Anda di halaman 1dari 81

Diterjemahkan oleh

Dewan Wasit PB FORKI :

1. HAIFENDRI PUTIH ( Ketua )


2. ACHMAD YANI MAHDI ( Wakil Ketua I )
3. HANS MANASE OPUR ( Wakil Ketua II )
4. ARIF NUGRAHA ( Sekretaris I )
5. ABDUL WAHID ( Sekretaris II )
6. DONALD KOLOPITA ( Anggota )
7. MUSAKKIR BADO ( Anggota )
8. ROBERT WENDUR ( Anggota )
9. SARJAN TRI PUTRA ( Anggota )
10. ABDUL GANI ( Anggota )
11. JUMADI ( Anggota )
DAFTAR ISI

PERATURAN PERTANDINGAN KUMITE

PASAL 1 AREA PERTANDINGAN KUMITE .......................................


PASAL 2 PAKAIAN RESMI .................................................................
PASAL 3 PENGATURAN PERTANDINGAN KUMITE ........................
PASAL 4 PANEL WASIT/JURI ............................................................
PASAL 5 LAMA WAKTU PERTANDINGAN ........................................
PASAL 6 PENILAIAN ..........................................................................
PASAL 7 KRITERIA UNTUK KEPUTUSAN ........................................
PASAL 8 PERILAKU YANG DILARANG .............................................
PASAL 9 PERINGATAN & HUKUMAN ...............................................
PASAL 10 CIDERA DAN KECELAKAAN DALAM PERTANDINGAN ..
PASAL 11 PROTES RESMI ..................................................................
PASAL 12 WEWENANG DAN TUGAS DARI PARA PETUGAS ...........
PASAL 13 MEMULAI, MENUNDA & MENGAKHIRI PERTANDINGAN

PERATURAN PERTANDINGAN KATA

PASAL 1 AREA PERTANDINGAN KATA............................................


PASAL 2 PAKAIAN RESMI .................................................................
PASAL 3 PENGATURAN PERTANDINGAN KATA ............................
PASAL 4 PANEL JURI .......................................................................
PASAL 5 KRITERIA UNTUK PENILAIAN............................................
PASAL 6 PELAKSANAAN PERTANDINGAN .....................................
PASAL 7 PROTES RESMI ..................................................................

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 ISTILAH … ......................................................................


LAMPIRAN 2 GERAK-ISYARAT DAN SINYAL BENDERA..................
PERNYATAAN DAN ISYARAT WASIT
ISYARAT BENDERA JURI
LAMPIRAN 3 PANDUAN PELAKSANAAN TUGAS BAGI WASIT / JURI
LAMPIRAN 4 TANDA / SIMBOL BAGI PENCATAT NILAI ....................
LAMPIRAN 5 BAGAN AREA PERTANDINGAN KUMITE .....................
LAMPIRAN 6 BAGAN AREA PERTANDINGAN KATA .........................
LAMPIRAN 7 PAKAIAN KARATE / KARATE-GI ...................................
LAMPIRAN 8 KATEGORI KELAS & PERSYARATAN KEJUARAAN RESMI WKF
LAMPIRAN 9 PANDUAN WARNA SERAGAM RESMI WASIT & JURI ...................
LAMPIRAN 10 PERTANDINGAN KARATE UNTUK USIA DI BAWAH 14 TAHUN
LAMPIRAN 11 PENGULASAN VIDEO … ...............................................
LAMPIRAN 12 FORMULIR PROTES RESMI..........................................
LAMPIRAN 13 PROSEDUR PENIMBANGAN BERAT BADAN .............
LAMPIRAN 14 CONTOH SISTEM ROUND-ROBIN (KUMITE) ...............
LAMPIRAN 15 PENGATURAN PERTANDINGAN KATA OLIMPIADE ...
LAMPIRAN 16 PERTANDINGAN KATA PREMIER LEAGUE .................
PERATURAN PERTANDINGAN KUMITE

PASAL 1 : AREA PERTANDINGAN KUMITE

1. Area pertandingan harus berupa area persegi berdasarkan standar WKF, dengan sisi-
sisi sepanjang delapan meter ( diukur dari luar ) dengan tambahan satu meter pada
semua sisi sebagai area aman. Pada tiap sisi akan ada tambahan 2 meter lagi sebagai
area aman yang bebas dari penghalang. Jika area pertandingan menggunakan
panggung, area aman harus ditambah 1 meter lagi pada tiap sisinya.
2. Dua matras dibalik dengan sisi warna merah di atas dalam jarak 1 meter dari titik tengah
matras sebagai tempat posisi tiap peserta. Ketika memulai atau melanjutkan
pertarungan para peserta akan berdiri saling berhadapan di sisi bagian pinggir-tengah
dari matras merahnya masing – masing.
3. Wasit akan berdiri ditengah kedua matras tsb menghadap pada kedua peserta pada
jarak satu meter dari batas area aman.
4. Para Juri akan ditempatkan pada keempat sudut pada area aman. Wasit dapat bergerak
ke seluruh area tatami termasuk pada area aman. Masing - masing Juri akan dilengkapi
dengan satu bendera merah dan satu bendera biru.
5. Pengawas Pertandingan / Kansa akan duduk di luar area aman, dibelakang kiri atau
kanan wasit. Dia akan dilengkapi dengan sebuah bendera merah atau alat penanda dan
sebuah peluit.
6. Pengawas Nilai duduk di meja administrasi pertandingan, di antara Pencatat Nilai dan
Pencatat Waktu.
7. Pelatih / Ofisial duduk di luar area aman & menghadap ke arah meja administrasi
pertandingan. Jika tatami berupa panggung para ofisial duduk di luar panggung
8. Batas berukuran satu meter harus berbeda warna matrasnya dari warna matras pada
area yang lain.

CATATAN : Lihat Lampiran 5 : BAGAN AREA PERTANDINGAN KUMITE

PENJELASAN
I. Tidak boleh ada papan, dinding, pilar iklan dan sejenisnya dalam jarak satu meter disebelah
luar area aman.
II. Matras yang digunakan tidak boleh licin dimana matras ini akan menempel dengan lantai
secara benar, tapi harus mempunyai gesekan yang rendah pada bagian atas matras. Wasit
harus memastikan bahwa bagian matras tidak bergerak terpisah ketika pertandingan sedang
berlangsung, karena pergeseran dapat menyebabkan luka dan akan mengakibatkan bahaya.
Matras yang digunakan adalah matras yang telah disetujui desainnya oleh WKF.

PASAL 2 : PAKAIAN RESMI

1. Peserta Pertandingan (selanjutnya akan ditulis “peserta” saja) dan pelatih harus
mengenakan pakaian resmi sebagaimana yang telah ditentukan.
2. Komisi Wasit dapat menindak peserta atau pelatih/ofisial yang tidak mematuhi
peraturan.
WASIT
1. Wasit dan Juri harus mengenakan seragam resmi yang ditentukan oleh Komisi Wasit,
seragam ini harus dipakai pada semua kesempatan turnamen & penataran / pelatihan.
2. Seragam resmi adalah sebagai berikut :
 Jas model kancing berbaris tunggal berwarna biru gelap (kode warna 19-4023 TPX).
 Kemeja putih lengan pendek.
 Dasi resmi tanpa jepit / pin dasi.
 Peluit warna hitam & tali putih polos untuk gantungan peluit.
 Celana panjang dengan warna abu-abu terang polos yang tidak digulung keluar
(Lampiran 9).
 Kaos kaki bewarna biru gelap atau hitam dan sepatu jenis slip-on berwarna hitam
untuk digunakan pada area pertandingan.
 Wasit / Juri perempuan boleh menggunakan jepit rambut dan penutup kepala wajib
atas alasan keagamaan sesuai jenis yang ditentukan oleh WKF serta anting – anting
telinga model polos.
 Wasit / juri boleh menggunakan cincin kawin model polos.
3. Bagi pertandingan di tingkat Olimpiade, Olimpiade Remaja, pesta olahraga tingkat
benua dan kegiatan multi cabang olahraga resmi lainnya dimana seragam khusus
memang telah disediakan bagi para wasit dengan tanggungan biaya panitia, seragam
resmi perwasitan boleh diganti sesuai desain dimana sebelumnya telah diajukan secara
resmi pada WKF dan kemudian akan mempelajarinya serta menyetujuinya secara resmi.

PESERTA
1. Peserta harus mengenakan karate-gi berwarna putih yang tidak bercorak, bergaris &
tanpa berisi bordiran pribadi lainnya selain yang sudah ditentukan oleh Komisi Eksekutif
WKF. Lambang nasional atau bendera negara akan dipakai pada dada kiri karate-gi dan
ukuran keseluruhannya tidak boleh melebihi 12 cm x 8 cm ( lihat lampiran 7 ). Hanya
label produk asli yang dapat terlihat pada karate-gi. Sebagai tambahan, nomor
identifikasi yang dikeluarkan oleh panitia pelaksana akan dipasang pada bagian
punggung. Satu peserta harus mengenakan sebuah sabuk berwarna merah dan
satunya lainnya sabuk berwarna biru. Sabuk merah dan biru harus berukuran lebar 5 cm
dan setelah diikat panjang kedua ujungnya sekitar 15 cm dari simpul sabuk tapi tidak
boleh lebih panjang daripada ¾ panjang paha. Sabuk harus berwarna biru & merah
polos tanpa hiasan / bordiran tulisan apapun selain label pabrik.
2. Walaupun adanya paragraf 1 diatas, Komisi Eksekutif dapat memberi wewenang
penerbitan label khusus atau merk dari penyandang dana / sponsor yang disetujui.
3. Karate-gi bagian atas, ketika diikat diseputar pinggang dengan sabuk, harus memiliki
panjang minimum yang menutupi / meliputi pinggul, tapi tidak boleh melebihi dari ¾
panjang paha . Untuk wanita, kaos putih polos boleh dikenakan di dalam karate-gi.
Tali pengikat Karate-gi bagian atas harus terikat. Karate-gi bagian atas tanpa tali
pengikat tidak boleh digunakan.
4. Panjang maksimum lengan karate-gi tidak boleh melebihi / melewati lekukan
pergelangan tangan dan tidak boleh lebih pendek daripada setengah dari lengan (siku),
lengan karate-gi tidak diperkenankan untuk digulung. Tali pengikat karate-gi bagian atas
harus terikat pada awal pertarungan. Jika tali tersebut putus di tengah pertarungan,
peserta tidak perlu mengganti karate-gi bagian atasnya.
5. Celana harus cukup panjang untuk menutupi sekurang-kurangnya ⅔ dari tulang kering
dan tidak boleh mencapai di bawah tulang mata kaki dan tidak boleh digulung.
6. Peserta harus menjaga rambutnya agar tetap bersih dan dipangkas rapi sampai batas
yang tidak mengganggu selama pertarungan. Hachimaki (ikat kepala ) tidak diijinkan.
Kalau Wasit menganggap rambut peserta terlalu panjang dan atau tidak bersih/rapi,
Wasit dapat mengeluarkan peserta dari pertandingan. Jepitan rambut dari logam, pita,
manik-manik dan hiasan lain dilarang. Satu atau dua buah tali rambut berbahan karet
untuk mengikat satu ikatan rambut / poni diizinkan.
7. Peserta diperbolehkan mengenakan penutup kepala wajib atas alasan keagamaan
sesuai jenis yang ditentukan oleh WKF. Berwarna hitam polos & menutupi rambut tapi
tidak menutupi daerah tenggorokan.
8. Peserta harus berkuku pendek dan tidak diijinkan mengenakan objek-objek logam atau
yang lainnya yang mungkin dapat melukai lawannya. Penggunaan kawat gigi berbahan
logam harus disetujui dulu oleh Wasit dan dokter pertandingan resmi, dan merupakan
tanggungjawab penuh dari peserta atas setiap cidera yang mungkin terjadi.
9. Berikut ini perlengkapan pelindung yang diwajibkan :
 Pelindung tangan yang diijinkan oleh WKF, satu peserta mengunakan warna
merah dan yang lainnya menggunakan warna biru.
 Pelindung gusi.
 Pelindung badan wajib bagi seluruh peserta dalam semua kategori umur , untuk
peserta putri ditambah pelindung khusus dada yang diijinkan oleh WKF.
 Pelindung tulang kering yang dijinkan oleh WKF, satu peserta menggunakan
warna merah dan yang lainnya menggunakan warna biru.
 Pelindung kaki yang dijinkan oleh WKF, satu peserta menggunakan warna
merah dan yang lainnya menggunakan warna biru.
Pelindung wilayah alat vital tidak wajib, tapi apabila digunakan, maka bentuk dan tipenya
adalah yang dijinkan oleh WKF.
10. Kacamata tidak diijinkan. Lensa kontak lunak (soft contact lenses) dapat dikenakan
dengan resiko ditanggung sendiri oleh peserta.
11. Memakai pakaian dan menggunakan perlengkapan di luar standar WKF adalah dilarang.
12. Semua perlengkapan pelindung yang akan digunakan harus termasuk dalam daftar
WKF Homologated.
13. Adalah tugas dari Pengawas Pertandingan (Kansa) untuk memastikan bahwa sebelum
pertandingan peserta sudah menggunakan perlengkapan yang dijinkan.
( Pada kejuaraan Internasional, Regional dan Nasional, harus menggunakan
perlengkapan yang disetujui oleh WKF dan tidak boleh ditolak ).
14. Penggunaan pembalut, pelapis atau alat bantu lain karena luka harus disetujui oleh
Wasit dengan terlebih dahulu mendapat saran dari dokter pertandingan resmi.

PELATIH
1. Pelatih seharusnya pada setiap saat, dan selama kejuaraan berlangsung mengenakan
setelan pakaian sport (training suite) resmi dari Federasi Nasionalnya dan menunjukkan
kartu identitas resmi dengan pengecualian pada babak perebutan medali kejuaraan
resmi WKF , dimana pelatih pria diwajibkan mengenakan setelan jas warna gelap,
kemeja dan dasi sedangkan pelatih wanita boleh memilih untuk mengenakan gaun
terusan formal, setelan jas-celana panjang atau setelan jas-rok dengan warna gelap.
Pelatih wanita juga boleh mengenakan penutup kepala wajib atas alasan keagamaan
sesuai jenis yang ditentukan oleh WKF bagi Wasit dan Juri.

PENJELASAN
I. Peserta harus mengenakan satu sabuk tunggal, sabuk ini adalah berwarna merah untuk Aka
dan berwarna biru untuk AO. Sabuk yang menandai tingkatan tidak boleh dipakai selama
pertandingan berlangsung.
II. Pelindung gusi harus dikenakan secara benar.
III. Jika seorang peserta masuk ke arena pertandingan dengan pakaian/perlengkapan yang tidak
semestinya, maka peserta tersebut tidak akan segera didiskualifikasi, tapi akan diberikan
waktu satu menit untuk memperbaiki masalah yang terjadi.
IV. Jika Komisi Wasit setuju Wasit / Juri yang bertugas diijinkan untuk melepas jas mereka.
PASAL 3 : PENGATURAN PERTANDINGAN KUMITE

1. Satu turnamen karate dapat terdiri dari pertandingan Kumite dan atau pertandingan
Kata. Pertandingan Kumite selanjutnya dapat dibagi menjadi pertandingan tim/beregu
dan pertandingan individu/perorangan, pertandingan perorangan selanjutnya dapat
dibagi ke dalam divisi-divisi umur dan berat badan, divisi berat badan pada akhirnya
dibagi ke dalam beberapa kelas, putaran juga menggambarkan pertandingan kumite
perorangan antara pasangan lawan dari anggota tim.
2. Untuk pertandingan WKF tingkat dunia dan benua, 4 peraih medali dari turnamen
sebelumnya dipisah di tiap bagan pada tiap kelas yang sama. Untuk turnamen Karate 1
& Premier League, para peserta yang menduduki peringkat 8 besar pada data resmi
WKF (sampai sehari sebelum pertandingan) dipisah di tiap bagan pada tiap kelas yang
sama. Ketentuan pemisahan tidak diterapkan ke posisi bawah pada bagan pertandingan
( tidak bertanding di babak awal ) jika tidak ada peserta lainnya yang memenuhi syarat
untuk dilakukan pemisahan di tiap bagan pada tiap kelas yang sama.
3. Sistem eliminasi dengan repechage akan diterapkan kecuali jika ditentukan lain secara
khusus dalam sebuah kejuaraan. Jika sistem round-robin (kompetisi penuh) dipakai
maka harus sesuai dengan penjelasan yang ada pada Lampiran 14.
4. Prosedur penimbangan berat badan bisa dilihat pada Lampiran 13.
5. Tidak ada peserta yang dapat diganti dalam pertandingan perorangan.
6. Peserta perorangan atau beregu yang tidak hadir ketika dipanggil akan didiskualifikasi
(KIKEN) dari kategori ini & dalam pertandingan beregu yang bukan memperebutkan
medali nilai 8-0 akan diberikan bagi tim lawan. Diskualifikasi dengan KIKEN berarti
bahwa peserta yang menerimanya hanya didiskualifikasi dari kategori itu saja, pada
kategori lainnya masih dapat bertanding.
7. Dalam pertandingan beregu, tim putra terdiri dari 7 orang dengan 5 orang yang
bertanding selama satu putaran. Tim putri terdiri dari 4 orang dengan 3 orang yang
bertanding dalam setiap putaran.
8. Semua peserta adalah semua anggota dari tim yang telah didaftarkan, tidak ada
anggota cadangan yang tidak terdaftar (tidak ada pendaftaran baru).
9. Sebelum pertandingan satu wakil dari tim akan harus sudah menyerahkan ke meja
petugas, formulir resmi yang menggambarkan nama-nama dan urutan pemain dari
anggota tim peserta diambil dari tim yang jumlah anggotanya 7 atau 4, dan urutan
bertarung mereka bisa dirubah untuk setiap putaran, sehingga menghasilkan urutan
bertarung baru yang sudah dilaporkan, tapi sekali dilaporkan tidak boleh diubah lagi
sampai putaran itu selesai.
Satu tim akan didiskualifikasi (SHIKKAKU) jika ada anggota atau pelatihnya merubah
komposisi tim atau urutan pemain tanpa pemberitahuan tertulis sebelum pertandingan.
Dalam pertandingan beregu, jika ada anggota tim yang memperoleh hukuman Hansoku
atau Shikkaku maka nilai yang sudah diperolehnya akan dijadikan nol, sementara nilai
tim lawan otomatis bertambah 8.

PENJELASAN
I. Satu putaran adalah satu penampilan dalam satu pertandingan yang mengarah pada
identifikasi akhir dari para finalis. Dalam satu eliminasi pertandingan Kumite, satu putaran
mengeliminasi lima puluh persen dari peserta dalam putaran ini, termasuk kekokosongan
peserta (bye), dalam konteks ini putaran dapat diterapkan secara bersamaan pada satu
tatami / arena pada babak penyisihan atau repecharge. Dalam sistem round-robin tiap
peserta akan bertemu dengan semua peserta lainnya yang ada dalam bagan yang sama.
II. Harus dipahami bahwa istilah “pertandingan” dalam kelas perorangan berkaitan antara dua
orang peserta , sedangkan dalam kelas beregu berkaitan antara dua tim.
III. Pemanggilan nama peserta menyebabkan masalah pengucapan dan identifikasi. Penomoran
sesuai data WKF harus digunakan.
IV. Ketika berbaris sebelum pertandingan, satu tim akan menampilkan peserta yang
sesungguhnya. Anggota cadangan dan pelatih tidak akan diikutkan berbaris dan akan
ditempatkan pada tempat khusus yang terletak di luar area.
V. Tim putra supaya boleh bertanding, harus menghadirkan sedikitnya 3 orang peserta, dan tim
putri paling sedikit 2 orang peserta, kalau jumlah kurang dari itu dinyatakan Kiken.
VI. Ketika mengumumkan diskualifikasi dengan KIKEN Wasit akan memberi gestur dengan jari
telunjuknya menunjuk ke arah peserta / tim yang tidak hadir lalu mengisyaratkan “Aka / Ao
Kiken” , dan kemudian mengisyaratkan “Aka / Ao no Kachi” (menang) pada lawannya.
VII. Formulir urutan pemain dapat diserahkan oleh pelatih atau peserta wakil dari tim. Jika
pelatih menyerahkan formulir, pelatih harus secara jelas teridentifikasi, kalau tidak jelas
akan ditolak. Daftar urutan peserta harus sudah termasuk nama negara atau kontingen,
warna sabuk yang dipakai dan urutan anggota tim yang akan bertanding. Baik nama maupun
nomor punggung peserta yang akan bertanding harus tercantum dan formulir harus
ditandatangani oleh pelatih atau wakil yang dipilih.
VIII. Pelatih harus menyerahkan kartu identititasnya bersama-sama dengan peserta atau timnya ke
meja administrasi pertandingan. Pelatih harus duduk di kursi yang telah disediakan dan tidak
mengganggu sedikit pun jalannya pertandingan baik dengan kata-kata maupun perbuatan.
IX. Jika terdapat kesalahan dalam bagan dan peserta yang salah sudah bertanding maka hasil
pertandingan itu dinyatakan tidak sah & tidak berlaku. Untuk menghindari kesalahan
pemenang dari tiap babak harus mengkonfirmasikan kemenangan melalui petugas
administrasi sebelum meninggalkan area pertandingan.

PASAL 4 : PANEL WASIT / JURI

1. Panel Wasit untuk setiap pertandingan harus terdiri dari satu Wasit (Shushin), empat
Juri (Fukushin) dan satu Pengawas Pertandingan (Kansa).
2. Wasit, Juri & Pengawas Pertandingan (Kansa) Kumite tidak diperbolehkan
berkebangsaan yang sama atau berasal dari federasi nasional yang sama dengan
peserta yang bertanding.
3. Penentuan penugasan panel Wasit / Juri :
- Untuk babak penyisihan Sekretaris Komisi Wasit akan menggunakan jasa
Operator IT dalam melakukan pengundian pada daftar Wasit & Juri yang
bertugas di tiap tatami dengan menggunakan sistem aplikasi komputer. Daftar ini
disusun oleh Sekretaris Komisi Wasit ; sekali pada saat seluruh atlet telah selesai
mengikuti pengundian dan pada saat Pengarahan (Briefing) Perwasitan selesai.
Daftar ini hanya berisi nama para Wasit yang memang mengikuti Pengarahan
(Briefing) Perwasitan & sesuai kriteria dari persyaratan yang ditentukan. Untuk
pengundian panel sebelum penugasan dalam sebuah babak / partai , Operator IT
yang akan memasukkan nama para Wasit / Juri yang bertugas dalam daftar pada
sistem aplikasi. Kemudian 4 Juri, 1 Wasit & 1 Kansa yang akan bertugas pada tiap
tatami dalam tiap babak akan muncul setelah diacak oleh sistem komputer tersebut.
- Untuk babak perebutan medali para Manajer Tatami akan mengajukan pada Ketua &
Sekretaris Komisi Wasit sebuah daftar yang berisi nama 8 orang Wasit/Juri dari tatami
mereka masing – masing setelah babak / partai terakhir suatu kelas selesai. Jika
daftar tsb telah disetujui oleh Ketua Komisi Wasit maka akan diserahkan pada
Operator IT untuk dimasukkan dalam daftar pada sistem aplikasi seperti di atas.
Komputer selanjutnya akan mengacak dan hanya akan mengeluarkan 5 dari 8 nama
yang disetor dari tiap tatami.
4. Sebagai tambahan, untuk memfasilitasi pelaksanaan tiap babak pertandingan maka
akan ditunjuk 2 orang Manajer Tatami, 1 orang Asisten Manajer Tatami, 1 orang
Pengawas Pencatat Nilai & 2 orang Pencatat Nilai. Perkecualian pada kegiatan
Olimpiade hanya ada 1 orang Manajer Tatami saja.
PENJELASAN
I. Pada awal pertandingan kumite, Wasit berdiri pada tepi luar dari area pertandingan. Pada
sisi kirinya terdiri dari Juri 1 dan 2 dan pada sisi kanannya berdiri Juri 3 dan 4.
II. Setelah saling memberi hormat (saling membungkuk) antara peserta dan Panel Wasit, Wasit
mundur selangkah, para Juri menghadap ke arah Wasit dan saling memberi hormat
kemudian menuju posisi masing-masing.
III. Ketika pergantian petugas, Panel Wasit yang sudah selesai , kecuali Pengawas Pertandingan
(Kansa), mengambil posisi seperti waktu baru masuk, saling memberi hormat satu sama lain
dan bersama-sama meninggalkan area pertandingan.
IV. Ketika Juri perorangan berubah / berganti, Juri yang baru masuk pergi ke Juri yang baru
keluar, mereka saling memberi hormat dan berganti/bertukar posisi.
V. Dalam pertandingan beregu, seluruh anggota panel harus berkualifikasi sama, tiap babak
mereka boleh berputar untuk berganti posisi.

