Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan dalam konteks kekinian, dipengaruhi perkembangan global. Globalisasi
mengakibatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) berkembang pesat dan semakin
menentukan. Dalam kondisi demikian peran sumber daya manusia yang terdidik dan
terampil sebagai tenaga kerja makin dibutuhkan. Sumber daya manusia yang terdidik ini akan
lebih mudah menyerap informasi baru lebih efektif, sehingga mereka mempunyai
kemampuan yang handal dalam menyesuaikan diri dalam menghadapi perubahan zaman yang
semakin cepat.
Tantangan era globalisasi sangat berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir dan
perilaku masyarakat khususnya generasi muda bangsa. Masa depan anak melalui pendidikan
harus dapat direncanakan secara dini, agar keinginan dan cita-cita yang diraih mampu
menangani permasalahan yang muncul akibat terjadinya loncatan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Untuk menentukan keberhasilan peserta didik, tentunya ada hubungan yang baik
antara pendidik dan peserta didik.
Tetapi ada yang tidak kalah penting yaitu keterampilan profesional. Dari segi
perilaku, seorang guru harus memiliki dedikasi tinggi dan etos kerja. Sedangkan dari segi
profesionalisme guru, mencakup masalah kecakapan dan keterampilan melaksanakan tugas
sebagai pendidik antara lain; pelayanan (service), pemberdayaan (empowerment) dan
pengembangan (development). Disamping itu keberhasilan pengajar melaksanakan tugas,
perlu suatu kemampuan untuk mengarahkan kepada keterampilan dalam mengajar.
Oleh karena itu, pendidik agama Islam harus berperan secara intens dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Guru pendidikan agama Islam harus melakukan
berbagai metode yang inovatif dan variatif dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
Untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas, penggunaan metode pembelajaran
yang tepat sangat penting karena dengan penggunaan metode yang tepat ini proses
pembelajaran akan lebih efektif dan efesien sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai
secara maksimal.
Kualitas pembelajaran dapat ditinjau dari sudut proses yaitu adanya interaksi antar
peserta didik maupun guru yang menciptakan lingkungan belajar yang bercirikan demokrasi
serta peran aktif peserta didik dan guru dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan
bagaimana mempelajarainya. Sedangkan kualitas pembelajaran dari sudut peserta didik

1
tercermin dari hasil belajar atau prestasi belajar yang diperoleh peserta didik sebagai akibat
proses belajar yang dilakukan peserta didik meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik ketika
mengikuti dan melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah. Hakikat hasil belajar adalah
terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang mencakup bidang kognitif,
afektif dan psikomotor.1
Untuk mencapai keberhasilan ini, dengan arti apa yang disampaikan oleh pendidik
agar dengan mudah diterima oleh peserta didik, diperlukan suatu perencanaan dan desain
pembelajaran yang baik. Di samping itu, hal klasik yang sering menjadi permasalahan dalam
dunia pendidikan dewasa ini adalah rendahnya tingkat keaktifan peserta didik dalam proses
belajar mengajar, disebabkan lemahnya proses pembelajaran yang berdampak pada
rendahnya prestasi belajar siswa. Penyebab selanjutnya adalah, dalam proses pembelajaran,
peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir serta ketegangan
suasana dan pasifnya peserta didik dalam belajar.
Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai
edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar
merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dengan memanfaatkan segala
sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran adalah masih rendahnya daya serap
peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari rerata hasil belajar yang masih rendah. Hal ini
dikarenakan kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh
ranah dimensi peserta didik itu sendiri. Disamping itu, proses pembelajaran selama ini masih
berpusat pada guru, dan kurang memberi akses bagi anak didik untuk berkembang secara
mandiri melalui penemuan dan proses berpikir.2
Sehingga untuk mengaktifkan dan lebih memberdayakan peserta didik, mutlak
diperlukan adanya perubahan strategi belajar yang tidak hanya mengharuskan peserta didik
menghafal fakta-fakta, tetapi juga mendorong mereka mengkonstruksikan pengetahuan di
benak mereka sendiri.

1
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 3
2
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientsi Konstruktivisme, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007),
h. 1

2
SMK Negeri 2 Jombang tidak hanya mengedepankan ilmu pengetahuan umun saja
namun Pendidikan Agama Islam juga menjadi salah satu mata pelajaran pokok bagi setiap
siswa. Maka siswa dituntut untuk dapat memahami dan mengusai materi yang berkaitan
dengan Pendidikan Agama Islam. Salah satu materi Pendidikan Agama Islam adalah aspek
Fiqih. Dimana materi tersebut merupakan ajaran Islam yang wajib bagi seluruh peserta didik
seperti sholat, puasa, zakat, pengurusan jenazah, munakahat, haji, dan umroh.
Tatacara pernikahan merupakan salah satu materi yang diajarkan pada mata pelajaran
pendidikan Agama Islam, khususnya di kelas XII. Kata nikah berasal dari bahasa arab yang
berarti bertemu, berkumpul. Menurut istilah nikah ialah suatu ikatan lahir batin antara
seorang laki-laki dan perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga melalui
aqad yang dilakukan menurut hukum syariat Islam.
Menurut UU. No : 1 tahun 1974, Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang
pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga
(keluarga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YME. Keinginan untuk
menikah adalah fitrah manusia, yang berarti sifat pembawaan manusia sebagai
makhluk Allah SWT.

