TRANSMISI TENAGA LISTRIK Nanu3
TRANSMISI TENAGA LISTRIK Nanu3
Pada Gambar 1 merupakan contoh skema karena jika ditinjau dari level tegangan pada
sisi transmisi tidak harus 150 kV, bisa 70 kV, 275 kV hingga 500 kV untuk di
Indonesia. Pada Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa sistem tenaga listrik diawali dengan
pembangkitan, transmisi, distribusi hingga menuju beban. Fungi dari 3 hal tersebut
sebagai berikut.
1. Pembangkit
Pembangkit merupakan suatu proses konversi energi lain menjadi energi listrik.
Pada dasarnya listrik dibangkitkan oleh Generator yang digerakkan oleh beberapa jenis
energi penggerak salah satunya adalah air, batu bara, panas bumi, angin dan lain
sebagainya.
Gambar 2 Pusat Pembangkit Tenaga Listrik (Helena,2014)
2. Transmisi
Transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berupa sejumlah
konduktor yang dipasang membentang sepanjang jarak antara pusat pembangkit
sampai pusat beban. Seacara ringkas fungsi dari transmisi adalah menyalurkan tenaga
listrik. Pada transmisi diperlukan efisiensi yang tinggi agar daya yang disalurkan tidak
banyak hilang maka dipilih level tegangan yang lebih tinggi untuk disalurkan
dikarenakan untuk mengurangi rugi-rugi daya dan turun tegangan kecil pada saat
penyaluran. Pada umunya, level tegangan pada transmisi ≥ 70 kV. (Nugroho,2017)
Gambar 3 Saluran Transmisi Tenaga Listrik (Redfield,2004)
3. Distribusi
Setelah proses penyaluran, maka tegangan kembali diturunkan di Gardu Induk
sesuai kebutuhan untuk didistribusikan ke beban. Sehingga jaringan distribusi dalam
operasinya tidak bisa dipisahkan dari GI sisi distribusi yang berada di ujung transmisi
yang berfungsi mengatur level tegangan transmisi sesuai dengan level tegangan
distribusi untuk disalurkan ke beban. Beban adalah peralatan listrik di lokasi konsumen
yang memanfaatkan energi listrik dari sistem tersebut.
3. Beban.
Gambar 8 Diagram dari Sistem Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik (Hijriansyah,2012)
• Terdiri dari stasiun pembangkit (generating station)
• Transmission substation menyediakan servis untuk merubah dalam
menaikan dan menurunkan tegangan pada saluran tegangan yang
ditransmisikan serta meliputi regulasi tegangan.
• Percabangan hubungan antar substation (interconnecting substation) untuk
pasokan tenaga listrik yang berbeda untuk keperluan pengguna konsumer.
• Distribution Substation, pada bagian ini merubah tegangan aliran listrik dari
tegangan medium menjadi tegangan rendah dengan transformator step-
down, step down, dimana memiliki tap otomatis dan memiliki kemampuan
untuk regulator tegangan rendah.(Hijriansyah,2012)
d. Tegangan Transmisi.
a. Tegangan generator dinaikkan ke tingkat yang dipakai untuk transmisi
yaitu antara 11 kV dan 765 kV.
b. Tegangan extra-tinggi (Extra High Voltage – EHV) : 345 500 dan 765
kV.
c. Tegangan tinggi standar (High Voltage-HV standard) :115kV, 138kV,
dan 230kV
d. Untuk sistem distribusi, tegangan menengah yaitu antara 2,4kV dan
69kV. Umumnya antara 120V dan 69kV dan untuk tegangan rendah
yaitu antara 120V sampai 600V (Fiqi,2019)
Gambar 9 Klasifikasi Tegangan Untuk Power Industri dan Komersial Sistem Nilai Tegangan
(Yendy,2013)
Kategori sistem distribusi listrik dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Sistem Transmisi, dimana saluran tegangan antara 115kV sampai 800kV
2. Sistem Distribusi, dimana rentangan tegangan antara 120V sampai 69kV.
Distribusi listrik ini di bagi lagi menjadi tegangan menengah (2,4kV sampai
69kV) dan tegangan rendah (120V sampai 600V). (Yendy,2013)
Saluran Isolasi Gas (Gas Insulated Line/GIL) adalah Saluran yang diisolasi
dengan gas, misalnya: gas SF6, seperti gambar Karena mahal dan resiko terhadap
lingkungan sangat tinggi maka saluran ini jarang digunakan
Pada saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai
150kV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1 sirkuit
terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan penghantar
netralnya diganti oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila kapasitas daya yang
disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing phasa terdiri dari dua atau
empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle
Conductor. Jarak terjauh yang paling efektif dari saluran transmisi ini ialah 100km.
Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan jatuh (drop voltaje) terlalu besar,
sehingga tegangan diujung transmisi menjadi rendah.
3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30kV-150kV
Saluran transmisi ini menggunakan kabel bawah tanah, dengan alasan beberapa
pertimbangan :
1. Ditengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena
sangat sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower.
2. Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari
masyarakat, karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung
tinggi.
3. Pertimbangan keamanan dan estetika.
Suatu menara/ tower listrik harus kuat terhadap beban yang bekerja, antara
lain
1. Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan)
3. Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower.
a. Lattice tower
c. Concrete pole
1. Dead end tower, yaitu tiang akhir yang berlokasi didekat gardu induk, tower ini
hampir sepenuhnya menanggung gaya tarik.
2. Section tower, yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga dengan
sejumlah tower penyangga lainnya karena alasan kemudahan saat
pembangunan (penarikan kawat), umumnya mempunyai sudut belokan yang
kecil.
3. Suspension tower, yaitu tower penyangga, tower ini hampir sepenuhnya
menanggung daya berat, umumnya tidak mempunyai sudut belokan
4. Tension tower, yaitu tower penegang, tower ini menanggung gaya tarik yang
lebih besar dari pada gaya bert, umumnya mempunyai sudut belokan.
5. Transposision tower, yaitu tower tension yang digunakan sebagai tempat
melakukan perubahan posisi kawat fasa guna memperbaiki impendansi
transmisi.
6. Gantry tower, yaitu tower berbentuk portal digunakan pada persilangan antara
dua Saluran transmisi. Tiang ini dibangun di bawah Saluran transmisi existing.
7. Combined tower, yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi
yang berbeda tegangan operasinya.
3. Jenis Zig-zag, yaitu kawat fasa tidak berada pada satu sisi lengan tower.
2. Stub, bagian paling bawah dari kaki tower, dipasang bersamaan dengan
pemasangan pondasi dan diikat menyatu dengan pondasi.
3. Leg, kaki tower yang terhubung antara stub dengan body tower. Pada tanah
yang tidak rata perlu dilakukan penambahan atau pengurangan tinggi leg,
sedangkan body harus tetap sama tinggi permukaannya.
Gambar 21 Kabel Pentanahan Tower Transmisi
4. Common Body, badan tower bagian bawah yang terhubung antara leg dengan
badan tower bagian atas (super structure). Kebutuhan tinggi tower dapat
dilakukan dengan pengaturan tinggi common body dengan cara penambahan
atau pengurangan.
5. Super structure, badan tower bagian atas yang terhubung dengan common body
dan cross arm kawat fasa maupun kawat petir. Pada tower jenis delta tidak
dikenal istilah super structure namun digantikan dengan “K” frame dan bridge.
6. Cross arm, bagian tower yang berfungsi untuk tempat menggantungkan atau
mengaitkan isolator kawat fasa serta clamp kawat petir. Pada umumnya cross
arm berbentuk segitiga kecuali tower jenis tension yang mempunyai sudut
belokan besar berbentuk segi empat.
7. “K” frame, bagian tower yang terhubung antara common body dengan bridge
maupun cross arm. “K” frame terdiri atas sisi kiri dan kanan yang simetri. “K”
frame tidak dikenal di tower jenis pyramid.
8. Bridge, penghubung antara cross arm kiri dan cross arm tengah. Pada tengah-
tengah bridge terdapat kawat penghantar fasa tengah. Bridge tidak dikenal di
tower jenis pyramida.
9. Rambu tanda bahaya, berfungsi untuk memberi peringatan bahwa instalasi
SUTT/SUTET mempunyai resiko bahaya. Rambu ini bergambar petir dan
tulisan “AWAS BERBAHAYA TEGANGAN TINGGI”. Rambu ini
dipasang di kaki tower lebih kurang 5 meter diatas tanah sebanyak dua buah,
dipasang disisi yang mengahadap tower nomor kecil dan sisi yang menghadap
nomor besar.
11. Anti Climbing Device (ACD), berfungsi untuk menghalangi orang yang tidak
berkepentingan untuk naik ke tower. ACD dibuat runcing, berjarak 10 cm
dengan yang lainnya dan dipasang di setiap kaki tower dibawah Rambu tanda
bahaya.
12. Step bolt, baut panjang yang dipasang dari atas ACD ke sepanjang badan tower
hingga super structure dan arm kawat petir. Berfungsi untuk pijakan petugas
sewaktu naik maupun turun dari tower.
13. Halaman tower, daerah tapak tower yang luasnya diukur dari proyeksi keatas
tanah galian pondasi. Biasanya antara 3 hingga 8 meter di luar stub tergantung
pada jenis tower .
3. Andongan
Andongan Jaringan Andongan (sag) merupakan jarak lenturan dari suatu
bentangan kawat penghantar antara dua tiang penyangga jaringan atau lebih, yang
diperhitungkan berdasarkan garis lurus (horizontal) kedua tiang tersebut. Besarnya
lenturan kawat penghantar tersebut tergantung pada berat dan panjang kawat
penghantar atau panjang gawang (span). Berat kawat akan menimbulkan tegangan terik
pada kawat penghantar, yang akan mempengaruhi besarnya andongan tersebut.
