Proses Produksi Gula Di PG Kebon Agung PDF
Proses Produksi Gula Di PG Kebon Agung PDF
Pabrik gula Kebon Agung menghasilkan produk utama gula kristal putih 1 dengan
kualitas 1A dan hasil sampingnya adalah ampas, tetes, dan blotong. Proses pemurniannya
menggunakan belerang dan kapur untuk pemisahan dari nira jernihnya. Faktor utama yang
menentukan mutu hasil produksi adalah pada bahan dasar. Dalam hal ini tergantung pada
bahan baku dan bahan-bahan pembantu. Proses produksi gula terbagi atas beberapa proses,
yaitu penggilingan, pemurnian, penguapan, pemasakan/pengkristalan, putaran
pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan. Pada PG Kebon Agung proses tersebut
terbagi dalam beberapa stasiun yaitu : stasiun penggilingan, stasiun pemurnian, stasiun,
penguapan, stasiun masakan, stasiun putaran, dan stasiun pembungkusan.
Bahan baku yang digunakan di PG Kebon Agung adalah tebu yang berasal dari
petani dan dikoordinir oleh Koperasi Unit Desa (KUD). Untuk memenuhi kebutuhan
pabrik, tebu didatangkan dari 3 sumber yaitu tebu rakyat, tebu pabrik, dan tebu dari luar
daerah. Untuk menjaga kuantitas produksi maka selalu diadakan penyuluhan, kebun-kebun
percobaan untuk tebu giling, dan perluasan penyediaan bibit sehingga kebutuhan tercukupi.
Semua kegiatan ini dilakukan oleh KUD setempat.
Proses produksi gula khususnya gula pasir pada pabrik gula di Indonesia
menggunakan tanaman tebu sebagai bahan baku, begitu pula di PG Kebon Agung. Secara
garis besar proses pembuatan gula dimulai dari bahan baku tebu sampai menjadi gula
kristal dengan melewati lima tahapan proses, yaitu :
1. Proses pemerahan tebu menjadi nira di stasiun gilingan.
2. Proses pengendapan kotoran dari nira di stasiun pemurnian.
3. Proses pemekatan nira encer menjadi nira kental di stasiun penguapan.
4. Proses kristalisasi gula di stasiun masakan.
5. Proses pemisahan kristal gula di stasiun putaran.
Proses produksi gula ini di mulai dari stasiun gilingan, namun sebelum masuk stasiun
gilingan, tebu yang di angkut oleh truk di timbang terlebih dahulu di penimbangan tebu.
Setelah itu tebu di angkat oleh crane untuk di masukkan ke dalam meja tebu. Kemudian
1
dengan carrier atau konveyor yang terdiri dari rantai pendorong digeser ke atas dan tebu
dimasukkan ke auxillary carrier yang akan membawa tebu ke leveller. Leveller berfungsi
meratakan tebu pada cane carrier agar permukaan tidak terlalu tebal dan rata sehingga
kerja cane cutter tidak terlalu berat. Hasil keluaran dari leveller adalah tebu yang
berukuran sama panjang diteruskan ke cane cutter yang berjumlah 2 buah. Cane cutter
berfungsi memotong tebu menjadi potongan – potongan pendek kemudian dilanjutkan dan
dimasukkan ke HDS (Heavy Duty Hummer Schredder) untuk menggiling potongan –
potongan tebu yang pendek dari cane cutter sehingga menjadi serat – serat tebu yang
siap diperas. Setelah itu serat tebu dibawa ke Roll gilingan yang berjumlah 5 buah
(mill ke 1 – mill ke 5) pada stasiun penggilingan secara perlahan oleh main
carrier. Pada stasiun penggilingan terdapat proses pemerahan dengan ditambahkan air
imbibisi (air bertemperatur tinggi 50 – 100°C) sehingga diperoleh nira mentah yang akan
ditampung pada bak penampungan nira, sedangkan bagasse atau ampas tebu hasil dari
penggilingan ini dibawa ke penampungan bagasse guna persediaan setelah buka giling
tahun berikutnya, dan persediaan terdahulu bisa dijual ke pabrik kertas untuk bahan baku
pembuatan kertas. Selain itu bagasse merupakan bahan baku utama pansupply stasiun ketel
yang akan digunakan sebagai bahan bakar ketel untuk memproduksi uap yang digunakan
untuk proses produksi dalam pabrik gula kebon agung.
Nira mentah hasil gilingan langsung dibawa ke stasiun pemurnian untuk dicampur
dengan larutan kapur dan gas SO2 untuk mempercepat pengendapan dan mengikat kotoran
yang berasal dari tanah yang masih menempel pada tebu, sehingga didapatkan hasil nira
encer atau nira bersih dan ampas berupa kotoran yang disebut blotong. Kemudian nira
encer tersebut diuapkan di stasiun penguapan untuk diperoleh nira kental dan didapatkan
air kondensat untuk mengisi ketel uap yang berada pada stasiun ketel. Dari stasiun
penguapan, nira kental dimasak di stasiun masakan agar terbentuk kristal-kristal gula
(sucrose). Dan diperoleh cairan masecuite yang berwarna coklat pekat dan dihasilkan pula
air kondensat untuk pengisi ketel uap. Selanjutnya masecuite diproses lanjut di stasiun
putaran untuk memisahkan antara kristal gula dan cairan. Di stasiun putaran selain
dihasilkan kristal gula D1 yang berwarna coklat juga dihasilkan cairana tetes. Kemudian
gula D1 diproses lanjut di stasiun putaran 2 dan diperoleh kristal gula D2 yang berkristal
halus berwarna krem dan cairan sisa yang disebut klare. Setelah itu kristal gula D2 kembali
diproses di staisun putaran 3 dan dihasilkan gula C atau gula SHS yang memiliki ukuran
kristal yang sedikit agak besar dengan warna putih keruh.
