Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, otot dan jaringan fibrosa.
Palpebra merupakan bagian mata yang sangat penting, karena berfungsi untuk
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Mekanisme berkedip pada
palpebra berfungsi untuk melindungi kornea dan konjungtiva karena berkedip dapat
membantu mendistribusikan sekresi kelenjar dan air mata sehingga kornea dan
konjungtiva terhindar dari dehidrasi.1 Commented [A1]: vaughan

Terdapat berbagai macam kelainan pada palpebra mulai dari kelainan pada
perkembangannya, kelainan bentuk, kelainan kelenjar, tumor, hingga keganasan.
Kelainan-kelainan ini ada yang bersifat kongenital, ada yang bersifat didapat.
Kelainan pada kelenjar palpebral diantaranya hordeolum dan kalazion merupakan
kasus yang sering ditemukan sehari-hari.2 Commented [A2]: langs

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.


Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea
kelopak dan dapat sembuh dengan sendirinya. Nyeri, merah dan bengkak adalah Commented [A3]: sidarta

gejala-gejala utamanya. Intensitas nyeri mencerminkan hebatnya pembengkakan


palpebral.3
Apabila kelenjar meibom yang terkena, timbul pembengkakan besar yang
disebut hordeolum interna. Hordeolum yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah
infeksi di kelenjar Zeis atau Moll. Hordeolum interna dapat menonjol ke kulit atau ke
permukaan konjungtiva. Hordeolum eksterna selalu menonjol ke arah kulit.1 Commented [A4]: vaughan
2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Palpebra

Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri atas kulit, otot, dan jaringan
fibrosa, yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra
sangat mudah digerakkan karena kulitnya paling tipis di antara kulit di bagian
tubuh lain. Di palpebra terdapat rambut halus, yang hanya tampak dengan
pembesaran. Di bawah kulit terdapat jaringan areolar longgar yang bisa
mengembang pada edema masif. Musculus orbicularis oculi melekat pada kulit.
Permukaan dalamnya dipersarafi nervus cranialis facialis (VII), dan fungsinya
adalah untuk menutup palpebra. Otot ini terbagi atas bagian orbital, praseptal,
dan pratarsal. Bagian orbital, yang terutama berfungsi untuk menutup mata
dengan kuat, adalah suatu otot sirkular tanpa insersio temporal. Otot praseptal
dan pratarsal memiliki caput medial superfisial dan profundus yang berperan
dalam pemompaan air mata.1
3

Gambar 1. Palpebra Superior Potongan Sagital2

Dilihat dari potongan sagittal, Palpebra terdiri dari 2 lapisan, yaitu


lapisan superfisial dan lapisan dalam. Pada lapisan superficial terdiri atas kulit
yang tipis, kelenjar keringat, kelenjar Moll dan Zeis yang berada disekitar bulu
mata. Selain itu pada lapisan superfisial terdapat serat Musculus orbicularis oculi.
Pada lapisan dalam terdapat tarsal plate yang berfungsi untuk memberi ketegasan
dan bentuk palpebra. Selain itu juga terdapat otot levator palpebra.2
Tepian palpebra ditunjang oleh tarsus, yaitu lempeng fibrosa kaku
yang dihubungkan ke tepian orbita oleh tendo-tendo kantus medialis dan
lateralis. Septum orbitale, yang berasal dari tepian orbita, melekat pada
aponeurosis levatoris, kemudian menyatu dengan tarsus. Pada palpebra inferior,
septum bergabung dengan tepi bawah tarsus. Septum merupakan sawar yang
penting antara palpebra dan orbita. Di belakangnya terletak bantalan lemak
praaponeurotik, suatu petunjuk bedah yang penting. Bantalan lemak tambahan
terletak di medial palpebra superior. Di bawah septum orbitale, palpebra inferior
memiliki dua bantalan lemak yang terpisah secara anatomis.1

h
j

Gambar 2. Tarsus sebagai Penunjang Palpebra Superior dan Inferior Commented [A5]: Bhupendra C K Patel, MD,
FRCS Professor of Ophthalmic Plastic and Facial Cosmetic
Surgery, Department of Ophthalmology and Visual Sciences,
John A Moran Eye Center, University of Utah School of
Medicine
4