2. Metode Dynamometer
Metode ini menggunakan alat dynamometer dan tabel andongan Martin.
5. Pertimbangan Desain
Tujuan dari sistem saluran udara adalah untuk mengalirkan sejumlah udara
melalui tiap outlet kedalam suatu ruangan yang dikondisikan pada tekanan total yang
telah ditentukan. Hal ini bertujuan untuk menjamin bahwa beban udara ruangan yang
diserap dan aliran udara yang baik dapat dicapai. Metode yang digunakan untuk
menentukan lay out ducting dan ukuran ducting harus menghasilkan suatu sistem
saluran udara yang tidak bising dan mampu mengalirkan udara dengan baik ke setiap
ruangan. Tingkat kebisingan yang rendah biasanya dicapai dengan kecepatan aliran
yang rendah, sementara kecepatan aliran udara yang tinggi cenderung untuk
menimbulkan kebisingan. Kebisingan juga dapat dikurangi dengan menggunakan
material yang lebih halus, menggunakan peredam kebisingan, dan menghindari
perubahan (penyempitan) yang mendadak pada ducting.
6. Konstruksi Ducting
a. Maximum Pressure Difference
Sistem saluran udara dibedakan berdasarkan perbedaan tekanan
maksimum antara udara didalam ducting dengan udara luar (atmosphere). Biasanya
untuk system saluran udara di gedung, tekanannya adalah kurang dari 750 Pa. Namun
pada umumnya aplikasi tekanan system saluran udara dapat dibedakan menjadi 3, yaitu
tekanan rendah, tekanan menengah dan tekanan tinggi. Untuk tekanan rendah biasanya
digunakan pada gedung – gedung komersial maupun kantor, tekanannya kurang dari
500 Pa, dengan kecepatan aliran udara sekitar 12 m/s. Untuk tekanan sedang berkisar
antara 500 Pa sampai dengan 1500 Pa, dengan kecepatan aliran udara sekitar 17,5 m/s.
Untuk system saluran udara di Industri, dimana seringkali digunakan ventilasi mekanik
dan untuk mengontrol polusi digunakan system saluran udara dengan tekanan yang
lebih tinggi dari 1500 Pa.(Firmansyah,2008)
b. Material Ducting
Underwriters Laboratory (UL) mengklasifikasikan system saluran
udara berdasarkan kemampuan materialnya untuk mudah terbakar dan menjalar serta
menghasilkan asap, untuk itu UL membaginya menjadi 3 kelas ;
a. Class 0. Ducting tahan api, tidak bisa terbakar dan tidak menghasilkan
asap.
b. Class 1. Ducting bisa terbakar namun tidak lebih dari 25% dan tidak
berlanjut.
c. Class 2. Suatu ducting bisa terbakar dengan kecepatan 50% dan rate
asap yang dihasilkan diberi nilai 100.
Sementara untuk bentuk ducting bisa dibedakan menjadi ducting
persegi (kotak), ducting bulat, ducting oval dan ducting fleksible sebagaimana di
tunjukan pada gambar 2. (Firmansyah,2008)
Gambar26 Berbagai tipe bentuk ducting, (a). Kotak, (b). bulat, (c). oval,
dan (d). Ducting fleksible (Firmansyah,2008)
7. Prosedur Desain
Prosedur untuk merencanaan suatu sistem saluran udara secara umum bisa
dijelaskan sebagai berikut :
a. Pelajari layout gedung atau ruangan yang akan dipasangi saluran udara,
rencanakan system suplai dan ekhaust untuk mendapatkan distribusi udara
untuk tiap ruangan dengan memperhitungkan jumla udara yang dibutuhkan
untuk ruangan termasuk untuk mengatasi beban panas dan kebocoran.
Tentukan jumlah suplai (inlet) dan ekhaust (outlet) yang dibutuhkan sesuia
dengan tekanan yang dibutuhkan.
b. Pilih ukuran outlet sesuai dengan yang ada di pasaran.
c. Pilih system saluran udara, hubungan inlet dan outlet yang telah ditentukan
posisi nya dengan system saluran udara tersebut, gunakan saluran udara tipe
bulat jika memungkinkan.
d. Bagi system saluran udara dalam section, tentukan suplai dan ekhaust
terminal, fitting, dan komponen – komponen ducting yang lain.
e. Tentukan ukuran ducting dengan menggunakan metode desain yang tepat.
Hitung tekanan total dari system, dan pilih fan.
f. Gambar layout system saluran udara dengan detail, jika ducting dan fitting
berubah hitung kembali kerugian tekanan total dan pilih kembali fan.
g. Sesuaikan ukuran ducting untuk memenuhi criteria balancing.
h. Analisa ducting yang sudah direncanakan terhadap noise.