2
Gula SHS yang dihasilkan dari stasiun putaran menuju ke talang goyang dan
masuk ke pengering dengan menggunakan pemanas / heater elemen listrik kemudian
masuk ke elevator, setelah dari elevator masuk ke saringan getar untuk diperoleh
ketiga jenis kristal gula yaitu : kasar, sedang dan halus. Kristal gula kasar dan halus
dimasak kembali ke stasiun masakan dengan cara dicairkan kembali dan dikristalkan ulang
sedangkan kristal gula yang berukuran sedang sebagai produk yang kemudian dikemas di
stasiun pembungkusan yang sebelumnya terlebih dahulu diangkut oleh belt konveyor
menuju silo yaitu bak penampungan gula yang berukuran besar. Setelah itu gula masuk ke
stasiun pembungkusan yang akan ditimbang secara otomatis menggunakan sistem penutup
dan pembuka katup pneumatik setelah mencapai sensor berat 50 Kg. Selain ditimbang
menggunakan timbangan otomatis gula selanjutnya ditimbang secara manual
menggunakan alat ukur berat digital guna memperoleh berat yang ideal 50 Kg, meskipun
ada kompensasi kurang lebih 0,1% pada masing masing saknya. Semua proses ini mulai
dari penimbangan, penjahitan sak dan proses pengangkutan kemasan gula tersebut
menggunakan belt konveyor kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan.
Tahapan proses dalam pengolahan tebu menjadi gula di Pabrik Gula Kebon Agung
Malang sebagai berikut :
1. Stasiun Penerimaan
2. Stasiun Timbangan
3. Stasiun Gilingan
4. Stasiun Pemurnian
5. Stasiun Penguapan
6. Stasiun Masakan
7. Stasiun Putaran
8. Stasiun Pembungkusan
3
Lime hydrate [(Ca(OH)2]
CANE SUGAR PROCESS Stack SO2 Gas Vent water Flocculant
Flash Tank
CLEAR JUICE
CLARIFIER
Imbibition SULFUR Spray
(Extraction) Water ROTARY
TOWER VACUUM
Water Bagacillo S S S FILTER
Separator DSM JUICE Clear Juice
A JUICE JUICE
Screen HEATER 1 HEATER 2 Screen
HEATER 3
(75 - 80 oC) (103-105 oC) (105-110 oC)
CANE CUTTER A SO2(g) Bagacillo
C C C
Bagacillo water
Cane Mud
Preparation MILL 1 MILL 2 MILL 3 MILL 4 MILL 5 Lime Juice
(CaO) Filtrate Filter Cake
Raw Juice Rotary Liming Mud Mixer
UNIGRATOR Sulfur Tank
Tank Flow (Blotong)
Sulfitated
meter Holding ROTARY Raw Juice
Air
Tank SULFUR Tank
RAW JUICE Cake Truck
BURNER
Sublimator
Cane Truck
C C C C C C
Fondan
1 ST 2 ND
wash wash
Screw Conveyor
SO2 (g)
SUGAR CRYSTAL
Vent.
Spray Water
Dust
Collector
VIBRATING
SCREEN r
nv ey o
Bucket lt Co
Be
Elevator SILO FLOWSHEET OF SUGAR FACTORY
PG KEBON AGUNG - PT KEBON AGUNG
Rotoclone MALANG - INDONESIA
Sulfur water Made By Process PG Kebon Agung
SUGAR MOLASSES
Vibrating conveyor SUGAR DRYER STOCKHOUSE TANK
S
Air Notes :
HE Blower (PRODUCT) (BY PRODUCT)
Sulfur Burner Air Packer
Belt Conveyor S : Steam
Compressor C : Condensate
Sublimator C Remelter
4
Tebu 100%
Larutan
Kapur
Stasiun Pemurnian Nira Blotong
Belerang
Nira Encer
Nira Kental
Siru Masecuite
p
Stasiun Pembungkusan
Gudang
5
1.2.1 Stasiun Penerimaan
a. Melakukan analisa awal (% Brix) sampel tebu yang masuk dengan menggunakan Brix
Wagger.
b. Mencatat keterangan truk tebu yang masuk, yang terdiri dari nomor polisi truk, kode
register, dan hasil analisa awal (% Brix) tebu pada DPT (Daftar Penerimaan Tebu).
c. Membagi nomor antrian dan mengatur jalur truk tebu yang akan masuk ke stasiun
gilingan.
Truk Tebu yang masuk PG Kebon Agung harus ditempatkan dulu di penampungan
truk tebu sementara sebelum masuk ke stasiun gilingan yang disebut dengan emplacement.
Emplacement merupakan suatu tempat antrian truk pengangkut tebu yang akan di timbang
dan digiling. Adanya empalcement diharapkan dapat melancarkan proses penimbangan dan
penggilingan tebu. Di PG Kebon Agung terdapat tiga emplacement, yaitu :
1. Empalcement dalam, yaitu tempat penampungan truk yang bermuatan tebu yang terletak
di area depan pabrik.
2. Empalcement luar, yaitu tempat penampungan yang terdapat di luar parik, tepatnya di
area kawasan pabrik bagian depan.
3. Empalcement lapangan, yaitu tempat yang digunakan sebagai cadangan apabila
empalcement bagian luar dan bagian dalam sudah penuh.
Sistem antrian tebu yang digunakan dari area emplacement adalah FIFO (First In
First Out). Jadi truk tebu yang datang terlebih dahulu akan ditimbang dan masuk ke stasiun
penggilingan terlebih dahulu. Sistem FIFO diberlakukan dengan tujuan untuk menjaga
rendemen tebu agar tetap baik. Selain itu, juga untuk menjaga tebu dari pengaruh sinar
matahari yang dapat menyebabkan inverse saccharosa pada tebu dan menghindarkan dari air
hujan yang dapat menimbulkan tunas tebu yang dapat menurunkan kadar saccharosa dalam
tebu.
Setiap truk yang mengangkut tebu harus membawa surat perintah tebang dan angkut
(PSTA) dari supplier tebu yang telah memiliki kode registrasi. Pemegang kode registrasi
adalah pemilik atau pengirim tebu yang telah terdaftar di PG Kebon Agung. SPTA
merupakan lembar rangkap lima yang memiliki perbedaan warna. Lembar 1 berwarna putih
sebagai arsip PDE, lembar 2 berwarna hijau sebagai arsip sopir, lembar 3 berwarna biru
6
sebagai arsip bina wilayah, lembar 4 berwarna kuning sebagai arsip pabrikasi, dan lembar 5
berwarna merah sebagai arsip bagian tebang dan angkut (penerimaan).
