Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


HIPERTENSI
di RUANG MELATI RSUD ANDI DJEMMA
MASAMBA
Periode Tanggal : ……………………………

DI SUSUN
OLEH :

IRMASARI,S.Kep

STIKES KURNIAJAYA PERSADA PALOPO


PROGRAM NERS
MASAMBA
2011
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien dengan hipertensi


Di Ruang Melati RSUD Andi Djemma Masamba.

Masamba,21 November 2011


Mahasiswa

IRMASARI S.Kep

Mengetahui Pembimbing Akademik


Pembimbing Ruangan

APRIANTI SALEH S.KeP,Ns (…………………………….)


NIP.
I. KONSEP DASAR MEDIK
A. Definisi
 Hipertensi adalah tekanan darah resisten dimana tekanan sistoliknya di
atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. (Brunner and
Suddarth, 2001).
 Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada orang dewasa.
Dikatakan hipertensi jika tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan
diastolik > 90 mmHg. (Lewis, Medical Surgical Nursing, 2000).
Klasifikasi Hipertensi (JNC VII)
Tekanan darah TD Sistolik/mmhg TD Diastolik/mmHg
Normal < 120 dan < 80
Pre hipertensi 120-129 atau 80-89
Hipertensi stage I 140-159 atau 90-99
Hipertensi stage II > 160 atau > 100

