Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENYAJIAN KASUS

1.1 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 14
April 2013.
IDENTITAS
Nama : An. WD
Usia : 1 tahun 1 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Parit Pangeran
No. RM : 789801
Tanggal MRS : 14 April 2013

Keluhan utama
BAB cair

Riwayat penyakit sekarang


Sejak 5 hari SMRS pasien mengalami BAB cair, frekuensi 4-5 kali sehari,
berampas tanpa lendir dan darah, berwarna kehijauan. Pasien juga muntah,
frekuensi 4-5 kali sehari, berisi air bercampur lendir sedikit. Pada hari ke-1
sampai ke-2, pasien belum dibawa berobat.
Pada hari ke-3 sakit, pasien dibawa berobat ke Puskesmas. Pasien diberi oralit.
Karena tidak ada perbaikan, pasien dibawa lagi berobat ke praktik dokter. Selama
2 hari kemudian, BAB cair dan muntah membaik. Namun kemudian BAB cair
kembali terjadi 5 kali pada hari ke-5, bercampur ampas berwarna kehijauan,
sehingga pasien dibawa ke Puskesmas 24 jam dan dirujuk ke RSDS.
Pasien demam turun naik. Pasien tampak haus dan menyusu kuat. Napsu makan
kurang. BAK banyak seperti biasa. Perut kembung. BB sebelum sakit 6,8 kg.

1
Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah mengalami BAB cair sebelumnya namun tidak sampai di rawat
di RS.

Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara. Tidak ada keluarga dirumah
yang juga mengalami diare.

Riwayat imunisasi
Pasien mendapatkan imunisasi hanya 1 kali, yaitu BCG.

Riwayat Kelahiran
Pasien lahir spontan, cukup bulan, dan langsung menangis. Kelahiran ditolong
dukun kampung. Berat lahir 2300 gr.

Riwayat Tumbuh-Kembang
Saat ini sudah bisa bicara beberapa kata seperti “mama” dan “susu”. Pasien
menunjukkan sikap ragu-ragu saat diajak bersalaman dengan orang asing. Pasien
bisa mengangkat badannya ke posisi berdiri tanpa bantuan dan berjalan sambil
berpegangan dengan dinding serta dapat duduk tanpa bantuan.

Riwayat Pemberian Makanan


Pasien masih mendapat ASI sampai sekarang ditambah dengan susu formula
Batita, bubur dan roti.

Riwayat Sosial ekonomi


Pasien berobat dengan Jamkesmas.

1.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 14 April 2013.

2
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
- Nadi : 120 kali/menit, teratur
- Pernapasan : 36 kali/menit, teratur, tipe torako-abdominal
- Suhu : 36,3oC

Antropometri :
- Berat Badan : 6,1 kg
- Tinggi Badan : 66 cm

Status gizi:
-BB/Umur = < persentil 3 (kurva WHO)  gizi buruk
-TB/Umur = < persentil 3 (kurva WHO)  sangat pendek
-BB/TB = -2SD sampai -3 SD (Z-scores WHO)  gizi kurang
Interpretasi =
Pasien masuk kategori gizi kurang

Status generalis :
- Kulit : turgor kulit kembali cepat dan elastis
- Kepala : pembesaran KGB oksipital (-), postaurikula (-)
- Mata : mata cekung (+/+), konjungtiva anemis(-/-), sklera i kterik (-/-)
- Telinga : tidak ada kelainan, sekret (-/-)
- Hidung : pernapasan cuping hidung (-), sekret (-/-)
- Mulut : mukosa bibir kering, sianosis perioral (-)
-Tenggorokan : faring hiperemis (-/-)
- Leher : pembesaran KGB servikal (-)
- Dada : bentuk simetris, pergerakan simetris, retraksi suprasternal (-),
retraksi intercostae (-), retraksi epigastric (-)
- Jantung : S1, S2 tunggal, reguler

3
- Paru : mengembang simetris, sonor, suara dasar vesikuler. Ronki
(-/-), wheezing (-/-)