Bahan baku yang masuk proses produksi gula harus memiliki kualitas baik, yaitu tebu
layak giling yang memenuhi standar MBS yaitu: M (manis) dimana tebu harus memiliki
%Brix yang tinggi atau lebih dari 15%, B (bersih) yang berarti tebu yang masuk tidak
megandung trash, yang terdiri dari daduk, akar, tanah, pucuk/sogolan, pasir, dan krikil karena
dapat menurunkan kapasitas gilingandan akan menyulitkan proses pemurnian bila terdapat
koloid tanah (Al, Si, Fe), S (segar) dimana jarak waktu tebu di tebang dan digiling tidak lebih
dari sehari dan maksimal 4 hari setelah di panen. Analisa MBS ini dilakukan di emplacement
agar tebu yang masuk unit gilingan tebu adalah yang sudah ememnuhi standar MBS PG
Kebon Agung. Program MBS yang diterapkan oleh PG Kebon Agung sebagai upaya untuk
meningkatkan kualitas tebu membuat para pemasok tebu harus lebih selektif dalam
mengirimkan tebunya. Dalam program ini, tebu yang masuk dan mempunyai kualitas lebih
rendah dari stanar yang ditentukan maka akan dikenakan rafraksi/rendemen khusus.
7
1.2.2 Stasiun Timbangan
Setelah melihat hasil rendemen yang baik maka selanjutnya truk tebu menuju ke
stasiun timbangan. Stasiun timbangan berfungsi untuk mengukur berat tebu yang akan
digiling dan juga bahan-bahan lain yang keluar masuk PG Kebon Agung kecuali blotong.
Jenis timbangan yang dipakai berupa jembatan timbangan yang digunakan untuk mengetahui
berat bruto dan tara. Pada jembatan timbang di lengkapi dengan load cell sebagai sensor
berat, selanjutnya data dari load cell diproses dan ditampilkan secara digital menggunakan
seven segmen. Terdapat tiga jenis timbangan yang digunakan di PG Kebon Agung yaitu :
8
3. Timbangan untuk truk gandeng.
Merk : Sartorius X3
Tipe : PR 5140/00
Kapasitas : 80 ton
S/N :3027503713
Produksi : Jerman
Setiap harinya 2 buah jembatan yang dimiliki PG Kebon Agung menimbang truk
sebanyak 600-700 truk/hari dengan bobot muatan rata-rata 80 kuintal untuk truk kecil roda 6.
Sedangkan truk besar tidak gandeng beroda 10 (fuso) memiliki muatan rata-rata 135 kuintal,
sedangkan untuk truk gandeng memiliki bobot rata-rata 270 kuintal.
Setelah melalui proses timbangan, Muatan tebu pada truk akan dibawa ke stasiun
persiapan. Bagian persiapan ini berfungsi memproses tebu menjadi serpihan-serpihan
sebelum masuk ke Stasiun Gilingan. Stasiun Persiapan ditunjukkan dalam Gambar 3.2
berikut ini :
9
Bagian dari mesin persiapan adalah sebagai berikut :
Spesifikasi Teknik :
1) MRC 1
– Posisi : Barat Utara
- Kapasitas MRC : 10.000 Kg
2) MRC 2
– Posisi : Timur Utara
– Kapasitas MRC : 12.500 Kg
3) MRC 3
– Posisi : Barat Selatan
– Kapasitas MRC : 12.500 Kg
4) MRC 4
– Posisi : Timur Selatan
– Kapasitas MRC : 12.500 Kg
1. Cane Table
Fungsi : penampung tebu dari lori maupun truk dan menjatuhkannya ke carrier tebu
menuju gilingan.
Spesifikasi Teknik :
- Kapasitas : 87.000 Kg
- Panjang :7m
- Lebar :6m
- Kecepatan rantai : 3,6 s/d 7,2 m/min
- Jumlah : 4 Buah
10
Gambar 3.4 Cane table
2. Cane carrier
Fungsi : mengangkut tebu dari meja tebu ke penggilingan secara perlahan lahan.
Jenis :
Main Carrier
- Kapasitas : 178.000 Kg
- Kecepatan : 4 s/d 12 m/min
- Power motor penggerak : 110 kW
- Sudut Kemiringan : 30°
Auxiliary Carrier.
- Kapasitas : 178.000 Kg
- Kecepatan : 0 s/d 6 m/min
- Power motor penggerak : 110 kW
- Sudut Kemiringan : 30°
11
2. Cane Leveller
Fungsi : meratakan tebu pada cane carrier agar permukaan tidak terlalu tebal dan
rata sehingga kerja cane carrier tidak terlalu berat. Leveller dipasang sebelum cane
cutter.
3. Cane Cutter
Pada Pabrik Gula Kebon Agung ada 2 buah Cane Cutter.
Fungsi : memotong tebu menjadi bagian-bagian yang pendek.
Spesifikasi Teknik Cane Cutter 1 :
- Diameter mata pisau : 1.520 mm
- Jumlah disc holder : 28 buah
- Jumlah tangkai pisau : 56 buah
- Jarak dengan carrier : 400 mm
- Turbin : 1500 Hp
12
Gambar 3.7 cane cutter 1
- Model : DEG61-50H
- Output : 1500Hp
- Steam press : 16kg/cmg2
- Steam temp. : 3100
13
- Exhaust press : 0,8 kg/cmg2
- Turbine speed : 5220
- Output shaft speed : 750
- Weight : 6500
Spesifikasi Teknik :
14
1.2.4 Stasiun Gilingan
Pada stasiun gilingan, tebu diperah/digiling untuk mendapatkan nira mentah. Dalam
pemerahan ini perlu di tambahi dengan air imbibisi agar kandungan gula yang masih ada
dalam ampas akan larut, sehingga ampas akhir diharapkan mengandung kadar gula serendah
mungkin. Produk yang di hasilkan dari stasiun gilingan ada 2 macam yaitu nira mentah yang
akan di proses menjadi gula pada proses selanjutnya dan ampas tebu yang akan digunakan
sebagai bahan bakar di stasiun ketel.
- Kualitas tebu yang meliputi jenis tebu,kadar sabut, umur tebu, kandungan
kotoran tebu, kadar gula atau pol tebu.
