Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi.
BAB I

PENDAHULUAN

Tujuan makalah yang akan di bahas

A. Hakekat Sholat
B. Ancaman Bagi Yang Meninggalkan Sholat
C. Fungsi Sholat
D. Makna Spiritual Sholat
E. Mengapa Allah Mewajibkan Kita Untuk Sholat
F. Kesimpulan

Pengertian Hakikat

Dalam Kamus Ilmu Tasawuf, dikatakan bahwa Kata Hakikat (Haqiqah) seakar
dengan kata al-Haqq, reality, absolute, yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai
kebenaran atau kenyataan. Makna hakikat dalam konteks tasawuf menunjukkan kebenaran
esoteris yang merupakan batas-batas dari transendensi manusia dan teologis. Adapun dalam
tingkatan perjalanan spiritual, Hakikat merupakan unsur ketiga setelah syari’at yang
merupakan kenyataan eksoteris dan thariqat (jalan) sebagai tahapan esoterisme, sementara
hakikat adalah tahapan ketiga yang merupakan kebenaran yang esensial. Hakikat juga
disebut Lubbyang berarti dalam atau sari pati, mungkin juga dapat diartikan
sebagai inti atau esensi.

Secara terminologis, kamus ilmu Tasawuf menyebutkan bahwa Hakikat adalah


kemampuan seseorang dalam merasakan dan melihat kehadiran Allah di dalam syari’at itu,
sehingga hakikat adalah aspek yang paling penting dalam setiap amal, inti, dan rahasia dari
syari’at yang merupakan tujuan perjalanan salik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Sholat

Ibnul Qoyyim rahimahullah menguraikan hakikat shalat, “Tidak dapat diragukan


bahwa shalat merupakan perkara yang sangat menggembirakan hati bagi orang-orang yang
mencintainya dan merupakan kenikmatan ruh bagi orang-orang yang mengesakan Allah,
puncak keadaaan orang-orang yang jujur dan parameter keadaan orang-orang yang meniti
jalan menuju kepada Allah. Shalat merupakan rahmat Allah yang dianugerahkan kepada
hamba-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka untuk bisa melaksanakannya dan
memperkenalkannya sebagai rahmat bagi mereka dan kehormatan bagi mereka, supaya
dengan shalat tersebut mereka memperoleh kemulian dari-Nya dan keberuntungan karena
dekat dengan-Nya. Allah tidak membutuhkan mereka (dalam pelaksanaan shalat), namun
justru (hakekatnya shalat tersebut) merupakan anugerah dan karunia Allah untuk mereka.
Dengan shalat, hati seorang hamba dan seluruh anggota tubuh beribadah. (Dalam
shalat),Allah menjadikan bagian (anugerah) untuk hati lebih sempurna dan lebih besar,
yaitu berupa (hati bisa) menghadap kepada Rabb nya Subhanahu, bergembira dan
merasakan kelezatan berdekatan dengan-Nya, merasakan nikmat dengan mencintai-Nya,
riang gembira menghadap kepada-Nya, tidak berpaling kepada selain-Nya saat beribadah
(shalat) serta menyempurnakan hak-hak peribadatan kepada-Nya, sehingga ibadahnya
sesuai dengan apa yang Dia ridhoi” (Dzauqush Shalah, Ibnul Qoyyim. Hal. 8).

1. Kelalaian hati diantara shalat yang satu dengan shalat yang lain

Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan tentang hal ini, “(Dalam shalat lima
waktu), diantara dua shalat, pada diri seorang hamba (bisa saja) terjadi kelalaian,
kegersangan, kekerasan dan keberpalingan hati, ketergelinciran serta kesalahan-kesalahan,
hingga (hal ini) menjauhkan hatinya dari Rabb nya, menyingkirkan dari kedekatan dengan-
Nya, (lalu) jadilah sebuah hati yang terasing dari peribadatan kepada-Nya” (Asraarush
Shalaah, Ibnul Qoyyim. Hal.10).