- Abdomen
 Inspeksi : tinggi perut lebih tinggi dari dada, distensi (-), warna kulit
normal
 Auskultasi : bising usus 3-4x/menit
 Palpasi : supel, turgor kembali cepat dan elastisitas baik, nyeri tekan (-).
Hepar–lien tidak teraba, tidak teraba massa abnormal.
 Perkusi : timpani meningkat
- Genitalia : labia terbentuk sempurna, edema (-), massa (-)
- Anus : tidak ada kelainan
- Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, pucat (-), edema tungkai (-/-)

1.3 Pemeriksaan Laboratorium


Periksa darah rutin (tanggal 14 April 2013):
Leukosit = 9,3 k/uL
Eritrosit = 4,19 M/uL
Hemoglobin = 9,3 g/dl
Hematokrit = 30,1 %
Trombosit = 607 k/uL

1.4 Resume
Pada anamnesis Anak perempuan umur 1 tahun 1 bulan, dengan BAB cair 4-5
kali/hari, ampas (+), lendir (-), darah (-), warna hijau, muntah 4-5 kali /hari,
isi air, demam (+), haus (+), BAK (+), perut kembung (+).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan: KU : tampak sakit sedang, TTV dalam batas
normal, status gizi kurang, mata cekung (+), turgor kulit kembali cepat,
mukosa bibir kering (+), abdomen : lebih tinggi dari dada, BU ↑, timpani ↑,
akral hangat.

1.5 Daftar Masalah

4
 Diare akut
 Gizi kurang

1.6 Diagnosis
Diagnosis kerja
- Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
- Gizi kurang
Diagnosis banding
- Diare akut ec. Bakteri

1.7 Terapi
- IVFD RL
o Guyur 427 cc/2,5 jam
o Maintenance 20 tetes per menit
- Zinc 1x 10 mg
- Probiotik 1x1 bungkus
- Susu formula bebas laktosa
- Edukasi
o pencegahan diare berulang
o penanganan gizi kurang
 Status nutrisi : gizi kurang
 Kebutuhan nutrisi :
 BB ideal menurut TB aktual : 7,4 kg
7,4 x kebutuhan kalori per hari usia < 1 tahun
7,4 x 110 kkal/hari = 814 kkal/hari
 Cara pemberian : per oral

 Jenis Nutrisi :
ASI 70 kalori/100cc = 3 x 50 cc = 3 x 35 = 105 kalori
Susu sapi 110 kalori/200cc = 2 x 100 cc = 220 kalori
Bubur beras 175 kalori/400 gr = 175 kalori
Pisang ambon 1 buah sedang = 40 kalori
Biskuit meja 4 buah = 140 kalori
Roti putih 2 iris = 90 kalori
Telur ayam 1 butir = 50 kalori
Total = 820 kalori/hari

 Monitoring :

5
Monitor penambahan berat badan setelah terapi 2 minggu

1.8. Rencana Pemeriksaan Penunjang


- Feses rutin

1.9 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanactionam : dubia ad bonam

1.10 Follow Up

No Tanggal S O A P

6
1 15-4-13  BAB cair 2 x,  KU tampak  Diare akut membaik  IVFD RL 15 tpm
ampas (+), lendir sakit sedang dengan kesan tanpa mikro
(-), darah (-),  Nadi = 111, dehidrasi  Zinkid 1x5 ml
warna hijau RR=25,  Gizi kurang  Liprolac1x1 bks
 Muntah (-) T=36,0  Pamol 4 x 0,6 ml
 Demam (-)  Mata cekung
 Menyusu (+) (-/-)
 BAK lancar  Air mata (+/+)
 Turgor kulit
kembali cepat