2.2. Hordeolum
2.2.1. Definisi

Hordeolum ( stye ) adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di


tepi kelopak mata bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh
bakteri, biasanya oleh Stafilokok (Staphylococcus aureus). Hordeolum dapat
timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata
tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll. Hordeolum
merupakan infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang
terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna.
Sedangkan hordeolum eksterna yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah
infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.1 Commented [A6]: vaughan

2.2.2. Etiologi

Organisme penyebab yang paling sering terlibat adalah Staphylococcus


aureus.2 Commented [A7]: lang

2.2.3. Patofisiologi

Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri


Staphylococcus aureus yang akan menyebabkan inflamasi pada kelenjar
kelopak mata. Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari
kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum timbul dari infeksi pada
kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-
kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua
tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. Apabila infeksi pada
kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat
menyebabkan komplikasi konjungtiva.3 Commented [A8]: 1.Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III,
Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. 2004: Hal 92-94
5

2.2.4. Gejala, dan Tanda

Pada penderita hordeolum akan timbul gejala sebagai berikut:1


a. Pembengkakan
b. Rasa nyeri pada kelopak mata
c. Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
Tanda yang akan ditemukan pada pasien adalah sebagai berikut:
a. Eritema
b. Edema
c. Nyeri bila ditekan
d. Seperti gambaran absces kecil Commented [A9]: 2.Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III,
Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. 2004: Hal 92-94

A B

C D
A
Gambar 3. Hordeolum Eksterna A) Pembengkakan menjauhi margin palpebra B)
Hordeolum eksterna pada palpebra inferior C) Tampak titik nanah di akar bulu mata C)
Hordeolum eksterna dengan preseptal selulitis4
6

A B

Gambar 4. Hordeolum Interna A) Pembengkakan menjauhi maegin palpebra B) Titik nanah


jauh dari akar bulu mata.4

2.2.5. Diagnosis
Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Pada penyakit hordeolum dapat ditanyakan mengenai
riwayat operasi mata atau riwayat trauma. Kemudian apakah sebelumnya
mengalami kalazion atau lesi lain pada palpebra. Setelah itu dilakukan
pemeriksaan fisik terutama palpasi nodul pada palpebra. Tidak lupa
melakukan eversi untuk melihat etiologi dari pembengkakan. Gejala dan tanda
klinis yang muncul pada pasien berupa palpebra membengkak, merah, dan
nyeri. Pembengkakan terlokalisir sehingga pada umumnya berbentuk bulat.
Terdapat titik nanah pada akar bulu mata (hordeolum eksterna) atau titik
nanah menjauhi bulu mata (hordeolum interna). Dapat dilakukan pemeriksaan
slit-lamp oleh oftalmologis untuk mengevaluasi kelenjar meibom.6

2.2.6. Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk hordeolum adalah sebagai berikut:

a. Kalazion
Kalazion merupakan peradangan lipogranulomatosa kelenjar meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan
infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut. Pada Commented [A10]: 1.A K Khurana. Comprehensive
Ophtalmology. 4th edition. New Delhi: New Age International
kalazion terbentuk nodul pada palpebra yang bersifat keras dan tidak nyeri.5 (P) Limited, Publisher: 2007
7

Awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan mirip hordeolum-
dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut. Kalazion
cenderung membesar lebih jauh dari tepi kelopak mata daripada hordeolum.
Selain itu, kalazion berbeda dengan hordeolum dimana biasanya tidak
menimbulkan rasa sakit meskipun terasa kekakuan akibat pembengkakan, serta
berbeda dari segi ukurannya. Kalazion cenderung lebih besar dari hordeolum.5