PASAL 5 : LAMA WAKTU PERTANDINGAN

1. Lama waktu pertandingan kumite adalah 3 menit untuk Senior Putra & Putri (baik
perorangan atau beregu). Untuk Under 21 Putra & Putri juga se la m a 3 menit. Junior
dan Kadet selama 2 menit baik untuk putra maupun putri.
2. Pengatur waktu pertandingan dimulai ketika Wasit memberi tanda untuk memulai dan
berhenti setiap ia berseru YAME.
3. Pencatat waktu akan memberi tanda dengan / melalui bel yang bersuara sangat jelas
atau dengan peluit, menandakan waktu “15 detik terakhir” dan “waktu telah habis”, tanda
“waktu telah habis” menandakan akhir dari suatu pertarungan.
4. Peserta diberikan waktu jeda di antara babak pertandingan yang diikutinya, sesuai
standar lama waktu pertandingan untuk tujuan istirahat. Pengecualian dalam kasus
untuk mengganti warna peralatan diberikan waktu hingga lima menit.

PASAL 6 : PENILAIAN

1. Tingkat penilaiannya adalah :


a. IPPON (3 angka)
b. WAZA-ARI (2 angka)
c. YUKO (1 angka)

2. Suatu tehnik dinilai apabila tehnik yang dilancarkan memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. Bentuk yang baik
b. Sikap sportif
c. Ditampilkan dengan semangat / spirit yang teguh
d. Kewaspadaan (Zanshin)
e. Waktu yang tepat
f. Jarak yang benar

3. Ippon akan diberikan untuk tehnik seperti :


a. Tendangan ke arah Jodan.
b. Semua tehnik yang dilancarkan dan menghasilkan nilai pada lawan setelah dilempar
/ dibanting atau terjatuh sendiri.

4. Waza-Ari akan diberikan untuk tehnik seperti :


a. Tendangan ke arah Chudan.

5. Yuko akan diberikan untuk tehnik seperti :


a. Chudan dan Jodan Tsuki.
b. Chudan dan Jodan Uchi.
6. Serangan - serangan adalah dibatasi terhadap area/wilayah berikut :
a. Kepala
b. Muka
c. Leher
d. Perut
e. Dada
f. Punggung
g. Sisi

7. Tehnik efektif yang dilancarkan pada saat bersamaan dengan tanda berakhir
pertandingan, dinyatakan sah. Satu serangan, walaupun efektif kalau dilakukan setelah
adanya perintah untuk menangguhkan atau menghentikan pertandingan, tidak akan
mendapat nilai dan dapat mengakibatkan suatu hukuman bagi si pelaku.

8. Tidak ada tehnik yang diberikan nilai walaupun secara tehnis adalah benar jika
dilakukan ketika kedua peserta berada di luar area pertandingan. Tapi jika salah satu
dari peserta melakukan serangan / tehnik efektif sementara ia masih berada di dalam
area pertandingan dan sebelum Wasit berteriak YAME, maka tehnik tadi dapat
memperoleh nilai.

PENJELASAN
Didalam pengambilan nilai, tehnik yang dilancarkan harus di area penilaian seperti yang ditentukan
pada paragraf 6 diatas, tehnik harus terkontrol pada daerah yang diserang dan harus memenuhi 6
kriteria nilai yang ditentukan dalam paragraf 2 diatas.
Kriteria Tehnik :

Ippon ( 3 angka ) 1 Tendangan Jodan, yang dimaksud Jodan adalah : wajah,


diberikan bagi kepala, dan leher bagian samping.
2 Ketika seorang peserta dibanting atau terjatuh lalu ada
teknik yang mendarat di 7 area sasaran ketika torso nya
rata di atas tatami.

Waza-Ari ( 2 angka ) 1 Tendangan Chudan, yang dimaksud Chudan adalah, perut,


diberikan bagi dada, punggung, dan sisi badan.

Yuko ( 1 angka ) 1 Semua pukulan (Tsuki) yang dilancarkan di 7 area


diberikan bagi sasaran.
2 Semua lecutan (Uchi) yang dilancarkan di 7 area sasaran.

I. Untuk alasan keamanan, lemparan dimana lawan dirangkul dibawah pinggang, dilempar
tanpa diantarkan dengan selamat, atau lemparan berbahaya, atau dimana titik poros
lemparan diatas pinggul adalah dilarang dan akan diberikan peringatan atau hukuman,
kecuali tehnik sapuan yang merupakan tehnik karate konvensional dimana lawan tidak harus
dipegang seperti De Ashi Barai, Ko Uchi Gari, Kani Waza, dan lain-lain. Setelah dilakukan
lemparan Wasit akan memberikan peserta waktu sesegera mungkin untuk melakukan tehnik
yang menghasilkan nilai.
II. Jika peserta dilempar sesuai dengan peraturan , atau tergelincir jatuh sendiri, atau tidak
bisa bertumpu lagi di atas kedua kakinya sendiri, disusul tehnik yang menghasilkan nilai
akan diberi nilai Ippon.
III. “Bentuk yang baik” adalah tehnik yang mempunyai karakteristik yang sesuai dengan
efektifitas yang memungkinkan dalam kerangka konsep Karate tradisional.
IV. “Sikap sportif” adalah suatu komponen dari bentuk yang baik dan mengacu pada sikap tidak
berniat jahat atau dendam, tercermin melalui konsentrasi yang tinggi untuk menghasilkan
tehnik yang tinggi.
V. “Semangat yang teguh” menggambarkan kekuatan dan kecepatan dari tehnik dan keinginan
untuk berhasil.
VI. “Kewaspadaan (Zanshin)” adalah kriteria yang paling sering terlewatkan dalam memberikan
suatu penilaian. Hal ini adalah suatu keadaan komitmen yang terus-menerus dimana peserta
mempertahankan konsentrasi, pengamatan, dan kesadaran total terhadap potensi /
kemungkinan lawan untuk menyerang balik. Dia tidak memalingkan wajahnya ketika sedang
melakukan serangan atau melancarkan tehnik - tehnik lanjutan lainnya dan tetap menghadap
kepada lawan.
VII. “Waktu yang tepat” berarti mengeluarkan tehnik pada saat dimana akan berdampak efektif
menghasilkan efek potensi yang besar.
VIII. “Jarak yang benar” berarti sama dengan melancarkan sebuah tehnik pada jarak yang tepat
sehingga menghasilkan dampak potensial maksimum. Jika sebuah tehnik dilancarkan pada
lawan yang sedang bergerak dengan cepat, dampak potensialnya tentu saja berkurang.
IX. “Jarak” juga berhubungan dengan titik dimana tehnik yang benar dilancarkan dengan baik
atau mendekati target. Pukulan atau tendangan yang mendarat di sasaran antara “skin
touch”(sentuhan kulit) dengan jarak 5 cm dari wajah, kepala atau leher dapat dikatakan
telah mencapai jarak yang benar. Kemudian serangan ke arah Jodan yang dilakukan dengan
jarak yang memungkinkan terhadap target dan dimana lawan tidak berusaha untuk
menangkis atau menghindari akan dianggap benar atau mendapat nilai, asalkan tehniknya
memenuhi 6 kriteria.
Dalam pertandingan kategori Kadet dan Junior kontak ke kepala, wajah dan leher
( termasuk face mask ) dengan tangan tidak dibolehkan dan tehnik yang lainnya harus
berupa sentuhan yang paling ringan atau disebut juga skin touch. Untuk tendangan Jodan
toleransi jarak menjadi 10 cm.
X. Satu tehnik yang buruk tetap buruk, tanpa menghiraukan dimana dan bagaimana tehnik itu
dilakukan. Tehnik yang tidak efisien dalam bentuk yang baik atau yang dilakukan dengan
kurang tenaga tidak akan menghasilkan nilai.
XI. Tehnik yang mendarat di bawah ikat pinggang memungkinkan menghasilkan nilai, selama itu
berada di atas tulang kemaluan (Pubic Bone). Leher adalah area target dan begitu juga
tenggorokan. Kontak ke tenggorokan tidak diperbolehkan, tetapi nilai dapat diberikan untuk
suatu tehnik yang terkontrol dengan baik, yang tidak menyentuh (tenggorokan).
XII. Satu tehnik yang mendarat pada tulang belikat dapat menghasilkan nilai. Bagian dari
punggung yang tidak menghasilkan nilai adalah area pertemuan antara tulang atas lengan
dengan tulang belikat.
XIII. Bel tanda berakhir pertandingan menandakan akhir dari kemungkinan untuk memperoleh
nilai dalam pertandingan, walaupun Wasit tidak dengan segera menghentikan pertarungan.
Bel akhir pertandingan tidak berarti bahwa hukuman tidak dapat diterapkan. Hukuman dapat
dijatuhkan oleh Panel Wasit pada saat dimana peserta meninggalkan area setelah keputusan
akhir. Hukuman dapat dijatuhkan setelah itu, tapi kemudian hanya oleh Komisi Hukum &
Disiplin.
XIV. Jika kedua peserta mengenai sasaran pada saat yang bersamaan, kriteria penilaian untuk
waktu yang tepat tidak bisa diterapkan, dan keputusan yang tepat seharusnya adalah tidak
memberikan nilai. Kedua peserta mungkin saja bisa bersamaan memperoleh nilai dalam
kasus tersebut jika ada 2 bendera juri yang mendukungnya , dan nilai diberikan sebelum
Wasit meneriakkan Yame atau bel tanda waktu habis.
XV. Jika seorang peserta melancarkan lebih dari satu tehnik yang berbeda (dan semuanya
memenuhi 6 kriteria) sebelum pertandingan dihentikan / isyarat Yame , maka nilai yang
diberikan adalah nilai yang tertinggi tanpa memandang urutan tehnik mana yang lebih dulu
dilancarkan. Contoh : sebuah tehnik tendangan dilancarkan setelah tehnik pukulan
(keduanya memenuhi 6 kriteria) – maka nilai yang diberikan adalah nilai untuk tendangan.
PASAL 7 : KRITERIA UNTUK KEPUTUSAN

1. Hasil dari suatu pertandingan ditentukan oleh salah satu peserta yang unggul delapan
angka atau saat waktu pertarungan berakhir mendapat nilai lebih banyak, berhasil
mendapatkan nilai lebih dulu tanpa perlawanan (SENSHU), meraih kemenangan lewat
keputusan HANTEI atau HANSOKU, SHIKAKKU, atau KIKEN yang dijatuhkan pada
salah satu peserta.
2. Pada pertandingan perorangan normalnya tidak dapat dinyatakan kedudukan seri.
Hanya pada pertandingan beregu atau pertandingan dengan sistem round robbin
dimana sebuah babak berakhir dengan nilai sama atau tanpa nilai, dan tidak ada yang
memperoleh SENSHU, Wasit akan mengumumkan seri (HIKIWAKE).
3. Pada semua pertandingan jika setelah waktu berakhir nilai keduanya seri , namun
seorang peserta berhasil “mendapatkan nilai lebih dulu tanpa perlawanan” (SENSHU),
maka ia akan dinyatakan sebagai pemenang. Pada pertandingan perorangan jika tidak
ada nilai yang diperoleh oleh kedua peserta ataupun terjadi nilai seri tanpa ada yang
berhasil ‘mendapatkan nilai lebih dulu tanpa perlawanan’ , keputusan akan
dilaksanakan dengan voting/pemungutan suara oleh satu Wasit dan empat Juri
(HANTEI), masing-masing harus memilih salah satu peserta dan keputusan diambil
berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
a. Sikap, semangat bertarung dan kekuatan yang ditunjukkan oleh peserta.
b. Superioritas/ kelebihan dari tehnik dan taktik yang diperlihatkan.
c. Peserta mana yang mempunyai inisiatif menyerang yang lebih dominan.
4. Seorang peserta yang meskipun telah memperoleh SENSHU namun pada saat waktu
pertandingan tersisa kurang dari 15 detik ia menerima peringatan C2 yang dianggap
menghindari pertarungan seperti hal – hal berikut : Jogai, menghindari lawan,
menempel, menarik, bergumul, mendorong atau berdiri mengadu dada dengan dada ~
maka peserta tsb kehilangan peluang terhadap SENSHU. Wasit setelah memberikan
tingkatan peringatan C2 yang sesuai , lalu setelah mendapat dukungan minimal dari 2
orang Juri akan menunjukkan ulang gestur SENSHU dan kemudian disusul dengan
gestur serta aba – aba penganuliran ( AKA / AO SENSHU TORIMASEN ). Setelah hal
ini dilakukan maka tidak ada alasan apapun juga bagi lawannya untuk bisa diberikan
SENSHU.
Dalam kasus dimana SENSHU pertama kali sudah diberikan pada seorang
peserta namun sebelum pertarungan dilanjutkan kembali lawannya
mengajukan protes lewat video & diterima maka SENSHU yang tadi sudah
diberikan harus dianulir dengan menggunakan prosedur yang sama seperti di atas.
Tim pemenang adalah yang memperoleh kemenangan lebih banyak termasuk
kemenangan dengan SENSHU. Jika kedua tim memiliki kemenangan yang sama,
maka tim yang memiliki jumlah nilai lebih banyak (seluruh nilai dalam semua partai)
akan dinyatakan sebagai pemenang. Pertarungan akan dihentikan jika selisih nilai
berjumlah delapan angka atau lebih.
5. Jika kedua tim memiliki jumlah kemenangan dan nilai yang sama , maka
dilanjutkan dengan partai tambahan dengan anggota tim yang mana saja dan
apabila masih seri juga atau tidak ada yang meraih SENSHU, maka akan dilakukan
prosedur Hantei seperti pada pertandingan perorangan (butir 2 di atas).
Hasil HANTEI pada partai tambahan akan sekaligus menjadi penentu keputusan tim
mana yang menjadi pemenang.
6. Pada pertandingan beregu bila satu tim memperoleh angka dan nilai kemenangan
yang cukup, maka dinyatakan sebagai pemenang pada saat itu, dan pertandingan
lanjutan tidak diperlukan.
7. Dalam kasus dimana kedua peserta didiskualifikasi bersamaan dengan Hansoku,
peserta yang akan berhadapan berikutnya sesuai dengan urutan di bagan secara
otomatis akan menang dengan bye (tanpa perlu diumumkan), kecuali kasus itu terjadi
pada babak perebutan medali maka prosedur Hantei harus tetap dilaksanakan.
PENJELASAN
I. Ketika memutuskan hasil pertandingan melalui voting (Hantei), setelah berakhirnya sebuah
pertandingan, Wasit akan bergerak ke batas area dan menyerukan “HANTEI” diikuti dengan
tiupan dua nada dari peluitnya. Para Juri akan menyatakan pendapat mereka melalui
bendera dan pada saat yang bersamaan Wasit mengangkat tangan pada sisi yang dianggap
menang. Wasit akan meniup peluit dengan nada pendek untuk mengisyaratkan para juri
menurunkan bendera, lalu ia kembali ke posisi semula dan mengumumkan keputusan dengan
cara biasa.

II. Mendapatkan nilai lebih dulu tanpa perlawanan (SENSHU) pengertiannya adalah bahwa
dalam satu kesempatan pertama seorang peserta telah berhasil lebih dulu melancarkan
tehnik yang menghasilkan nilai dimana lawannya pada saat itu tidak berhasil menghasilkan
nilai sebelum isyarat dari Wasit untuk melanjutkan pertarungan dilakukan. Dalam kasus
dimana dalam satu kesempatan kedua peserta menghasilkan nilai sebelum isyarat dari Wasit
untuk melanjutkan pertarungan dilakukan maka kondisi “mendapatkan nilai lebih dulu tanpa
perlawanan” TIDAK bisa diberikan dan kedua peserta masih berpeluang untuk memperoleh
SENSHU dalam kesempatan berikutnya.

PASAL 8 : PERILAKU YANG DILARANG

Ada dua kategori yang dikelompokkan sebagai perilaku yang dilarang yaitu Kategori 1 dan
Kategori 2 ( C1 dan C2 ).

KATEGORI 1
1. Tehnik – tehnik yang menghasilkan kontak yang kuat / keras, walaupun serangan
tersebut tertuju pada area yang diperbolehkan. Selain itu dilarang melakukan tehnik –
tehnik yang menghasilkan kontak pada tenggorokan.
1. Serangan – serangan pada lengan atau kaki, persendian atau pangkal paha.
2. Serangan – serangan pada wajah dengan tehnik tangan terbuka.
3. Tehnik – tehnik melempar / membanting yang berbahaya / terlarang.

KATEGORI 2
1. Berpura-pura atau melebih - lebihkan cidera yang dialami.
2. Keluar dari area pertandingan (JOGAI) yang tidak disebabkan oleh lawan.
3. Membahayakan diri sendiri dengan membiarkan pertahanan dirinya terbuka atau tidak
memperhatikan keselamatan dirinya atau tidak mampu untuk menjaga jarak yang
diperlukan untuk melindungi diri (MUBOBI).
4. Menghindari pertarungan yang mengakibatkan lawan kehilangan kesempatan untuk
memperoleh angka.
5. Pasifitas / ketidak aktifan – tidak berusaha untuk melakukan serangan dalam
pertarungan ( tidak dapat diberikan ketika waktu pertandingan tersisa kurang dari 15
detik ).
6. Merangkul (memiting), bergumul (bergulat), mendorong atau berdiri saling mengadu
dada dengan dada tanpa mencoba untuk melakukan tehnik yang menghasilkan nilai
atau tidak dilanjutkan dengan upaya untuk menjatuhkan lawan.
7. Mencengkram / memegang lawan dengan kedua tangan untuk alasan apapun kecuali
melakukan upaya untuk menjatuhkan setelah menangkap kaki lawan yang menendang.
8. Mencengkram / memegang lengan lawan atau karate-gi nya dengan satu tangan tanpa
dengan segera berusaha melakukan tehnik yang menghasilkan nilai atau tanpa upaya
untuk menjatuhkan lawan.
9. Melakukan tehnik - tehnik yang secara alamiah, tidak dapat dikontrol untuk keselamatan
lawan dan berbahaya serta serangan-serangan lain yang tidak dapat dikendalikan.
10. Melakukan serangan bersamaan dengan kepala, lutut atau siku.
11. Berbicara kasar atau memanasi / menggoda lawan, tidak mematuhi perintah Wasit,
melakukan tindakan yang tidak pantas ke arah Panel Wasit / Juri yang bertugas, serta
tindakan lain yang melanggar etika.
PENJELASAN
I. Pertandingan Karate adalah olah raga, oleh karena itu beberapa tehnik yang berbahaya
dilarang dan semua tehnik harus dikontrol. Peserta dewasa yang terlatih dapat melancarkan
tehnik pukulan yang memiliki kekuatan relatif pada area -area berotot seperti perut, tapi
pada kenyataannya adalah bahwa kepala, wajah, leher, selangkangan dan sendi adalah
rawan terhadap luka. Karenanya semua tehnik yang dapat menyebabkan luka dapat
menyebabkan hukuman kecuali disebabkan oleh si penerima.
Peserta harus menunjukkan tehnik-tehnik dengan kontrol dan bentuk yang baik. Jika tidak,
maka apapun tehnik yang dilakukan harus dijatuhkan peringatan dan hukuman. Khusus untuk
pertandingan Kadet dan Junior harus mendapat kepedulian yang tinggi.
II. KONTAK KE ARAH MUKA - SENIOR : Untuk peserta senior, tidak boleh ada cidera ;
serangan dengan ringan, terkontrol dan hanya sentuhan ke arah wajah, kepala dan leher
yang diperbolehkan. (Tenggorokan tidak boleh disentuh sama sekali). Apabila kontak ke
arah wajah terlalu keras dalam pandangan Wasit, tetapi tidak mengurangi kesempatan
kontestan untuk menang, maka suatu peringatan akan diberikan (CHUKOKU). Kontak kedua
akan menghasilkan KEIKOKU. Selanjutnya bila terjadi kontak yang ketiga akan
menghasilkan HANSOKU CHUI. Kontak yang terjadi setelah itu, walaupun tidak serius
mempengaruhi kesempatan lawan untuk menang akan menghasilkan HANSOKU bagi
pelakunya.
III. KONTAK KE ARAH MUKA KADET DAN JUNIOR : Untuk Kadet dan Junior tidak boleh
ada kontak apapun dengan tehnik tangan ke arah kepala, wajah, atau leher (termasuk ke face
mask) . Semua kontak tidak dibolehkan walaupun ringan, dan akan diberikan hukuman
kecuali disebabkan oleh kesalahan peserta sendiri (Mubobi). Untuk tendangan ke arah Jodan
diperbolehkan dengan sentuhan ringan (skin touch) & harus memenuhi 6 kriteria, lebih
daripada skin touch akan menerima peringatan atau hukuman kecuali disebabkan oleh
kesalahan peserta sendiri (Mubobi). Penjelasan lengkap untuk Usia Di Bawah 14 tahun lihat
pada Lampiran 10.
IV. Wasit harus melanjutkan mengamati peserta yang terluka hingga pertarungan selesai. Satu
jeda singkat harus dilakukan jika terjadi gejala luka seperti hidung berdarah yang terus
berkembang. Pengamatan harus dilakukan untuk mengantisipasi upaya peserta untuk
memperburuk luka ringan sebagai alasan agar memperoleh keuntungan. Contoh dari ini
adalah menghembuskan nafas terus menerus melalui hidung berdarah tersebut atau
mengusap wajah secara kasar.
V. Luka yang sudah ada sebelumnya dapat menciptakan gejala yang diluar proporsi dari
derajat yang sebenarnya terjadi dan Wasit harus mempertimbangkan ini ketika
mempertimbangkan hukuman untuk kontak yang kelihatannya berlebihan. Sebagai contoh
kontak yang dilakukan dengan ringan akan menimbulkan luka yang berlanjut dari luka
sebelumnya. Sebelum dimulainya pertandingan, Pengawas Area Pertandingan harus
memeriksa kartu kesehatan dan memastikan bahwa para peserta layak untuk bertanding.
Wasit harus juga diberitahu jika seorang peserta sedang dalam perawatan karena luka.
VI. Peserta yang berperilaku berlebihan terhadap kontak ringan, dalam usaha untuk membuat
Wasit menghukum lawan seperti memegang muka, menjatuhkan diri akan segera diperingati
atau dihukum.
VII. Berpura - pura terluka, yang sebenarnya tidak adalah pelanggaran serius terhadap
peraturan. Shikkaku akan dikenakan pada peserta yang berpura-pura terluka misalnya ketika
seperti terjatuh dan terguling di lantai dan tidak didukung oleh fakta yang sesuai dengan
yang dilaporkan oleh dokter netral.
VIII. Melebih - lebihkan suatu luka yang memang ada dan sebenarnya tidak serius adalah sikap
yang tidak bisa diterima dan meskipun pertama kali dilakukan akan langsung menerima
HANSOKU CHUI ; jika lebih serius melebih - lebihkan cidera seperti sempoyongan,
menjatuhkan diri di lantai kemudian berdiri dan jatuh lagi dan sebagainya, bisa saja
diberikan langsung HANSOKU tergantung seberapa kerasnya serangan yang diterima
peserta tersebut.
IX. Peserta yang menerima SHIKKAKU karena berpura - pura terluka akan ditarik dari area
pertandingan dan langsung diserahkan ke Komisi Kesehatan WKF yang segera mengadakan
pemeriksaan pada peserta. Komisi Kesehatan akan menyerahkan laporan kesehatannya
sebelum berakhirnya kejuaraan, sebagai bahan pertimbangan untuk Komisi Wasit yang akan
meneruskannya pada Komisi Eksekutif agar dikeluarkan keputusan resmi untuk itu. Peserta
yang berpura -pura terluka akan dijatuhi hukuman terberat termasuk sampai pelarangan
bertanding seumur hidup bagi pelanggaran yang berulang - ulang.
X. Tenggorokan khususnya adalah daerah rentan dan meskipun kontak yang sangat ringan pun
akan diperingatkan atau dihukum, kecuali karena kesalahan si penerima.
XI. Tehnik melempar dapat dibagi ke dalam dua jenis. Tehnik menyapu kaki karate konvensional
yang sudah baku seperti De Ashi Barai, Ko Uchi Gari dsb. dimana lawan disapu, sehingga
kehilangan keseimbangan atau dilempar tanpa dipegang terlebih dulu dan lemparan yang
mengharuskan lawan untuk dipegang atau ditahan dengan satu tangan selama tehnik
lemparan. P e n g e c u a l i a n h a n y a b o l e h d i l a k u k a n p a d a s a a t m e n a n g k a p k a k i
lawan yang sedang menendang dengan kedua tangan untuk disusul
segera dengan tehnik lemparan / bantingan.
T i t i k s u m b u / p o r o s lemparan tidak boleh di atas batas sabuk lawan dan lawan harus
dipegang, sehingga pendaratan yang aman dapat dilakukan. Lemparan melalui punggung
seperti Seoi Nage, Kata Guruma dll adalah dinyatakan terlarang, begitu juga halnya dengan
lemparan ke arah atas seperti Tomoe Nage, Sumi Gaeshi dll. Dilarang juga untuk merangkul
lawan dibawah pinggang lalu mengangkat dan melemparnya atau menyentuh dan menarik
kedua kaki dari bawah, Jika seorang peserta cidera sebagai akibat tehnik lemparan /
bantingan maka Panel Wasit akan memutuskan satu hukuman.
Peserta boleh mencengkram / memegang lengan lawan atau karate-gi nya dengan satu tangan
untuk tujuan melakukan tehnik lemparan / bantingan ataupun tehnik yang langsung
menghasilkan nilai , namun lawan harus dilepas pada saat ketika tehnik susulan tersebut
dilakukan. Memegang lawan dengan satu tangan harus dilanjutkan segera dengan tehnik
yang menghasilkan nilai atau tehnik lemparan / bantingan atau membuat lawan jatuh.
Memegang dengan kedua tangan hanya diijinkan ketika mencengkram / memeluk kaki lawan
yang sedang menendang untuk tujuan melakukan tehnik lemparan / bantingan.
XII. Tehnik tangan terbuka ke arah wajah adalah dilarang, karena dapat membahayakan
penglihatan peserta.
XIII. JOGAI berkaitan dengan situasi, dimana kaki atau bagian manapun dari tubuh peserta
menyentuh bagian luar dari area pertandingan. Pengecualian adalah jika peserta secara fisik
didorong atau dilempar dari area pertandingan oleh lawan. Peringatan harus disampaikan
secara khusus dalam JOGAI yang pertama kali dilakukan.
Makna JOGAI tidak lagi “berulang kali keluar” , namun kini berarti “keluar yang tidak
disebabkan oleh lawan”. Jika waktu pertandingan tersisa kurang dari 15 detik dari sisa
waktu pertandingan, Wasit akan memberikan minimal Hansoku Chui bagi peserta yang
melakukan Jogai.
XIV. Seorang peserta yang melancarkan tehnik yang menghasilkan nilai , kemudian keluar
area sebelum wasit meneriakkan Yame maka ia akan diberikan nilai , dan Jogai tidak akan
dikenakan. Jika tehnik yang dilancarkan tak menghasilkan nilai maka Jogai akan dikenakan.
XV. Jika AO keluar segera setelah AKA menghasilkan nilai dengan serangan efektif, kemudian
Wasit baru mengatakan Yame , maka AO tidak diberikan Jogai. Namun jika AO Jogai pada
saat AKA belum atau sedang menghasilkan nilai dengan serangan efektif (dimana AKA tetap
didalam area) , maka nilai untuk AKA dan Jogai untuk AO akan diberikan bersamaan.
XVI. Sangat penting untuk dipahami bahwa menghindari pertarungan , mengacu kepada situasi
dimana seorang peserta tidak memberikan kesempatan kepada lawannya untuk membuat
nilai dengan mengulur-ngulur waktu. Peserta yang mundur tanpa perlawanan yang efektif
atau menghilangkan kesempatan lawan untuk membukukan nilai seperti merangkul yang
tidak perlu atau sengaja keluar akan diperingati atau dihukum. Ini biasanya sering terjadi
pada detik - detik terakhir dari suatu pertandingan.
Jika serangan terjadi dalam lima belas detik atau lebih dari waktu pertandingan yang tersisa,
CHUKOKU akan diberikan Wasit jika peserta belum mendapat Kategori 2 sebelumnya. Jika
sudah mendapat Kategori 2 sebelumnya maka akan berlanjut sesuai urutan. Namun apabila
waktu tersisa kurang dari lima belas detik HANSOKU CHUI akan diberikan langsung oleh
Wasit (tanpa memandang apakah sebelumnya peserta sudah memperoleh KEIKOKU untuk
Kategori 2 atau tidak ) , jika peserta sudah memperoleh HANSOKU CHUI untuk Kategori 2
maka HANSOKU akan diberikan & kemenangan akan diberikan pada lawannya. Meskipun
demikian Wasit harus memastikan bahwa peserta tidak mundur karena lawannya bertindak
dalam cara yang tidak seharusnya atau cara yang berbahaya dimana si pelaku harus
diperingati atau dihukum.
XVII. Pasifitas (ketidak aktifan) mengacu pada situasi dimana kedua peserta tidak berusaha
melancarkan tehnik serangan maupun serangan balasan melewati batas waktu yang wajar.
XVIII. Satu contoh dari Mubobi adalah dimana peserta melancarkan serangan yang bertubi-tubi
tanpa menghiraukan keselamatan dirinya. Beberapa peserta menerjangkan dirinya
melakukan pukulan panjang dan tidak mampu menangkis / melancarkan serangan balasan.
Serangan terbuka seperti itu merupakan serangan Mubobi dan tidak menghasilkan nilai.
Seperti taktik gerakan sandiwara, banyak petarung memutar dirinya dengan segera setelah
menunjukkan serangan yang menghasilkan nilai, tujuan dari tindakan tersebut adalah untuk
menarik perhatian Wasit terhadap tehnik mereka. Mereka kehilangan perlindungan diri dan
kesadaran terhadap lawannya yang akan menyerang, ini merupakan tindakan MUBOBI.
Seharusnya peserta yang menerima kontak yang keras atau mengalami cidera yang
disebabkan oleh kesalahannya akan diberikan Wasit peringatan atau hukuman Kategori 2
dan membatalkan peringatan atau hukuman kepada lawannya.
XIX. Setiap perilaku tidak wajar / sopan dari satu anggota kontingen dapat mengakibatkan
diskualifikasi peserta, keseluruhan tim atau kontingen dari kejuaraan.