Setiap manusia yang sudah dewasa dan sehat jasmani rohaninya pasti membutuhkan
teman hidup yang berlainan jenis, teman hidup yang dapat memenuhi kebutuhan biologis
yang dapat dicintai dan mencintai, yang dapat mengasihi dan dikasihi, yang dapat diajak
bekerja sama untuk mewujudkan ketentraman, kedamaian dan kesejahteraan hidup berumah
tangga.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan penerapan metode role playing
Demonstrasi. Metode role playing adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang
dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan.3
Metode role playing dan sosiodrama dapat dikatakan sama artinya, dan dalam
pemakaiannya sering disilihgantikan. Role playing atau sosiodrama pada dasarnya
mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.
Tujuan yang diharapkan dengan metode role playing antara lain: Agar siswa dapat
menghayati dan menghargai perasaan orang lain, Dapat belajar bagaimana membagi
tanggung jawab, Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok,
Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.

3Aksara Djamarah, SB. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006). h.76

3
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahawa pembelajaran dengan menggunakan
metode role playing mempunyai keuntungan Siswa melatih dirinya untuk melatih,
memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus
memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus
diperankannya. Dengan demikian, daya ingat siswa tajam dan tahan lama. Siswa akan terlatih
berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain drama, para pemain dituntut untuk
mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia. Kerjasama antar pemain
atau pemeran dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya. Siswa memperoleh
kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya. Memupuk dan
mengembangkan bakat atau potensi siswa.
Berangkat dari pokok permasalahan diatas, penulis tertarik untuk menulis sebuah Best
Practice yang berjudul “Penerapan Metode Role Playing dalam materi Munakahat pada
Siswa kelas XII Tata kecantikan Kulit di SMKN 2 Jombang Semester Gasal Tahun
Ajaran 2018/2019”

B. Perumusan masalah
Permasalahan dalam Best Practice ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah deskripsi Penerapan Metode Role Playing dalam materi Munakahat pada
Siswa kelas XII Tata kecantikan Kulit di SMKN 2 Jombang Semester Gasal Tahun Ajaran
2018/2019?
2. Bagaimanakah hasil atau dampak dari Penerapan Metode Role Playing dalam materi
Munakahat pada Siswa kelas XII Tata kecantikan Kulit di SMKN 2 Jombang Semester
Gasal Tahun Ajaran 2018/2019?

C. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan Best Practice ini
adalah:
1. Untuk mengetahui deskripsi Penerapan Metode Role Playing dalam materi Munakahat
pada Siswa kelas XII Tata kecantikan Kulit di SMKN 2 Jombang Semester Gasal Tahun
Ajaran 2018/2019..
2. Untuk mengetahui hasil atau dampak dari Penerapan Metode Role Playing dalam materi
Munakahat pada Siswa kelas XII Tata kecantikan Kulit di SMKN 2 Jombang Semester
Gasal Tahun Ajaran 2018/2019.

4
D. Manfaat
Hasil laporan penulisan Best Practice ini dapat memberi kontribusi positif bagi
penulis sendiri, bagi peserta didik maupun bagi guru, di antara manfaat tersebut adalah:
a. Bagi Penulis
Dengan adanya laporan penulisan Best Practice ini, maka penulis dapat
mengetahui implementasi metode Role Playing secara detail khususnya dalam
pembelajaran Fiqih Munakahat di SMK Negeri 2 Jombang.
b. Bagi Peserta Didik
Implementasi metode Role Playing dalam pembelajaran Fiqih Munakahat dapat
memberi nuansa baru bagi peserta didik untuk meningkatkan semangat belajar dan
berperan aktif dalam proses pembelajaran serta mampu menghadapi masalah-masalah
baru dalam kehidupan yang semakin hari semakin beragam terutama dalam masalah
Fiqih Munakahat.
c. Bagi Guru
Dengan mengimplementasikan metode Role Playing dalam pembelajaran fiqih
Munakahat, berarti guru memiliki kreativitas dan variasi pembelajaran yang sesuai
dengan tuntunan Kurikulum 2013. Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi seorang guru agar dapat mendidik peserta didik secara
maksimal, sehingga peserta didik terdorong untuk lebih giat belajar dan akhirnya
berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajarnya.

