Suku bangsa Jawa, adalah suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku bangsa
Jawa sebagian besar menggunakan bahasa Jawa dalam bertutur sehari-hari. Dalam
sebuah survei yang diadakan majalah Tempo pada awal 1990-an, kurang lebih hanya
12% orang Jawa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-
hari, sekitar 18% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur, dan
Daerah asal suku Jawa adalah pulau Jawa (terutama Jawa Tengah dan Jawa
Timur). Pulau Jawa terletak di bagian selatan dari Kepulauan Indonesia. Suku Jawa
hanya mendiami bagian tengah dan bagian timur dari pulau Jawa, sementara bagian
baratnya didiami oleh suku Sunda. Pulau Jawa yang luasnya 7% dari seluruh wilayah
Indonesia dan dihuni oleh hampir 60% dari seluruh penduduk Indonesia adalah
yang ada di Indonesia, baik itu secara sukarela dengan cara mengikuti transmigrasi
1
yang dicanangkan oleh pemerintah pusat, agar mengurangi jumlah penduduk yang
sangat padat di pulau jawa ataupun dengan melalui kerja paksa atau buruh tani dan
kebun. Hal ini dimulai sejak zaman penjajahan Belanda. Pemerintah Belanda
Sejak tahun 1880 pemerintah Belanda terus mendatangkan pekerja dari pulau
Jawa, yang akan ditempatkan di perkebunan yang ada di Sumatera Utara. Para
pekerja dari daerah Jawa ini semakin lama semakin bertambah banyak di Medan. hal
ini terjadi karena, penjajah Belanda tidak mau para pekerja ini balik kembali ke pulau
Jawa. Jadi dibuat berbagai cara untuk menahan mereka tidak dapat kembali, seperti
mengadakan judi dan tarung ayam ketika para buruh kebun ini menerima gaji. Ketika
kalah berjudi, mereka terpaksa mengutang untuk biaya hidup, dengan konsekuensi
Deli Serdang, letaknya sangat strategis dimana di kecamatan ini berbatasan langsung
dengan ibukota Kecamatan dan merupakan daerah penunjang akses vital menuju
Kecamatan Tanjung Morawa mempunyai luas sebesar ± 13.175 Ha atau 131,75 Km2,
dengan ibukota kecamatan terletak di Desa Tanjung Morawa Pekan dengan koordinat
2
bumi 03,3519820 Lintang Utara (LU) dan 098,790810 Bujur Timur (BT). Wilayah
Kecamatan Tanjung Morawa tergolong ke dalam daerah beriklim sedang dengan dua
musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Kedua musim ini dipengaruhi oleh
dua angin yang terdiri dari angin gunung yang membawa hujan dan angin laut yang
membawa udara panas dan lembab. Curah hujan yang menonjol pada bulan
November s/d Juni sedangkan musim kemarau pada bulan Juni s/d Oktober.
Gambar : 2.2.1
S.Sos, M.AP.
3
Kecamatan Tanjung Morawa, terdiri dari 26 desa/kelurahan dan 189 dusun.
adalah :
Tabel : 2.1
4
No Nama Desa/Kelurahan Nama Kepala Desa/Lurah
10 Dalu Sepuluh B Wantoro
26 Wonosari Suparman
5
2.3. Mata Pencaharian
agraris, mereka sejak zaman dahulu melakukan perpindahan dalam berbagai bentuk
zaman, kehidupan ekonomi masayarkat Jawa yang ada di Sumatera Utara mengalami
perkembangan pesat. Kini orang Jawa di Kecamatan Tanjung Morawa banyak yang
sipil (PNS), wiraswasta, mekanik, buruh, seniman, tentara dan polisi, dan lain-lain
sebagainya.
Tabel: 2.2
No Pekerjaan Jumlah
1 Guru 2.183
2 PNS/TNI/POLRI 1.090
4 Bidan 117
5 Dokter 28
6 Perawat 98
6
No Pekerjaan Jumlah
12 Pertanian 19.603
13 Pedagang/Wirausaha 13.460
16 Seniman 105
17 Kerajinan 1845
Tanjung Morawa kebanyakan adalah buruh pabrik, petani, dan pedagang. Untuk
mata pencaharian utamanya adalah buruh pabrik dan petani. Sebab bagi mereka,
beberapa kategori seniman dari beberapa orang ada yang tukang ukir, pelukis dan
sebagainya.
