Bab I Pendahuluan: Frames Walls Adalah Dinding Geser Yang Menahan Beban Lateral, Dimana

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang rawan terjadi gempa bumi. Hal ini
terjadi karena letak geografis Indonesia yang berada diantara tiga lempengan
tektonik dunia, yaitu lempeng Eurasia, Pasifik, Filipina, dan Indo-
Australia. Tingginya potensi gempa menuntut bangunan yang aman
dan handal menjadi suatu keharu- san. Ketersediaan lahan yang semakin
sempit membuat bangunan tinggi menjadi alternatif dalam pembangunan
saat ini. Bangunan apartemen menjadi pilihan yang tepat untuk
dikembangkan guna mengurangi penggunaan lahan. Akan tetapi, bangunan
apartemen dalam hal ini khususnya high-rise buildings harus menghadapi
tantangan tersendiri dalam perancangan struktur dan pembangunannya
untuk memperoleh kestabilan (bangunan gedung serta kenyamanan bagi
penghuni gedung.
Beberapa cara untuk menjaga kestabilan struktur tersebut antara lain
menambah elemen struktur diagonal pada struktur sehingga struktur tidak
mengalami deformasi jajaran genjang. Cara lainnya adalah dengan
menggunakan dinding geser baik dinding penuh maupun sebagian (Schodek,
1999)

Frames Walls adalah dinding geser yang menahan beban lateral, dimana
beban gravitasi berasal dari frame beton bertulang. Tembok-tembok ini
dibangun diantara baris kolom

Sebagai salah satu sistem yang berfungsi menjaga kestabilan struktur,


penempatan frame wall harus diperhatikan agar dapat berfungsi dengan baik.
Penempatan sistem penjaga kestabilan ini juga dapat berpengaruh terhadap
pe- rilaku bangunan dalam menerima beban, sebagai contoh terhadap
simpangan horizontal bangunan serta torsi yang akan terjadi. Hal tersebut
melatarbelakangi penulisan “Kinerja Struktur Gedung Tinggi Mataram
City Menggunakan Studi Pemodelan Frame Walls

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengetahui sistem struktur yang digunakan pada bangunan bentang lebar
dan juga bangunan tinggi
2. Mengetahui sistem struktur bangunan tinggi pada Studi Kasus Bangunan
“Gedung Mataram City”
3. Mengetahui sistem struktur bangunan bentang lebar pada Studi Kasus
“National Athletics Stadium Bruce, Australia”

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah,


sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sistem struktur pada bangunan
tinggi dan bangunan bentang lebar
1.3.2 Untuk mengetahui penggunaan suatu sistem struktur pada bangunan
tinggi dan bangunan bentang lebar melalui studi kasus

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
Penulis dapat menambah wawasan mengenai sistem struktur
bangunan tinggi dan juga bangunan bentang lebar melalui studi kasus
(research) yang dilakukan. Serta dapat mengetahuai juga sistem
struktur apa yang digunakan pada studi kasus yang dibahas.

1.5 Metode Penulisan


Adapun metode penulisan yang digunakan adalah:
1.5.1 Jenis Penulisan
Jenis penulisan yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif
kualitatif, yaitu menggunakan metode studi pustaka dengan
mengkaji dan membandingkan sumber-sumber yang relevan
sesuai dengan judul penulisan dan objek yang telah diobservasi.
1.5.2 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah
Mencari literatur-literatur, pustaka, atau artikel-artikel yang
terkait dengan hotel dan lahan berkontur miring, baik dari buku
ataupun sumber internet.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Defenisi Struktur pada Bangunan


Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan
yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya
bangunan di atas tanah. Menurut KBBI Online arti kata struktur adalah cara
sesuatu disusun atau dibangun; susunan;bangunan; yang disusun dengan pola
tertentu. Dalam sistem konstruksi bangunan, struktur berfungsi untuk
memberi kekuatan dan kekakuan untuk mencegah sebuah bangun/bangunan
tersebut tetap kokoh berdiri. Fungsi utama dari sistem struktur adalah untuk
memikul beban yang bekerja pada bangunan (beban mati, beban hidup, beban
angin, beban konstruksi, dan beban lain;) dan menyalurkannya ke tanah
melalui pondasi. Dalam suatu bangunan, struktur merupakan sarana untuk

3
menyalurkan beban dan akibat penggunaan dan atau kehadiran bangunan ke
dalam tanah. Struktur juga dapat didefinisikan sebagai suatu entitas fisik yang
memiliki sifat keseluruhan yang dapat dipahami sebagai suatu organisasi
unsur-unsur pokok yang ditempatkan dalam suatu ruang yang didalamnya
karakter keseluruhan itu mendominasi interelasi bagian-bagiannya. Ini berarti
struktur merupakan bagian dalam suatu bangunan yang berfungsi untuk
menyalurkan beban-beban untuk menopang dan memperkuat suatu bangunan.

Lain halnya dengan konstruksi, dimana konstruksi adalah suatu pembuatan


atau perancangan bangunan serta penyusunannya. Konstruksi berbicara
tentang suatu kegiatan mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil
kegiatan yang berupa bangunan. Konstruksi menyusun susunan-susunan yang
ada di struktur sehingga kedua saling terikat dan melengkapi.