E. Strategi Pemecahan Masalah


1. Deskripsi strategi pemecahan masalah yang dipilih
Pembelajaran fiqih Munakahat adalah materi yang menarik dan banyak diminati siswa
dalam pembahasannya. Materi munakahat termasuk dalam aspek Fiqih yakni, diperlukan
adanya penerapan dan latihan dalm pelaksanaannya. Oleh karena itu, metode yang dipakai
guru harus mampu mendorong meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
munakahat pada Siswa kelas XII di SMKN 2 Jombang adalah melalui metode Role Playing.
2. Penjelasan tahapan operasional pelaksanaannya
Tujuan dari metode Role Playing adalah mengaktifkan setiap individu sekaligus
kelompok (cooperative learning) dalam belajar. Mata pelajaran Fiqih Munakahat selama
ini tergolong mata pelajaran yang menarik untuk dibahas. Oleh karena itu, metode Role
Playing bisa digunakan sebagai metode alternatif untuk meningkatkan aktifitas
pembelajaran dan prestasi belajar peserta didik dalam pembelajaran Fiqih Munakahat..

5
Langkah-langkah penerapan metode Role Playing dalam pembelajaran Fiqih
Munakahat adalah sebagai berikut:
a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari
sebelum KBM
c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang, Memberikan
penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
d. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan
e. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamaati skenario yang
sedang diperagakan
f. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk
membahas penampilan masing-masing kelompok
g. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya,
h. Guru memberikan kesimpulan secara umum, Evaluasi, Penutup.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Metode Role Playing


1. Pengertian Metode Role Playing
Role playing atau bermain peran merupakan permainan yang memerankan
tokoh dalam suatu cerita, binatang, atau benda sekitar anak berdasarkan khayalan atau
pengalaman seseorang yang melibatkan kemampuan berbicara.4
Pendapat lain juga dikemukan oleh Nurul Ramadhani Makarao yang
menyatakan bahwa Role Playing adalah suatu metode pelatihan yang memfasilitasi
peserta untuk memainkan peran dalam skenario tertentu. Peserta diberi kartu peran
(role card) untuk dipelajari dan dipraktikkan dalam situasi permainan peran sesuai
dengan skenario.5
Sejalan dengan pendapat diatas, Joyce, Weil, Calhoun, menyatakan bahwa
“esensi role playing adalah keterlibatan partisipan dan peneliti dalam situasi masalah
yang sebenarnya dan adanya keinginan untuk memunculkan resolusi damai serta
memahami apa yang muncul dari keterlibatan tersebut. Role playing bisa
menggambarkan perasaan siswa, baik perasaan yanghanya dipikirkan maupun
perasaan yang yang diekspresikan”. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa role playing atau bermain peran merupakan suatu metode
pembelajaran yang dilakukan dengan cara memainkan suatu peran atau karakter orang
yang terlibat dalam situasi tersebut. Peran yang akan dimainkan berasal dari
permasalahan-permasalahan yang terjadi di kehidupan nyata.6

2. Pola Metode Role Playing


Metode role playing memiliki beberapa pola yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik menjelaskan bahwa metode role playing
memiliki tiga pola organisasi, antara lain:7

4
Halida, Metode Bermain Peran dalam Mengoptimalkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini (4-5 Tahun). (Jurnal Cakrawala
Kependidikan, 2011) . h.28
5
Nurul Ramadhani Makarao, Metode Mengajar Dalam Bidang Kesehatan. (Bandung:Alfabeta, 2009), h. 121
6
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2013) h. 329
7
Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.(Jakarta:Bumi Aksara, 2010). h. 200

7
a. Role playing tunggal
Jenis pola tunggal dalam metode role playing ini mayoritas siswa bertindak
sebagai pengamat dalam suatu permainan yang sedang dipertunjukkan. Tujuan dari
pola ini yaitu untuk membentuk sikap dan nilai para siswa.
b. Role playing jamak
Role playing pola jamak yaitu para siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok dengan jumlah anggotanya sama dan disesuaikan dengan banyaknya
peran yang dibutuhkan. Setiap peserta dalam kelompok tersebut memegang dan
memainkanperan tertentu dalam kelompoknya. Tujuannya yaitu untuk
mengembangkan sikap.
c. Role playing dengan ulangan
Pola terakhir dalam metode role playing yaitu pola dengan ulangan. Pola
ini memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk menjadi pemeran utama
dalam suatu drama atau simulasi. Setiap siswa belajar untuk melakukan,
mengamati, dan membandingkan perilaku yang telah ditampilkan oleh pemeran
sebelumnya. Tujuannya yaitu untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan
interaktif antar siswa.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian
ini menggunakan role playing dengan pola jamak. Setiap siswa memiliki tugas
untuk memerankan skenario drama yang sudah direncanakan. Sehingga setiap
siswa memiliki peranan dalam setiap tindakan role playing.

