Oleh
A. Konsep Penyakit
1. Definisi Acute Lung Oedema
Acute Lung Oedema (ALO) merupakan kondisi yang disebabkan karena
adanya cairan berlebih pada paru-paru, cairan tersebut terkumpul pada kantung
udara di dalam paru-paru (MayoClinic, 2018). Purvey et al (2017) menjelaskan
bahwa acute lung oedema merupakan kondisi kegawatan medis dengan
karakteristik dispnea dan hipoksia sekunder yang diakibatkan akumulasi cairan di
paru-paru sehingga menganggu pertukaran gas dan compliance paru yang
memerlukan penanganan segera. Rampengan (2014) menambahkan, ALO adalah
suatu keadaan dimana terjadi perpindahan dan penimbunan cairan dari vaskular
paru ke intertisial dan alveoli paru.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Acute Lung Oedema
(ALO) merupakan kondisi kegawatan medis yang terjadi karena perpindahan dan
penimbunan cairan dari vaskular paru menuju intertisial dan alveoli (kantung udara)
paru yang mengakibatkan gangguan pertukaran gas dan compliance paru sehingga
menyebabkan dispnea dan hipoksia.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan utuk menegakkan diagnosa
acute lung oedema, antara lain:
a. X-ray Thoraks
b. Pulse oximetri
c. Blood Test (blood gas arteri (untuk menetahui kadar oksigen dan
karbondioksida), darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi jantung, B-type natriuretic
peptide/BNP (peningkatan BNP mengindikasikan penyebab ALO karena
penyakit jantun).
d. Electrocardiogram (ECG).
e. Echocardiogram
f. Cardiac catheterization dan coronary angiogram, untuk menggetahui adanya
sumbatan di pebuluh darah, mengukur tekanan di bilik jantung, mengetahui
kondisi katub jantung dan melihat penyebab edema paru (MayoClinic, 2018).
6. Penatalaksaanaan
Acute lung oedem merupakan kegawatan medis yang memerlukan
penanganan dengan segera. Tujuan terapi yang paling utama adalah menghilangkan
gejala, meningkatkan oksigenasi, maintain kardiak output dan perfusi organ-organ
vital, dan mengurani kelebihan cairan di extraselular (Sureka et al, 2015). Beberapa
terapi yang dapat diberikan antara lain:
a. Nitrat
Mekanisme aksi dari nitrat adalah merelaksasi otot polos, vasodilatasi
pembuluh darah sehingga menurunkan preload (dosis rendah), menurunkan
afterload (dosis tinggi) dan tekanan darah. Spesifik di arteri koroner,
mengakibatkan peningkatan aliran darah koroner. Mekanisme ini secara kolektif
meningkatkan oksigenasi dan menurunkan beban kerja jantung (Sureka et al, 2015).
Recommended nitrate dose regimens
Presentation and Dose Frequency Maximum dose
administration
Glyceryl trinitrate spray 400 microgram (2 repeat every 5 1200 microgram
puffs) min
Glyceryl trinitrate 300–600 repeat every 5 1800 microgram
sublingual tablet microgram min
Glyceryl trinitrate 5–10 microgram double every 5 200 microgram
intravenous infusion* per min min per min
*First line in ALO
b. Diuretik
Furosemide adalah loop diuretik yang paling umum digunakan. Loop
diuretik meningkatkan ekskresi air dengan mempengaruhi sistem cotransport yang
mengikat klorida, menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada loop Henle
ascending dan tubulus ginjal distal.
Recommended doses of furosemide
Presentation and administration Dose Frequency
failure IV mg
c. Morfin
Morfin merupakan bagian dari terapi tradisional untuk lung oedema yang
dapat mengurangi dispnea. Hal ini dikarenakan dampak sekunder dari vasodilatasi
yang menyebabkan penurunan tekanan vena dan mengurangi preload. Selain itu,
morfin juga menurunkan aktivitas syaraf simpatik dan dapat menurunkan ansietas.
Dosis yang dapat diberikan yaitu 1-2,5 mg (Sureka et al, 2015).
d. Bantuan Ventilasi
Langkah pertama dalam meningkatkan ventilasi ada pasien dengan ALO
adalah memastikan mereka dalam posisi semi fowler/fowler. Hal ini dapat
menurunkan ketidak adekuatan ventilasi-perfusi dan membantu kemampuan pasien
untuk bernapas. Selain itu, pemberian oksigen tambahan dan bantuan ventilasi
diberikan hanya ketika saturasi oksigen kurang dari 92%. Pemberian oksigen
diberikan untuk mencapai target saturasi oksigen sebesar 92-96%. Tergantung pada
skenario klinis yang ditemui, titrasi oksigen yang dapat diberikan antara lain:
4L/menit via nasal kanul, 5-10L/menit via simple mask, 15L/menit via non-
rebreather mask, atau bahkan jika tidak ada dampak klinis yang signifikan dapat
diberikan bi-level positive airway pressure ventilation (BiPAP) atau continious
positive airway pressure ventilation (CPAP) (Sureka et al, 2015).
e. Inotropic Agen
Inotropic agen merupakan agen/obat-obatan yang berfungsi sebagai
vasodilator sehingga dapat mengurangi afterload dan meningkatkan kardiak output.