- Persiapan tebu sebelum masuk gilingan, yaitu tipe atau jenis pencacahan awal.
- Air imbibisi
- Derajat kompresi terhadap ampas
- Jumlah roll gilingan, susunan gilingan, putaran roll, bentuk alur roll, setelan
gilingan, stabilitas kapasitas giling, tekanan, sanitasi gilingan.
1. Roll gilingan
Fungsi : memeras tebu atau ampas sehingga diperoleh jumlah nira yang maksimal.
Pada Pabrik Gula Kebon Agung menggunakan lima unit gilingan yang masing-
masing unit terdiri atas :
15
- Diameter hitung Roll atas : 1130 mm
- Panjang Roll : 2286 mm
- Putaran / menit : 4,18
- Kecepatan Putaran : 3800 Rpm
Roll penggilingan menggunakan penggerak turbin dengan spesifikasi yang sama antara
gilingan 1 – 5. Dengan spesifikasi turbin gilingan sebagai berikut :
- Output : 1400Hp
- Speed : 5084Hp
- Steam press : 16kg/cm2
- Steam temp. : 3100
- Output shaft speed : 1200
-
Exhaust press : 1,0 kg/cm2
16
Gambar 3.12 Flow Sheet Stasiun Gilingan
Keterangan Flow Sheet Stasiun Gilingan pada Gambar 3.11 ditunjukkan pada Tabel 3.2
Keterangan
2. Hidraulic Pressure
Fungsi : menahan gerakan ke atas rol akibat masuknya umpan (ampas tebu). Dengan
adanya tekanan yang berlawanan maka ampas akan terperah niranya.
3. Ampas Plate
Fungsi : penahan ampas yang keluar dari rol atas dan rol depan sehingga ampas
dengan mudah ke tekanan kerja yang di belakangnya.
17
4. Ampas Balk
Fungsi : menahan ampas plate supaya kedudukan ampas plate mampu menahan
tekanan ampas.
5. Scrapper Plate
Fungsi : alat pembersih ampas yang masuk melekat dalam alur-alur pada rol
gilingan.
6. Intermediate Carrier
Fungsi : mengangkut dan memberikan umpan ampas dari gilingan satu ke gilingan
berikutnya. Intermediate carrier terbuat dari bahan stainles steell guna mencegah
timbulnya jamur yanga akan merusak kadar gula pada nira karena ja mur tersebut
memakan zat gula pada nira.
7. Talang nira
Fungsi : mengalirkan hasil perahan gilingan (nira) menuju bak penampung. Talang
nira terbuat dari bahan stainles steel guna mencegah timbulnya jamur yanga akan
merusak kadar gula pada nira karena jamur tersebut memakan zat gula pada nira.
18
Berjumlah 1 buah yang berfungsi membawa ampas tebu dari gilingan akhir ke
stasiun ketel (boiler) dan ke gudang penampungan ampas tebu atau bagasse.
Pada Pabrik Gula Kebon Agung proses penggilingan tersusun dari beberapa tahapan,
yang masing-masing terdiri atas empat rol baja yaitu : rol atas, rol muka, rol belakang dan
pengisi sebagai rol pembantu.
1. Gilingan I
Tebu yang telah dicacah oleh cane cutter dan ditumbuk di HDS merupakan
umpan (feed) gilingan I dengan alat angkut main carrier dan dengan bantuan
Feeding Roll masuk ke bukaan kerja depan kemudian feed diperah oleh Roll atas
dan Roll belakang. Sedangkan nira yang dihasilkan disebut nira perahan pertama
(NPP) dialirkan ke talang bak penampung nira. Ampasnya digunakan sebagai feed
pada gilingan II.
2. Gilingan II
Ampas dari gilingan I ditarik oleh pencakar ampas yang digunakan sebagai
feed gilingan II lalu diperah sehingga dihasilkan nira yang selanjutnya dan dialirkan
ke bak penampungan nira perahan pertama. Hasil nira dari perahan gilingan pertama
dan kedua akan digabung menjadi satu yang akan dialirkan ke bak penampungan
oleh talang nira yang terbuat dari stainlees steel.
3. Gilingan III
Ampas dari gilingan II mendapatkan maserasi nira yang diangkut dengan
intermediate carrier menuju gilingan III, kemudian diperah sehingga diperoleh nira
sebagai maserasi nira untuk gilingan II. Sedangkan ampas yang dihasilkan dikirim
sebagai umpan gilingan IV.
4. Gilingan IV
Demikian pula pada gilingan IV, ampas dari gillngan III dicampur dengan
maserasi nira diperah yang menghasilkan nira, nira yang dihasilkan digunakan
sebagai maserasi pada gilingan III. Ampas yang dihasilkan dialirkan ke gilingan V.
5. GilinganV
19
Ampas dari gilingan IV dibawa menuju ke gilingan V dengan ditambah air imbibisi
nira yang dihasilkan digunakan untuk imbibisi gilingan IV. Sedangkan ampas yang
dihasilkan merupakan ampas akhir. Kemudian dibawa oleh bagasse elevator yang
dilengkapi dengan saringan halus dimana ampas halus digunakan sebagai campuran
mud juice (nira kotor) yang keluar dari clarifier menuju ke rotary vacuum filter.
Sedangkan ampas kasar digunakan sebagai bahan bakar ketel dan sisanya disimpan
di gudang penyimpanan bagasse guna keperluan bahan bakar ketel saat buka giling
tahun berikutnya. Atau jika terlampau banyak bagasse biasanya juga dijual ke pabrik
kertas guna bahan baku pembuatan kertas.