3. Prosedur Pembelajaran Metode Role Playing


Prosedur role playing perlu diterapkan bahkan diperhatikan, karena dengan
menggunakan prosedur yang ada maka akan memudahkan guru dan siswa untuk
memainkan peran. Hamzah B. Uno (2008), menjelaskan bahwa prosedur role playing
terdiri atas sembilan langkah, yaitu sebagai berikut:8
a. Pemanasan (warming up)
Guru berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari
sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya. Bagian
berikutnya dari proses pemanasan adalah menggambarkan permasalahan dengan jelas

8
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. (Jakarta:Bumi Aksara, 2008).
h.26-28

8
disertai contoh. Hal ini bisa muncul dari imajinasi siswa atau sengaja disiapkan oleh
guru.
b. Memilih partisipan
Siswa dan guru membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa
yang akan memainkannya. Pemilihan pemain ini, guru dapat memilih siswa yang
sesuai untuk memainkannya atau siswa sendiri yang mengusulkan akan memainkan
siapa dan mendiskripsikan peran-perannya.
c. Menyiapkan pengamat (Observer)
Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat. Namun demikian, penting
untuk dicatat bahwa pengamat disini harus juga terlibat aktif dalam permainan peran.
Sehingga walaupun mereka ditugaskan sebagai pengamat, guru sebaiknya memberikan
tugas peran terhadap mereka agar dapat terlibat aktif dalam permainan peran tersebut.
d. Menata panggung
Guru mendiskusikan dengan siswa dimana dan bagaimana peran itu akan
dimainkan. Apa saja kebutuhan yang diperlukan. Penataan panggung ini dapat
sederhana atau kompleks, yang paling sederhana adalah hanya membahas skenario
(tanpa dialog lengkap) yang menggambarkan urutan permainan peran.
sementara penataan panggung yang lebih kompleks meliputi aksesories lain
seperti kostum dan lain-lain.
e. Memainkan peran (manggung)
Permainan peran dilaksanakan secara sepontan. Pada awalnya akan banyak
siswa yang masih bingung memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan
peran yang seharusnya ia lakukan. Bahkan mungkin ada yang memainkan peran yang
bukan perannya. Jika permainan peran sudah terlalu jauh keluar jalur, guru dapat
menghentikannya untuk segera masuk ke langkah berikutnya.
f. Diskusi dan evaluasi
Guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi
terhadap peran-peran yang dilakukan. Usulan perbaikan akan muncul. Mungkin ada
siswa yang meminta untuk berganti peran. Atau bahkan alur ceritanya akan sedikit
berubah. Apapun hasil diskusi dan evaluasi tidak jadi masalah.
g. Memainkan peran ulang (manggung ulang)
Seharusnya pada permainan peran kedua ini akan berjalan lebih baik. Siswa
dapat memainkan perannya lebih sesuai dengan skenario.

9
h. Diskusi dan evaluasi kedua
Pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas. Karena pada saat
permainan peran dilakukan, banyak peran yang melampaui batas kenyataan. Misalnya
seorang siswa memainkan peran sebagai pembeli. Ia membeli barang dengan harga yang
tidak realistis.
i. Berbagi pengalaman dan kesimpulan
Siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang
telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Misalnya siswa akan
berbagi pengalaman tentang bagaimana ia dimarahi habis-habisan oleh ayahnya.
Kemudian guru membahas bagaimana sebaiknya siswa menghadapi situasi tersebut.
Seandainya jadi ayah dari siswa tersebut, sikap seperti apa yang sebaiknya dilakukan.
Dengan cara ini, siswa akan belajar tentang kehidupan. Berdasarkan pendapat
diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat prosedur pelaksanaan metode role
playing. Dalam prosedur tersebut terdiri dari 9 langkah, yaitu pemanasan, pemilihan
partisipan, menyiapkan pengamat, menata panggung, memainkan peran, diskusi atau
evaluasi, memainkan peran ulang, diskusi atau evaluasi kedua, dan kesimpulan.

4. Kelebihan dan KelamahanMetode Role Playing


Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahannya, tidak
terkecuali metode role playing. Metode role playing memiliki beberapa kelebihan dan
kelemahan dalam penerapannya. Sudjana (2005), menjelaskan bahwa kelebihan dan
kelemahan metode role playing yaitu sebagai berikut :9
a. Kelebihan
1) Peran yang ditampilkan peserta didik dengan menarik akan segera mendapat
perhatian peserta didik lainnya.
2) Teknik ini dapat digunakan baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok
kecil.Dapat membantu peserta didik untuk memahami pengalaman orang lain yang
melakukan peran.
3) Dapat membantu peserta didik untuk menganalisis dan memahami situasi serta
memikirkan masalah yang terjadi dalam bermain peran.
4) Menumbuhkan rasa kemampuan dan kepercayaan diri peserta didik untuk berperan
dalam menghadapi masalah.

9
Sudjana, Metoda dan Teknik Pembelajaran Pertisipatif., (Bandung:Falah Production, 2005). h. 136

10
b. Kelemahan
1) Kemungkinan adanya peserta didik yang tidak menyenangi memainkan peran
tertentu.
2) Lebih menekankan terhadap masalah dari pada terhadap peran.
3) Mungkin akan terjadi kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap peran yang
harus dilakukan.
4) Mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk memerankan sesuatu dalam
kegiatan belajar itu.
5) Bermain peran terbatas pada beberapa situasi kegiatan belajar.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa, kelebihan metode
role playing yaitu menarik perhatian peserta didik lain, teknik role playing dapat
digunakan pada kelompok kecil atau besar, mempermudah peserta didik dalam
memahami permasalahan, membantu peserta didik dalam menganalisis permasalahan, dan
menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta didik. Sedangkan kelemahan metode role
playing yaitu tidak menyukai peran yang dimainkan, lebih menekankan masalah dari pada
peran, sulit menyesuaikan diri dengan peran, waktu yang cukup lama, keterbatasan dalam
bermain peran.