7
2.4. Sistem Religi dan Kepercayaan
yaitu 79,61 persen dari jumlah keseluruhan dari se-kecamatan. Sisanya sebanyak
16,07 persen memeluk agama Kristen Protestan, agama Katolik sebanyak 2,53
persen, agama Budha sebanyak 1,58 persen, dan agama Hindu sebesar 0,19 persen.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa keberadaan agama Islam sangatlah
sendiri, jumlah yang memeluk agama Islam sebesar 96, 10 persen dari total jumlah
penduduk di daerah Kelurahan Telaga Sari, sehingga potensi keberadaan suku Jawa
kelurahan tersebut.
mempertahankan budaya leluhurnya yang berasal daripada pulau Jawa, di sisi lain
mereka juga harus berinteraksi dengan berbagai etnik setempat dan pendatang lainnya
di Sumatera Utara yang pesat perkembangan ekonominya. Orang-orang Jawa ini mata
kelapa sawit, getah karet, dan kopra. Sistem kekerabatan masyarakat Jawa
8
perempuan ayah dan ibu, beserta istri dan suami mereka masing-masing di
klarifikasikan menjadi satu, yaitu dengan istilah siwa atau uwa. Sedangkan adik-adik
dari ayah atau ibu diklarifikasikan kedala dua golongan yang berbeda menurut jenis
kelamin, yaitu paman bagi adik laki-laki dan bibi bagi adik perempuan.
Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intonasi berdasarkan
hubungan antara pembicara dan lawan bicara, yang dikenal dengan unggah-ungguh.
Aspek kebahasaan ini memiliki pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa, dan
membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat. Dimana
tingkat bahasa dalam masyarakat Jawa terbagi ke dalam tiga bagian yaitu: pertama adalah
yang paling halus yaitu Bahasa Kraton, kedua bahasa abangan dan bahasa Jawa Ngoko
yang kasar.
dari sebutan atau istilah-istilah yang di gunakan dalam kelompok kerabatnya. Hal ini
dapat di lihat dalam kehidupan sehari-hari untuk menyapa seseorang. Untuk istilah
1. Mbah canggah/eyang canggah: orang tua laki-laki atau perempuan yang berada
2. Mbah buyut : orang tua laki-laki atau perempuan yang berada dua tingkat di
9
4. Bapak/rama: ayah kandung, mertua laki-laki, besan (orang tua laki-laki
menantu). 5. Ibu/si mbok : ibu kandung, mertua perempuan, besan (orang tua
permpuan menantu).
5. Pakde: saudara laki-laki kandung/sepupu ayah atau ibu yang umur lebih tua,
suami bude.
6. Bude: saudara perempuan kandung/ sepupu ayah atau ibu yang umurnya lebih
11. Adhi/dhimas: adik kandung laki-laki, adik ipar laki-laki, anak laki-laki
10
2.6. Bahasa
Morawa adalah bahasa Jawa Ngoko. Namun, sebagian besar masyarakat Jawa
dengan etnis lain. Para pemain kesenian Campursari memakai bahasa Jawa Ngoko dan
bahasa Indonesia. Kromo inggil merupakan tata cara berbahasa paling tinggi atau dengan
kata lain yang paling halus. Bahasa kromo ini sering digunakan oleh orang- orang yang
berpangkat, orang-orang sederajat, anak terhadap orang tuanya, murid terhadap guru,
bawahan terhadap atasan, dan buruh terhadap majikan. Bahasa sehari- hari yang
dipergunakan oleh penduduk Kecamatan Tanjung Morawa adalah bahasa Ngoko karena
merupakan bahasa Jawa biasa yang sering dipergunakan oleh orang tua terhadap anak,
antar teman sebaya, atasan terhadap bawahan, dan majikan terhadap kuli.
Suku Jawa yang ada di Tanjung Morawa khususnya di kelurahan Telaga Sari
sebagian besar masih melaksanakan berbagai upacara yang terdapat dalam adat-istiadat
simbolis, artinya artinya upacara-upacara itu hanya menggambarkan suatu tujuan luhur
yang diharapakan oleh pelakunya. Ada pun upacara-upacara itu adalah upacara
11
2.8. Kesenian
Pada saat ini kesenian masyarakat jawa yang di sumatera masih sering dapat kita
lihat misalnya keseniang kuda lumping, wayang kulit dan lain sebagainya. Kesenian ini
juga terdapat di berbagai daerah di Indonesia, dengan versi yang berbeda-beda terutama
yang ada di Sumatera Utara, Banyaknya panggilan untuk mengisi acara ketika ada
hajatan perkawinan, bersih desa mapun acara hiburan lainnya mendorong semakin
banyak grup musik. Ada yang masih setia di jalur musik dan budaya tradisi seperti grup
pementasan wayang, dan gamelan. Ada juga yang membawakan lagu-lagu popular
Campursari adalah kesenian yang menggabungkan antara budaya tradisional jawa dengan
budaya luar sehingga menghasilkan satu kesenian yang baru. Dengan demikian
masyarakat Jawa yang ada di Sumatera Utara dalam proses strategi budayanya adalah
tetap mempertahankan budaya Jawa, sebagai budaya leluhurnya di satu sisi. Namun di
sisi lainnya, mereka juga berusaha untuk beradaptasi dengan situasi sosial dan budaya
yang terdapat di Sumatera Utara. Konteks yang sedemikian rupa ini adalah sebagai
sebuah upaya mempertahankan identitas etnik dan juga sekaligus sebagai bagian dari
masyarakat Sumatera Utara yang heterogen secara etnik tersebut. Kesenian campursari
inilah yang akan dibahas oleh penulis di bab-bab selanjutnya dalam skripsi ini.
12