PASAL 9 : PERINGATAN & HUKUMAN

CHUKOKU : CHUKOKU diberikan pada pelanggaran kecil yang dilakukan


pertama kali dalam sebuah jenis kategori (C1 atau C2).
KEIKOKU : KEIKOKU diberikan pada pelanggaran kecil yang dilakukan kedua
kalinya dalam sebuah jenis kategori atau pada pelanggaran yang
belum cukup serius untuk mendapat HANSHOKU-CHUI.
HANSHOKU-CHUI : Ini adalah sebuah peringatan diskualifikasi yang biasanya diberikan
pada pelanggaran dimana KEIKOKU sebelumnya telah diberikan
pada pertandingan tersebut ataupun dapat dikenakan langsung untuk
pelanggaran yang serius, dimana hukuman HANSOKU belum tepat
diberikan.
HANSOKU : Ini adalah sebuah hukuman atau diskualifikasi yang diberikan pada
pelanggaran yang sangat serius atau ketika HANSHOKU-CHUI telah
diberikan. Pada pertandingan beregu, anggota tim yang mengalami
cidera akan menerima delapan angka, dan nilai lawannya menjadi
nol.
SHIKKAKU : Ini adalah suatu diskualifikasi dari keseluruhan kejuaraan termasuk
semua kategori yang mungkin diikuti oleh peserta yang bersangkutan.
SHIKKAKU dapat diberlakukan jika peserta melakukan tindakan :
mengabaikan perintah Wasit, menunjukkan kebencian / tindakan tidak
terpuji, merusak martabat dan kehormatan Karate atau ketika
tindakan lainnya dianggap melanggar peraturan dan semangat
kejuaraan. Pada pertandingan beregu jika satu anggota dari sebuah
tim menerima SHIKKAKU, maka angka timnya menjadi nol dan tim
lawan akan mendapat tambahan delapan angka.
PENJELASAN
I. Ada tiga tingkatan untuk peringatan : CHUKOKU, KEIKOKU dan HANSOKU CHUI. Sebuah
peringatan adalah koreksi yang diberikan pada peserta untuk menunjukkan bahwa ia
melakukan kesalahan dalam peraturan pertandingan, namun belum mendapatkan hukuman
langsung.
II. Ada dua tingkatan untuk hukuman : HANSOKU dan SHIKKAKU , keduanya diakibatkan
pelanggaran yang dilakukan oleh peserta terhadap peraturan pertandingan sehingga
menyebabkan ia didiskualifikasi dari :
a) pertandingan (HANSOKU)
b) seluruh kejuaraan (SHIKKAKU) dengan kemungkinan sanksi tambahan yang akan
dijatuhkan oleh Komisi Hukum & Disiplin sesuai laporan yang diajukan.
III. Pelanggaran & hukuman Kategori 1 dan 2 tidak saling berakumulasi silang.
IV. Satu hukuman dapat secara langsung dijatuhkan pada satu pelanggaran peraturan tetapi sekali
diberikan, pengulangan kategori itu harus disertakan dengan bertambahnya tingkat peringatan
atau diskualifikasi yang dirasa sesuai. Misalnya tidak mungkin untuk memberi peringatan
untuk kontak yang berlebihan dan kemudian memberikan peringatan yang sama untuk kontak
berlebihan yang kedua.
V. CHUKOKU biasanya diberikan dimana telah terjadi pelanggaran kecil dari aturan, tapi
peluang peserta untuk menang tetap tidak berkurang oleh kesalahan lawan.
VI. KEIKOKU biasanya diberikan dimana potensi peserta untuk menang berkurang sedikit (dalam
pandangan para Juri) oleh kesalahan lawan.
VII. HANSHOKU CHUI boleh diberikan langsung , atau mengikuti sebuah Keikoku dan digunakan
dimana potensi peserta untuk menang menjadi serius berkurang (dalam pandangan para Juri)
oleh kesalahan lawan.
VIII. HANSOKU diberikan untuk pelanggaran berulang kali , tapi dapat juga diberikan langsung
untuk pelanggaran serius terhadap peraturan. Digunakan ketika potensi peserta untuk menang
benar-benar serius hilang (dalam pandangan para Juri) karena kesalahan lawan.
IX. Setiap peserta yang menerima HANSOKU karena menyebabkan luka dan dalam pandangan
para Juri & Manajer Tatami dianggap bertindak sembrono atau berbahaya atau peserta yang
dianggap tidak memiliki kemampuan kontrol yang penting dibutuhkan untuk pertandingan
sesuai aturan WKF maka hal ini akan dilaporkan pada Komisi Wasit. Komisi Wasit akan
memutuskan apakah peserta itu akan ditarik dari seluruh pertandingan atau pertandingan
berikutnya saja.
X. SHIKKAKU dapat dikenakan secara langsung tanpa peringatan apapun sebelumnya. Jika
Wasit percaya bahwa seorang peserta telah bertindak secara tidak terpuji tanpa menghiraukan
apakah luka fisik telah terjadi atau belum, maka SHIKKAKU dan bukan HANSOKU merupakan
hukuman yang tepat.
XI. Ketika Wasit menganggap ofisial / pelatih mengganggu pertandingan yang sedang
berlangsung, maka ia akan menghentikan pertarungan (YAME), mendekati ofisial / pelatih dan
menunjukkan sinyal C2 untuk tindakan tidak terpuji. Jika ofisial / pelatih tetap mengulangi hal
tsb maka Wasit akan menghentikan pertarungan, mendekati ofisial / pelatih dan memintanya
untuk meninggalkan tatami. Wasit tidak akan melanjutkan kembali pertarungan hingga
mendekati ofisial / pelatih benar – benar meninggalkan area pertandingan. Hal seperti ini tidak
dianggap sebagai suatu situasi SHIKAKKU dan pengusiran terhadap ofisial / pelatih hanya
berlaku pada babak / partai itu saja.
XII. Suatu SHIKKAKU harus diumumkan kepada publik.
PASAL 10 : CIDERA & KECELAKAAN DALAM PERTANDINGAN

1. KIKEN atau mengundurkan diri adalah keputusan yang diberikan ketika satu atau
beberapa peserta tidak / gagal hadir ketika dipanggil, tidak mampu melanjutkan,
meninggalkan pertandingan atau menarik diri atas perintah Wasit. Alasan meninggalkan
pertandingan ini bisa karena cidera yang tidak disebabkan oleh tindakan lawan.
Mengundurkan diri lewat KIKEN berarti peserta yang bersangkutan didiskualifikasi dari
kategori yang dimaksud saja , namun tidak berpengaruh terhadap keikutsertaannya
pada kategori lain.
2. Jika dua peserta menciderai satu sama lain atau menderita dari efek cidera yang diderita
sebelumnya dan dinyatakan oleh dokter kejuaraan tidak mampu melanjutkan
pertandingan, maka pertandingan akan dimenangkan oleh peserta yang mengumpulkan
nilai terbanyak. Di dalam kumite perorangan jika nilainya sama maka akan diputuskan
dengan HANTEI, kecuali salah seorang telah memperoleh SENSHU.
Di dalam kumite beregu wasit akan mengumumkan seri (HIKIWAKE) , kecuali salah
seorang telah memperoleh SENSHU. Jika situasi tersebut terjadi pada pertandingan
tambahan pada kumite beregu, maka akan diputuskan juga dengan HANTEI, kecuali
salah seorang telah memperoleh SENSHU.
3. Seorang peserta yang cidera dan telah dinyatakan tidak layak untuk bertanding oleh
dokter kejuaraan tidak dapat bertanding lagi dalam kejuaraan tersebut.
4. Seorang peserta yang cidera dan memenangkan langsung pertandingan melalui
diskualifikasi (Hansoku) karena cidera, tidak diperbolehkan untuk bertanding lagi tanpa
ijin dari dokter kejuaraan.
5. Jika peserta cidera, pertama Wasit harus segera menghentikan pertarungan dan
selanjutnya memanggil dokter kejuaraan. Dokter kejuaraan berwenang untuk
memberikan diagnosa dan mengobati cidera saja.
6. Seorang peserta yang cidera saat pertarungan berlangsung dan memerlukan perawatan
medis akan diberikan 3 menit untuk menerima perawatan tersebut. Jika perawatan tidak
selesai dalam waktu yang telah diberikan Wasit akan menyatakan peserta tidak fit untuk
melanjutkan pertarungan ( pasal 13 paragraf 8d ) atau perpanjangan waktu akan
diberikan.
7. Peserta yang terjatuh, terlempar atau KO dan tidak dapat berdiri atas kedua kakinya
dengan segera dalam waktu 10 detik, dipertimbangkan tidak layak untuk melanjutkan
pertarungan dan secara otomatis akan ditarik dari semua pertandingan kumite di dalam
kejuaraan itu. Dalam hal peserta terjatuh, terlempar atau KO dan tidak bisa berdiri di
atas kedua kakinya dengan segera, Wasit akan memanggil dokter kejuaraan dan pada
waktu yang bersamaan memulai penghitungan sampai 10 dalam bahasa Inggris
dengan menunjukkan tiap jarinya untuk menunjukkan tiap detik. Dalam semua kasus
dimana hitungan 10 detik telah dimulai dokter kejuaraan akan memeriksa peserta
sebelum pertandingan dapat dimulai lagi. Untuk kasus dimana ketentuan 10 detik ini
diberlakukan, peserta dapat diperiksa di dalam area pertandingan.

PENJELASAN
I. Jika dokter kejuaraan menyatakan peserta tidak layak bertanding, catatan tentang hal
tersebut harus dibuat pada kartu pantauan kesehatan peserta (belakang ID Card). Tingkat
keadaan tidak fit harus dijelaskan pada Panel Wasit lainnya.
II. Seorang peserta dapat menang melalui satu diskualifikasi dari lawan karena akumulasi dari
pelanggaran kecil C1. Mungkin pemenang tidak mengalami luka yang berarti.
III. Wasit harus memanggil dokter kejuaraan ketika peserta cidera dan membutuhkan perawatan
medis dengan cara mengangkat tangannya dan meneriakkan kata “Dokter”.
IV. Jika peserta masih memungkinkan untuk berjalan maka pemeriksaan & perawatan medis oleh
dokter kejuaraan harus dilakukan di luar area pertandingan.
V. Dokter kejuaraan wajib membuat rekomendasi keselamatan hanya yang berkaitan dengan
pengaturan medis yang benar dari cidera peserta tersebut.
VI. Para Juri akan memutuskan pemenang berdasarkan Kiken, Hansoku atau Shikkaku sesuai
dengan kasus yang terjadi.
VII. Dalam pertandingan beregu, jika anggota tim menerima Kiken, atau didiskualifikasi
(Hansoku atau Shikkaku), maka nilainya menjadi 0 (nol) dan tim lawan akan mendapatkan
tambahan 8 (delapan) angka.

PASAL 11 : PROTES RESMI

1. Tidak seorang pun boleh memprotes penilaian pada anggota Panel Wasit.
2. Jika prosedur Wasit terlihat bertentangan dengan peraturan, pelatih dari atlet tsb atau
perwakilan resmi kontingen adalah satu-satunya pihak yang diperbolehkan mengajukan
protes.
3. Protes akan berbentuk laporan tertulis yang akan segera diajukan setelah pertarungan
dimana protes itu terjadi selesai berlangsung (satu-satunya pengecualian untuk ini
adalah protes yang berkaitan dengan kesalahan administrasi, Pengawas Area
Pertandingan harus diberitahu segera setelah kesalahan administrasi terdeteksi).
4. Protes harus diserahkan kepada perwakilan Juri Banding . Pada waktunya Juri Banding
akan meninjau isi yang mengarah pada keputusan yang diprotes. Setelah
mempertimbangkan semua fakta yang ada, mereka akan membuat laporan dan menjadi
wewenang untuk mengambil tindakan yang mungkin diperlukan.
5. Semua protes termasuk yang berkaitan dengan penerapan peraturan harus
disampaikan oleh pelatih tidak lewat dari satu menit setelah berakhirnya pertarungan
yang diprotes. Pelatih akan meminta formulir protes resmi dari Manajer Tatami lalu
mengisi, menandatangani & menyerahkannya kembali pada Manajer Tatami dengan
memberikan uang jaminan tidak lewat dari empat menit. Manajer Tatami lalu segera
akan menyerahkannya pada Juri Banding yang memiliki waktu 5 menit untuk membuat
keputusan.
6. Protes harus menyerahkan uang jaminan sejumlah yang disepakati oleh Komisi
Eksekutif WKF dan bersamaan dengan pembayaran protes yang diajukan harus
disetujui oleh perwakilan Juri Banding.
7. Komposisi dari Juri Banding
Juri Banding adalah gabungan dari 3 Wasit senior yang ditunjuk oleh Komisi Wasit ,
tidak dibolehkan 2 anggota berasal dari federasi nasional yang sama. Komisi Wasit juga
harus menunjuk tiga orang anggota cadangan yang diatur sedemikian rupa guna dapat
menggantikan Juri Banding yang sudah ditunjuk bila terjadi situasi konflik kepentingan,
dimana anggota Juri Banding memiliki kesamaan kebangsaan atau hubungan
kekeluargaan karena pertalian darah atau perkawinan dengan semua pihak yang
terlibat, termasuk semua anggota Panel Wasit yang terlibat dalam kasus tersebut.
8. Proses Evaluasi Banding
Merupakan tanggungjawab dari pihak yang menerima protes, menyampaikannya ke Juri
Banding dan menyerahkan uang jaminan ke bendahara.
Setelah protes disampaikan Juri Banding segera melakukan penyelidikan dan penelitian
yang dibutuhkan sebagaimana yang diprotes , sebagai bahan pertimbangan yang
diperlukan untuk menemukan kebenaran protes. Setiap anggota Juri Banding diwajibkan
memberikan hasil keputusan terhadap keabsahan dari protes dan tidak boleh ada yang
tidak memberikan pertimbangan.
9. Protes Ditolak
Jika tidak ditemukan pembuktian dari yang diprotes, Juri Banding akan menunjuk salah
seorang angotanya untuk menyampaikan kepada pihak yang memprotes bahwa protes
telah ditolak, diikuti dengan menuliskan kata DITOLAK, pada formulir asli, dan harus
ditandatangani oleh semua anggota Juri Banding, dimana sebelumnya uang jaminan
sudah diterima oleh bendahara dan diteruskan ke Sekretaris Jenderal.
10. Protes Diterima
Jika protes diterima, Juri Banding akan meneruskan kepada Panitia Pelaksana dan
Komisi Wasit untuk mengambil langkah-langkah yang praktis untuk menormalisir
keadaan, termasuk kemungkinan :
 Mengubah hasil keputusan yang berlawanan dengan peraturan.
 Mengubah hasil dari pertandingan di dalam bagan pada saat sebelum terjadinya
peristiwa.
 Mengulangi pertandingan yang menyebabkan terjadinya peristiwa.
 Membuat rekomendasi kepada Komisi Wasit yang menyatakan bahwa Panel Wasit
yang terlibat sudah dievaluasi untuk dikoreksi atau diberi sanksi.
Merupakan tanggungjawab dari Juri Banding untuk mengambil keputusan yang
bijaksana dengan cara yang tepat bagi tindakan yang akan mengganggu jalannya
pertandingan, mengulangi proses eliminasi adalah pilihan akhir untuk keamanan dan
mendapatkan hasil yang adil.
Juri Banding akan menunjuk satu dari anggotanya yang akan menyampaikan kepada
pihak yang mengajukan protes bahwa protes diterima, dan menuliskan kata DITERIMA
pada formulir asli, yang ditandatangani oleh masing-masing Juri Banding, uang jaminan
yang didepositkan sebelumnya akan dikembalikan oleh bendahara pada yang
mengajukan protes, dan dokumen protes akan diteruskan kepada Sekretaris Jenderal.
11. Laporan Kasus
Selain menangani kasus seperti yang diuraikan diatas, Juri Banding akan membuat
laporan peristiwa yang diprotes, yang menjelaskan tentang penemuan-penemuan
mereka, dan menyampaikan alas an - alasan kenapa protes diterima atau ditolak.
Laporan harus ditandatangani oleh anggota dari Juri Banding, dan dikirimkan ke
Sekretaris Jenderal.
12. Wewenang dan Batasan
Keputusan Juri Banding adalah final, tidak bisa diganggu gugat, hanya bisa digugurkan
oleh keputusan Komisi Eksekutif WKF.
Juri Banding tidak bisa menjatuhkan sanksi atau hukuman, fungsi mereka hanya
menyampaikan keputusan terhadap kasus protes dan tindakan yang dibutuhkan dari
Panitia Pelaksana dan Komisi Wasit untuk mengambil tindakan perbaikan dan meralat
semua prosedur perwasitan yang bertentangan dengan peraturan.

13. Ketentuan khusus untuk penggunaan Ulasan Video

CATATAN : Ketentuan khusus ini ditafsirkan sebagai bagian terpisah dan merupakan
bagian yang tidak berhubungan dengan ketentuan lain pada Pasal 11 ini , termasuk
penjelasannya.

Bagi pertandingan di tingkat Olimpiade, Olimpiade Remaja, pesta olahraga tingkat


benua dan kegiatan multi cabang olahraga resmi lainnya penggunaan ulasan video
pertandingan diwajibkan. Penggunaan ulasan video pertandingan juga disarankan
untuk kejuaraan lain jika hal tsb memungkinkan.
Prosedur penggunaan ulasan video tercantum dalam Lampiran 11.

PENJELASAN
I. Protes harus memuat nama peserta, Panel Wasit yang memimpin dan perincian yang
dijadikan protes. Tidak semua protes akan diterima sebagai protes resmi. Alat pembuktian
validitas protes berada di pihak yang mengajukan protes.
II. Protes akan ditinjau oleh Juri Banding dan bagian dari tinjauan ini Juri Banding akan
mempelajari bukti yang diserahkan untuk mendukung protes. Juri Banding juga boleh
mempelajari video resmi dan menanyakan kepada semua yang bertugas dalam usaha untuk
memeriksa validitas protes yang obyektif.
III. Jika protes dinyatakan sah oleh Juri Banding, tindakan semestinya akan diambil. Sebagai
tambahan, langkah-langkah itu akan diambil untuk menghindari pengulangan kejadian di
pertandingan berikutnya. Dana yang diperoleh akan dikembalikan oleh bendahara.
IV. Jika protes oleh Juri Banding dinyatakan tidak sah maka protes akan ditolak dan uang
jaminan akan diserahkan pada WKF.
V. Pertandingan yang berlangsung tidak akan ditunda walaupun protes resmi sedang dilakukan.
Adalah tanggung jawab dari Kansa untuk memastikan bahwa pertandingan dilakukan dengan
baik sesuai dengan peraturan pertandingan.
VI. Dalam hal kesalahan administrasi selama pertandingan berlangsung, pelatih dapat
memberitahukan langsung kepada Manajer Tatami. Selanjutnya Manajer Tatami akan
memberitahu Wasit.

PASAL 12 : WEWENANG DAN TUGAS

KOMISI WASIT
Wewenang dan tugas Komisi Wasit :
1. Memastikan persiapan yang benar untuk setiap turnamen dengan cara berkonsultasi
dengan panitia pelaksana dalam kaitan terhadap pengaturan area pertandingan,
kesiapan semua peralatan, fasilitas yang diperlukan pelaksanaan pertandingan,
pengawasan pertandingan, persiapan keselamatan, keamanan dan lain sebagainya.
2. Menunjuk dan menugaskan para Manajer Tatami (para Wasit Kepala) dan para Asisten
Manajer Tatami pada area / wilayah masing - masing, bertindak dan mengambil
tindakan yang mungkin diperlukan dengan laporan dari para Manajer Tatami.
3. Mengawasi dan mengkoordinasi kinerja keseluruhan dari petugas perwasitan.
4. Memilih petugas pengganti bila diperlukan.
5. Memeriksa dan membuat keputusan akhir pada masalah tehnis alami yang mungkin
muncul saat pertandingan dan untuk hal - hal yang belum ditentukan dalam peraturan.