B. Anatomi Fisiologi
1. Jantung adalah organ berongga berotot, yang terletak di tengah toraks,
dan ia menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar 
300 gram. Agar dapat berfungsi dengan baik, jantung dilindungi oleh
perikardium. Perikardium terdiri dari 2 lapisan; lapisan dalam disebut
perikardium viseralis dan lapisan luar disebut perikardium parietalis.
Kedua lapisan ini dipisahkan oleh sedikit cairan pelumas yang berfungsi
mengurangi gesekan pada gerakan memompa dari jantung itu sendiri.
Lapisan jantung terdiri atas:
- Apikardium, yaitu lapisan terluar
- Miokardium, yaitu lapisan tengah merupakan lapisan otot
- Endokardium yaitu lapisan terdalam
Ruang jantung terdiri atas:
- Atrium kanan
Atrium kanan berdinding tipis berfungsi untuk penyimpanan darah,
dan sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik ke dalam
ventrikel kanan dan kemudian paru-paru. Darah masuk melalui vena
kavasuperior, inferior dan sinus koronarius. Yang memisahkan vena
kava dari atrium jantung hanyalah lapisan katub; karena itu
peningkatan tekanan atrium kanan akibat bendungan darah di bagian
kanan jantung akan dikembalikan akibat ke dalam sirkulasi sistemik.
- Ventrikel kanan
Pada kontraksi ventrikel, maka tiap ventrikel harus menghasilkan
kekuatan yang cukup besar untuk dapat memompakan darah yang
diterimanya dari atrium ke sirkulasi pulmonal ataupun sirkulasi
sistemik. Ventrikel kanan menghasilkan kontraksi bertekanan rendah,
yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteria pulmonaris.
Beban kerja dari ventrikel kanan jauh lebih ringan daripada ventrikel
kiri. Akibatnya tebal dinding ventrikel kanan hanya sepertiga dari
tebal dinding ventrikel kiri.
- Atrium kiri
Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-paru
melalui keempat vena pulmonalis. Antara vena pulmonalis dan atrium
kiri tidak ada katup sejati. Karena itu perubahan tekanan darah atrium
kiri mudah sekali membalik retrograde ke dalam pembuluh paru-paru.
Peningkatan tekanan atrium kiri yang akan menyebabkan bendungan
paru-paru. Darah mengalir dari atrium kiri ke dalam ventrikel kiri
melalui katup mitral.
- Ventrikel kiri
Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk
mengatasi tahanan sirkulasi sistematik, dan mempertahankan darah ke
jaringan perifer. Pada kontraksi, tekanan ventrikel kiri meningkatkan
sekitar 5 kali lebih tinggi dari pada tekanan ventrikel kanan. Ventrikel
kiri mempunyai otot-otot yang tebal dan sekat pembatas kedua
ventrikel juga memperkuat tekanan yang ditimbulkan oleh seluruh
ventrikel pada kontraksi.
Katub Jantung
Jantung mempunyai empat katup jantung yang berfungsi
mempertahankan aliran darah searah melalui bilik-bilik jantung.
- Katup Atrioventrikularis (Katub AV)
Katup ini memisahkan antara atrium dan ventrikel. Katup ini terdiri
atas 2 katup, yaitu katub trikuspidalis yang terletak antara atrium
kanan dan ventrikel kanan yang mempunyai tiga buah daun katub
mitralis memisahkan atrium dan ventrikel kiri yang mempunyai 2
buah daun katup.
- Katup semilunaris
Katup semilunaris. Terdiri dari katub aorta yang terletak antara
ventrikel kiri dan aorta, sedang katup pulmonalis terletak antara
ventrikel kanan dan arteria pulmonalis. Katup semilunaris mencegah
aliran kembali darah dari aorta atau arteria pulmonalis ke dalam
ventrikel sewaktu ventrikel istirahat.
2. Fungsi jantung:
a) Memompa darah ke jaringan
b) Mensuplai oksigen dan zat nutrisi lain
c) Mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme
3. Sistem peredaran darah dalam tubuh mempunyai 3 sirkulasi:
a) Sirkulasi sistemik
Mengalirkan darah yang mengandung oksigen dan ventrikel kiri ke
seluruh tubuh dengan tekanan yang besar, untuk memenuhi organ
tubuh yang berlainan. Pembuluh sistemik terdiri dari arteria, arteriola,
kapiler, venula, vena. Arteri mempunyai dinding yang elastis, kuat
dan sebagian otot polos, menerima darah langsung dari aorta dengan
tekanan tinggi. Arteriola mempunyai dinding yang elastis, kuat dan
sedikit serabut elastin. Dinding ini sangat peka dan berdilatasi atau
berkontraksi untuk mengatur aliran darah ke jantung kapiler. Dinding
pembuluh kapiler sangat tipis. Terdiri atas satu lapis sel endotel
melalui membran yang tipis dan semipermiabel inilah nutria dan
metabolik berdifusi dari daerah yang tinggi konsentrasinya menuju ke
daerah yang lebih rendah konsentratnya. Venula berfungsi sebagai
saluran pengumpul. Vena adalah saluran yang berdinding relatif tipis
dan berfungsi menyalurkan darah ke jaringan kapiler melalui sistem
vena, masuk ke atrium kanan. Aliran vena ke jantung ini hanya searah
karena ada katup-katup vena.
b) Sirkulasi pulmonal
Mengalirkan darah yang mengandung CO 2 di dalam ventrikel kanan
ke paru-paru melalui arteri pulmonal. Mempunyai tekanan yang
rendah, oleh sebab itu beban kerja dan ventrikel kanan lebih ringan
dari ventrikel kiri.
c) Sirkulasi koroner
Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung, mempunyai O 2
dan nutrisi ke miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial
yang kecil-kecil. Jantung dipersarafi oleh koronaria kanan dan kiri.
d) Sistem jantung dan tekanan arteri
Katup AV akan terbuka dan darah mengalir dari atrium ke ventrikel
bertekanan rendah yang sedang mengalami relaksasi, sampai ventrikel
berkontraksi. Katup aorta dan pulmonalis tertutup, karena tekanan di
aorta dan arteri pulmonalis lebih besar daripada tekanan di dalam
ventrikel yang berelaksi. Hal ini memungkinkan darah berkumpul di
dalam ventrikel. Periode ini disebut diastole. Terdengarlah bunyi jantung
kedua sewaktu ventrikel berkontraksi, tekanan di dalam ventrikel menjadi
lebih besar daripada di atrium dan katup AV tertutup. Dalam waktu
singkat, tekanan di aorta dan arteri pulmonalis masih lebih tinggi
daripada tekanan di dalam ventrikel, sehingga katup aorta dan pulmonalis
tetap tertutup, seiring dengan peningkatan tekanan di dalam ventrikel,
katup aorta dan pulmonalis terbuka secara cepat dan darah mengalir
keluar ventrikel dengan kecepatan dan tekanan tinggi. Periode ini disebut
sistol. Terdengar bunyi jantung pertama. Pada akhir sistol, ventrikel
kembali relaksasi. Arteri pulmonalis dan aorta adalah pembuluh berotot
yang membesar saat aliran darah dari ventrikel datang. Keduanya
menahan darah sebelum mengalirkannya ke sistem vaskuler, tidak dalam
denyutan besar, tetapi dalam suatu arus yang tetap. Tekanan sistolik
adalah tekanan darah arteri yang dihasilkan selama kontraksi ventrikel.
Tekanan diastole adalah tekanan darah arteri yang dihasilkan sewaktu
ventrikel relaksasi.
C.
1) Etiologi
a) Hipertensi primer
- Faktor keturunan
- Obesitas
- Usia (> 65 tahun)
- Merokok
- Alkohol
- Konsumsi garam yang berlebihan
b) Hipertensi sekunder
- Penyakit ginjal
- Obat-obatan seperti NSAID
- Kontrasepsi oral
- DM