Dimana ;
Jika kerugian dinamis dari suatu fitting saluran udara sama dengan
kerugian gesek dari suatu ducting dengan panjang equivalent Le,
dalam m, maka ;
Dimana
tekanan statis dari ujung ducting akan sama dengan tekanan pada section sebelumnya.
Sebagai contoh, suatu ection dari ducting persegi pada titik 1 – 2 ditunjukan
pada gambar. Ukuran dari ducting ini ditentukan sehingga v1 dan v2 kecepatan rata –
rata pada bidang 1 dan 2, dan V1 dan V2 adalah laju aliran vlume, dan A1 and A2 luas
penampang melintang. Kerugian tekanan total pada section 1 – 2 terdiri atas kerugian
gesekan pf1-2 dan kerugian dinamik pada aliran yang melewati diverging tee p1c,s.
Hubungan antara tekanan total pada bidang 1 dan 2 dapat dituliskan sebagai berikut :
(7.34)
Untuk setiap section ducting pada bidang n – 1 dan n, jika kerugian koefisien
total pada fitting adalah cn, dan koefisien kerugian adalah C(n-1)c,s maka kecepatan
aliran pada ducting tersebut ;
2
[1 − (𝐶(𝑛−1) 𝐶2 𝑆)𝑉𝑛−1 − ∆𝑝𝑓,𝑢 𝑙𝑛]0.5
{ }
1 + 𝐶𝑛
4. T method
T – method diaplikasikan berdasarkan ide tree staging sehingga
dinamakan sebagai T method. Tujuan dari methode ini adalah untuk mengoptimasikan
ratio antara kecepata pada setiap section saluran udara. T method ini terdiri dari
prosedure sebagai berikut;
Isolator pada sistem transmisi tenaga listrik disni berfungsi untuk penahan
bagian konduktor terhadap ground. Isolator disini bisanya terbuat dari bahan
porseline, tetapi bahan gelas dan bahan isolasi sintetik juga sering digunakan disini.
Bahan isolator harus memiiki resistansi yang tinggi untuk melindungi kebocoran arus
dan memiliki ketebalan yang secukupnya (sesuai standar) untuk mencegah breakdown
pada tekanan listrik tegangan tinggi sebagai pertahanan fungsi isolasi tersebut.
Kondisi nya harus kuat terhadap goncangan apapun dan beban konduktor.
Jenis isolator yang sering digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau
gelas. Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan menjadi :
a. isolator jenis pasak
b. isolator jenis pos-saluran
c. isolator jenis gantung
1. Kegagalan Listrik
Istilah kegagalan listrik (Inggris: electrical breakdown), atau tembus listrik atau
dadalan elektrik, memiliki sejumlah arti. Istilah ini bisa berarti gangguan pada sebuah sirkuit
listrik. Kegagalan listrik bisa pula berarti berkurangnya hambatan dengan amat pesat pada
sebuah isolator elektrik yang menyebabkan lompatan bunga api listrik di sekeliling atau di
sepanjang isolator. Peristiwa ini bisa hanya bersifat sementara (seperti dalam
sebuah pengosongan elektrostatik), atau bisa pula menyebabkan pengosongan busur
elektrik yang berlangsung terus-menerus jika peranti pelindung gagal merintangi arus dalam
sebuah sirkuit daya tinggi.
Arti dari electrical breakdown yang paling umum berhubungan dengan mobil dan
merupakan gangguan pada jaringan listrik yang berakibat pada hilangnya fungsi kendaraan.
Permasalahan yang umum terjadi bisa berupa pengosongan baterai, kegagalan alternator, kabel
yang rusak, ledakan sekering, dan kerusakan pada pompa bahan bakar.
Arti electrical breakdown yang kedua merujuk pada kegagalan isolatornya sebuah kabel
listrik atau komponen listrik yang lain. Kegagalan seperti ini biasanya mengakibatkan hubungan
pendek atau sekering yang meledak. Ini terjadi pada tegangan dadal. Kegagalan isolator yang
sesungguhnya sering terjadi dalam penerapan tegangan tinggi yang kadang-kadang menyebabkan
pembukaan sebuah pemutus sirkuit pelindung. Electrical breakdown sering pula diasosiasikan
dengan kegagalannya bahan isolasi padat atau cair yang digunakan dalam kondensatormaupun
transformator tegangan tinggi di kabel distribusi listrik. Electrical breakdown juga bisa terjadi di
sepanjang sejumlah dawai isolator yang dipasang pada saluran listrik, di dalam kabel listrik bawah
tanah, atau kabel yang membusur pada cabang pohon terdekat. Dalam tekanan listrik yang cukup
kuat, electrical breakdown bisa berlangsung di dalam zat padat, cair, atau gas. Namun, mekanisme
kegagalan yang spesifik sangat berbeda di setiap fase dielektrik. Kesemua ini menyebabkan
kerusakan instrumen yang membahayakan.