Bentuk bangunan tidak terlepas dari bagaimana manusia menyusun


elemen-elemen pembentuknya menjadi seperti yang diinginkan dalam
menciptakan ruang di bawahnya. Teknologi konstruksi dalam menyusun
elemen-elemen pembentuk tersebut turut mempengaruhi bentuk yang
dihasilkan. Kemajuan jaman telah membawa perkembangan pada
pengetahuan konstruksi, menjadikan kemungkinan-kemungkinan bentuk
menjadi lebih bervariasi dan seakan tak terbatas

2.2 Definisi Bangunan Tinggi

Dalam istilah untuk menyebut suatu bangunan yang memiliki struktur


tinggi. Penambahan ketinggian bangunan dilakukan untuk menambahkan
fungsi dari bangunan tersebut. Contohnya bangunan apartemen tinggi atau
perkantoran tinggi. Bangunan tinggi menjadi ideal dihuni oleh manusia sejak
penemuan elevator (lift) dan bahan bangunan yang lebih kuat. Berdasarkan
beberapa standard, suatu bangunan biasa disebut sebagai bangunan tinggi jika
memiliki ketinggian antara 75 kaki dan 491 kaki (23 m hingga 150 m).
Bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 492 kaki (150 m) disebut
sebagai pencakar langit. Tinggi rata-rata satu tingkat adalah 13 kaki (4 meter),

4
sehingga jika suatu bangunan memiliki tinggi 79 kaki (24 m) maka idealnya
memiliki 6 tingkat.

2.2.1 Stabilitas Bangunan Tinggi

Bangunan tinggi umumnya mempuanyi bentuk dasar segiemapat,


segitiga, bujursangkar, bulat, elips, atau kombinasi dari bentuk – bentuk
tersebut. Bangunan tinggi dengan bentuk dasar persegi panjang, apabila
menerima beban geser (gempa bumi) akan terguling. Oleh sebab itu,
agar bangunan tetap stabil dapat digunakan beberapa cara seperti:

1. Diberi podium, sehingga memperbesar jarak titik berat masa


bangunan dengan titik guling
2. Diberi tiang pancang, sehingga bangunan mempunyai akar yang
terikat dengan tanah
3. Dengan basement, sehingga menambah ketahanan nilai momen
guling
4. Penggabungan podium dan basement ( atau dengan tiang pancang)

1 4
3
2
Gambar 2.1
Stabilitas bangunan tinggi

2.2.2 Penyaluran Beban pada Bangunan Tinggi

5
Beban vertikal dapat ditahan oleh balok-balok (beban mati dan beban hidup)
sedangkan beban horizontal dapat ditahan kolom (angin).

1. Penyalur beban vertikal / tegak / gravitasi


Beban gravitasi merupakan beban yang berasal dari beban mati struktur
dan beban hidupnya yang bekerja pada suatu bangunan dengan cara
menyebarkan beban gravitasi kolom, balok, dinding, lantai dan disalurkan ke
pondasi/tanah.

Gambar 2.2
Penyaluran beban pada bangunan tinggi

2. Penyalur beban horizontal / datar

Beban ini merupakan pengaruh dari beban hidup, termasuk beban angina
yang menyebabkan struktur melengkung sampai tumbang. Untuk
mengatasinya dibuatlah bidang geser atau disebut dinding geser (shear wall)
dapat menahan gaya horizontal.

Gambar 2.3
Penyaluran beban pada bangunan tinggi 6
3. Sistem penahan gaya lateral

Gaya lateral adalah gaya angin dan gempa. Beban angin terkait dengan
dimensi ketinggian bangunan, sedangkan beban gempa terkait dengan massa
bangunan.
 Rangka pengaku (braced frame) : terdiri dari kolom dan balok yang
diberi pengaku diagonal,bisa berbentuk X atau K.
 Dinding geser (shear wall) : komponen vertikal yang sangat
kaku boleh mempunyai bukaan ±5%. Fungsi dinding geser dapat
berubah menjadi dinding penahan beban (bearing wall) apabila
menerima beban tegak lurus dinding geser.
 Pada bangunan tinggi, lebih sering dipakai gabungan portal penahan
beban dan dinding geser

2.3 Definisi Bangunan Bentang Lebar

Bangunan bentang lebar merupakan bangunan yang memungkinkan


penggunaan ruang bebas kolom yang selebar dan sepanjang mungkin.
Bangunan bentang lebar biasanya digunakan untuk mewadahi kegiatan yang
membutuhkan ruang bebas kolom yang cukup besar, seperti untuk kegiatan
olahraga berupa gedung stadion, gedung pertunjukan, auditorium, dan
kegiatan pameran atau gedung exhibition. Terdapat 8 jenis sistem struktur
bentang lebar, yaitu sistem struktur kabel, busur (arch), kubah (dome),
cangkang (shell), pneumatik, membran, spaceframe, dan folded plate.