Beberapa inotropik agen, antara lain dobutamine, dopamine, norepinephrine, dan
milrinone (Sovari & Kocheril, 2017).
7. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi acute lung oedema,
antara lain:
a. Kontrol tekanan darah
b. Mengontrol kolesterol darah
c. Menghindari merokok
d. Diet sehat
e. Mengurangi konsumsi garam
f. Exercise secara rutin
g. Maintain healthy weight
h. Manajemen stress
i. Menyesuaikan diri secara perlahan untuk melakukan pendakian atau
bepergian ke tempat yang sangat tinggi (MayoClinic, 2018).
8. Komplikasi
Jika edema paru berlanjut, akan dapat menyebabkan meningkatnya tekanan
di arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal), dan nantinya menyebabkan ventrikel kiri
jantung akan melemah dan mulai mengalami kegagalan. Selain itu, ektremitas
bawah dan abdomen mengalami pembengkakan (swelling), efusi pleura, congestion
and swelling of the liver. Lebih lanjut, acute lung oedema juga dapat mengakibatkan
gagal napas (MayoClinic, 2018; Kaynar & Sharma, 2018).
9. Pathway
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan hal-hal/keluhan yang paling dirasakan klien
sehingga klien mencari pertolongan/masuk ke rumah sakit. Pada pasien acute lung
oedem, biasanya klien menggeluh sesak napas dan/atau kesulitan bernapas yang
ekstrim.
b. Bleeding/Cardiovaskular (B2)
Inspeksi : jugular vena distention, trauma dada (lung injury).
Palpasi : taktil premitus kemungkinan menurun, nadi lemah.
Perkusi : kemungkinan terjadi pembesaran jantung pada ALO kardiogenik.
Batas jantung normal pada orang dewasa:
Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
Auskultasi : suara jantung S3 & S4 (murmur/gallop).
c. Brain/Persyarafan (B3)
Inspeksi :GCS 4-5-6, Reaksi cahaya pupil kanan/kiri (+/+), diameter pupil
isokor, kemungkinan konjunctiva anemis, konfusion/kebingungan.
d. Bladder/Perkemihan (B4)
Inspeksi :produksi urin sedikit atau bahkan tidak ada,
e. Bowel (B5)
Inspeksi :mukosa bibir kering, pucat/kebiruan, kulit pucat/kebiruan/abu-abu.
Palpasi : kemungkinan ada swelling atau asites abdomen.
Auskultasi : perstaltik usus normal 5-30x/menit
Perkusi : kemungkinan shifting dullnes (+)
f. Bone/Muskuloskeletal (B6)
Inspeksi :Kelemahan, edema ekstremitas bawah.
Palpasi : Akral dingin (pada ALO kardiogenik), akral hangat (pada ALO
nonkardiogenik), turgor kulit jelek.
6. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
a. Hambatan pertukaran gas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Kelebihan volume cairan
d. Intoleran aktivitas
e. Nyeri Akut
7. Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1 Gangguan Pertukaran Gas b/d Setelah dilakukan intervensi keperawatan Terapi Oksigen
perubahan membran alveoli- selama 1x30 menit, Respon Ventilasi
kapiler Mekanik: Dewasa Adekuat dengan kriteria 1. Siapkan peralatan oksigen
hasil: 2. Berikan oksigen sesuai order
3. Monitor aliran oksigen
NO Indikator Skala 4. Monitor efektifitas aliran oksigen
1 Tingkat pernapasan 4
2 Irama pernapasan 4 Monitor Pernapasan
3 Kedalaman pernapasan 4
4 PaO2 5 5. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan
5 PaCO2 5 kesulitan bernapas
6 pH Arteri 5 6. Monitor pola napas (misalnya: bradipnea,
7 SaO2 5 takipnea)
8 Suara nafas tambahan 4 7. Catat pergerakan dinding dada,
ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu
nafas & retraksi intercostalis serta
supraclavicular
8. Monitor suara nafas tambahan
Kateterisasi urin
Prvey, M., & Allen. (2017). Managing Acute Pulmonary Oedema. Australian
Prescriber, 40(2):59-63. doi: 10.18773/austprescr.2017.013.
Sureka, B., Bansal, K., & Arora, A. (2015). Pulmonary Edema – Cardiogenik or
Noncardiogenic?. Journal of Medicine and Primary Care, 4(2): 290.
doi: 10.4103/2249-4863.154684.