Kegiatan ini dilaksanakan untuk melakukan pembagian

wewenang dan tanggung jawab sesuai bidang sehingga terwujud suatu

badan usaha dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Sedangkan tujuan pengorganisasian yakni untuk membagi tugas-tugas

kerja dalam suatu lembaga, untuk memberikan batasan wewenang

sehingga dapat membuat keputusan yang sesuai, untuk

mengelompokkan tanggung jawab perorangan agar tidak terjadi

kesalahpahaman antara, untuk memudahkan dalam koordinasi SDM,

anggaran, fasilitas dan peralatan serta memudahkan untuk motivasi

anggota -anggota pada suatu lembaga.11

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian ini merupakan

kegiatan membagikan tanggung jawab berupa tugas yang sesuai

bidangnya agar dilakukan dengan tepat.

c. Actuating, Directing and Leading (Pengarahan, Pergerakan,

Pelaksanaan)

Geoge R Terry berpendapat bahwa pengarahan atau pergerakan

atau pelaksanaan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengarahkan

11
Laksmi,Fuad,dan Budiantaro, Manajemen ... h.43
26

semua anggota lembaga, agar mau bekerja sama secara efektif untuk

mencapai tujuan12. Actuating is setting all members of the group to

want to achive and to strike to achive the objective willingly and

keeping with the managerial palnning and organizing efforts13 berarti:

Pengarahan yaitu membuat semua anggota kelompok bekerja sama

dan bekerja dengan tulus serta penuh semangat untuk mencapai target

dalam hal perencanaan dan pengorganisasian. Tahapan ini dilakukan

agar semua anggota bekerja secara sadar untuk mencapai tujuan yang

ditentukan sesuai dengan rencana dan metode suatu lembaga.

Tujuan penggerakan yakni untuk menciptakan kerja sama yang

lebih efisien antara anggota, membantu dalam mengembangkan

kemampuan serta ketrampilan anggota lembaga, menumbuhkan rasa

keterhubungan dan menyukai pekerjaan, berusaha menciptakan

suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan

prestasi kerja karyawan, dapat membuat anggota lembaga berkembang

secara dinamika.14

Jadi dapat disimpulkan bahwa tahapan pergerakan, pengarahan

dan pelaksanaan ini untuk mengarahkan anggota anggota serta

memberikan motivasi dan dukungan dalam mengerjakan kegiatan-

kegiatan yang telah direncanakan di awal.

12
Hasibuan Malayu S.P, Manajemen … h. 40
13
George R. Terry, Prinsip-prinsip ... h.342
14
George R. Terry, Prinsip-prinsip … h.3
27

d. Controlling dan Evaluating (Pengawasan dan Evaluasi)

Menurut Earl P. Strong bahwa “Controlling is the process of

regulating the various factors in enterprise according to the

requirement of its plans” yang berarti: Pengendalian merupakan

proses menyesuaikan berbagai faktor dalam lembaga maupun

organisasi agar sesuai dengan rencana yang telah dibuat di awal.

Control is the measurement and correction of the performance of

subordinates in order to make sure that enterprise objectives and the

plans devised to attain then are accomplished berarti: Pengendalian

yaitu mengukur dan meningkatkan kinerja bawahan agar rencana

pencapaian tujuan dapat dilaksanakan. Dalam proses pengawasan ini

dilakukan dengan mengamati sekaligus mengukur hasil kerja sehingga

mengetahui apakah berjalan dengan baik, serta apakah terdapat

kendala selama proses pelaksanaan.15

Menurut Gronlud, evaluasi adalah kegiatan untuk mengoreksi

dan memperbaiki hasil kerja yang diperoleh untuk mencapai tujuan

yang diinginkan oleh lembaga pendidikan. Di evaluasi ini juga akan

mengetahuo tingkat perubahan-perubahan apa saja yang telah terjadi

selama kegiatan ini berjalan.16

Jadi, dapat disimpulkan pengawasan dan evaluasi merupakan

tahapan yang hampir sama. Pada tahapan pengawasan dilakukan

pengamatan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kegiatan-

15 Muh. Hambali dan Mualimin, Manajemen Pendidikan Islam Kontemporer, (Yogyakarta:

IRCiSoG, 2020), hal. 35


16 Suhelayanti, dkk, Manajemen Pendidikan, (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020), hal. 31
28

kegiatan yang telah dilakukan, sedangkan evaluasi adalah prses untuk

menilai hasil kerja yang mana nantinya akan dikoreksi dan diperbaiki,

sehingga tujuan yang diinginkan akan tercapai dengan efektif dan

efisien.

Beberapa fungsi manajemen di atas, tentu berkaitan dengan

manajemen sumber daya manusia yang akan digunakan sebagai pelaksanaan

indikator fungsi manajemen. Kegiatan manajemen berperan penting dan

efektif dalam mendukung pencapaian tujuan individu, institusi, atau

organisasi.

Pengelolaan sumber daya manusia di suatu lembaga akan menyangkut

pada masalah umum dan tujuan lembga. Oleh karena itu, semua komponen

dan berbagai fungsinya harus fokus pada perencanaan yang meliputi alokasi

personel, penetapan program pelatihan untuk tugas, dan lain-lain. Hal ini

harus dilakukan untuk mengatasi adanya perkembangan jangka pendek,

menengah dan jangka Panjang. Terutama dalam persiapan sumber daya

manusia. Hal tersebut disebabkan oleh pengelolaan sumber daya manusia

dalam suatu lembaga terdapat lingkungan internal dan eksternal yang saling

berkaitan sehingga mempengaruhi lembaga tersebut.

Pengelolaan yang baik akan mempengaruhi perkembangan suatu

lembaga. Pengelola lembaga yang baik dapat terlihat persyaratan yang

terpenuhi dan memiliki perangkat kredibilitas, integritas, otoritas lembaga

dalam membuat aturan, menetapkan keputusan, dan kebijakan yang

mencerminkan pandangan dan kebutuhan suatu lembaga.


29

Dalam hal ini, dapat ditinjau bahwa melalui pengelolaan yang baik,

akan menjaga kepercayaan anggotanya, meningkatkan reputasi dan

pengaruhnya melalui interaksi yang dibangun di antara para anggotanya.

Jika tidak dikelola dengan maksimal, maka yang akan didapatkan hanyalah

menghancurkan reputasi dan mengurangi efisiensi organisasi, tetapi juga

berdampak negatif pada reputasi perwakilannya.

B. Ekstrakurikuler

Wahjosumidjo mengungkapkan dalam bukunya yang berjudul

Kepemimpinan Kepala sekolah bahwa siswa adalah pelanggan yang paling

penting untuk dilayani, sehingga siswa harus berpartisipasi secara aktif dan

tepat dalam proses belajar mengajar maupun kegiatan di luar jam pembelajaran

sekolah yang biasa disebut dengan kegiata ekstrakurikuler.17 Menurut Permen

Nomor 62 Tahun 2014 yang menjelaskan bahwa kegiatan ekstrakurikuler

adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam belajar

kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan

pengawasan satuan pendidikan.18 Pimpinan sekolah yakni kepala sekolah harus

memperhatikan tiga tujuan utama yang ingin dicapai oleh kegiatan

ekstrakurikuler, sebagai berikut:

a. Untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa,

pengetahuan teknis siswa didasarkan pada kriteria yang ada.