MANAJER TATAMI & ASISTEN MANAJER TATAMI


Wewenang dan tugas Manajer Tatami serta Asistennya :
1. Mendelegasikan, menunjuk dan mengawasi Wasit dan Juri, untuk semua pertandingan
di area yang berada di bawah pengawasan mereka.
2. Mengawasi kinerja dari Wasit dan Juri di area mereka dan memastikan bahwa petugas
yang ditunjuk mampu melaksanakan tugas yang diberikan.
3. Memerintahkan Wasit menghentikan pertandingan ketika Pengawas Pertandingan
menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan.
4. Menyiapkan laporan tertulis harian tentang kinerja dan setiap petugas di bawah
pengawasannya serta rekomendasi ; jika dibutuhkan ; pada Komisi Wasit.
5. Menunjuk 2 orang Wasit sebagai anggota Panel Juri Pengulas Video.

PENGAWAS PELATIH / OFISIAL


Tugas para Pengawas pelatih / ofisial dijelaskan dalam Lampiran 11 : Pengulasan Video.

WASIT
Wewenang dan tugas Wasit (SHUSHIN) sebagai berikut :
1. Wasit mempunyai wewenang untuk memimpin pertandingan termasuk pengumuman
memulai, menunda dan mengakhiri pertandingan.
2. Memberikan nilai berdasarkan keputusan para Juri.
3. Menghentikan pertandingan ketika terjadi cidera, luka atau ketidakmampuan seorang
peserta untuk melanjutkan pertandingan..
4. Menghentikan pertandingan ketika dalam pandangannya sebuah nilai atau pelanggaran
telah terjadi atau untuk memastikan keselamatan para peserta.
5. Menghentikan pertandingan ketika dua orang Juri atau lebih memberi sinyal nilai
ataupun Jogai.
6. Memberikan sinyal pelanggaran yang terlihat (termasuk Jogai) untuk meminta dukungan
para Juri.
7. Meminta konfirmasi para Juri dalam situasi yang diijinkan, jika dalam pandangannya
para Juri perlu mengevaluasi ulang keputusan mereka untuk peringatan atau hukuman.
8. Memanggil para Juri untuk berembuk (SHUGO) dalam merekomendasikan Shikkaku.
9. Menjelaskan kepada Manajer Tatami, Komisi Wasit atau Juri Banding jika diperlukan
tentang dasar dari pemberian keputusan yang diambil.
10. Mengeluarkan peringatan dan menjatuhkan hukuman berdasarkan keputusan para Juri.
11. Mengumumkan dan memulai pertandingan tambahan jika diperlukan dalam
pertandingan beregu.
12. Memimpin pemungutan suara dalam HANTEI, termasuk pilihannya sendiri sekaligus
mengumumkan hasilnya.
13. Menetapkan hasil seri (HIKIWAKE).
14. Mengumumkan pemenang.
15. Wewenang dari Wasit tidak terbatas pada area pertandingan, tapi juga pada seluruh
perimeter area pertandingan termasuk mengendalikan perilaku pelatih/ofisial, peserta
lain, atau pihak lain yang merupakan pendukung peserta, yang hadir di sekitar area
pertandingan.
16. Wasit akan membuat semua perintah dan membuat semua pemberitahuan.

JURI
Wewenang Juri (FUKUSHIN) adalah sebagai berikut :
1. Memberikan sinyal untuk nilai & Jogai atas inisiatif sendiri.
2. Memberikan sinyal keputusan mereka terhadap peringatan atau hukuman yang telah
diisyaratkan Wasit.
3. Menggunakan hak untuk memilih terhadap keputusan yang akan diambil.

Juri dengan hati-hati mengamati tindakan dari kontestan dan memberi sinyal pendapat pada
Wasit, seperti dalam kasus - kasus berikut :
a. Ketika nilai telah terpantau.
b. Ketika salah satu peserta telah bergerak keluar dari area pertandingan (Jogai).
c. Ketika diminta oleh Wasit untuk memberikan keputusan bagi pelanggaran
lainnya.

PENGAWAS PERTANDINGAN (KANSA)


Pengawas Pertandingan (Kansa) akan membantu Manajer Tatami dengan mengawasi
pertandingan atau babak yang sedang berlangsung. Jika keputusan dari Juri atau Wasit tidak
sesuai dengan peraturan pertandingan, Pengawas Pertandingan akan segera menaikkan
bendera merah dan membunyikan peluit. Manajer Tatami akan memerintahkan Wasit untuk
menghentikan pertandingan atau babak dan mengkoreksi kesalahan.
Catatan dari hasil pertandingan akan menjadi catatan resmi setelah disetujui Pengawas
Pertandingan. Sebelum pertandingan dimulai, Pengawas Pertandingan akan memastikan
bahwa perlengkapan & karate-gi yang digunakan peserta sudah sesuai peraturan
pertandingan WKF. Meskipun panitia sudah memeriksa hal tsb sebelum penghormatan awal
tiap kelas dilakukan namun Pengawas Pertandingan tetap yang bertanggungjawab untuk
memastikan bahwa perlengkapan sesuai dengan peraturan.
Pengawas Pertandingan tidak ikut berputar dalam pertandingan Kumite beregu.
PANDUAN
Dalam situasi berikut ini Pengawas Pertandingan (Kansa) akan mengangkat bendera
merah dan membunyikan peluitnya :

- Wasit lupa menyatakan Senshu.


- Wasit memberikan nilai pada peserta yang tidak berhak.
- Wasit memberikan peringatan / hukuman pada peserta yang tidak berhak.
- Wasit memberikan nilai pada seorang peserta dan C2 untuk melebih – lebihkan pada lawannya.
- Wasit memberikan nilai pada seorang peserta dan C2 untuk Mubobi pada lawannya.
- Wasit memberikan nilai untuk suatu tehnik yang terjadi setelah Yame atau waktu telah habis .
- Wasit memberikan nilai pada seorang peserta ketika kontestan tsb berada di luar tatami.
- Wasit memberikan peringatan / hukuman untuk pasivitas selama Ato Shibaraku
- Wasit memberikan peringatan / hukuman C2 yang salah selama Ato Shibaraku.
- Wasit tidak menghentikan pertarungan sementara dua buah bendera atau lebih telah
menunjukkan nilai atau Jogai bagi peserta yang sama.
- Wasit tidak menghentikan pertarungan ketika seorang pelatih / ofisial meminta Pengulasan Video.
- Wasit tidak mengikuti mayoritas bendera.
- Wasit tidak memanggil dokter dalam situasi KO / hitungan 10 detik.
- Wasit melakukan Hantei / Hikiwake padahal ada Senshu.
- Ada Juri yang memegang bendera pada tangan yang salah.
- Papan nilai tidak menunjukkan informasi yang benar.
- Tehnik yang diminta sebagai nilai oleh pelatih / ofisial dilakukan setelah Yame atau setelah waktu
habis.

Dalam situasi berikut Pengawas Pertandingan (Kansa) tidak boleh terlibat /


mempengaruhi terhadap keputusan Panel :

- Ada Juri yang tidak mengangkat bendera untuk nilai.


- Ada Juri yang tidak mengangkat bendera untuk Jogai.
- Ada Juri yang tidak mendukung Wasit ketika diminta untuk C1 / C2.
- Tingkat kontak dalam C1 yang diputuskan Panel.
- Tingkat pelanggaran / hukuman dalam C2 yang diputuskan Panel.
- Kansa tidak memiliki hak untuk memilih atau wewenang dalam hal penentuan keputusan seperti
apakah sebuah nilai bisa dianggap sah atau tidak.
- Jika Wasit tidak mendengar bel akhir berbunyi, Pengawas Pencatat Nilai yang akan
membunyikan peluitnya , bukan Kansa.

PENGAWAS PENCATAT NILAI


Pengawas Pencatat Nilai akan membuat catatan tersendiri untuk nilai yang diberikan oleh
Wasit dan pada saat bersamaan mengawasi para pencatat waktu dan pencatat nilai yang
ditunjuk.
PENJELASAN
I. Ketika dua orang Juri atau lebih mengindikasikan nilai atau Jogai bagi peserta yang sama,
Wasit akan menghentikan pertandingan dan memberikan keputusan yang sesuai. Kalau
Wasit gagal menghentikan pertandingan, Pengawas Pertandingan akan mengangkat
bendera merah dan membunyikan peluit.
Ketika Wasit menghentikan pertandingan untuk alasan selain daripada biasanya maka ia
akan mengucapkan YAME diikuti gestur tangan. Para Juri lalu akan mengisyaratkankan
pendapat mereka lewat sinyal dan Wasit akan membuat keputusan apabila ada 2 atau lebih
Juri yang sama keputusannya.
II. Jika kedua peserta memperoleh sebuah nilai atau peringatan atau hukuman dari dua orang
Juri atau lebih maka keduanya akan bersamaan menerima nilai atau peringatan atau
hukuman tersebut.
III. Jika seorang peserta memperoleh nilai, peringatan atau hukuman yang tidak sama dari dua
orang Juri atau lebih maka yang akan diberikan adalah yang terendah , jika tidak ada yang
mayoritas dalam hal nilai, peringatan atau hukuman yang setara.
IV. Jika ada yang mayoritas dalam kasus pada penjelasan di atas maka keputusan mayoritas lah
yang akan diterapkan dan akan mengesampingkan prinsip pemberian nilai, peringatan atau
hukuman yang terendah.
V. Dalam HANTEI Wasit dan keempat orang Juri masing masing memiliki satu hak suara yang
sama.
VI. Peran Pengawas Pertandingan adalah untuk memastikan bahwa pertandingan atau babak
dilaksanakan sesuai dengan peraturan pertandingan. Dia bukanlah Juri tambahan dan tidak
mempunyai hak suara atau wewenang untuk mengambil keputusan , seperti misalnya untuk
memutuskan keabsahan sebuah nilai atau Jogai. Satu - satunya tanggung jawabnya adalah
dalam hal prosedur. Pengawas Pertandingan tidak ikut berputar dalam pertandingan beregu.
VII. Dalam kasus dimana Wasit tidak mendengar bel tanda akhir pertandingan, Pengawas
Pencatat Nilai akan meniup peluit.
VIII. Ketika menjelaskan dasar keputusan setelah pertandingan, para Juri diijinkan
membicarakannya pada Manajer Tatami, Komisi Wasit atau Juri Banding. Selain itu dilarang
membicarakannya pada siapapun juga.
IX. Wasit boleh, berdasarkan penilaiannya , memerintahkan untuk keluar dari area pertandingan
pada pelatih / ofisial yang tidak bisa menunjukkan perilaku yang pantas, atau dalam
pandangannya telah mengganggu jalannya pertandingan, dan akan menghentikan
pertarungan sampai pelatih / ofisial ybs. mematuhinya. Wewenang yang sama dimiliki oleh
Wasit terhadap anggota lainnya dari kontingen peserta atau pihak lain yang merupakan
pendukung peserta yang berada di sekitar area pertandingan.

PASAL 13 : MEMULAI, MENUNDA DAN MENGAKHIRI PERTANDINGAN

1. Istilah dan gerakan isyarat yang digunakan oleh Wasit dan Juri dalam pelaksanaan satu
pertandingan akan dijabarkan dalam Lampiran 1 dan 2.

2. Wasit dan Juri akan berada pada posisi mereka diikuti perintah untuk saling memberi
hormat pada para peserta yang berdiri di bagian depan matras yang telah ditandai;
Wasit kemudian akan meneriakkan SHOBU HAJIME dan pertandingan segera dimulai.

3. Wasit akan menghentikan pertandingan dengan meneriakkan YAME, jika perlu Wasit
akan memerintahkan peserta untuk kembali pada posisi awal mereka (MOTO NO ICHI).

4. Ketika Wasit kembali ke posisi semula para Juri akan menunjukkan pendapat mereka
melalui satu sinyal bendera. Wasit mengindentifikasikan peserta yang telah mencetak
nilai (Aka atau AO), wilayah yang terserang (Chudan atau Jodan), teknik yang
menghasilkan nilai (Tsuki, Uchi dan Geri) dan kemudian memberikan nilai yang sesuai
dengan menggunakan sinyal. Wasit kemudian memulai lagi pertandingan dengan
berseru TSUZUKETE HAJIME.
5. Ketika satu peserta telah unggul delapan angka dalam pertandingan, Wasit kemudian
akan berseru YAME dan memerintahkan para peserta untuk kembali ke posisi semula.
Pemenangnya kemudian dinyatakan atau diindikasikan oleh Wasit dengan mengangkat
tangan pada sisi / pihak yang menang dan menyerukan AO (AKA) NO KACHI.
Pertandingan berakhir pada saat itu.

6. Ketika waktu telah habis , peserta dengan nilai yang paling banyak dinyatakan sebagai
pemenang yang ditandai oleh Wasit dengan mengangkat tangan ke arah pihak yang
menang dan berseru AO (AKA) NO KACHI. Pertandingan berakhir pada saat itu.

7. Dalam keadaan terjadi situasi seri pada akhir sebuah pertarungan maka Wasit &
keempat Juri akan memutuskan hasil pertandingan dengan HANTEI.

8. Wasit akan berseru “YAME !” dan akan menghentikan sementara pertandingan ketika
menghadapi situasi – situasi sebagai berikut :
a. Ketika salah satu atau kedua peserta berada di luar area pertandingan.
b. Ketika Wasit memerintahkan peserta untuk merapikan karate-gi atau perlengkapan
pengamannya.
c. Ketika peserta melanggar peraturan.
d. Ketika Wasit mempertimbangkan salah satu / kedua peserta tidak dapat melanjutkan
pertandingan karena terjadi cidera, sakit atau sebab-sebab lainnya. Dengan
memperhatikan saran dari dokter kejuaraan, Wasit kemudian dapat memutuskan
apakah pertandingan dapat dilanjutkan.
e. Ketika seorang peserta menangkap lawannya dan tidak memperlihatkan tehnik yang
efektif atau tidak membantingnya dalam waktu sesegera mungkin.
f. Ketika seorang atau kedua peserta terjatuh atau terlempar dan tidak ada seorang
pun yang dengan sesegera mungkin melanjutkan dengan sebuah tehnik yang
menghasilkan nilai.
g. Jika kedua peserta saling menangkap atau saling memiting (clinch) tanpa
melakukan lemparan, atau tehnik yang menghasilkan nilai sesegera mungkin.
h. Jika kedua peserta berdiri dan saling menempelkan dada tanpa melakukan sebuah
lemparan/bantingan atau serangan tehnik sesegera mungkin.
i. Ketika kedua peserta jatuh, saling menjatuhkan atau melemparkan dan saling
bergumul.
j. Ketika sebuah nilai atau Jogai diindikasikan dengan sinyal oleh dua orang Juri atau
lebih bagi peserta yang sama.
k. Ketika dalam pandangan Wasit ada nilai atau pelanggaran yang terjadi – atau situasi
dimana pertandingan harus dihentikan untuk alasan keselamatan.
l. Jika ada permintaan dari Manajer Tatami.

PENJELASAN
I. Ketika memulai satu pertandingan, Wasit pertama-tama memanggil para peserta ke garis
awal mereka. Jika seorang peserta memasuki area terlebih dulu, ia harus mundur ke area
aman. Peserta harus memberi hormat secara benar satu sama lain, anggukan cepat dianggap
tidak sopan dan tidak cukup. Wasit akan memerintahkan kedua peserta untuk saling memberi
hormat ketika tidak ada satupun melakukannya secara sukarela dengan menggerakkan
tangannya seperti terlihat pada Lampiran 2.
II. Ketika memulai kembali pertandingan Wasit harus memeriksa kedua peserta apakah berada
pada posisi yang benar. Peserta yang melompat - lompat atau gelisah harus disuruh tenang
sebelum pertandingan dilanjutkan. Wasit melanjutkan kembali pertandingan dengan
penundaan seminimum mungkin.
Peserta akan saling menghormat pada saat mulai dan akhir dari setiap pertandingan.
PERATURAN PERTANDINGAN KATA

PASAL 1 : AREA PERTANDINGAN KATA

1. Area pertandingan harus berupa area persegi berdasarkan standar WKF, dengan sisi-
sisi sepanjang delapan meter ( diukur dari luar ) dengan tambahan satu meter pada
semua sisi sebagai area aman. Pada tiap sisi akan ada tambahan 2 meter lagi sebagai
area aman yang bebas dari penghalang. Jika area pertandingan menggunakan
panggung, area aman harus ditambah 1 meter lagi pada tiap sisinya.
2. Matras harus berwarna sama kecuali satu meter terluar dari area 8 x 8 meter harus
berwarna lain.
3. Para Juri & Operator IT duduk di belakang sebuah meja yang sama yang diletakkan di
luar sisi area pertandingan yang menghadap ke arah para peserta dimana Juri Kepala
( Juri 1 ) berada paling dekat dengan Operator IT, yang duduk di ujung meja.

PENJELASAN
I. Tidak boleh ada papan, dinding, pilar iklan dan sejenisnya dalam jarak satu meter di sebelah
luar area aman.
II. Matras yang digunakan tidak boleh licin dimana matras ini akan menempel dengan lantai
secara benar, tapi harus mempunyai gesekan yang rendah pada bagian atas matras. Manajer
Tatami harus memastikan bahwa bagian matras tidak bergerak terpisah ketika pertandingan
sedang berlangsung, karena pergeseran dapat menyebabkan luka dan akan mengakibatkan
bahaya. Matras yang digunakan adalah matras yang telah disetujui desainnya oleh WKF.

PASAL 2 : PAKAIAN RESMI

1. Para peserta dan pelatihnya harus mengenakan seragam resmi seperti yang telah
ditentukan.
2. Komisi Wasit boleh mengeluarkan pelatih atau peserta yang tidak mematuhi peraturan.

JURI
1. Para juri harus mengenakan seragam resmi yang ditentukan oleh Komisi Wasit,
seragam ini harus dipakai pada semua kesempatan turnamen & penataran / pelatihan.
2. Pakaian seragam resmi adalah sebagai berikut :
 Jas model kancing berbaris tunggal berwarna biru gelap (kode warna 19-4023 TPX).
 Kemeja putih lengan pendek.
 Dasi resmi tanpa jepit / pin dasi.
 Peluit warna hitam & tali putih polos untuk gantungan peluit.
 Celana panjang dengan warna abu-abu terang polos yang tidak digulung keluar
(Lampiran 9).
 Kaos kaki bewarna biru gelap atau hitam dan sepatu jenis slip-on bewarna hitam
untuk digunakan pada area pertandingan.
 Juri perempuan boleh menggunakan jepit rambut dan penutup kepala wajib atas
alasan keagamaan sesuai jenis yang ditentukan oleh WKF serta anting – anting
telinga model polos.
 Juri boleh menggunakan cincin kawin model polos.
3. Bagi pertandingan di tingkat Olimpiade, Olimpiade Remaja, pesta olahraga tingkat
benua dan kegiatan multi cabang olahraga resmi lainnya dimana seragam khusus
memang telah disediakan bagi para wasit dengan tanggungan biaya panitia, seragam
resmi perwasitan boleh diganti sesuai desain dimana sebelumnya telah diajukan secara
resmi pada WKF dan kemudian akan mempelajarinya serta menyetujuinya secara resmi.
PESERTA
1. Peserta harus mengenakan karate-gi berwarna putih yang tidak bercorak, bergaris &
tanpa berisi bordiran pribadi lainnya selain yang sudah ditentukan oleh Komisi Eksekutif
WKF. Lambang nasional atau bendera negara akan dipakai pada dada kiri karate-gi dan
ukuran keseluruhannya tidak boleh melebihi 12 cm x 8 cm ( lihat lampiran 7 ). Hanya
label produk asli yang dapat terlihat pada karate-gi. Sebagai tambahan, nomor
identifikasi yang dikeluarkan oleh panitia pelaksana akan dipasang pada bagian
punggung. Peserta harus mengenakan sebuah sabuk berwarna merah atau sabuk
berwarna biru (sesuai posisinya pada bagan undian pertandingan). Sabuk merah dan
biru harus berukuran lebar 5 cm dan setelah diikat panjang kedua ujungnya sekitar 15
cm dari simpul sabuk tapi tidak boleh lebih panjang daripada ¾ panjang paha. Sabuk
harus berwarna biru & merah polos tanpa hiasan / bordiran tulisan apapun selain label
pabrik.
2. Walaupun adanya paragraf 1 diatas, Komisi Eksekutif dapat memberi wewenang bagi
penerbitan label khusus atau merk dari penyandang dana / sponsor yang disetujui.
3. Karate-gi bagian atas, ketika diikat diseputar pinggang dengan sabuk, harus memiliki
panjang minimum yang menutupi / meliputi pinggul, tapi tidak boleh melebihi dari ¾
panjang paha . Untuk wanita, kaos putih polos boleh dikenakan di dalam karate-gi.
4. Panjang maksimum lengan karate-gi tidak boleh melebihi / melewati lekukan
pergelangan tangan dan tidak boleh lebih pendek daripada setengah dari lengan (siku),
lengan karate-gi tidak diperkenankan untuk digulung.
5. Celana harus cukup panjang untuk menutupi sekurang-kurangnya ⅔ dari tulang kering
dan tidak boleh mencapai di bawah tulang mata kaki dan tidak boleh digulung.
6. Peserta harus menjaga rambutnya agar tetap bersih dan dipangkas rapi sampai
batas yang tidak mengganggu penampilan Kata. Hachimaki (ikat kepala ) tidak diijinkan.
Kalau Juri Kepala menganggap rambut peserta terlalu panjang dan atau tidak
bersih/rapi, Juri Kepala dapat mengeluarkan peserta dari pertandingan. Jepitan rambut
dari logam, pita, manik-manik dan hiasan lain dilarang. Satu atau dua buah tali rambut
berbahan karet untuk mengikat satu ikatan rambut / poni diizinkan.
7. Peserta diperbolehkan mengenakan penutup kepala wajib atas alasan keagamaan
sesuai jenis yang ditentukan oleh WKF. Berwarna hitam polos & menutupi rambut tapi
tidak menutupi daerah tenggorokan.
8. Peserta tidak diijinkan mengenakan objek - objek logam atau yang lainnya.
9. Kacamata tidak diijinkan. Lensa kontak lunak (soft contact lenses) dapat dikenakan
dengan resiko ditanggung sendiri oleh peserta.
10. Memakai pakaian dan menggunakan perlengkapan di luar standar WKF adalah dilarang.
11. Adalah tugas dari Pengawas Pertandingan untuk memastikan bahwa sebelum
pertandingan peserta sudah menggunakan perlengkapan yang dijinkan.
( Pada kejuaraan Internasional, Regional dan Nasional, harus menggunakan
perlengkapan yang disetujui oleh WKF dan tidak boleh ditolak ).
12. Penggunaan pembalut, pelapis atau alat bantu lain karena luka harus disetujui oleh
Juri Kepala dengan terlebih dahulu mendapat saran dari dokter resmi kejuaraan.

PELATIH
Pelatih seharusnya pada setiap saat, dan selama kejuaraan berlangsung mengenakan
setelan pakaian sport (training suite) resmi dari Federasi Nasionalnya dan menunjukkan
kartu identitas resmi dengan pengecualian pada babak perebutan medali kejuaraan
resmi WKF , dimana pelatih pria diwajibkan mengenakan setelan jas warna gelap,
kemeja dan dasi ~ pelatih wanita boleh memilih untuk mengenakan gaun terusan formal,
setelan jas-celana panjang atau setelan jas-rok dengan warna gelap. Pelatih wanita juga
boleh mengenakan penutup kepala wajib atas alasan keagamaan sesuai jenis yang
ditentukan oleh WKF bagi wasit dan juri.
PENJELASAN
I. Jika seorang peserta masuk ke arena pertandingan dengan pakaian / perlengkapan yang tidak
semestinya, maka peserta tersebut tidak akan segera didiskualifikasi, tapi akan diberikan waktu
satu menit untuk memperbaiki masalah yang terjadi.
II. Jika Komisi Wasit setuju para Juri yang bertugas diijinkan untuk melepas jas mereka.
III. Karate-gi bagian atas tidak boleh terlepas selama penampilan Kata berlangsung.

PASAL 3 : PENGATURAN PERTANDINGAN KATA

CATATAN : Pengaturan pertandingan Kata di Olimpiade berbeda dari Pasal 3 ini dan
prosedur pengaturannya dijelaskan dalam LAMPIRAN 15.

1. Pertandingan Kata terdiri dari pertandingan perorangan dan beregu. Pertandingan


beregu pesertanya terdiri dari tim – tim , yang masing - masing terdiri dari tiga orang.
Setiap tim terdiri dari putra saja atau putri saja. Pertandingan perorangan Kata terdiri
dari pertandingan perorangan secara terpisah dalam bagian putra dan putri.

