Anda di halaman 1dari 10

5

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sistem

Beberapa pengertian sistem menurut para ahli adalah sebagai berikut


(Sutabri, 2012) :
1. Secara sederhana, sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan dari
unsur ataupun variabel yang sudah terorganisir dan saling berinteraksi satu
sama lain.
2. Menurut Gordon B. Davis, sistem dapat berupa abstrak atau fisis. Sistem
yang abstrak adalah sistem yang tersusun secara teratur dari gagasan-
gagasan atau konsepsi yang saling bergantung satu sama lain. Sedangkan
sistem yang fisis adalah serangkaian unsur yang bekerja sama untuk
mencapai suatu tujuan.
3. Menurut Norman L. Enger, suatu sistem terdiri atas kegiatan-kegiatan
yang saling berhubungan satu sama lain guna mencapai tujuan-tujuan
suatu perusahaan.
Sedangkan definisi sistem dalam ilmu teknik adalah suatu
perangkat/algoritma yang beroperasi berdasarkan sinyak input dengan
mengikuti aturan tertentu biasanya berupa persamaan matematik kemudian
menghasilkan sinyal output.
(ARENA 14.0 Simulation Software Training oleh BINUS University, 2013)

2.2 Pengertian Model

Model adalah suatu bentuk sederhana dari sebuah sistem yang ada
dengan memperhatikan faktor-faktor yang dianggap penting dan
mengabaikan faktor-faktor yang tidak penting. Dengan demikian, model
dapat diartikan sebagai gambaran abstrak suatu sistem yang ada beserta
proses yang terjadi dalam sistem tersebut. Terdapat empat jenis model
berdasarkan model simbolik yaitu, (Assegaf, 2013):
1. Model skokastik merupakan model yang mencakup distribusi
kemungkinan untuk input dan memberikan serangkaian nilai dari
sekurang-kurangnya satu variabel output dengan probabilitas yang
berkaitan setiap hari.
2. Model deterministik merupakan model yang digunakan untuk
memecahkan berbagai persoalan yang sudah pasti.
3. Model statis merupakan model yang berhubungan dengan keadaan sistem
yang tidak mempertimbangkan perubahan waktu dan biasanya melibatkan
pembangkitan bilangan acak untuk menjalankan simulasi.
4. Model dinamis adalah model yang berhubungan dengan keadaan sistem
yang dapat mengalami suatu proses perubahan akibat aktivitas tertentu
setiap saatnya.

2.3 Simulasi

Simulasi adalah proses perancangan model dari suatu sistem nyata


dengan melaksanakan eksperimen-eksperimen terhadap model tersebut untuk
6

memahami tingkah laku sistem dan menyusun strategi sesuai dengan batas
yang telah ditentukan oleh beberapa kriteria sehubungan dengan sistem
operasi tersebut.
Dalam melakukan simulasi terdapat 5 langkah pokok yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Tentukan permasalahan.
2. Formulasikan model simulasi.
3. Ujilah model kemudian bandingkanlah tingkah laku sistem baru
dengan tingkah laku dari sistem nyata.
4. Lakukan percobaan-percobaan terhadap model simulasi.
5. Jalankan simulasi dan analisa data.
Terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam melakukan model
simulasi, yaitu:
1. Tidak semua sistem dapat direpresentasikan dalam model matematis
sehingga simulasi merupakan alternatif yang tepat.
2. Dapat melakukan eksperimen tanpa adanya resiko pada sistem nyata.
tanpa harus menanggung resiko terhadap sistem yang berjalan.
3. Dapat mengestimasi kinerja sistem pada kondisi tertentu dan
memberikan alternatif terbaik sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan.
4. Simulasi memungkinkan untuk melakukan studi jangka panjang
dalam waktu relatif singkat.
5. Dapat menggunakan input data yang bervariasi.
Sedangkan kekurangannya yaitu :
1. Kualitas dan analisis tergantung pada pembuat model.
2. Hanya dapat mengestimasi karakteristik sistem berdasarkan masukan
tertentu.
(Assegaf, 2013)

