LEADING ARTICLE Diabetes Mellitus Tipe 2 Dan Tata Laksana Terkini PDF
LEADING ARTICLE Diabetes Mellitus Tipe 2 Dan Tata Laksana Terkini PDF
PENDAHULUAN
Menurut American Diabetes Association Untuk pasien tanpa gejala khas DM, hasil
(ADA) 2010, Diabetes Melitus (DM) meru- pemeriksaan glukosa darah abnormal satu kali
pakan suatu kelompok penyakit metabolik saja belum cukup kuat untuk menegakkan di-
dengan karakteristik hiperglikemia yang agnosis DM. Diperlukan investigasi lebih lanjut
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja yaitu GDP ≥ 126 mg/dl, GDS ≥ 200 mg/dl pada
insulin atau kedua-duanya.1,2 hari yang lain atau hasil Tes Toleransi Glukosa
Oral (TTGO) ≥ 200 mg/dl. Alur penegakkan diag-
Epidemiologi nosis DM dapat dilihat pada skema di gambar 11
Diagnosis
Klasifikasi
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Association 2010 (ADA 2010), dibagi dalam 4 jenis
yaitu:
Onset DM tipe ini terjadi perlahan-lahan karena itu gejalanya asimtomatik. Adanya resistensi yang
terjadi perlahan-lahan akan mengakibatkan sensitivitas reseptor akan glukosa berkurang. DM tipe
ini sering terdiagnosis setelah terjadi komplikasi.
retinopati pada populasi klinik berkisar 10.6% s/d yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah men-
47.3% dan dalam penelitian pada populasi berki- galami penyempitan pada pembuluh darah jan-
sar 10.1% s/d 55.0%.6 tung.
kekebalan tubuh dalam menghadapi masuknya al makan, jenis dan jumlah makanan. Komposisi
virus atau kuman sehingga penderita diabetes makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat
mudah terkena infeksi. Tempat yang mudah 45%-65%, lemak 20%-25%, protein 10%-20%,
mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru, Natrium kurang dari 3g, dan diet cukup serat seki-
kulit, kaki, kandung kemih dan alat kelamin. Ka- tar 25g/hari.1
dar glukosa darah yang tinggi juga merusak sis-
tem saraf sehingga mengurangi kepekaan pen- C. Latihan Jasmani
derita terhadap adanya infeksi. Latihan jasmani secara teratur 3-4 kali seminggu,
masing-masing selama kurang lebih 30 menit.
PENATALAKSANAAN Latihan jasmani dianjurkan yang bersifat aerobik
seperti berjalan santai, jogging, bersepeda dan
Karena banyaknya komplikasi kronik yang dapat berenang. Latihan jasmani selain untuk menjaga
terjadi pada DM tipe-2, dan sebagian besar me- kebugaran juga dapat menurunkan berat badan
ngenai organ vital yang dapat fatal, maka tata- dan meningkatkan sensitifitas insulin.1
laksana DM tipe-2 memerlukan terapi agresif un-
tuk mencapai kendali glikemik dan kendali faktor D. Intervensi Farmakologis
risiko kardiovaskular. Dalam Konsensus Pengelo- Terapi farmakologis diberikan bersama dengan
laan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia 2011, peningkatan pengetahuan pasien, pengaturan
penatalaksanaan dan pengelolaan DM dititik be- makan dan latihan jasmani. Terapi farmakologis
ratkan pada 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu: terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.1 Obat
edukasi, terapi gizi medis, latihan jasmani dan yang saat ini ada antara lain:
intervensi farmakologis.1
I. OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL (OHO)
A. Edukasi Pemicu sekresi insulin:
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam peru- a. Sulfonilurea
bahan perilaku sehat yang memerlukan partisi- • Efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh
pasi aktif dari pasien dan keluarga pasien. Upaya sel beta pankreas
edukasi dilakukan secara komphrehensif dan • Pilihan utama untuk pasien berat badan normal
berupaya meningkatkan motivasi pasien untuk atau kurang
memiliki perilaku sehat.1,8 • Sulfonilurea kerja panjang tidak dianjurkan
pada orang tua, gangguan faal hati dan ginjal
Tujuan dari edukasi diabetes adalah men- serta malnutrisi
dukung usaha pasien penyandang diabetes un- b. Glinid
tuk mengerti perjalanan alami penyakitnya dan • Terdiri dari repaglinid dan nateglinid
pengelolaannya, mengenali masalah kesehatan/ • Cara kerja sama dengan sulfonilurea, namun
komplikasi yang mungkin timbul secara dini/ lebih ditekankan pada sekresi insulin fase per-
saat masih reversible, ketaatan perilaku peman- tama.
tauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri, • Obat ini baik untuk mengatasi hiperglikemia
dan perubahan perilaku/kebiasaan kesehatan postprandial
yang diperlukan.8
Peningkat sensitivitas insulin:
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi a. Biguanid9
pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki, • Golongan biguanid yang paling banyak diguna-
ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti me- kan adalah Metformin.
rokok, meningkatkan aktifitas fisik, dan mengu- • Metformin menurunkan glukosa darah melalui
rangi asupan kalori dan diet tinggi lemak.8 pengaruhnya terhadap kerja insulin pada ting-
kat seluler, distal reseptor insulin, dan menu-
B. Terapi Gizi Medis runkan produksi glukosa hati.
Prinsip pengaturan makan pada penyandang • Metformin merupakan pilihan utama untuk
diabetes yaitu makanan yang seimbang, sesuai penderita diabetes gemuk, disertai dislipidem-
dengan kebutuhan kalori masing-masing indi- ia, dan disertai resistensi insulin.
vidu, dengan memperhatikan keteraturan jadw- b. Tiazolidindion1,9
Kriteria pengendalian DM
Untuk mencegah komplikasi kronik, diper-
lukan pengendalian DM yang baik yang
merupakan sasaran terapi. Diabetes dinya-
takan terkendali baik bila kadar glukosa da-
rah, A1c dan lipid mencapai target sasaran.
Kriteria lengkap dari keberhasilan pengen-
dalian DM ini dapat dilihat pada gambar 4.
tivitas insulin, dan mengurangi lemak visceral.12 samping lebih minimal dan tidak meningkatkan
Pada penderita perlemakan hati (fatty liver), di- berat badan.1,16 Posisi Metformin sebagai terapi
dapatkan perbaikan dengan penggunaan Met- lini pertama juga diperkuat oleh the United King-
formin.13 Metformin juga terbukti mempunyai dom Prospective Diabetes Study (UKPDS) yang
efek protektif terhadap komplikasi makrovasku- pada studinya mendapatkan pada kelompok
lar.14 Selain berperan dalam proteksi risiko kardio- yang diberi Metformin terjadi penurunan risiko
vaskuler, studi-studi terbaru juga mendapatkan mortalitas dan morbiditas. UKPDS juga men-
peranan neuroprotektif Metformin dalam mem- dapatkan efikasi Metformin setara dengan sul-
perbaiki fungsi saraf, khususnya spatial memory fonilurea dalam mengendalikan kadar glukosa
function15 dan peranan proteksi Metformin dalam darah.17 Ito dkk dalam studinya menyimpulkan
karsinogenesis. Diabetes tipe-2 mempunyai bahwa metformin juga efektif pada pasien de-
risiko lebih tinggi untuk terkena berbagai macam ngan berat badan normal.18
kanker terutama kanker hati, pankreas, endome-
trium, kolorektal, payudara, dan kantong kemih. KESIMPULAN
Banyak studi menunjukkan penurunan insidens
keganasan pada pasien yang menggunakan Diabetes mellitus tipe-2 masih merupakan
Metformin.11 masalah kesehatan yang penting, khususnya
karena komplikasi kronik yang ditimbulkannya.