2) Manifestasi klinik
Penyebab pasti dari hipertensi primer belum diketahui, tetapi diduga
faktor-faktor berikut ini yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah:
Keturunan
Merupakan faktor genetik yang diturunkan. Meskipun belum
diketahui secara jelas mengapa hal ini bisa menimbulkan peningkatan
tekanan darah.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls bergerak ke bawah
melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrin. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsangan emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya yang dapat memperkuat respons vasokonstriksi pembuluh
darah vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor yang kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh konteks adrenal. Ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler.
Dari faktor-faktor tersebut di atas dapat menimbulkan peningkatan
tekanan darah. Peningkatan tekanan darah menimbulkan pembuluh
darah menjadi kaku, menyempit yang dapat mengganggu aliran darah.
Aliran darah yang mengalir dan membawa serta oksigen tetapi tidak
dapat mengalir sempurna membawa akibat buruk bagi organ-organ
yang penting seperti:
1. Otak
Apabila pembuluh darah sudah menebal dan aliran darah
tidak lagi sempurna, sedikit dan tersendat maka otak akan
menderita kekurangan pasokan darah dan oksigen. Bila terjadi
terus menerus akan menyebabkan infark dan bila sudah terjadi
ruptur pembuluh darah dapat mengakibatkan komplikasi stroke.
2. Jantung
Apabila terjadi gangguan aliran darah ke jantung maka
beban kerja jantung meningkat untuk memenuhi suplai oksigen
dan darah ke sistemik. Jika hal ini berlangsung lama maka akan
terjadi hipertropi ventrikel kiri, yang berakibat pada suatu saat
jantung akan mengalami keadaan payah jantung. Arterosklerosis
akan menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah arteri
koronaria yang memperdarahi jantung itu sendiri. Akibatnya
suplai darah dan oksigen ke jantung berkurang maka akan terjadi
iskemia kemudian infark.
3. Ginjal
Terjadi penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan
kemampuan ginjal memfiltrasi mereabsorbsi, sekresi menjadi
berkurang. Hal ini dapat menyebabkan nefrosklerosis, bila hal ini
berlangsung lama dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal, bila
tidak ditangani secara tepat dapat mengakibatkan gagal kronik.
4. Mata
Aliran darah terganggu pada mata menyebabkan
vasokonstriksi arteriolar pembuluh darah mata yang menyebabkan
ruptur pembuluh darah retina.

3) Tanda dan Gejala


a) Palpitasi
b) Sakit kepala
c) Pusing
d) Merasa tegang di tengkuk
e) Kelemahan
f) Gangguan penglihatan
g) Gelisah
h) Mual dan muntah
i) Edema

4) Test Diagnostik/ Pemeriksaan penunjang


a) Pemeriksaan darah
 Serum elektrolit (natrium, kalium, klorida)
 Kolesterol dan trigliserid
 BUN dan kreatinin
 Asam urat
 Glukosa darah
 Hemoglobin dan hematokrit
b) Urinalisa: darah (+), protein (+), glukosa (+)
Mengisyaratkan disfungsi ginjal.
c) Foto thorax: dapat ditemukan pada pembesaran ventrikel kiri
d) CT-scan : mengkaji tumor serebral
e) EKG: menunjukkan pembesaran jantung, gangguan konduksi
seperti aritmia
f) Arteriografi: mengetahui lokasi pasti dan lesi/tingkat obstruksi dan
perubahan patologis pembuluh darah arteri.

