Anda di halaman 1dari 5

Koperasi Pondok Pesantren Sidogiri (Kopontren) Sidogiri merupakan badan usaha milik Pondok

Pesantren Sidogiri yang memiliki manfaat yang sangat besar bagi pesantren, santri dan masyarakat.
Bagi pesantren, keberadaan Kopontren Sidogiri sangat menunjang upaya kemandirian pesantren
karena sebagian dari pendapatan pesantren berasal dari Selisih Hasil Usaha (SHU) Kopontren
Sidogiri. Bagi santri, keberadaan Kopontren Sidogiri selain menyediakan kebutuhan sehari-hari
para santri, juga sebagai tempat belajar kemandirian, kewirausahaan dan pengabdian. Sedang bagi
masyarakat, Kopontren Sidogiri selain menyediakan keperluan sehari-hari masyarakat dengan
harga yang kompetitif juga menjadi tempat kulakan bagi masyarakat yang memiliki usaha toko
atau warung kelontong.

Kopontren Sidogiri berdiri sejak 1961. Sejarah berdirinya berawal dari ikhtiar K.A. Sa’doellah
Nawawie selaku Penanggung Jawab dan Ketua Pengurus Pondok Pesantren Sidogiri yang merintis
berdirinya koperasi sebagai wadah untuk belajar kemandirian, wirausaha (enterpreneurship) dan
pengabdian bagi para santri. Kegiatan usaha pertamanya adalah membuka kedai dan warung
kelontong di lingkungan pesantren yang menyediakan kebutuhan sehari-hari bagi para santri.
Kopontren Sidogiri resmi berbadan hukum mulai 15 Juli 1997. Sejak saat itulah, Kopontren
Sidogiri terus berkembang pesat. Berkat kemajuan Kopontren Sidogiri, maka pada 2002 Pondok
Pesantren Sidogiri mendapat predikat sebagai “Pesantren Wirausaha Pertama”.

Keanggotaan Kopontren Sidogiri dibagi menjadi tiga kategori yaitu Anggota Khusus yaitu Pondok
Pesantren Sidogiri yang diwakili oleh Ketua Umum Pondok Pesantren Sidogiri, Anggota Biasa
dan Anggota Luar Biasa. Dalam kurun waktu empat tahun terakhir (2010-2013), jumlah anggota
Kopontren Sidogiri mengalami pertumbuhan pesat yang konsisten. Pada tahun 2010 jumlah
anggotanya sebanyak 471 orang anggota, tahun 2011 sebanyak 947 orang anggota, tahun 2012
sebanyak 1.091 orang anggota dan tahun 2013 sebanyak 1.426 orang anggota.

Modal Kopontren Sidogiri terdiri dari Modal Sendiri dan Modal Pinjaman yang berasal dari
Simpanan Anggota, Modal Penyertaan, Dana Cadangan, Pinjaman dari Bank Syariah dan
Lembaga Keuangan Syariah dan Modal Mudharabah. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir
(2009-2013), Modal Kopontren Sidogiri yang berasal dari Simpanan Anggota menunjukkan
peningkatan yang konsisten. Pada tahun 2009 jumlah Simpanan anggota Kopontren Sidogiri
mencapai Rp 3.962.813.073, tahun 2010 mencapai Rp 5.140.819.819, tahun 2011 mencapai Rp
10.750.364.826, tahun 2012 mencapai Rp 14.573.450.187 dan tahun 2013 mengalami kenaikan
jumlah simpanan anggota yang tajam mencapai Rp 23.008.891.106.

Seiring dengan pertumbuhan Modal Kopontren Sidogiri yang berasal dari Simpanan Anggota,
maka Pendapatan Kas atau Omzetnya mengalami kenaikan yang konsistem sejak lima tahun
terakhir (2009-2013). Pada tahun 2009 jumlah Pendapatan Kas Kopontren Sidogiri mencapai Rp
38.945.976.209, tahun 2010 jumlah Pendapatan Kas mencapai Rp 44.404.863.551, tahun 2011
jumlah Pendapatan Kas mencapai Rp 108.785.338.058, tahun 2012 jumlah Pendapatan Kas
mencapai Rp 170.220.710.161 dan tahun 2013 jumlah Pendapatan Kas mengalami kenaikan
mencapai Rp 373.375.763.440.