17
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h.
239.
18
H.M. Ali Noer, Syahraini Tambak, and Harun Rahman, „Upaya Ekstrakurikuler
Kerohanian Islam (ROHIS) Dalam Meningkatkan Sikap Keberagamaan Siswa Di SMK Ibnu
Taimiyah Pekanbaru‟, Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah, 2.1 (2017), h. 21.
30

b. Untuk melengkap upaya penanaman, penguatan dan pembentukan

nilai-nilai kepribadian peserta didik. Kegiatan yang berkaitan dengan

upaya memperkokoh ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

pelatihan kepemimpinan.

c. Memajukan dan meningkatkan bakat, minat, dan keterampilan. Tujuan

dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan keterampilan mandiri,

percaya diri dan kreatif.19

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam pelajaran, yang

dilaksanakan dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, memahami

keterkaitan antar mata pelajaran, menyalurkan baka minat serta sebagai upaya

peningkatan mutu tentang iman dan taqwa para murid kepada Tuhan Yang

Maha Esa, kesadaran berbangsa dan bernegara, budi pekerti luhur, dan lain-lain.

Sebagaimana yang dijelaskan di kebijakan pengembangan siswa yang disebut

“Empat Jalur dan Delapan Materi Pengembangan”, yang dimaksud “Emapt

Jalur” meliputi OSIS, Latihan Kepemimpinan, Kegiatan Ekstrakurikuler, dan

Wawasan Wiyatamandala. Sedangkan “Delapan Materi Pelatihan” meliputi

keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan berbangsa

dan bernegara berdasarkan pancasila, pendidikan pendahuluan bela negara,

pembentukan karakter serta beorganisasi, pendidikan kewarganegaraan dan

kepemimpinan, keterampilan dan kewirausahaan, kesegaran jasmani dan kreasi

seni.20

19
Wahjosumidjo, Kepemimpinan …, h. 264-265
20
Wahjosumidjo, Kepemimpinan …, hal. 256-257
31

Kegiatan ekstrakurikuler biasanya dilakukan pada sore hari untuk

sekolah yang masuk di pagi hari dan pagi hari untuk sekolah yang masuk di

sore hari. Kegiatan ekstrakurikuler ini sering dimaksudkan untuk menumbuh

kembangkan salah satu bminat bakat yang diminati oleh sekelompok siswa,

misalnya olahraga, seni rupa, dan berbagai kegiatan keterampilan dan

kepramukaan.21

Kegiatan ektrakurikuler dilaksanakan di luar struktur program dan

dilaksanakan di luar kelas reguler, yang dirancang untuk memperkaya dan

memperluas pengetahuan dan keterampilan siswa.22 Ruang lingkup kegiatan

ekstrakurikuler mencakup kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang serta

mendukung program di sekolah dalam mengembangkan pengetahuan,

penalaran, keterampilan, serta pengembangan sikap dalam program


23
intrakurikuler sekolah dan program kokurikuler sekolah. Ekstrakurikuler

merupakan tempat peserta didik menumbuh kembangka potensi minat bakat

sebagai bentuk perbaikan yang berakaitan langsung dengan program

kokurikuler dan intrakurikuler sekolah.24 Kegiatan ini dilakukan secara berkala

pada waktu-waktu tertentu. Ekstrakurikuler adalah kegiatan yang

diselengarakan tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan dan

wewenang disekolah dalam rangka membantu dalam menumbuh kembangkan

21
Daryanto, Administrasi dan Manajemen Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),
hal. 145- 146.
22
B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
h. 287.
23
B. Suryosubroto, Proses … h. 288.
24
Zainal Abiq dan Sujak, Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter, (Bandung: Yrama
Widya,2009), h.81.
32

potensi minat bakat peserta didik diselengarakan secara khusus oleh guru atau

tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan dan wewenang disekolah.25

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan di luar jam ini akan memperdalam

pengetahuan siswa, memperluas keterampilan, mengidentifikasi hubungan

antar mata pelajaran yang berbeda, menyalurkan keterampilan dan minat,

mendukung pencapaian dalam kurikulum, dan menyelesaikan pekerjaan untuk

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.

C. Rohani Islam (Rohis)

Rohani Islam atau yang biasa disebut Rohis didirikan pada akhir tahun

1980-an, Rohis berawal dari sebuah usaha dan keinginan untuk mendapatkan

solusi bagi para pelajar muslim dalam memperluas wawasan keislamannya,

karena jam sekolah yang sangat terbatas, maka Rohis muncul sebagai tempat

untuk memperdalam nilai-nilai Islam.26 Asal Rohani Islam tersusun dari dua

kata yang berbebada yakni Rohani dan Islam. Kata Rohani yang memiliki

makna yang berhubungan dengan roh/rohaniah.27 Sedangkan kata Islam berasal

dari Bahasa yang artinya percaya kepada Allah SWT, percaya kepada agama

yang dibawa Rasul-Nya dan Anbiya’-Nya serta berserah diri kepada Allah

SWT.

Rohis adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler di bidang keagamaan

yang diselenggarakan untuk mengimplementasikan ajaran agama telah

didapatkan di dalam kelas dan menumbuh kembangkan kepribadian peserta

25
Badrudin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta: PT Indeks, 2014), h.147.
26
Avuan Muhammad dan Rekha Rhakmawati, Rohis dari Dua Perspektif, (Sukabumi: CV
Jejak,2018) h.14
27
Departemen Pendidikan Nasional, (2013), h.960
33

didik sesuai dengan nilai-nilai Islam dan membentuk insan terdidik yang

bertaqwa kepada Allah SWT.28

Rohis merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan

di luar jam pelajaran di kelas. Bertujuan untuk mendukung dan mewujudkan

keberhasilan kegiatan pembinaan intrakulikuler, memperluas pengetahuan,

keterampilan, nilai, sikap serta menagasah cara berpikir siswa yang dapat

mempengaruhi pemahaman siswa. Rohis adalah kegiatan yang dipimpin

pelatih, biasanya dibimbing oleh guru agama Islam, dengan tujuan untuk

memperluas ilmu pengetahuan di bidang keagamaan agar siswa dapat

mencapai tujuan pembelajaran saat di sekolah. Memperluas pengetahuan,

pemikiran, dan percakapan melalui semua kegiatan ini berkontribusi pada hasil

belajar yang lebih baik.29

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan rohis sekolah merupakan sekelompok

siswa yang beragama Islam dan dikelompokkan untuk bekerja bersama dengan

tim dalam mencapai tujuan-tujuan yang dituju. Membuat suasana keislaman di

lingkungan sekolah dengan cara dakwah Islam yang dilaksanakan di sekolah

dalam rangka menunjang keberhasilan Intrakurikuler.