Nira yang diproses lanjut adalah nira yang berasal dari gilingan I dan II. Nira tersebut
ditampung dalam bak penampung dan dipompa dalam DSM Screen untuk disaring dari
bagasse halus atau bagasse vit. Air imbibisi adalah untuk melarutkan kandungan gula yang
ikut terbawa ampas semaksimal mungkin. Jumlah imbibisi yang diberikan 20 % dari tebu
yang tergiling. Air imbibisi ditambahkan pada gilingan keempat dan kelima guna
mendapatkan nira sebanyak mungkin dan meminimalkan kandungan ampas yang masih
mengandung zat gula, dikhawatirkan ampas yang masih mengandung kadar gula menjadi
bahan bakar ketel yang nantinya bisa menimbulkan kerak dan hasil pembakaran yang kurang
optimal. Imbibisi yang ditambahkan pada ampas adalah berupa cairan nira dan air. Imbibisi
yang diberikan pada ampas yang akan masuk pada gilingan II dan III, sedangkan imbibisi air
ditambahkan pada ampas yang masuk gilingan IV dan V. Sistem imbibisi ada dua macam,
yaitu :
1. Imbibisi tunggal pembersih air yang hanya diberikan pada ampas gilingan V.
2. Imbibisi ganda terdiri dari 2 atau double compound, triple compound atau
quadrable compound imbibisi (imbibisi yang diberikan pada 4 unit gilingan).
20
Gambar 3.13 Stasiun Gilingan
Pada psbrik gula, proses pemurnian memegang peranan yang sangat penting dalam
produksi gula, karena hasil dari pemurnian akan mempengaruhi kualitas gula yang
dihasilkan. Tujuan dari proses pemurnian adalah menghilangkan sebanyak mungkin kotoran
yang terdapat dalam nira mentah dengan tetap mempertahankan agar sukrosa maupun gula
reduksinya tidak mengalami kerusakan. Stasiun ini bertujuan untuk mendapatkan nira murni
dengan kadar gula semaksimal mungkin dan untuk menghilangkan zat-zat atau bahan organik
yang terbawa oleh nira mentah sehingga diperoleh gula yang berkualitas tinggi. Adapun
proses yang terjadi pada stasiun pemurnian ini adalah sebagai berikut:
a) Proses kimia
Dengan cara memberikan zat kimia pada nira (asam fosfat dan susu kapur) yang
dapat mengikat komponen-komponen menjadi endapan garam halus.
b) Proses fisika
Dengan cara, pengendapan dan penyaringan kotoran–kotoran yang kasar.
21
Gambar 3.14 Flow Sheet Stasiun Pemurnian
22
4. Splitter Box
Fungsi : mengatur jumlah susu kapur yang masuk sehingga dapat sesuai
dengan yang dikehendaki berdasarkan jumlah nira mentah dalam kurun waktu
tertentu secara kontinyu.
5. Tabung Pembakaran gas belerang
Fungsi : menghasilkan gas SO2 dengan jalan membakar belerang dengan udara
kering pada dapur belerang.
6. SO2 Tower
Fungsi :
- Menetralkan kelebihan Ca(OH)2.
- Membentuk endapan CaSO3 yang dapat menyerap kotoran sehingga
mengumpul dan mengendap.
Spesifikasi Teknik :
- Merk : Stork
- Kapasitas : 10 m3
- Diameter : 2.200 mm
- Tinggi : 6.735 mm
7. Netraliser
Fungsi : Merupakan tabung yang berfungsi sebagai pengaturan pH nira yang
diinginkan yaitu 7,2. Jika pH nira mentah yang keluar dari SO2 Tower masih kurang
dari 7,2, maka dalam bejana netraliser akan mencampurkan susu kapur agar
dihasilkan pH yang diinginkan.
8. Heater 2
Fungsi : memanaskan nira mentah pada temperatur 105 - 1100C dengan bahan
pemanas dari uap ketel yang memiliki tekanan uap dengan temperature 0-3000C
untuk memperlancar proses pengendapan.
Tipe : – Shell untuk steam.
– Tube untuk nira.
9. Single Tray Clarrifier
Alat yang digunakan berjumlah 1 buah.
Fungsi : memisahkan atau mengendapkan kotoran-kotoran yang terbentuk pada saat
proses pemurnian sehingga akan didapatkan dua lapisan yaitu bagian atas nira jernih
dan nira kotor (nira yang bercampur kotoran akibat dari larutan pengikat plokulan).
Spesifikasi Teknik :
23
- Kapasitas : 278 m3
- Tinggi : 18 ft
- Sistem : Kontinyu
- Jumlah : 1 buah
- Diameter : 20 ft
10. Saringan nira jernih
Fungsi : nira encer di saring dalam saringan nira jernih kemudian ditampung dalam
peti nira jernih.
11. Heater 3
Fungsi : memanaskan nira jernih yang berasal dari saringan nira jernih pada
temperatur 110-1150C dengan bahan pemanas dari uap ketel yang mempunyai
tekanan uap dengan temperature 0-3000C untuk memperlancar proses penguapan.
12. Mud feed mixer
Fungsi : mencampur nira kotor dengan bagasilo (ampas halus) yang berasal dari
bagasse elevator.
13. Rotari Vakum filter
Fungsi : memisahkan kotoran nira yang berasal dari mud feed mixer sehingga
diperoleh nira tapis dan blotong, kemudian nira tapis akan mengalir ke tangki nira
mentah dan diproses ulang untuk mendapatkan nira jernih dan blotong akan
diangkut oleh truk petani untuk dijadikan pupuk.
14. Tabung pebakaran gas belerang
Fungsinya menghasilkan gas SO2 dengan cara membakar belerang dengan udara
kering pada dapur belerang
Nira mentah yang berasal dari stasiun gilingan yang sudah tersaring dalam DSM Screen
selanjutnya turun menuju ke peti tank nira mentah, lalu nira mentah dipompa menuju heater
1 untuk dipanaskan dengan temperatur 750C dengan bahan pemanas dari uap ketel dengan
tempertur 0 – 3000C.
Nira mentah mengalir ke bejana sulfitasi nira mentah, disini pH nira mentah diturunkan
menjadi 6,8 dengan mencampurkan antara nira mentah dari pre liming dengan gas SO2 atau
gas belerang, kemudian setelah nira mencapai pH 6,8 maka nira mengalir ke tabung netralizer
yang di dalamnya ditambahkan susu kapur untuk didapatkan pH sebesar 7 – 7,2.
24
Dari bejana sulfitasi nira mentah lalu ke bejana netraliser, selanjutnya nira mentah
dipompa ke heater 2 untuk dipanaskan dengan temperatur 1100C dengan bahan pemanas dari
uap ketel untuk mempermudah dalam proses pengendapan dan penguapan nira. Selanjutnya
nira mentah tersebut turun ke single try clarrifier, di dalam tabung terdapat 2 lapisan yaitu :
lapisan atas merupakan nira jernih dan lapisan bawah merupakan nira kotor, dimana nira
kotor merupakan nira yang masih mengandung partikel-partikel kotoran yang terikat oleh
larutan flocoulant.