2.4 Software ARENA

Software simulasi ARENA merupakan salah satu software simulasi


general purpose yang berbasiskan pada Graphical User Interface (GUI) yang
dibuat oleh Systems Modeling Corp., USA. Pada arena 14.0 Simulation
Software Training oleh BINUS University (2013) dijelaskan modul pada
simulasi ARENA, yaitu:

2.4.1 Panel Basic Process


A. Modul - Modul Flowchart
1. Modul Create
Modul ini digunakan sebagai awal mula masuknya entitas pada
suatu model simulasi. Entitas ini akan dibuat penjadwalan berdasarkan
waktu antar kedatangan. Setelah itu entitas akan meninggalkan modul ini
untuk memulai proses dalam sistem.
2. Modul Dispose
Modul ini merupakan titik akhir dari perjalanan entitas pada model
simulasi.
3. Modul Process
Modul ini merupakan proses utama dalam model simulasi. Pada
kotak proses menampilkan nama dari proses itu sendiri, tipe dari proses
7

yaitu standar atau submodel. Kemudian ada logika yang menampilkan


aksi dari proses, dan terdapat tipe distribusi yang digunakan serta unit
waktu yang digunakan.
4. Modul Decide
Modul ini menunjukan proses pengambilan keputusan dalam
sebuah sistem. Dimana pilihan untuk membuat keputusan berdasarkan
pada satu atau lebih kondisi dan satu atau lebih probabilitas. Jika
berdasarkan kondisi maka bisa menggunakan nilai attribute (priority),
nilai variable, tipe entitas atau expression.
5. Modul Batch
Modul ini menunjukan mekanisme kelompok dalam model
simulasi. Modul batch dapat berupa kelompok permanen atau sementara.
Modul batch sementara harus dibagi menggunakan modul separate.
Entitas yang datang menuju modul batch akan ditempatkan dalam suatu
antrian sampai jumlah yang telah ditentukan.
6. Modul Separate
Modul ini untuk membagi entitas dari modul batch sebelumnya.
7. Modul Assign
Modul ini untuk memasukan nilai baru ke dalam variable, entitas,
attribute, tipe entitas, gambaran entitas atau sistem variable yang lainnya.
8. Modul Record
Modul ini digunakan untuk mengumpulkan statistik dalam model
simulasi. Berbagai macam statistik penelitian dapat diterapkan seperti
waktu antar keluaran melalui modul, statistik entitas (waktu, biaya, dan
lainnya), dan statistik interval (dari tanda waktu sementara ke waktu
simulasi biasa).

B. Modul – Modul Data

1. Modul Entity
Modul data ini menjelaskan berbagai macam tipe dari entitas dan
memberikan nilai gambaran dalam simulasi.
2. Model Queue
Modul data ini dapat digunakan untuk mengubah aturan ranking
untuk antrean yang spesifik. Aturan yang biasa digunakan adalah first in
dan first out namun pada modul ini terdapat ruang tambahan untuk
antrean yang ditempati entitas.
3. Modul Resource
Modul ini didefinisikan sebagai sumber/resource dalam sebuah
sistem simulasi.
4. Modul Variable
Modul data ini digunakan untuk mendefinisikan dimensi variabel
dan nilai awal. Variabel dapat diambil dari modul lain seperti modul
decide, modul assign, dan dapat digunakan pada segala ekspresi.
5. Modul Schedule
Modul data ini digunakan dengan modul resource untuk
mendefinisikan jadwal pengoperasian.
6. Modul Set
Modul data ini mendefinisikan berbagai macam tipe dari sets yaitu
resources, counter, tally, entity, type, dan entity pictures. Resource sets
8

dapat digunakan dalam modul process. Counter dan tally sets dapat
digunakan dalam modul record. Queue sets dapat digunakan dengan
menggunakan seize, hold, acess, request, leave, dan allocate pada panel
advance process dan advance transfer.