Dalam menentukan efektivitas sebuah organisasi maka perlu melibatkan

perilaku individu, karena di dalam organisasi tentu membutuhakn orang-orang

yang dapat bekerja sama. Suatu organisasi berjalan karena ada peran orang

yang menjadi satu sumber umum. Tujuan kegiatan ini membentuk kepribadian

28
Departemen Agama RI, Panduan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), h.9.
29
Syamsul Yusuf, (2004), Psikologi Belajar Agama, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisy,2004), h.36.
34

dalam rangka mewujudkan keinginan menjadi manusia seutuhnya supaya sehat

jasmani serta rohani serta bisa hidup sehingga kualitas iman, islam, ikhlas, dan

tauhid mengalami peningkatan.30

Adanya kegiatan Ekstrakurikuler Rohis bertujuan memberikan

pengetahuan siswa terkait materi secara detail yang telah didapatkan di kelas

sehingga dapat mengetahui kaitan antara iman, taqwa, bakat minat siswa

dengan pembelajaran yang ada di kelas sehingga dapat melengkapi usaha


31
membina peserta didik enjadi manusia yang utuh. Menurut Diroktorat

Pendidikan Menengah Kejuruan mengungkapkan mengenai tujuan pelaksanaan

kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, sebagai berikut::

1. Aspek kognitif, efektif dan psikomotorik diharapkan dapat meningkat

dengan mengikuti ekstrakurikuler sekolah.

2. Membina kepribadian peserta didik agar menjadi sebuah pembiasaan

akan mempengaruhi peningkatan minat dan bakat siswa yang berusaha

menjadi manusia utuh.

3. Mengenal dan memahami hubungan antara satu mata pelajaran yang

berbeda-beda dengan lainnya.

Dapat disimpulkan dari penjabaran di atas bahwa kegiatan rohis

menjadi sebuah tempat yang saling membagikan ilmu-ilmu keislaman

sehingga pihak sekolah terbantu dalam proses mengembangkan perilaku

keagamaan peserta didiknya. Selain itu, kegiatan ini merupakan salah satu

30
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2002) hlm. 18
31
Departemen Pendidikan Nasional, Peningkatan Wawasan Keagamaan (Islam), (Jakarta:
Balai Pustaka, 2000) hlm. 94
35

organisasi keislaman yang ada di sekolah formal dan mempunyai tujuan

untuk membekali peserta didik dengan membantu siswa menggali lebih

dalam terkait ajaran islam yang dapat membantu mereka mengembangkan

perilaku beragama.

Secara umum, adapun peran dan fungsi Rohani Islam dalam kegiatan

ekstrakurikuler, sebagai berikut:

1. Lembaga Keagamaan yang bersumber pada ajaran Islam yang

berlandasan Al-quran dan hadits. Selain itu, kegiatan ini menjadi

sentralisasi kegiatan-kegiatan remaja yang berbasis islami dan

menjadi sebuah harapan untuk melahirkan bibit-bibit berakhlak mulia.

2. Lembaga Dakwah memiliki tanggung jawab yang penting. Upaya

kegiatan dakwah ini dilakukan dengan mengatakan sesuatu atau

melakukan sesuatu untuk mengajak orang lain disebut dakwah.

Lembaga ini untuk memberikan pemhaman dan pengetahuan terkait

nilai-nilai Islam sehingga dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.

Maka, diadakannya aktivitas-aktivitas yang dapat menunjang lembaga

dakwah seperti rutinan pelaksanaan kajian islami dan berdakwah

melalui tulisan-tulisan yang dapat dibaca banyak orang.


َْ َّ ْ َ ْ ُ َُّ َ ْ َ ْ ُ ْ ُ
َ َ َْ ْ ْ َ
‫اس ثأ ُم ُر ْون ِةال َمع ُر ْو ِف َوثن َى ْين ع ِن‬
ِ ‫كنجم خير ام ٍة اخ ِرجت ِل‬
‫لن‬
ْ َّ َ َ َ َ ٰ ْ ُ ْ َ ٰ َ ‫ْ ْ َ ُْ ُْ َ ه‬
‫اّلِلۗ َول ْي ا َم َن اول ال ِكت ِب لكان خ ْي ًرا ل ُى ْمۗ ِمن ُى ُم‬
ِ ‫ال ُمنك ِر َوثؤ ِمنين ِة‬
َ ْ ُ ْٰ ُ ُ َُ ْ ََ َ ُْ ْ ُْ
١١٠ ‫المؤ ِمنين واكثروم الف ِسقين‬
36

Terjemahan: "Kamu adalah umat yang terbaik yang


dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q.S Ali-Imran: 110)”32 .

3. Lembaga Perjuangan rohis menjadi tempat pengingat mengenai

bagaimana perjuangan Rasulullah SAW dalam menegakkan Islam

dahulu dengan para sahabat yang masih berusia muda. Hal ini terbukti

dengan adanya bendera Islam berkibar dipelosok alam melalui tangan-

tangan generasi muda.33

4. Lembaga Kemasyarakatan diperuntukan untuk menjadi penilai kaum

remaja yang sengaja disiapkan untuk mampu melakukan sosialisasi.34

Kegiatan rohis berperan dalam proses pengembangan peserta didik di

aspek rohani, karena bagi para peserta didik yang mengikuti rohis secara

tidak langsung akan memiliki rasa keberagamaan yang tinggi.

Pengembangan akhlak menjadi lebih baik ialah hak paling sering tampak.

Selaras dengan hal tersebut, Wiyana mengatakan program keagamaan dapat

meningkatkan kesadaran moral beragama peserta didik, salah satunya

dengan Rohis. Dalam ekstrakurikuler ini, akan ditemui banyak aktivitas-

32
Al-Qur’an surah Ali-Imran Ayat 110
33
Ahdyati Zulfatria, “Peran Kegiatan Rohai Islam Dalam Pembentukan Perilaku
Keberagamaan Siswa Di SMK Negeri 4 Semarang”, Skripsi UIN Walisongo Semarang, 2017, h.
6
34
Abdullah Nasih Ulwan, Aktivis Islam dalam Mennghadapi Tantangan Global, (Solo:
Pustaka Al-Alaq, 2003), h. 15
37

aktivitas yang menunjang pembentukan nilai nilai perilaku religius dan

karakter-karakter peserta didik.35

Rohis adalah salah satu forum dakwah yang memiliki macam-macam

metode untuk mengembangkan keagamaan, sebagai berikut:

1. Dakwah Umum (Ammah)

Berdakwah dengan metode menyebarkan pemikiran-pemikran

Islamiyah untuk bisa mendapatkan simpati dan dukungan dari

lingkungan sekolah disebut dakwah ammah. Sifat dakwah seperti ini,

harus dibentuk semenarik mungkin, sehingga membuat objek untuk

mengikutinya36. Adapun kegiatan-kegiatan di dalam dakwah ammah

diantara lainnya, yaitu:

a. Kegiatan Menerima Peserta Didik baru

Diadakannya kegiatan ini dikhususkan untuk menerima

siswa-siswi baru, kegiatan ini memiliki fokus untuk

memperkenalkan peserta didik mengenai apa saja aktivitas-

aktivitas yang ada di rohis.