2.3.1 Sistem Stuktur Kabel


Sistem struktur kabel adalah sebuah sistem struktur yang bekerja
berdasarkan prinsip gaya tarik, terdiri atas kabel baja, sendi, batang, dan
lain-lain yang menyanggah sebuah penutup yang menjamin tertutupnya
sebuah bangunan. Struktur kabel dan jaringan dapat juga dinamakan

7
struktur tarik dan tekan, karena pada kabel-kabel hanya dilimpahkan
gaya-gaya tarik, sedangkan kepada tiang-tiang pendukungnya hanya
dilimpahkan gaya tekan. Form active structure systems merupakan
bentuk struktur bangunan yang mampu menahan gaya tarik. Pada prinsip
pembebanan dan gaya tarik yang dipikul struktur ini, digunakan bahan-
bahan struktural yang mampu memenuhi persyaratan gaya tarik. Kabel
dengan tarikan yang kuat telah dikembangkan manusia terbuat dari
bahan baja. Kabel tersebut disebut sebagai hightension strength steel.
Sedangkan contoh bentuk kabel alami ialah akar-akar pohon gantung
yang kuat dan rotan.Karena hanya mendapatkan gaya tarik atau gaya
tekan, struktur kabel merupakan salah satu struktur furnikular. Kabel
yang mengalami beban eksternal tertentu akan mengalami deformasi
yang bergantung pada besar dan lokasi beban eksternal. Bentuk
furnikular merupakan bentuk yang didapat khusus untuk beban itu.

Gambar 2.4
Struktur kabel

2.3.2 Sistem Struktur Busur (Arch)

8
Sistem struktur busur (arch) adalah sistem struktur yang berupa
elemen garis yang berbentuk busur dengan lenting tertentu dimana
kekuatan lentingan yang ada mampu menahan beban tekan yang cukup
besar. Sistem struktur ini memiliki 2 tumpuan beban pada kedua kaki
tempat ia berpijak. . Pada umumnya material yang digunakan adalah
beton, kayu, dan baja. Sistem struktur ini pada umumnya sering sekali
dijumpai dipadukan dengan sistem struktur kabel, karena kedua sistem
struktur ini memiliki kelemahan dan kelebihan yang sangat bertolak
belakang. Pada struktur kabel, tidak tahan dengan gaya tekan namun
kuat dengan gaya tarik, sedangkan struktur busur memiliki tingkat
ketahanan pada gaya tekan yang tinggi. Sistem busur sudah digunakan
sejak era Romawi dan Yunani,dimana penyusunan dan order dari batu-
batu mampu membentuk lenting secara sempurna dengan penempatan
keystone pada bagian tengah lentingan.

Gambar 2.5
Struktur busur

2.3.3 Sistem Struktur Kubah (Dome)


Sistem struktur kubah (dome) adalah struktur hemispherical yang
berkembang dari lengkungan. Kubah adalah salah satu bentuk yang

9
paling efisien untuk menutupi daerah yang luas, karena dapat
membungkus jumlah maksimum ruang dengan luas permukaan
minimum. . Dalam teori hampir tidak ada batasan untuk ukuran kubah
yang dapat dibangun , dan ini memberikan tantangan konstan untuk
insinyur. Namun, dalam praktiknya keterbatasan pada ukuran kubah
telah dikaitkan erat dengan pengembangan bahan yang tersedia dan
teknik konstruksi.

2.3.4. Sistem Struktur Cangkang (shell)


Gambar 2.6
Sistem struktur cangkang (shell) adalah bentuk struktural tiga
Struktur kubah
dimensi yang memiliki sifat kaku dan tipis, serta memiliki permukaan
lengkung. Pada dasarnya, sistem struktur cangkang diambil dari bentuk
yang ada di alam seperti kulit telur, tempurung buah kelapa, cangkang
kepiting, cangkang keong, dan sebagainya. Sistem struktur ini memiliki
pelat yang melengkung ke satu arah atau lebih, yang tebalnya jauh lebih
kecil daripada bentangnya. Bentuk struktural ini dapat mempunyai
berbagai bentuk yang sembarang, tetapi bentuk yang paling umum
adalah bentuk yang permukaannya berasal dari kurva yang diputar
terhadap satu sumbu, misalnya permukaan bola, elips, dan parabola.

10

Gambar 2.7
Macam – macamm struktur cangkang
2.3.5. Sistem Struktur Pneumatik
Sistem struktur pneumatik adalah salah satu sistem struktur yang
termasuk dalam kelompok soft shell, dimana sistem struktur ini
memiliki ciri khas semua gaya yang terjadi pada membrannya berupa
gaya tarik. Pada pneumatik, gaya tarik terjadi karena adanya perbedaan
tekanan udara di dalam struktur pneumatic dengan tekanan udara di luar
struktur ini.

Membran yang merupakan bahan dasar dari sistem struktur


pneumatik ini dapat diberi pra tegang dengan tekanan dari sebelah
dalam apabila menutup suatu volume atau sejumlah volume yang
terpecah-pecah. Semua struktur yang memanfaatkan gaya tarik akan
membentuk bentuk dasar dan primer berupa garis lengkung atau
parabola yang membuka ke atas. Hal ini disebabkan bahan dari struktur
yang memanfaatkan gaya tarik adalah lentur dan lemas, sehingga akan
membuat garis lengkung atau parabola yang membuka ke atas. Namun,
lain halnya dengan yang dilakukan pada sistem struktur pneumatik.
Sistem struktur ini ingin membentuk satu bentuk dasar berupa garis
lengkung yang membuka ke bawah. Bentuk ini diilhami oleh bentuk
sistem struktur cangkang (shell). Sistem struktur cangkang banyak
memanfaatkan gaya tekan, berbeda dengan gaya tarik yang
dimanfaatkan dalam sistem struktur pneumatik, dimana sistem yang
digunakan merupakan sistem cangkang (shell) yang ditiup. Tekanan
udara di dalam diterima oleh membran penutup dan bidang membran

11
ini menegang dan memperoleh gaya tarik. Inilah sebabnya sistem
struktur pneumatik digolongnya dalam kelompok soft shell structure.