A B

Gambar 5. A) Kalazion di palpebra inferior B) Pembengkakan pada kalazion menjauhi


margin palpebra
Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak
hiperemi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preurikel tidak
membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat
tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut5

b. Blefaritis

Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi
pada kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak atau margo palpebra.
Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan
kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di
dalam kelenjar didekat kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai
oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.3
8

Gambar 6. Radang pada kelopak mata

Biasanya orang sering menganggap kelelahan pada mata, mata yang


berpasir, terasa silau juga tidak nyaman bila terkena sinar matahari atau pada
saatberada pada lingkungan yang berasap, memberikan gambaran berupa mata
merah dan seperti ada benda asing di dalam mata.3 Commented [A11]: 3.Ilyas, Sidarta,Prof.dr.H. SpM. Ilmu
penyakit Mata, FKUI, 2002.
c. Preseptal Selulitis
Preseptal selulitis muncul akibat edema kelopak mata dan kulit periorbita
akibat inflamasi namun tanpa keterlibatan bola mata. Karakteristik yang akan
muncul adalah pembengkakan periorbita akut, eritem, dan hyperemia
kelopak.6

A B

Gambar 7. A) Selulitis Praseptal B) CT scan selulitis praseptal


9

2.2.7. Penatalaksanaan Commented [A12]: Yanoff, M., Duker, J. Textbook Of


Ophtalmology. Moaby Elsevier’s : 2010

Non-medika mentosa:6

1. Kompres hangat 3-5 kali sehari selama 10-15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup dengan pijatan lembut
2. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo
yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat
mempercepat proses penyembuhan.
Medika mentosa:6

1. Antibiotik topikal.
Pada hordeolum dapat diberikan antibiotik topikal seperti Oxytetrasiklin salep
atau kloramfenikol salep setiap 8 jam. Apabila kloramfenikol sediaan eye drop
diberikan 1 tetes setiap 2 jam. Apabila lesi mengering atau berhubungan dengan
blefaritis diberikan bacitracin atau eritromisin salep.

2. Antibiotik sistemik6

Untuk terapi sistemik dapat diberikan eritromisin 500mg pada dewasa dan
anak sesuai dengan berat badan atau dapat diberikan doksisiklin 100mg
sebagai antibakteri dan anti inflamasi.

Pembedahan:

Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur


pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.
Pembedahan dilakukan dengan anestesi infiltasi, kelopak mata di eversi kan
dengan clamp khusus. Kista ini kemudian diinsisi secara vertikal menembus
tarsal plate dan dilakukan kuret untuk mengeluarkan isinya. Setelah
10

pembedahan tidak perlu dilakukan penjahitan dan pasien diberikan salep


antibiotik sebagai profilaksis terjadinya infeksi.7

Gambar 8. Insisi hordeolum

2.2.8. Prognosis

Dengan pengobatan yang baik hordeolum cenderung sembuh dengan


cepat dan tanpa komplikasi. Prognosis baik apabila hordeolum tidak ditekan
atau ditusuk karena infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitar

2.2.9. Komplikasi

Komplikasi hordeolum adalah selulitis palpebra yang merupakan


radang jaringan ikat palpebra di depan septum orbita. Selain itu komplikasi
yang dapat terjadi adalah abses palpebra. Commented [A13]: 4.Yanoff, M., Duker, J. Textbook Of
Ophtalmology. Moaby Elsevier’s : 2010
11

BAB III

PENYAJIAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


Nama : An. TIN
Umur : 6 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Melayu
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Sultan Abdul Rahman Gg. Suka Mulya No. 19
Tanggal Periksa : 13 April 2017

3.2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis agar
informasi yang didapatkan lebih akurat.
3.2.1. Keluhan Utama

Bengkak di kelopak mata atas pada mata kanan

3.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Balai Pengobatan Mata dengan keluhan mata kanan bengkak
pada bagian kelopak mata atas sejak 2 hari yang lalu. Kelopak mata langsung
membesar disertai dengan rasa nyeri. Kelopak mata akan lebih nyeri saat
ditekan. Bengkak pada kelopak mata ini tidak disertai sensasi panas, juga
tidak terasa gatal. Keluhan penurunan tajam pengelihatan dan keluarnya
kotoran mata disangkal. Keluhan demam dan alergi disangkal.
12

3.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.


