PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Visi Rumah Sakit Islam Banjarmasin adalah menjadikan Rumah Sakit Islam
Banjarmasin sebagai perwujudan dari iman dan ibadah kepada Allah Subhanahu wata’ala
dan sarana amal sholeh.Visi Rumah Sakit Islam Banjarmasin menjadikan seluruh pegawai
Rumah Sakit Banjarmasin menjalankan aktivitas nya sebagaai perwujudan ibadah kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang dapat memperkecil aterhambatnya aktivitas pegawai karena
masalah-masalah yang bersifat manusiawi. Rencana strategis di susun dalam upaya
mencapai visi dan misi Rumah Sakit Islam Banjarmasin yang salah satu programnya adalah
peningkatan mutu dan keselamatan pasien(PMKP).
Program PMKP sejalan dengan visi Rumah Sakit Islam Banjarmasin yang melaksanakan
kegiatan berdasarkan karena ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berarti ada proses
terus menerus tanpa henti demi memberikan yang terbaik sehingga selaras dengan misinya
yaitu:
Menjadikan Rumah Sakit Islam Banjarmasin sebagai amal usaha pelayanan kesehatan yang
Islami,professional dan bermutu
Menjadikan Rumah Sakit Islam Banjarmasin sebagai sarana untuk mewujudkan masyarakat
dan keluarga yang sehat sejahtera(sakinah)..
Program PMKP merupakan paduan antara upaya peningkatan mutu dengan keselamatan di
rumah sakit , upaya peningkatan mutu secara terus menerus serta selalu memperhatikan
keselamatan pasien pada setiap aspek pelayanan sehingga diharapkan dapat mencapai
sebuah kualitas pelayanan di rumah sakit. Program PMKP juga sejalan dengan motto
Rumah Sakit Islam Banjarmasin yaitu: cepat,bermutu,terjangkau,dan Islami sehingga
program ini baik dilaksanakan di Rumah Sakit Islam Banjarmasin karena terdukung seiring
dengan visi,misi dan motto rumah sakit.
B. Latar belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada
lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) dirumah sakit yaitu : keselamatan
pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,keselamatan bangunan
dan peralatan dirumah sakit yang bias berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup
rumah sakit. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan
disetiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan
apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas untuk dilaksanakan
dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra perumahsakitan.
Sejak dahulu fungsi manajemen resiko untuk keselamatan pasien dan upaya
peningkatan mutu sering kali dilaksanakan secara terpisah dan ada penanggung jawabnya
dimasing-masing fungsi, mempunyai jalur pelaporan yang berbeda serta struktur manajemen
terpisah. IOM (Institute of Medicine) pada tahun 2001 melaporkan bahwa crossing the
quality chasm tepat menggambarkan pengembangan peran manajemen resiko dan
peningkatan mutu didalam organisasi pelayanan kesehatan. Pada jaman dahulu fungsi
keduanya sering terpisah dan memiliki penanggung jawab tersendiri serta memiliki alur
struktur organisasi serta pelaporan yang berbeda. Saat ini sesuai rekomendasi IOM yaitu
crossing the quality chasm, manajemen resiko dan upaya peningkatan mutu di organisasi
pelayanan kesehatan sebaiknya disatukan demi patient safety dan mendapatkan kerja sama
yang lebih efektif dan efisien untuk menjamin organisasi memberikan pelayanan yang aman
dan bermutu tinggi. Joint Commision standars untuk patient safety bersama organiasi
kebijakan kejadian sentinel pada tahun 2001 mendorong organisasi untuk melakukan
tindakan sesuai rekomendasi IOM dan membuat pernyataan antara manajemen resiko dan
mutu.
Penyatuan upaya peningkatan mutu dengan manajemen resiko sebagai upaya
keselamatan pasien juga tersebut didalam pasal 3 ayat b dan c UU No 44 tahun 2009 sebagai
pengaturan penyelenggaraan rumah sakit yaitu bertujuan untuk memberikan perlindungan
terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia
dirumah sakit serta meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah
sakit.Agar upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit dapat
berjalan sinergis serta menghasilkan seperti yang diharapkan maka dirasa perlu disusun
buku pedoman untuk mendukung program upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien
rumah sakit,pedoman tersebut merupakan konsep dan prinsip peningkatan mutu dan
keselamatan pasien pelayanan rumah sakit yang dilakukan secara sinergis dan saling
melengkapi sehingga bukun pedoman ini diharapkan dapat sebagai acuan bagi Rumah Sakit
Islam Banjarmasin dalam melaksankan upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien
pelayanan Rumah Sakit Islam Banjarmasin.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit berkelanjutan.
2. Tujuan Khusus
a. Implementasi siklus PDSA dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
b. Peningkatan mutu klinis pelayanan rumah sakit berkelanjutan.
c. Peningkatan mutu manajemen rumah sakit berkelanjutan.
d. Meningkatkan pemenuhan sasaran keselamatn pasien.
e. Pengertian
1. Peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah pendekatan yang digunakan untuk
mendukung keselamatan pasien dan mencari jalan untuk bekerja sama lebih efektif dan efisien,
untuk menjamin asuhan pasien yang diberikan aman dan bermutu tinggi.
2. Upaya peningkatan mutu adalah upaya dengan menggunakan pendekatan pendidikan
(edukasi) berkelanjutan dan perbaikan proses-proses pemberian pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan pasien dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.
3. Keselamatan Pasien adalah system yang membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi
asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan menccegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.
4. Clinical pathway adalah sebuah alat manajemen perawatan pasien yang mengatur,
mengurutkan, dan menggabungkan intervensi yang dilakukan oleh perawat, dokter, dan lain-
lain, untuk jenis kasus tertentu atau kondisi kondisi tertentu.
5. Indikator Klinis adalah ukuran dibidang klinis yang digunakan untuk mengevaluasi
peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit.
6. Indikator manajemen adalah ukuran dibidang manajemen yang digunakan untuk
mengevaluasi peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit.
7. Indikator sasaran keselamatan pasien adalah ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi
pemenuhan sasaran keselamatan pasien rumah sakit.
8. Sentinel adalah :
a. Kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah penyakit pasien
batau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh, bunuh diri).
b. Kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak terkait dengan
perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya.
c. Salah lokasi, salah prosedur dan salah pasien operasi.
d. Penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orang yang bukan
orangtuanya.
9. Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada
pasien.
10. Kejadian Nyaris cedera (KNC) adalah terjadinya insiden yang sudah terpapar ke
pasien.
11. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi
tidak timbul cedera.
12. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi untuk
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
13. RCA adalah proses terstruktur yang menggunakan metode analitik yang dikenal
untuk mengambil suatu tindakan pada titik awal dimana bila pada titik tersebut diambil
suatu tindakan (pencegahan) maka peluang terjadinya insiden akan berkurang.
14. Risk Manajemen adalah sebuah pendekatan yang terstruktur dalam mengelola sesuatu
yang berkaitan dengan sebuah ancaman karena ketidakpastian.
15. FMEA adalah proses proaktif metode perbaikan kinerja dengan mengindentifikasi dan
mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi.
BAB II
KEBIJAKAN
PENGORGANISASIAN
Anggota :
1. Tim Mutu.
a) Ketua : dr. Hj. Rafiqah
Sekretaris :-
Anggota tim :
1) Komite Medis.
2) Staf Medis.
3) Kepala instalasi, Kepala Bidang dan Kepala Bagian.
4) Kepala Unit Kerja dan Kepala Sub Bagian.
b) Uraian Tugas
1) Komite medis dan staf medis melaksanakan membuat dan merevisi panduan
clinical pathway, melaksankan minimal 5 clinical pathway melalui reka medis.
Membuat profil 5 indikator klinis Internasional (khusus akreditasi 2012
pertama).
2) Kepala Instalasi dan kepala unit kerja melakukan kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, evaluasi proses 5 langkah mutu, yaitu : pemilihan
data, pengumpulan data, analisis data, validasi data, publikasi 11 indikator mutu
area klinis termasuk membuat panduannya.
3) Kepala bagian dan kepala sub bagian melakukan kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, evaluasi proses 5 langkah mutu, yaitu : pemilihan
data, pengumpulan data, analisis data, validasi data, publikasi 9 indikator mutu
area manajerial termasuk membuat panduannya dan publikasi indicator unit
kerja.
Anggota tim
b. Uraian tugas
1) Membuat panduan keselamatan pasien
2) Melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi kegiatan dan
program enam Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dan Manajemen Resiko.
3) Pencatatan dan pembuatan formulir serta pelaporan insiden keselamatan pasien.
4) Melakukan RCA pada laporan KNC dan KTD dengan skor risk grading tinggi
atau merah.
5) Melakukan FMEA, manajemen resiko.
BAB IV
KEGIATAN
A. Clinical Pathway
1. Definisi
Clinical Pathway adalah sebuah alat manajemen perawatan pasien yang
mengatur, mengurutkan, dan menggabungkan intervensi yang dilakukan
oleh perawat, dokter, dan lain-lain, untuk jenis kasus tertentu atau kondisi
kondisi tertentu.
2. Ruang lingkup
Clinical pathway (CP) atau alur klinis di Rumah Sakit Islam
Banjarmasin. CP dibuat untuk memberikan rincian apa yang harus
dilakukan pada kondisi klinis tertentu. CP memberikan rencana tata
laksana hari demi hari dengan standar pelayanan yang dianggap sesuai.
Pelayanan dalam CP bersifat multidisiplin sehingga semua pihak yang
terlibat dalam pelayanan (dokter/dokter gigi, perawat, fisioterapis, dll)
dapat menggunakan format yang sama sehingga perkembangan pasien
dapat dimonitor setiap hari, baik intervensi maupun outcome-nya.
Panduan CP yang dibuat di Rumah Sakit Islam Banjarmasin
memperhatikan hal-hal berikut :
a. Konsisten dengan misi dan rencana rumah sakit.
b. Memenuhi kebutuhan pasien ,keluarga,sta dan lainnya.
c. Menggunakan pedoman praktek terkini,standar pelayanan
klinis, kepusatakaan ilmiah dan berbagai informasi berbasis
bukti yang relevan dalam hal rancangan praktek klinis.
d. Sesuai dengan praktek business yang sehat.
e. Mempertimbangkan informasi dari manajemen risiko yang
relevan.
f. Dibangun pengetahuan dan keterampilan yang ada di rumah
sakit.
g. Dibangun praktek klinis yang baik/lebih baik/sangat baik dari
RS lain.
h. Menggunakan informasi dari kegiatan peningkatan terkait.
i. Mengintegrasikan dan menggabungkan berbagai proses
dengan system.