4. Peranti Distruptif
5. Mekanisme
Electrical breakdown terjadi di dalam sebuah gas (atau campuran berbagai gas,
seperti udara) saat gas itu memiliki kuat dielektrik yang berlebihan. Kawasan tekanan
listrik yang tinggi bisa menyebabkan gas di dekatnya mengalami ionisasi sebagian dan
mulai bersifat konduktif. Hal ini dilakukan dengan sengaja dalam lucutan/pengosongan
bertekanan rendah seperti dalam lampu pendarfluor (lihat pula pengosongan
elektrostatik) atau dalam sebuah pengendap elektrostatik.
Tembus listrik sebagiannya udara menyebabkan ozon berbau "udara segar" saat terjadi
hujan badai berpetir atau ozon di sekitar peralatan tegangan tinggi. Meski udara
biasanya merupakan isolator yang sempurna, tapi saat ditekan oleh tegangan tinggi
(kuat medan listriknya sekitar 3 x 106V/m[1]), udah mulai terurai, menjadi bersifat
konduktif sebagian. Jika tegangannya cukup tinggi, dadalan elektrik udara yang
sepenuhnya akan berpuncak pada loncatan bunga api listrik atau busur elektrikyang
menjembatani seluruh celah percik. Loncatan bunga api listrik yang ditimbulkan
oleh listrik statis mungkin sedikit kedengaran, tapi latu elektrik yang lebih besar sering
dibarengi dengan bunyi yang keras. Kilat merupakan salah satu contoh dari loncatan
bunga api listrik yang sangat besar dan panjangnya mencapai bermil-mil. Warna latu
elektrik tergantung pada gas-gas yang menyusun media gas.
Pengosongan elektrostatik memperlihatkan filamen-filamen plasma yang
mirip kilat dari sebuah kumparan Tesla.
Jika sekering atau pemutus sirkuit gagal merintangi arus melalui latu elektrik dalam
sebuah rangkaian tenaga, arus terus melaju, membentuk busur elektrik yang sangat
panas. Warna latu elektrik sangat bergantung pada bahan konduktor (saat bahan
konduktor itu menguap dan bercampur di dalam plasmapanas di dalam busur). Meski
latu dan lompatan bunga api listrik biasanya tidak diinginkan, kedua fenomena itu bisa
berguna dalam penerapan sehari-hari seperti busi untuk mesin
bensin, pengelasan listriknya logam, atau peleburan logam di dalam sebuah tanur busur
listrik
a. Isolator
Jenis isolator yang digunakan pada saluran transmisi adalah jenis porselin atau
gelas.
a. Jenis Isolator
Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan menjadi:
Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada saluran
transmisi dengan tegangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-33 kV), sedangkan
isolator gantung dapat digandeng menjadi rentengan/rangkaian isolator yang
jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. (DS, 2014)
b. Pasangan Isolator
Pasangan isolator terbuat dari besi baja yang ukurannya disesuaikan dengan tegangan,
jenis dan ukuran penghantar, kekuatan mekanis, serta konstruksi penopangnya.
Dengan demikian dikenal baut-U, klevis, link, mata, ball and socket dsb., permukaan
logam ini biasanya digalvanisasi. Pasangan Isolator terdiri dari sebagai berikut:
a. Busur Tanduk/Tanduk Api dan Cincin Perisai
Bila terjadi lompatan api (flashover) pada gandengan isolator, maka isolatornya
akan rusak karena busur apinya. Untuk menghindari kerusakan ini, maka pada
gandengan isolator gantung dan isolator batang panjang dipasang busur tanduk
(arching-horns). Busur tanduk ditempatkan pada bagian atas dan bawah dari
gandengan isolator, serta dibentuk sedemikian rupa sehingga busur api tidak akan
mengenai isolator waktu lompatan api terjadi.
Jarak antara tanduk atas dan bawah biasanya 75-85 % dari panjang gandengan.
Tegangan lompatan api untuk gandengan isolator dengan busur tanduk ditentukan oleh
jarak tanduk ini. Busur tanduk biasanya dipakai untuk saluran transmisi dengan
tegangan diatas 110 kV, atau diatas 66 kV didaerah-daerah dengan tingkat isokeronik
yang tinggi. Cincin perisai diapasang pada ujung kawat dari isolator untuk mencegah
terjadinya korona pada ujung tersebut. Efek pencegahan korona juga dimiliki oleh
busur tanduk ini.
b. Jepitan
Untuk penghantar dipakai pengapit gantungan (suspension clamps) dan
pengapit tarikan (tension clamps) sedang untuk kawat tanah dipakai pengapit
sederhana. Ada dua jenis pengapit gantung, yang satu dengan batang pelindung dan
yang lain tanpa batang pelindung (armor rods). Pengapit dipilih dengan
memperhatikan macam dan ukuran kawat, kuat tarik maksimumnya, serta dibentuk
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kerusakan dan kelelahan karena getaran
(vibration) dan sudut andongan dari kawat.