2. Untuk pertandingan WKF tingkat dunia dan benua, 4 peraih medali dari turnamen
sebelumnya dipisah di tiap bagan pada tiap kelas yang sama. Untuk turnamen Karate 1
& Premier League, para peserta yang menduduki peringkat 8 besar pada data resmi
WKF (sampai sehari sebelum pertandingan) dipisah di tiap bagan pada tiap kelas yang
sama. Ketentuan pemisahan tidak diterapkan ke posisi bawah pada bagan pertandingan
( tidak bertanding di babak / penampilan Kata awal ) jika tidak ada peserta lainnya yang
memenuhi syarat untuk dilakukan pemisahan di tiap bagan pada tiap kelas yang sama.

3. Jumlah peserta akan menentukan jumlah grup yang nantinya menentukan jumlah babak
/ putaran penyisihan / penampilan Kata.

4. a. Sistem penyisihan yang digunakan untuk Kata adalah pembagian para peserta
; baik perorangan maupun beregu ; dalam grup – grup yang setara / seimbang
( jumlah grup adalah = 2 / 4 / 8 / 16 ~ sebagian menggunakan sabuk merah &
sebagian lain menggunakan sabuk biru ).
Tiap grup berisi 8 peserta ; dengan perkecualian jika jumlah total peserta kurang
dari 11 atau lebih dari 96.

b. Pada tiap putaran penyisihan di tiap grup hanya akan meloloskan 4 peserta
peraih nilai tertinggi untuk maju ke putaran berikutnya sehingga nantinya hanya
tersisa 2 grup yang berisikan masing – masing 3 peserta untuk melaju ke babak
perebutan medali.

c. Pada babak perebutan medali , peraih nilai tertinggi ( peringkat 1 ) dari grup A
akan berhadapan dengan peraih nilai tertinggi ( peringkat 1 ) dari grup B, pemenang
mendapatkan medali emas , yang kalah mendapatkan medali perak.
Sedangkan peringkat 2 dari grup A akan berhadapan dengan peringkat 3 dari grup
B untuk memperebutkan medali perunggu pertama , sementara peringkat 2 dari
grup B akan berhadapan dengan peringkat 3 dari grup A untuk memperebutkan
medali perunggu kedua.

● Jika jumlah peserta hanya 2 atau 3 maka cukup menampilkan Kata satu kali
saja untuk menentukan peringkat 1 – 3.
● Jika jumlah peserta 4 maka dibagi dalam 2 grup yang masing - masing
berisikan 2 peserta , pemenang tiap grup akan memperebutkan medali emas
sedangkan yang kalah di tiap grup otomatis meraih medali perunggu.
● Jika jumlah peserta 5 maka dibagi dalam 2 grup yang masing - masing
berisikan 2 & 3 peserta , peringkat 1 pada grup A akan bertemu peringkat 1
pada grup B untuk memperebutkan medali emas.
Peringkat 2 pada grup yang berisikan 3 peserta meraih medali perunggu
sementara peringkat 2 pada grup yang berisikan 2 peserta juga meraih medali
perunggu (dianggap menang bye).
● Jika jumlah peserta 6 ~ 10 maka dibagi dalam 2 grup , peringkat 1 ~ 3 di tiap
grup akan memperebutkan medali sesuai prosedur normal yang telah dijelaskan
pada butir c di atas.
● Jika jumlah peserta 11 ~ 24 maka dibagi dalam 2 grup , setelah putaran /
penampilan Kata pertama hanya diambil 4 peserta dari tiap grup untuk lolos ke
putaran / penampilan Kata kedua (total 8 peserta yang lolos).
Pada putaran / penampilan Kata kedua , 8 peserta dibagi dalam 2 grup (tiap
grup berisi 4 peserta).
Selanjutnya peringkat 1 ~ 3 di tiap grup akan akan melaju ke babak perebutan
medali sesuai prosedur normal yang telah dijelaskan pada butir c di atas.
● Jika jumlah peserta 25 ~ 48 maka dibagi dalam 4 grup , setelah putaran /
penampilan Kata pertama hanya diambil 4 peserta dari tiap grup untuk lolos ke
putaran / penampilan Kata kedua (total 16 peserta yang lolos).
Pada putaran / penampilan Kata kedua , 16 peserta dibagi dalam 2 grup pada 2
tatami (tiap grup berisi 8 peserta) , peringkat 1 ~ 4 di tiap grup akan melaju ke
putaran / penampilan Kata ketiga (total 8 peserta yang lolos).
Pada putaran / penampilan Kata ketiga , 8 peserta dibagi dalam 2 grup (tiap
grup berisi 4 peserta) , peringkat 1 ~ 3 di tiap grup akan melaju ke babak
perebutan medali dengan penampilan Kata keempat dimana diterapkan
prosedur normal seperti yang telah dijelaskan pada butir c di atas.

5. Jumlah peserta tiap grup umumnya 8 ; namun jika jumlah total dari peserta antara 65 ~
96 maka dibagi dalam 8 grup namun jumlah peserta tiap grup tidak boleh lebih dari 12.

6. Jika jumlah total dari peserta 97 atau lebih maka dibagi dalam 16 grup , pada tiap grup
tetap hanya akan meloloskan 4 peserta peraih nilai tertinggi untuk maju ke ke putaran
berikutnya.

7. Panel Juri yang sama harus ditugaskan bagi semua peserta dalam satu grup pada satu
babak / putaran.

8. Sistem repechage tidak diterapkan kecuali jika ditentukan secara khusus dalam sebuah
kejuaraan.

9. Peserta perorangan atau beregu yang tidak hadir ketika dipanggil akan didiskualifikasi
(KIKEN) dari kategori ini. Diskualifikasi dengan KIKEN berarti bahwa peserta yang
menerimanya hanya didiskualifikasi dari kategori itu saja, pada kategori lainnya masih
dapat bertanding.

10. Pada babak perebutan medali pertandingan Kata Beregu, kedua tim akan menampilkan
Kata pilihan mereka dengan cara yang biasa. Kemudian mereka akan menampilkan satu
demonstrasi dari arti Kata (BUNKAI). Total waktu yang diijinkan untuk kombinasi Kata &
Bunkai adalah 5 (lima) menit . Pencatat waktu akan memulai penghitungannya pada
saat anggota tim melakukan penghormatan sebelum memainkan Kata dan akan
menghentikan penghitungan waktu pada saat penghormatan akhir setelah penampilan
Bunkai selesai. Tim yang yang tidak menampilkan penghormatan pada saat awal & akhir
penampilan atau melebihi periode waktu 5 (lima) menit akan didiskualifikasi.
Penggunaan senjata tradisional, peralatan tambahan dan perlengkapan lainnya tidak
diijinkan.
PENJELASAN
I. Tabel berikut ini merupakan ringkasan jumlah pool / grup sesuai jumlah peserta.

PENYESUAIAN MANUAL UNTUK SISTEM PENILAIAN KATA

Untuk pertandingan dimana peralatan elektronik tidak tersedia maka papan nilai manual yang dipegang
oleh masing – masing juri boleh digunakan. Juri Kepala akan meniup peluitnya pertama kali untuk
memberi tanda bagi panel juri agar mengangkat papan nilai kecil yang dipegang masing – masing juri
untuk menunjukkan nilai yang mereka berikan. Setelah penyiar selesai mengumumkan perolehan nilai
dari tiap Juri bagi seorang peserta maka tiupan peluit kedua dilakukan Juri Kepala sebagai isyarat untuk
menurunkan papan nilai.
Hanya satu nilai yang diberikan dalam penggunaan papan nilai manual ini, nilai tersebut sudah
mencakup penampilan tehnik maupun atletik. Para Juri harus sudah menghitung faktor – faktor
pengurangan nilai dalam penampilan tehnik maupun atletik dalam pikirannya sebelum mengangkat
papan nilai.
Jika terjadi hasil seri maka para peserta (perorangan / beregu) diharuskan menampilkan Kata tambahan
yang berbeda dari yang sudah ditampilkan sebelumnya dimana para Juri akan diharuskan membedakan
penilaian mereka untuk memutuskan hasil seri.
Manajer Tatami atau asistennya akan memilih 7 (tujuh) orang yang bertugas sebagai Panel Juri.
Untuk pertandingan di tingkat nasional penggunaan sistem bendera bagi pertandingan Kata masih
diijinkan sebagai penyesuaian hingga 31 Desember 2019.
PASAL 4 : PANEL JURI

1. Untuk semua kejuaraan resmi WKF akan ditugaskan panel Juri yang terdiri dari 7
orang pada setiap grup dalam tiap babak / putaran , yang akan didesain oleh sebuah
program komputer khusus untuk pemilihan acak.
2. Untuk tiap panel akan ditunjuk satu orang sebagai Juri Kepala yang akan
mengambilalih kepemimpinan dalam setiap komunikasi yang dibutuhkan dengan
Operator IT dan menangani semua permasalahan yang mungkin saja terjadi di antara
para Juri.
3. Penentuan penugasan panel Juri:
- Untuk babak penyisihan Sekretaris Komisi Wasit akan menggunakan jasa
operator IT dalam melakukan pengundian pada daftar Juri yang bertugas
di tiap tatami dengan menggunakan sistem aplikasi komputer. Daftar ini
disusun oleh Sekretaris Komisi Wasit ; sekali pada saat seluruh atlet telah
selesai mengikuti pengundian dan pada saat Pengarahan (Briefing) Perwasitan
selesai. Daftar ini hanya berisi nama para Juri yang memang mengikuti
Pengarahan (Briefing) Perwasitan & sesuai kriteria dari persyaratan yang
ditentukan. Untuk pengundian panel Juri sebelum penugasan dalam sebuah
babak / partai , operator IT akan mengambil dari daftar nama para Juri yang
sudah diinput. Kemudian 7 juri yang akan bertugas pada tiap tatami dalam
tiap babak akan muncul setelah diacak oleh sistem komputer tersebut.
- Untuk babak perebutan medali para Manajer Tatami akan mengajukan pada
Ketua & Sekretaris Komisi Wasit sebuah daftar yang berisi nama 8 orang
Juri dari tatami mereka masing – masing setelah babak / partai terakhir
suatu kelas selesai. Jika daftar tsb telah disetujui oleh Ketua Komisi Wasit
maka akan diserahkan pada Operator IT untuk dimasukkan dalam
daftar pada sistem aplikasi seperti di atas. Komputer selanjutnya akan
mengacak dan hanya akan mengeluarkan 7 nama untuk tiap Tatami.
4. Sebagai tambahan bagi Operator IT & Penyiar , dalam kategori Kata Beregu pada saat
babak perebutan medali akan ditugaskan seorang Pencatat Waktu yang mengawasi
durasi penampilan sesuai peraturan.
5. Sangat bermanfaat jika Penyiar & Operator IT merupakan satu orang yang sama.
6. Selanjutnya, harus ditempatkan petugas yang memahami dengan baik tentang daftar
Kata WKF untuk mengumpulkan dan mencatat Kata yang dipilih para peserta sebelum
tiap babak dimulai dan membawa daftar tsb pada Operator IT. Manajer Tatami
bertanggungjawab untuk mengawasi kinerja petugas ini.
7. Untuk kejuaraan yang tidak memperhitungkan peringkat WKF, jumlah Juri boleh
dikurangi menjadi 5 (lima) orang. Dalam panel dengan 5 orang juri seperti ini
hanya satu nilai tertinggi & satu nilai terendah yang akan dihapus dari semua nilai
yang diberikan.

PENJELASAN

I. Semua Juri & Operator IT akan ditempatkan satu baris di depan meja administrasi
pertandingan, sangat disarankan agar mereka duduk di belakang sebuah meja yang sama.

II. Juri Kepala akan duduk paling dekat dengan Operator IT yang akan duduk di ujung meja.
PASAL 5 : KRITERIA UNTUK PENILAIAN

1. Daftar Resmi Kata


Hanya Kata dari daftar resmi berikut yang boleh dimainkan :

Catatan : Nama beberapa Kata disalin mengacu pada variasi berlainan dalam ejaan Latin. Dalam
beberapa contoh sebuah Kata mungkin dikenal dengan nama berbeda antara satu aliran dengan
aliran lain, dan dalam contoh khusus sebuah nama Kata mungkin saja kenyataannya berbeda
bentuknya pada satu aliran dengan bentuk pada aliran lain.

2. Penilaian
Dalam menilai penampilan peserta perorangan atau tim , para Juri akan mengevaluasi
penampilan secara berimbang berdasarkan pada 2 kriteria utama (penampilan tehnik &
penampilan atletik).
Penampilan dievaluasi dari penghormatan saat memulai Kata sampai penghormatan saat
mengakhiri Kata dengan pengecualian dalam babak perebutan medali nomor beregu, dimana
penampilan dievaluasi bersamaan saat Pencatat Waktu memulai penghitungan waktu dari
penghormatan saat memulai Kata dan berakhir ketika tim tersebut melakukan penghormatan
setelah menyelesaikan Bunkai.
Variasi ringan yang diajarkan oleh aliran Karate peserta (Ryu-Ha) akan diijinkan.
Peserta harus menampilkan Kata yang berbeda dalam tiap babak / putaran. Sekali
ditampilkan sebuah Kata tidak boleh ditampilkan kembali ; meskipun pada partai tambahan
dalam kasus nilai seri. Hanya Kata dalam daftar di atas yang diijinkan untuk ditampilkan.
3. Sistem Pemberian Angka
● Penampilan Tehnik & Atletik diberikan penilaian yang berbeda menggunakan skala
yang sama dari 5,0 sampai dengan 10,0 ; dimana dalam pemberian nilai digunakan
kelipatan dari 0,2 setelah koma ( contoh : 7,2 ─ 7,4 ─ 7,6 ─ 7,8 ─ 8,0 ).
● 5,0 merupakan nilai terendah yang mungkin diberikan dari suatu penampilan Kata.
● 10,0 merupakan nilai sempurna yang mungkin diberikan dari suatu penampilan Kata.
● Jika terjadi diskualifikasi maka nilai yang diberikan adalah 0,0.
● Sistem komputer akan menghapus (masing – masing) dari kedua kriteria tersebut :
2 nilai tertinggi & 2 nilai terendah.
Ini berarti tiap kriteria hanya akan menyisakan nilai dari 3 orang Juri saja.
● Nilai akhir dari penampilan tehnik adalah adalah 70% dari total nilai yang diberikan
3 orang Juri ( total nilai dikalikan 0,7 ).
● Nilai akhir dari penampilan atletik adalah adalah 30% dari total nilai yang diberikan
3 orang Juri ( total nilai dikalikan 0,3 ).
● Nilai akhir dari kedua kriteria dijumlah lalu hasilnya diumumkan oleh Penyiar.
● Bunkai harus disetarakan pentingnya dengan Kata itu sendiri.
4. Memutuskan Nilai Seri
Dalam situasi dimana beberapa peserta memperoleh nilai yang sama / seri, maka nilai
seri tsb harus diputuskan lewat penampilan tambahan sebuah Kata untuk menentukan
peserta mana yang memperoleh nilai yang lebih besar.
Hal ini hanya dilakukan jika dibutuhkan untuk menentukan peserta mana yang berhak
untuk melaju ke babak berikutnya ataupun untuk menentukan pemenang dalam babak
perebutan medali.
Meskipun nilai yang diperoleh dari penampilan tambahan berfungsi untuk menentukan
situasi nilai seri dari beberapa peserta, namun catatan nilai awal sebelum penampilan
tambahan harus tetap disimpan. Nilai yang diperoleh dari penampilan tambahan tidak
dapat dipakai untuk mengubah urutan peringkat peserta dalam babak / putaran tsb.
Jika setelah penampilan tambahan dilakukan masih juga ditemui nilai yang sama dari
beberapa peserta maka dilakukan prosedur seperti yang dijelaskan dalam LAMPIRAN
15 – pada bagian Memutuskan Nilai Seri.

5. Kriteria Penilaian

Penampilan Kata Penampilan Bunkai


(diterapkan pada babak perebutan medali
dalam nomor beregu)

1. Penampilan Tehnik : 1. Penampilan Tehnik :


a. Kuda - kuda a. Kuda - kuda
b. Tehnik - tehnik b. Tehnik - tehnik
c. Transisi gerakan c. Transisi gerakan
d. Ketepatan waktu / keserempakan d. Ketepatan waktu
e. Pernafasan yang benar e. Pengendalian / Kontrol gerakan
f. Fokus (Kime) f. Fokus (Kime)
g. Kesesuaian : konsisten dalam g. Kesesuaian (pada Kata yang dimainkan)
penampilan kihon sesuai aliran dengan menggunakan gerakan yang
(Ryu-ha) dari Kata yang dimainkan sebenarnya seperti yang ditampilkan
dalam Kata

2. Penampilan Atletik / Keolahragaan : 2. Penampilan Atletik / Keolahragaan :


a. Kekuatan a. Kekuatan
b. Kecepatan b. Kecepatan
c. Keseimbangan c. Keseimbangan
6. Diskualifikasi
Seorang peserta atau atau tim dapat didiskualifikasi karena salah satu alasan berikut :

a) Menampilkan Kata yang salah atau menyebutkan Kata yang salah


b) Tidak melakukan penghormatan pada awal & akhir dari penampilan Kata
c) Jeda secara nyata atau berhenti pada saat menampilkan Kata
d) Mengganggu fungsi posisi Juri (seperti Juri harus pindah untuk alasan keamanan atau
menyentuh seorang Juri pada saat memainkan Kata)
e) Sabuk terlepas & jatuh semuanya pada saat menampilkan Kata
f) Melebihi batas waktu total 5 menit pada saat menampilkan Kata dan Bunkai
g) Menampilkan tehnik guntingan untuk menjatuhkan pada area leher dalam penampilan
Bunkai (Jodan Kani Basami)
h) Gagal mengikuti perintah Juri Kepala atau perbuatan tidak terpuji lainnya

7. Pelanggaran
Pelanggaran berikut ini jika terlihat harus dipertimbangkan dalam penilaian sesuai dengan
kriteria di atas :

a) Sedikit kehilangan keseimbangan


b) Melakukan gerakan secara tidak benar atau tidak lengkap seperti kegagalan untuk
melakukan tangkisan secara penuh atau melakukan pukulan yang tidak mengarah
ke sasaran yang benar
c) Ketidak-sinkronisasian gerakan, seperti melakukan tehnik sebelum transisi / pergerakan
tubuh selesai , atau dalam kasus Kata beregu gagal untuk melakukan gerakan
secara serempak
d) Penggunaan isyarat terdengar ( oleh orang lain , termasuk anggota timnya ) atau
melakukan gerakan sandiwara seperti menghentakkan kaki, menampar dada, lengan,
atau karate-gi, atau napas yang berbunyi tidak wajar harus dipertimbangkan sebagai
pelanggaran yang sangat serius oleh para Juri dalam menilai suatu penampilan Kata
– dianggap sama tingkatan pelanggarannya dengan kasus kehilangan keseimbangan
sesaat
e) Sabuk terlepas dari ikatan namun masih menggantung di pinggang selama penampilan
f) Membuang – buang waktu , termasuk berjalan terlalu lama, membungkuk secara
berlebihan atau jeda terlalu panjang sebelum memulai penampilan Kata
g) Menyebabkan cidera oleh kurangnya pengendalian gerakan / tehnik selama Bunkai

PENJELASAN
I. Kata adalah bukan pertunjukan tarian atau gerakan sandiwara, Kata harus terkait dengan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip tradisional. Kata harus nyata dalam artian perkelahian dan
menampilkan konsentrasi, tenaga dan dampak potensial dari tehnik yang dilakukan. Kata
harus mampu menunjukkan kekuatan, tenaga dan kecepatan dengan baik seperti juga halnya
dengan keluwesan, irama dan keseimbangan.
II. Jeda yang terlalu lama dalam penampilan Bunkai tidak pantas dilakukan. Setelah tergeletak
maka peserta harus segera bangkit berlutut dengan satu kaki atau pun berdiri tegak.
III. Dalam Kata beregu semua anggota tim harus memulai Kata dengan menghadap ke arah yang
sama pada para Juri.
IV. Semua anggota tim dalam Kata Beregu harus mendemonstrasikan kemampuan di semua
aspek dari penampilan Kata dengan serempak.
V. Merupakan tanggungjawab dari pelatih atau peserta (jika pelatih tidak ada) untuk
memastikan bahwa Kata yang didaftarkan pada petugas administrasi pertandingan adalah
sesuai untuk setiap babak.
VI. Meskipun penerapan tehnik guntingan untuk menjatuhkan (Kani Basami) pada area leher
dalam penampilan Bunkai dilarang, tehnik guntingan untuk menjatuhkan pada badan
diijinkan.
VII. Ketika penampilan tambahan dilakukan dalam situasi nilai seri maka nilai awal resmi dari
peserta tetap dicatat. Nilai yang diperoleh dari penampilan tambahan untuk menentukan
situasi nilai seri bukan merupakan bahan pertimbangan untuk mengubah nilai awal resmi
dari peserta yang bersangkutan.

VIII. Contoh hasil penilaian :

IX. Untuk kejuaraan yang tidak memperhitungkan peringkat WKF, jumlah Juri boleh dikurangi
menjadi 5 orang ~ hanya satu nilai tertinggi & satu nilai terendah yang akan dihapus dari
semua nilai yang diberikan.

PASAL 6 : PELAKSANAAN PERTANDINGAN

1. Para peserta perorangan atau beregu akan dibagi dalam grup - grup yang berisikan 8
peserta pada tiap area pertandingan.
2. Sebelum tiap babak / putaran berlangsung para peserta perorangan atau beregu harus
menyetorkan nama Kata yang dipilih kepada petugas yang ditunjuk , yang kemudian
akan meneruskan informasi tsb. kepada Operator IT yang menangani sistem penilaian
elektronik.
3. Pada awal setiap babak / putaran para peserta perorangan atau beregu akan berbaris di
pinggir area pertandingan menghadap ke arah para Juri. Suatu babak / putaran diartikan
sebagai satu penampilan dari semua peserta dari suatu grup. Setelah melakukan
penghormatan , yaitu “SHOMEN NI REI” dan dilanjutkan “OTAGAI NI REI” , para
peserta akan mundur keluar dari area pertandingan.
4. Ketika dipanggil , tiap peserta – baik perorangan maupun beregu – akan menuju titik
awal untuk penampilan Kata.
5. Titik awal penampilan Kata berada dimanapun juga di dalam area pertandingan.
6. Setelah menghormat maka peserta harus menyebutkan dengan jelas nama Kata yang
akan ditampilkan lalu mulai memainkannya.
7. Setelah selesai menampilkan Kata yang diakhiri dengan penghormatan , peserta harus
menunggu pengumuman nilai yang diperolehnya di dalam tatami. Setelah itu akan
menghormat lagi dan kemudian meninggalkan tatami.
8. Di akhir suatu babak / putaran semua peserta dari grup yang sama akan berbaris – dan
Penyiar akan mengumumkan peserta yang menduduki posisi 4 besar yang akan melaju
ke babak berikutnya. Nama – nama yang diumumkan tsb akan ditampilkan di layar
penilaian elektronik. Para peserta lalu akan melakukan penghormatan dan
meninggalkan tatami.
9. Sebelum babak perebutan medali penyiar akan mengumumkan dari 2 grup yang tersisa
masing – masing 3 (tiga) peserta peraih nilai tertinggi yang akan bertanding di babak
perebutan medali.