3. Tata laksana
CP adalah dokumenn tertulis. Terdapat berbagaai jeniss formatCP yang
tergantung pada jenis penyakit atau masalah serta kesepakatan para
professional. Format CP di Rumah Sakit Islam Banjarmasin sebagai
berikut:
CLINICAL PATHWAYS
RS ISLAM BANJARMASIN
Nama pasien: Umur: Berat Badan: Tinggi Badan: NoRekam Medis :
Diagnosis Awal: Kode ICD 10: Rencaana rawat:….hari
R Rawat Tgl/Jam Tgl/jam Lama Rwt: Kelas: Tarif/hr Biaya
……. Masuk: keluar:
(Rp): (Rp):
4.Dokumentasi’
Panduan clinical pathway dibuat oleh tim PMKP dengan peran serta pemimpin rumah sakit sebagai
upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit sedangkan clinical pathway dibuat pleh
komite medis yang berkoordinasi dengan tim PMKP. Implementasi CP harus terekam di rekam medis.
Panitia rekam medis menunjuk tim audit yang terdiri dari dokter,perawat,dan staf rekam medis untuk
mengaudit implementasi clinical pathway di rekam medis.
B. Indikator Mutu
1. Klinis
a. Assesmen pasien
Indikator mutu assesmen pasien yang dilakukan Rumah Sakit Islam Banjarmasin adalah
tercapainya 100% tepat waktu kunjungann dokter spesialis organic ke pasien
b. Pelayanan laboratorium
Indicator mutu pelayanan laboratorium yang dilakukan Rumah Sakit Islam Banjarmasin adalah
tercapainya 99% tidak adanya kesalahan penyampaian hasil pemeriksaan laboratorium.
c. Pelayanan radiologi
Tercapainya 98% tidak adanya kejadian foto rontgen ulang.
d. Penggunaan antibiotic
Tercapainya 96,5% tidak adanya infeksi nosokomial pada semua kategori luka sayatan operasi
bersih yang dilaksanakan di Rumah Sakit dan ditandai oleh rasa panas
(kalor),kemerahan(color),pengerasan(tumor)ddan keluarnya nanah(pus) dalam waktu lebih dari
3x 24 jam.”
e. Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga.
Dilaksanakannya survey kepuasan pasien satu bulan sekali.
f. Harapan dan kepuasan staf.
Dilaksanakannya survey tingkat kepuasan dokter setahun sekali.
g. Demografi pasien dan diagnosis klinis
Adanya laporan 10 besar penyakit(demograi pasien)
h. Manajemen keuangan
Analisa kesehatan keuangan RS setiap bulannya.
i. Pencegahan dan pengendalian dari keejadian yag dapat menimbulkan masalah bagi
keselamatan paien,keluarga pasien dan staf
Evaluasi dan analisa ketaatan penggunaan Alat Pelindung Diri setiap semesternya.
5.Unit kerja
Indikator mutu unit-unit kerja RSIB terlampir.
Salah satu cara untuk memantau kejadian HAI’s adalah dengan cara survelance.Pengumpulan
form surveillance dilakukan di masing-masing ruangan rawat inap. Selanjutnya Tim HAI’s
mengumpulkan form surveillence setiap awal bulannya. Adapun kejadian HAI’s yang di survelance
adalah:
d. Phlebitis
e. ILO
Sejak awal tahun 1900 institusi rumah sakit selalu meningkatkan mutu paddaa 3(tiga)
elemen yaitu struktur,proses dan outcome dengan bermacam-macam konsep dasar,program regulasi
yang berwenang misalnya antara lain penerapan Stanndar Pelayanan Rumah Sakit, penerapan Quality
Assurance, Total Quality Management, Countinuos Quality
Improvement,perizinan,Akreditasi,Kredensialing, Audit Medis, Indikator Klinis, Clinical Governance,
ISO, dan lain sebagainya. Harus diakui program-program tersebut telah meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit baik pada aspek struktur, proses maupun output dan outcome. Namun harus diakui, pada
pelayanan yang telah berkualitas tersebut masih terjadi KTD yang tidak jarang berakhir dengan
tuntutan hokum. Oleh sebab itu perlu program untuk lebih memperbaiki proses pelayanan, karena
KTD sebagian dapat merupakan kesalahan dalam proses pelayanan yang sebetulnya dapat dicegah
melalui rencana pelayanan yang komprehensif dengan melibatkan pasien berdasarkan haknya.
Program tersebut yang kemudian dikenal dengan istilah keselamatan pasien ( patien safety). Dengan
meningkatnya keselamatan pasienn rumah sakit diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan rumah sakit dapat meningkat. Selain itu keselamatan pasien juga dapat mengurangi KTD,
yang selain berdampak terhadap peningkatan biaya pelayanan juga dapat membawa rumah sakit ke
area blaming, menimbulkan konflik antara dokter / petugas kesehatan dan pasien, menimbulkan
sengketa medis, tuntutan dan proses hokum, tuduhan malpraktek, blow-up ke media massa yang
akhirnya menimbulkan opini negatif terhadap pelayanan rumah sakit, selain itu rumah sakit dan dokter
bersusah payah melindungi dirinya dengan asuransi, pengacara, dan sebagainya. Tetapi pada akhirnya
tidak ada pihak yang menang, bahkan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan rumah
sakit.
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih lama. Sistem tersebut meliputi : assessmen resiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Tujuan
Pada bulan Januari tahun 2002 Executive Board WHO menyusun usulan resolusi, dan kemudian
diajukan pada World Health Assembly ke 55 pada bulan Mei tahun 2002, dan diterbitkan sebagai
resolusi WHA55. 18. Selanjutnya pada World Health Assembly ke 57 pada bulan Mei tahun 2004,
diputuskan membentuk aliansi international untuk peningkatan keselamatan pasien dengan sebutan
World Alliance for Patient Safety, dan ditunjuk Sir Liam Donaldson sebagai ketua. World Alliance or
Patient Safety pada tahun 2004 menerbitkan 6 program keselamatan pasien, dan tahun 2005
menambah 4 program lagi, keseluruhan 10 program WHO untuk keselamatan pasien adalah sebagai
berikut:
WHO Collaborating Centre for Paatient Safety, dimotori oleh joint commission International,
suatu badan akreditasi di Amerika Serikat, mulai tahun 2005 mengumpulkan pakar keselamatan pasien
dari lebih 100 Negara, dengan kegiatan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah
keselamatan pasien, dan mencari solusi berupa system atau intervensi sehingga mampu mencegah atau
mengurangi cedera pasien dan meningkatkan kselamatan pasien. Pada tanggal 2 Mei 2007 WHO
Colaborating Centre for Patient Safety resmi menerbitkan panduan “Nine Life-Saving Patient Safety
Solutions “(“ Sembilan solusi keselamatan pasien rumah sakit”). Sembilan topic yang diberikan
solusinya adalah sebagai berikut :
1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication
Names)
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat serah terima / pengoprasian pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated)
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (tube)
8. Gunakan alat injeksi sekali pakai
9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi nosokomial.
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang perlu ditangani segera di
rumah sakit di Indonesia maks diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang merupakan
acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan kegiatannya.
Standar keselamatan pasien rumah sakit yang disusun ini mengacu pada “Hospital Patient
Safety Standars” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health Organizations,
Illinois, USA, tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di Indonesia.
Standar keselamatan pasien wajib diterapkan rumah sakit dan penilainnya dilakukan dengan
menggunakan Instrumen Akreditasi Rumah sakit.
1. Hak pasien.
2. Mendidik pasien dan keluarga.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan.
4. Penggunaan metoda- metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
Rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung
jawab pasien.
Kriteria :
Keselamatan dan pemberian pelayanan dapat dditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, dirumah sakit harus ada sistem dan
mekanisne mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien
dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat :
Kriteria :
3.1. Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari pasien masuk,
pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan dan saat
pasien keluar dari rumah sakit.
3.2. Terdapat Koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
kelayakan sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan
transisi antar unit pelayanan dapat berjalan baik dan lancer.
3.3 Terdapat Koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan komunikasi untuk
memfasilitasi dukungan keluarga,pelayanan keperawatan,pelayanan social,konsultan dan
rujukan,pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.
3.4 Terdapat komunikasi dan transper informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat
tercapai nya proses koordinasi tanpa hambatan,aman dan efektif.
Rumah sakit harus mendesign proses baru atau memperbaiki proses yang ada
,memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpula data,menganalisis secara
intensif kejadian tidak diharapkan,dan melakukan perubahan untuk meningkatkaan kinerja
serta keselamatan pasien.
kriteria:
Kriteria:
Kriteria:
6.1.Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan,pelatihan dan orientasi bagi
staf baru yang memuat topic keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-
masing.
6.2. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topic keselamatan pasien dalam setiap
kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
6.3. Setiap rumah sakit harus menyelanggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok
(teamwork) guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.
Standar VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan
pasien
Kriteria:
Langkah penerapan:
Langkah penerapan:
Langkah penerapan:
Langkah penerapan:
Standar SKP I:
Kebijakan dan / atau prosedur yang secara kolaboratif dikembaangkan untuk memperbaiki
proses identifikasi,khususnya pasa proses untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian
obat,daarah,atau produk darah;pengambilan daarah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis;atau pemberian pengobatan atau tindakan lain. Kebijakan daan / atau prosedur
meemerlukan sedikit nya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien,seperti naama
pasien,nomor rekam medis,tanggaal laahir,gelang identitaas pasien dengan baar-code,dan
lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi.
Kebijakan dan / atau prosedur jugaa menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di
lokasi yang berbeda di rumah sakit, seperti di pelayanan rawat jalan,unit gawat darurat,atau
ruang operasi termasuk identifikasi paadaa pasien koma tanpa identitas . suatu proses
kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan / atau prosedur agar dapat
memastikan semua kemungkinan situasi untuk dapat diidentifikasi.