Riwayat trauma dan operasi mata disangkal. Pasien juga mengaku tidak
pernah mengalami keluhan mata sebelumnya. Namun sebelum dibawa ke
Balai Pengobatan Mata, orangtua pasien mangaku bahwa telah memberikan
obat tetes mata yang dibeli sendiri di apotek namun tidak terdapat perubahan.
Pasien mengaku tidak pernah menggunakan kacamata. Pasien lahir sesar
dengan berat badan normal (2,8kg) dengan status imunisasi lengkap. Tidak
terdapat kelainan pada saat pasien lahir.

3.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak terdapat keluhan yang sama seperti pasien pada keluarga. Riwayat
alergi disangkal oleh pasien dan orangtua pasien.

3.3. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Nadi : 90x/menit
Respirasi : 20x/menit
Tekanan Darah : tidak diukur
Suhu : tidak diukur
Kepala : Normocephali
Telinga : Sekret (-)
Hidung : Sekret (-)
Tenggorokan : Tidak diperiksa
Thoraks : Tidak diperiksa
Abdomen : Tidak dilakukan
Ekstremitas : Akral Hangat, edema (-)
KGB : Tidak didapatkan pembesaran
13

3.4. Status Oftalmologi


3.4.1. Foto Klinis

Gambar 9. Kedua mata pasien

Gambar 10. Konjungtiva palpebra superior kanan

3.4.2. Visus
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
5/20 Visus 5/5
- Koreksi dan Addisi -
tetap Pinhole -
- Kacamata Lama -
3.4.3. Kedudukan Bola Mata
14

Okuli Dekstra Okuli Sinistra


Tidak ada Eksoftalmus Tidak ada
Tidak ada Enoftalmus Tidak ada
Tidak ada Deviasi Tidak ada
Baik ke semua arah, Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah,
tanpa hambatan tanpa hambatan

3.4.4. Tekanan Intraokular


Okuli dekstra: tidak dapat diidentifikasi
Okuli sinistra: teraba lembut
3.4.5. Tes Konfrontasi
Lapang pandang pasien dalam batas normal
3.4.6. Funduskopi
Tidak dilakukan
3.4.7. Inspeksi
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Pergerakan (+), Palpebra Pergerakan (+), ptosis (-),
pseudoptosis (+), Superior lagoftalmos (-), edema (+),
lagoftalmos (-), edema dan Inferior eritema (-), nyeri tekan (-),
(+), eritema (+), nyeri ektropion (-), entropion (-),
15