Sistem struktur pneumatik memperoleh kestabilannya dari tekanan


internal yang lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan eksternal.
Media yang digunakan dalam sistem struktur ini pun bermacam-
macam, diantaranya adalah gas atau udara, zat cair, busa, atau butiran.
Diantara semua media tersebut, media yang paling umum digunakan
adalah media gas atau udara.

2.3.6 Sistem Struktur Membran


Sistem struktur membran
Gambar 2.8adalah sistem struktur yang
menggunakan material membran.
Contoh struktur Sistem struktur ini memikul beban
pneumatic
dengan mengalami tegangan tarik. Membran yang digunakan dalam
sistem struktur ini sangatlah tipis sehingga sistem struktur ini tidak
dapat menerima gaya tekan dan geser. Sistem struktur membrane
biasanya digunakan untuk menjadi penutup atap bangunan.
Perkembangan zaman membuat pembelajaran tentang membrane
meningkat sehingga sekarang ada banyak keuntungan menggunakan
sistem struktur membrane, yaitu kualitas yang transparansi, ringan, dan
kemampuan membrane untuk diterapkan pada ruang skala besar.
Namun, harus diakui bahwa bahan membrane tidak cocok untuk
digunakan ke semua proyek. Ada proyek-proyek tertentu yang tidak
memungkinkan untuk menggunaan sistem struktur membrane. Jika
membrane yang digunakan hanya satu lembaran tipis, maka

12
kemungkinan membrane tersebut untuk robek sangatlah tinggi, serta
sulit untuk terhindar dari panas dan suara

2.3.7 Sistem Struktur Spaceframe


Sistem struktur spaceframe adalah sistem struktur yang dirakit dari
elemen-elemen linear yang disusun sedemikian rupa agar gaya dapat
ditransfer secara tiga dimensi ke tanah. Dalam beberapa kasus, sistem
struktur space frame dapat juga berupa dua dimensi. Makrostopik space
frame sering mengambil bentuk permukaan yang datar atau
melengkung. Sistem struktur space frame juga sering disebut sebagai
‘struktur berkisi-kisi’, dmana struktur berkisi-kisi adalah sistem struktur
dalam bentuk jaringan elemen.

Sistem struktur space frame adalah suatu struktur ringan namun


kaku (rigid) yang dikonstruksikan dari elemen-elemen tiang (truss)
yang mengikuti pola geometris tertentu. Struktur ini mendapatkan
kekuatannya dari rigiditas bentuk segitiga yang membagi-bagi beban

2.3.8 Sistem Struktur Folded Plate


Sistem struktur folded plate adalah rakitan pelat datar kaku yang
terhubung sepanjang tepi hingga membentuk sedemikian rupa
sehingga membuat sistem struktur yang mampu membawa beban
tanpa perlu balok pendukung tambahan di sepanjang tepi.

Secara sederhana, bentuk yang terjadi pada lipatan bidang-bidang


datar dimana kekakuan dan kekuatannya terletak pada keseluruhan
bentuk itu sendiri. Bentuk lipatan ini mempunyai kekakuan yang lebih
dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang datar dengan luas yang
sama dan dari bahan yang sama pula. Bentuk -bentuk yang dapat
dijadikan dasar perkembangan bentuk konstruksi lipat, yaitu bentuk-
bentuk dasar pyramidal, prismatic dan semi prismatic. Bentuk
prismatic ialah bentuk yang terdiri dari bidang-bidang datar bersudut

13
siku-siku dan bidang-bidang yang melintang tegak lurus pada kedua
belah sisi ujung bidang datar bersudut siku-siku.

Gambar 2.9
Struktur folded plate

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Struktur Bangunan Tinggi pada Bangunan “JIN MAO Tower”


JIN MAO Tower merupakan pencakar langit multi fungsi yang terdiri dari
perkantoran, hotel, pertokoan, parkir, auditorium dengan luas 280.000 M2
yang terletak di distrik Pudong didalam zona perdagangan dan financial
Lujiazui dikota metropolis Shanghai, China. Terdiri dari 88 lantai dengan
ketinggian 421 M, hingga tahun 2005 tergolong pencakar langit tertinggi ke 4
didunia, setelah Taipei Financial Center-Taiwan, Petronas Tower- Malaysia,
Sears Tower-Chicago USA. Penggunaan bangunan ini adalah 50 lantai untuk
perkantoran, 38 lantai hotel dengan 555 kamar (Grand Hyatt Shanghai), 900
mobil-1000 motor pada basemen 3 lantai (57.000M2) dan dilengkapi dengan
20.500 M2 pertokoan,pusat perjajanan, pusat konvensi dan eksibisi serta
auditorium. Bagian dasar pencakar langit ini dikelilingi oleh plaza dengan
lansekap dan kolam yang menawarkan relaksasi yang tenteram dari aktivitas
jalan sibuk kota Shanghai.