2.4.2 Panel Advance Process

A. Modul-Modul Flowchart
1. Modul Hold
Modul ini digunakan untuk menahan entitas dalam sebuah antrean
dengan menunggu sinyal dimana jika entitas sedang menunggu sinyal,
modul sinyal harus digunakan pada model untuk mengikuti pergerakan ke
modul berikutnya. Jika entitas tertahan untuk kondisi tertentu agar
menjadi true, entitas akan kembali pada modul sampai kondisi menjadi
true. Ketika entitas terus menerus tertahan, maka modul remove
digunakan untuk melanjutkan pemrosesan.
Pada modul ini terdapat beberapa data yang dapat digunakan diantaranya:
 Name : nama dari modul yang akan digunakan
 Wait for Value : jumlah entitas yang akan menunggu
 Type : wait for signal, scan for condition, dan infinite hold
 Queue type
 Queue name
2. Modul remove
Modul ini digunakan untuk menghilangkan entitas dari posisi
yang telah ditentukan dalam antrian dan mengirimnya ke modul
designated. Pada modul ini terdapat beberapa data yang harus diisi yaitu
name, queue, dan rank of entity.

2.4.3 Panel Advance Transfer

A. Modul-Modul Flowchart
1. Modul Route
Modul ini digunakan untuk mengirim sebuah entitas ke station
yang telah ditentukan atau ke station berikutnya. Dalam modul ini
terdapat beberapa data yang harus diisi diantaranya name, station name,
destination type (station, by sequence, attribute, expression), route time
(EXPO (Mean), NORM (Mean, StdDev), dan lainnya), serta units (hour,
seconds, days, minutes).
2. Modul Station
Modul ini mendefnisikan lokasi station dimana proses itu
berlangsung. Dalam modul ini terdapat beberapa data yang harus diisi
yaitu name, station name, station type, report statistic, dan parents
activity area.
9

2.4.4 Analisis Input Data

Pada arena 14.0 Simulation Software Training oleh BINUS University


(2013) menjelaskan mengenai penginputan data pada model simulasi yaitu:
1. Buatlah sebuah text file (.txt) yang berisi matrik set data yang telah
dikumpulkan menggunakan notepad kemudian data disimpan. Matrik set
data diperoleh melalui sejumlah data yang dibangkitkan secara acak
dengan menggunakan program MS.Excel.
2. Buka software simulasi ARENA, lalu membuka input analyzer dari menu
tools. Dan buat sebuah field baru (File > new).
3. Masukkan data matrik yang disimpan ke dalam input analyzer (File >
Data File > Use Existing).
4. Langkah terakhir adalah melakukan fitting distribusi (Fit >
poisson/normal/exponential)

2.5 Verifikasi

Verifikasi model memastikan bahwa pemrograman komputer dan


implementasi konseptual model sudah benar dan terbebas dari error.
Verifikasi model merupakan proses yang akan menentukan apakah konseptual
model sudah menggambarkan sistem yang nyata atau tidak. Verifikasi
berkaitan dengan menentukan bahwa fungsi simulasi misalnya mekanisme
time-flow, pembangkit bilangan acak, pembangkit variasi acak dan model
komputer telah diprogram dan dilaksanakan dengan benar (Utami, 2013).

2.6 Pengukuran Waktu Kerja (Time Study)

Ada beberapa teknik yang digunakan dalam pengukuran kerja yaitu,


(Bahri, 2011):
1. Secara langsung
- Jam henti (stopwatch jam)
- Sampling kerja (work sampling)
2. Secara tidak langsung
- Data waktu baku (standard data)
- Data waktu gerakan (predetermined time system) yang terdiri dari :
 Work Factor (WF) system
 Maynard Operation Sequence System (MOST System)
 Motion Time Measurement (MTM System)