5) Komplikasi
a) CVD/Stroke
Apabila pembuluh darah sudah menebal dan aliran darah tidak lagi
sempurna, sedikit dan tersedat maka otak akan menderita
kekurangan pasokan darah dan oksigen. Bila terjadi terus-menerus
akan menyebabkan infark dan bila terjadi ruptur akan menyebabkan
stroke.
b) Hipertropi ventrikel kiri
Terjadi gangguan aliran darah ke jantung maka beban kerja
jantung meningkat untuk memenuhi suplai oksigen dan darah ke
sistemik yang apabila berlangsung lama dapat terjadi hipertropi
ventrikel kiri.
c) Gagal ginjal
Terjadi ketika jantung tidak mampu memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh
6) Diagnosa Pembanding
a) Angina Pektoris
b) Cardio megali
c) Hemorargi strok
7) Penatalaksanaan Medik
a) Tirah baring
b) Diit: rendah kalori, rendah garam
c) Pemberian obat-obat hipertensi:
d) Angiotensin Converting Enzim (ACE) Inhibitor antara lain:
Catropril, Ramipril
e) Beta Adrenergic Blocker, antara lain: Nifedipine, Nicardipine.
f) Alfa adrenergic yang bekerja pada sentral antara lain:
Methyldopa, Clonidine Hydrochloride (Catapres)
g) Diuretik antara lain Furosemide, Chlorthalidone,
Hydrochlorothiazide.
h) Anti Adrenergic yang bekerja pada perifer antara lain: Reserpine,
Guanadel.

D. Discharge Planing
1) Persiapan pulang untuk pasien adalah:
a) Persiapan “home care”
b) Jika mungkin pasien sebaiknya memiliki alat pengukuran TD
sehingga TD-nya dapat dimonitor. Dalam hal ini perawat perlu
mengevaluasi kemampuan pasien/keluarganya dalam menggunakan
alat tersebut.
c) Sebaiknya pasien mempunyai alat timbang BB.
2) Penyuluhan pasien/anggota keluarga tentang:
a) Pembatasan garam
b) Mempertahankan/mengurangi BB
c) Pembatasan minuman beralkohol
d) Mengurangi stress
e) Keterangan tentang obat hipertensi yang didapat
f) Mencatat hasil pengukuran sehingga perkembangan dapat dipantau
g) Perawat memberitahu pasien bahwa terlibatnya pasien dalam proses
perawatan dapat membantu mengontrol penyakit dan mencegah
komplikasi.
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a) Kebiasaan: mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung garam berlebihan, lemak dan gorengan.
b) Kebiasaan merokok
c) Konsumsi alkohol
d) Pemahaman dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi.
e) Riwayat hipertensi dalam keluarga
2. Pola nutrisi metabolik
a) Mual, muntah
b) Mengkonsumsi makanan yang berlemak
c) Kebiasaan minum kopi

3. Pola eliminasi
a) Pola BAK: adanya tahanan/mengejan, warna, frekuensi,
nyeri
b) Pola BAB: teratur/tidak, ada nyeri atau tahanan saat BAB
4. Pola aktivitas dan latihan
a) Kelelahan
b) Nyeri dada
c) Palpitasi
d) Pernafasan cepat dan dalam
5. Pola persepsi kognitif
a) Nyeri kepala, pusing
b) Penglihatan kabur
c) Pola reproduksi dan seksualitas
d) Riwayat pemakaian kontrasepsi oral.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tahanan pembuluh darah perifer.
2. Nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vaskuler
serebral.
3. Intoleran beraktivitas berhubungan dengan kematian,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertropi ventrikel.
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan rencana pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit.
7. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, anoreksia.