b. Sosialisasi Mengenai Problem Remaja

Kegiatan seperti ini akan membuat peserta didik tertarik

untuk mengikuti kegiatan ini, disebabkan problematika remaja

35
Mariana, “Peranan Ekstrakurikuler ROHIS (Kerohanian Islam) Dalam Mengembangkan
Sikap Religius Peserta didik Di SMA Negeri Gemolong Sragen Tahun Ajaran 2017/2018”, Skripsi
IAIN Surakarta, 2018)
36
Koesmarwanti dan Nugroho Widiyantoro, Dakwah Sekolah di Era Baru, (Solo: Era Inter
Media, 2000) hlm.139-140
38

seperti tawuran, narkoba dan seks bebas. Permasalahan-

permasalahan inilah yang sangat dekat dengan kehidupan remaja.

c. Mempelajari Dasar Keislaman

Program kajian dasar Islam di mana materi didalamnya

membahas tentang penjelasan syahadatain, akidah, mengenal

Rasul, mengenal Allah, mengenal Alquran dan mengenal Islam

sehingga dapat menjadikan pemuda bisa menyandang harapan

pendidikan islami, risalah serta solidaritas

d. Mengadakan lomba Keislaman

Aktivitas yang biasanya dilakukan adalah Peringatan Hari

Besar Islam (PHBI), kegiatan ini yang dapat mengetahui potensi

siswa-siswi di bidang keagamaan, serta menjadi kesempatan

untuk menyiarkan agama dan perkenalan (taaruf) antar kelas.

e. Majalah Dinding

Berfungsi untuk memberikan sebuah informasi-informasi

terkait keislaman untuk lingkungan sekolah.

f. Bimbingan Membaca Alquran

Kegiatan ini dilakukan secara kerjasama oleh pihak

sekolah yaitu guru agama Islam, sehingga kegiatan didukung

oleh mereka dan menjadi bagian dari penilaian mata pelajaran

agama Islam.
39

2. Dakwah Khashah (Khusus)

Proses ini dilakukan untuk membentuk calon-calon pendakwah

di lembaga pendidikan. Dakwah khashah ini khusus untuk melakukan

penyeleksian karna bersifat terbatas dalam proses pembentukan

kepribadian calon-calon pendakwah. Dakwah Khashah ini meliputi:

a. Mabit atau biasa di sebut dengan malam bina iman dan takwa.

Kegiatan ini merupakan aktivitas yang dilakukan dengan

menginap secara bersama dari maghrib atau isya dan shalat

subuh bersama menjadi akhir acara.

b. Diskusi atau Bedah Buku (Mujadalah) yaitu kegiatan yang

bercorak wawasan (tsaqaafiyah).dan pemikiran (fikriyah),

kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman,

membenarkan pemahaman peserta didik dan memperluas

wawasan .

c. Pelatihan (dauroh) tujuan dari kegiatan ini memberikan

pelatihan bagi anggota rohis. Contoh dauroh Alquran dilakukan

untuk memperbaiki cara membaca Al-quran, kelas pelatihan

untuk menguasai desainer pamflet dan lain-lain.

d. Pemberian tugas merupakan tugas mandiri yang diberikan

kepada peserta pendampingan, tugas tersebut dapat berupa tugas

menghafal Al Quran, Hadits atau tugas Dakwah.


40

D. Karakter Religius

1. Pengertian Karakter

Kata karakter secara bahasa Yunani, yaitu charassein atau “to


37 38
engrave”. Makna kata tersebut adalah mengukir, melukis. Maknanya

dapat dihubungkan dengan pandangan yang mengungkapkan bahwa

karakter merupakan Gambaran jiwa yang terealisasi dengan perilaku.

Bahasa Yunani makna karakter “to mark” yang mempunyai makna

menandai serta menitik fokuskan pada bagaimana penerapan dalam

pembentukan nilai-nilai suatu tindakan atau tingkah laku yang baik. Jika,

perilaku seseorang dikatakan sebagai orang yang memiliki tingkat laku jelek

maka tentu mempunyai sifat tidak jujur, rakus ataupun kejam, sementara

orang yang orang yang mulia perilakunya jujur, suka menolong. Sehingga

dapat diketahui bahwa karakter berhubungan erat dengan kepribadian

seseorang.

Menurut KBBI, kata karakter berarti bersifat kejiwaan, berakhlak atau


39
budi pekerti yang menjadi acuan membedakan perilaku seseoran. Pusat

Bahasa Depdiknas menuliskan bahwa karakter merupakan hati, jiwa,

kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, kebiasaan,

tempramen, watak. Jika arti kata berkarakter adalah berkepribadian,

berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak. Maka dapat disebut akhlak

37
Kevin Ryan & Karen E. Bohlin. Building Character in Schools: Practical Ways to Bring
Moral Instruction to Life. (San Francisco: Jossey Bass. 1999). h.12.
38
John M. Echols, dan Shadily, Hassan.Kamus Inggris Indonesia. (Jakarta: Gramedia.
1995).
39
Penerbitan dan Percetakan, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), (Jakarta: PT Persero,
2005), h.100
41

yang baik jika seseorang yang berusaha melakukan suatu hal dengan baik

dan semata-mata untuk Allah SWT.40 Hal ini, disebabkan oleh pembiasaan
41
yang sering dilakukan dan akhirnya menjadi sebuah karakter individu.

Beberapa penjelasan mengungkapkan bahwa nilai-nilai karakter setiap

orang berbeda-beda dan yang mencirikan dirinya dalam perilakunya.

Ada tiga unsur pokok yang terkandung dalam pendidikan karakter

yaitu mencintai kebaikan (loving the good), mengetahui kebaikan (knowing

the good), dan melakukan kebaikan (doing the good)42. Kalimat tersebut

bermakna bahwa karakter mengacu pada serangkaian motivasi, pengetahuan,

dan sikap, serta perilaku dan keterampilan. Seseorang dapat dikatakan

berkarakter (a person of character) jika perilakunya sesuai dengan kaidah

moral. Karakter memiliki komponen yang saling berkaitan erat yakni:

pengetahuan moral, perasan moral, dan perilaku moral. Oleha karena itu,

memerlukan pembiasaan dalam pemikiran hati dan tindakan.43

Pendidikan karakter akan membentuk anak memiliki karakter yang

berlandasan dengan norma tepat. Sandangan fundamental merupakan

karakter yang kuat untuk bisa memberikan kemampuan kepada manusia

sehingga bisa hidup dalam kedamaian yang dipenuhi dengan kebaikan dan

40
Syaiful Anwar, “Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Karakter Bangsa” dalam
Jurnal Pendidikan Islam, April 2020
41
M. Mahubi, Pendidikan Karakter Implmentasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan
Karakter, (Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2012), h.39.
42
Thomas Lickona. Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and
Responsibility. (New York: Bantam books. 1991). h. 30.
43
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h.
12.
42

44
kebajikan di dunia. Thomas Lickona Pendidikan mengatakan bahwa

karakter adalah sebuah pendidikan yang berguna untuk membentuk

kepribadian individu dengan pendidikan budi pekerti. Hasilnya akan terlihat

dalam perilaku nyata individu, semisal tingkah laku yang baik, bertanggung

jawab, jujur, kerja keras, menghormati hak orang lain, dan sebagainya.