2.6.1 Teknik Jam Henti (Stopwatch)

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti dilakukan dengan


menggunakan stopwatch dimana metode ini mulai diperkenalkan oleh
Frederick W. Taylor.
Metode ini baik digunakan untuk pengukuran pada situasi yaitu :
a. Terdapat siklus kerja yang berulang dengan durasi waktu pendek hingga
panjang.
b. Operasi baru dapat dilakukan tanpa standar hingga pengukuran dilakukan.
c. Terdapat variasi kerja yang berbeda-beda.
d. Adanya elemen-elemen pengendali proses menyusun satu bagian siklus.
10

Pengukuran dengan jam henti dilakukan dengan metode pengukuran


waktu secara berulang-ulang (repetitive timing). Pada metode ini jarum
penunjuk selalu dikembalikan lagi ke posisi nol pada setiap akhir pengukuran
sebuah elemen. Dari hasil pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang kemudian akan berlaku bagi semua
pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama.
(Bahri, 2011)

2.7 Keseimbangan Lini (Line Balancing)


2.7.1 Definisi Line Balancing

Keseimbangan lini merupakan suatu metode penugasan sejumlah


pekerjaan ke dalam stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini
produksi, dimana setiap stasiun kerja memiliki waktu yang tidak melebihi
waktu siklus yang telah ditentukan dari stasiun kerja tersebut.
(Gozali, Widodo, & Bernhard, 2012)

2.7.2 Permasalahan Dalam Line Balancing

Terdapat beberapa masalah yang sering dihadapi dalam lintasan


poduksi yaitu:
1) Adanya kendala sistem yang berhubungan dengan fungsi perawatan.
2) Beban kerja pada beberapa stasiun kerja harus seimbang untuk mencapai
tingkat efisiensi yang tinggi dan memenuhi produksi yang telah
direncanakan.
Adanya ketidakseimbangan lini produksi disebabkan karena adanya
stasiun kerja yang sibuk dan idle secara mencolok serta adanya work in
process pada beberapa stasiu kerja. Beberapa hal yang dapat mengakibatkan
terjadinya ketidakseimbangan lini produksi antara lain:
1. Perancangan lintasan yang salah.
2. Peralatan/mesin yang sudah tua sehingga sering mengalami breakdown
dan perlu diatur ulang.
3. Tenaga kerja yang kurang terampil.
4. Metode kerja yang kurang baik.
(Gozali, Widodo, & Bernhard, 2012)

2.7.3 Tujuan Line Balancing

Adapun tujuan lintasan produksi yang seimbang yaitu (Gozali,


Widodo, & Bernhard, 2012) :
1. Menyeimbangkan beban kerja untuk setiap stasiun kerja sehingga
pekerjaan dapat selesai dalam waktu yang seimbang.
2. Mencegah terjadinya bottleneck.
3. Menjaga lini produksi agar tetap berlangsung dengan lancar dan
berkelanjutan.
11