No Tanggal S O A P
2 16-4-13  BAB cair 1 x,  KU tampak  Diare akut membaik  BLPL
ampas (+), lendir sakit sedang dengan kesan tanpa  Zinkid 1x5 ml
(-), darah (-)  Nadi = 119, dehidrasi  Liprolac 1x1 bks
 Muntah (-) RR=48,  Gizi kurang  Pamol 4 x 0,6 ml
 Demam (+) T=38,7 (kalau perlu)
 Menyusu (+)  Mata cekung
 BAK lancar (-/-)
 Turgor kulit
kembali cepat

BAB II
PEMBAHASAN

7
Anak perempuan umur 1 tahun 1 bulan datang dengan keluhan 5 hari
mengalami BAB cair 4-5x/hari, ampas (+), lendir (-), darah (-), warrna hijau,
disertai keluhan muntah 4-5 x/hari, isi air. demam (+), haus (+), BAK (+).
Dari pemeriksaan fisik didapatkan KU : tampak sakit sedang, TTV dalam batas
normal, status gizi kurang, mata cekung (+), turgor kulit kembali cepat, mukosa
bibir kering (+), abdomen : lebih tinggi dari dada, BU ↑, timpani ↑, akral hangat.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan dapat disimpulkan
pada pasien ini terdapat masalah berupa adanya diare akut, dan gizi kurang.
Pasien didiagnosis diare akut dengan dasar keluhan buang air besar dengan
konsistensi cair, yang frekuensinya 4-5 kali sehari dan berlangsung kurang dari 1
minggu. Secara epidemiologi, penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya
adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Penyebab diare pada kasus ini
kemungkinan adalah rotavirus, karena sebagian besar diare pada anak yaitu sekitar
60% disebabkan oleh rotavirus. Pasien mengalami dehidrasi ringan-sedang karena
berdasarkan pemantauan derajat dehidrasi, ditemukan tanda dehidrasi dimana dari
hasil pemeriksaan didapatkan mata cekung, mukosa bibir kering dan anak tampak
kehausan.
Tatalaksana pasien anak dengan diare memiliki lima elemen penting antara lain:
cairan (rehidrasi), nutrisi, seng (zink), antibiotik yang tepat dan edukasi. Pasien
diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang, rehidrasi dapat dilakukan dengan
pemberian oral sesuai dengan defisit yang terjadi, namun jika gagal dapat
diberikan secara intravena sebanyak : 75 ml/kgBB/ 3 jam. Rejimen rehidrasi
dipilih sesuai dengan derajat dehidrasi yang ada. Cairan intravena terbaik adalah
larutan Ringer Laktat (RL). Dalam kasus ini, untuk mengatasi dehidrasi ringan-
sedangnya diberikan infus RL dengan jumlah cairan= 70 ml x 6,1 kg (untuk 2,5
jam) = 427 ml/2,5 jam

Maka jumlah tetesan yang diberikan adalah:


Jumlah tetesan/menit= kebutuhan cairan x 60 = 427 x 60 = 170 tpm mikro

8
Jam 60 2,5 60
Selanjutnya diberikan cairan maintenance RL sebanyak 20 tpm mikro dengan
asumsi pasien juga mendapat intake cairan per oral mengingat pasien yang masih
kuat minum.
Selama diare, penurunan asupan dan penyerapan nutrisi serta peningkatan
kebutuhan nutrisi, sering secara bersama-sama menyebabkan penurunan berat
badan dan berlanjut ke gagal tumbuh. Gangguan gizi dapat menyebabkan diare
menjadi lebih parah, lebih lama dan lebih sering terjadi, dibandingkan dengan
kejadian diare pada anak yang tidak menderita gangguan gizi. ASI merupakan
menu yang sesuai untuk pasien ini. Selain ASI juga dapat diberikan susu bebas
laktosa.
Zink merupakan mikronutrien penting untuk kesehatan dan perkembangan
anak. Zink hilang dalam jumlah banyak selama diare. Penggantian zink yang
hilang ini penting untuk membantu kesembuhan anak dan menjaga anak tetap
sehat di bulan-bulan berikutnya. Telah dibuktikan bahwa pemberian zink selama
episode diare, mengurangi lamanya dan tingkat keparahan episode diare dan
menurunkan kejadian diare pada 2-3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini,
semua anak dengan diare harus diberi zink, segera setelah anak tidak muntah.
Zink/Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang
air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan resiko terjadinya dehidrasi
pada anak. Seng/Zink elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah
tidak mengalami diare, dengan dosis: usia di bawah umur 6 bulan: ½ tablet (10
mg) per hari; usia 6 bulan ke atas: 1 tablet (20 mg) per hari. Pada pasien ini,
sebaiknya diberikan zink elemental dengan dosis 10 mg (½ tablet) selama 10 hari.
Edukasi pada keluarga pasien sangat perlu dilakukan dengan tujuan agar
mengurangi keparahan diare dan mencegah berulangnya diare pada anak. Hal-hal
yang dapat dilakukan antara lain:
1) Memberikan ASI ( Air Susu Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada pertama
kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare
lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