Pertumbuhan Kekayaan atau Aset selama lima tahun terakhir (2009-2013) Kopontren Sidogiri
menunjukkan grafik yang terus mengalami kenaikan yang konsisten. Pada tahun 2009 jumlah
Kekayaan mencapai Rp 9.095.780.657, tahun 2010 jumlah Kekayaan mencapai Rp
11.498.408.906, tahun 2011 jumlah Kekayaan mencapai Rp 28.036.850.565, tahun 2012 jumlah
Kekayaan mencapai Rp 36.713.539.543 dan tahun 2013 jumlah Kekayaan mengalami kenaikan
mencapai Rp 53.775.745.036.

Saat ini Kopontren Sidogiri telah memiliki 72 cabang di beberapa beberapa kabupaten dan kota di
Provinsi Jawa Timur seperti Pasuruan, Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, Jember,
Malang, Lamongan, Bangkalan, Pamekasan, Sampang dan Sumenep. Ke depan Kopontren
Sidogiri akan terus berupaya untuk terus melakukan inovasi dan menjadi yang terdepan dalam
bisnis ritel. Sejak 2013 Kopontren Sidogiri membentuk infrastruktur brand “BASMALAH”
dengan nama “TOKO BASMALAH” dengan motto “Tempat Belanja yang Baik”.
Pondok Pesantren Sidogiri (PPS) merupakan salah satu pesantren tertua di Jawa
Timur. Berdasarkan manuskrip yang ditulis KA. Sa’doellah Nawawie pada tahun 1971,
disebutkan bahwa Ponpes Sidogiri berdiri sejak 1745. Pendiri Pondok Pesantren Sidogiri adalah
Sayyid Sulaiman. Bersama dengan santrinya yang bernama Aminulloh, beliau yang pertama kali
membuka tanah Sidogiri yang pada mulanya masih berupa hutan yang lebat. Di atas lahan yang
baru dibuka itulah beliau mendirikan surau yang kelak menjadi cikal-bakal Pondok Pesantren
Sidogiri (Bakhri, 13: 2004).

Aktivitas pesantren ini bermula dari pendidikan ma’hadiyah. Pada tahun 1938 baru didirikan
pendidikan madrasiyah dengan nama Madrasah Miftahul Ulum dengan tingkat kelas sifir (nol)
dan ibtidaiyah lalu dilanjutkan dengan dibukanya tingkat tsanawiyah pada tahun 1957 dan aliyah
pada tahun 1983. Pendidikan ma’hadiyah adalah pendidikan asli pesantren yang sampai saat ini
terus dipertahankan. Sebab, dengan pendidikan ma’hadiyah itulah, maka kader-kader muslim
bermunculan yang arahnya mewujudkan manusia yang akan masuk dalam khairu ummah (umat
yang terbaik) (Bakhri, 7: 2011).

Pendidikan madrasiyah atau klasikal terdiri atas pendidikan ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah.
Sedangkan pendidikan ma’hadiyyah lebih banyak mengarah kepada aktivitas pendidikan
tambahan dan pelatihan kepada santri agar kelak bisa menjadi khairu ummah (sebaik-baik umat)
yang mengedepankan akhlakul karimah dalam setiap aktivitasnya. Dan masih banyak aktivitas
lainnya yang akan menambah keterampilan (skill) para santri yang kelak akan berguna setelah
kembali ke masyarakat.

Pondok Pesantren Sidogiri juga melatih para santri untuk menangani bidang perekonomian. Untuk
itu, sejak 1961 KA. Sa’doellah Nawawie yang kala itu menjadi Penanggung Jawab dan Ketua
Pengurus Pondok Pesantren Sidogiri, merintis berdirinya koperasi sebagai wadah untuk belajar
kemandirian, wirausaha (enterpreneurship) dan pengabdian bagi para santri. Kegiatan usaha
pertamanya adalah membuka kedai dan warung kelontong di dalam lingkungan pesantren yang
menyediakan kebutuhan sehari-hari para santri.

Sejak saat itulah, Koperasi Pondok Pesantren Sidogiri yang disingkat “Kopontren Sidogiri” terus
melangkah dan tidak pernah berhenti dari aktivitasnya sampai sekarang ini. Bahkan mendapat
predikat sebagai “Pesantren Wirausaha Pertama” (Republika, 1i November 2002). Meski
Kopontren Sidogiri berdiri sejak 1961, tapi berbadan hukum mulai 15 Juli 1997 dengan nomor
441/BH/KWK.13/VII/1997.

