Anda di halaman 1dari 4

3 Amalan Agar Hidup Tidak Merugi

Islam yang Allah turunkan sebagai satu-satunya agama yang diridhoi. Islam identik
dengan apa saja yang diturunkan olah Allah sebagai jalan bagi makhluknya untuk mencapai
ridhonya. Dalam memahami dan menerapkan yang telah diturunkan oleh Allah yaitu Al-Qur’an
dan Sunnah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah.

Al-Qur’an sebagai kitab suci bagi mulimin yang sudah seharusnya kita pelajari, dengan
hal ini bukan hanya dibaca, tetapi inti dari diturunkannya Al-Qur’an adalah untuk ditadabburi
isinya. Al-Qur’an memiliki kesempurnaan bukan hanya dalam segi isi, tetapi juga dalam segi
bahasa. Dan alasan bagi Allah dengan menurunkan Al-Qur’an dalam bahasa Arab adalah untuk
mempermudah dalam mempelajarinya.

“Sesungguhnya kami menurunkan berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu
memahaminya.”(QS Yusuf (12): 2)

Berbagai surat yang terkandung dalam Al-Qur-an memiliki pokok bahasan yang berbeda-
beda. Walaupun memang juga terdapat ayat yang diulangi hingga berkali-kali, dan Allah punya
maksud tersendiri dengan hal itu. Bila kita sering membaca Al-Qur’an pasti kita pernah
tersentuh, tertarik, atau benar-benar siap hati kita untuk menerima cahaya Al-Qua’an pada salah
satu ayat atau surat dalam Al-Qur’an, bukan berarti tidak suka dengan surat atau ayat yang lain,
tetapi lebih suka pada salah satu surat atau ayat dalam Al-Quran. Misalkan, ada yang lebih
tertarik kepada Yaasiin, Al-Mulk, Ar-Rahman, ada juga yang lebih tertarik pada suratul Fatiahah,
ini terjadi ketika hati dan fikiran kita benar-benar menikmati, baik dari segi murotal maupun isi
dari surat atau ayat dalam Al-Qur’an. Disisi lain saat kita membaca Al-Qur’an dengan suara
yang indah, malaikatpun turun untuk menyimak bacaan Al-Qur’an. Nabi Muhammad SAW
pernah pada suatu malam saat beliau shalat tahajud, beliau mengulangi dua ayat terakhir
disuratul maidah hingga subuh:

“Allah berfirman, “inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya.
Mereka memperoleh surge yang mengalir surge dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal
didalamnya selama-lamanya. Allah ridho kepada mereka dan merekapun ridho kepada-Nya,
itulah kemenangan yang agung” (QS Al Maidah (5): 119)

“Milik Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada didalamnya; dan Dia Maha kuasa atas
segala sesuatu” (QS Al Maidah (5): 120)

Dan pernyataan dari seorang sahabat tentang Al-Qur’an:

“Kalau benar-benar hati kita suci, kita tidak akan pernah puas dengan Al-Qur’an”

(Syaidina Utsman Bin Affan)


Tetapi karena hati kita kotor akan banyaknya dosa, maka akan terasa berat ketika kita dekat
dengan Al-Qur’an.

Apalagi bila di dalam ayat Al-Qur’an tersebut mengandung asmaul husna. Bukan main-
main ayat tersebut, karena terdapat hikmah, bahkan ada hubungan antara asmaul husna dengan
ayat yang dibahas itu. Sebagai contoh kejadian isra’ mi’raj yang menggunakan as-sami’ul bashir.
Kejadian luar biasa tersebut yang tidak dapat dijangkau oleh akal, dan yang menarik dalam
bahasa Al-Qur’an ini adalah mengapa menggunakan as-sami’ul bashir bukan menggunakan
“innallaha ‘alakulli syai’in Qodir”, karena begitu luar biasanya kejadian tersebut dan hanya
dalam kekuasaan Allah, kalau bukan karena keimanan mana mungkin kita dapat mengimani isra’
mi’raj, disinilah perlunya kita untuk mempelajari Al-Qur’an . Dari segi waktu Rasulullah SAW
pergi dari masjidil haram ke masjidil Aqsa dan menuju kelangit ketujuh dan kembali lagi, hanya
ditempuh dalam waktu semalam, bahkan dalam suatu riwayat kalau tempat tidur Rasulullah
masih hangat.

Salah satu surat Al-Qur’an yang memiliki pembahasan tentang tiga amalan sehari-hari
sebagai amalan ibadah ialah Dalam surat fatir (35) ayat ke 29-30 yang juga memiliki
hubungannya dengan sifat Allah yakni Allah Maha pengampun, mensyukuri dan juga terdapat
hubungannya dengan karunia yang akan Allah berikan:

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebagian dari rezeky yang anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan
terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan dan tidak akan merugi”(QS Fatir (35):
29)

“Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka
dari karunianya, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha mensyukuri”(QS Fatir (35):
30)

Dalam ayat tersebut terdapat tiga amalan sebagai sarana ibadah kepada Allah yaitu
selalu membaca Al-Qur’an, selalu mengerjakan shalat, dan selalu menginfakkan sebagian
rezekynya di jalam allah. Orang yang suka membaca Al-Qur’an bukan disebut Qori’ tetapi orang
yang selalu membaca Al-Qur’an itu disebut tilawatul Qur’an, dan balasan bagi orang-orang yang
selalu membaca Al-Qur’an yaitu mereka akan dinaikkan derajat dan posisinya di dalam surga.