9
2) Memperhatikan kebersihan botol susu. Penggunakan botol ini
memudahkan pencernaran oleh kuman ,karena botol sulit dibersihkan,
sehingga sangat dianjurkan untuk merebus botol sebelum dipakai.
3) Jangan menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan
disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercemar dan
kuman akan berkembang biak,
4) Jangan menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah
tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, Pencemaran
dirumah dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau
apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari
tempat penyimpanan.
5) Mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
6) Membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar. Sering beranggapan
bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya mengandung
virus atau bakteri dalam jumlah besar. Sementara itu tinja binatang juga
dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

Edukasi untuk asuhan nutrisi pada pasien ini juga penting, mengingat pasien ini
masuk kategori gizi kurang. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa kebutuhan
energi pada pasien ini adalah 814 kkal/hari untuk mengejar kekurangan berat
badan yang dialaminya. Sehingga dapat dibuat rekomendasi menu sehari-hari
yang mudah dan praktis untuk diikuti oleh orang tua pasien, berupa ASI, susu
formula, bubur beras, biskuit, pisang ambon, roti putih dan telur ayam. Monitor
keberhasilan asuhan nutrisi ini dilakukan tiap 2 minggu. Dikatakan berhasil
apabila terdapat kenaikan berat badan minimal 50 gram setiap 2 minggu.
Prognosis pada anak umumnya baik dengan pengawasan dan terapi yang
adekuat. Jika dalam 1-2 hari frekuensi dan volume diare berkurang dan nafsu
makan membaik maka pasien boleh pulang.
Orang tua diminta untuk membawa kembali anaknya ke Pusat Pelayanan
Kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau

10
minum sedikit, sangat haus, diare semakin sering, atau belum membaik dalam 3
hari.

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Diare Akut


3.1.1 Definisi
Buang air besar lebih dari tiga kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan
berlangsung kurang dari satu minggu.

3.1.2 Etiologi
Etiologi diare pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan
tetapi kini, telah lebih dari 80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat
diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan
diare pada anak dan bayi.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 – 60%)
sedangkan virus lainnya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus,
Minirotavirus.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia,
Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium difficile,Clostridium
perfringens, E coli, Pleisiomonas,Shigelloides, Salmonella spp, Staphylococus
aureus, Vibrio cholerae dan Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare
oleh parasit adalah Balantidium coli, Capillaria phiplippinensis,
Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia, Isospora billi,
Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan Trichuris
trichiura.

12
Tabel 3.1. Gambaran klinis diare

Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu


seperti susu, produk susu, makanan yang pedas, dapat pula disebabkan oleh
keracunan makanan dan bahan-bahan kimia. Beberapa macam obat, terutama
antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika akan menekan flora
normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal antibiotika akan
berkembang bebas.