PENJELASAN
I. Titik awal dari peragaan Kata berada dalam perimeter area pertandingan.
II. Untuk gambaran bagan pertandingan Kata yang sesuai dengan peraturan WKF silakan lihat
LAMPIRAN 16.
PASAL 7 : PROTES RESMI

1. Tidak seorang pun boleh memprotes penilaian pada anggota Panel Juri.
2. Jika suatu prosedur penjurian terlihat bertentangan dengan peraturan, pelatih dari atlet
tsb atau perwakilan resmi kontingen adalah satu-satunya pihak yang diperbolehkan
mengajukan protes.
3. Protes akan berbentuk laporan tertulis yang akan segera diajukan setelah
pertandingan itu berlangsung (satu-satunya pengecualian untuk ini adalah protes yang
berkaitan dengan kesalahan administrasi, Manajer Tatami harus diberitahu segera
begitu kesalahan administrasi telah terdeteksi).
4. Protes harus diserahkan kepada perwakilan Juri Banding yang lalu akan meninjau isi
yang mengarah pada keputusan yang diprotes. Setelah mempertimbangkan semua
fakta yang ada, mereka akan membuat laporan dan menjadi wewenang untuk
mengambil tindakan yang mungkin diperlukan.
5. Semua protes termasuk yang berkaitan dengan penerapan peraturan harus
disampaikan oleh pelatih tidak lewat dari satu menit setelah berakhirnya penampilan si
peserta. Pelatih akan meminta formulir protes resmi dari Manajer Tatami lalu mengisi,
menandatangani & menyerahkannya kembali pada Manajer Tatami dengan
memberikan uang jaminan tidak lewat dari empat menit. Manajer Tatami lalu segera
akan menyerahkannya pada Juri Banding yang memiliki waktu 5 menit untuk membuat
keputusan.
6. Protes harus menyerahkan uang jaminan sejumlah yang disepakati oleh Komisi
Eksekutif WKF dan bersamaan dengan pembayaran protes yang diajukan harus
disetujui oleh perwakilan Juri banding.
7. Komposisi dari Juri Banding
Juri Banding terdiri atas perwakilan 3 wasit senior WKF yang ditunjuk oleh Komisi
Wasit , tidak dibolehkan 2 anggota berasal dari federasi nasional yang sama. Komisi
Wasit juga harus menunjuk tiga orang anggota cadangan yang diatur sedemikian rupa
guna dapat menggantikan Juri Banding yang sudah ditunjuk bila terjadi situasi konflik
kepentingan, dimana anggota Juri Banding memiliki kesamaan kebangsaan atau
hubungan kekeluargaan karena pertalian darah atau perkawinan dengan semua pihak
yang terlibat, termasuk semua anggota panel Juri yang terlibat dalam kasus tersebut.
8. Proses Evaluasi Banding
Merupakan tanggungjawab dari pihak yang menerima protes, menyampaikannya ke
Juri Banding dan menyerahkan uang jaminan ke bendahara.
Setelah protes disampaikan Juri Banding segera melakukan penyelidikan dan
penelitian yang dibutuhkan sebagaimana yang diprotes , sebagai bahan pertimbangan
yang diperlukan untuk menemukan kebenaran protes. Setiap anggota Juri Banding
diwajibkan memberikan hasil keputusan terhadap keabsahan dari protes dan tidak
boleh ada yang tidak memberikan pertimbangan.
9. Protes Ditolak
Jika tidak ditemukan pembuktian dari yang diprotes , Juri Banding akan menunjuk
salah seorang angotanya untuk menyampaikan kepada pihak yang memprotes bahwa
protes telah ditolak, diikuti dengan menuliskan kata DITOLAK, pada formulir asli, dan
harus ditandatangani oleh semua anggota Juri Banding, dimana sebelumnya uang
jaminan sudah diterima oleh bendahara dan diteruskan ke Sekretaris Jenderal.
10. Protes Diterima
Jika protes diterima, Juri Banding akan meneruskan kepada Panitia Pelaksana dan
Komisi Wasit untuk mengambil langkah-langkah yang praktis untuk menormalisir
keadaan, termasuk kemungkinan :
- Mengubah hasil keputusan yang berlawanan dengan peraturan.
- Mengubah hasil dari pertandingan di dalam bagan pada saat sebelum
terjadinya peristiwa.
- Mengulangi pertandingan yang menyebabkan terjadinya peristiwa.
- Membuat rekomendasi kepada Komisi Wasit yang menyatakan bahwa panel
Juri yang terlibat sudah dievaluasi untuk dikoreksi atau diberi sanksi.
Merupakan tanggungjawab dari Juri Banding untuk mengambil keputusan yang
bijaksana dengan cara yang tepat bagi tindakan yang akan mengganggu jalannya
pertandingan, mengulangi proses eliminasi adalah pilihan akhir untuk keamanan dan
mendapatkan hasil yang adil.
Juri Banding akan menunjuk satu dari anggotanya yang akan menyampaikan kepada
pihak yang mengajukan protes bahwa protes diterima, dan menuliskan kata DITERIMA
pada formulir asli, yang ditandatangani oleh masing-masing Juri Banding, uang
jaminan yang didepositkan sebelumnya akan dikembalikan oleh bendahara pada yang
mengajukan protes, dan dokumen protes akan diteruskan kepada Sekretaris Jenderal.
11. Laporan Kasus
Selain menangani kasus seperti yang diuraikan di atas, Juri Banding akan membuat
laporan peristiwa yang diprotes, yang menjelaskan tentang penemuan-penemuan
mereka, dan menyampaikan alasan-alasan kenapa protes diterima atau ditolak,
Laporan harus ditandatangani oleh anggota dari Juri Banding, dan dikirimkan ke
Sekretaris Jenderal.
12. Wewenang dan Batasan
Keputusan Juri Banding adalah final, tidak bisa diganggu gugat, hanya bisa
digugurkan oleh keputusan Komisi Eksekutif WKF.
Juri Banding tidak bisa menjatuhkan sanksi atau hukuman, fungsi mereka hanya
menyampaikan keputusan terhadap kasus protes dan tindakan yang dibutuhkan dari
Panitia Pelaksana dan Komisi Wasit untuk mengambil tindakan perbaikan dan meralat
semua prosedur perwasitan yang bertentangan dengan peraturan.

PENJELASAN
I. Protes harus memuat nama peserta , Panel Juri yang bertugas dan perincian yang
dijadikan protes. Tidak semua protes akan diterima sebagai protes resmi.
Alat pembuktian validitas protes berada di pihak yang mengajukan protes.
II. Protes akan ditinjau oleh Juri Banding dan Juri Banding akan mempelajari bukti yang
diserahkan untuk mendukung protes. Juri Banding juga boleh mempelajari video resmi dan
menanyakan kepada semua yang bertugas dalam usaha untuk memeriksa validitas protes
yang obyektif.
III. Jika protes dinyatakan sah oleh Juri Banding, tindakan semestinya akan diambil. Sebagai
tambahan, langkah-langkah itu akan diambil untuk menghindari pengulangan kejadian di
pertandingan berikutnya. Dana yang diperoleh akan dikembalikan oleh bendahara.
IV. Jika protes oleh Juri Banding dinyatakan tidak sah maka protes akan ditolak dan uang
jaminan akan diserahkan pada WKF.
V. Pertandingan yang berlangsung tidak akan ditunda walaupun protes resmi sedang
dilakukan. Adalah tanggung jawab dari Juri Kepala untuk memastikan bahwa pertandingan
berjalan sesuai dengan peraturan pertandingan.
VI. Dalam hal kesalahan administrasi selama pertandingan berlangsung, pelatih dapat
memberitahukan langsung kepada Manajer Tatami. Selanjutnya Manajer Tatami akan
memberitahu Juri Kepala.
LAMPIRAN 1 : Istilah

SHOBU HAJIME Memulai jalannya Setelah menyerukan, Wasit


pertandingan melangkah mundur.

ATO SHIBARAKU Sedikit waktu Suatu isyarat akan diberikan oleh


tersisa Pencatat Waktu yang menyatakan
sisa waktu 15 detik sebelum
pertandingan akan berakhir dan Wasit
akan akan mengumumkan
"Ato Shibaraku”.

YAME Berhenti Perintah untuk berhenti dan


menghentikan pertarungan. Pada saat
Wasit menyerukan hal tersebut, Wasit
membuat suatu gerakan seperti
memotong ke arah bawah dengan
tangannya.

MOTO NO ICHI Posisi Semula Para peserta dan Wasit kembali ke


posisi mereka semula.

TSUZUKETE Meneruskan Perintah untuk meneruskan


pertarungan pertarungan ketika terjadi suatu
gangguan.

TSUZUKETE Memulai Ketika Wasit mengatakan


HAJIME pertarungan " Tsuzukete", dan berdiri diantara
Kembali peserta, Wasit membentangkan
tangannya dengan telapak tangannya
mengarah pada para peserta. Ketika
Wasit mengatakan "Hajime" maka
Wasit akan memutar telapak tangan
dan mengarahkan lurus ke depan lalu
melangkah mundur.

SHUGO Pemanggilan Juri Wasit memanggil para Juri pada akhir


pertandingan atau untuk
merekomendasikan Shikkaku.

HANTEI Keputusan Wasit akan meminta keputusan pada


saat akhir pertandingan seri setelah
melalui perpanjangan waktu. Wasit
akan meniup pendek peluit, Juri akan
memberikan pilihan mereka melalui
isyarat bendera dan Wasit menandai
keputusannya dengan menaikkan
tangan (isyarat NO KACHI).
HIKIWAKE Seri Dalam suatu kondisi seri, Wasit
menyilangkan tangannya dengan
telapak menghadap ke bawah lalu
membukanya kembali dengan telapak
tangan menghadap ke depan.

AKA (AO) NO KACHI Merah (Biru) Wasit menaikkan tangannya 45


menang derajat ke atas kepada sisi pemenang.

AKA (AO) IPPON Merah (Biru) Wasit menaikkan tangannya 45


menghasilkan tiga derajat ke atas kepada sisi peserta
angka yang menghasilkan nilai.

AKA (AO) WAZA-ARI Merah (Biru) Wasit membentangkan tangannya


menghasilkan dua sejajar bahu kepada sisi peserta yang
angka menghasilkan nilai.

AKA (AO) YUKO Merah (Biru) Wasit menurunkan tangannya 45


menghasilkan satu derajat ke bawah kepada sisi peserta
angka yang menghasilkan nilai.

CHUKOKU Peringatan Untuk pelanggaran Kategori 1, Wasit


akan menyilangkan kedua lengannya
di depan dada ke arah peserta yang
melakukan. Untuk pelanggaran
Kategori 2, Wasit akan menegakkan
jari telunjuknya ke arah peserta yang
melakukan pelanggaran.

KEIKOKU Peringatan Wasit melakukan isyarat Chukoku


C 1 atau C 2 dilanjutkan dengan
mengarahkan telunjuknya 45 derajat
ke arah bawah peserta yang
melakukan pelanggaran.

HANSOKU-CHUI Peringatan atau Wasit melakukan isyarat Chukoku


Diskualifikasi C 1 atau C 2 dilanjutkan dengan
mengarahkan telunjuknya lurus ke
arah wajah peserta yang melakukan
pelanggaran.
HANSOKU Diskualifikasi Wasit melakukan isyarat Chukoku
C 1 atau C 2 dilanjutkan dengan
mengarahkan telunjuknya 45 derajat
ke arah atas peserta yang melakukan
pelanggaran ,kemudian melakukan
isyarat NO KACHI pada lawannya.

JOGAI Keluar dari area Wasit menunjukkan jari telunjuknya ke


pertandingan yang arah bawah keluar arena pada sisi
tidak disebabkan salah satu peserta untuk
oleh lawan memberitahu Juri bahwa peserta yang
bersangkutan telah keluar dari arena
pertandingan.

SENSHU Lebih dulu Setelah memberikan nilai seperti


mendapat nilai gestur biasa, Wasit akan
dalam kesempatan menyebutkan “Aka / Ao Senshu”
pertama tanpa ada sembari menekuk tangan dengan
perlawanan dari telapak terbuka ke arah peserta yang
lawan memperoleh. Punggung telapak
tangan menghadap ke arah luar
Wasit.

SHIKKAKU Diskualifikasi berat Wasit akan mengarahkan telunjuknya


dengan perintah 45 derajat ke arah atas peserta yang
untuk melakukan pelanggaran kemudian
“Meninggalkan area mengarahkan tangannya menunjuk
pertandingan” keluar sambil mengatakan AKA (AO)
SHIKKAKU. Selanjutnya Wasit akan
mengumumkan kemenangan untuk
lawan.

TORIMASEN Pembatalan Nilai atau keputusan dianulir /


dibatalkan. Wasit Kumite
menyilangkan kedua tangannya
kemudian membuat suatu gerakan
memotong dengan telapak tangan
mengarah ke bawah.

KIKEN Pernyataan Wasit Kumite dengan jari telunjuknya


diskualifikasi akibat menunjuk 45° ke arah bawah pada
ketidakhadiran sisi matras dari peserta / tim yang
menerima.

MUBOBI Membahayakan diri Wasit menyentuh mukanya kemudian


sendiri memutar tepi tangan maju dan
menggerakkannya berpindah-pindah
untuk menunjukkan kepada Juri
bahwa peserta telah membahayakan
dirinya sendiri.
LAMPIRAN 2 : Gerak - Isyarat Dan Sinyal Bendera

PERNYATAAN DAN ISYARAT WASIT

SHOMEN-NI-REI
Wasit meluruskan tangannya sejajar
ke depan dada dengan telapak
tangan menghadap ke depan.

OTAGAI-NI-REI
Wasit mengisyaratkan kepada para
peserta untuk saling hormat satu
sama lain.

SHOBU HAJIME
“Memulai jalannya pertandingan”
Setelah menyerukan hal tersebut,
Wasit melangkah mundur.

YAME
“Berhenti”
Perintah untuk berhenti dan
menghentikan pertarungan. Pada
saat Wasit menyerukan hal tersebut,
Wasit membuat suatu gerakan
tangan memotong ke arah bawah
dengan tangannya.

TSUZUKETE HAJIME
“Memulai kembali pertandingan”
Ketika Wasit mengatakan
" Tsuzukete", dan berdiri diantara
peserta, Wasit membentangkan
tangannya dengan telapak tangannya
mengarah pada kedua peserta.
Ketika Wasit mengatakan "Hajime"
maka Wasit akan memutar telapak
tangan dan mengarahkan lurus ke
depan lalu melangkah mundur.
YUKO ( 1 angka )
Wasit menurunkan tangannya 45°
ke bawah kepada sisi peserta yang
menghasilkan nilai.

WAZA-ARI ( 2 angka )
Wasit mengangkat lengan tangannya
setinggi bahu kepada sisi peserta
yang menghasilkan nilai.

IPPON ( 3 angka )
Wasit menaikkan tangannya 45° ke
atas kepada sisi peserta yang
menghasilkan nilai.

TORIMASEN / MEMBATALKAN
KEPUTUSAN
Ketika terjadi kesalahan dalam
pemberian nilai atau hukuman
, Wasit akan menghadap ke arah
peserta dengan mengatakan
“AKA” atau “AO” sambil
menyilangkan tangannya dengan
gerakan memotong dan telapak
tangan mengarah ke bawah untuk
menunjukkan bahwa keputusan
yang terakhir telah dibatalkan.

SENSHU
Wasit mengangkat telapak tangannya
yang terbuka sejajar bahu dengan
punggung telapak tangan yang
menghadap luar – mengarah ke sisi
peserta yang lebih dulu mendapatkan
nilai tanpa perlawanan.
NO KACHI
“Menang”
Ketika pertandingan berakhir, untuk
menyatakan AKA atau AO No Kachi –
Wasit akan mengangkat lengannya
ke atas pada sudut 45° pada sisi
pemenang.

KIKEN
“Diskualifikasi akibat tidak dapat hadir di
area pertandingan”
Wasit menunjuk dengan jari telunjuk ke
arah garis salah satu peserta kemudian
mengumumkan suatu kemenangan
kepada peserta yang lain.

SHIKKAKU
“Diskualifikasi, Meninggalkan area
pertandingan”.
Wasit akan mengarahkan telunjuknya
45° ke arah atas peserta yang
melakukan pelanggaran kemudian
mengarahkan tangannya menunjuk ke
belakang sambil mengatakan AKA (AO)
SHIKAKU. Selanjutnya Wasit akan
mengumumkan kemenangan untuk
lawannya.

HIKIWAKE
“Seri” (hanya diterapkan pada pertandingan
beregu & pertandingan yang menggunakan
sistem round-robbin)
Ketika waktu sudah habis dan jumlah
nilai adalah sama maka Wasit
menyilangkan tangannya dengan telapak
menghadap ke bawah lalu membukanya
kembali dengan telapak tangan
menghadap ke depan.

PELANGGARAN KATEGORI 1
(digunakan tanpa sinyal lanjutan untuk Chukoku)
Wasit akan menyilangkan kedua
lengannya di depan dada ke arah
peserta yang melakukan.
PELANGGARAN KATEGORI 2
(digunakan tanpa sinyal lanjutan untuk Chukoku)
Wasit akan menegakkan jari telunjuknya
ke arah peserta yang melakukan
pelanggaran.

KEIKOKU
“Peringatan”.
Wasit melakukan isyarat Pelanggaran
C1 atau C2 dilanjutkan dengan
mengarahkan telunjuknya 45° ke arah
bawah peserta yang melakukan.

HANSOKU CHUI
“Peringatan atau Diskualifikasi”.
Wasit melakukan isyarat Pelanggaran
C1 atau C2 dilanjutkan dengan
menunjukkan telunjuknya secara
horisontal ke arah peserta yang
melakukan pelanggaran.

HANSOKU
“Diskualifikasi”
Wasit melakukan isyarat Pelanggaran
C1 atau C2 dilanjutkan dengan
mengarahkan telunjuknya 45° ke arah
atas peserta yang melakukan
pelanggaran , kemudian melakukan
isyarat NO KACHI pada lawannya.

PASIFITAS
Wasit membuat gerakan saling memutar
dengan kedua tangannya yang terkepal
di depan dada sebagai isyarat pada para
Juri terjadinya pelanggaran C 2.

KONTAK BERLEBIHAN
Wasit menunjukkan kepada para Juri
adanya kontak berlebihan atau
Pelanggaran Kategori 1 dengan
menempelkan telapak tangan yang
terbuka di atas kepalan tangan yang
lainnya.
MELEBIH – LEBIHKAN CIDERA
Wasit memegang kedua pipinya dengan
kedua telapak tangannya untuk
menunjukkan kepada para Juri adanya
pelanggaran Kategori 2.

BERPURA – PURA CIDERA


Wasit mengangkat sejajar kedua telapak
tangannya yang terbuka mengarah ke
sisi pelaku untuk menunjukkan kepada
para Juri adanya pelanggaran Kategori
2.

JOGAI
“Keluar dari Area Pertandingan”
Wasit menandai (adanya) suatu jalan
keluar kepada para Juri, dengan
menunjukkan jari telunjuk ke luar area
pertandingan pada sisi peserta yang
melakukannya.

MUBOBI (Membahayakan diri sendiri)


Wasit menyentuh wajahnya kemudian
memutar tepi tangan maju dan
menggerakkannya berpindah-pindah
untuk menunjukkan kepada para Juri
bahwa peserta telah membahayakan
dirinya sendiri.

MENGHINDARI PERTARUNGAN
Wasit membuat gerakan memutar jari
telunjuknya kearah bawah untuk
menunjukkan kepada para Juri adanya
pelanggaran Kategori 2.
BERGUMUL YANG TIDAK PERLU,
MEMELUK, MENDORONG ATAU
MENARIK TANPA SUATU TEHNIK
Wasit membuat gerakan seperti menarik
sesuatu dengan tangan terkepal ke arah
bahu atau mendorong dengan telapak
terbuka untuk memberi isyarat
Pelanggaran Kategori 2 kepada para
Juri.

SERANGAN TIDAK TERKENDALI DAN


BERBAHAYA
Wasit membawa tangan yang terkepal di
samping kepalanya untuk menunjukkan
kepada para Juri adanya Pelanggaran
Kategori 2.

MENYERANG DENGAN SIKU, LUTUT


ATAU KEPALA
Wasit menyentuh dahi, lutut, atau
sikunya dengan tangan untuk
menunjukkan kepada para Juri adanya
Pelanggaran Kategori 2.

BERKATA ATAU BERLAKU TIDAK SOPAN


Wasit meletakkan jari telunjuknya ke bibir
untuk menunjukkan kepada para Juri
adanya pelanggaran Kategori 2.

SHUGO
“Pemanggilan Juri”
Wasit memanggil para juri pada akhir
pertandingan atau memanggil para Juri
untuk merekomendasikan Shikkaku.
ISYARAT BENDERA JURI

Catatan : Pada Kumite  Juri 1 & Juri 4 memegang bendera merah di tangan kanan.
 Juri 2 & Juri 3 memegang bendera merah di tangan kiri.

YUKO WAZA-ARI

IPPON PELANGGARAN
Peringatan adanya pelanggaran.
Bendera yang sesuai dilambaikan
membuat suatu lingkaran kemudian
membuat tanda adanya pelanggaran
Kategori 1 atau 2.

PELANGGARAN KATEGORI 1 POSISI DUDUK JURI


Bendera disilangkan dengan posisi
tangan lurus ke arah peserta
yang melakukan.
PELANGGARAN KATEGORI 2

a. Juri memutar bendera b. Juri menahan bendera dengan


tangan ditekuk

JOGAI KEIKOKU
Juri mengetukkan ujung bendera ke
lantai sesuai peserta yang
melakukan.

HANSOKU CHUI HANSOKU


LAMPIRAN 3: Panduan Pelaksanaan Tugas Bagi Wasit / Juri

Lampiran ini dimaksudkan untuk memberi bantuan pada para Wasit dan Juri jika dalam
Penjelasan di tiap pasal pada Peraturan Pertandingan terdapat keterangan yang tidak jelas.

KONTAK BERLEBIHAN
Ketika seorang peserta membuat suatu teknik yang menghasilkan angka dengan disertai
kontak yang berlebihan, Panel Wasit tidak memberikan nilai dan sebagai gantinya Wasit
akan memberikan peringatan Kategori 1 atau hukuman kecuali jika itu adalah kesalahan yang
dilakukan oleh lawannya sendiri.

KONTAK BERLEBIHAN & MELEBIH – LEBIHKAN CIDERA


Karate adalah sebuah seni beladiri dan suatu standar kepribadian / tingkah laku yang tinggi
yang sangat diharapkan dari para atletnya. Tidaklah bisa diterima jika para peserta setelah
menerima sebuah kontak yang ringan bertingkah laku seperti ini : mengusap – usap keras
wajahnya, berjalan berputar – putar mengelilingi area, membungkuk, mencopot atau
meludahkan pelindung gusinya, dan hal lain yang menunjukkan pada Wasit bahwa lawannya
patut mendapatkan sebuah hukuman yang paling tinggi. Tingkah laku seperti ini sangat
melecehkan dan merendahkan Karate dan harus segera diberikan hukuman.

Ketika seorang peserta berpura-pura seolah ia menerima suatu kontak yang keras, para Juri
segera memutuskan bahwa tehnik yang dipermasalahkan tersebut terkontrol dengan baik
dan memenuhi 6 kriteria penilaian, lalu nilai akan diberikan pada lawannya dan hukuman
Kategori 2 akan diberikan bagi pelaku yang berpura – pura cidera tersebut. Hukuman yang
tepat untuk kasus dengan penjelasan di atas adalah minimal Hansoku , dan dalam beberapa
kasus diberikan Shikkaku. Seorang peserta tidak harus dihukum karena terengah - engah
(akibat kehabisan napas setelah melakukan suatu tehnik) atau sekedar bereaksi terhadap
dampak dari tehnik lawan yang menghasilkan nilai. Peserta yang terengah – engah akibat
dari dampak suatu tehnik harus diberikan waktu untuk memulihkan nafasnya sebelum
pertarungan dilanjutkan.

Dalam contoh kasus yang lebih pelik sering terjadi ketika seorang peserta menerima sebuah
serangan yang cukup kuat lalu ia terjatuh ke matras, segera bangkit ( dengan maksud untuk
menghentikan penghitungan waktu 10 detik ) dan setelah itu jatuh lagi. Yang perlu diingat
oleh para Wasit & Juri bahwa tehnik tendangan ke arah Jodan itu bernilai 3 dan beberapa
peserta kumite nomor perorangan maupun beregu biasanya jika sudah tertinggal dalam
perolehan nilai sangat jamak melakukan hal – hal tidak beretika yang dimaksudkan untuk
menghambat kemenangan lawannya , didasari dengan niat memburu bonus besar yang telah
dijanjikan. Penting untuk menggarisbawahi hal ini untuk menerapkan peringatan atau
hukuman yang sesuai.

MUBOBI
Suatu peringatan atau hukuman untuk Mubobi diberikan ketika seorang peserta dipukul atau
cidera dikarenakan keteledoran atau kesalahannya sendiri. Ini mungkin dapat terjadi
disebabkan peserta itu memutar punggung mereka di depan lawan, menyerang dengan suatu
teknik gyaku tsuki chudan yang terlalu panjang / rendah tanpa mempertimbangkan pukulan
serangan balasan dari lawan, berhenti bertarung sebelum Wasit menyerukan "Yame",
menghilangkan konsentrasi atau perlindungannya sendiri dan berulang kali gagal atau tidak
mampu menolak untuk menghalangi serangan lawannya.

Penjelasan XVIII dari PASAL 8 :


“Seharusnya peserta yang menerima kontak yang berlebihan dan atau terjadi cidera yang
disebabkan oleh kesalahannya, Wasit akan memberikan peringatan atau hukuman kategori 2
dan membatalkan hukuman kepada lawannya.”
Seorang peserta yang terpukul karena kesalahannya sendiri dan melebih-lebihkan cidera
dengan maksud untuk menyesatkan para Juri dapat menerima suatu peringatan atau
langsung hukuman untuk Mubobi seperti halnya pada kasus melebih – lebihkan cidera
karena ia dalam hal ini telah melakukan dua jenis pelanggaran sekaligus.
Perlu diperhatikan bahwa tidak ada keadaan di mana suatu tehnik yang dilakukan dengan
kontak keras dapat diberi suatu nilai.

ZANSHIN
Zanshin diartikan sebagai kemampuan peserta untuk menjaga total konsentrasi,
pengamatan, dan kesadaran akan kemampuan lawan melakukan serangan balik. Beberapa
peserta setelah melakukan serangan akan memutar badan mereka menjauh dari lawan,
tetapi masih bersiaga untuk melakukan serangan balik tersebut. Panel Wasit harus mampu
membedakan antara kesiap-siagaan seperti ini dengan situasi lainnya dimana peserta
berbalik tanpa mengindahkan konsentrasi dan pertahanannya , maupun yang telah membuat
pertarungan jadi terhenti sementara.

