Anda di halaman 1dari 17

Rancangan Petak

Terpisah dalam RAL


KULIAH 11 – PERANCANGAN PERCOBAAN (STK222)
rahmaanisa@apps.ipb.ac.id
Latar Belakang
Sejarah :
Rancangan ini awalnya berkembang pada bidang pertanian
(Montgomery, 1997; Mason et all,2003) dan dikembangkan
oleh R.A Fisher dan F. Yates (Box & Hunter,2005).
Latar Belakang
Masalah Pada Factorial Design
1. Masalah teknis dilapangan,jika dilakukan pengacakan secara sempurna
justru akan mempersulit proses percobaan dan pencatatan terhadap
respon yang akan diukur.
2. Level Faktor tidak dapat diubah dengan cepat, misal suhu (Mason et al.,
Montgomery ).
3. Multi stage process (mason et all, motngomery)
4. Percobaan yang melibatkan lahan yang luas (steel & torrie)
5. Faktor lain dianggap lebih penting dari faktor lain (steel & torrie, Mattjik
& Sumertajaya)

Masalah 2-3 diatas menyebabkan pengacakan tidak dapat dilakukan secara


sempurna atau efisien
Syarat Tepat Split Plot Design
Adanya tingkatan kepentingan.
Pengembangan dari percobaan yang telah berjalan.
Kendala pengacakan dilapangan dimana salah satu faktor
yang dicobakan tidak bisa atau tidak efisien jika dilakukan
pengacakan secara sempurna. Maslah ini terjadi biasanya
berhubungan dengan masalah teknis dilapangan.
Pengertian Split Plot Design
Rancangan yang membagi faktor kedalam 2 gugus
yang berbeda, yaitu petak utama (whole plot) dan
anak petak (sub plot).
Pemilihan Petak Utama dan Anak
Petak
Derajat ketepatan. Jika suatu percobaan menginginkan
derajatketepatan faktor B lebih besar daripada faktor A, maka tentukan
faktor B sebagai anak petak (sub plot) dan faktor A sebagai petak utama
(whole plot)
Ukuran nisbi mengenai pengaruh utama. Apabila pengaruh utama dari
salah satu faktor (faktor B) diharapkan lebih besar dan lebih mudah
dilihat daripada faktor lain (faktor A), faktor B dapat ditempatkan pada
petak utama (whole plot) dan faktor A pada anak petak (sub plot).
Praktek pengelolaan. Budidaya yang diperlukan oleh suatu faktor
mungkin memerlukan penggunaan petakan lahan yang besar . Untuk
kepentingan praktis faktor tersebut dapat ditempatkan pada petak
utama.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
 Proses Pengacakan dilapangan lebih efisien karena
dilakukan secara bertahap.
 Faktor yang dianggap lebih penting bisa lebih akurat
hasilnya
Kekurangan
 Mengorbankan ketelitian salah satu factor
 Proses penghitungan sidik ragam bisa lebih rumit
Pengacakan
1) Faktor yang ditempatkan sebagai petak utama
diacak terlebih dahulu terhadap unit – unit
percobaan.
2) Faktor yang ditempatkan sebagai anak petak
diacak pada setiap petak utama.
ILUSTRASI
Percobaan dua faktor. Faktor pertama yaitu kandungan
nitrogen (N) sebanyak 3 taraf yaitu N1, N2, N3. Dan faktor
yang kedua adalah Varietas (V) dengan tarafnya sebanyak 3
juga yaitu V1, V2, dan V3. Dimana Nitrogen ditempatkan
pada petak utama, sedangkan varietas ditempatkan pada
anak petak.
Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali dan unit – unit
percobaan dianggap homogen.
Rancangan perlakuan yang digunakan adalah Rancangan
Split plot RAL.
BAGAN
Banyaknya unit percobaan :
3 taraf N x 3 ulangan = 9 kelompok
Setiap kelompok terdiri dari 3 unit.

PETAK UTAMA

N0 N1 N0 N2 N1 N1 N2 N0 N2
V1 V2 V2 V1 V2 V1 V3 V2 V1
V2 V3 V1 V2 V3 V3 V2 V1 V2
V3 V1 V3 V3 V1 V2 V1 V3 V3

ANAK PETAK
MODEL LINIER : SPLIT PLOT RAL

𝑌𝑖𝑗𝑘 = 𝜇 + 𝛼𝑖 + 𝛿𝑖𝑘 + 𝛽𝑗 + 𝛼𝛽 𝑖𝑗 + 𝜀𝑖𝑗𝑘

Dimana :
 i =1,2, . . . ,a ; j = 1,2, . . . ,b ; k = 1,2, . . . ,r
i = petak utama ; j = anak petak ; r = ulangan
 𝑌𝑖𝑗𝑘 adalah Nilai pengamatan pada factor A taraf ke-i, factor B taraf ke-j dan ulangan ke- k;
 ( 𝜇 , 𝛼𝑖 , 𝛽𝑗 ) adalah komponen aditif dari rataan
 𝛼𝛽 𝑖𝑗 adalah komponen interaksi dari faktor A dan faktor B
 𝛿𝑖𝑘 adalah komponen acak petak utama yang menyebar normal (0,𝜎𝛿2 )
 𝜀𝑖𝑗𝑘 adalah pengaruh acak anak petak juga menyebar normal (0,𝜎 2 )
ASUMSI LAIN