Pedoman tatalaksana diabetes mellitus tipe-2 Tatalaksana diabetes mellitus tipe-2 bukan ha-
yang terbaru dari the American Diabetes Associa- nya ditujukan pada kendali glikemik, tetapi juga
tion/European Association for the Study of Dia- terhadap proteksi komplikasi kardiovaskuler.
betes (ADA/EASD) dan the American Association Metformin merupakan obat hipoglikemik lini
of Clinical Endocrinologists/American College of pertama untuk diabetes mellitus tipe-2, karena
Endocrinology (AACE/ACE) merekomendasi- disamping terbukti efektif dalam kendali glike-
kan pemberian metformin sebagai monotera- mik, Metformin juga terbukti mempunyai efek
pi lini pertama. Rekomendasi ini terutama ber- protektif terhadap komplikasi kardiovaskuler,
dasarkan efek metformin dalam menurunkan disamping masih mempunyai banyak efek positif
kadar glukosa darah, harga relatif murah, efek lainnya yang sebagian masih dalam tahap pe-
nelitian.
daftar pustaka 10. Marić A Metformin – more than ‘gold standard’ in the treatment of
type 2 diabetes mellitus. Diabetologia Croatica 2010; 39-3
11. Rojas LBA, Gomes MB. Metformin: an old but still the best
1. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus pengelolaan dan treatment for type 2 diabetes. Diabetology & Metabolic Syn-
pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia 2011. hlm.4-10, 15-29 drome2013,5:6. Diunduh dari http://www.dmsjournal. com/
2. American Diabetes Association. Diagnosis And Classification Of Diabetes content/5/1/6
Mellitus. Diabetes Care 2011;34:s62-9. 12. Reinehr T, Kiess W, Kappellen T, Andler W:I nsulin sensitivity
3. Suyono S. Diabetes melitus di Indonesia. Dalam : Sudoyo AW, Setyohadi among obese children and adolescents, according to degree of
B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. weight loss. Pediatrics 2004,114:1569–1573
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. 13. Tock L, Dˆamaso A, de Piano A, Carnier J,et al: Long-Term Effects
hlm.1874-8 of metformin and lifestyle modification on nonalcoholic fatty
4. Gregg EW, Li Y, Wang J, Burrows NR, Ali MK, Rolka D, et al. Changes in liver disease obese adolescents. J Obes2010,831901:6. Article ID
Diabetes-Related Complications in the United States, 1990–2010. N Engl 831901
J Med 2014;370:1514-23 14. Holman RR, Paul SK, Bethel MA, Matthews DR, Neil HA:10-year
5. (9)Powers AC. Diabetes mellitus. In: Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, follow up of intensive glucose control in type 2 diabetes.N Engl J
Hauser SL, Longo DL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medi- Med2008, 359:1577–1589
cine. 17th Edition. United States: The McGraw-Hill Companies; 2008. 15. Wang J, Gallagher D, De Vito L,et al: Metformin activates an atypi-
hal2275-304. cal PKC-CBP pathway to promote neurogenesis and enhance spa-
6. (10)Tapp R, Shaw J, Zimmet P. Complications of Diabetes. Dalam: Gan D, tial memory formation. Cell Stem Cell2012,11:23–35
Allgot B, King H, Lefèbvre P, Mbanya JC, Silink M, penyunting. Diabetes At- 16. Rodbard HW, Jellinger PS, Davidson JA,et al: Statement by an
las. Edisi ke-2. Belgium: International Diabetes Federation; 2003:h.72-112) American association of clinical endocrinologists/American
7. Waspadji S. Komplikasi kronik diabetes: Mekanisme terjadinya, diagnosis college of endocrinology consensus panel on type 2 diabe-
dan strategi pengelolaan. Dalam : Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadi- tes mellitus. An algorithm for glycemic control. Endocr Pract
brata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat 2009,15(6):540–559.
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.hlm.1874-8 17. Prospective Diabetes Study (UKPDS) Group:Effect of inten-
8. J Piette. Effectiveness of Self-management Education. Dalam: Gan D, All- sive blood glucose control with metformin on complications
got B, King H, Lefèbvre P, Mbanya JC, Silink M, penyunting. Diabetes Atlas. in overweight patients with type 2 diabetes (UKPDS 34). Lan-
Edisi ke-2. Belgium: International Diabetes Federation; 2003:h.207-15) cet1998,352(9131):854–865.
9. Sugondo S. Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes melitus 18. Ito H, Ishida H, Takeuchi Y,et al: Long-term effect of metformin on
tipe 2. Dalam : Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. blood glucose control in non-obese patients with type 2 diabetes
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departe- mellitus. Nutr Metab2010,7:83
men Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.hlm.1882-5