Standar SKP II :
Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
di tuliskan secara lengkap oleh peenerima perintah.
Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima perintah.
Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan.
Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksaan vertifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus
berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang
perlu diwaspadaui (high-alert medications) adalah obat yang sering menyebabkan
terjadi kesalahan / kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat
yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip /
NORUM, atau Look Alike Soun Alike / LASA ). Obat-obatan yang sering
disebutkan dalam isu keselamatan pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat
secara tidak sengaja (misalnya : kalium klorida 2 meq / ml atau yang lebih pekat,
kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9% dan magnesium sulfat = 50%
atau lebih pekat ). Kesalahan ini bias terjadi bila perawat tidak mendapatakan
orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat kontrak tidak
dioreintasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau padakeadaan gawat darurat.
Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut
adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai
termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.
Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan / atau
prosedur untuk daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada
dirumah sakit. Kebijakan dan / atau prosedur juga mengidentifikasi area mana saja
yang membutuhkan elektrolit konsntrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta
pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagamana penyimpanannya di area
tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak
disengaja / kurang hati-hati.
Standar SKP IV :
Salah lokasi, salah prosedur, pasien-salah pada operasi, adalah sesuatu yang
menghawatirkan dan tidak jarang terjadi dirumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari
komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang
/ tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi ( site marking), dan tidak ada
prosedur untuk vertifikasi lokasi operasi. Di samping itu, asesmen pasien yang tidak
adekuat, penelaah ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung
komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasakahan yang berhubungan dengan
tulisan tangan yang tidak terbaca ( illegible handwriting) dan pemakain singkatan
adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi. Rumah sakit perlu untuk secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan / atau prosedur yang efektif di dalam
mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Digunakan juga praktek berbasis
bukti, seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checlist dari WHO Patient Safety
(2009), juga di The Joint Commision’s Universal Protocol for Preventing Wrong Site,
Wrong Procedure, Wrong Person Surgery. Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan
pasien dan dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali. Tanda itu harus
digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator / orang yang
akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi
dilakukan pada semua kasus termasuk sisi ( laterality ), multiple struktur (jari
tangan,jari kaki, lesi) atau multiple level (tulang belakang). Maksud prosesb vertifikasi
praoperatif adalah untuk :
Tahap “Sebelum insisi” (Time Out) memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan
diselesaikan. Time Out dilakukan ditempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat
sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit
menetapkan bagaimana prose situ didokumentasikan secara ringkas, misalnya
menggunakan checklist.
Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk
identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam penandaan.
Rumah sakit menggunakan suatu Checklist atau proses lain untuk
memvertifikasi saat preoperasi tepat lokasi,tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan
semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “Sebelum insisi /
time out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan.
Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam
untuk memasyikan tepat-lokasi,tepat-prosedur, dan tepat-pasien, termasuk
prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN
Standar SKP V :
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang
terkait pelayanan kesehatan.
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bias dibaca kepustakaan WHO, dan
berbagai organisasi nasional dan international. Rumah sakita mempunyai proses
kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan / atau prosedur yang menyesuaikan
atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk
implementasi petunjuk itu di rumah sakit.
Standar SKP VI :
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko pasien dari
sedera karena jatuh.
Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap.
Dalam konteks populasi / masyarakat yang dilayani, pelayanan yag disediakan, dan
fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan mengambil
tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bila termasuk
riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alcohol,gaya jalan dan keseimbangan,
serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut harus diterapkan
rumah sakit.
Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap resiko jatuh
dan melakukan asesmen ulang pasien bila diindikasikan terjadi perubahan
kondisi atau pengobatan, dan lain-lain.
Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh.
Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera
akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
Kebijakan dan / atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit.
D.Analisa
Analisa adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah permasalahan guna meneliti
struktur masalah tersebut secara mendalam dengan cara memecah-mecah masalah tersebut
menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dipelajari, kemudian mempelajari bagian-
bagian kecil tersebut, lalu mengambil kesimpulannya.
Ruang lingkup
Untuk membuat kesimpulan dan membuat keputusan, data harus dikumpulkan, dianalisis dan
diubah menjadi informasi yang berguna. Analisa merupakan bagian dari kegiatan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien (PMKP) RSIB. PMKP meliputi upaya peningkatan mutu dan
pengurangan risiko untuk keselamatan pasien yang meliputi rumah sakit dan seluruh unit.
Tata Laksana
Proses analisis program PMKP di RSIB dilakukan dengan membandingkan melalui salah satu
cara berikut :
1. Internal yaitu dalam waktu tertentu, seperti dari bulan ke bulan atau satu tahu ke tahun
berikutnya. Proses membandingkan secara internal dilakukan dengan membandingkan
data yang didapat pada saat tersebut dengan data yang didapat sebelumnya dalam waktu
per satu bulan atau per satu tahun sebelumnya sesuai dengan jenis dan ragam data yang
digunakan. Proses ini membuat target daru standar data yang diambil akan terus
mengalami perubahan secara internal.
2. Membandingkan dengan rumah sakit lain yang memiliki kerjasama dengan RSIB yaitu
menggunakan data base referensi. RSIB merupakan salah satu amal usaha kesehatan
milik persyarikatan Muhammadiyah yang tersebar diseluruh Indonesia. RSIB
melakukan perbandingan data untuk analisa dengan rumah sakit PKU muhammadiyah
Yogyakarta dan atau rumah sakit Islam Jakarta Pondok Kopi atau rumah sakit
Muhammadiyah lainnya yang bekerja sama dengan RSIB.
3. Dengan standar, seperti yang ditetapkan oleh badan akreditasi, ikatan professional atau
menggunakan ketentuan yang ditetapkan dalam undang-undang atau peraturan. Standar
yang digunakan sebagai pembanding adalah standar akreditasi versi 2012 dan atau
menggunakan standar pelayanan minimal Kepmenkes No 129 tahun 2008 atau
peraturan perundang-undangan atau dari ikatan professional yang berlaku.
4. Membandingkan dengan standar keilmuan serta membandingkan dengan praktek yang
baik yaitu praktek-praktek yang diakui di kepustakaan sebagai pedoman praktek yang
lebih baik atau paling baik. Sumber-sumber merujuk dari peraturan perundangan yang
berlaku, Departemen AKesehatan terkini, Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia
(PERSI) terkini, World Health Organization (WHO) terkini serta sumber valid lainnya
yang terjamin.Pertimbangan pemilihan salah satu proses analisis tersebut berdasarkan
pilihan yang oaling efektif dan efisien bagi RSIB. Analisa data dilakukan oleh dan
merupakan tanggung jawab tim PMKP.
Dokumentasi
Data hasil analisa data PMKP di RSIB berbentuk hardfile dan softfile sesuai kebutuhan.
D. Validasi
Validasi data adalah alat penting untuk memahami mutu dari data dan untuk menetapkan
tingkat kepercayaan (confidence level) para pengambil keputusan terhadap data itu sendiri.
Ruang Lingkup
Validasi data menjadi salah satu langkah dalam proses menetapkan prioritas penilaian,
memilih apa yang harus dinilai, memilih dan mengetes indicator, mengumpulkan dara, validasi data
dan menggunakan data untuk peningkatan. Penilaian terpercaya jadinya merupakan inti dari semua
program peningkatan. Untuk memastikan bahwa data yang benar, bermanfaat telah dikumpulkan,
validasi data secara internal harus ada.
Tata Laksana
Proses Validasi dilakukan dengan membandingkan melalui salah satu cara berikut :
1. Mengumpulkan ulang data oleh orang kedua yang tidak terlibat dalam pengumpulan data
sebelumnya.
2. Menggunakan sample statistic sahih dari catatan, kasus dan data lain. Sample 100%
dibutuhkan hanya jika jumlah pencatatan, kasus atau data lainnya sangat kecil jumlahnya.
3. Membandingkan data asli dengan data yang dikumpulkan ulang.
4. Kalkulasi akurasi dengan membagi jumlah elemen data yang ditemukan dengan total
jumlah data elemen dikalikan dengan 100. Tingkat akurasi 90% adalah patokan yang baik.
5. Jika elemen data yang diketemukan ternyata tidak sama, dengan catatan alasannya
(misalnya data tidak jelas definisinya) dan dilakukan tindak koreksi.
6. Koleksi sample baru setelah semua tindakan koreksi dilakukan untuk memastikan tindakan
menghasilkan tingkat akurasi yang diharapkan.
Pertimbangan pemilihan salah satu proses validasi berdasarkan pilihan yang paling
efektif dan efisien bagi RSIB. Validasi dikerjakan dan merupakan tanggung jawab tim
PMKP RSIB.
Dokumentasi
Validasi data PMKP di RSIB terdokumentasi melalui hardfile dan softfile sesuai
kebutuhan. Data hardfile atau softfile terdokumentasi dan tersimpan oleh tim PMKP dan
PIC/Penanggung jawab data.
Root Cause Analysis (RCA) adalah bagian dari program keselamatan pasien dan mutu.
RCA berdampingan dengan laporan insiden keselamatan pasien, pendidikan keselamatan
pasien dan pelatihan dalam rangka strategi manajemen risiko organisasi. Kepanitiaan RCA
harus dibentuk pada tingkat pimpinan rumah sakit dan dukungan direksi memberikan
pesan-pesan kuat terhadap keseluruhan organisasi rumah sakit. Penetapan kepanitiaan RCA
pada tingkat direksi memberikan berbagai kewenangan yang dibutuhkan oleh tim RCA
untuk melakukan investigasi dan identifikasi akar penyebab dari kejadian yang sebenarnya
dapat dicecah (preventable events).
Root Caause Analysis (RCA) adalah bagiam dari program keselamatan pasien dan
mutu. RCA berdampingan dengan laporan insiden keselamatan pasien, pendidikan
keselamatan pasien dan pelatihan dalam rangka strategi manajemen risiko organisasi.
RCA pada umumnya hanya diterapkan pada kejadian-kejadian risiko tinggi, berdampak
luas, kejadian fatal seperti kejadian sentinel. Sentinel adalah suatu Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius dan biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapakan atau tidak dapat diterima, meliputi :
Kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah atau kondisi
yang mendasari penyakitnya. Contoh bunuh diri.
Kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak terkait dengan
perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya.
Salah lokasi, salah prosedur dan salah satu pasien operasi.
Penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan oleh orang yang bukan orang
tuanya.
Tata Laksana
RCA yang di panduan ini dari IMRK institute Manajemen Risiko Klinis, RCA
umumnya hanya diterapkan pada kejadian-kejadian risiko tinggi, berdampak luas, kejadian
fatal seperti kejadian sentinel sehingga perlu dilakukan skrining kasus menggunakan matriks
grading risiko.
a. Matrik Grading Risiko
Tingkat Deskripsi
Resiko
HIGH Risiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dengan detail
(TINGGI) & perlu tindakan segera, serta membutuhkan tindakan top
manajemen
Setelah kasus diskrining maka dapat dilakukan RCA sesuai matriks grading risiko high (tinggi)
dan extreme (sangat tinggi).
TIM :
Ketua
Anggota : 1. 4.
2. 5.
3. 6.
Observasi langsung :
- Dokumentasi : 1. ……………………………………………..
2. ……………………………………………..
3………………………………………………
4………………………………………………
5. ……………………………………………..
1. ……………………………………….
2. ……………………………………….
3. ……………………………………….
4. ………………………………………
5. ……………………………………….
LANGKAH 4 PETAKAN KRONOLOGI KEJADIAN
WAKTU /
KEJADIAN
KEJADIAN
INFORMASI
TAMBAHAN
Good Practice
MASALAH
PELAYANAN
FORM TIMEPERSON GRID
WAKTU/
STAFF
YANG
TERLIBAT
LANGKAH 5 IDENTIFIKASI CMP (CARE MANAGEMENT PROBLEM)
MASALAH INSTRUMEN/TOOLS/INDIKATOR/STANDAR
1.
2.
3.
4.
5.
LANGKAH 6 ANALISIS INFORMASI
MASALAH
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
FORM ANALISIS PERUBAHAN
Faktor
eksternal
Faktor Tugas Faktor Tim
diluar RS
Faktor staf
Faktor Pasien
Faktor Faktor
Faktor Lingkungan Organisasi &
Komunikasi Kerja manajemen
Komponen SubKomponen
Kondisi Penyakit yang
kompleks,berat,multikomplikasi
Personal a. Kepribadian
b. Bahasa
c. Kondisi Sosial
d. Keluarga
Pengobatan Mengetahui risiko yang berubungan dengan
pengobatan
Riwayat a. Riwayat Medis
b. Riwayat Kepribadian
c. Riwayat Emosi
Hubungan Staf dan Pasien Hubungan yang baik
Ruang lingkup
Manajemen risiko adalah analisiss dari riisiko,seperti sebuah proses untuk melakukan
evaluasi terhadaap KNC dan proses risiko tinggi lainnya,yang kegagalannya daapat berakibat
terjadinya kejadian sentinel.saatu aalat yang dapat digunakan secara proaktif melakukan analisi
terhadap konsekuensi suatu kejadian yang berujung pada proses yang kritis dan risiko tinggi adalah
FMEA (failure mode and effect analysis) yaitu proses proaktif,dimana kesalahan dapat di cegah dan
di prediksi serta mengantisipasi kesalahan akan menimimalkan dampak buruk.
Tata laksana
Langkah-langkah FMEA
Pilih Proses yang akkan di analisa. Ttentukan salah satu proses / sub Proses bila prosesnya kompleks.
Judul proses:
________________________________________________________
________________________________________________________
________________________________________________________
Bentuk TIM
Ketua : __________________________________________________
Tahapan Proses:
Jelaskan proses setiap kegiatan sesuai kebijakan dan prossedur yang berlaku
Jika proses terlalu kompleks,anda dapat memilih satu proses atau sub proses untuk ditindak lanjuti
MODERAT MAYOR
2
(Kegagalan (Kegagalan (Kegagalan menyebabkan (Kegagalan menyebabkan
yang tidak dapat kerugian yang lebih besar kematian atau kecacatatan)
disadari oleh mempengaru terhadap pasien)
pasien dan hi proses
tidak pelayanan
menimbulkan kesehatan
dampak tetapi
dalam menimbulkan
pelayanan kerugian
keesehatan) minor)
Pasien Tidak ada Perpanjagan Kerugian terhadap fungsi Kemaatian ataau kerugian
cedera,atau hari rawaat organ permanent terhadap fungsi
tidak adanya atau tubuh(sensorik,motorik,psyco tubuh
perpanjang perpaanjanga logic atau (sensorik,motorrik,physiolo
hari rawat n kualitas intelektual),diperlukan gic atau intelektual),bunuh
pelayanan operasi lebih diri,pemerkosaan,reaksi
untuk 1 atau lanjut,perpanjaangan hari transfuse,operasi pada
2 pasien rawat untuk 3 atau lebih bagian atau pada pasien
pasien,peningkatan level yang salah, pemberianbayi
pelayanan untuk 3 atau lebih pada orang tua yang salah
pasien :
Pengunjun Dievaluasi Evaluasi dan Perawatan untuk 1 atau 2 Kematian; atau perawataan
g dan tidak di penanganan pengunjung 3 atau lebih
butuhkan untuk 1 ataau
penanganan 2 pengunjung
Staf: Hanya Pengeluaran Perawatan 1 atau 2 staf atau 3 Kematian atau perawataan
penanganan Medis,kehila atau lebih,terjaadi 3 atau lebih staf
ringan tanpa ngan waktu keecelakaan kerja
kerugian atau ada
waktu atau kecelakaan
tidak kerja untuk 1
menimbulkan atau 2 staf
kecelaakaan
kerja
Fasilitas Kerusakan Kerusakan Kerusakan sama dengan atau Kerusakan sama dengan
atau kurang dari lebih dari lebih dari $100,000 atau lebih dari $250,000
$10,000 atau
perlengka tanpa
$10,000
pan menimbulkan tetapi
kesehatan dampak kuraang
terhadap pasien dari$100,000
SKOR HAZARD
TINGKAT BAHAYA
KATASTROPIK MAYOR MODERAT MINOR
4 3 2 1
SERING 4
4
KADANG 6 3
3
JARANG 6 4 2
2
HAMPIR TIDAK 4 3 2 1
PERNAH 1
POHON KEPUTUSAN DECISION TREE
Gunakan “pohon keputusan “ untuk menentukan apakah modus kegagalan perlu di “Proses”
(KRITIS)
ya
ya
Apakah terdapat pengendalian efektif
berupa KONTROL untuk mengidentifikasi
hazard ini ?
ya
Apakah hazard ini mudah di
DETEKSI?
LANGKAH 5 Tatalaksana dan pengukuran Outcome
FORM FMEA
Ukuran Outcome
jawab
Yang bertanggung
Dukungan Manajemen
kegagalan: PENYEBAB Keputusan Tindakan Alasan
Evaluasi
(kontrol, untuk
bahaya
Tingkat
probabilitas
Nilai Hazard
kelemahaan ?
Poin tunggal
nda;ian?
kontrol/penge
Adakah
deteksi
mudah di
Apakah
Proses?
Awal
modus Terima, mengakhiri
Kegagalan Eliminasi)
sebelum
H.Penilaian kinerja (RS,Unit kerja,Para Pimpinan RS ,Tenaga proessi,Staf)
Rata2 kunjungan Rawat jalan/hari (2)
ROI (2) Rata2 kunjungan rawat darurat/hari(2)
Hari perawatan(2)
Kinerja
Cash Ratio(3) Pemeriksaan Penunjang non-Lab(1,5)
Keuangan(20) Pemeriksaan penunjang lab (1,5)
Current Ratio (3) Rata2 operasi/tindakan bedah/hari/(1)
Rata2 rehabilitasi medik (1)
Collective Period (3) Ratio Pasien Rawat jalan : Dokter(1)
Ratio Pasien Rawat Jalan : Perawat(1)
Perputaran persediaan (3) Ratio pasien IRD : Dokter(1)
Ratio Pasien IRD : Perawat(1)
TATO (3) Ratio Pasien Rawat Inap : Dokter(1)
Ratio Pasien Rawat Inap :perawat(1)
TMS =TA (3) BOR (2)
AVLOS(2)
BTO (2)
TOI(2)
Sales growth(1)
Pertumbuhan Activity growth(1)
produktivitas (11)
Program diklat (1)
Indikator Kinerja Penghargaan & sangsi (1)
Efisiensi
Kinerja Mutu Pengembangan produk baru (2)
Pelayanan (14)
RSIB Pelayanan Pengembangan system MGT (1)
(100) (40) Pertumbuhan Penelitian (1)
Penilaian kinerja pejabat RSIB dapat di ukur secara bulanan terdiri 3 standar dan 10 Parameteer sebagai
berikut:
1. Aadministrasi terdiri dari 3 parameter yaitu: Tepat Waktu Laporan Bulanan ,Kelengkapan Isi
Laporan Bulanan dan Keakuratan Laporan Bulanan
2. Manajerial terdiri ddari 4 paarameteer yaitu : Kelengkaapan Perancanaan ,Absensi Rapaat
Pejabat,Pengawasan dan koordinasi Formal ( Rapat UnitKerja)
3. Presentasi kegiatan dan kreatifitas terdiri dari 3 parameter yaitu : Kesesuaian dengan APB RSIB
,Mutu Pelayanaan dan Pembuatan Aturan Kerja (SOP,dll)
RS ISLAM BANJARMASIN
1. Asdministrasi:
Laporan Bulanan tetap waaktu : laporan telah sampai kepada Bagian Seketariat dan
tembusan ke SDI sebelum jam 12.00 setiap bulan berikutnya dengan kriteria nilai:
(A) Sangat sesuai : bila laporan diberikan sebelum tanggal 5 tiap bulan
(B) Sesuai : bila laporan diberikan padaa tanggal 5-10 tiap bulan
(C) Kurang sesuai : bila laporan diberikan setelah tanggal 10 tiap bulaan.
Kelengkapan Isi laporan Bulanan : laporan lengkap apabila memuat : (1) Laporan Realisasi
Program kerja bulaanaan ,(2) Laporan Kegiatan Rutin harian,(3) Lapor4an kegiatan
insidentil ,dengan sistemaatika laporan terdiri dari (4) pendahuluan(5) maksud dan tujuan
(6)isi(inti) laporan memuat parameteer 1-3 (7) Evaluasi dan Analisis kegiatan /laporan (8)
kesimpulan dan saran (9) penutup(10) lampiran/ data pendukung.