c. Karakteristik Isolator Jaringan
Karakteristik pada isolator dapat dibagi menjadi:
1. Karakteristik Isolator
a. Mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi agar dapat menahan beban kawat
penghantar
b. Memiliki konstanta dielektrikum (relative permittivity) yang tinggi, agar
memberikan kekuatan dielektrik (dielectric strength) tinggi juga.
c. Mempunyai tahanan isolasi (insulation resistance) yang tinggi agar dapat
menghindari kebocoran arus ke tanah
d. Mempunyai perbandingan (ratio) yang tinggi antara kekuatan pecah dengan
tegangan loncatan api (flash over voltage)
e. Menggunakan bahan yang tidak berpori-pori dan tidak terpengaruh oleh
perubahan temperatur
f. Bebas dari kotoran dari luar dan tidak retak maupun tergores, agar dapat
dilewati oleh air atau gas di atmosfir
g. Mempunyai kekuatan dielektrik (dielectric strenght) dan kekuatan mekanis
(mechanis strenght) yang tinggi
h. Bahan yang mampu mengisolir atau menahan tegangan yang mengenainya
i. Tidak terlalu berat
2. Karakteristik Elektris
Isolator memiliki dua elektroda yang terbuat dari bahan logam berupa besi atau
baja campuran sebagai tutup (cap) dan pasak (pin) yang dipisahkan oleh bahan isolasi.
Dimana tiap bahan isolasi mempunyai kemampuan untuk menahan tegangan yang
mengenainya tanpa menjadi rusak, yang disebut dengan kekuatan dielektrikum.
Apabila tegangan diterapkan pada isolator yang ideal di kedua elektroda tersebut, maka
dalam waktu singkat arusnya yang mengalir terhenti dan didalam bahan isolasi terjadi
suatu muatan (Q). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan tegangan (V) diantara kedua
elektroda. Besarnya muatan itu adalah :
Q = C.V
Dimana nilai kapasitas C tergantung pada nilai konstanta dielektrik dari suatu
bahan uang terdapat diantara kedua elektroda tersebut. Makin tinggi nilai konstanta
dielektrikum suatu bahan isolasi makin besar kapasitansi isolasi tersebut.
Untuk bahan isolasi porselin dan gelas nilai konstante dielektriknya lebih tinggi
dibandingkan dengan bahan-bahan isolasi yang lain. Bandingkan konstante dielektrik
bahan-bahan di bawah ini.
Jenis ε Jenis ε
Bahan Bahan
Ebonit 2,8 Parafin 2,1 – 2,5
Fiber 2,5 – 5 Kertas 2,0 – 2,6
Gelas 5,4 – 9 Porselin 5,7 – 6,8
Mika 2,5 – 6,6 Air 2,0 – 3,5
Minyak 2,2 – 6,6 Kayu 2,5 – 7,7
Selain nilai konstanta dielektrik yang mempengaruhi nilai kapasitansi, luas dan
tebalnya suatu bahan mempengaruhi juga nilai kapitansi tersebut. Makin besar volume
suatu bahan makin bertambah tinggi muatannya, dan makin besar nilai kapasitansinya
yang ditentukan dengan persamaan.
C=ε
A
4πd
Dimana :
C = kapasitansi suatu bahan (Farad)
ε = konstanta dilektrikum
A = luas permukaan bahan (m2)
d = diameter atau tebal bahan (m)
Nilai kapasitansi ini akan diperbesar lagi karena kelembaban udara, debu, panas
udara, kerusakan mekanis, proses kimia serta tegangan lebih yang mempengaruhi
permukaan dari bahan isolasi tersebut. Oleh karena itu pendistribusian tegangan pada
bahan isolasi tidak seragam, dan lebih besar pada bagian yang terkena tegangan. Hal
ini disebabkan terjadinya arus kebocoran (leakage current) yang melalui permukaan
bahan tersebut. Arus kebocoran ini kecil kalau dibandingkan dangan arus yang
mengalir pada bahan isolasi tersebut, yang besarnya adalah :
V
Il = R
i
Dimana :
Il = arus kebocoran dalam Ampere
V = tegangan yang melaluinya dalam Volt
Ri = tahanan isolasi dalam Ω
Hal tersebut diatas membuat isolator manjadi tidak ideal, yang seharusnya arus
mengalir berhenti dalam waktu yang singkat, akan tetapi turun perlahan-lahan.
Akan tidak ideal lagi isolator tersebut apabila terjadi tegangan yang diterapkan diantara
kedua elektroda isolator tersebut mengalami tegangan loncatan api (flash over voltage)
atau tegangan tembus pada isolator ini.
Dalam sistim tenaga listrik tegangan loncatan api ini biasa dikatakan sebagai
tegangan lebih (over voltage) yang ditimbulkan dari dua sumber. Pertama sumber
berasal dari sistim itu sendiri yang berupa hubungan singkat (short circuit), sedang
yang kedua sumber dari luar sistim biasa disebut gangguan sambaran petir.