14

Gambar 2.10
Jin Mao Tower,Shanghai, China
3.1.1 Kekuatan dan Stabiltas Menara JIN MAO
Konsep sistim struktur JIN MAO TOWER berdasarkan pada:
1.Penggunaan penempatan beton bertulang secara strategis yang
dipadukan dengan struktur baja untuk menahan beban beban lateral
ekstrem dan gravitasi dengan efisiensi struktur maksimum tanpa biaya
material struktur yang berlebihan.
2.Penggunaan prinsip prinsip fisika untuk meningkatkan efektivitas
momen inersia bangunan.
3.Reduksi kelebihan elemen elemen struktur yang secara signifikan
meningkatkan nilai ekonomis bangunan.
Resistansi gaya lateral (seismik dan angin) dilakukan dengan kombinasi
dinding core beton dibagian dalam dan mega kolom komposit dibagian
luar yang dihubungkan dengan struktur rangka baja outrigger yang
bekerja secara komposit dengan lantai diafragma horizontal. Sistim
outrigger memaximalkan tinggi “balok” struktur terhadap deformasi
lentur ketika bangunan tinggi ini berperilaku seperti kantilever vertikal.
Outrigger ini terdapat pada lantai 24-26, 51-53, 85-atap.

15

Gambar 2.11
Pembagian lantai pada Jin Mao Tower
Beban lateral arah tegakluru bangunan ditahan oleh 8 mega kolom
komposit frontal, beban lateral arah diagonal ditahan oleh 8 mega kolom
baja pada sudut. Beban gravitasi diterima secara merata oleh ke8
megakolom komposit dibagian luar yang juga berfungsi menerima beban
axial akibat momen lentur total, sedangkan mayoritas gaya geser ditahan
oleh shear wall core. Dimensi mega kolom ber variasi mulai 1,50x5,00M
sampai 1,00x3,50M pada lantai 87, dimensi core shear wall bervariasi
mulai dari 0,85M dibagian fondasi hingga o,45M pada lantai 87.

3.1.2 Kekuatan Struktur JIN MAO Tower


Sistim resistansi gaya lateral JIN MAO Tower secara esensial
bersandar pada resistansi lentur dan geser dari core sentral, kekakuan
axial mega kolom komposit luar dan kekakuan lentur dan geser rangka
outrigger. Efisiensi struktur berpusat pada transfer beban langsung dari
core sentral ke kolom eksterior tanpa perlurangka perimeter (sabuk).

16

Gambar 2.12
Core sentral
Resistansitorsi struktur dicapai melalui core sentral dengan bentuk
tertutup dengan kompromi kompromi arsitektur, misalnya penetrasi
penetrasi ke core sentral, batasan batasan ketebalan dinding core,
dimensi mega kolom serta lokasi dan ketinggian sistim outrigger.
Sebuah sistem beton bertulang bubur dirancang dan dibangun di
sekeliling seluruhdari situs (0,75 kilometer). Ketebalan dinding lumpur
adalah 1 mmdengan desain beton kekuatan C40 dan kedalaman 33m
Sebuah survei struktural yang komprehensif dan program pemantauan
dirancang dan diimplementasikan ke dalamJin Mao Tower.
Extensometers ditempatkan pada inti pusat beton bertulang dan beton
bertulang komposit mega-kolom. Selain itu, strain gages ditempatkan
pada built-up baja structural mega-kolom serta pada lebar flens kolom
baja strukturallokasi dalam bungkus beton untuk komposit mega-kolom

Gambar 2.13
Struktru JIN MAO Tower

17
3.2 Struktur Bangunan Bentang Lebar pada “National Athletics Stadium
Bruce, Australia”
Stadion merupakan suatu bangunan yang kebradaannya sangat dibutuhkan
bagi masyarakat. Pembangunan stadion merupakan suatu tantangan bagi para
arsitek, dikarenakan arsitek harus mampu membanguan suatu bangunan yang
bebas kolom namun tetap aman digunakan, salah satunya pada Stadion Atletik
Nasional Bruce, Australia.

Berikut merupakan data umum dari National Athletics Stadium Bruce,


Australia:
 Nama Bangunan : National Athletics
Gambar 2.14
Stadium (Bruce Stadium)
“National Athletics Stadium Bruce, Australia”
 Tim proyek:Arsitek (Philip Cox, Taylor and Partners) Sipil (Bond James
and Laron)

 Service engineers: (Julius Poole and Gibson)

 Tahun pembangunan : 1977

 Bentuk Planm (denah): atap panjang112m, lebar 20m ,denah berbentuk


segiempat. Tinggi sampai atap: 16-20 m

 Material: baja

 Tipe struktur atap: tipe cable suspended steel framed roof deck

 Struktur pendukung: Pin jointed masts dengan diameter kabel 36mm


dan 52mm untuk kabel penarik di belakang

 Pondasi: rock tension anchors for the cables, piers to the main seating
structur

18
Dirancang untuk menjadi bagian dari Institut Olahraga Australia. Diginakan
sebagai tempat pelaksanaan kompetisi olahraga nasional dan internasional.
Secara konsep, struktur utama dirancang khusus dalam penampilannya dan
dapat terlihat jelas dari jarak yang jauh. Bangunan utama didesain untuk
menampung 6000 tempat duduk yang terlindungi.