B. Pembelajaran Fiqih Munakahat


1. Pengertian pernikahan (munakahat)
Pernikahan adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang laki-laki
dengan perempuan yang bukan mahram, sehingga menimbulkan hak dan kewajiban
antara keduanya.
Firman Allah Swt. dalam surah An Nisa ayat 3.


 













 
 

 



 






 






 





 








 












 

 




 
 
 



 
 




 

 





Artinya:
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

11
Q.S. Ar Rum ayat 21






 






 








 



 

 








 
 






 











 





 


 











Artinya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”

Kata nikah berasal dari bahasa arab yang berarti bertemu, berkumpul. Menurut
istilah nikah ialah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk
hidup bersama dalam suatu rumah tangga melalui aqad yang dilakukan menurut hukum
syariat Islam. Menurut U U No : 1 tahun 1974, Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara
seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga
(keluarga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan YME.
Keinginan untuk menikah adalah fitrah manusia, yang berarti sifat pembawaan
manusia sebagai makhluk Allah SWT. Setiap manusia yang sudah dewasa dan sehat
jasmani rohaninya pasti membutuhkan teman hidup yang berlainan jenis, teman hidup
yang dapat memenuhi kebutuhan biologis yang dapat dicintai dan mencintai, yang dapat
mengasihi dan dikasihi, yang dapat diajak bekerja sama untuk mewujudkan ketentraman,
kedamaian dan kesejahteraan hidup berumah tangga.

2. Hukum Pernikahan
Hukum nikah Menurut sebagian besar ulama, hukum asal nikah adalah mubah,
artinya boleh dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Meskipun demikian ditinjau dari segi
kondisi orang yang akan melakukan pernikahan, hukum nikah dapat berubah menjadi
wajib, sunat, makruh dan haram. Adapun penjelasannya adalah sebagi berikut :
a. Jaiz, artinya dibolehkan dan inilah yang menjadi dasar hukum nikah.
b. Wajib, yaitu orang yang telah mampu/sanggup menikah sedangkan bila tidak menikah
khawatir akan terjerumus ke dalam perzinaan.
c. Sunat, yaitu orang yang sudah mampu menikah namun masih sanggup mengendalikan
dirinya dari godaan yang menjurus kepada perzinaan.
d. Makruh, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan dan telah memiliki keinginan
atau hasrat tetapi ia belum mempunyai bekal untuk memberikan nafkah tanggungan-
nya.

12
e. Haram, yaitu orang yang akan melakukan perkawinan tetapi ia mempunyai niat yang
buruk, seperti niat menyakiti perempuan atau niat buruk lainnya.

3. Tujuan Nikah
Tujuan nikah Secara umum tujuan pernikahan menurut Islam adalah untuk
memenuhi hajat manusia (pria terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka
mewujudkan rumah tangga yang bahagia, sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama
Islam. Secara umum tujuan pernikahan dalam Islam dalam diuraikan sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh kebahagiaan dan ketenangan hidup (sakinah). Ketentraman dan
kebahagiaan adalah idaman setiap orang. Nikah merupakan salah satu cara supaya
hidup menjadi bahagia dan tentram.
Allah SWT berfirman : Artinya :” Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya. “.(Ar-Rum : 21)
b. Membina rasa cinta dan kasih sayang. Nikah merupakan salah satu cara untuk
membina kasih sayang antara suami, istri dan anak. ( lihat QS. Ar- Rum : 21) Artinya
:”Dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. “.(Ar- Rum : 21)
c. Untuk memenuhi kebutuhan seksual yang syah dan diridhai Allah SWT
d. Melaksanakan Perintah Allah swt. Karena melaksanakan perintah Allah swt maka
menikah akan dicatat sebagai ibadah. Allah swt., berfirman : Artinya :" Maka
nikahilah perempuan-perempuan yang kamu sukai". (An-Nisa': 3)
e. Mengikuti Sunah Rasulullah saw. Rasulullah saw., mencela orang yang hidup
membujang dan beliau menganjurkan umatnya untuk menikah.
Sebagaimana sabda beliau dalam haditsnya: ‫ب فَ َمن سنَّتِّى أَلنِّكَاح‬ َ ‫ِّمنِّى فَلَي‬
َ ‫س سنَّتِّى َعن َر ِّغ‬
(‫ )مسلم و البخارى رواه‬Artinya :"Nikah itu adalah sunahku, barang siapa tidak senang
dengan sunahku, maka bukan golonganku". (HR. Bukhori dan Muslim)
f. Untuk memperoleh keturunan yang syah. Allah swt., berfirman : Artinya :” Harta dan
anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia “. (Al-Kahfi : 46)