Ungkapan lain juga diungkapkan bahwa pendidikan karakter adalah upaya

segala sesuatu yang dilakukan oleh pendidik untuk mempengaruhi perilku-

perilaku peserta didik. Tingkah laku ini mencakup keteladanan bagaimana

guru bertingkah laku, penyampaian materi, menghargai sesuatu, dan lain-

lain yang berkaitan.45

Pada intinya pendidikan moral berorientasi pada pembentukan bangsa

yang kuat, berakhlak mulia, kompetitif, memiliki moral, bersifat toleran,

berjiwa patriotik, saling membantu, berkembang secara dinamis,

menghargai ilmu pengetahuan, dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh

iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan pancasila.

Pendidikan karakter memiliki bebebrapa fungsi, sebagai berikut:

a. Membangun perilaku bangsa yang multikultur

b. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif

c. Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran kreatif,

dan berakhlakul karimah.

44
Muchlas Sammi dan Hariyanto, Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2014), h.41.
45
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2014), h. 23.
43

Pendidikan karakter tidak hanya terfokus pada pembiasaan untuk

membedakan hal mana yang benar dan salah (kognitif), akan tetapi

pendidikan karakter juga menanamkan bagaimaan untuk bisa merasakan

(afektif) nilai yang baik dan bisa melakukannya (psikomotor).46 Sehingga

bisa dikatakan pendidikan karakter sebagai wujud pembiasaan untuk

membedakan naik buruk sesuatu, yang kemdian akan dirapkan pada tingkah

laku kehidupan sehari-hari.

Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter

merupakan pendidikan yang sifatnya menyalurkan pengetahuan islami serta

pembinaan kepribadian peserta didik agar memiliki rakhlak mulia sesuai

nilai dan norma keislaman.

2. Pengertian Religius

Kata religius berasal dari kata dasar religi. Adapun bahasa asingnya

adalah religion yang memiliki arti agama dan kepercayaan atas kekuatan

kodrati atas manusia. Religius merupakan karakter religius yang melekat

pada diri individu. Gunawan menggambarkan tentang religius yang

dijadikan salah salah nilai karakter di sekolah, karena nilai karakter

berkaitan langsung dengan hubungan pada Tuhan Yang Maha Esa yang

mencakup pikiran, perkataan, dan perbuatan manusia yang selalu bertujuan

untuk dilandasi nilai-nilai ajaran agama. Karakter religius adalah upaya

46
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter…, h. 27.
44

untuk secara sungguh-sungguh melatih dan mendidik berbagai potensi

spiritual yang dimiliki oleh manusia, khususnya peserta didik.47

Nilai religius terdapat di dalam agama yang mempengaruhi perilaku

seseorang serta bersifat kebenaran yang mutlak dan berasal dari Tuhan. 48

Karakter religius ini sangat diperlukan oleh siswa dalam menghadapi zaman

yang berubah dan kemerosotan moral sehingga dalam hal ini siswa

diharapkan mampu memiliki perilaku yang dapat membedakan ukuran baik

dan buruk yang didasarkan dengan aturan dan ketetapan agama.49

Pernyataan-pernyataakn di atas dapat disimpulkan bahwa karakter

merupakan tabiat, tingkah laku atau perbuatan yang selalu dijalankan

sehingga menjadi sebuah kebiasaaan. Sedangkan karakter religius adalah

tingkah laku, watak atau kepribadian manusia yang dibentuk atas dasar

ajaran agama. Nilai religius adalah bahwa manusia berhubungan dengan

perilaku.

Kata religius memiliki kata dasar “religi” artinya agama. Menurut

KBBI, agama berarti sebuah kepercayaan kepada Tuhan serta agama yang

dianut dan , kepercayaan takdir manusia. Agama disebut “relegere” karena

mempunyai arti erat. Sedangkan kata religi itu sifat religi (keagamaan).

Menurut Islam, manusia dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah). Setiap

orang memiliki potensivdan kecenderungannya sendiri untuk menggali,

merenungkan dan memahami Tuhan atas hal-hal yang mutlak. Potensi dan

47
Moh Ahsanulkhaq, Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode
Pembiasaan, (Kudus: Jurnal Prakarsa Paedagogia Vol. 2 No. 1, Juni 2019), h. 23-24.
48
Muhammad Fathurrohman, Budaya Religius Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,
(Yogyakarta: kalimedia, 2015), h. 215.
49
Moh Ahsanulkhaq, Membentuk …, h. 23
45

kecenderungan ini disebut sikap hanif. Berdasarkan prinsip ini, Islam


50
menekankan prinsip bahwa setiap orang adalah homo religius. Religius

adalah kata sifat yang memiliki arti yang sama dengan kata religi yang

mengacu pada agama.

Kata religiusitas (keberagamaan) tidak bisa selalu dikatakan identik

dengan agama. Agama lebih mengacu pada lembaga kebaktian kepada


51
Tuhan dalam aturan dan hukum resminya. Sementara itu, menurut

Marzuki, agama atau religi diartikan sebagai kumpulan aturan atau

ketentuan hidup yang dikhususkan bagi manusia agar kehidupannya teratur

sehingga dapat menjalani kehidupan yang aman.52

Secara terminologi religi atau agama dalam Ensiklopedia Nasional

Indonesia mengungkapkan bahwa “Agama adalah aturan tentang bagaimana

manusia hidup dalam hubungan dengan Tuhan dan sesama, itu adalah

definisi yang sederhana. Tetapi definisi yang sempurna dan lengkap tidak

dapat dirumuskan. Agama dapat mencakup aturan, upacara, praktik, ibadah

dan kepercayaan kepada Tuhan. orang menyebut agama sebagai proses

komunikasi pribadi dengan Tuhan mereka. Agama juga disebut sebagai

acuan menjalani hidup bagaimana ia harus berpikir, bersikap dan bertindak

agar memiliki hubungan yang harmonis antar manusia dan hubungan yang

50
Sunarto, “Sistem Pembelajaran PAI Berwawasan Multikultural” dalam Jurnal
Pendidikan Islam, April 2020
51
Asmaun Sahlan, Religiuitas Perguruan Tinggi, (Malang: UIN-MALIKI PRESS), h.38
52
Marzuki, Pembinaan Karakter Mahapeserta didik Melalui Pendidikan Agama Islam di
Perguruan Tinggi Umum, (Yogyakarta:Ombak, 2012), h. 24
46

53
dekat dengan Tuhan.” Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat

Kurikulum RI mengungkapnkan pandangan bahwa religius merupakan

penjelasan perilaku yang taat dalam melaksanakan ajaran agama,

mengharagi pelakanaan ibadah agama lain dan hidup rukun damai dengan

pemeluk agama lain.