Shalat merupakan ibadah yang pertama kali dihisab, dan shalat ini bagaikan tali yang
menghubungkan kita dengan Allah, bila kita meninggalkannya, maka sama saja kita memutus
hubungan kita dengan Allah, tetapi bila baik shalatnya maka baik pula yang lainnya. Dan shalat
ini memiliki pembahasan yang penjang

Menginfakkan rezeky dalam kontek ayat ini bahwasannya Allah hanya meminta sedikit
dari anugrah dan rezeky yang begitu banyak yang kita dapatkan untuk diinfakkan, itu terlihat
pada kata ”wa mimma”, sedikit. Dan apa yang mereka harapkan dari menginfakkan harta baik
secara diam-diam maupun secara terang-terangan?, Mereka mengharapkan perniagaan yang
tidak merugi. Maka timbul pertanyaan, apakah ada yang dapat menjamin agar bisnis tidak
merugi?, disini Allah tawarkan, tidak akan merugi, itulah bisnis dengan Allah, terjamin.

Bukan hanya berhenti disitu saja, dimana bahwasannya Allah akan sempurnakan pahala,
mungkin dalam tilawatul Qur’an masih banyak kekurangan, dalam shalat masih kurang khusuk,
maka jangan khawatir Allah telah sempurnakan pahala kita, yang penting kita fokuskan pikirkan
dosa-dosa kita, masalah pahala Allah sudah menjaminkan sempurna. Tidak berhenti disitu
bahwasannya Allah juga menambah karunianya, lalu apa karuniannya?, apakah Allah sebutkan
pada ayat ini, Allah tidah sebutkan. Ada sebuah istilah dalam bahasa tafsir kata ulama, kalau
Allah menjanjikan sesuatu tapi Allah sembunyikan dan tidak sebutkan, maka Allah akan
memberikan karunia yang tiada batas, tetapi yang jelas karunia tersebut akan menenangkan hati,
yang tertuang dalam surah as-sajadah ayat 17 bahwasannya tidak ada jiwapun yang bias tahu apa
yang telah dirahasiakan/disembunyikan oleh Allah dari karunia-karunia yang akan menenangkan
hati, maka jelas karunia tersebut yang jelas akan menenangkan hati. Allah memberikan
ketenangan hati ini dimaksudkan karena keinginan pada setiap manusia berbeda-beda, ada yang
dikasih mobil dia merasa bahagia, tetapi ada juga ketika seseorang hanya diberi sesuatu yang
kecil, hatinya sudah merasa bahagia dan itu merupakan balasan dari Allah tentang apa yang telah
hambanya kerjakan.

Diakhir ayat tertulis bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri, lalu apakah
hubungannya. Allah memiliki sifat pengampun, maka dalam kita membaca Al-Qur’an masih
banyak salah disinilah Allah Maha Pengampun, Dalam shalat berapa kali kita ketituran shalat
subuh, berapa kali ketika kita tidak khusuk saat shalat, tetapi walaupun Allah maha pengampun
tetapi kita tidak boleh menyepelekan tetapi justru kita seharusnya malu bila kita tidak sholat.
Karena Allah masih memberikan kesempatan taubat untuk memperbaiki segala amalan kita
tersebut. Lalu apa hubungannya Allah maha pengampun dengan sedekah?, karena ketika
bersedekah tidak akan lepas dengan kata bangga, karena hati, perasaan, mungkin tidak pernah
terucap tetapi hati sudah bicara, tetapi Allah telah mengampuni.

Allah Maha Mensyukuri sesungguhnya diartikan menjaminkan pahala yang banyak


dengan amalan yang sedikit. Buktinya adalah sebagai contoh apabila kita shalat wajib 5 waktu
tetapi Allah memberikan pahala 50, Shalat qabliyah ba’diyah 12 raka’at balasannya mendapat
rumah dalam surga, shalat shubuh berjamaah maka pahalanya seperti shalat sepanjang malam,
yang luar biasa lagi shalat qobliyah subuh maka pahalanya lebih baik dari dunia dan seisinya.
Alasannya, kalau Allah tidak Syakur dengan memberikan pahala yang banyak dengan amalan
yang sedikit, kita tidak bisa mengejar umur kita, dibanding ummat terdahulu. Bukti lain bila
Allah memiliki sifat syakur adalah ketika satu malam Qadar di balas dengan 83 tahun pahala.

Wallah a’lam bi ash-shawab.

Anda mungkin juga menyukai