MENANGKAP TENDANGAN CHUDAN


Perlukah para Juri memberikan nilai ketika seorang kontestan melakukan tendangan Chudan
lalu lawannya menangkap kakinya sebelum ia sempat menarik kembali kakinya ?
Ketika terlihat unsur Zanshin terpenuhi pada tendangan tsb maka tidak ada alasan mengapa
tehnik tsb tidak diberikan nilai karena telah jelas terlihat memenuhi keenam kriteria nilai.
Secara teoritis, dalam sebuah pertarungan sesungguhnya, sebuah tendangan yang penuh
tenaga akan melumpuhkan lawan yang tidak mungkin akan sempat menangkap kakinya.
Kontrol yang tepat, area yang menjadi sasaran, dan memenuhi keenam kriteria, adalah faktor
– faktor penentu yang menentukan sebuah tehnik bisa diberikan nilai atau tidak.

MELEMPAR & CIDERA


Sejak mencengkram / memeluk lawan dan melemparnya diijinkan dalam persyaratan khusus
maka para pelatih berusaha melatih para atletnya agar menguasai tehnik – tehnik bantingan /
lemparan tersebut.
Seorang peserta yang berusaha melakukan tehnik bantingan harus memenuhi beberapa
persyaratan yang telah dijelaskan pada Pasal 6 & Pasal 8. Jika seorang peserta
membanting lawannya sesuai dengan aturan dan terjadi cidera pada lawannya yang tidak
dapat jatuh secara tepat maka peserta yang membanting tsb seharusnya tidaklah dihukum.
Cidera yang disebabkan oleh diri sendiri dapat terjadi ketika seorang peserta dibanting,
mendarat dengan lengan atau sikunya, atau memeluk lawan yang membantingnya sehingga
menimpa dirinya.
Sebuah situasi berpotensi untuk menjadi berbahaya ketika seorang peserta mencengkram
kedua kaki lawannya dan kemudian melempar melewati punggungnya atau ketika seorang
peserta membungkuk lalu mengangkat lawannya dan dilanjutkan dengan melemparnya.
Pasal 8 , Penjelasan XI menyatakan bahwa : “... dan lawan harus dipegang, sehingga
pendaratan yang aman dapat dilakukan.” Jika terlihat bahwa pendaratan yang aman tsb sulit
untuk dilakukan seorang peserta maka tehnik lemparan seperti ini dimasukkan sebagai
kategori yang terlarang.
MENDAPATKAN NILAI DARI LAWAN YANG JATUH
Ketika seorang peserta disapu atau dibanting sehingga Torso-nya (anggota tubuh dari leher
sampai pantat) jatuh rata pada tatami lalu dilanjutkan dengan sebuah tehnik yang memenuhi
6 kriteria maka nilai untuk itu adalah IPPON.
Seharusnya dalam setiap kasus bantingan / lemparan para Juri benar - benar memperhatikan
tehnik yang dipakai serta hubungannya dengan kondisi / arah jatuh dari peserta yang
dibanting / dilempar, sehingga mereka tak begitu gampang untuk memberikan nilai.
Nilai yang diberikan juga harus disesuaikan ketika sebuah tehnik efektif yang menghasilkan
nilai terjadi pada saat Torso lawan belum rata pada tatami , sesuai yang dijelaskan pada
Pasal 6.
Oleh karena itu jika sebuah tehnik yang dilancarkan terjadi setelah lawan dilempar /
dibanting, posisi tubuhnya terduduk, berlutut, setengah berdiri maupun setengah atau
melayang penuh di udara maka yang harus menjadi patokan penilaian adalah bukan lagi
tehnik bantingan / lemparannya melainkan jenis tehnik susulannya , yaitu :

1. Jika disusul tendangan ke arah Jodan bernilai IPPON.


2. Jika disusul tendangan ke arah Chudan bernilai WAZA-ARI.
3. Jika disusul pukulan atau lecutan bernilai YUKO.

PROSEDUR PENGAMBILAN KEPUTUSAN ( VOTING )


Saat Wasit menyerukan YAME , pada saat yang bersamaan diikuti isyarat tangannya.
Setelah ia kembali ke posisinya semula , para Juri akan mengisyaratkan pendapat mereka
atau mendukung permintaan dari Wasit terkait perilaku terlarang. Wasit pun akan
melaksanakan keputusan yang sesuai.
Sejak Wasit diijinkan untuk bergerak ke seluruh area pertandingan termasuk sedekat
mungkin dengan para peserta yang sedang bertarung, berbicara dengan dokter pertandingan
dan tidak adanya lagi proses Re-Consideration (meminta pertimbangan ulang) maka para
Juri dituntut untuk benar – benar serius mempertimbangkan apa yang dikomunikasikan /
disampaikan oleh Wasit pada mereka sebelum memberikan keputusan akhir mereka.
Pada situasi dimana ada lebih dari satu alasan untuk menghentikan pertandingan Wasit akan
mengatur secara cermat terhadap kelancaran jalannya pertandingan.
Sebagai contoh, dimana nilai diperoleh seorang peserta bersamaan dengan adanya sebuah
kontak keras dari lawannya atau seorang peserta yang cidera akibat MUBOBI lalu ia melebih
– lebihkan cidera.
Ketika ulasan video digunakan , Panel Pengulas Video hanya akan mengubah keputusan jika
dua anggotanya sepakat. Setelah itu mereka akan segera menyampaikan keputusan yang
diambil pada Wasit yang akan mengubah keputusan yang telah diambil sebelumnya.

JOGAI
Para Juri harus ingat bahwa ketika Jogai terjadi mereka harus mengetuk lantai dengan ujung
bendera yang dipegangnya. Ketika Wasit telah menghentikan pertarungan dan kembali ke
posisinya semula barulah mereka mengisyaratkan pelanggaran Kategori 2 .

ISYARAT PELANGGARAN PERATURAN


Untuk pelanggaran Kategori 1 para Juri harus memutar benderanya dulu sesuai warna
dengan peserta yang melakukan pelanggaran lalu menyilangkan di sebelah kiri / kanan
badannya. Jika Aka yang melakukan maka bendera merah harus berada di depan bendera
biru, begitu pula sebaliknya ,hal ini dimaksudkan agar Wasit dapat dengan cepat mengetahui
si pelaku pelanggaran.
LAMPIRAN 4: Tanda / Simbol Bagi Pencatat Nilai

●-○ Ippon Nilai Tiga Angka

○-○ Waza-Ari Nilai Dua Angka

○ Yuko Nilai Satu Angka

√ Senshu Mendapatkan nilai lebih dulu


tanpa perlawanan

□ Kachi Menang

X Make Kalah

▲ Hikiwake Seri

C1C Pelanggaran Kategori 1 — Chukoku Peringatan

C1K Pelanggaran Kategori 1 — Keikoku Peringatan


C1HC Pelanggaran Kategori 1 — Hansoku Chui Peringatan
C1H Pelanggaran Kategori 1 — Hansoku Hukuman atau Diskualifikasi

C2C Pelanggaran Kategori 2 — Chukoku Peringatan


C2K Pelanggaran Kategori 2 — Keikoku Peringatan
C2HC Pelanggaran Kategori 2 — Hansoku Chui Peringatan

C2H Pelanggaran Kategori 2 — Hansoku Hukuman atau Diskualifikasi


KK Kiken Tidak dapat hadir di area
pertandingan

S Shikkaku Diskualifikasi Serius


LAMPIRAN 5: Bagan Area Pertandingan Kumite
LAMPIRAN 6: Bagan Area Pertandingan Kata
LAMPIRAN 7: Pakaian Karate / Karate-Gi
LAMPIRAN 8 : Kategori Kelas Dan Persyaratan Kejuaraan Resmi WKF

KEJUARAAN DUNIA
KADET, JUNIOR & DI BAWAH 21 TAHUN SENIOR
PERSYARATAN UMUM KATEGORI PERSYARATAN UMUM KATEGORI
KADET JUNIOR DIBAWAH 21 TAHUN
Kata Perorangan
(umur +16)
Kata Perorangan Kata Perorangan Kata Perorangan  Pertandingan berlangsung selama 5 Putra
 Pertandingan berlangsung (umur 14/15) (umur 16/17) (umur 18,19,20) hari . Putri
selama 4 hari . Putra Putra Putra
Putri Putri Putri  Penyisihan Kumite beregu dimainkan
 Setiap Negara hanya boleh setelah Penyisihan Kumite perorangan. KumitePerorangan Putra
mendaftarkan 1 peserta untuk (umur +18)
1 kategori.  Setiap Negara/Kontingen hanya boleh
KumitePerorangan mendaftarkan 1 peserta untuk 1 - 60 Kg.
 Pada saat pengundian empat KumitePerorangan KumitePerorangan Putra kategori.
Putra - 67 Kg.
finalis dari kejuaraan Putra (umur 16/17) (umur 18,19,20)
(umur 14/15) - 75 Kg.
sebelumnya harus dipisahkan  Pada saat pengundian peraih 4 finalis
sedapat mungkin (baik nomor dari kejuaraan sebelumnya harus - 84 Kg.
perorangan maupun beregu). - 52 Kg. - 55 Kg. - 60 Kg. dipisahkan sedapat mungkin (baik + 84 Kg.
- 57 Kg. - 61 Kg. - 67 Kg. nomor perorangan maupun beregu).
 Kejuaraan dimainkan pada 5 - 63 Kg. - 68 Kg. - 75 Kg.
atau 6 matras, tergantung - 70 Kg. - 76 Kg. - 84 Kg.  Kejuaraan dimainkan pada 4 matras Kumite Perorangan Putri
bentuk gedungnya. +70 Kg. +76 Kg. + 84 Kg. yang diatur sejajar dalam 1 garis pada (umur +18)
hari 1 – 4, serta 1 matras yang berupa
 Lama waktu pertandingan panggung bagi perebutan medali pada
Kumite bagi Kadet & Junior Kumite Perorangan Kumite Perorangan babak final ( 2 hari ). - 50 Kg.
Kumite Perorangan Putri - 55 Kg.
= 2 menit Putri Putri
(umur 18,19,20)
(umur 14/15) (umur 16/17)  Untuk konsumsi Wasit, Juri, - 61 Kg.
 Lama waktu pertandingan Adiministrasi Pertandingan dan Panitia - 68 Kg.
Kumite bagi Under 21 harus disediakan ruangan / meja + 68 Kg.
= 3 menit -47 Kg. - 48 Kg. - 50 Kg. khusus.
-54 Kg. - 53 Kg. - 55 Kg.
+54 Kg. - 59 Kg. - 61 Kg.  Lama waktu pertandingan Kumite bagi
 Bunkai wajib ditampilkan pada Senior = 3 menit Kata Beregu (umur +16)
+ 59 Kg. - 68 Kg. Putra
babak Final & perebutan
+ 68 Kg. Putri
medali  Bunkai wajib ditampilkan pada babak
Kata Beregu (umur Final & perebutan medali
14/17)
Putra Kumite Beregu (umur +18)
Putri Putra
Putri
Total 10 13 12 Total 16

Catatan : Penentuan batas usia kelahiran peserta untuk tiap kategori dihitung mengacu pada Hari ke 1 Kejuaraan
LAMPIRAN 9 : Panduan Warna Seragam Resmi Wasit & Juri
LAMPIRAN 10 : Pertandingan Karate Untuk Usia Di Bawah 14 Tahun

Diwajibkan untuk kegiatan usia dini WKF


Disarankan untuk kegiatan Nasional, Regional & Internasional yang memakai sistem
pertandingan resmi WKF

Kategori yang digunakan untuk usia di bawah 12 tahun


۞ Kumite Putra U12 (usia 10 & 11 tahun) : -30 kg, -35 kg, -40 kg, -45 kg, +45 kg
۞ Kumite Putri U12 (usia 10 & 11 tahun) : -30 kg, -35 kg, -40 kg, +40 kg
۞ Kata Putra U12 (usia 10 & 11 tahun)
۞ Kata Putri U12 (usia 10 & 11 tahun)

Kategori yang digunakan untuk usia di bawah 14 tahun


۞ Kumite Putra U14 (usia 12 & 13 tahun) : -40 kg, -45 kg, -50 kg, -55 kg, +55 kg
۞ Kumite Putri U14 (usia 12 & 13 tahun) : -42 kg, -47 kg, +47 kg
۞ Kata Putra U14 (usia 12 & 13 tahun)
۞ Kata Putri U14 (usia 12 & 13 tahun)

Modifikasi peraturan pertandingan untuk usia di bawah 14 tahun

Pertandingan Kumite untuk anak – anak usia 12 sampai 14 tahun :


 Tehnik – tehnik ke arah kepala & leher (area Jodan) tidak boleh menghasilkan
kontak.
 Kontak apapun ke area Jodan, meskipun ringan , akan mendapatkan
hukuman.
 Tehnik – tehnik ke arah kepala & leher yang dianggap telah memenuhi kriteria
akan dipertimbangkan untuk memperoleh nilai pada jarak hingga 10 cm dari
target.
 Lama waktu pertandingan adalah 1 ½ (satu setengah) menit.
 Perlengkapan pengaman selain yang disetujui WKF tidak boleh digunakan.
 Pelindung wajah (Facemask) & Pelindung dada (Chest Protector) untuk anak –
anak sesuai standar WKF wajib digunakan.

Pertandingan Kumite untuk anak – anak usia di bawah 12 tahun :


 Tehnik – tehnik ke semua area yang diijinkan (Chudan & Jodan) seluruhnya
harus dikontrol agar mendekati sasaran saja.
 Kontak apapun ke area Jodan, meskipun ringan , akan mendapatkan
hukuman.
 Tehnik – tehnik ke semua area yang diijinkan dianggap memenuhi kriteria
untuk memperoleh nilai pada jarak hingga 10 cm dari target.
 Meskipun dikontrol namun tehnik – tehnik ke badan (area Chudan) tidak akan
mendapat nilai jika sampai menghasilkan kontak di permukaan area tersebut.
 Tehnik – tehnik sapuan atau bantingan tidak diijinkan.
 Lama waktu pertandingan adalah 1 ½ (satu setengah) menit.
 Area pertandingan boleh dikurangi dari 8 x 8 meter menjadi 6 x 6 meter, jika
diinginkan oleh Panitia Pelaksana.
 Peserta harus mengikuti sedikitnya dalam 2 babak per pertandingan.
 Perlengkapan pengaman selain yang disetujui WKF tidak boleh digunakan.
 Pelindung wajah (Facemask) & Pelindung dada (Chest Protector) untuk anak –
anak sesuai standar WKF wajib digunakan.
Pertandingan Kumite untuk anak – anak usia di bawah 10 tahun :
Diatur sebagai model pertandingan selama 1½ (satu setengah) menit dimana
sepasang peserta berhadapan dengan sepasang peserta lainnya. Tiap pasangan
tampil mendemonstrasikan tehnik – tehnik kumite berpasangan Penampilan dinilai
berdasarkan kelebihan tehnik – tehnik satu pasang peserta terhadap satu pasang
peserta yang menjadi lawannya dengan menggunakan kriteria & prosedur Hantei
seperti dalam Kumite.

Pertandingan Kata untuk anak – anak usia di bawah 14 tahun :


Tidak ada perbedaan khusus dari peraturan standar, tapi pembatasan terhadap jenis
Kata yang dimainkan boleh digunakan.

Pertandingan Kata untuk anak – anak usia di bawah 12 tahun :


Tidak ada perbedaan khusus dari peraturan standar, tapi pembatasan terhadap jenis
Kata yang dimainkan boleh digunakan.
Peserta yang tidak bisa menyelesaikan penampilan Kata diberikan kesempatan kedua
untuk menampilkan kembali Kata yang sama tanpa mengurangi penilaian.
LAMPIRAN 11 : Pengulasan Video

Peraturan Pengulasan Video (Video Review / VR)


Dalam Pertandingan Kumite WKF (perorangan & beregu)

TIM PENGULAS VIDEO

Penjelasan Singkatan Jumlah personil Jumlah personil


pada babak pada babak
penyisihan perebutan
medali

Video Review Table VRT 3 3


(Meja Pengulas Video)

Video Review Supervisor VRS 2 2


(Pengawas Pengulas Video)
Coach Supervisor CS 1 2
(Pengawas Pelatih)

1. Pada awal kejuaraan, para Manajer Tatami akan menunjuk 2 Wasit A


sebagai VRS pada tataminya masing - masing. Keduanya akan duduk pada
meja yang dilengkapi dengan VRO yang duduk di tengah – tengah.
Mereka bertiga akan dilengkapi dengan kartu merah (untuk menolak) dan
hijau (untuk menerima).Hanya mereka bertiga yang boleh berada di meja
tsb.
2. Pada tiap babak, Pengawas Pelatih (CS) akan mengoperasikan alat khusus
yang meneruskan komunikasi antara para pelatih dengan VRT. Dia akan
duduk di antara kedua pelatih selama babak pertarungan & pada babak
perebutan medali akan ada dua orang CS , masing – masing bertugas untuk
melayani tiap pelatih serta duduk di samping mereka.
Pada papan nilai elektronik, di sebelah kiri bagian nilai tiap kontestan akan
terlihat kotak warna oranye dengan tulisan VR. Semua yang termasuk Tim
Video Review akan dilengkapi dengan pesawat radio sistem 2 arah sebagai
sarana komunikasi di antara mereka. Jika alat komunikasi tsb mengalami
masalah maka sistem komunikasi secara tradisional (dengan menggunakan
kartu merah-untuk AKA & kartu biru-untuk AO) akan diterapkan.
3. Prosedur P e n g u l a s a n V i d e o h a n y a a k a n d i j a l a n k a n j i k a
pelatih yakin bahwa atletnya memperoleh nilai tapi
d i a b a i k a n . Agar waktu pertarungan tidak banyak tertunda maka VRS
bertanggungjawab untuk memastikan protes ditangani secara efisien dalam
hal waktu.
4. N i l a i hanya dapat diberikan jika tehnik dari para peserta terjadi sebelum
wasit menghentikan pertarungan (aba – aba Yame).
5. U n t u k t u j u a n p e n g u l a s a n v i d e o y a n g e f e k t i f , k e t i k a t a t a m i
yang digunakan lebih dari satu maka 2 kamera video akan
digunakan pada tiap tatami (lihat posisinya pada bagan berikut).
Gambar tata letak pada pertandingan dengan banyak tatami

Ketika hanya digunakan satu tatami ( seperti di Olimpiade /


Olimpiade Remaja ) maka 4 kamera video yang akan digunakan
pada tiap tatami dan masing – masing akan ditempatkan di tiap
sudut area aman pertandinga n & dioperasikan langsung oleh
VRO.

Gambar tata letak pada pertandingan dengan satu tatami

6. Tahapan Permintaan Pengulasan Video :


- Pelatih yang meminta suatu pengulasan video akan menekan tombol alat
dan secara bersamaan bel di papan nilai akan berbunyi ; kotak warna
oranye dengan tulisan VR pada papan nilai akan berkedip.
- Wasit akan segera menghentikan pertarungan & VRO akan berhenti merekam.
- Pengawas Pelatih / CS akan segera menginformasikan lewat radio pada
VRS & kedua orang VRS perihal protes yang diminta pelatih. Papan
nilai kemudian akan menampilkan nilai yang diminta tersebut. Jika
permintaan dilakukan secara bersamaan oleh kedua pelatih maka
papan nilai akan menampilkan keduanya sekaligus.

- VRS akan memutar ulang rekaman pada awal kejadian dari kasus sesuai
protes yang diminta.
- VRS akan mempelajarinya, menganalisanya dan mengambil keputusan
sesegera mungkin.
- Keputusan pemberian nilai harus diambil dengan suara bulat oleh keduanya ,
kalau tidak disepakati maka harus dipertimbangkan untuk ditolak. Keputusan
diumumkan oleh salah seorang VRS yang akan berdiri sambil mengangkat
kartu hijau (YA) atau kartu merah (TIDAK). Jika kartu hijau dia ngkat
maka dengan tangannya yan g lain V RS akan menunjukkan
tingkatan nilai ya ng diberikan seperti gestur yan g dipakai oleh
W asit. Di saat ya ng bersamaan keputusan tsb akan ditampilkan
juga pada papan nilai.

- Jika permintaan VR ditolak maka kotak warna oranye dengan tulisan VR


pada papan nilai secara otomatis akan hilang dan pelatih tidak memiliki
kesempatan lagi untuk melakukan permintaan VR pada sisa pertarungan
pada babak tsb dan berlanjut pada babak – babak selanjutnya untuk
peserta yang sama.

- Meskipun demikian jika peserta yang bersangkutan berhasil sampai


pada babak perebutan medali maka kesempatan permintaan VR akan
diberikan lagi.
7. Jika menggunakan sistem Round-Robin (pada babak yang bukan perebutan
medali) jika protes ditolak maka kesempatan permintaan VR akan diberikan
lagi pada peserta di babak perebutan medali.
8. P e n o l a k a n p a d a p r o s e d u r VR di atas tidak berkaitan dengan sistem
protes tertulis yang tercantum dalam Pasal 11.
9. J i k a p e s e r t a m e n y a r a n k a n a t a u m e m b e r i i s y a r a t p a d a
pelatihnya untuk melakukan VR akan dianggap sebagai
bentuk pelanggaran dalam C2 dan akan diberikan peringatan
atau hukuman. Dalam situasi ini jika pelatih tetap meminta
VR maka prosedur tetap dilaksanakan dengan keputusan
yang harus dikeluarkan ; meskipun peserta telah diberikan
peringatan atau hukuman C2.
10. J i k a k o n t e s t a n m e m b e r i i s y a r a t p a d a p e l a t i h n y a u n t u k t i d a k
melakukan VR karena tehniknya tidak cukup bagus, maka ini
juga dianggap sebagai bentuk pelanggaran dalam C2 dan
akan diberikan peringatan atau hukuman. Dalam situasi ini
maka prosedur VR juga tetap dilaksanakan
11. J i k a p e l a t i h t e r l a n j u r m e n e k a n t o m b o l a t a u m e n g a n g k a t k a r t u
untuk meminta VR yang kemudian ingin dibatalkannya maka
prosedur harus tetap dilanjutkan seperti seharusnya.
12. Jika pelatih meminta VR dan pada saat yang bersamaan dua orang juri atau
lebih memberi nilai pada pesertanya tsb maka kotak warna oranye dengan
tulisan VR pada papan nilai tidak akan ditampilkan.
13. Jika seorang pelatih meminta VR namun dalam pandangan panel wasit/juri
tehnik tsb tidak terkontrol atau terlalu keras maka peringatan atau hukuman
C1 akan diberikan dan kotak warna oranye dengan tulisan VR pada papan
nilai tidak akan ditampilkan.
14. Jika terjadi masalah tehnis pada peralatan elektronik sehingga analisa video
tidak bisa dilakukan dan tidak bisa diambil keputusan maka hak VR tetap ada
seperti yang sudah dijelaskan pada nomor 2 di atas.
15. Ukuran minimum kartu VR untuk VRS adalah A5 (14,8cm x 21cm) dengan
desain seperti berikut :

15. Ukuran minimum kartu VR untuk CS adalah A5 (14,8cm x 21cm) dengan


desain seperti berikut :
LAMPIRAN 12 : Formulir Protes Resmi
LAMPIRAN 13 : Prosedur Penimbangan Berat Badan

Penimbangan pengecekan
Para peserta harus diijinkan untuk mengecek berat badannya pada timbangan resmi 1
jam sebelum jadwal yang telah ditentukan. Waktu untuk hal ini tidak dibatasi bagi setiap
peserta.

Penimbangan resmi
Tempat :
Penimbangan resmi harus dilakukan dalam satu tempat saja. Boleh di tempat pertandingan,
sekretariat panitia, dsb yang ditentukan oleh panitia pelaksana. Ruangan terpisah bagi pria
& wanita harus disediakan.

Timbangan :
Panitia harus menyediakan timbangan elektronik berkalibrasi (sedikitnya 4 unit) yang
hanya menampilkan bacaan 1 desimal ; seperti 51,9 / 76,8 / dst . Timbangan harus
ditaruh di atas lantai yang keras & tidak dialasi karpet.

Waktu :
Penimbangan harus dilakukan sehari sebelum tiap kategori dipertandingkan, kecuali
diatur secara khusus oleh panitia penyelenggara. Jadwal penimbangan resmi untuk
kegiatan WKF harus tercantum pada proposal &. Bagi kegiatan lain informasi tentang hal
ini paling tidak sudah disampaikan sebelumnya lewat saluran komunikasi panitia
penyelenggara. Peserta harus memperhatikan hal ini, peserta yang tidak hadir sesuai
jadwal yang ditentukan atau tidak memenuhi batasan berat sesuai proposal akan
didiskualfikasi (KIKEN) .

Toleransi :
Toleransi tiap kategori adalah 0,2 kg (200 gram / 2 ons).