2. Memperbarui panggilan shalat

Ibnul Qoyyim rahimahullah pun juga menjelaskan hikmah diulang-ulangnya


panggilan shalat sehari semalam lima kali, beliau bertutur, “Tatkala kekeringan (kelalaian
hati) senantiasa mengancam dari waktu ke waktu dan kegersangan jiwa datang silih
berganti, maka panggilan untuk menghadiri hidangan hati (shalat) selalu diperbarui dari
waktu ke waktu, sebagai rahmat dari Allah bagi hati itu. Sehingga ia senantiasa memohon
siraman (hujan yang bermanfa’at) kepada Dzat yang di tangan-Nya ada hujan yang
mengguyur hati tersebut, ia memohon hujan rahmat-Nya agar tidak kering, yang
diharapkan bisa menumbuhkan rerumputan dan bebuahan keimanan dan agar tidak
terputus dari materi pertumbuhan (keimanan)” (Dzauqush Shalah, Ibnul Qoyyim. Hal.9).
3. Shalat adalah hidangan hati

Selanjutnya Ibnul Qoyyim rahimahullah menggambarkan ibadah shalat dengan


gambaran yang sangat indah, agar kita benar-benar merasa bahwa shalat adalah sebuah
kebutuhan yang mendasar dalam hidup kita. Beliau mendeskripsikan hal ini dengan
mengatakan, “Ketika Allah Subhanahu menguji seorang hamba dengan ujian syahwat dan
sebab-sebab yang mengantarkan kepadanya -baik dari dalam maupun dari luar dirinya-
maka tuntutan kesempurnaan hikmah-Nya dan Ihsan-Nya kepada hamba tersebut, Allah
persiapkan baginya sebuah hidangan (bagi hatinya) yang mengumpulkan beraneka ragam
warna, persembahan, selera dan anugerah. Allah mengundang hamba tersebut untuk
menghadiri jamuan hidangan (shalat) itu dalam sehari lima kali, dan menjadikan setiap
macam dari hidangan tersebut (baca: dalam setiap shalat) sebuah kelezatan, manfaat dan
kemaslahatan (tersendiri) bagi hamba yang diundang untuk menyantap hidangan tersebut,
yang tidak didapatkan dalam macam hidangan yang lain (dalam shalat yang lainnya) agar
menjadi sempurna kelezatan yang dirasakan oleh hamba itu dalam setiap macam
peribadatan. Allah juga hendak memuliakannya dengan segala jenis kemuliaan, sehingga
setiap perbuatan ubudiyyah (peribadatan) itu menghapus hal yang tercela dan hal yang Dia
benci, dan agar Allah mengganjarnya dengan cahaya yang khusus, kekuatan dalam hati dan
anggota tubuhnya serta pahala yang khusus pada hari perjumpaan dengan-Nya” (Dzauqush
Shalah, Ibnul Qoyyim. Hal.8).

4. Shalat adalah hujan yang bermanfa’at bagi hati

Pada penjelasan di atas, Ibnul Qoyyim rahimahullah telah menjelaskan tentang


kelalaian hati yang terjadi diantara shalat yang satu dengan shalat yang lain. Pada ucapan
yang lainnya, beliau pun menjelaskan bahwa kelalaian hati tersebut hakikatnya adalah
sebuah kegersangan dan kekeringan, beliau berkata, “Kelalaian yang menimpa hati
merupakan kekeringan dan kegersangan, (namun) selagi hati tersebut mengingat Allah dan
menghadap kepada-Nya (dengan melaksanakan shalat), maka itu merupakan hujan rahmat-
Nya yang dicurahkan kepadanya, seperti hujan yang mengguyur (Namun) jika hati itu lalai,
maka ia akan mengalami kegersangan sesuai dengan sedikit-banyaknya kelalaian yang
menimpanya, lalu jika kelalaian itu sudah menguasainya, maka tanahnya menjadi mati dan
tahunnya menjadi menjadi tak bertanaman lagi kering kerontang, serta api syahwat siap
membakar dari segala sisi, seperti angin kering yang siap membakar apapun” (Dzauqush
Shalah, Ibnul Qoyyim. hal. 9).

B. Ancaman bagi yang meninggalkan sholat

1. siksa di dunia

 Dicabut keberkahan umurnya.

 Dihapus tanda orang shalih dari wajahnya.

 Setiap amal yang dikerjakan, tidak diberi pahala oleh Allah


 Tidak diterima do’anya

 Tidak termasuk bagian dari do’anya orang-orang shalih

 Keluar ruhnya (mati) tanpa membawa iman

2. siksa ketika akan mati

 Mati dalam keadaan hina

 Mati dalam keadaan lapar

 Mati dalam keadaan haus, yang seandainya diberikan semua air laut tidak akan
menghilangkan rasa hausnya

3. siksa kubur

 Allah menyempitkan liang kuburnya sehingga bersilang tulang rusuknya

 Tubuhnya dipanggang di atas bara api siang dan malam

 Dalam kuburnya terdapat ular yang bernama Suja’ul Aqra’ yang akan menerkamnya
karena menyia-nyiakan shalat. Ular itu akan menyiksanya, yang lamanya sesuai
dengan waktu shalat