Gambar 2.15
Fasilitas bagi atlet terletak pada struktur dasar dari atap, memberi
Denah stadion burce
hubungan langsung ke arena. Fasilitas lainnya seperti toko perlengkapan,
restoran dan bar, serta fasilitas perawatan juga terdapat pada dasar tersebut.
Tempat duduk diatasnya memungkinkan seluruh penonton untuk mendapatkan
pandangan penuh pada semua kegiatan. Atap tergantung pada kabel yang
didukung oleh tiang-tiang baja runcing yang memberi dampak visual pada
bangunan. Hal ini juga diperlukan untuk memberikan pandangan bebas kolom
bagi para penonton. Struktur diletakkan seperti pada atap yang memiliki
perlindungan maksimal dari angin yang sangat kuat di area.

3.2.1 Analisa Kabel Struktur

Kabel struktur mendukung atap seluas 112x20 m. Terdapat 5


tiang struktur disepanjang atap. Tiang ini dihubungkan dengan tiga
penggantung ke balok atap dan kolom baja yang runcing. Tiap
kabel mendukung 650 titik beban pada atap. Atap kabel
berdiameter 36 mm, kabel penggantung belakang berdiameter 52
mm yang dibuat dari 37x7mm kabel. Terdapat 2 penggantung
belakang untuk setiap tiang struktur penggantung dan 9 kabel yang
mendukung atap. Tiang-tiang digantung pada kaki tiang ke kolom
yang dikaitkan di dinding belakang dari tiang, dengan demikian

19
memungkinkan tiang untuk diputar dalam, sesuai bidang
perpanjangan dari tempat berdirinya.

Balok baja persegi kosong (tidak masif) yang membentuk atap


dipasang pada ujung rangka beton dari tempat duduk. Slab beton
100mm kemudian diberi dek metal yang telah dibuat menjadi
rangka atap dan bersifat permanen. Ini kemudian menjadi beban mati
untuk menjadi penahan pada saat angin kencang

Gambar 2.16
Hubungan tiang penggantung,
itu, tiang dimiringkan ke depan, kemudian kabel
kolom, dan penggantung
rangka atap
belakang dipasang pada kepala tiang yang kemudian dikembalikan
pada posisi akhirnya, memungkinkan ujung yang lebih rendah dari
kabel penggantung belakang untuk dihubungkan pada angkur di tanah.
Kabel penggantung belakang kemudian ditegangkan secara berpasangan
yang menyebabkan atap kabel dapat memikul beban.

Gambar 2.17
Arah pembebanan gaya

Panjang tiang penggantung 16 m dari ujung kepala hingga 3 way


pin joint. Ini adalah baja runcing fabrikasi yang menjadi satu dengan
cast element pada ujungnya yang memungkinkan hubungan kabel.
Terdapat 5 tiang yang masing- masing diletakkan pada bagian belakang
penyangga, kemudian dimiringkan dengan sudut 60º agar stabil.

20
3.2.2 Tapered Columns (kolom runcing)
Kolom-kolom runcing membentuk satu bagian dari 3 struktur baja
utama. Kalom- kolom ini bervariasi menurut ukuran panjangnya
mulai dari 16m hingga 20m, tergantung pada posisi peletakan
pada strukturnya. Kolom ini dihubungkan pada dua ujungnya untuk
memungkinkan terjadinya rotasi perpendicular pada penyangganya.

3.2.3 Roof Frame (rangka atap)


Rangka atap terdiri dari balok baja utama yang membentang sekitar
20m dihubungkan dengan tiang dan kolom-kolom. Balok utama
ini membentuk bagian pada kerangka atap baja yang menyangga
dek metal yang mendukung beton penutup atas. Penetrasi yang
menembus beton penutup atas memungkinkan terjadinya hubungan
pada rangka atap baja supaya kabel yang tegang dapat menggantung
atap. Tepi atap dijepit pada struktur beton untuk mengatasi
gaya lateral dan gaya keatas. Beton tegak di tepi atap mengurangi
kibaran atap.

3.2.4 Tension Cables (kabel tegang)

Kabel atap terdiri dari 19 X 7 mm kawat yang menyusun kabel


berdiameter 36 mm. Terdapat 9 kabel atap untuk tiap tiang penyangga
atap yang diseimbangkan oleh 2 kabel penggantung belakang yang
dianggurkan ketanah. Kabel penggantung belakang disusun oleh kawat
37 X 7 mm, yang membentuk kabel berdiameter 52 mm. Ini dapat
memikul beban hingga 600-700 kN. Kabel penyangga belakang
dihubungkan ke angkur batu melalui cetakan yang mempunyai lubang
runcing dan mengandung epoksi, serbuk besi (zinc dust), dan bola
pemikul (ball bearings).

21
3.2.5 Structural Action (Aksi Struktur)
Beban lateral pada arah transversal disebabkan oleh dua efek.
Yang pertama adalah beban terpusat yang disalurkan dari sistem
struktur sekunder untuk dinding, yang akan menjadi bentuk beban
terpusat pada tepi timur dan barat dari diagrid yang terbentuk pada
setiap 12,6 m.

Yang kedua Gambar


adalah 2.18 tarik
gaya pada atap dan resultan
Aksi struktur
komponen tekanan angin horisontal yang dihasilkan oleh beban angin
tidak simetris. Hal ini sebagian besar dinetralkan oleh ikatan
eksternal dan dinding penopang. Tiang penopang tepi menjadi subjek
efek fleksural saat menyalurkan beban-beban tersebut ke titik-titik
pendukung, disebabkan oleh gaya tekan dan daya regang pada bagian-
bagiannya. Diagrid juga akan membantu penyaluran beban ke
pendukung dengan mengembangkan daya tegang dan gaya regang pada
bagian-bagiannya.
Beban lateral pada arah longitudinal disebabkan oleh dua efek
yang serupa dengan yang terjadi pada arah transversal. Beban-
beban dibebankan secara singkat pada diagrid, yang kemudian
disalurkan pada dinding penopang melalui tiang penopang tepi dan
ikatan internal. Bagian-bagian diagrid akan mengembangkan gaya tekan
dan gaya regang dalam menahan dan menyalurkan beban- beban.
Satu perangkat ikatan internal akan menjadi tegang untuk setiap beban
lateral.