Prosedur:
Minimal harus ada 2 orang petugas WKF tersedia pada saat penimbangan untuk tiap
jenis kelamin. Satu orang untuk mengecek akreditasi keabsahan peserta dan seorang lagi
untuk mencatat berat akurat sesuai yang tertera pada timbangan. Enam orang tenaga
tambahan harus disediakan oleh panitia untuk mengatur antrean peserta. Disediakan 12
kursi. Untuk tujuan privasi peserta, petugas yang terlibat harus berjenis kelamin sama
dengan peserta yang melakukan penimbangan.
1. Penimbangan dilakukan berurutan per kategori & per peserta.
2. Seluruh pelatih & delegasi tim lainnya harus meninggalkan tempat penimbangan
sebelum kegiatan dimulai.
3. Tiap peserta hanya diijinkan sekali untuk berdiri di atas timbangan selama proses
penimbangan.
4. Tiap peserta membawa serta formulir pengesahan penimbangan mereka masing –
masing untuk ditunjukkan pada petugas yang akan mengesahkannya sesuai hasil
penimbangan.
5. Petugas kemudian akan meminta atlet untuk berdiri di atas timbangan.
6. Peserta hanya memakai pakaian dalam pada saat penimbangan (pria  celana
dalam , wanita  celana dalam & bra). Kaus kaki serta pelindung lainnya harus
dilepas.
7. Peserta diijinkan melepas pakaian dalam mereka ; tanpa turun dari timbangan ;
dengan tujuan mencapai batas minimal atau maksimal dari kategori berat yang diikuti.
8. Petugas mengawasi penimbangan lalu mencatatnya pada formulir peserta (sesuai
bacaan 1 desimal per kilogram).
9. Peserta turun dari timbangan.

CATATAN : Dilarang mengambil gambar dalam bentuk foto atau video pada tempat
penimbangan , termasuk juga penggunaan telepon genggam maupun perangkat
elektronik jenis lainnya.
LAMPIRAN 14 : Pertandingan Round-Robin (Kumite)

1. Bentuk pertandingan
Sistem Round-Robin digunakan untuk pertandingan di Olimpiade dan pertandingan
lainnya dengan jumlah peserta terbatas. Ini adalah bentuk pertandingan dimana
semua peserta dalam satu grup / pool bertemu satu sama lainnya untuk
menentukan pemenang.
Variasi sistem Round-Robin yang digunakan WKF memerlukan penggunaan 2
grup / pool terpisah , dimana pada masing – masing grup tsb dilakukan sistem
Round-Robin secara penuh. WKF menggunakan sistem ini sebagai penyisihan
untuk babak perebutan medali dimana peringkat 1 pada satu grup bertemu dengan
peringkat 2 pada grup lainnya untuk dapat lolos ke babak semi final.
Jika terdapat beberapa peserta yang tidak bertarung pada beberapa babak (karena
WO atau cidera) maka lawan - lawannya pada babak tersebut akan dianggap
menang bye.
Kemenangan dalam tiap pertarungan memperoleh nilai 2, jika seri memperoleh
nilai 1 & jika kalah dihitung 0. Peserta yang memperoleh nilai paling banyak
(peringkat) pertama & kedua dari seluruh pertandingan dalam satu grup / pool maju
ke babak semi final.
Di babak semi final peringkat ke 1 dari grup A bertemu dengan peringkat ke 2 dari
grup B & peringkat ke 1 dari grup B bertemu dengan peringkat ke 2 dari grup A.
Kedua orang peserta yang kalah memperoleh medali perunggu sementara dua
orang peserta yang menang maju ke babak final untuk memperebutkan medali
emas (pemenang) & medali perak (yang kalah).

2. Pemisahan
Ketentuan pemisahan peserta dalam sistem Round-Robin adalah sebagai berikut :
- Untuk pertandingan di Olimpiade pemegang peringkat 1 ~ 4 dalam daftar WKF
harus dipisah pada grup / pool yang berbeda.
- Untuk pertandingan lainnya ( termasuk turnamen multi event benua yang
menggunakan sistem Round-Robin ) dua orang peserta dengan peringkat WKF
paling tinggi sesuai data resmi sampai satu hari sebelum pertandingan dipisahkan
dalam grup / pool yang berbeda.

3. Penentuan Hasil Seri


Jika terjadi perolehan nilai seri di antara 2 orang peserta atau lebih dengan perolehan
total nilai yang sama maka kriteria di bawah ini akan dipakai. Ini berarti, jika seorang
peserta telah mengungguli peserta lainnya dengan satu kriteria maka kriteria lainnya
tidak dihitung :
1) Menang terhadap 2 orang ( atau lebih ) peserta yang sama.
2) Perolehan nilai tertinggi yang dikumpulkan dari seluruh
pertandingan.
3) Jumlah total nilai yang lebih rendah yang diperoleh lewat
seluruh pertandingan.
4) Perolehan Ippon yang lebih banyak.
5) Jumlah yang lebih rendah pada Ippon.
6) Perolehan Waza-Ari yang lebih banyak.
7) Jumlah yang lebih rendah pada Waza-Ari.
8) Perolehan Yuko yang lebih banyak.
9) Jumlah yang lebih rendah pada Yuko.
10) a. Pada pertandingan di Olimpiade : peringkat tertinggi tiap
hari sesuai yang terdapat dalam sistem pemeringkatan.
b. Pada pertandingan lainnya : pemenang pada pertandingan
tambahan yang diadakan untuk menentukan hasil seri.
Jika terdapat 3 orang peserta atau lebih yang memperoleh nilai yang sama untuk
memperebutkan 2 tempat di babak semi final maka prosedur penentuan hasil seri
harus dimulai sesuai urutan di atas , yaitu dari nomor 1).
4. Peserta cidera dalam babak penyisihan
Jika seorang peserta mengalami cidera dalam babak penyisihan dan tidak dapat
melanjutkan pertandingan – pertandingan berikutnya, maka nilai yang telah
diperolehnya dari pertandingan – pertandingan sebelumnya tetap tidak berubah.
Namun hasil dari keseluruhan pertandingan (yang sudah diikuti, yang tidak selesai
diikuti & yang belum diikuti) akan dinyatakan berstatus NIL (tidak ada nilai sama
sekali).

5. Diskualifikasi dari seorang peserta


Mungkin saja terjadi seorang peserta didiskualifikasi dari satu pertarungan dan ia
melanjutkan pertandingan pada pertarungan lainnya. Dalam situasi ini lawannya
dihitung menang dengan kedudukan nilai 4 – 0 atau jika nilai yang diperoleh
lawannya melebihi selisih 4 angka maka nilai tsb yang akan dicatat.
Mungkin saja seorang peserta didiskualifikasi dari keseluruhan pertandingan , jika
hal itu terjadi maka nilai yang telah diperolehnya dari pertandingan – pertandingan
sebelumnya tetap tidak berubah. Namun hasil dari keseluruhan pertandingan (yang
sudah diikuti, yang tidak selesai diikuti & yang belum diikuti) akan dinyatakan
berstatus NIL (tidak ada nilai sama sekali).

Jika seorang peserta didiskualifikasi karena memperoleh Shikkaku pada akhir


babak penyisihan maka :
- Lawan yang akan bertemu dengannya pada semi final secara otomatis
akan melaju ke final dengan status menang WO
- Dua orang peserta pada semi final lainnya tetap bertanding
- Hanya satu medali perunggu yang akan diberikan sebagai hadiah.

PENJELASAN :

I. Ilustrasi bagan pertandingan dengan 10 peserta :


II. Ilustrasi bagan pertandingan dengan 8 peserta :
LAMPIRAN 15 : Pengaturan Pertandingan Kata Olimpiade

Lampiran 15 ini diterapkan untuk menggantikan Pasal 3 : Pengaturan Pertandingan Kata ,


secara khusus bagi pertandingan Kata di Olimpiade saja. Lampiran ini berdasarkan jatah
10 orang peserta per kategori yang diberikan IOC untuk Olimpiade Tahun 2020 di Tokyo.

Pertandingan diatur berdasarkan prosedur berikut :

1. 10 peserta pada tiap kategori dibagi dalam 2 grup.


2. Tiap peserta menampilkan Kata pertama dan menerima penilaian dari 7 orang juri.
3. Tiap peserta menampilkan Kata kedua dan menerima penilaian dari 7 orang juri.
4. Dua nilai dari kedua penampilan tersebut dijumlah & diambil nilai rata – ratanya.
5. Jika terdapat nilai seri pada beberapa peserta akan diputuskan sesuai prosedur yang
ada pada Lampiran 15 ini. Keputusan yang didapat pada proses penentuan nilai seri
tidak mengubah nilai awal (butir 4) yang sudah tercatat.
6. Pada tiap grup 2 peserta dengan perolehan nilai terendah akan tereliminasi, 3 peserta
yang tersisa akan melaju pada babak / putaran ketiga. Pada babak ketiga ini nilai yang
diperoleh pada babak – babak sebelumnya tidak dipakai sebagai acuan lagi.
7. Pada babak ketiga dibagi dalam 2 grup , masing – masing berisikan 3 peserta. Para
peserta akan menampilkan Kata ketiga dan akan mendapatkan penilaian yang akan
menentukan peringkat 1 ~ 3 di tiap grup.
8. Pada babak keempat ;babak perebutan medali; peringkat 1 dari grup A akan bertemu
dengan peringkat 1 dari grup B , pemenang mendapatkan medali emas dan yang kalah
mendapatkan medali perak.
Peringkat 2 dari grup A akan bertemu dengan peringkat 3 dari grup B memperebutkan
medali perunggu pertama.
Peringkat 2 dari grup B akan bertemu dengan peringkat 3 dari grup A memperebutkan
medali perunggu kedua.
9. Semua hal lain yang tidak diatur secara khusus dalam lampiran 15 ini masih tetap
mengacu pada Peraturan Pertandingan Kata lainnya di luar Pasal 3.
PENJELASAN :

Bagan berikut menggambarkan pengaturan pertandingan Kata di Olimpiade :


Memutuskan Nilai Seri

Jika terdapat 2 atau lebih peserta yang mendapat nilai dengan jumlah sama maka untuk
memutuskan siapa yang memiliki posisi lebih baik dalam penetuan peringkat akan dipakai
beberapa kriteria sebagai berikut :

> Langkah 1 :
Jika terdapat beberapa peserta yang memperoleh nilai yang sama maka akan dilakukan
penampilan Kata tambahan pada babak / putaran tsb.

> Langkah 2 :
Jika nilai total yang diperoleh dari Langkah 1 masih tetap sama maka prosedur - prosedur
berikut akan diterapkan :
a- semua nilai kriteria tehnik yang diberikan 7 orang juri bagi tiap peserta dihapus 2 nilai
tertinggi & 2 nilai terendah.
b- nilai yang tersisa tsb dijumlahkan lalu dilakukan perbandingan dengan jumlah yang
didapat oleh peserta lainnya.
c- yang memperoleh nilai yang lebih besar adalah pemenangnya.

ilustrasi kasus :
Nilai Rincian Nilai Kriteria Tehnik
Peserta Total Yang Diperoleh Dari Para Juri (sebelum x 70%) Nilai
Awal Juri 1 Juri 2 Juri 3 Juri 4 Juri 5 Juri 6 Juri 7 Akhir

A 25,82 8,6 8,8 8,6 8,4 8,6 8,6 8,2 25,8

B 25,82 8,8 8,8 8,0 8,8 8,4 8,8 8,0 25,6

Keterangan : = nilai tertinggi

= nilai terendah

= pemenang

= sisa nilai terakhir yang menentukan kemenangan

> Langkah 3 :
Jika nilai akhir yang diperoleh dari Langkah 2 masih tetap sama maka prosedur -
prosedur berikut akan diterapkan :
a- semua nilai kriteria atletik yang diberikan 7 orang juri bagi tiap peserta dihapus 2 nilai
tertinggi & 2 nilai terendah.
b- nilai yang tersisa tsb dijumlahkan lalu dilakukan perbandingan dengan jumlah yang
didapat oleh peserta lainnya.
c- yang memperoleh nilai yang lebih besar adalah pemenangnya.

ilustrasi kasus :
Nilai Rincian Nilai Kriteria Atletik
Peserta Total Yang Diperoleh Dari Para Juri (sebelum x 30%) Nilai
Awal Juri 1 Juri 2 Juri 3 Juri 4 Juri 5 Juri 6 Juri 7 Akhir

A 25,82 8,6 8,8 8,4 8,4 8,6 8,6 8,2 25,6

B 25,82 8,8 8,4 8,2 8,8 8,2 8,8 8,0 25,4


> Langkah 4 :
Jika nilai akhir yang diperoleh dari Langkah 3 masih tetap sama maka prosedur -
prosedur berikut akan diterapkan :
a- semua nilai kriteria tehnik yang diberikan 7 orang juri bagi tiap peserta dihapus 2 nilai
tertinggi & 2 nilai terendah.
b- dari ketiga nilai yang tersisa diambil 1 nilai yang terendah, lalu dilakukan perbandingan
dengan nilai yang didapat oleh peserta lainnya.
c- yang memperoleh nilai yang lebih besar adalah pemenangnya.

ilustrasi kasus :
Nilai Rincian Nilai Kriteria Tehnik
Peserta Total Yang Diperoleh Dari Para Juri (sebelum x 70%) Nilai
Awal Juri 1 Juri 2 Juri 3 Juri 4 Juri 5 Juri 6 Juri 7 Akhir

A 25,82 8,6 8,8 8,6 8,4 8,6 8,4 8,2 8,4

B 25,82 8,8 8,6 8,2 8,8 8,2 8,8 8,0 8,2

> Langkah 5 :
Jika nilai akhir yang diperoleh dari Langkah 4 masih tetap sama maka prosedur -
prosedur berikut akan diterapkan :
a- semua nilai kriteria tehnik yang diberikan 7 orang juri bagi tiap peserta dihapus 2 nilai
tertinggi & 2 nilai terendah.
b- dari ketiga nilai yang tersisa diambil 1 nilai yang tertinggi, lalu dilakukan perbandingan
dengan nilai yang didapat oleh peserta lainnya.
c- yang memperoleh nilai yang lebih besar adalah pemenangnya.

ilustrasi kasus :
Nilai Rincian Nilai Kriteria Tehnik
Peserta Total Yang Diperoleh Dari Para Juri (sebelum x 70%) Nilai
Awal Juri 1 Juri 2 Juri 3 Juri 4 Juri 5 Juri 6 Juri 7 Akhir

A 25,82 8,6 8,8 8,6 8,4 8,6 8,4 8,2 8,6

B 25,82 8,8 8,8 8,4 8,4 8,4 8,8 8,0 8,8

> Langkah 6 :
Jika nilai akhir yang diperoleh dari Langkah 5 masih tetap sama maka prosedur -
prosedur berikut akan diterapkan :
a- semua nilai kriteria atletik yang diberikan 7 orang juri bagi tiap peserta dihapus 2 nilai
tertinggi & 2 nilai terendah.
b- dari ketiga nilai yang tersisa diambil 1 nilai yang terendah, lalu dilakukan perbandingan
dengan nilai yang didapat oleh peserta lainnya.
c- yang memperoleh nilai yang lebih besar adalah pemenangnya.

ilustrasi kasus :
Nilai Rincian Nilai Kriteria Atletik
Peserta Total Yang Diperoleh Dari Para Juri (sebelum x 30%) Nilai
Awal Juri 1 Juri 2 Juri 3 Juri 4 Juri 5 Juri 6 Juri 7 Akhir

A 25,82 8,6 8,8 8,6 8,4 8,6 8,4 8,2 8,4

B 25,82 8,8 8,6 8,2 8,8 8,2 8,8 8,0 8,2


> Langkah 7 :
Jika nilai akhir yang diperoleh dari Langkah 6 masih tetap sama maka prosedur -
prosedur berikut akan diterapkan :
a- semua nilai kriteria atletik yang diberikan 7 orang juri bagi tiap peserta dihapus 2 nilai
tertinggi & 2 nilai terendah.
b- dari ketiga nilai yang tersisa diambil 1 nilai yang tertinggi, lalu dilakukan perbandingan
dengan nilai yang didapat oleh peserta lainnya.
c- yang memperoleh nilai yang lebih besar adalah pemenangnya.

ilustrasi kasus :
Nilai Rincian Nilai Kriteria Atletik
Peserta Total Yang Diperoleh Dari Para Juri (sebelum x 30%) Nilai
Awal Juri 1 Juri 2 Juri 3 Juri 4 Juri 5 Juri 6 Juri 7 Akhir

A 25,82 8,6 8,8 8,6 8,4 8,6 8,4 8,2 8,6

B 25,82 8,8 8,8 8,4 8,4 8,4 8,8 8,0 8,8

> Langkah 8 :
Jika nilai akhir yang diperoleh dari Langkah 7 masih tetap sama maka prosedur -
prosedur berikut akan diterapkan :
a- semua nilai kriteria tehnik yang diberikan 7 orang juri bagi tiap peserta hanya
disisakan 2 nilai terendah saja.
b- kedua nilai yang tersisa tsb dijumlahkan lalu dilakukan perbandingan dengan jumlah
yang didapat oleh peserta lainnya.
c- yang memperoleh nilai yang lebih besar adalah pemenangnya.

ilustrasi kasus :
Nilai Rincian Nilai Kriteria Tehnik
Peserta Total Yang Diperoleh Dari Para Juri (sebelum x 70%) Nilai
Awal Juri 1 Juri 2 Juri 3 Juri 4 Juri 5 Juri 6 Juri 7 Akhir

A 25,82 8,6 8,8 8,6 8,4 8,6 8,4 8,2 16,6

B 25,82 8,8 8,8 8,4 8,4 8,4 8,8 8,0 16,4

> Langkah 9 :
Jika nilai akhir yang diperoleh dari Langkah 8 masih tetap sama maka prosedur -
prosedur berikut akan diterapkan :
a- semua nilai kriteria tehnik yang diberikan 7 orang juri bagi tiap peserta hanya
disisakan 2 nilai tertinggi saja.
b- kedua nilai yang tersisa tsb dijumlahkan lalu dilakukan perbandingan dengan jumlah
yang didapat oleh peserta lainnya.
c- yang memperoleh nilai yang lebih besar adalah pemenangnya.

ilustrasi kasus :
Nilai Rincian Nilai Kriteria Tehnik
Peserta Total Yang Diperoleh Dari Para Juri (sebelum x 70%) Nilai
Awal Juri 1 Juri 2 Juri 3 Juri 4 Juri 5 Juri 6 Juri 7 Akhir

A 25,82 8,8 8,8 8,6 8,4 8,4 8,4 8,2 17,6

B 25,82 8,6 8,6 8,4 8,4 8,4 8,8 8,2 17,4


> Langkah 10 :
Jika nilai akhir yang diperoleh dari Langkah 9 masih tetap sama maka prosedur -
prosedur berikut akan diterapkan :
a- semua nilai kriteria tehnik yang diberikan 7 orang juri bagi tiap peserta hanya
disisakan 1 nilai terendah saja.
b- dilakukan perbandingan dengan 1 nilai terendah dari peserta lainnya.
c- yang memperoleh nilai yang lebih besar adalah pemenangnya.

ilustrasi kasus :
Nilai Rincian Nilai Kriteria Tehnik
Peserta Total Yang Diperoleh Dari Para Juri (sebelum x 70%) Nilai
Awal Juri 1 Juri 2 Juri 3 Juri 4 Juri 5 Juri 6 Juri 7 Akhir

A 25,82 8,8 8,6 8,6 8,4 8,4 8,4 8,2 8,2

B 25,82 8,6 8,6 8,4 8,4 8,4 8,8 8,0 8,0

> Langkah 11 :
Jika nilai akhir yang diperoleh dari Langkah 10 masih tetap sama maka prosedur -
prosedur berikut akan diterapkan :
a- semua nilai kriteria atletik yang diberikan 7 orang juri bagi tiap peserta hanya
disisakan 2 nilai terendah saja.
b- kedua nilai yang tersisa tsb dijumlahkan lalu dilakukan perbandingan dengan jumlah
yang didapat oleh peserta lainnya.
c- yang memperoleh nilai yang lebih besar adalah pemenangnya.

ilustrasi kasus :
Nilai Rincian Nilai Kriteria Atletik
Peserta Total Yang Diperoleh Dari Para Juri (sebelum x 30%) Nilai
Awal Juri 1 Juri 2 Juri 3 Juri 4 Juri 5 Juri 6 Juri 7 Akhir

A 25,82 8,6 8,8 8,6 8,4 8,6 8,4 8,2 16,6

B 25,82 8,8 8,8 8,4 8,4 8,4 8,8 8,0 16,4

> Langkah 12 :
Jika nilai akhir yang diperoleh dari Langkah 11 masih tetap sama maka prosedur -
prosedur berikut akan diterapkan :
a- semua nilai kriteria atletik yang diberikan 7 orang juri bagi tiap peserta hanya
disisakan 2 nilai tertinggi saja.
b- kedua nilai yang tersisa tsb dijumlahkan lalu dilakukan perbandingan dengan jumlah
yang didapat oleh peserta lainnya.
c- yang memperoleh nilai yang lebih besar adalah pemenangnya.

ilustrasi kasus :
Nilai Rincian Nilai Kriteria Atletik
Peserta Total Yang Diperoleh Dari Para Juri (sebelum x 30%) Nilai
Awal Juri 1 Juri 2 Juri 3 Juri 4 Juri 5 Juri 6 Juri 7 Akhir

A 25,82 8,8 8,8 8,6 8,4 8,4 8,4 8,2 17,6

B 25,82 8,6 8,6 8,4 8,4 8,4 8,8 8,2 17,4


> Langkah 13 :
Jika nilai akhir yang diperoleh dari Langkah 12 masih tetap sama maka prosedur -
prosedur berikut akan diterapkan :
a- semua nilai kriteria atletik yang diberikan 7 orang juri bagi tiap peserta hanya
disisakan 1 nilai terendah saja.
b- dilakukan perbandingan dengan 1 nilai terendah dari peserta lainnya.
c- yang memperoleh nilai yang lebih besar adalah pemenangnya.

ilustrasi kasus :
Nilai Rincian Nilai Kriteria Atletik
Peserta Total Yang Diperoleh Dari Para Juri (sebelum x 30%) Nilai
Awal Juri 1 Juri 2 Juri 3 Juri 4 Juri 5 Juri 6 Juri 7 Akhir

A 25,82 8,8 8,6 8,6 8,4 8,4 8,4 8,2 8,2

B 25,82 8,6 8,6 8,4 8,4 8,4 8,8 8,0 8,0

> Langkah 14 :
Jika nilai akhir yang diperoleh dari Langkah 13 masih tetap sama maka prosedur -
prosedur berikut akan diterapkan :
a- semua nilai kriteria tehnik yang diberikan 7 orang juri bagi tiap peserta hanya
disisakan 1 nilai tertinggi saja.
b- dilakukan perbandingan dengan 1 nilai tertinggi dari peserta lainnya.
c- yang memperoleh nilai yang lebih besar adalah pemenangnya.

ilustrasi kasus :
Nilai Rincian Nilai Kriteria Tehnik
Peserta Total Yang Diperoleh Dari Para Juri (sebelum x 70%) Nilai
Awal Juri 1 Juri 2 Juri 3 Juri 4 Juri 5 Juri 6 Juri 7 Akhir

A 25,82 9,0 8,8 8,8 8,4 8,4 8,4 8,2 9,0

B 25,82 8,8 8,8 8,4 8,4 8,2 8,8 8,2 8,8

> Langkah 15 :
Jika nilai akhir yang diperoleh dari Langkah 14 masih tetap sama maka prosedur -
prosedur berikut akan diterapkan :
a- semua nilai kriteria atletik yang diberikan 7 orang juri bagi tiap peserta hanya
disisakan 1 nilai tertinggi saja.
b- dilakukan perbandingan dengan 1 nilai tertinggi dari peserta lainnya.
c- yang memperoleh nilai yang lebih besar adalah pemenangnya.

ilustrasi kasus :
Nilai Rincian Nilai Kriteria Atletik
Peserta Total Yang Diperoleh Dari Para Juri (sebelum x 30%) Nilai
Awal Juri 1 Juri 2 Juri 3 Juri 4 Juri 5 Juri 6 Juri 7 Akhir

A 25,82 9,0 8,8 8,8 8,4 8,4 8,4 8,2 9,0

B 25,82 8,8 8,8 8,4 8,4 8,2 8,8 8,2 8,8

> Langkah 16 :
Jika nilai akhir yang diperoleh dari Langkah 15 masih tetap sama maka akan dilakukan
undian dengan koin / uang logam untuk menentukan pemenang.
LAMPIRAN 16 : Pengaturan Pertandingan Kata Premier League
Bagan Pertandingan Kata dengan 2 – 3 peserta
Bagan Pertandingan Kata dengan 4 – 5 peserta
Bagan Pertandingan Kata dengan 6 – 10 peserta
Bagan Pertandingan Kata dengan 11 – 24 peserta
Bagan Pertandingan Kata dengan 25 – 48 peserta

Anda mungkin juga menyukai