4. siksa yang menimpanya waktu bertemu dengan Tuhan

 Apabila langit telah terbuka, maka malaikat datang kepadanya dengan membawa
rantai. Panjang rantai tersebut tujuh hasta. Rantai itu digantungkan ke leher orang
tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam mulutnya dan keluar dari duburnya. Lalu
malaikat mengumumkan : ” Ini adalah balasan orang yang menyepelekan perintah
Allah”. Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata : ” seandainya lingkaran rantai itu jatuh
ke bumi pasti dapat membakar bumi.”

 Allah tidak memandangnya dengan pandangan kasih sayang-Nya Allah tidak


mensucikannya dan baginya siksa yang pedih.

 Menjadi hitam pada hari kiamat wajah orang yang meninggalkan shalat, dan
sesungguhnya dalam neraka Jahannam terdapat jurang yang disebut “Lam-lam”. Di
dalamnya terdapat banyak ular, setiap ular itu sebesar leher unta, panjangnya
sepanjang perjalanan sebulan. Ular itu menyengat orang yang meninggalkan shalat
sampai mendidih bisanya dalam tubuh orang itu selama tujuh puluh tahun kemudian
membusuk dagingnya.”

C. Fungsi sholat

1. Untuk membersihkan diri dari perbuatan kotor dan tercela

2. Untuk mengingat allah

3. Memperlancar aliran darah

4. Menjaga posisi saraf pusat tetap baik

5. mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah

6. pembeda antara yang mu’min dan yang kafir

D. Pendidikan akhlak dalam sholat

1. Shalat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar


2. Sholat sebagai bentuk rasa syukur terhadap Allah atas segala nikmat yang telah
terkucurkan sejak masih dalam alam rahim Ibunda.
3. Dengan shalat akan menumbuhkan sifat raja’ dalam diri seseorang. Raja’ adalah
sikap yang sedang menunggu (mengharapkan) sesuatu yang disenangi dari Allah swt,
setelah melakukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya sesuatu yang
diharapkannya.Memang sudah seharusnya manusia berharap hanya pada yang Maha
Menciptakan
4. Shalat juga mendidik seorang manusia memiliki sifat khauf , yakni suatu sifat jiwa
yang sedang menunggu sesuatu yang tidak disenangi dari Allah swt. Maka manusia
perlu berupaya agar apa yang ditakutkan itu tidak akan terjadi. alah satu hal yang
dapat di upayakan adalah dengan memenuhi kewajiban terhadap Allah,
melaksanakan shalat, menunaikan zakat, mengerjakan puasa, dan lain-lain.
5. Shalat juga akan memunculkan sikap haya’ (rasa malu). Rasa malu itu muncul
melalui perasaan serba kekurangan dalam beribadah dan pengetahuan seseorang akan
ketidakmampuannya dalam menunaikan hak-hak Allah. Rasa malu akan semakin
kuat dengan mengetahui cacat dirinya, yang contohnya adalah : kurang ikhlas dalam
beribadah, keburukan batinnya serta kecenderungan terhadap duniawi dalam
ibadahnya.
6. Shalat akan menimbulkan rasa ta’dzim (rasa hormat), yakni yang hadir dari ma’rifat
kepada keagungan dan kemuliaan Allah. Sesuatu yang tidak diyakini keagungan-
Nya, maka jiwa tidak akan mau mengagungkan-Nya. Hal ini dapat dilogikakan,
sebab shalat adalah sarana penghambaan terhadap Allah Yang Maha Agung.

E. Makna spiritual gerakan sholat

1. Takbiratul Ihram (Awal dan Akhir)

Pengawalan segala sesuatu, sebagaimana hidup dimulai kelahiran, sesuatu yg ada


pasti ada awalnya. Dengan keimanan kita yakin bahwa semuanya berawal dari Allah. Maka
dengan takbir kita mengembalikan kepada segala aktivitas kita adalah karena Allah

2. Berdiri (Gerak Perjalanan)

Berdiri lambang siap berjalan menjelajahi kehidupan, karena kalo duduk tidak
mungkin berjalan, Tegak artinya kehidupan harus ditegakkan (ditumbuhkan) pada ruang
waktu, iman harus ditegakkan, akhlak harus ditegakkan, amalan pribadi dan amalan sosial
harus ditegakkan.