22
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bangunan Tinggi:
Bangunan tinggi berbeda dengan bangunan bertingkat.Bangunan tinggi
adalah bangunan yang mempunyai struktur tinggi.Bangunan tinggi merupakan
bangunan yang tingginya kurag lebih 15 m – 150 m. Bangunan tinggi jauh
lebih berisiko dibandingkan dengan jenis bangunan lainnya.Oleh karena itu di
butuhkan perencanaan yang matang dalam pembangunannya. Struktur
bangunan tinggi biasanya dilengkapi dengan plumbing, telekomunikasi,
transportasi, pemadam kebakaran, penangkal petir, sistem pembuanagan
sampah, saluran air hujan serta sirkulasi udara Bangunan Jin Mao Tower
merupakan contoh bangunan yang cukup dibilang telah memenuhi standar,
dari hasil analisis, membuktikan bahwa bangunan ini memiliki perencanaan
yang sangat matang, sehingga bangunan ini tetap berdiri kokoh hingga
sekaran.

Bangunan Bentang Lebar:


Struktur kabel sangat cocok digunakan pada atap stadion. Struktur
kabel tidak membutuhkan kolom-kolom yang besar untuk menyalurkan

23
beban, sehingga pandangan penonton ke arena pertandingan tidak
terganggu. Selain itu penggunaan struktur kabel pada atap stadion
dapat menambah nilai estetis bangunan. Struktur kabel sebenarnya bisa
digunakan di Indonesia, namun sampai saat ini belum dijumpai
penggunaan struktur kabel pada atap stadion.

4.2 Saran

Melihat daerah Indonesia yang sering mengalami gempa, salah satu sistem
struktur bentang lebar yang cocok untuk diaplikasikan di Indonesia adalah
sistem struktur kubah. Sistem ini memiliki struktur yang sangat kuat menahan
gempa dengan bentuk yang menjadi struktur itu sendiri. Bentuk tersebut juga
memiliki nilai plus, seperti kubah-kubah yang diaplikasikan pada bangunan
masjid di Indonesia. Sudah banyak masjid yang menggunakan sistem bentang
lebar kubah ini.

Apalagi, sistem struktur ini memiliki struktur atap yang bebannya relatif
kecil dan ekonomi. Sedangkan untuk bangunan tinggi, system yang cocok
digunakan ialah system dilatasi. Sistem dilatasi yang sering digunakan adalah
system dilatasi kolom. Sistem ini digunakan untuk bangunan – bangunan
yang panjang. Sistem ini juga mempunyai kelebihan yaitu mampu
menahan gaya horizontal yang timbul ( gempa bumi ). Selain itu juga
relative aman, dan apabila ada kerusakan – kerusakan tidak terlalu vatal.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Frick,Heinz.1998.Sistem bentuk struktur bangunan.Kanisius.Yogyakarta

2. Schodek, Daniel L. 1998. Struktur. PT. Rafika Aditama. Bandung


3. Architect: Adrian D. Smith Engineer: D. Stanton Korista
(2010)Acomprehensive case Study of the building System Intergration Of. Jin
Mao Tower Huangpu, Shanghai, China Skidmore, Owings, & Merril LLP
4. www. national_athletics_stadium . com

25
LAMPIRAN

Resume Paper:
Berikut ini merupakan resume dari sebuah makalah yang membahas
tentang struktur bangunan tinggi pada bangunan “Apartement Salemba
Residence” dan juga struktur bangunan bentang lebar pada bangunan “Theater
Imax Keong Emas”.

1. Apartement Salemba Residence ( Highrise Buildings )


Banunan “Apartement Salemba Residence” memiliki bentuk dasar segi
empat denagn struktur bangunan Apartemen Salemba Residence terdiri dari 2
buah Tower dan bangunan tersebut dihubungkan dengan Podium. Pada
permodelan struktur, bangunan tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yaitu struktur
Tower dan struktur Podium.