Tegangan Tembus merupakan Tegangan di mana isolasi antara dua konduktor akan
rusak. Tegangan ini harus setidaknya 50 % ~ 100 % lebih besar dari tegangan kapasitor
dinilai. Tegangan tembus inilah yang terutama menentukan nilai suatu isolator sebagai
penyekat dan menunjukkan kekuatan dielektrik dari isolator yang besarnya untuk tiap-
tiap isolator berbeda-beda.
Isolator terdiri dari bahan porselin yang diapit oleh elektroda-elektroda.
Dengan demikian isolator terdiri dari sejumlah kapasistansi. Kapasistansi ini
diperbesar oleh terjadinya lapisan yang menghantarkan listrik, karena kelembaban
udara, debu dan bahan-bahan lainnya pada permukaan isolator tersebut. Karena
kapasistansi ini maka distribusi tegangan pada saluran gandengan isolator tidak
seragam. Potensial pada bagain yang terkena tegangan (ujung saluran) adalah paling
besar dengan memasang tanduk busur api (arcing horn), maka distribusi tegangan
diperbaiki.
Tegangan lompatan api (flashover voltage) pada isolator terdiri atas tegangan-tegangan
lompatan api frekuensi rendah (bolak-balik), impuls dan tembus dalam minyak (bolak-
balik frekuensi rendah).
Tegangan lompatan api frekuensi rendah kering adalah tegangan lompatan apai
yang terjadi bila tegangan diterapkan diantara kedua elektroda isolator yang bersih dan
kering permukaanya, nilai konstanta serta nilai dasar karakteristik isolator. Tegangan
lompatan api basah adalah tegangan lompatan api yang terjadi bila tegangan diterapkan
diantara tegangan kedua elektroda isolator yang basah karena hujan, atau dibasahi
untuk menirukan hujan.
Tegangan lompatan api impuls adalah tegangan lompatan api yang terjadi bila
tegangan impuls dengan gelombang standar diterapkan. Karakteristik impuls terbagi
atas polaritas positif dan negatif. Biasanya tegangan dengan polaritas positif (yang
memberikan nilai loncatan api yang rendah) yang dipakai. Untuk polaritas positif
tegangan loncatan api basah dan kering sama.
Tegangan tembus (p’uncture) frekuensi rendah menunjukan kekuatan dielektrik dari
isolator, dan terjadi bila tegangan frekuensi rendah diterapkan antara kedua elektroda
isolator yang dicelupkan pada minyak sampai isolator tembus. Untuk isolator dalam
keadaan baik tegangan tembus ini lebih tinggi dari tegangan loncatan api frekuensi
rendah, dan nilainya kira-kira 140 kV untuk isolator gantung 250 mm.
3. Karakteristik Mekanis
Selain harus memenuhi persyaratan listrik, isolator harus memiliki kekuatan
mekanis guna memikul beban mekanis penghantar yang diisolasikannya. Porselin
sebagai bagian utama isolator, mempunyai sifat sebagai besi cor, dengan tekanan-
tekanan yang besar dan kuat-tarik yang lebih kecil. Kuat tariknya biasanya 400-900
kg/cm2, sedangkan kuat tekanannya 10 kali lebih besar.
Porselin harus bebas dari lubang-lubang (blowholes) goresan-goresan,
keretakan-keretakan, serta mempunyai ketahanan terhadap perubahan suhu yang
mendadak tumbukan-tumbukan dari luar. Gaya tarik isolator yang telah dipasang
relatif besar, sehingga kekuatan porselin dan bagian-bagian yang disemenkan padanya
harus dibuat besar dari kekuatan bagian-bagian logamnya. Kekuatan mekanis dari
isolator gantung dan isolator batang panjang harus diuji untuk mengetahui kemampuan
mekanis dan keseragamannya. Kekuatan jenis ini dan line post ditentukan oleh
kekuatan pasaknya (pin) terhadap moment tekukan (bending momen) oleh penghantar.
Pengkajian kekuatannya karena itu dilakukan dengan memberikan beban kawat secara
lateral terhadap pasak.
Dalam perencanaan saluran transmisi udara, tegangan lebih pada isolator
merupakan faktor penting. Ditempat-tempat dimana pengotoran udara tidak
mengkhawatirkan, surja-hubung (switchingsurge) merupakan faktor penting dalam
penentuan jumlah isolator dan jarak isolator. Karakteristik lompatan api dari surja-
hubung lain dari karakteristik frekuensi rendah dan impuls (Holong, 2011)
Gambar 33 AAC, ACCC, AAAC, ACSR, ACAR, TACSR, LVTC dan BCC (Alfiana, 2018)
Keterangan gambar :
1. Primery power lines
2. Kawat tanah (groundwire)
3. Overhead lines
4. Trafo pengukuran
5. DS (disconecting switch)
6. Circuit breaker
7. Trafo arus
8. Lightning Arester
9. Trafo daya
10. Pusat pengontrol
11. Pagar pengaman
12. Secondary power lines
Kawat tanah atau "ground wires" juga disebut kawat pelindung (shield wires),
gunanya untuk melindungi kawat-kawat penghantar atau kawat-kawat fasa terhadap
sambaran petir. Jadi kawat tanah itu dipasang diatas kawat fasa, sebagai kawat tanah
umumnya digunakan kawat baja (steel wires) yang lebih murah, tetapi tidak jarang
digunakan ACSR.