Sebelum pernikahan berlangsung dalam agama Islam tidak mengenal istilah pacaran
akan tetapi dikenal dengan nama “khitbah”. Khitbah atau peminangan adalah penyampaian
maksud atau permintaan dari seorang pria terhadap seorang wanita untuk dijadikan istrinya
baik secara langsung oleh si peminang atau oleh orang lain yang mewakilinya. Yang

13
diperbolehkan selama khitbah, seorang pria hanya boleh melihat muka dan telapak tangan.
Wanita yang dipinang berhak menerima pinangan itu dan berhak pula menolaknya.
Apabila pinangan diterima, berarti antara yang dipinang dengan yang meminang telah
terjadi ikatan janji untuk melakukan pernikahan. Semenjak diterimanya pinangan sampai
dengan berlangsungnya pernikahan disebut dengan masa pertunangan. Pada masa pertungan
ini biasanya seorang peminang atau calon suami memberikan suatu barang kepada yang
dipinang (calon istri) sebagai tanda ikatan cinta yang dalam adat istilah Jawa disebut dengan
peningset. Hal yang perlu disadari oleh fihak-fihak yang bertunangan adalah selama masa
pertunangan, mereka tidak boleh bergaul sebagaimana suami istri karena mereka belum syah
dan belum terikat oleh tali pernikahan. Larangan-larang agama yang berlaku dalam hubungan
pria dan wanita yang bukan muhrim berlaku pula bagi mereka yang berada dalam masa
pertunangan.
Adapun wanita-wanita yang haram dipinang dibagi menjadi 2 kelolmpok yaitu :
a. Yang haram dipinang dengan cara sindiran dan terus terang adalah wanita yang
termasuk muhrim, wanita yang masih bersuami,wanita yang berada dalam masa iddah
talak roj’i dan wanita yang sudah bertunangan.
b. Yang haram dipinang dengan cara terus terang, tetapi dengan cara sindiran adalah
wanita yang berada dalam iddah wafat dan wanita yang dalam iddah talak bain (talak
tiga).

4. Rukun Nikah dan Syaratnya


Syah atau tidaknya suatu pernikahan bergantung kepada terpenuhi atau tidaknya
rukun serta syarat nikah.
Rukun Syaratnya:
a. Calon Suami Beragama Islam Atas kehendak sendiri Bukan muhrim Tidak sedang
ihrom haji
b. Calon Istri Beragama Islam Tidak terpaksa Bukan Muhrim Tidak bersuami Tidak
sedang dalam masa idah Tidak sedang ihrom haji atau umroh
c. Adanya Wali Mukallaf (Islam, dewasa, sehat akal) (Ali Imron : 28) Laki-laki merdeka
Adil Tidak sedang ihrom haji atau umroh 3. Adanya 2 Orang Saksi - Syaratnya sama
dengan no: 2
d. Adanya Ijab dan Qobul Dengan kata-kata "nikah " atau yang semakna dengan itu.
Berurutan antara Ijab dan Qobul Keterangan: - Contoh Ijab : Wali perempuan berkata
kepada pengantin laki-laki : "Aku nikahkan anak perempuan saya bernama si Fulan

14
binti …… dengan ....... dengan mas kawin seperangkat sholat di bayar tunai dan 30
juz dari mushaf Al-Qur’an". َ‫ت فالَنَة َوزَ َّوجت ِّك أَنكَحتك‬ َّ ‫ِّمن جزأ َوثَالَثِّينَ ال‬
ِّ ‫صالَ ِّة َعدَ َوا‬
ِّ ‫ ِّبن‬... ‫ت ِّب َمه ِّر‬
ِّ ‫ َحال القرا َ ِّن مص َح‬- Contoh Qobul : Calon suami menjawab: "Saya terima nikah dan
‫اف‬
perjodohannya dengan diri saya dengan mas kawin tersebut di depan dibayar tunai".
Bila dilafalkan dengan bahasa arab sebagai berikut : ‫ال َمذكو ِّر بِّال َمه ِّر ِّلنَفسِّى َوتَز ِّو َج َها نِّ َك َح َها قَبِّلت‬

15
BAB III
PEMBAHASAN

A. Alasan Pemilihan Metode Role Playing


Alasan pemilihan metode Role Playing pembelajaran fiqh Munakahat pada Siswa
kelas XII Tata Busana 3 di SMKN 2 Jombang adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran lebih menyenangkan
Metode Role Playing memungkinkan pembelajaran terasa menyenangkan, karena
pembelajaran disajikan dalam bentuk permainan. Misalnya peserta didik berlomba-lomba
mencari suatu benda atau nama-nama tertentu yang disimpan secara acak sesuai perintah
guru.
2. Peran yang ditampilkan peserta didik dengan menarik akan segera mendapat perhatian
peserta didik lainnya.
3. Teknik ini dapat digunakan baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok
kecil.Dapat membantu peserta didik untuk memahami pengalaman orang lain yang
melakukan peran.
4. Dapat membantu peserta didik untuk menganalisis dan memahami situasi serta
memikirkan masalah yang terjadi dalam bermain peran.
5. Menumbuhkan rasa kemampuan dan kepercayaan diri peserta didik untuk berperan dalam
menghadapi masalah.