(A) Sangat sesuai : bila laporan memenuhi 10 unsur laporaan
(B) Sesuai : bila laaporan memuat 7-9 unsur laporan dan tidak meninggalkan parameter
(6)(7)dan (10)
(C) Kurang Sesuai : bila laporan memuat <7 unsur laporan
Keakuratan Laporan adalah Laporan dibuat berdasarkan (1) kenyataan yang terjadi di
lapangan (2) telah dicetak da di klarifikasi (3) tidak ada manipulasi data waalaupun hanya
1%
(A) Sangat Sesuai : bila memenuhi 3 unsur
(B) Sesuai: bila memenuhi 2 unsur
(C) Kurang Sesuai : bila <2 unsur
2. Manajerial :
Kelengkapan Perencanaan : bila reencana kegiatan dibuaat lebih pendek , berjenjang daan
detil terdiri dari : (1) jenis kegiatan (2) target Kwalitas (3) Target Kwantitas(4)v
Penanggung Jawab (5) Sasaran Kegiatan (6) Anggaran (7) Waktu Pelaksanaan dan (8) Ada
TOR nya untuk kegiatan yang bersifat seremonial dan melibatkan orang lain.
(A) Sangat Sesuai: kegiatan direncanaakan secara mingguan dan memenuhi 7-8 unsur
(B) Sesuai : kegiatandirencanaakan secaraa 2 mingguan dan memuat 6 unsur .
(C) Kurang Sesuai : Keegiatan direncanakan secara bulanan dan kurang dari<6 unsur .
Absenssi rapat pejabaat : keehadiran dalaam rapaat pejaabat secaraa terstruktur dan terjadual
( Rapat #M dan Rapat Bulanan ) atau rapat lain yang memiliki kapasitas sebagai rapat
pejabat (Rapat Komdis ,Rapat SMFF <Rapat Komper ddan Rapat Akreditasi) berdasarkan
dan tertulis .
(A) Sangat Sesuai : kehadiran >90% dari jumlah rapat yang diadakan
(B) Sesuai : kehairan 70-89% dari jumlah rapat yang diadakan
(C) Kurang Sesuai : kehairan <70% dari jumlah rapat yaang diadakan
Pengawasan : ada pengawwasan kerja terhadaap kegiatan jajaran dibaawahnya secara (1)
tertulis (2)periodik (minimal bulanan(3) terstruktur atau berjenjaang (4) dilaporkan dan di
evaluasi (5) ada tindak lanjut dari hasil evaluasi.
(A) Sangat Sesuai: pengawasan dilaaksanakan sesuai 5 unsur
(B) Sesuai : pengawasan dilaksanaakaan memenuhi 3-4 unsur
(C) Kuraang Sesuai : pengawasan dilaksanakan kurang daari <3 unsur
Koordinasi Formal (Rapat Unit Kerja ); ada kegiataan pertemuan formaal yang terjadual
daalm satiu unit kerja dan melibatkaan semua jajaaran daan / ataau staf dlaam unit kerja
tersebut serta didukung oleh administrasi yang lengkap yaitu (1) Daftar Hadir (2) Risalaah
rapat dan (3) Memo Internal ke Pejaabaat terkait.
(A) Sangat Sesuai :rapat >2 kaali perbulan dengan perserta >80% daari total sta dan
administrasi nya lengkap.
(B) Sesuai : Rapat 1 kali er bulan dengan peserta 60%-79% dari total staf dan addministrasi
>2 unsur keelengkapan administrasi.
(C) Kurang Sesuai : Rapaat tidak dilaksanakan dan ataau dilaksanaakaan tapi tidak
memenuhi kelengkapan administrasi
DO.: - apabila rraapat dilaksanakan >2 kali perbulan dengan peserta <80% atau rapat
diadaakan 1 kali dalam sebulaan dengan pserta >80%,maka penilaiannya di masukkan padaa
skor B
-apabila raapat ddiadakan 1 kali pperbulan dengan peserta >79% tetap dianggap masuk
katagori nilai B daan apabila peserta <60% maka dapat ditoleransi jumlah pesertanya
sekurang-kurangnya 50% dari jumlah staf unit kerja tersebut.
Kesesuaiaan dengan APB RSIB : kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan (1) Program
kerja , (2) Anggaran RSIB (3) Zpencapaaian Target dan Memiliki nilai lebih
(A) Sangat Sesuai : kegiatan daapaat memenuhi 3 unsur dengan hasil akumulasi nilai >90%
(B) Sesuai : kegiatan daapat memeenuhi 2 unsur dengan hasil akumulasi nilai 70-89%
(C) Kurang Sesuai : kegiatan dapaat memenuhi <2 unsur dengan hasil akumulasi nilai <70%
Peningkatan nilai Mutu Pelayanan : kegiatan yang dilaksanakan secara rutin maupun
insidentil terkait dengan pelayanan tidaak ada komplain lebih daari 5% dengan jumlah
responden 50% dalam kegiataan pelayanan tersebut.
(A) Sangat Sesuai : Dapat membuat atau me revieew >2 buah
(B) Sesuai :dapat membuat atau mereview 1 buah
(C) Kurang Sesuai : tidak membuat atau me review protap
INSTRUMEN EVALUASI BULANAN KINERJA PEJAABAT
Calon/ Jabatan :
A B C
1. Administrasi
Laporan , sesuai taanggal penyerahan (<5,5-10,>10)
Kelengkaapan isi laporan (10,7-9,<7unsur)
Keakuratan Laporan (3,2<2 unsur )
2. Manajerial
Kelengkapan perencanaan (Mingguan 7-8,2 Mingguan 6,>2 mingguan <6unsur )
Absensi Rapat Pejabat (>90%,70%-89%,<70%)
Pengawaasan (5 ktr,3-4 ktr ,<3 unsur )
Koordinasi Formal (2X+>80%+AL,1X+60-79%+2 unsur ,tidak adaa daan aatau ada rapat
tidak ada admin )
3. Presentasi Kerja & Kreatifitas
Sesuai APB (3 unsur +>90%, 2 unsur +70%-89%,<2unsur +<70%)
Peningkaataan Mutu Pelayanan (<2,5%,2,6-5%,>5%)
Pembuatan Aturaan Kerja (>2 buah,1 buah,tidak ada)
JUMLAH NILAI
Keterangan:
Pemahaman yang baik tentang pengertian perjnjiaan baagi evaluator sangat penting
guna membantu evaluator meenerjemahkaan konsep perjanjian ke dalam laangkaah laangkaah
daan perumusan metode evaluasi yang akan dilaakukaan dalam pelaksanaaan evaluasi ataas
pelaksanaan perjanjiaan kerjasama oleh tim kerjasamaa dengaan pihak ketiga.
Tujuan
Tujuaan Evaluasi perjanjian Kerjasama dengaan pihak ketiga dimaksudkan sebagi acuan dalam
melaksanakan evaluasi terhadap perjnjian perjanjian yaang dibut RSIB dengan pihak ketiga bagi seluruh
rekanan RSIB sehinggaa diperoleh :
1. Kualitas informasi hasil evaluasi yaang memadai
2. Keseragaman langkah-langkah pelaksanaan evaluasi.
Ruang lingkup
Ruang lingkup teknik evluasi ini meiputi perencanaan evaluasi, pengumpula dataa, anaalisis
dataa, benchmarking , pembahasan , dn pelaporan. Ruang lingkup evaluasi meeliputi seluruh perjanjian
kerja saama yaang ddibuat oleh RSIB denngn pihak keetiga yaang mengaakibtkan timbulnya hubugan
hukum atau pemanfaataan aset RSIB dilakukan paaling sediit 1(satu) tahun sekali.
Persiapan evaluasi
Persiapan evaaluasi merupakan suaatu ataau tahaapaan kegiatan yang haaruss dilkukaan paada
tahap dimulainya suatu kegiataan evaluasi. Langkah persiapan evaluasi yang harus diperhaatikaan antaara
laain mencaakup kualifikasi personil dan ssusunaan tim evaluator. Petunjuk Teknis Ini mengatur secara
spesifikasi prosedur pemilihaan/penunjukan personil. Prosedur penunjukaan personilevaaluasi mengenaai
penugasan pada kegitn rutin masing-masing Unit kerja
Untuk memperoleh kompetensi teeknis yaang diperlukan , sebelum dan selama penugasan
berlangsung,personil tim juga ditingkatkan kompetensi teknisnya meelalui pemberian
arahan/supervisi daan pembekalan.
2. Susunan Tim
Susunan tim yang akan dibentuk untuk melakukan evaluasi perjanjian kerjasamaa K/L
dengan pihak ketiga di sesuaikan dengan format penugasan yang akan dilakukan .
Susunan Tim Evaaluasi Perjanjian terdiri atas :
a. Penanggung Jawab (Direksi)
b. Penanggung Jaab unit terkait
c. Ketua Tim Kerjasama
d. Anggotaa Tim Kerjasama
Metologi evaluasi
1. Review dokumen
Review ddokumen merupakan langkaah pertamaa pengumpulan dataa yang dilakuka
dalaam rangkaa memperoleh informasi mengenai ketaatan terhadap isi/klausul perjanjian , nilai
taambaah ekonomi baagi RSIB,daan arah kebijakan manajemen.
2. Observasi
Observasi merupakan teknik untuk mengukur dan menguji perjanjian kerjaasamaa RSIB
dengan pihak ketiga yang dilakukan dengan pengamatan langsung ke unit terkait, gunaa
mendapaatkan jawabaan visual yang sesuai dengan substansi yang di evaluasi.
3. Diklat PMKP
Pembangunan kesehatan dibidang pelayanan langsung seperti Rumah sakit, bertujuan
untuk meningkatkan mutu,cakupan dan efisieensi pelaksanaan rujukan medik dan rujukan
kesehatan secaraa terpdu serta meningkatkaan dan memantaapkan manajemeen pelayanan
kesehatan yang meliputi kegiatan perencanaan , pelaksanaan , pengawasan , pengendalian dan
penilaian.