Konduktor adalah media untuk tempat mengalirkan arus listrik dari
Pembangkit listrik ke Gardu induk atau dari GI ke GI lainnya, yang terentang lewat
tower-tower. Konduktor pada tower tension dipegang oleh tension clamp, sedangkan
pada tower suspension dipegang oleh suspension clamp. Dibelakang clamp tersebut
dipasang rencengan isolator yang terhubung ke tower. Sedangkan Kawat Tanah atau
Earth wire (kawat petir / kawat tanah) adalah media untuk melindungi kawat fasa dari
sambaran petir. Kawat ini dipasang di atas kawat fasa dengan sudut perlindungan yang
sekecil mungkin, karena dianggap petir menyambar dari atas kawat (Nur, 2019)
6. Komponen Pengaman
1. Komponen pengaman (pelindung) pada transmisi tenaga listrik memiliki fungsi
sangat penting
2. Komponen pengaman pada saluran udara transmisi tegangan tinggi, antara lain
:
a. Kawat tanah, grounding dan perlengkapannya, dipasang di sepanjang jalur
SUTT. Berfungsi untuk mengetanahkan arus listrik saat terjadinya gangguan
(sambaran) petir secara langsung.
b. Pentanahan tiang, Untuk menyalurkan arus listrik dari kawat tanah (ground
wire) akibat terjadinya sambaran petir. Terdiri dari kawat tembaga atau kawat
baja yang di klem pada pipa pentanahan dan ditanam di dekat pondasi tower
(tiang) SUTT.
c. Jaringan pengaman, berfungsi untuk pengaman SUTT dari gangguan yang
dapat membahayakan SUTT tersebut dari lalu lintas yang berada di bawahnya
yang tingginya melebihi tinggi yang dizinkan
d. Bola pengaman, dipasang sebagai tanda pada SUTT, untuk pengaman lalu
lintas udara (Fredya, 2019)
b. Induktansi
Induktansi adalah sifat rangkaian yang menghubungkan tegangan yang
diimbaskan oleh perubahan fluks dengan kecepatan perubahan arus [2]. Persamaan
awal yang dapat menjelaskan induktansi adalah menghubungkan tegangan imbas
dengan kecepatan perubahan fluks yang meliputi suatu rangkaian. Tegangan imbas
adalah
𝑑𝜏
𝑒=
𝑑𝑡
Dimana: e = Tegangan imbas volt (V)
𝜏 = Banyaknya fluks gandeng rangkaian (weber-turns)
Banyaknya weber-turns adalah hasil perkalian masing-masing weber dari fluks
dan jumlah lilitan dari rangkaian yang digandengkannya. Jika arus pada rangkaian
berubah-ubah, medan magnet yang ditimbulkannya akan turut berubah-ubah. Jika
dimisalkan bahwa media di mana medan magnet ditimbulkan mempunyai
permeabilitas yang konstan, banyaknya fluks gandeng berbanding lurus dengan arus,
dan karena itu tegangan imbasnya sebanding dengan kecepatan perubahan arus,
𝑑𝑖
𝑒=𝐿
𝑑𝑡
Dimana : L = Konstanta kesebandingan induktansi (H)
𝑑𝑖
= Kecepatan perubahan arus (A/s).
𝑑𝑡
gandeng dengan rangkaian 1 sebanyak 12 maka induktansi timbal baliknya adalah:
ψ12
𝑀12 = (𝐻)
𝐼2
Jika saluran dicatu oleh suatu transformator yang mempunyai sadapan tengah
yang ditanahkan, beda potensial antara kedua penghantar tersebut dan kapasitansi ke
tanah (kapasitansi ke netral), adalah muatan pada penghantar per satuan beda potensial
antara penghantar dengan tanah. Jadi kapasitansi ke netral untuk saluran dan kawat
adalah dua kali kapasitansi antara penghantar-penghantar
2𝜋𝑘
𝐶𝑎𝑛 = (𝐹/𝑀)
𝑑
𝑙𝑛 ( 𝑟 )
Nugroho.2012.Saluran Transmisi
https://kelasonlineblog.wordpress.com/saluran-transmisi/
https://www.psychologymania.com/2013/04/sistem-transmisi-tenaga-listrik.html
https://www.warriornux.com/transmisi-tenaga-listrik/
Daman.2010.Analisis Andongan
https://daman48.files.wordpress.com/2010/11/materi-7-analisis-andongan-jaringan-
distribusi.pdf
http://anak-elektro-ustj.com/2012/03/sistem-tenaga-listrik-pusat-pembangkit.html