Sholat adalah tiang agama (agama didirikan/ditegakkan oleh sholat). Sebagaimana pohon
tegak lalu pada titik ketinggian optimum kemudian berbuah.

3. rukuk

Rukuk adalah sebuah ajaran kembali kepada Sang Pencipta. Segala sesuatu tidak
pernah kita miliki secara pribadi. Semua yang datang dari Sang Pencipta akan kembali
kepada Sang Pencipta. Semua yang “dimiliki” manusia hanyalah ujian. Itu tandanya bahwa
Sang Penciptalah yang menjadi dasar acuan hidup kita dan kita benar-benar mengembalikan
urusan akhir kepada Sang Pencipta.

4. Itidal (Puja-puji pada Allah)

Kemudian kita berdiri lagi untuk mengisi perjalanan hidup dengan penuh puja dan
puji pada Allah serta penuh syukur setiap saat sehingga tercipta kepatuhan dan ketaatan.
Dengan mengetahui hasil ciptaan Allah maka akan tumbuh kekaguman dan kecintaan pada
Allah sehingga tumbuh rasa cinta dan iklas atau dengan senang hati menjalani hidup sesuai
Kehendak Allah.

5. Sujud (Penyatuan Diri Dengan Kehendak Allah)

Jika berdiri di analogikan dengan perjalan jasadi maka Sujud dengan kaki dilipat,
atau setengah berdiri adalah simbol dari perjalanan hati (rohani). Dangan sujud hati dan
fikiran kita direndahkan serendahnya sebagai tanda ketundukan total pada segala kehendak
Allah dan mengikuti segala kehendak Allah. Menyatu kan kehendak Allah dengan Kehendak
kita.

6. Duduk antara 2 Sujud (Permohonan)


Pengungkapan berbagai permohonan pada Allah untuk memberikan segala kebutuhan
yang diperlukan dalam bekal perjalanan menuju pertemuan dengan Allah, butuh sumber
dukungan hidup jasmani dan ruhani, serta pemeliharaan dan perlindungan jasmani ruhani
agar tetap pada jalan Allah.

7. Attahiyat : Pernyataan Ikrar

Tahap pemantapan, Karena perjalan hidup itu naik turun dan fitrah manusia tidak
lepas dari sifat lupa maka perlu pemantapan yang di refresh dan diulang untuk semakin
kokoh. Yaitu Ikrar Syahadat, dengan simbol pengokohan ikrar melalui telunjuk kanan.

8. Salam

Salam adalah ucapan yang mengakui adanya manusia lain yang sama-sama dalam
perjalanan (aspek kemasyarakatan) menunjukkan bahwa hidup ini tidak sendiri, sehingga
hendaknya menyebarkan salam dan berkah kepada sesama untuk saling bahu membahu
menegakkan kehidupan yang harmonis (selaras) dan tegaknya kedamaian, kesejahteraan dan
keselamatan di bumi Allah.

F. Mengapa allah mewajibkan kita untuk sholat

Seperti yang sudah di jelaskan sholat dapat mengindari kita dari ancaman bagi yang lalai,
gerakan sholat yang bermanfaat bagi raga, sholat yang dapat menyucikan rohani dan
mendekatkan kita kepada sang pencipta. shalat merupakan tiang agama. Kalau tiangnya saja
sudah rapuh, bagaimana bisa membangun pondasi iman yang kokoh?
Daftar Pustaka

1. Dzauqush Shalah, Ibnul Qoyyim, Daarul Hadhaarah (PDF).


2. Al-Mausuu’ah Al-Fiqhiyyah, Syaikh Husain Al-Awaaisyah.
3. Asraarush Shalaah, Ibnul Qoyyim.
4. https://hilwaalhabsyi.wordpress.com/2010/01/25/alasan-mengapa-allah-
mewajibkan-sholat/
5. https://un1qu3lucky.wordpress.com/2010/12/31/“mengapa-allah-
memerintahkan-umat-islam-untuk-shalat-bukankah-shalat-hanya-menyita-
waktu-kita-dalam-melakukan-suatu-aktivitas”/
6. https://yufidia.com/lima-belas-hukuman-dari-allah-bagi-yang-meninggalkan-
shalat-sebuah-kepalsuan-yang-disandarkan-kepada-agama/
7. http://ridwansoleh.com/renungan/memahami-makna-spiritual-gerakan-shalat/
8. https://muslim.or.id/25200-hakekat-shalat.html

Anda mungkin juga menyukai