C. Perencanaan Keperawatan

DP 1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan


tahanan pembuluh darah perifer.
HYD: - Tekanan darah berkurang sampai batas normal (100/70 mmHg-
120/80 mmHg).
D. Capillary refill kembali dalam 2 detik, nadi teraba, kulit hangat dan tidak
pucat.
Intervensi:
a. Monitor dan catat tanda dan gejala perfusi jaringan sistemik yang
berkurang.
Rasional: Adanya pucat, dingin, kulit lembab, peningkatan TD dan H R
mencerminkan penurunan curah jantung.
b. Anjurkan pasien untuk bedrest, posisi tidur kepala lebih ditinggikan.
Rasional: Memberikan rasa nyaman dan mengurangi ketegangan.
c. Anjurkan pasien untuk mengurangi rokok atau berhenti merokok.
Rasional: Merokok menyebabkan vasokonstriksi.
d. Berikan cairan perparenteral sesuai dengan indikasi dan batasi konsumsi
garam.
Rasional: Mengurangi retensi cairan.
e. Kolaborasi: berikan obat-obat anti hipertensi, antidiuretika.
Rasional: Membantu menurunkan tensi dan mengurangi kelebihan
cairan.

DP 2. Nyeri: sakit kepala berhubungan dengan peningkatan vaskuler


serebral.
HYD: Nyeri kepala berkurang sampai dengan hilang dengan kriteria:
E. Keluhan nyeri berkurang/hilang
F. Ekspresi wajah rileks
G. Partisipasi dalam beraktivitas
Intervensi:
a. Kaji keluhan pasien.
Rasional: Untuk menentukan tindakan keperawatan.
b. Kaji karakteristik sakit kepala: tipe, intensitas, waktu.
Rasional: Menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.
c. Tirah baring selama fase akut.
Rasional: Meminimalkan stimulasi/meningkatkan stimulasi.
d. Kaji tanda verbal dan non verbal terhadap nyeri.
Rasional: Mengurangi distensi.
e. Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala mis:
kompres dingin, pijat punggung dan leher, redupkan lampu kamar, teknik
relaksasi.
Rasional: Menurunkan tekanan vaskular cerebral dan memperlambat/
memblok respons simpatis efektif dalam menghilangkan sakit
kepala.
f. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi
perdarahan hidung atau kompres hidung untuk menghentikan perdarahan.
Rasional: Meningkatkan kenyamanan umum, kompres hidung dapat
mengganggu, menelan atau membutuhkan nafas dengan mulut,
menimbulkan stagnasi sekresi oral dan mengeringkan membran
mukosa.
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti hipertensi, analgesic
atau ansietas.
Rasional: Menurunkan tekanan darah, menurunkan/mengontrol nyeri dan
mengurangi tegangan yang diperberat oleh stres.

DP 3. Tidak toleransi beraktivitas berhubungan dengan menurunnya


oksigenisasi jaringan karena perfusi jaringan yang tidak adekuat,
kelemahan fisik.
HYD: - Pasien tidak menunjukan tanda-tanda kelelahan dan kelemahan.
H. Toleransi dalam beraktivitas meningkat.
I. Pasien dapat melakukan aktivitas.
Intervensi:
a. Kaji aktivitas perawatan diri yang dibutuhkan.
Rasional: Kebutuhan perawatan diri terpenuhi.
b. Tempatkan barang-barang yang dibutuhkan pada tempat yang mudah
dijangkau pasien.
Rasional: Pasien dapat memenuhi kebutuhan sendiri.
c. Monitor tanda-tanda pasien telah dapat bertoleransi terhadap aktivitas
seperti:
J. Pasien tidak menunjukan kelemahan/kelelahan
K. Interest terhadap aktivitas dan perawatan
L. Tekanan darah dalam batas normal sesuai dengan kondisi pasien
Rasional: Membantu menentukan tindakan selanjutnya.
d. Jelaskan pada pasien bahwa istirahat merupakan bagian dari prosedur
pengobatan.
Rasional: Pasien ikut berpartisipasi dalam pengobatan.
e. Batasi aktivitas.
Rasional: Membantu menurunkan kebutuhan oksigen.
f. Kurangi aktivitas di sekitarnya dan kebisingan lingkungan.
Rasional: Memberi rasa nyaman dan menurunkan ketegangan.
g. Tingkatkan aktivitas pasien secara bertahap dan tingkatkan kemandirian
pasien.
Rasional: Memelihara tonus otot, kemampuan gerak tubuh dan
membantu meningkatkan harga diri pasien.