Dapat disimpulkan bahwa religi merupakan bentuk kata sifat yang

mengacu pada agama yang berkaitan dengan semua sesuatu yang

berhubungan dengan agama, hubungan antara manusia dengan Tuhan,

hubungan antara manusia dengan sesamanya, dan hubungan antar manusia

dan alam. Dalam agama Islam, religius adalah pelaksanaan ajaran agama

secara keseluruhan. Agama memiliki beberapa dimensi, sebagai berikut:54

1. Dimensi keyakinan yang mengandung tentang sebuah pengharapan

individu terhadap pendirian religius yang kuat pada pandangan teologis

tertentu dan mengakui keberadaan ajaran tersebut. Misalnya yakin akan

sifat-sifat Allah, malaikat, surga, nabi dan lain-lainnya

2. Dimensi praktik keagamaan yang menunjukkan keteguhan beragama

berupa ibadah, taat dan hal-hal yang dilakukan untuk menunjukkan hal

tersebut. Misalnya mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa, berhaji

dan lain-lain.

3. Dimensi penghayatan adalah perasaan religius yang dirasakan dan

dialami, seperti kedekatan dengan Allah SWT, ketenangan saat berdoa,

53
Khozin, Khazanah Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013)
h.59
54
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h.293-294
47

terharu mendengar pembacaan ayat-ayat suci, takut berbuat dosa, bahagia

saat doa terkabul, dan sebagainya. Dimensi ini menarik perhatian pada

kenyataan bahwa agama apapun mengandung keinginan-keinginan

tertentu.

4. Dimensi pengetahuan agama yang berkaitan dengan ilmu agama.

Sekurang-kurangnya mengenal kepercayaan dan perayaan yang berkaitan

dengan agama yang diyakini. Terutama yang ada di dalam Al-Qur’an,

hadits, ilmu fiqih dan lain-lain.

5. Dimensi pengamalan atau konsekuensi, yang merupakan penentuan

akibat keyakinan beragama, praktik, pengalaman, dan pengetahuan yang

telah dilaksanakan. Misalnya memberikan sebagian harta untuk agama

dan social dan mempererat tali persaudaraan dan lain-lain.55

Dimensi di atas dapat diwujudkan jika seseorang memiliki jiwa religius.

Ketika seseorang percaya dan menjalankan ajaran agama, mereka

mengikutinya secara keseluruhan. Maka seseorang di atas dapat menjadi

bagian dari sikap seseorang terhadap agama. Dimensi yang berbeda ini

merupakan indikator dari sikap, karakter, dan aktivitas keagamaan seseorang.

Jadi jika kelima dimensi tersebut sudah terbentuk dalam diri seseorang, secara

tidak langsung dia mempelajari agamanya. Karena dengan melewati kelima

dimensi tersebut, seseorang dapat bermukim sesuai dengan syariat agama yang

dianutnya.

55
Ulfatun Amalia, “Penanaman Nilai-nilai Karakter Religius Dalam Kegiatan HIMDA‟IS
(Himpunan Da‟i Peserta didik ) Di Madrasah Aliyah Negeri 9MAN)”, SKRISPI IAIN Purwokerto,
2018
48

Sebagai makhluk beragama, manusia dituntut untuk menganut agamanya,


56
rasa memiliki, kesetiaan dan pengabdian yang penuh terhadap agamanya.

Karena manusia memiliki fitrah iman terhadap Tuhannya. Berikut indikator

untuk mengetahui sikap religius manusia, sebagai berikut:

a. Taat menjalankan perintah dan larangan agama

b. Memiliki rasa semangat saat mengkaji ajaran agama

c. Giat mengikuti kegiatan keagamaan

d. Toleransi terhadap simbol-simbol keagamaan

e. Dekat dengan Al-Quran

f. Menentukan pilihan berdasarkan agama

g. Menjadikan ajaran agama untuk landasan pengembangan ide57

Penanaman nilai-nilai karakter religius dapat menumbuh kembangkan

perilaku religius. Nilai-nilai religious akan menggambarkan kehidupan yang

berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan beragama.

Kehidupan beragama terdiri dari tiga unsur utama, yaitu iman, ibadah dan

akhlak, yang menjadi pedoman untuk bertindak sesuai dengan aturan ilahi

untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Faktor yang mendukung

pembentukan karakter religius misalnya:58

56
Muhaimin, Paradigma …, h.66
57
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 12
58
Ali Noer, dkk. “Upaya Ekstrakurikuler Kerohanian Islam (ROHIS) dalam Meningkatkan
Sikap Keberagamaan Peserta didik di SMK Ibnu Taimiyah Pekanbaru”, dalam Jurnal Al-Thariqah,
jilid 2, No. 2, 2017.
49

a. Kebutuhan manusia akan agama dan motivasi keagamaan merupakan

kebutuhan manusia yang timbul dari gabungan berbagai faktor yang

berasal dari perasaan beragama.

b. Manusia adalah individu yang fitrah, sehingga di dalam dirinya memiliki

indikator yang berkeinginan untuk taat dan patuh kepada Allah SWT. Hal

ini memiliki hubungan erat dengan fitrah beragama yang dimiliki

manusia. Tujuan hidup manusia tidak lain adalah hanya untuk beribadah

kepada Allah SWT yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari

sebagai sikap keberagamaan.

c. Lingkungan tempat tinggal seseorang seperti lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan

sangat penting karena mempengaruhi seseorang berperilaku religious

a. bertentangan dengan ajaran Islam.

Kehidupan beragama yang berupaya menciptakan karakter religius Islam

terdiri dari tiga unsur pokok

a. Akidah

Kata akidah berarti ikatan, sangkutan dan sebuah keyakinan.

Akidah juga dapat diartikan keimanan. Akidah atau sistem keyakinan

dibangun dengan berpondasi pada enam keyakinan yang disebut dengan

rukun iman. Sedangkan asal usul kata iman adalah percaya dengan
50

sepenuh hati. Di samping itu, menurut syara bermakna memvalidasi di

hati, dikatakan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota badan.59

b. Syariat

Di dalam bahasa, jalan menuju sumber air dikenal dengan Syariat.

Syariat adalah ketentuan yang mengatur kehidupan manusia untuk

mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Syariat melingkupi

semua aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai

anggota masyarakat, dalam hubungan dengan diri sendiri, orang lain,


60
alam dan Tuhan. Syariat mencakup semua bentuk ibadah khusus

(thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji) dan ibadah umum (muamalah)

(jual beli, hukum publik, hukum perdata, toleransi dan lain-lainnya.61

c. Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi

pekerti, kebiasaan. Kata akhlak berdasar pada kata khuluqun. Khalqun

merupakan kata dasar yang mengadung makna sebuah kejadian, buatan,

ciptaan diambil. Para ulama mengungkapkan terkait istilah akhlak, salah

satunya adalah Ibnu Maskawaih dalam karangannya Kitab Tahdzib al-

Akhlaq, beliau menuliskan bahwa akhlak adalah sebuah keadaan jiwa

manusia yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa terlebih

dahulu menelaah pemikiran dan renungannya. Ungkapan lainnya oleh

Imam Ghazali, akhlak merupakan suatu gambaran tingkah laku dalam

59
Marzuki, Pembinaan …, h.77
60
Ali Hamzah, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi, (Bandung:Alfabeta
2014), h.108
61
Aminuddin, dkk. Membangun Karakter dan Kepribadian MelAkhlahalui Pendidikan
Agama Islam. (Yogyakarta:Graha Ilmu,2006), h.37
51

jiwa yang darinya perbuatan mudah muncul tanpa dipikirkan dan

direnungkan.62

Akhlak menjadi sebuah dasar pokok ajaran agama yang akan

menciptakan karakter religius individu. Hal ini akan membuat individu

beriman kepada Allah SWT dan menjadi tanda bahwa individu berkarakter

religius sehingga menunaikan ibadah kepada Allah semata-mata untuk

mencari Ridho-Nya. Adapun akhlak yang baik sesuai yang diajarkan

Rasulullah SAW. Karakter religiusitas (keberagaman) adalah keadaan yang

berlaku dalam diri seseorang dan mendorongnya untuk berperilaku sesuai

dengan ajaran agama yang dipercayainya. Kegiatan ekstrakurikuler

mengajarkan nilai-nilai pendidikan Islam yang sejati yang dapat

menyadarkan siswa terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan Tuhan.

Maka, kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dapat meningkatkan kualitas

keimanan dan ketakwaan.63

3. Macam-macam Sikap Religius

Sikap keberagamaan adalah kondisi dalam diri seseorang yang

membuatnya bertindak sesuia kehendaknya sendiri dan ketaatan pada

keyakinannya.64 Gay Hendricks dan Kate Ludeman dalam Ari Ginanjar

menyatakan bahwa terdapat beberapa sikap religius yang tampak dalam

diri seseorang ketika menyelesaikan tugas yang diemban, sebagai berikut:

62
Muhammad Alim, Pendidikan …, h.151
63
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan …, h.167
64
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religus di Sekolah Upaya Mengembangkan PAI
dari Teori ke Aksi, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), h.70
52

a. Kejujuran. Mereka memahami bahwa ketidakjujuran dengan

pelanggan, orang tua, pemerintah dan masyarakat yang berujung

pada diri sendiri yang terjebak.

b. Bermanfaat bagi orang lain. Ini adalah bentuk sikap religius yang

diwujudkan dalam diri manusia, seperti yang terlihat dari sabda

nabi: "Sebaik-baik orang adalah orang yang paling berguna bagi

orang lain."

c. Rendah Hati adalah sikap tidak besar hati, sikap mau menerima

pendapat orang lain dan tidak memaksakan pikiran atau

keinginannya.

d. Kedisiplian yang tingg tumbuh dari semangat dan kesadaran serta

tindakan yang menjaga komitmen terhadap keberhasilan diri

sendiri dan orang lain.

e. Keseimbangan. Seseorang yang berwatak religius sangat menjaga

keseimbangan dalam hidupnya, terutama dalam empat bidang inti

kehidupannya, yakni kedekatan, pekerjaan, komunitas dan

spiritualitas.65

4. Nilai Religius

Pendidikan karakter religius adalah pendidikan yang menekankan

dan mencontohkan kelakuan keagamaan seperti nilai beribadah, nilai

berjihad, nilai amanah, nilai kebenaran, akhlak dan disiplin. Pendidikan

karakter religius biasanya menyangkut pemikiran, ucapan dan perbuatan

65
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya…, h. 67
53

seseorang, yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan atau ajaran

agama. Pendidikan karakter yang berisikan pembelajaran tentang nilai-

nilai agama biasanya seperti mengucapkan salam, berdoa sebelum dan

sesudah pembelajaran, mengadakan kebaktian dan memperingati PHBI.66

Secara spesifik, pendidikan karakter berdasarkan nilai-nilai agama yang

mengacu pada nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Islam. Nilai-nilai

karakter yang merupakan prinsip dasar pendidikan karakter yang akan

banyak kita temukan dari berbagai referensi yang ada.

Pada character building, aspek religius harus ditanamkan secara

optimal oleh orang tua dan pihak sekolah. Dimulai dari ketika seorang

anak lahir, penanaman agama harus lebih diintensifkan.67 Gordon Alport

menyatakan bahwa nilai adalah seseorang yang terpengaruh untuk

memilih keputusannya berdasarkan keyakinannya. Nilai penting ketika

mempelajari perilaku organisasi karena nilai membentuk dasar dari

perspektif kita. Nilai adalah kepercayaan atau keyakinan yang menjadi

landasan bagi seseorang atau sekumpulan orang untuk memilih tindakan

dalam menghargai sesuatu yang penting dan tidak penting di dalam

hidupnya.68 Nilai religious, sebagai berikut:

a. Nilai Ibadah

Ibadah dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa

Arab, yaitu dari masdar’abada yang berarti penyembahan.

66
Jamal Ma‟mur Usmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah.
h. 37
67
Ngainun Naim, Character Building Optimalisasi Peran Pendidikan dalam
Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa, ( Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 125
68
Muhammad Fathurrohman, Budaya …, h. 53-54
54

Sedangkan secara istlah berarti khidmat kepda Tuhan, taat

menjalankan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya. Wujud

sebuah ketaatan kepada Allah dapat dilaksankan dengan ktivitas

sehari-hari seperti shalat, puasa, zakat dan lain-lain. Nilai ibadah

harus diajarkan kepada siswa agar siswa menyadari pentingnya

beribadah kepada Allah, bahkan jika nilai ibadah harus diajarkan

kepada anak kecil yang berusia 7 tahun yakni pengajaran kepada

anak untuk menunaikan shalat.

b. Nilai Ruhul Jihad

Ruhul Jihad berarti sebuah pekerjaan atau perjuangan yag

dilakukan secara giat oleh jiwa manusia yang bergerak. Hal ini,

dikarenakan tujuan hidup manusia yaitu hablun minallah, hablun

min al-nas dan hablum min al-alam. Dalam semangat komitmen

jihad, realisasi diri dan prestasi selalu didasarkan pada sikap

berjuang dan ikhtiar yang tulus.

c. Nilai Keteladanan

Nilai keteladanan akan tercermin dalam perilaku tenaga

pendidik. Nilai teladan berperan penting dalam dunia pendidikan

dan proses pembelajaran. Ibnu Rusn mengutip nasehat Al-Ghazali

yang berpesan mengenai guru akan selalu menjadi teladan dan

pusat perhatian bagi murid-muridnya.


55

d. Nilai Akhlak dan Kedisiplinan

Menurut Ibnu Maskawih, akhlak adalah keadaan jiwa

seseorang yang terdorong untuk bertindak tanpa prasangka.

Sebaliknya, kedisiplinan adalah cara manusia untuk rutin beribadah

setiap hari, ketika seseorang beribadah tepat waktu, otomatis nilai

kedisiplinan sudah tertanam dalam dirinya.69

Menghadapi perkembangan zaman yang semakin banyak memiliki

tantangan yang kompleks mengakibatkan kemerosotan moral, siswa

membutuhkan karakter yang religius. Dalam hal ini, siswa diharapkan

mampu mengikuti dan berperilaku sesuai dengan syarat baik dan buruk
70
berdasarkan aturan dan peraturan agama. Untuk memahami nilai

religius ini, orang memahami bahwa ketika mereka berperilaku, mereka

mengetahui pentingnya hubungan antara Tuhan dan manusia dalam

kehidupan beragama sesuai aturan agama untuk mencapai kemakmuran

dan manfaat di dunia dan di akhirat.