3.1.3 Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik
terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan
difermentasi oleh bahteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat

13
yang akan menarik cairan. Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan
menstimulasi cAMP dan cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan
elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya
gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post vagotomi,
post reseksi usus serta hipertiroid.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk
melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi
dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru
yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat
mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang
berhubungan dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP,
dan Ca dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh Salmonella, Shigella, E coli
agak berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga
dapat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam
serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini
dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

3.1.4 Diagnosis
A. Anamnesis
• Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsistensi cair,
lendir dan/darah dalam tinja.
• Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.
• Jumlah cairan yang masuk selama diare.
• Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengkonsumsi
makanan yang tidak biasa.
• Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum.
• Laporan setempat mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera
• Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak atau pengobatan lainnya

14
• Gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi).
B. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum, kesadaran dan tanda vital.
• Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma,
rasa haus, turgor kulit abdomen menurun.
• Tanda tambahan : ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
mulut, dan lidah.
• Berat badan.
• Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas
cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang
(hipo atau hipernatremia).
• Tanda invaginasi (massa intra-abdominal, tinja hanya lendir dan darah)
• Tanda-tanda gizi buruk
• Perut kembung
C. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila
ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis.
• Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja:
- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
- Kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3)
• Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut
• Analisis gas darah dan eletrolit bila secara klinis dicurigai adanya
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

3.1.5 Derajat Dehidrasi


Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering
disertai dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit.
Dehidrasi ringan bila penurunan berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila

15
penurunan berat badan antara 5%-10% dan dehidrasi berat bila penurunan lebih
dari 10%.

Tabel 3.2. Derajat Dehidrasi

16
3.1.6 Penatalaksanaan
A. Rehidrasi
1. Diare Tanpa Dehidrasi
Cairan rehidrasi oral diberikan 5 – 10 mL/kgBB setiap diare cair atau
berdasarkan usia yaitu, umur kurang dari 1 tahun sebanyak 50 – 100 mL, umur 1
– 5 tahun 100 – 200 mL, dan umur di atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan
cairan rumah tangga sesuai kemauan anak. ASI harus terus diberikan. Pasien
dapat dirawat di rumah kecuali apabila terdapat komplikasi seperti tidak mau
minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus.

2. Diare Dehidrasi Ringan – Sedang


Cairan rehidrasi oral hipoosmolar diberikan sebanyak 75 mL/kgBB dalam
3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10
mL/kgBB setiap diare cair.
Rehidrasi parenteral diberikan bila anak muntah tiap diberi minum
walaupun telah diberikan sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik.
Jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status rehidrasi dievaluasi secara
berkala. Pasien dipantau di Puskesmas / Rumah Sakit selama proses rehidrasi
sambil memberi edukasi tentang rehidrasi kepada orang tua.
Berat badan 3 – 10 kg : 200mL/kgBB/hari
Berat badan 10 – 15 kg : 175 mL/kgBB/hari
Berat badan >15 kg : 135 mL/kgBB/hari

17
Gambar 1. tatalaksana diare tanpa dehidrasi

18
Gambar 2. rencana terapi diare derajat dehidrasi ringan-sedang

3. Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk
bayi dan anak dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh (somnolen-
koma, pernafasan Kussmaul, gangguan dinamik sirkulasi) memerlukan pemberian

19
cairan elektrolit parenteral. Penggantian cairan parenteral menurut panduan WHO
diberikan sebagai berikut :
 Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
 Usia >12 bln: 30ml/kgbb/½ -1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2½ jam

Gambar 3.Terapi Diare pada Derajat Dehidrasi Berat

B. Pemberian Zinc

20
Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut
didasarkan kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi
saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare.
Seng telah dikenali berperan di dalam metallo – enzymes, polyribosomes, selaput
sel, dan fungsi sel, juga berperan penting di dalam pertumbuhan sel dan fungsi
kekebalan. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut. Pemberian zinc pada
diare dapat meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh usus halus,
meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush
borderapical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan
patogen dari usus. Untuk anak dibawah 6 bulan ½ tablet (10 mg) perhari selama
10 hari, sedangkan untuk anak dengan umur 6 bulan ke atas diberikan 1 tablet (20
mg) perhari selama 10 hari.