Nira jernih yang dihasilkan dari single tray clarrifier akan mengalir melalui door
clarifier yang kemudian akan mengalir menuju saringan nira jernih yang berjumlah sembilan
buah. Setelah melalui saringan nira jernih lalu nira jernih dipompa menuju heater 3 untuk
mendapatkan panas sebesar 110 – 1150C yang berfungsi untuk mempercepat penguapan.
Untuk nira kotor dari single tray clarrifier akan mengalir ke tabung nira kotor yang
kemudian akan dipompa ke mud feed mixer yang berungsi untuk mencampurkan antara nira
kotor dengan bagasilo (ampas halus) dari bagasse elevator yang dihasilkan dari sparator
ampas gilingan, selanjutnya mengalir ke rotari vakum filter, yang akan menghasilkan nira
tapis dan blotong, dimana nira tapis akan dialirkan ke tabung penampung nira mentah untuk
diproses ulang pada stasiun pemurnian sampai mendapatkan nira jernih dan blotong akan
dibuang atau dijual untuk dijadikan pupuk petani.
Stasiun penguapan bertujuan untuk menguapkan air yang terkandung di dalam nira
encer sehingga diperoleh nira kental dengan batas kekentalan 64%, selain itu hasil dari
penguapan adalah air kondensat yang berfungsi sebagai air pengisi ketel. Peralatan yang
digunakan pada stasiun penguapan adalah sebagai berikut :
3. Thermokompressor
25
Berfungsi sebagai alat bantu pada evaporator (steam jet injector). Untuk saat ini
tidak menggunakan thermocompressor dikarenakan membutuhkan daya yang sangat
besar.
4. Pompa vakum (Jumlah 2 buah)
Fungsi : sebagai penekan uap sehingga tekanan tiap-tiap badan penguapan berbeda.
5. Kondensor (Jumlah 1 buah)
Fungsi : Mengembunkan air yang diuapkan di evaporator IV.
26
NIRA MENTAH
PRE EVAPORATOR
KENDENSOR
TANGKI PENAMPUNG
POMPA
EVAPORATOR
PETI MASAKAN
JUST KICCER
POMPA
Dimensi Pre Pre Evap Evap Evap Evap Evap Evap Evap
Evap I Evap II III IV V VI VII VIII IX
Luas
pemanasan
4000 4000 3000 2200 2200 1700 1100 1100 1100
(m2)
Panjang 2383 2383 2375 2375 2375 2375 2375 2375 2375
pipa (mm)
Diameter 38/35 38/35 38/35 38/35 38/35 38/35 38/35 38/35 38/35
pipa (mm)
Jumlah 16016 16016 8550 7800 7800 6500 4320 4320 4320
pipa (mm)
27
Suhu (C) 118 118 118 118 108 95 85 Delay Delay
Tekanan 0,8 ato 0,8 ato 0,8 0,8 0,6 8 30 Delay Delay
ato ato ato cmHg cmHg
a) Pipa pemanas
Fungsi tempat pertukaran panas antara uap dengan nira.
b) Pipa Jiwa
Fungsi : tempat sirkulasi nira dan keluarnya nira ke bejana penguapan berikutnya.
c) Outlet kondensat
Fungsi : tempat keluarnya air kondensat.
d) Sapvanger
Fungsi : untuk menahan pereikan nira agar uap air yang dipakai sebagai bahan
pemanas evaporator tidak tercampur dengan nira.
e) Sight glass
Fungsi : kaca pengontrol nira.
Nira encer dari heater III di stasiun pemurnian dialirkan ke pre evaporator untuk
diuapkan sebagian airnya. Dari pre evaporator, nira kental dengan temperatur 115°C dan
tekanan 0,8 atm dialirkan ke badan penguapan dengan sirkulasi lima tahap yaitu:
28
4. Tahap IV : Nira encer dari evaporator III dialirkan ke evaporator IV dan diuapkan
dengan temperatur 60°C s/d 62°C dan tekanan 60 cmHg.
5. Tahap V : Nira yang keluar dari evaporator IV dialirkan ke evaporator V dan
diuapkan hingga memiliki kekentalan tertentu (nira kental).
1. Pre evaporator.
Nira encer hasil pemurnian dialirkan ke evaporator, disini nira encer mengalami
pemanasan lanjut dengan temperatur 115°C s/d 120°C dengan tekanan 0,8 atm. Uap
yang digunakan dalam proses ini adalah uap-uap bekas turbin yang dimanfaatkan
sebagai feeding atau pemanasan pada pemanasan pendahuluan (PP) juga pada
stasiun masakan.
2. Evaporator I.
Dimanfaatkan untuk menguapkan nira encer dengan menggunakan uap bekas dari
pre evaporator. Hasil penguapan ini adalah uap nira I yang digunakan sebagai
pemanas pada evaporator II, kemudian dialirkan ke evaporator II.
3. Evaporator II.
Digunakan untuk menguapkan air dalam nira dengan menggunakan uap nira I
dengan temperatur 90°C s/d 95°C dan tekanan 19 cmHg. Hasil penguapan ini
digunakan untuk pemanasan pada evaporator III yang selebihnya digunakan untuk
pemanasan pendahuluan I dan niranya dialirkan ke evaporator III.
4. Evaporator III.
Digunakan untuk menguapkan air dalam nira dengan memakai uap nira dari hasil
penguapan pada evaporator II dengan temperatur 80°C s/d 85°C dan tekanan 30 s/d
35 cmHg vakum. Uap nira hasil dari penguapan ini digunakan untuk pemanasan
pada evaporator IV.
5. Evaporator IV
Evaporator ini menggunakan uap nira hasil dari penguapan pada evaporator III
dengan temperatur 60°C s/d 62°C dan tekanan 60 cmHg vakum. Uap bekas dari
evaporator IV ini dialirkan ke kondensor dan didinginkan pada cooling pond (kolam
pendingin), seterusnya digunakan sebagai air kondensat pengisi ketel.
29
6. Evaporator V
Evaporator ini berfungsi untuk menguapkan nira hingga mencapai kekentalan
tertentu yang kemudian nira tersebut akan dialirkan ke peti masakan.
7. Evaporator VI
Evaporator ini berfungsi untuk menguapkan nira hingga mencapai kekentalan
tertentu yang kemudian nira tersebut akan dialirkan ke peti masakan.
8. Evaporator VII
Evaporator ini berfungsi untuk menguapkan nira hingga mencapai kekentalan
tertentu yang kemudian nira tersebut akan dialirkan ke peti masakan.
9. Evaporator VIII
Evaporator ini berfungsi untuk menguapkan nira hingga mencapai kekentalan
tertentu yang kemudian nira tersebut akan dialirkan ke peti masakan.
30
1.2.7 Stasiun Masakan
KONDENSOR
KONDENSOR
KONDENSOR
KONDENSOR
PENDINGIN
PAN MASAKAN PAN MASAKAN CEPAT UNTUK
PAN MASAKAN GULA D
A C
BIBITAN PAN MASAKAN
D
Air Kondensasi
PETI
PETI C D
GULA PETI
D II GULA C PETI PETI A
MIXER
MIXER
MIXER
PALUNG
PALUNG PALUNG PALUNG
BIBITAN
A C D
MIXER
GULA
BIBITAN STROOP A
MIXER
GULA A
Klare SHS
PUTARAN
Putaran GULA C
Tetes A
KLARE D
Putaran Gula A I
Gula A II PUTARAN PUTARAN
GULA D1 GULA D2
PALUNG
GULA D2
SARINGAN GETAH
K
AR
S
TANGKI TETES
DU
U
AS
AL
AKHIR
Sugar driyer LEBURAN
RO
AH
AK
L
GU
GU
L
GU
TIMBANGAN
Stasiun ini bertujuan untuk mengubah sukrosa yang berbentuk larutan menjadi kristal
gula yang rata rata berukuran 0,8 s/d 1,0 mm. Peralatan yang digunakan pada stasiun ini
adalah sebagai berikut:
31
2. Palung Pendingin
Jumlahnya ada 10 unit. Palung pendingin untuk gula A sebanyak 4 buah, gula C
sebanyak 1 buah dan gula D sebanyak 5 buah.
metastabil.
a) Mempercepat pendinginan.
b) Mendorong keluarnya masakan yang akan diputar.
c) Mencegah agar tidak membeku karena pendinginan masakan pertama.
3. Pompa injeksi
Pompa ini berfungsi memasukkan air pendingin ke kondensor (pembawa uap panas
dari pan masakan ke sungai untuk didinginkan kemudian masuk ke pompa injeksi
agar pan masakan tetap dingin).
Valve uap
Fungsi : Memasukkan uap ke dalam pan masakan
Pompa vakum (pompa reduksi)
Fungsi : Memvakumkan udara dalam pan masakan
Pompa rota
Fungsi : membawa gula dari palung ke putaran
4. Palung Pendingin cepat
Fungsi : – Sebagai pendinginan masakan.
32
Proses Pada Stasiun Masakan :
1. Pada Pembibitan
Pada proses masakan sebelum nira dari penguapan masuk ke pan masakan terjadi
proses pembibitan gula terlebih dahulu. Proses pembibitan tersebut berlangsung
pada pan masakan A2. Bahan dari pembibitan tersebut dari stroop D dan C deklare
sebanyak 200 HL yang telah tercampur hingga larutan tersebut hampir jenuh
kemudian dimasukkan nira mentah dan gula fondan dengan volum 200 cc. Bahan-
bahan tadi di campur menjadi satu hingga mencapai volume 400 HL. Hasil dari
pencampuran tersebut menjadi bibitan D2 yang memiliki harga kemurnian sekitar 60
– 64 HK.
Proses pembibitan yang terjadi pada pan masakan A2 dibagi menjadi A I sebanyak
200 HL dengan penambahan dari masing-masing bahan stroop C dengan harga
kemurnian sebesar 69-72 HK, hingga mencapai volume 350 – 400 HL dengan besar
dari kristal gula sebesar 0.3 mm. Dari hasil pembagian pada pan masakan AI gula
tersebut masuk ke palung, kemudian gula bibitan tersebut dipompa menuju menuju
putaran gula C. Pada putaran C terjadi pemisahan antara plokulan gula C dan tetes
C. Tetes C masuk ke peti C untuk proses pada pan masakan D sedangkan plokulan
gula C masuk ke peti nira kental yang digunakan sebagai proses pembibitan
kembali.
33
3. Pada pan masakan C
Pan masakan C bahan berupa nira, klare SHS dan stroop A hingga
volume 400 HL yang telah dicampur dengan gula A sebanyak 40 HL yang
mempunyai harga kemurnian sebesar 69 - 72 HK dengan ketebalan kristal sebesar
0,5 – 0,6 mm.
Hasil dari pan masakan C akan masuk ke palung C yang kemudian dipompa
oleh pompa rota menuju mixer sebelum masuk ke putaran C. Setelah nira
didinginkan di palung dan dimixer, nira akan mengalir ke putaran gula C untuk
memisahkan antara tetes C dan gula C. Hasil dari putaran gula C yang berupa tetes C
masuk menuju peti C untuk dijadikan bahan pada pan masakan D. Sedangkan hasil
putaran yang berupa gula C masuk menuju palung pendingin gula C dan akan
dipompa rota menuju palung gula C yang nantinya akan dijadikan bahan pada pan
masakan bibitan.
34
Proses Kristalisasi
Proses kristalisasi dilaksanakan dengan menguapkan air yang terdapat dalam nira
kental sehingga terjadi pembesaran inti kristal dan bibit yang ditambahkan kedalamnya. Hal
tersebut dilakukan pada temperatur rendah serta tekanan vakum dengan maksud untuk
mendapatkan kristal yang memenuhi syarat (ukuran, bentuk, dan mutunya). Pada PG Kebon
Agung menggunakan proses masakan tiga tingkat yang terdiri atas masakan A, masakan C,
masakan D. Sedangkan gula produktif didapat dari masakan A hasil dari masakan C dan D
dilebur sebagai bibitan untuk masakan A. Langkah-Langkah Proses Kristalisasi :
1. Menarik hampa
Sebelum proses kristalisasi dilakukan mulai dari membuat bejana hampa (vakum
pan). Pembuatan bejana hampa dimulai dengan menutup semua katup yang
berhubungan dengan pan kemudian dibuka katup pancingan, apabila tekanan vakum
mencapai 50 cmHg maka afskuiter yang berhubungan dengan pompa vakum sekitar
63 cmHg, sementara itu afskuiter pancingan ditutup kembali.
2. Menarik larutan
Larutan sukrosa yang akan digunakan sebagai bahan dasar kristal disimpan dalam
peti-peti larutan, peti-peti kental, peti-peti stroop, peti klare dan peti leburan. Dalam
peti-peti perlengkapan ini pipa-pipa pemanas dengan lubang terbuka yang dapat
dialirkan uap panas ke dalam larutan. Pemanas ini dimaksudkan untuk menurunkan
kejenuhan agar kristal yang terdapat dalam larutan melarut. Setelah larutan terbebas
dan inti-inti kristal yang terdapat larutan melarut, baru dilanjutkan untuk langkah
selanjutnya.
3. Pembuatan bibit
– Pembibitan dengan cara spontan
Larutan gula dipekatkan sampai mencapai daerah stabil, sehingga
terbentuklah inti – inti kristal.
35
Larutan gula dipekatkan sampai daerah meta mantap kemudian dibersihkan
dan selanjutnya diuapkan pada daerah mantap.
5. Menurunkan masakan
Setelah masak cukup tua maka diturunkan ke palung pendingin. Penurunan masakan
dengan menghilangkan hampa dengan cara membuka afskuiter yang
menghubungkan pan dengan pompa vakum, sementara itu uap ditutup.
Stasiun ini bertujuan untuk memisahkan kristal-kristal gula yang larutan induknya
(stroop) kristal tersebut. Peralatan yang digunakan stasiun putaran adalah sebagai berikut :
1. Putaran discontinue
Fungsi : Untuk putaran gula A
Jumlah : 7 unit.
36
a) Mesin putaran discontinue 1, 2, 6, 7
Merk : Broadbent
Max rpm : 1200
Working rpm : 1000
Kapasitas : 1850 kg/charge
Waktu : 3 menit
Jumlah : 3 unit
b) Mesin putaran discontinue 4 dan 5
Merk : WS/ Wastren Stater
Max.rpm : 1000 rpm
Kapasitas : 650 Kg
Jumlah : 2 unit
c) Mesin putaran discontinue 3
Merk : WS/ Wastren Stater
Kapasitas : 1000 kg /charge
Jumlah : 1 unit
Max.speed : 1000 rpm
Jumlah : 13 unit.
Type : k2300
37
Jumlah : 2 unit
Job.no : 5276198
Jumlah : 1 unit.
Jumlah : 3 unit
Jumlah : 1 unit
38
Proses Pada Stasiun Putaran :
39
3.2.9 Stasiun Pembungkusan
Stasiun ini bertujuan. untuk menyelesaikan hasil kerja stasiun putaran yaitu gula produk
yang masih basah dikeringkan sehingga gula produk menjadi kering dan siap untuk dikemas.
Peralatan yang digunakan stasiun penyelesaian adalah sebagai berikut :
driyer untuk memisahkan gumpalan gula. Alat ini bergerak secara eksentrik
sehingga menimbulkan getaran (vibrating).
2. Pengeringan
Fungsi : mengeringkan gula SHS.
Alat ini bekerja otomatis, gula yang diproses melalui proses pengeringan bertujuan
agar gula yang masih basah dapat menjadi kering dan membentuk kristal putih dan
dapat memisahkan antara kotoran dan gula.
3. Bucket Elevator
Fungsi : mengangkut gula kering menuju saringan atau ayakan getar (vibrating
screen).
Alat dilengkapi dengan blower yang menghisap udara dan gula debu dan sugar
dryer yang kemudian dihembuskan ke atas. Pada bagian atas dilakukan
penyemprotan dengan air untuk mengikat gula debu. Selanjutnya cairan yang masih
mengandung gula debu tersebut dilebur kembali. Kapasitas rotoclone sekitar 14000
lt/jam.
5. Vibrating screen
Fungsi : memisahkan gula normal, kasar dan halus.
Vibrating screen di Pabrik Gula Kebon Agung ini dibagi menjadi dua tingkatan
yaitu : dengan memisahkan gula krikil, gula standar dan gula halus.
40
6. Silo (sugar storage)
Fungsi : sebagai penampung gula produksi SHS sebelum dibungkus dalam karung.
Di bagian bawah alat ini berupa corong yang digunakan sebagai discharge gula dan
dari corong ini gula dimasukkan dalam karung.
7. Pembungkusan
Fungsi : membungkus gula yang sudah distandarisasi.
Pada proses pembungkusan ini gula yang dihasilkan adalah gula standar dan
dikemas dalam karung dan selanjutnya ditimbang.
8. Timbangan.
Fungsi : menimbang gula yang sudah dikemas atau dibungkus.
Pada proses timbangan ini gula ditimbang dalam karung kurang lebih 50,2 Kg dan
seterusnya dijahit.
Gula SHS yang dihasilkan oleh stasiun putaran disebut gula produksi. Gula SHS yang
berasal dan stasiun putaran dibawa oleh talang goyang menuju ke alat pengeringan gula,
udara dihembuskan pada temperatur 400°C. Debu – debu gula yang dibawa oleh udara pada
alat pengering dihisap oleh mesin penghisap debu dan debu-debu gula tersebut dikirim lagi
41
ke pan masakan bibitan. Gula kering yang keluar diangkut dengan bucket elevator menuju ke
vibrating screen (ayakan getar). Vibrating screen di PG Kebon Agung Malang dibagi
menjadi dua tingkat yaitu dengan memisahkan gula krikilan, gula standar dan gula halus.
Gula krikilan dan gula halus dilebur untuk bibitan masakan A, sedangkan gula standar
dikemas dalam karung 50,2 kg dan seterusnya dijahit. Setelah dihitung berapa jumlahnya
kemudian dimasukkan ke gudang dengan belt konveyor dan siap dipasarkan.
42