2.7.4 Faktor Penentuan Allowance dan Performance Rating

Penyesuaian performance rating perlu diperhatikan karena adanya


faktor-faktor yang tidak sesuai terjadi selama proses kerja berlangsung.
Contohnya adalah operator bekerja tanpa kesungguhan, operator menemui
kesulitan, dan lain-lain sehingga dapat mempengaruhi kecepatan kerja. Salah
satu metode yang digunakan untuk menentukan besarnya penyesuaian adalah
metode westinghouse (Bahri, 2011).
Untuk penyesuaian ketrampilan dibagi menjadi enam kelas, yaitu:
1. Super skill
2. Excelent skill
3. Good skill
4. Average skill
5. Fair skill
6. Poor skill
Untuk effort yang dimaksud adalah kesungguhan yang ditunjukkan
oleh operator ketika melakukan pekerjaannya. Dimana dibagi menjadi enam
kelas, yaitu:
1. Excessive effort
2. Excellent effort
3. Good effort
4. Average effort
5. Fair effort
6. Poor effort
Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas yaitu Ideal, Excellent,Good,
Average, Fair, dan Poor.
Faktor lain yang juga harus diperhatikan adalah konsistensi
(consistency). Faktor ini sangat penting karena pada kenyataannya bahwa
setiap pengukuran waktu kerja tidak pernah semuanya sama, waktu
penyelesaian yang ditunjukkan oleh pekerja selalu berubah dari satu siklus ke
siklus lainnya. Konsistensi juga dibagi menjadi enam kelas yaitu Perfect,
Excellent, Good, Average, Fair, dan Poor. Seseorang yang bekerja dengan
sempurna adalah yang dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang tetap
dari satu siklus ke siklus lainnya. Konsistensi poor terjadi apabila waktu
penyelesaiannya berselisih jauh dari rata-rata. Sedangkan konsistensi rata-rata
adalah apabila selisih antar waktu penyelesaian dengan rata-ratanya tidak
besar walaupun ada satu/dua yang letaknya jauh.
Dengan melihat tabel westinghouse yang terdapat pada lampiran maka
nilai p dapat ditentukan dengan cara :
P = 1 + total nilai performance dari empat faktor
Dalam perhitungan waktu baku (Wb) akan ditambahkan faktor
kelonggaran (K) di dalamnya sedangkan untuk waktu normal (Wn) akan
ditambahkan dengan faktor penyesuaian (P). Keduanya dapat dilakukan
setelah melakukan pengambilan sampel data waktu siklus (Ws) secara aktual.
Untuk menghitung waktu normal digunakan rumus sebagai berikut :
Waktu Normal (Wn) = Ws × p
Dimana :

Waktu Siklus (Ws) =


12

Penentuan allowance umumnya meliputi tiga hal:


1. Istirahat untuk kebutuhan perorangan
Kelonggaran waktu ini ditunjukan untuk kebutuhan yang bersifat
pribadi seperti makan, minum, dan lain-lain.
2. Kelelahan (fatique)
Kelonggaran ini diberikan karena kelelahan fisik maupun mental
setelah bekerja beberapa waktu. Terdapat beberapa faktor yang
mengakibatkan kelelahan yaitu kondisi kerja, sifat dari pekerjaan, dan
kesehatan pekerja.
3. Keterlambatan yang tak terhindarkan (Unavoidable Delay)
Kelonggaran ini diberikan untuk elemen-elemen pekerjaan yang
kemungkinan dapat terhenti karena adanya hal-hal seperti keterlambatan
datangnya material, kerusakan mesin, dan lain-lain.

2.7.5 Terminologi Line Balancing

Beberapa termonologi yang berkaitan dengan keseimbangan lini yaitu


(Gozali, Widodo, dan Bernhard, 2012) :
1. Elemen Kerja (Work Element)
Merupakan bagian dari keseluruhan pekerjaan dalam proses perakitan.
Dimana N didefinisikan sebagai jumlah total dari elemen kerja yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proses perakitan dan i adalah
elemen kerja.
2. Stasiun Kerja (Work Station)
Merupakan lokasi pada lini produksi dimana pekerjaan diselesaikan secara
manual ataupun otomatis. K didefinisikan sebagai jumlah stasiun kerja
pada lini produksi dimana K<i.
3. Waktu Proses Stasiun Kerja (Workstation Process Time)
a. Elemen pekerjaan yang diselesaikan dalam satu stasiun kerja dapat
terdiri dari satu elemen pekerjaan atau dibagi menjadi beberapa
elemen.
b. Waktu proses dalam stasiun kerja merupakan penjumlahan dari
keseluruhan waktu pengerjaan setiap elemen kerja di dalam stasiun
kerja tersebut.
4. Pembatas Diagram Keterkaitan (Precedence Constraints)
Dalam menyelesaikan suatu elemen pekerjaan seringkali terdapat urutan-
urutan terknologi yang harus dipenuhi sebelumnya.
Beberapa tipe pembatas dalam keseimbangan lini adalah :
a. Pembatas teknologi
b. Pembatas karena adanya fasilitas/mesin yang tidak dapat dipindahkan
c. Pembatas posisi
d. Zoning Constraints
5. Diagram Keterkaitan (Precedence Diagram)
Diagram keterkaitan adalah gambaran secara grafis dari suatu pekerjaan
yang memperlihatkan keseluruhan operasi pekerjaan dan ketergantungan
masing-masing operasi pekerjaan dimana ada elemen pekerjaan yang tidak
dapat diselesaikan apabila elemen pekerjaan sebelumnya tidak dikerjakan
terlebih dahulu.
13