tekan (+), ektropion (-), trikiasis (-), sikatriks (-),


entropion (-), trikiasis (-), fisura palpebra dalam batas
sikatriks (-), normal
Hiperemis (+),Nodul di Konjungtiva Hiperemis (-), Folikel (-),
superior (+) dengan Palpebra Papil (-), Sikatriks (-),
ujung keputihan, Folikel Anemis (-), Kemosis (-)
(-), Papil (-), Sikatriks (-),
Anemis (-), Kemosis (-)
Sekret (-), injeksi Konjungtiva Sekret (-), injeksi
konjungtiva (-), injeksi Bulbi konjungtiva (-), injeksi
siliar (-), penebalan epitel siliar (-), penebalan epitel
konjungtiva (-), nodul (-), konjungtiva (-), nodul (-),
perdarahan subkonjungtiva perdarahan subkonjungtiva
(-) (-)
Warna putih Sklera Warna putih
Ikterik (-), nyeri tekan (-) Ikterik (-), nyeri tekan (-)
Permukaan jernih dan Kornea Permukaan jernih dan
licin, sensibilitas baik, licin, sensibilitas baik,
edema (-), infiltrat (-), edema (-), infiltrat (-),
ulkus (-), perforasi (-), ulkus (-), perforasi (-),
sikatriks (-), arkus senilis sikatriks (-), arkus senilis
(-) (-)
Hipopion (-), hifema (-) Camera Hipopion (-), hifema (-)
Oculi
Anterior
Iris : berwarna coklat, Iris dan Iris : berwarna coklat,
Pupil : bulat, diameter ±3 Pupil Pupil : bulat, diameter ±3
mm, isokor, reflek cahaya mm, isokor, reflek cahaya
16

(+) (+)
Jernih dan bening, shadow Lensa Jernih dan bening, shadow
test (+) test (+)
Tidak dilakukan Vitreous Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
Tidak dilakukan Fundus Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
Tidak dilakukan Uji Tidak dilakukan
Fluorescein

3.4.8. Resume
Setelah dilakukan autoanamnesis, alloanamnesis dan pemeriksaan
yang dilakukan pada pasien a.n. TIN dengan keluhan bengkak di kelopak
mata atas pada mata kanan sejak 2 hari yang lalu. Kelopak mata langsung
membesar disertai dengan rasa nyeri. Kelopak mata akan lebih nyeri saat
ditekan. Bengkak pada kelopak mata ini tidak disertai sensasi panas, juga
tidak terasa gatal. Keluhan penurunan tajam pengelihatan disangkal.
Keluarnya kotoran mata disangkal. Keluhan demam dan alergi disangkal.
Tidak ada keluhan serupa, atau keluhan lainnya pada mata kiri. Pasien telah
diobati dengan obat obat tetes mata yang dibeli sendiri di apotek, namun tidak
ada perubahan.
Pada pemeriksaan tajam pengelihatan didapatkan tajam pengelihatan OD 5/20
setelah pinhole visus tetap. Kemudian tajam pengelihatan OS adalah 5/5. Pada
pemeriksaan fisik terdapat nodul berukuran 1cm x 1 cm

3.4.9. Diagnosis Kerja


17

Hordeolum interna palpebra superior dextra

3.4.10. Diagnosis Banding

Kalazion Palpebra superior dextra

3.4.11. Penatalaksanaan
a. Medika Mentosa
1) Amoxicilin dry syrup 60 ml
Diminum sebanyak 3x/hari
2) Cendo Mycos eye ointment tube no.I
Diberikan pada mata kanan 3x/hari
b. Non-Medikamentosa
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien agar menjaga kebersihan
mata dan mencuci tangan secara rutin.
 Menggunakan obat secara teratur dan kompres mata dengan air hangat
untuk mempercepat penyembuhan.
 Menjelaskan kepada penderita mengenai komplikasi yang mungkin
terjadi

3.4.12. Prognosis
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Ad Vitam Bonam Bonam
Ad Sanationam Bonam Bonam
Ad Fungsionam Bonam Bonam
18