(i) Untuk model tetap


𝛼𝑖 = 0 ; 𝛽𝑗 = 0 ; 𝛼𝛽 𝑖𝑗 = 𝛼𝛽 𝑖𝑗 =0
𝑖=1 𝑗 =1 𝑖=1 𝑗 =1

(ii) Untuk model acak


𝛼𝑖 ~ 𝑁 0, 𝜎𝛼2 ; 𝛽𝑗 ~ 𝑁 0, 𝜎𝛽2 ; 𝛼𝛽 𝑖𝑗
2
~ 𝑁 0, 𝜎𝛼𝛽
HIPOTESIS
PENGARUH PETAK UTAMA (FAKTOR A)
𝐻0 : 𝛼1 = 𝛼2 = … = 𝛼𝑎 = 0

𝐻0 : 𝑝𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑘𝑖𝑡 𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑖 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝛼𝑖 ≠ 0

PENAGARUH ANAK PETAK (FAKTOR B)


𝐻0 : 𝛽1 = 𝛽2 = … = 𝛽𝑏 = 0

𝐻0 : 𝑝𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑘𝑖𝑡 𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑗 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝛽𝑗 ≠ 0

PENGARUH SEDERHANA (INTERAKSI) FAKTOR A DAN FAKTOR B

𝐻0 : (𝛼𝛽)11 = (𝛼𝛽)12 = … = (𝛼𝛽)𝑎𝑏 = 0

𝐻0 : 𝑝𝑎𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑒𝑑𝑖𝑘𝑖𝑡 𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑡𝑢 (𝑖, 𝑗) 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 (𝛼𝛽)𝑖𝑗 ≠ 0


KOMPONEN ANALISIS RAGAM :

DEFINISI PERHITUNGAN

FAKTOR KOREKSI 𝑌…2


𝑎𝑏𝑟

JKT 𝑎 𝑏 𝑟 2
2 𝑌𝑖𝑗𝑘 − 𝐹𝐾
𝑌𝑖𝑗𝑘 − 𝑌 … 𝑖 𝑗 𝑘
𝑖=1 𝑗 =1 𝑘=1
JKST 𝑎 𝑏 𝑟 2
𝑖 𝑘 𝑌𝑖.𝑘
𝑌𝑖.𝑘 − 𝑌 2 − 𝐹𝐾
𝑏
𝑖=1 𝑗 =1 𝑘=1

JKA 𝑎 𝑏 𝑟
𝑖𝑌𝑖..2
𝑌𝑖.. − 𝑌… 2 − 𝐹𝐾
𝑏𝑟
𝑖=1 𝑗 =1 𝑘=1
JKG (a) 𝑏 (𝑌𝑖.𝑘 − 𝑌𝑖.. )2 JKST – JKA
𝑖,𝑘

JKB 𝑎 𝑏 𝑟
2
𝑌.𝑗2.
𝑟𝑎 𝑌.𝑗 . − 𝑌… − 𝐹𝐾
𝑎𝑟
𝑖=1 𝑗 =1 𝑘=1 𝑗

JKAB 𝑟 (𝑌𝑖𝑗 . − 𝑌𝑖.. − 𝑌.𝑗 . + 𝑌... )2 𝑌𝑖𝑗2.


− 𝐹𝐾 − 𝐽𝐾𝐴 − 𝐽𝐾𝐵
𝑖,𝑗 𝑟
𝑖,𝑗
JKG (b) (𝑌𝑖𝑗𝑘 − 𝑌𝑖𝑗 . − 𝑌𝑖.𝑘 + 𝑌𝑖.. )2 JKT – JKK – JKA – JKB – JKAB
𝑖,𝑗
Struktur Tabel Sidik Ragam
Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadrat F Hitung
Keragaman Kuadrat Tengah
A a-1 JKA KTA KTA / KTG (a)
Galat (a) a (r-1) JKG (a) KTG (a)
B b-1 JKB KTB KTB / KTG (b)
AB (a-1)(b-1) JKAB KTAB KTAB / KTG (b)
Galat (b) a (b-1)(r-1) JKG (b) KTG (b)
Ilustrasi
Perhatikan ilustrasi yang diambil dari Mattjik & Sumertajaya (2002)
berikut ini:
ULANGAN ULANGAN
LOKASI JENIS TANAMAN 1 2 3 LOKASI JENIS TANAMAN 1 2 3
J1 31.2 31.7 32.1 J1 67.0 67.6 68.1
J2 27.0 27.2 27.7 J2 58.9 59.5 59.7
C G
J3 66.6 67.1 67.2 J3 144.1 144.6 145.0
i a
J4 98.3 98.8 99.3 J4 211.4 211.6 212.0
p t
J5 34.8 35.3 35.5 J5 72.6 73.1 73.2
e o
J6 54.9 55.4 56.8 J6 118.6 118.8 119.1
d t
J7 107.8 108.5 108.9 J7 232.6 233.1 233.6
a
k J8 100.3 100.9 101.1 S J8 217.0 217.2 217.4
J9 108.6 109.2 109.6 J9 216.8 217.6 218.3
J10 111.6 112.4 112.9 J10 240.8 241.6 242.6
Referensi
1) Mattjik, A.A dan I M Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan
dengan Aplikasi SAS dan Minitab, Jilid I. IPB Press. Bogor.
2) Pustaka lain yg relevan.

Anda mungkin juga menyukai