C. Nutrisi
Hal yang penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama
diare, terutama pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan
jangan dihentikan lebih dari 24 jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari
nutrisi yang cukup.Bila tidak maka hal ini akan menjadi faktor yang memudahkan
terjadinya diare kronik. Pemberian kembali makanan atau minuman (refeeding)
secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi kurang yang mengalami
diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan lebih lanjut dan
mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan pada
umumnya harus dilanjutkan pemberiannya. Pada anak lebih besar makanan yang
direkomendasikan meliputi tajin (beras, kentang, mi, dan pisang) dan gandum
(beras, gandum, dan cereal). Makanan yang harus dihindarkan adalah makanan
dengan kandungan tinggi gula sederhana yang dapat memperburuk diare seperti
minuman kaleng dan sari buah apel. Juga makanan tinggi lemak yang sulit
ditoleransi karena karena menyebabkan lambatnya pengosongan lambung.

D. Mengobati Etiologi Diare

21
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika
oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya
diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya cholera shigella, karena
penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada
bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri
mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang
menunjukkan secara klinis gejala yang berat serta berulang atau menunjukkan
gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis

E. Edukasi
Untuk mencegah terjadinya diare di kemudian hari (terlebih pasien minum
susu formula), maka dilakukan edukasi kepada orang tua pasien terutama ibu
pasien. Edukasi yang diberikan dapat berupa berupa:
1. Higiene dalam mempersiapkan dan memberikan susu kepada anak, maupun
higiene lingkungan yang sehat dan bersih. Penyajian susu formula harus
menggunakan air yang telah dimasak, dan botol susu setelah pemakaian
sebaiknya dibersihkan kemudian direbus untuk menghindari adanya
kontaminasi mikroorganisme.
2. Pemberian ASI eksklusif. Menyampaikan kepada ibu pasien bahwa ASI turut
memberikan perlindungan terhadap diare. Tidak memberikan ASI eksklusif
secara penuh selama empat sampai enam bulan, risiko untuk menderita diare
lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI secara penuh. Oleh karena itu,
pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya
lindung empat kali lebih besar terhadap diare, dari pada pemberian ASI yang
disertai dengan susu formula.
3. Kebiasaan cuci tangan sesudah membuang tinja anak, sebelum memberi anak
susu, dan sebelum menyentuh
4. Kebiasaan membuang tinja. Membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus
dilakukan secara bersih dan benar. Banyak orang beranggapan bahwa tinja
bayi tidaklah berbahaya. Padahal sesungguhnya tinja bayi mengandung virus

22
atau bakteri dalam jumlah besar. Tinja bayi dapat pula menularkan penyakit
pada anak-anak dan orang tuanya.
5. Menggunakan air minum yang bersih. Air mungkin sudah tercemar dari
sumbernya atau pada saat disimpan dirumah. Pencemaran di rumah dapat
terjadi apabila tempat penyimpanan tidak tertutup atau tangan yang tercemar
menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. Untuk
mengurangi risiko terhadap diare, yaitu harus menggunakan air yang bersih
dan melindungi air tersebut dari kontaminasi.

E. Probiotik
Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang
menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik
didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki
oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati
fenomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan
dan pengobatn diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun
mikroorganisme lain, pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh
karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotic associated
diarrhea) dantravellers’s diarrhea.
Kemungkinan mekanisme efek probiotik dalam pengobatan diare adalah:
Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap
beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit,
modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imuno
modulasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Irwanto, Roim A, Sudarmo SM. 2002. Diare Akut Anak dalam: Ilmu
Penyakit Anak Diagnosa dan Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba Medika.
2. Suraatmaja, S. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Sagung Seto:
Jakarta.
3. WHO. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. WHO Indonesia:
Jakarta.
4. IDAI. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. IDAI Indonesia
5. Kliegman RM, et al. 2011. Nelson Textbook of Pediatrics, 19th Edition.
Philadelphia: Elsevier Saunders.

24

Anda mungkin juga menyukai