B. Implementasi Metode Role Playing


Langkah-langkah penerapan metode Role Playing dalam pembelajaran Fiqih
Munakahat adalah sebagai berikut:
1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan, berkenaan dengan
prosesi ijab qobul
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari
sebelum KBM
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang, Memberikan
penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
4. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah
dipersiapkan
5. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamaati skenario yang
sedang diperagakan

16
6. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk
membahas penampilan masing-masing kelompok
7. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya,
8. Guru memberikan kesimpulan secara umum, Evaluasi, Penutup.

C. Hasil yang Dicapai


Ada tiga aspek penting yang menjadi fokus pembahasan dalam Best Pracice ini
yaitu: hasil belajar peserta didik, aktifitas belajar peserta didik dan aktifitas pembelajaran
menggunakan metode Role Playing yang dilakukan oleh guru. Ketiga aspek tersebut
merupakan faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Hasil belajar peserta didik sangat
dipengaruhi oleh aktifitas mereka saat proses pembelajaran serta dipengaruhi oleh
bagaimana cara guru mengajar.
Peserta didik yang hasil belajarnya tergolong rendah biasanya memiliki
kecenderungan tidak begitu aktif dalam pembelajaran. Begitupun sebaliknya peserta didik
yang hasil belajarnya baik biasanya aktif dalam pembelajaran. Sedangkan hasil belajar
secara klasikal sangat dipengaruhi oleh bagaimana cara guru mengajar, termasuk dalam
memilih metode pembelajaran yang tepat. Pemilihan metode yang lebih kreatif dan inovatif
memiliki dampak positif terhadap hasil belajar dan aktifitas belajar peserta didik.
Untuk menarik peserta didik supaya berminat mempelajari Fiqih Munakahat, maka
seorang guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan
misalnya dengan menggunakan media permainan kartu. Permainan kartu dapat digunakan
sebagai salah satu metode alternatif dalam proses belajar mengajar, dengan harapan melalui
permainan kartu tersebut peserta didik dapat belajar sambil bermain. Sehingga metode
tersebut dapat memberikan efek yang rekreatif dan dapat menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam proses belajar mengajar.
Metode Role Playing dalam pembelajaran Fiqih Munakahat dapat menciptakan
suasana kelas menjadi menyenangkan sehingga peserta didik tidak merasa bosan dalam
menerima materi pelajaran. Melalui permainan kartu ini juga memungkinkan partisipasi
aktif dari peserta didik untuk belajar sehingga dapat memperlancar proses belajar mengajar
dan hasil belajar peserta didik dapat meningkat.
Dalam implementasinya peserta harus memerankan tokoh sesuai dengan skenario
yang telah dibuat. Aktifitas ini tidak hanya mangasah aspek kognitif tetapi juga melatih
ketangkasan peserta didik, sehingga pembelajaran terasa menyenangkan.

17
D. Kendala-Kendala yang Dihadapi
Beberapa kendala yang dihadapi dalam implementasi metode Role Playing pada
pembelajaran Fiqh Munakahat di kelas XII Tata Busana 3 di SMK Negeri 2 Jombang adalah:
1. Materi Pembelajaran Fiqh Munakahat begitu banyak dan padat, pembelajaran fiqih tidak
hanya sekedar menghafal sejumlah konsep, akan tetapi membutuhkan pemahaman dan
penghayatan terhadap konsep-konsep tersebut. Sehingga dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari
2. Waktu Pembelajaran PAI untuk kelas XII menggunakan KTSP 2006 yang disediakan
terbatas, yaitu 2 jam pelajaran dalam satu minggu.
3. Padatnya kegiatan siswa Kelas XII Tata Busana dalam menghadapi berbagai macam
ujian sekolah: USEK, USBN, Try Out, UNBK, dan UPK.

E. Faktor-Faktor Pendukung
Faktor-faktor yang mendukung implementasi metode Role Playing pada pembelajaran
Fiqh Munakahat di kelas XII Tata Busana 3 di SMK Negeri 2 Jombang adalah:
1. Minat dan komitmen siswa tinggi
Siswa XII Tata Busana 3 di SMK Negeri 2 Jombang memiliki minat dan komitmen
yang tinggi untuk melakukan pembelajaran Fiqh Munakahat dengan menggunakan
metode Role Playing.
2. Pembimbingan intesif guru
Guru melakukan pembimbingan intesif pada tahap persiapan, pelaksanaan, dan akhir
pembelajaran Fiqh Munakahat dengan menggunakan metode Role Playing.
3. Komitmen kepala sekolah yang tinggi terhadap program guru
Kepala sekolah memberikan keleluasaan kepada guru untuk berinovasi dalam
pembelajaran, selalu memberikan semangat, motivasi, dan fasilitas yang diperlukan guru.
4. Kepedulian pengawas sekolah
Pengawas sekolah memberikan bimbingan dan motivasi terhadap guru untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.