Menurut Zuberdi nilai karakter religius yang berlaku dalam

kehidupan manusia dikelompokkan menjadi dua nilai karakter yakni,

sebagai berikut:71

a. Nilai Ilahiyah

Nilai ilahiyah merupakan nilai yang berkaitan dengan

ketuhanan atau Hablum Minallah dimana esensi ketuhanan adalah

69
Muhammad Fathurrohman, Budaya …, h. 60-63
70
Nasrullah Nurdin, Pedoman Pembinaan Rohis di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta:
Erlangga, 2018), h. 89
71
Zubaedi, Desain …. h.73
56

agama. Mengajarkan nilai-nilai agama merupakan nilai inti dari

pendidikan. Nilai-nilai intinya adalah:

1) Iman yang merupakan sikap batin yang merupakan keimanan

yang teguh kepada Allah Subhanahu Wataala.

2) Islam yang berkaitan erat setelah iman adalah ketakwaan

kepada-Nya, meyakini bahwa segala sesuatu yang berasal

dari Allah yang membawa kebaikan dan ketakwaan kepada-

Nya.

3) Ihsan, yaitu sadar yang paling dalam bahwa ketika kita

berdoa, kita merasa seolah-olah melihat Allah dan jika kita

tidak bisa, maka kita yakin bahwa Allah selalu melihat kita.

4) Taqwa adalah sikap menaati ketetapan Allah dan menjauhi

larangan-Nya.

5) Ikhlas merupakan sikap murni dalam perilaku dan perbuatan

tanpa pamrih hanya karena Allah Subhana Wata'alaa.

6) Tawakkal adalah sikap selalu berserah diri kepada Allah

dengan penuh pengharapan kepada Allah Subhana Wataalaa.

7) Syukur merupakan sikap penuh rasa terima kasih dan

penghargaan atas nikmat dan karunia yang telah

dianugerahkan oleh Allah Subhana Wataaala.

8) Sabar merupakan sikap yang sadar akan asal usul dan tujuan

hidup, yaitu Allah Subhana wataaalaa.


57

b. Nilai Insaniyah

Nilai insaniyah merupakan nilai yang berkaitan dengan

sesama manusia atau hablum minan naas, yang meliputi perilaku

yang disertai dengan nilai insaniyah, seperti: 72

1) Silaturahmi, yaitu menjalin persaudaraan dengan rasa cinta

kasih.

2) Alkhuwah, yaitu semangat persaudaraan

3) Al-Adalah, yaitu wawasan yang seimbang

4) Husnudzon, yaitu berprasangka baik kepada sesama manusia

5) Tawadhu, yaitu sikap rendah hati

6) Al-wafa, yaitu menepati janji

7) Amanah, yaitu sikap dapat dipercaya

8) Iffah, yaitu sikap penuh harga diri tetapi tidak sombong, dan

tetap rendah hati.

9) Qowaniyah, yaitu sikap tidak boros

5. Metode Penanaman Nilai-nilai Karakter Religius

Metode merupakan cara yang berkaitan dengan penyelenggaraan

kegiatan belajar warga belajar, seperti belajar individu, belajar kelompok

atau belajar massal.73 Kata metode di dalam bahasa Arab disebut Thariqat,

dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti “cara yang teratur dan

terencana untuk mencapai suatu tujuan”. Dari sini dapat dipahami bahwa

metode berkaitan dengan suara yang harus dilalui untuk menyampaikan

72
Zubaedi, Desain …. h.95
73
Anisah Basleman, Syamsu Mappa, Teori Belajar, (Bandung: Rosdakarya, 2011), h.158
58

pokok bahasan guna mencapai tujuan pengajaran. Metode pengajaran adalah

cara penyampaian materi pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

Penerapan metode di kelas dapat menentukan keberhasilan proses

pembelajaran yang tersusun dari sistem pembelajaran.74 Ada beberapa cara

untuk melakukan penanaman nilai-nilai karakter religius agar pendidikan

karakter yang diberikan dapat berjalan seperti yang diharapkan, antara lain:

a. Metode pembiasaan

Seseorang tumbuh dengan iman yang benar, menghiasi dirinya

dengan etika Islam di atas dengan nilai-nilai spiritual yang tinggi dan

sebagai kepribadian utama ketika dia memiliki dua faktor; Pendidikan

Islam dan lingkungan yang baik.75

Penerapan metode pembiasaan dapat dilakukan dengan

membiasakan siswa melakukan hal-hal positif dalam kehidupan

sehari-hari. Menanam nilai-nilai perilaku religius yang dipraktikkan

oleh Rohis (Rohani Islam) menggunakan pembiasaan yang sangat

efektif digunakan dalam semua kegiatan yang ada dimana siswa dapat

membiasakan diri untuk datang tepat waktu, baik rapat pengurus,

program pendampingan, dan lain sebagainya.

b. Metode Keteladanan

Keteladanan merupakan indikator penting dan menjadi salah

satu penentu dalam usaha menumbuhkan nilai religius peserta didik.

74
M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta:Ciputat Press,
2002), h. 31
75
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani,2007),
h, 142
59

Rasulullah SAW menggunakan metode ini dalam menyampaikan

wahyu dengan sifat-sifat mulia, baik spiritual, moral, dan intelektual.

Sehingga umat manusia dapat meneladaninya dengan mengambil

pelajaran dari itu serta dapat memenuhi panggilannya, metodenya

dalam Ibadah keutamaan, akhlak mulia dan terpuji.76

Guru dan orang tua adalah sebaik-baik pendidik yang memberi

contoh kepada siswa untuk menanamkan nilai-nilai agama secara

lebih efektif kepada siswa. Menjadi teladan adalah salah satu cara

yang paling efektif untuk mengajarkan nilai-nilai agama. Keteladanan

bisa lebih diterima ketika orang terdekat Anda menjadi panutannya.

Misalnya seorang guru harus memberikan contoh yang baik kepada

muridnya.

c. Metode Dengan Memberikan Reward dan Sanksi

Dalam rangka mendorong dan mempercepat penanaman nilai-

nilai agama, lembaga pendidikan hendaknya memberikan

penghargaan kepada siswa yang berprestasi dan menghukum siswa

yang melanggar tata tertib sekolah. Penghargaan lebih baik

dilaksanakan pada akhir tahun, sedangkan hukuman diberikan setiap

kali terjadi pelanggaran, sebagai proses pelatihan mental. Karena

sesuatu yang negatif menyebar ke orang lain lebih cepat dan sulit
77
untuk dicegah. Hadiah bagi peserta didik yang rajin harus dapat

menumbuhkan motivasi, sehingga mendorong siswa untuk termotivasi

76
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan …, h. 142
77
Jamal Ma‟mur Usmani, …, h.180
60

dan bersaing untuk kebaikan. Jika nilai-nilai karakter religiusitas

tersebut diwujudkan dalam diri para murid dan jika dibimbing dengan

baik maka akan tumbuh menjadi jiwa yang religius.

Anda mungkin juga menyukai