Keberadaan Kopontren Sidogiri itulah yang kemudian hari menjadi cikal bakal kebangkitan
koperasi syariah di Sidogiri. Setelah berhasil mengembangkan Kopontren Sidogiri, pada
pertengahan 1997 pengurus Kopontren Sidogiri dan beberapa orang guru Madrasah Miftahul Ulum
(MMU) Pondok Pesantren Sidogiri memprakarsai berdirinya koperasi yang fokus usahanya adalah
simpan-pinjam pola syariah (SPS) dengan nama Koperasi Baitul Mal wa Tamwil Maslahah
Mursalal lil Ummah (BMT MMU).

Mereka mendirikan Koperasi BMT MMU karena resah dengan kondisi masyarakat yang mulai
terjerat dengan praktik ekonomi ribawi dalam bentuk rentener yang sudah merambah sampai ke
desa-desa di sekitar Sidogiri. Meski para pengelolanya—khususnya guru-guru MMU yang
biasanya berkutat dengan pelajaran kitab kuning—merasa seakan-akan memasuki dunia lain
ketika menangani bisnis syariah, tapi mereka berhasil mengembangkan Koperasi BMT MMU
(Republika, 17 Maret 2004).

Sejak didirikan tahun 1997, Koperasi BMT MMU menunjukkan kemajuan yang signifikan baik
dari segi aset, penerimaan kas dan laba bersihnya (SHU). Unit pelayanannya telah berkembang
menjadi 86 unit yang tersebar di berbagai tempat di Jawa Timur. Sejak 25 September 2009, ruang
lingkup Koperasi BMT MMU Sidogiri telah diubah dari tingkat kabupaten menjadi lingkup
provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, alih binanya pun juga diubah yang semula Koperasi BMT
MMU Sidogiri di bawah binaan Dinas Koperasi & UMKM Kabupaten Pasuruan menjadi binaan
Dinas Koperasi & UMKM Provinsi Jawa Timur. Sejak November 2013, Koperasi BMT MMU
Sidogiri berganti nama menjadi Koperasi BMT Maslahah.

Setelah sukses mengembangkan Koperasi BMT Maslahah, para pengurus BMT


Maslahah memprakarsai berdirinya Koperasi Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri. Pada 6
Juni 2000 mereka mendirikan Koperasi UGT Sidogiri di Surabaya yang kemudian menjadi cabang
pertamanya. Koperasi UGT Sidogiri yang mereka dirikan, aset, omzet dan laba bersihnya terus
berkembang dan makin mendapat kepercayaan dari masyarakat. Sejak Desember 2014, Koperasi
UGT telah memilik 242 unit pelayanan yang tersebar di 10 provinsi seperti Jawa Timur, Jawa
Barat, Jakarta Utara dan luar Jawa.
Saat ini tiga koperasi yang ada di Sidogiri, yaitu Kopontren Sidogiri, Koperasi BMT Maslahah
Sidogiri dan Koperasi BMT UGT Sidogiri telah menjadi koperasi besar dan tangguh di Indonesia.
Ketiganya masuk dalam jajaran 100 Koperasi Besar Indonesia versi
majalah Peluang (2012). Kopontren Sidogiri berada pada urutan ke-93, Koperasi BMT Maslahah
Sidogiri berada pada urutan ke-14 dan Koperasi BMT UGT Sidogiri berada pada urutan ke-3.
Bahkan, Koperasi BMT UGT telah didaftarkan oleh Kementrian Koperasi dan UMKM sebagai
300 koperasi besar dunia.

Keberhasilan koperasi yang berlatar belakang Pondok Pesantren Sidogiri sehingga menjadi
koperasi besar tingkat nasional merupakan kajian yang menarik untuk diungkap. Kaum santri yang
biasanya dipandang sebagai kaum pinggiran dan tradisional, kini mampu mengelola aset lebih dari
Rp 1 triliunan dan omzet usaha yang mencapai Rp 12 triliun. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Inilah
yang menjadi kajian dalam paper ini untuk mengungkap profil ringkas ketiga koperasi besar
berlatar belakang Pondok Pesantren Sidogiri dan faktor-fakto yang mendukung keberhasilan
mereka dalam mengembangkan koperasi.

Anda mungkin juga menyukai