Sejalan dengan perubahan sosial budaya masyarakat dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi , peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan
perkembangan informasi yang demikian ceepat dan diikuti oleeh tuntuan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yng lebih baik mengharuskan saraana pelayanan kesehatan untuk
mengembangkan diri secara terus menerus seiring dengan perkembangan yang ada pada
masyarakat tersebut. Pengembangan yang dilaksanakan tahap demi tahap berusaha untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dirumah sakit tetap dapat mengikuti perubahan yang
ada.
Apabila rumah sakit tidak mempersiapkan diri secara lebih baik dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan , maka sarana tersebut akan dijauhi masyarakat dan masyarakat
akan mencari sarana kesehatan alternatif. Untuk itu setiap rumah sakit harus meningkatkan
penampilanya secara terencana sesuaai dengaan kebutuhan dan tuntutan masyarakat agar dapat
terus berkembang.
Salah satu usaha peningkatan penampilan dari masing-masing sarana pelayanan seperti
rumah sakit adalah degan meningkatkan mutu pelayanan di semua unit pelayanan, baik pada
unit pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, ataupun pada unit pelayanan administrasi
dan manajemen melalui program jaminan mutu.
Mutu pelayanan Rumah sakit merupakan derajat kesempurnaan pelayanan Rumah
Sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat/konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar profesi dan standar pelayanan profesi dengan menggunakan potensi sumberdaya
yang tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien dan efektif serat diberikan secara aman dan
memuaskan sesuai norma, etika hukum dan sosio budaya, dengan memperhatikan keterbatasan
dan kemampuan pemerintah dan masyarakat sebagai konsumen.
Tujuan umum :
Tujuan dari pada kegiatan ini adalah tersusunnya panduan penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan jaminan mutu di Rumah Sakit.
Tujuan khusus :
- Tersusunnya jenis pelatihan sesuai dengan kebutuhan pelatihan.
- Tersusunnya jenis pelatihan jaminan mutu pada setiap profesi/karyawan di rumah
sakit
a. Obeservasi di lapangan
b. Mengumpulkan permintaan pelatihan dari para manajer
c. Mengadakan wawancara dengan target peserta, atasan karyawan yang
bersangkutan, bawahannya atau temannya.
d. Diskusi kelompok
e. Kuesioner
f. Permintaan karyawan karena kebutuhan pekerjaan.
g. Tes tertulis
h. Komentar pelanggan
Tata laksana
a. Kompetensi Teknis
b. Akses
c. Efektifitas
d. Hubungan antaar rekan kerja
e. Eisien
f. Kelangsungan pelayanan
Program pendidikan dan pelatihan karyawan dalam jaminan mutu rumah sakit :
1. Direksi
a. Direktur utama
Direktur Rumah Sakit mengikuti pelatihan perumahsakitan meliputi
kepemimpinan, Kewirausahaan, Rencana Strategis bisnis, Rencana Aksi
Strategis, Rencana Implementasi dan Rencana Tahunan, Tatakelola runah
sakit, Standar Pelayanan Minimal, Sistem Akuntabilitas, Sistem Remunerasi
Rumah Sakit, Pengelolaan Sumber Daya Manusia.
b. Wakil Direktur Medis
Wakil Direktur telah mengikuti pelatihan perumah sakitan meliputi
Kepemimpinan, Kewirausahaan, Rencana Starategis bisnis, Rencana Aksi
Strategis, Rencana Impelentasi dan Rencana Tahunan, Tata kelola Rumah
sakit, Standar Pelayanan Minimal, Sistem Akuntabilitas, Sistem Remunerasi
Rumah sakit, dan pengelolaan Sumber Daya Manusia.
c. Wakil Direktur Umum dan Keuangan
Wakil direktur Administrasi Umum telah mengikuti pelatihan
Kepemimpinan dan Kewirausahaan, Rencana Aksi Strategis, Rencana
Implementasi dan Rencana Tahunan, Sistem Rekruitment Pegawwai,
Laporan Pokok Keuangan, Akuntansi, Rencana Bisnis Anggaran, Sistem
Informasi dan Sistem Remunerasi.
1) Kinerja Unit
2) Kinerja Staf
3) Insiden Keselamataan Pasien
1) Kinerja Unit
a) Sasaran Mutu/Indikator Mutu
b) Hasil survey kepuasan pelanggan
c) Produktifitas unit (efektivitas &efisiensi Unit)
Keterangan:
Unit Kerja :
Bulan :
FFORM PDSA
a. Langkaah 1. Menentukaan tujuan daan sasaran Plan (P) lihat indikator mutu unit
Tujuan daan sasaran yang akan dicapai didasarkaan pada kebijakan yang di tetapkan
Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleeh kepalaa RS aatau kepala Divisi. Penetapan saasaraan
didasarkan pada data pendukung dan analisis informasi. Saasaraan ditetapkan secaraa konkret
daalam bentuk angka,harus pula diungkakpan dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada
semua karyawan. Semakin rendah tingkat karyawan yang hendak di capai oleh penyebaran
kebijakan dan tujuan , semakin rinci informasi.
Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil dicapai tanpa disertai
metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang ditetapkan harus rasional,berlaku untuk semua
karyawan daan tidak menyulitkan karyawan untuk menggunakannya. Oleh karena itu dalaam
menetapkan metode yang akan digunaakan perlu adaa diikuti dengan penetapan standar kerja yang
dapat diterima dan dimengerti oleeh semua karyawan.
Dalaam pelaksanaan pekerjaan , selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi dan standar kerja
mungkin tidak dapat mengikuti yang selalu dapat beerubah. Oleh karena itu, keterampilan dan
pengalaman para karyawan dapat dijadikan modal dasar untuk mengatasi masalah yang di timbul
dalam pelaksanaan pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.
Manajer atau atasan perlu memeriksa dan mempelajari apakah pekerjaan dilaksanakan
dengan baik atau tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan
mengikuti standar kerja,tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan . hal yang harus disampaikan
kepada karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan itu dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah
penyimpangan dan manakah yang bukan penyimpangan , maka kebijakan dasar,tujuan,metode
(staandar kerja) dan pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh karyawan maupun oleh
manajer. Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang timbul dari pelaksanaan
pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya. Metode untuk mencapai tujuan yang
dibuat dalam bentuk standar kerja. Agar dapat dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program
pelatihan para karyawan untuk memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.
Partisipasi semua pihak dalam pengendalian kualitas pelayanan mencakup semua jenis kelompok karyawan
yang secara bersama-sama merasa bertanggung jawab atas kuaalitas pelayanan daalam kelompoknya.
Paartisipasi semua proses dalam pengendalian kualitas pelayanan dimaksudkan adalah pengendalian tidak
hanya terhadap output,tetapi terhadap hasil setiap proses . proses pelayanan akan menghasilkan suatu
pelayanan berkualitas tinggi, hanya mungkin dapat dicapai jika terdapat pengendalian kualitas dalam setiap
tahapan dari proses. Dimaana dalam setiap tahapan proses dapat dijamin adanya keterpaduan,kerjasama
yang baik antara kelompok karyawan dengan manajemen,sebagai tanggung jawab bersama untuk
menghasilkaan kualitas hasil kerja dari kelompok, sebagai mata rantai dari suatu proses.
2) Kinerja staff
NAMA
LENGKAP
(termasuk gelar)
SPESIALISASI
PERIODE
PELAYANAN PASIEN
Jumlah pasien Jumlah kesehatan Kontribusi
Rawat Jalan
Rawat Inap
ALOS
TINDAKAN(sesuai kompeteensi merujuk keselamatan pasien risiko tinggi,efektifitas,efisiensi)
COSTOMER VOICE
Jumlah komplain Pasien
dari pasien
Jumlah Pasien
Komplimen dari
pasien
LAPORAN KLINIS
Pasien
Pasien
Pasien
Pasien
Pasien Meninggal Pasien
Dalam 24 Jam Pasien
Dalam 48 Jam Pasien
Pasien
Infeksi INOK
FORMULIR KAAJIAN PROSES EVALUASI TENAGA STAF
Nama Tangg Ijin,pendidikan,pe Dokumen Tanggung jawab Evaluasi Paling sedikit Anggota staf Potensi Perila
atau al ngalaman,terdoku memuaat ditetapkan di uraian kemampuan 1 tahun sekali yang keterampi ku
kateg diang mentasi:informasi salinan (copy) tugas saat diangkat melaksanakan evaluasi memberikan lan
ori kat diverikasi dari ijin uraian tugas saat dilakukan dan layanan
staf sumbernya pendidikan,pe diangkat terdokumenta kepada pasien
ngalaman si di latih dan
mempunyai
kompetensi
melakukan
teknis
resusitasi
Rumah Sakit.................................
LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)
I. DATA PASIEEN
Nama :
............................................................................................
>65 tahun
JAMKESMAS JAMKESDA
..................................................
4. Jenis Insiden* :
Rumah Sakit.........................................
(INTERNAL)
KPC :
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
......................
Dokter
Perawat
Petugas Lainnya
.........................................................................................................................................
Paraf : Paraf :
..................................... .....................................
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Hasil rangkuman kemudian dilakukan tindak lanjut
a) KPC dilakukan Investigasi sederhana oleh pimpinan unit kemudian dilakukan perbaikan
(bila buntu, maka dilanjutkan ke tim KPRS)
b) KNC,KTCC dan KTD dilakukan grading untuk IKP.
c) Sentinel dilakukan Root Cause Analys oleh tim KPRS.
L. Program-2 spesifik
PROGRAM
Nama Program Keterangan Unit
Program Peningkatan 11 Indikator klinis, 9 Indikator
Mutu dan Keselamatan manajemen, 5 Profil indikator
Pasien international library, indikator Direksi-Unit
SKP,RCA,FMEA,IKP. (unit kerja)
Indikator mutu dan keselamatan pasien,
manajemen resiko, penilaian kinerja
(RS,Unit,Staf), APB,
Program Ada program keamanan yang aktif di
keselamatan/keamanan laboraturium dengan tingkatan sesuai
laboraturium dengan resiko dan kemungkinan bahaya
dalam laboraturium. Program ini
mengatur praktek keamanan dan langkah-
langkah pencegahan bagi staf
laboraturium, staf lain dan pasien apabila
berada di laboraturium. Program
laboraturium ini di koordinasi oleh
manajemen program keamanan/
keselamatan rumah sakit. Program Laboraturium-K3
keamanan laboraturium termasuk :
a. Kebijakan dan prosedur tertulis
yang mendukung pemenuhan
standar dan peraturan.
b. Kebijakan dan prosedur tertulis
untuk penanganan dan
pembuangan bahan infeksius dan
berbahaya
c. Tersedianya perlatan keamanan
sesuai praktek di laboraturium
dan untuk bahaya-yang dihadapi.