BAB IV

ANALISA KASUS

Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki keluhan utama yaitu
kelopak mata kanan bengkak. Keluhan ini dirasakan 2 hari sebelum pasien datang ke
Balai Pengobatan Mata. Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya warna
kemerahan serta nyeri pada kelopak mata kiri bagian bawah. Terlebih saat ditekan.
Hal ini sesuai dengan keluhan subjektif dari hordeolum.
Dari hasil pemeriksaan fisik khusus dengan membalikan kelopak mata
inferior kanan terdapat benjolan yang menghadap ke konjungtiva. Hal ini sesuai
dengan keadaan klinis hordeolum interna yang terjadi apabila kelenjar Meibom
terinfeksi sehingga tampak benjolan yang agak besar dan mengarah ke konjungtiva.
Ini merupakan gambaran khas yang membedakan hordeolum interna dengan eksterna.
Pada hordeolum externa terjadi peradangan pada kelenjar Zeis dan kelenjar Moll
dimana benjolan nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar dan biasanya
ukurannya lebih kecil. Pada pemeriksaan visus juga ditemukan penurunan tajam
pengelihatan pada mata kanan dikarenakan pembengkakan palpebra yang
mempengaruhi media reflaksi dari mata.
Edema pada kelopak mata kanan superior disebabkan adanya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah. Adanya pelebaran pembuluh darah dikarenakan
adanya reaksi peradangan yang meluas sampai ke arteri konjungtiva posterior. Gejala
ini disebabkan infeksi atau peradangan pada kelenjar Meibom.
Pasien mengaku tidak pernah mengalami trauma pada mata sebelumnya.
Pasien juga mengaku tidak pernah ada riwayat operasi mata, maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa hordeolum yang diderita oleh pasien merupakan hordeolum
primer yaitu hordeolum yang disebabkan oleh infeksi bakteri, biasanya bakteri
Staphylococcus. Hal ini mungkin dikarenakan higine yang kurang baik.
Pengobatan pada pasien ini berupa non-medika mentosa yaitu kompres hangat
3-5 kali sehari selama 10-15 menit agar dapat memperbaiki drainase kelenjar sebum.
19

Pengobatan medika mentosa berupa sediaan topikal dan antibiotik oral. Antibiotik
topikal yang diberikan mengandung antibiotik dan steroid yang berfungsi untuk
mengobati infeksi serta mengobati peradangan. Apabila hordeolum tidak membaik,
maka dapat dilakukan insis dan kuretase. Prognosis pada penderita baik, karena
sebagian besar hordeolum akan sembuh sendiri, tidak berbahaya bagi mata dan tidak
mengganggu penglihatan.
20

BAB V

KESIMPULAN

Pasien datang ke Balai Pengobatan Mata dan Gigi dengan keluhan


bengkak di kelopak mata atas pada mata kanan sejak 2 hari yang lalu.
Kelopak mata langsung membesar disertai dengan rasa nyeri. Kelopak mata
akan lebih nyeri saat ditekan. Tidak ada keluhan serupa, atau keluhan lainnya
pada mata kiri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan dengan
titik pus di konjungtiva palpebra superior mata kanan. Konjungtiva palpebra
superior mata kanan juga mengalami kemerahan. Pada pemeriksaan tajam
pengelihatan didapatkan tajam pengelihatan OD 5/20 setelah pinhole visus
tetap. Kemudian tajam pengelihatan OS adalah 5/5. Pada pemeriksaan fisik
terdapat nodul berukuran 1cm x 1 cm.
Tatalaksana pada pasien ini adalah dengan pemberian salep yang
mengandung antibiotik dan steroid yang dioleskan 3 kali kali sehari serta
antibiotik sirup yang diminum 3 kali sehari. Tatalaksana lainnya yakni
kompres hangat dan edukasi tentang higine.
21

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan D. Oftalmologi Umum.Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.


2010.
2. Lang GK. Ophthalmology: A Short Textbook. 2000
3. Ilyas Sidarta H. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI. Jakarta:
2010
4. Basak, SK. Atlas of Clinical Oftalmology. Edisi 2. New Delhi, India. 2013
5. A K Khurana. Comprehensive Ophtalmology. 4th edition. New Delhi: New
Age International (P) Limited, Publisher: 2007
6. Ehlers JP,et al. The Wills eye manual. 5th edition. Philadelphia:
WoltersKluwer-Lippincot Williams & Wilkins. 2008
7. Bowling, Brad. Kanki’s Clinical Opththalmology: A Systematic Approach. 8th
Ed. 2016

Anda mungkin juga menyukai