F. Alternatif Pengembangan
Tindak lanjut pengembangan implementasi metode Role Playing pada pembelajaran Fiqh
Munakahat di kelas XII Tata Kecantikan Kulit di SMK Negeri 2 Jombang adalah:
1. Penerapan pada materi dan mata pelajaran yang lain

18
Implementasi metode Role Playing pada pada materi dan mata pelajaran lain akan
semakin meningkatkan Pengetahuan, keterampilan, perubahan sikap kreatif SMK Negeri
2 Jombang.
2. Kegiatan Pembelajaran yang lebih Aktif, Kreatif, Inovatif dan menyenangkan
Pembelajaran agama lebih menyenangkan dengan memberikan metode yang lebih
variatif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Dukungan sekolah yang lebih optimal
Kegiatan pembelajaran agama (PAI) tidak hanya dengan metode ceramah dan metode
konvensional saja. Dukungan sekolah berupa pembelian atau peyediaan peralatan yang
berkaitan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, seperti: LCD, Torso dan alat
penyelenggaraan perawatan jenazah, miniatur kegiatan praktik haji, dll. akan
meningkatkan kualitas pembelajaran PAI.

19
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Setelah penulis mendeskripsikan pembahasan secara keseluruhan dalam bab-bab
sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa:
1. Metode Role Playing dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada
pembelajaran Fiqih Munakahat. Peningkatan hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari
nilai rata-rata hasil peserta didik dan prosentase ketuntasan belajar peserta didik secara
klasikal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa metode Role Playing terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Implementasi metode Role Playing pada pembelajaran Fiqih Munakahat juga dapat
meningkatikan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Metode ini menuntut peserta
didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Dengan aktifnya peserta didik dalam
pembelajaran, maka proses pembelajaran berjalan dengan dinamis dan tidak monoton.

B. Saran
Mengingat pentingnya penggunaan metode Role Playing sebagai metode
pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik, maka peneliti
mengharapkan beberapa hal yang berhubungan dengan masalah tersebut, yaitu:
1. Pada Pihak Guru
a. Hendaknya dalam proses belajar mengajar, guru harus benar-benar paham dalam
menyiapkan bahan pembelajaran sebaik mungkin, agar materi dapat
tersampaikan secara maksimal.
b. Hendaknya pembelajaran dirancang sedemikian rupa dan memperkaya variasi
mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan yang dialami oleh peserta
didik, dan selalu memantau perkembangan peserta didik terutama dari perilaku,
pemikiran dan pemahaman terhadap materi yang diajarkan.
c. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Role Playing sebagai metode
pada materi pelajaran fiqih agar dapat dilakukan tidak hanya sampai pada
selesainya penelitian ini saja, akan tetapi dilanjutkan dan dilaksanakan secara
kontinyu sebagai program untuk meningkatkan prestasi dan mengurangi
kejenuhan pada waktu pembelajaran fiqih berlangsung.

20
2. Pada Pihak Sekolah
a. Hendaknya seluruh pihak sekolah mendukung dalam kegiatan pembelajaran yang
berlangsung.
b. Memfasilitasi proses pembelajaran dengan melengkapi sarana dan prasarana yang
dibutuhkan.
c. Hendaknya berupaya meningkatkan kompetensi guru dengan mengadakan
pendidikan dan pelatihan bagi guru tentang peningkatan mutu pembelajaran.
Sehingga guru memiliki kompetensi yang memadai termasuk kompetensi
profesional serta membekali diri dengan pengetahuan yang luas, karena
sesungguhnya kompetensi yang dimiliki oleh guru sangat berpengaruh pada
keberhasilan proses pembelajaran, dan pada akhirnya akan menghasilkan peserta
didik yang berprestasi berbudi pekerti luhur yang berdampak positif pada
perkembangan dan kemajuan sekolah.

C. Penutup
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Best Practice ini.
Dalam pembahasan-pembahasan Best Practice ini tentunya tidak luput dari
kekurangan dan ketidaksempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang penulis miliki. Saran-saran yang penulis ungkapkan di atas diharapkan
menjadi koreksi dan bahan pertimbangan bagi sekolah.
Penulis berharap semoga Best Practice yang sederhana ini bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

B. Uno, Hamzah. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Jakarta:Bumi Aksara

Djamarah, SB, Aksara. 2006. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.


Jakarta: PT Bumi Aksara

Halida. 2011. Metode Bermain Peran dalam Mengoptimalkan Kemampuan Berbicara Anak
Usia Dini (4-5 Tahun). Jurnal Cakrawala Kependidikan

Hamalik, Oemar. 2010 Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.


Jakarta:Bumi Aksara

Purwanto, Ngalim. 2013. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.


Bandung:Remaja Rosdakarya

Ramadhani Makarao, Nurul. 2009. Metode Mengajar Dalam Bidang Kesehatan.


Bandung:Alfabeta

Sudjana, 2005. Metoda dan Teknik Pembelajaran Pertisipatif. Bandung: Falah Production

Sudjana, Nana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientsi Konstruktivisme, (Jakarta:


Prestasi Pustaka

22

Anda mungkin juga menyukai