Orientasi bagi semua staf
laboraturium untuk prosedur dan
praktek keamanan kerja.
d. Pendidikan- (in service education)
untuk prosedur-prosedur baru dan
pengenalan bahan berbahaya yang
baru dikenali/diperoleh
Program pengelolaan Program pengelolaan peralatan
peralatan laboraturium laboraturium meliputi : a. Seleksi dan
pengadaan perlatan. b. Indentifikasi dan
inventarisasi peralatan. c. Asesmen
penggunaan peralatan melalui
inspeksi,tes,kalibrasi dan pemeliharaan.
d.monitoring dan melaksanakan catatan
bahaya peralatan,penarikan
peralatan,insiden-yang harus dilaporkan,
problem dan kegagalan-kegagalan. e.
Mendokumentasikan program
pengelolaan. Frekuensi tes,pemeliharaan,
da kalibrasi berhubungan dengan
penggunaan peralatan laboraturium dan
pencatatan riwayat pemakaian.
Program kontrol mutu Prosedur kontrol mutu termasuk : a)
laboratorium klinik validasi metode tes untuk
akurasi,pesisi,rentang yang dapat
dilaporkan b) surveilens harian atas hasil
oleh staf koreksi yang cepat bila di
jumpai ada kekurangan d) pengetesan
reagensia Dokumentasi dari hasil dan
langkah-langkah koreksi
Program pengelolaan keamanan radiasi
termasuk : a) Kebijakan dan prosedur
tertulis yang meenunjang kesesuaian
dengaan standar, undang-undang dan
peraturan yang berlaku. B) kebijakan dan
Program keamanan prosedur tertulis untuk penanganan dan
raadiassi yang sesuai pembuangan bahan infeksius dan Radiologi K3
dengan risiko daan berbahaya c) ketersediaan alat pelindung
antisipasi baahaaya diri yang sesuai dengan praktek dan
antisipasi bahaya yang dihadapi d) ada
orientasi bagi staf radiologi dan
diagnostik imajing untuk prosedur dan
praktek keselamatan kerja e) ada
pendidikan/pelatihan inhouse untuk
prosedur baru atau adanya bahan
berbahaya yang baru diketahui dan di
gunakan
Program pengelolaan Program pengelolaan peralatan radiologi
peralaataan radiologi dan diagnostik imajing berisi : a)
dan diagnostik imajing pemilihan dan pengadaan peralatan.b)
identifikasi dan inventarisasi peralatan Radiologi-Logistik
asesmen penggunaan peralatan melalui
inspeksi,testing,kalibrasi,perawatan
c)monitoring dan bertindak terhadap
laporan peralatan bila ada peringatan
bahaya-penarikan kembali,laporan
insiden,masalah dan kegagalan d)
mendokumentasi program pengelolaan
Program kontrol mutu Prosedur kontrol mutu termasuk : 1.
pelayanan raadiologi dan Validasi-metode tes yag di gunakan
diagnostik imajing untuk akurasi dan presisi 2. Pengawasan
harian hasil pemeriksaan imajing oleh
staf radiologi yang kompeten 3. Langkah Radiologi
perbaikan cepat bila di tentukan
kekurangan-(deficiency) teridentifikasi 4.
Pegetesan reagensia dan larutan 5.
Pendokumentasian hasil dan langkah-
langkah perbaikan.
Komponen :
a). Identifikasi risiko
Program maanajem b). Menetapkan prioritas risiko Tim KPRS
risiko c). Pelaporan tentang risiko
d). Manajemen risiko (RCA& FMEA)
e). investigasi KTD
f). Manajemen klaim-klaim yang terkait
Kemampuan rumah sakit untuk melayani
pasien terkait langsung dengan
kemampuannya menarik dan
mempertahankan staf yang bermutu dan
kompeten. Pimpinan mengakui bahwa
daripada rekrutmen,maka
mempertahankan (retensi) staf
memberikan manfaat jangka panjang
Program seragam dalam yang lebih besar. Retensi meningkat jika
melaksanakan pimpinan mendukung peningkatan
rekruitmen,retensi,penge kemampuan staf melalui pendidikan
mbangan dan pendidikan berkelanjutan. Dengan demikian,
berkelanjutan bagi pimpinan berkolaborasi dlam SDI
semua staf merencnakan dan melaksanakan program
dan proses yang seragam terkait dengan
rekruitmen,retensi,pengembangan dan
pendidikan berkelanjutan untuk setiap
jenis/kategori staf. Program rekruitmen
rumah sakit mempertimbangkan
pedoman yang dipublikasikan seperti di
World Health Organization (WHO),
International Council of Nurses dan
World Medical Assocation
Menetapkan jenis,kemungkinan dan
konsekuensi dari bahaya,ancaman dan
kejadian : a) menetapkan pesan rumah
sakit dalam kejadian tersebut b) strategis
komunikasi pada kejadian c) pengelolaan
kegiatan klinis pda waktu
Program penanganan kejadian,termasuk alternatif tempat e)
kedaduratan pelayanan ; identifikasi dan penguasaan
peran dan tanggung jawab staf pada K3
waktu kejadian f) 174 Standar Akreditasi
Rumah Sakit proses untuk mengelola
keadaan darurat/kedaruratan bila terjadi
pertentangan antara g) tanggung jawab
staf secara pribadi dengan tanggung
jawab rumah sakit dalam hal penugasan
staf untuk pelayanan pasien
Rencana Kerja & Tim KPS
Anggaran
Program vaksinasi dan
Imunisasi
Keselamatan & keamanan
Bahan berbahaya
Program manajemen Manajemen emergensi IPS-K3
risiko fasilitasi Pengamanan kebakaran
Peralatan medis
Sistem utilitas
Penggunaan APD
Mengidentifikasi dan menurunkan risiko
infeksi yang didapat dan di tularkan
diantara pasien,staf,tenaga profesional
kesehatan,tenaga kontrak ,tenaga
Program pencegahan sukarela,mahasiswa dan pengunjung. Tim PPI
dan pengendalian infeksi Program akan efektif apabila mempunyai
pimpinan yang di tetapkan, pelatihan staf
yang baik , metode untuk
mengidentifikasi dan proaktif pada
tempat berisiko infeksi,kebijakan dan
prosedur yang memadai, pendidikan staf
dan melakukan koordinasi ke seluruh
rumah sakit.
Orientasi itu meliputi isi organisasi, misi
program orientasi bagi Departemen atau pelayanan klinik, Diklat
staf di Departemen cakupan pelayanan yang tersedia,
kebijakan dan prosedur terkait dengan
penyediaan pelayanan
Program hand hygiene Mengikuti standar WHO SKP-Keperawatan-
yang efektif Komdis
Program kesehatan dan Program kesehatan dan keselamatan staf SDI
keselamatan penting untuk menjaga kesehatan
staf,kepuasan dan poduktifitas.
Keselamatan staf juga menjadi bagian
dari program mutu rumah sakit dan
program keselamatan pasien. Bagaimana
rumah mengarahkan dan melatih
staf,menyediakan tempat kerja yang
aman, pemeliharaan peralatan biomedikal
dan peralatan lainnya, mencegah dan
mengontrol infeksi yang terkait dengan
asuhan kesehatan dan kesejahteraan staf.
Program Kesehatan dan Keselamatan staf
dapat dilakukan di rumah sakit atau
menjadi bagian integral dari program
eksternal. Apapun staf dan struktur
program,staf memahami bagaimana
melapor dan menangani dan menerima
konseling dan menindak lanjuti cidera
seperti tertusuk jarum,tertular penyakit
infeksi,identifikasi resiko dan kondisi
fasilitas yang mungkin menciderai dan
masalah kesehatan dan keselamatan
lainnya. Program dapat juga
menyediakan pemeriksaan kesehatan
prakerja, program imunisasi dan
pemeriksaan kesehatan
berkala,pengobatan untuk penyakit akibat
kerja,seperti cidera punggung,atau cidera
lainnya. Desain program termasuk
masukan staf dan mengambil sumber
klinis pada rumah sakit maupun yang di
masyarakat
“perencanaan rumah sakit
menggabungkan masukan dari berbagai
sumber,termasuk : a) para praktisi
kesehatan b) para pimpinan dan manajer
rumah sakit c) pihak luar rumah sakit
yang membutuhkan data atau informasi
tentang operasional dan pelayanan rumah
Program manajeemen sakit. MKI
informasi Perencanaan juga memasukkan misi
rumah sakit,pelayanan yang
diberikan,sumber daya,akses teknologi
yang dapat dicapai dan dukungan
komunikasi efektif diantara pemberi
pelayanan .
Prioritas kebutuhan informasi dari
sumber-sumber mempengaruhi strategi
manajemen informasi rumah sakit dan
kemampuan mengimplemeentasikan
strategi tersebut. Strategi tersebut sesuai
dengan ukuran rumah sakit,kompleksitas
pelayanan,ketersediaan staf terlatih,dan
ssumber daya manusia serta teknikal
lainnya. Perencanaan yang komprehensif
dan meliputi seluruh departemen dan
pelayanan yang ada di rumah sakit.
Perencanaan untuk manajemen informasi
tidak memerlukan suatu perencanaan
informasi tertulis formal tetapi perlu
bukti suatu pendekatan yang terencana
yang meengidentifikasi kebutuhan rumah
sakit akan informasi
Program MDGs PONEK dan TB DOTS Tim PONEK daan
TB DOTS
Program harus diuraaikan dalam bentuk Kerangka Acuan Prograam (TOR) dan tidak hanya
berbentuk time table
Ditandatangani oleh Kepala Unit Kerja dan Direktur RS
Format program :
Pendahuluan
Latar belakang
Tujuan umum dan tujuan khusus
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan
Cara melaksanakan kegiatan
Sasaran
Jadwal pelaksanaan kegiatan
Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan
Pencatatan,pelaporan dan evaluasi kegiatan
BAB V
METODE
Tahun 1986 Deming kembali memperkenalkan shewart cycle . dia menyatakan cycle itu
berasal dari versi 1950. Figure 7 menggambarkan prosedur tersebut untuk melakukan peningkatan. Dia
menyatakan “banyak langkah mungkin memerlukan panduan metode statistic untuk ekonomi,percepatan
dan perlindungan dari kesimpulan salah terhadap kesalahan percobaan dan pengukuran akibat dari
interaksi”.