DP 4. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertrofi


ventrikel, peningkatan overload, iskemik miokard.
HYD: - Berpartisipasi dalam beraktivitas yang menurunkan TD/beban
kerja jantung.
M. Mempertahankan TD normal.
N. Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi:
a. Pantau TD tiap 4 jam.
Rasional: Waspada terhadap peningkatan TD sehingga bisa segera
dilakukan antisipasi.
b. Catat keberadaan kualitas denyutan sentral dan perifer.
Rasional: Denyut carotis, radialis, femoralis mungkin teramati. Denyut
tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek dari
vasokonstriksi.
c. Amati warna kulit, kelembaban suhu dan capillary refill.
Rasional: Adanya kelainan mencerminkan vasokonstriksi/penurunan
curah jantung.
d. Catat adanya edema.
Rasional: Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan
ginjal/vaskuler.
e. Beri lingkungan tenang dan nyaman.
Rasional: Membantu menurunkan rangsangan simpatis dan
meningkatkan relaksasi.
f. Pertahankan pembatasan aktivitas.
Rasional: Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi
tekanan darah.
g. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imaginasi.
Rasional:
h. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
Rasional: Waspada terhadap adanya efek samping obat.
i. Berikan obat sesuai instruksi dokter.
Rasional: Mempercepat penyembuhan.

DP 5. Inefektif penatalaksanaan regiment terapeutik berhubungan dengan


kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, obat-obatan
faktor dan perawatan tindak lanjut.
HYD: - Mampu mengungkapkan pengetahuan tentang penyakit hipertensi.
O. Pasien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
hipertensi.
P. Pasien mampu mengungkapkan cara kerja obat dan efek samping obat.
Intervensi:
a. Kaji kesiapan dan hambatan dalam menerima informasi.
Rasional: Menentukan metode dan cara penyampaian informasi.
b. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan efeknya pada jantung.
Rasional: Memberikan pemahaman tentang hubungan tekanan darah
yang naik dan komplikasi.
c. Beri informasi pada klien tentang faktor-faktor yang dapat menimbulkan
penyakit vaskuler seperti obesitas, merokok, stress.
Rasional: Faktor-faktor yang dapat menunjukkan hubungan antara pola
hidup dengan hipertensi.
d. Atasi masalah dengan pasien mengidentifikasi cara dimana mengubah
gaya hidup yang tepat untuk mengurangi faktor-faktor tersebut.
Rasional: Faktor resiko dapat meningkatkan proses penyakit dukungan
petunjuk dan empati meningkatkan toleransi pasien.
e. Diskusikan tanda dan gejala yang memerlukan perhatikan medik cepat
seperti peningkatan kelelahan, nafas pendek, edema.
Rasional: Pemahaman sendiri meningkatkan tanggung jawab pasien
dalam pemeliharaan kesehatan dan mencegah komplikasi.
f. Beri penjelasan tentang alasan pemberian obat dan efek samping obat.
Rasional: Informasi yang adekuat dan pemahaman tentang efek samping
obat akan meningkatkan kerjasama rencana pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M. (1997). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for


Continuity of Care, Fifth Edition, WB. Saunders Company.
Brunner and Suddarth (2000). Text book of Medical Surgical Nursing; alih
bahasa: Agung Waluyo. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8,
vol. 2. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E. (1999). Nursing Care Plans: Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care; Alih bahasa: I Made Kariasa. Rencana
Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=1&iddtl=4
Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and
Management of Clinical Problem, Fifth edition Mosby.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Jilid 2. Cetakan 1. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson (1995). Phatophysiology: Clinical Concept of Disease
Process; alih bahasa: Peter Anugerah; Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Vol 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai