PEDOMAN TEKNIS
KESELAMATAN DAN KESEHATAN
KERJA (K3)
UNTUK AKREDITASI LABORATORIUM
LINGKUNGAN
Nomor terbit : 1
Juli 2009
1 Pendahuluan 1
2 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium 1
3 Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium 1
4 Penanggulangan Tanggap Darurat 9
Daftar Pustaka 10
Pedoman Teknis
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
untuk Akreditasi Laboratorium Lingkungan
1 Pendahuluan
Pedoman Teknis K3 ini diterbitkan sebagai penjelasan Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 06
Tahun 2009 tentang Laboratorium Lingkungan yang merupakan persyaratan tambahan untuk akreditasi laboratorium
pengujian parameter kualitas lingkungan.
1) Laboratorium menetapkan kebijakan dan prosedur K3 serta menjamin komitmen terhadap penerapannya.
2) Menetapkan personil yang bertanggungjawab terhadap penerapan K3.
3) Menetapkan perencanaan pengadaan dan pemeliharaan fasilitas K3, simulasi kecelakaan kerja dengan
periode tertentu, pelatihan K3, pemeriksaan kesehatan terhadap tenaga kerja laboratorium secara rutin
dan sebagainya.
4) Melakukan evaluasi penerapan K3.
5) Memelihara rekaman kegiatan K3, antara lain laporan kecelakaan kerja, hasil evaluasi penerapan dan
sebagainya.
Tabel 1. Deskripsi ranking bahaya dengan skala 0 - 4 yang terdapat pada label bahaya
2) Komunikasi bahaya
• Memasang sensor bahaya atau alarm di lokasi yang mudah menimbulkan kebakaran.
• Memasang simbol lokasilokasi tertentu yang berkaitan dengan bahan kimia beracun dan berbahaya.
• Contoh komunikasi bahaya karakteristik bahan dan simbol yang terdapat pada label yang berkaitan dengan
K3, seperti pada Tabel 2.
2 dari 11
Laboratorium harus mempunyai peraturan umum bekerja di laboratorium untuk menghindari kecelakaan kerja. Seperti
larangan makan, minum, merokok, tidur di laboratorium dan memasak terutama yang menggunakan peralatan-peralatan
laboratorium.
2) Bak cuci
• Laboratorium harus mempunyai bak cuci, selain digunakan untuk mencuci peralatan gelas laboratorium
dapat juga digunakan ketika pekerja laboratorium terkena bahan kimia pada kulitnya.
3 dari 11
4) Eye wash
5) Perlengkapan kerja
• Perlengkapan kerja dipakai sesuai dengan bahan kimia yang digunakan seperti, baju kerja (jas
laboratorium), kaca mata pengaman, sepatu tertutup, sarung tangan dan masker ketika melaksanakan
pengujian,
6) Exhaust-fan
Exhaust-fan disarankan digunakan pada ruangan tertentu seperti ruang preparasi atau pada ruang
penyimpanan bahan kimia.
7) Pemadam kebakaran
Alat pemadam api ringan (APAR) adalah suatu peralatan pemadam kebakaran yang berisi media pemadam
kebakaran yang dikeluarkan melalui tekanan dari dalam tabung melalui pompa tangan yang tersedia. Alat
pemadam kebakaran ini dapat dibawa dan dijinjing serta dapat dioperasikan oleh satu orang.
Bahan atau media pengisi APAR terbagi atas 3 jenis, yaitu:
- jenis padat : dry powder chemical
- jenis cair : foam atau busa
- jenis gas : CO2 , N2
Cara megguakan alat pemadam kebakaran sebagai berikut :
- Gunakan dalam bentuk semburan;
- Jangan disemprotkan secara langsung ke sumber kebakaran;
- Segera isi ulang setelah dipakai meskipun belum benarbenar kosong;
Penggunaan APAR disesuaikan bahanbahan penyebab kebakaran penggolongan jenis kebakaran:
Penggolongan jenis kebakaran terbagi atas beberapa kelas, yaitu kelas A, B, C, dan D. Penggolongan ini
didasarkan pada jenis seperti pada tabel 5.
Alat bantu pemadam kebakaran lainnya adalah karung/goni basah, pasir dan baju tahan api.
8) Alarm
Bahan kimia harus disimpan sesuai dengan karakteristik masingmasing bahan kimia. Penyimpanan bahan kimia
secara umum seperti pada Tabel 3.
6 dari 11
1 Bahan Mudah Terbakar • Suhu ruangan dingin (< 21°C) dan berventilasi.
• Jauhkan dari sumber api dan sumber panas, t
Tersedia alat pemadam kebakaran.
•
2 Bahan mudah meledak • Suhu ruangan dingin dan berventilasi
• Jauhkan dari panas api
• Hindarkan dari gesekan/tumbukkan mekanis
7 dari 11
K E L AS LG
1 2A 2B 3A 3B 4.1A 4.1B 4.2 4.3 5.1A 5.1B 5.1C 5.2 6.1A 6.1B 6.2 7 8A 8B 10-13
P EN Y IM P AN AN K 3)
Bahan mudah
1 1 1
meledak
Gas-gas bertekanan
2A 2A 1 4 1 6 1
cair dan terlarut
Kontainer—kontainer
2B (wadah) gas 2B 4 1 1 1 1 1 6 4 4 1
bertekanan kecil
Cairancairan mudah
3A 3A 1 1 1 6 5 5 3
terbakar
Cairancairan mudah
3B 3B 1 2 4 4 1 1 6
terbakar
Padatan mudah
4.1A 4.1A 2 1 2 1 2 2 2
terbakar
4.1B 4.1B 4 2 4 4 1 1 1 6
Bahanbahan mudah
4.2 terbakar secara 4.2 4 4 6 4 4 4
spontan
Bahanbahan yang
jika terkena air
4.3 4.3 4 4 4 6 4 4 4
menjadi gas mudah
terbakar
Bahanbahan mudah
5.1A 5.1A
teroksidasi
5.1B 5.1B 1 1 1 1 1 1 6 1 1
5.1C 5.1C 1 1 1 1 6 1 1 1
8 dari 11
d) Bila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar;
e) Bawa ke tempat yang cukup oksigen;
f) Hubungi paramedik secepatnya (dokter, rumah sakit) atau melalui telepon darurat.
b. luka karena basa kuat KOH, NaOH dan amonia cair atau kapur tohor, tindakan penyelamatannya adalah :
i. siram dengan air mengalir;
ii. netralkan dengan asam borat 4% atau asam asetat 1%.
3) Kecelakaan akibat kebakaran Untuk menangulangi kebakaran, diperlukan alat pemadam kebakaran yang sesuai
dengan jenis kebakarannya.
DAFTAR PUSTAKA
10 dari 11
13 Standar Nasional Indonesia, SNI 1919571990, Pedoman Pengawasan Kesehatan Kerja, ICS 13.100, Badan
Standardisasi Nasional, BSN.
14 Standar Nasional Indonesia 1902291987 ”Keselamatan Kerja Pekerjaan Di Dalam Ruangan Tertutup”, Dewan
Standardisasi Nasional, DSN.
15 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : PER.02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan
Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
16 Undangundang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
11 dari 11