Di seminar 4 hari pada tahun 1980, Deming mempresentaasikan versi miliknya. Beliau jga
menginginkan peserta dari barat yang menggunakan versi Plan, Do Chek dan Action adalah tidak tepat
karena dalam bahasa inggris kaata “Chek” berarti “to hold back” atau menahan. Deming menyaatakan
“.....dengan yakin untuk meenyeebunya PDSA, kurang tepat PDCA”
4
Study the results. What did
we learn? What can we 2
predict Carry out the change or test decided
upon,preferably on a small scale
Pada tahun 1987 Moen dan Nolan mempresentasikan semua strategi peningkatan proses
menggunakan cycle modifikasi Deming tahun 1986. Tahap planning dari cycle peningkatan memerlukan
prediksi dan teori yang berhubungan. Tahap ketiga membandingkan data observasi dengan prediksi sebagai
dasar untuk pembelajaran. Langley,Nolan and Nolan memperhalus cycle peningkatan dan menyebut nya
cycle PDSA, hal ini tergambar pada figure 9. Penggunaan kata study di fase ketiga menekankan bahwa
tujuan dari fase ini adalah untuk membangun pengetahuan baru. Ini tidak cukup untuk menentukan bahwa
perubahan dihasilkan di peningkatan selama tes tertentu. Selama pengetahuan dibangun,maka dibutuhkan
untuk dapat memprediksi apakah perubahan akan didapat di peningkatan pada kondisi-kondisi yang
berbeda yang akan di temui dimasa depan. Mereka menambahkan tiga pertanyaan dasar untuk menunjang
cycle PDSA:
1. Apa yang akan kita capai?
2. Bagaimana kita tahu bahwa perubahan yang kita inginkan ada di proses peningkatan ?
3. Perubahan apa yang dapat kita buat yang akan membeerikan hasil di proses peningkatan?
Act Plan
Study DO
-complete the analysis of - carry out the plan
The data - Document problems and
-compare data to unecpected observation
Predictions - begin analysis of the data
-summarize what was learned
Figure 10 – Model for Improvement 1996,2009
Act Plan
Study Do
Model ini sangat luas aplikasinya dan mudah untuk dipelajari serta ddi gunakan. Model
mendukung usaha peningkatan didalam jangkauan penuh dari yang sangat tidak formal sampai ke
yang paling kompleks.
Kesimpulannya bahwa PDCA,PDSA dan model untuk peningkataan memiliki metode akar
ilmiahnya masing-masing dan filosofi pengetahuan yang telah berkembang lebih dari 400 tahun.
Model untuk peningkatan dipercaya merupakan evolusi dari cylce PDCA. Pengalaman model
tersebut sejak di kembangkan dari tahun 1994 menunjukkan bahwa model tersebut :
Dapat di aplikasi untuk semua tipe organisasi dan semua grup serta tingkatan di dalam
organisasi
Memperlihatkan kerangka kerja untuk aplikasi dari metode peningkatan dan alat penunjuk
dari teori pengetahuan.
Memperkuat perencanaan yang beersumber kepada teori
Teori mengarahkan kepada pertanyaan yang sesuai yang menjelaskan dasar peembelajaran.
Pertanyaan mengarahkan kepada prediksi yang menuntun pengguna dalam mengidentifikasi
data penting,metode dan alat untuk menjawab pertanyaan relatif dari teori yang ddigunakaan
Mengembaangkan dan memperkuat proses pembelajaran deduktif dan induktif yang
berulang
Membiarkan rencana rancangan beradaptasi sebagai pembelajaran yang terjadi.
Menaampilkan cara sederhana seseorang untuk memperkuat diri mereka sendiri dalam
mengambil tindakan yang menuju hasil yaang berguna di dalam pembelajaran tradisi
pragmatis.
Memfasilitasi penggunaan kerja tim untuk membuat peningkatan.
BAB VI
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan adalah indikator keberhasilan suatu kegiatan. Tanpa ada pencatatan dan
pelaporan,kegiatan atau program apapun yang dilaksanakan tidak akan terlihat wujudnya. Output dari
pencatatan dan pelaporan ini adalah sebuah data dan informasi merupakan sebuah unsur terpenting dalam
sebuah peningkatan mutu, karena data dan informasilah yang berbicara teentang keberhasilan atau
perkembangan program mutu.
Inti dari manajemen mutu adalah ketersediaan data yang sahih dan dievaluasi sesuai standar
keilmuan yang ada , sehingga diharapkan terciptanya sebuah informasi yang akurat, representatif dan
reliable yang dapat di jadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan peningkatan mutu pelayanan.
Setiap penilaian indikator mutu akan menghasilkan data. Data yang dihasilkan perlu di catat,dianalisis dan
dibuat laporan.data yang disajikan adalah informasi tentang pelaksanaan penilaian indokator mutu dan
perkembangan masalaah penilaian mutu. Informasi yang ada perlu di bahas,di koordinasikan,diintegrasikan
agar menjadi pengetahuan bagi semua staf.
Sistem pencatatan dan pelaporan peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah kegiatan
pencatatan dan pelaporan indikator mutu rumah sakit ,indikator mutu unit kerja dan indikator keselamatan
pasien. Tujuan sistem pencatatan dan pelaporan peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah agar
semua data hasil keegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien dapat dicatat serta di laporkan ke
jenjang diatas nya sesuai kebutuhan secara benar,berkala dan teratur , guna menunjang pengelolaan upaya
kesehatan masyarakat.
Tujuan umum
Meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna melalui
pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang.
Tujuan khusus
1. Sebagai dasar penyusun perencanaan rumah sakit
2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok rumah sakit
3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiaatan peningkataan mutu dan
keselamataan pasien di rumah sakit
4. Untuk mengatasi berbagai kegiatan hambatan pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien di rumah sakit.
Jenis pencatatan dan pelaporan mutu dan keselamatan pasien di Rumah Sakit Islam Banjarmasin pada
dasarnya dapat dibedakan menjadi:
1. Berddasarkan fokus area indikaaotor mutu, dibedakaan menjadi :
- Fokus area indikator mutu klinis
- Fokus area indikator mutu manajemen
- Fokus area indikator mutu keselamatan pasien.
- International library
2. Berdasarkan lingkup pelaksanaanya dibedakan menjadi:
- Mutu Rumah Sakit
- Mutu Unit Kerja
3. Pencaatatan ddan pelaporan kegiaatan keselamatan pasien rumah sakit (KPRS) meliputi:
a. Seluruh unit di RS Islam Baanjarmasin wajib melakukan pencatatan dan peelaaporan insiden
keselamatan pasien yang meliputi: kejadian tidak diharapkan (KTD),kejadian nyaris cedera
(KNC),kejadian tidak cedera (KTC),kejadian potensial cedera (KPC) dan kejadian sentinel.
b. Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien(IKP) mengacub kepada buku pedoman
pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP) yang dikelurkan oleh Komite Keselamatan pasien
Rumah Sakit-PERSI
c. Pelaporan insiden terdiri dari:
a) Pelaporan internal yaitu pelaporan secara tertulis setiap insiden keselamatan
pasien yang menimpa pasien atau kejadian lain yang menimpa keluarga
pengunjung,yang terjadi di rumah sakit.
b) Pelaporan eksternal yaitu pelaporan secara anonim dan tertulis ke KKP-RS
setiap insiden keselamatan pasien yang terjaadi pada PASIEN,telah
dilakukan analisa penyebab,rekomendasi dan solusinya.
d. Tujuan pelaporan insiden keselamatan pasien rumah sakit
Tujuan Umum : menurunnya Insiden Keselamatan Pasien(KTD dan KNC ) dan
meningkatnya mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Tujuan Khusus :
1)Rumah Sakit (internal)
a) terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden keselamatan pasien di rumah sakit
b) diketahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada akar masalah
c) didapatkanya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien agar dapat mencegah
kejadian yang sama dikemudian hari.
2) KKP-RS (eksternal)
a) diperolehnya data / peta nasional angka insiden keselamatan pasien.
b) diperolehnya pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan daan keselamatan pasien
bagi rumah sakit lain.
c) di tetapkan nya langkah-langkah praktis keselamatan pasien untuk rumah sakit di Indonesia
e. Insiden keselamatan pasien yang dilaporkan meliputi: kejadian tidak ddiharapkan (KTD)
kejadian nyaris cedera (KNC) kejadian tidak cedera (KTC) kejadian potensial cedera (KPC)
daan kejadian sentinel.
f. Yaang membuat laaporan insiden keselamatan pasien adalah:
a) Siapa saja atau semua staf RS Islam Banjarmasin yang pertamaa menemukan kejadian
b) Siapa saja ataau semua staf RS Islam Banjarmasin yang terlibat dalam kejadian.
g. Tim keselamatan pasien Rumah Sakit (KPRS) RS Islam Banjarmasin membuat laporan insiden
keselamatan pasien dan rekomendasi untuk perbaikan serta “pembelajaran” berupa petunjuk/
“safety alert” untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
Alur PMKP RSIB :
Tim PMKP
Unit Kerja -Tim mutu Direktur RS Pemilik
-Tim KPRS
BAB VII
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring daan evaluasi kegiaatan PMKP di RSIB dilakukan oleh pemilik yaaitu PDM
Banjarmasin dan Direktur RSIB. Feed back daari pemilik dan direktur disampaaikan ke tim PMKP yang
kemudian dilanjutkan ke unit kerja. Kegiatan PMKP Unit kerja di monitoring dan dievaluasi oleh tim
PMKP.
Pemilik
Tim PMKP
-Tim mutu Unit kerja
-Tim KPRS
Direktur