26

Gambar 2.19
Apartemen Salemba Residence
Antara struktur tower dan podium digunakan sela pemisah (sela dilatasi),
sehingga dilakukan analisis struktur secara terpisah untuk masing-masing.
Kedua struktur Tower memiliki kesamaan dalam sistem struktur dan denah
pembalokan, sehingga hanya dilakukan perencanaan sebuah struktur Tower.
Struktur Tower memiliki 30 lantai dengan ketinggian total basement dan semi
basement 102,3 m sedangkan struktur Podium memiliki 3 lantai dengan
ketinggian total beserta basement dan semi basement 12,4 m dari taraf
penjepitan.
1.1 Sistem Struktur
Struktur Tower dimodelkan sebagai sistem kombinasi antara dinding geser
dan sistem rangka pemikul momen atau yang biasa disebut sebagai “dual
system” yang berfungsi untuk menahan beban gravitasi maupun beban
gempa, sesuai dengan kekakuan dari masing-masing sistem. Sedangkan
struktur Podium dimodelkan sebagai sistem rangka pemikul momen (open
frame structure) dengan pertimbangan bahwa bangunan tersebut tidak terlalu
tinggi (kurang dari 40m).
Struktur atas dan struktur basemen gedung ini dianalisis terhadap
pengaruh gempa secara bersamaan, di mana struktur atas dan struktur
basemen dianggap sebagai struktur 3D yang terjepit pada taraf lantai dasar.
Dalam hal ini, seluruh struktur menggunakan sistem pelat dengan balok.
1.1.1 Komponen – Komponen Struktur
 Balok Komposit
Pada permodelan struktur, digunakan pelat lantai dari beton
bertulang. Kekakuan pelat lantai tidak ditinjuan dan pelat lantai
berfungsi sebagai penyalur beban-beban ke balok anak amaupun
balok induk. Balok baja dan pelat lantai dihubungkan dengan shear
connector, sehingga balok tersebut berperilaku sebagai balok
komposit

27

Gambar 2.20
Gambar Balok Komposit
 Kolom Baja
Kolom baja yang digunakan pada struktur tower dan podium
adalah penampang tersusun, yang merupakan gabungan profil I.
Profil gabungan tersebut dipilih dengan mempertimbangkan
kebutuhan aksial dan momen pada kedua sumbu penampang, dan
kelangsingan sayap dan badan kolom direncanakan sebagai
penampang kompak

Gambar 2.21

 Link Beam Gambar Profil I Gabungan


Link Beam direncanakan untuk menyalurkan momen antara
dinding geser dengan dinding geser, maupun dinding geser dengan
kolom. Dimensi Link Beam lebih besar dibandingkan dimensi
balok induk, hal ini disebabkan kebutuhan momen yang lebih besar
pada Link Beam akibat beban gempa
 Shearwall

28
Penambahan dan letak shearwall dilakukan untuk
menambah kekakuan struktur terutama terhadap beban gempa.
Pada struktur tower digunakan 13 buah tipe shearwall.

 Corewall
Pada struktur tower menggunakan 2 tipe elemen corewall,
yaitu PC1 dan PC2. Gambar
Corewall tersebut terletak pada daerah opening
2.22
lift Gambar Shear Wall

Gambar 2.23
Gambar 2.24 Denah Pembalokan
Denah Pembalokan Lantai Roof – Lantai Tipikal Tower
Lantai 25 Tower

2. Theater Imax Keong Emas ( Wide Span Buildings )


Sesuai dengan bentuk - bentuk bangunan yang unik yang merupakan ciri
dari gedung - gedung di TMII dan pula gagasan dari Ibu Tien Soeharto
bentuk gedung teater ini ditetapkan berbentuk keong. Ide dasar dari bentuk

29
keong ini, berawal dari suatu Legenda Keong Emas cerita rakyat yang
pouler di darah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bentuk teater ini pun benar -
benar menyerupai keong yang besar dan diberi warna sesuai dengan
legendanya yaitu warna Emas

2.1 Sistem Struktur

Bangunan kubah yang menggunakan sistem struktur cangkang,


merupakan bangunan kubah beton yang terbasar di Indonesia yang
memiliki bentangan/diameter 46m. Dan ketebalan beton yang memiliki
Teater Imax Keong Emas ini adalah 15 – 20cm. Ketebalan beton yang
tebalnya 20cm digunakan pada bagian bawah sebagai penahan beban
terbasar, sedangkan ketebalan yang 15 cm digunakan untuk ketebalan
pada bagian atasnya. Struktur Utama Yang Digunakan Setelah
diperhatikan ternyata pada bangunan teater Imax Keong Emas terdapat
tiga jenis disain dasar dari bentuk Shell (Struktur Cangkang), dan dari
masing masing bentuk mempunyai fungsi yang berbeda - beda, yaitu

 Kubah, memiliki permukaan kelengkungan satu arah (singly


curved) yang berfungsi sebagai pelindung/penutup atap dari ruang
teater dan merupakan bentuk bangunan yang menjadi vocal point
dari keseluruhan bentuk bangunan.

 Hyperbolic Paraboloid, memiliki permukaan kelengkungan dua


arah (double curved) yang berfungsi sebagai penghubung dan
penyeimbang bentuk antara bentuk kubah

 Barel, memiliki permukaan kelengkungan satu arah (singly


curved) yang berfungsi sebagai pelindung atau penutup atap dari
ruang penerima tamu, ruang loket di ruang tunggu (Lobby).

30

Gambar 2.25
Gambar teater keong emas
KOMENTAR:

Penulisan makalah yang dibuat sudah cukup baik, pemaparan materi yang
disampaikan pula sudah cukup menarik minat para pembaca. Penyampaian materi
struktur bangunan tinggi melalui contoh bangunan “Apartement Salemba
Residence” sudah sangat menarik sehingga dapat dengan mudah dipahami. Hanya
saja penyampaian materi pada sistem struktur bangunan bentang lebar pada
contoh bangunan “Theater Imax Keong Emas” memiliki sedikit kekurangan
pada pemberian gambar – gambar yang dapat mempermudah pembaca untuk
memahami materi yang di sampaikan.

Penulis Makalah :
I Dewa Gede Monega Martha
1605522020

31

Anda mungkin juga menyukai