6. Waktu Siklus (Cycle Time)


Merupakan waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
produk dari lini produksi dengan asumsi setiap perakitan mempunyai
kecepatan konstan. Nilai minimum dari waktu siklus > waktu stasiun kerja
terpanjang.

Ti maks ≤ CT ≤

Dimana :
Ti maks = Waktu operasi terbesar pada lintasan
CT = Waktu siklus
P = Jam kerja efektif per hari
Q = Jumlah produksi per hari
7. Line Efficiency (Effisiensi Lini)
Efisiensi lini produksi merupakan tingkat koefisiensian dari lintasan
produksi dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Dengan hasil efisiensi
yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa lintasan produksinya sudah baik.
Berikut adalah rumus untuk mencari efisiensi lini yaitu (Natalia,
Sinulingga, dan Siregar, 2013) :

Dimana :
Sti : Waktu masing-masing stasiun kerja (i=1,2,...)
n : Jumlah stasiun kerja
8. Balance Delay
Merupakan perhitungan ketidak efisienan pada lintasan produksi yang
disebabkan karena ketidaksempurnaan alokasi kerja diantara stasiun kerja,
yang dirumuskan sebagai berikut (Indrawan dan Hariastuti, 2013) :

9. Smoothing Index (SI)


Berikut adalah rumus perhitungan untuk smoothing index yaitu (Natalia,
Sinulingga, dan Siregar, 2013):

Dimana :
STmaks : Maksimum waktu di stasiun kerja
STi : Waktu masing-masing stasiun kerja (i=1,2,...)

2.7.6 Metode Line Balancing

Terdapat beberapa metode penyeimbangan lini perakitan yaitu (Marfuah &


Alfiat, 2014):
1. Metode Ranked Positional Weight (RPW)
Metode RPW disebut juga metode Hegelson-Bernie. Metode ini dilakukan
dengan cara menentukan bobot posisi untuk setiap elemen pekerjaan dari
suatu proses operasi dengan memperhatikan diagram keterkaitan. Cara
menentukan bobotnya adalah sebagai berikut :
14

Bobot RPW = waktu proses operasi tersebut + waktu proses operasi-


operasi berikutnya.

2. Metode Region Apporch (RA)


Dalam metode ini terdapat kelebihan dan kelemahan yang dapat menjadi
bahan pertimbangan ketika akan menggunakan metode ini. Kelebihan dari
metode ini adalah berusaha membebankan terlebih dahulu operasi yang
memiliki tanggung jawab keterdahuluan yang besar sehingga hasilnya
akan mendekati optimal.
Sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat menghasilkan sebuah solusi
yang optimal melainkan solusi yang mendekati optimal.
3. Metode Largest Candidate Rule (LCR)
Dalam metode ini juga terdapat kelebihan dan kelemahan yang dapat
menjadi bahan pertimbangan. Kelebihan dari metode ini adalah secara
keseluruhan metode ini memiliki tingkat kemudahan yang lebih tinggi
dibanding metode lainnya tetapi hasil yang diperoleh masih harus saling
dipertukarkan dengan cara trial dan error untuk mendapatkan penyusunan
stasiun kerja yang optimal. Sedangkan kelemahannya adalah didapatkan
lebih banyak operasi seri yang digabungkan ke dalam satu stasiun kerja.

Anda mungkin juga menyukai