Anda di halaman 1dari 41

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN


TEKNIK ALAT BERAT
BAB V
SISTEM KELISTRIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
KEPENDIDIKAN
2017
BAB V
“SISTEM KELISTRIKAN”

Kompetensi Inti :
Menerapkan dasar-dasar listrik dan perawatan sistem kelistrikan mesin pada pekerjaan
listrik dasar otomotif
Kompetensi Dasar :
Setelah menyelesaikan materi pembelajaran ini peserta akan mampu
menerapkan dasar-dasar kelistrikan dan memperbaiki sistem kelistrikan alat berat,
seperti:
1. Menentukan nilai tegangan, tahanan, dan arus pada rangkaian kelistrikan
otomotif.
2. Memperbaiki sistem starter
3. Memperbaiki sistem pengisian
4. Memperbaiki sistem penerangan

Materi
A. Rangkaian Listrik, Hukum Ohm, dan Hukum Kirchoff
B. Perhitungan Arus, Tegangan, Daya serta Energi Listrik
C. Kode Warna pada Diagram Pengkabelan
D. Komponen Dasar Elektronika dan Penerapannya pada Sistem Kelistrikan
E. Pemeriksaan, Pengujian dan Perawatan Baterai
F. Konstruksi, Cara Kerja dan Trouble Shooting Sistem Starter
G. Pengujian Tegangan Jatuh (Drop Voltage) pada Sistem Starter
H. Konstruksi, Cara Kerja dan Pemeriksaan Alternator
I. Rangkaian, Cara Kerja, dan Trouble Shooting Sistem Pengisian Konvensional
J. Rangkaian, Cara Kerja, dan Trouble Shooting Sistem Pengisian Konvensional
K. Konstruksi, Cara Kerja dan Trouble Shooting Sistem Penerangan

1
BAB IV
SISTEM KELISTRIKAN

Hukum Ohm (Ohm’s Law)

Hukum Ohm menerangkan hubungan antara tegangan (Voltage), kuat arus


(Ampere) dan resistansi (R). Hubungan antara tegangan (V), kuat arus (I) dan resistansi (R)
dapat dirumuskan sebagai berikut:

V V
V = I. R atau R= atau I= , dimana;
I R

V = Tegangan listrik yang diberikan pada sirkuit/rangkaian dalam Volt (V)


I = Arus listrik yang mengalir pada sirkuit dalam Ampere (A)
R= Tahanan pada sirkuit, dalam Ohm (Ω)
Untuk menjelaskan hubungan ketiganya tersebut dapat diilustrasikan seperti pada
gambar di bawah ini:
Pada saat variable
resistor diposisikan pada nilai
resistansi rendah, arus akan
mengalir maksimal. Namun
tegangan akan menurun
(mengecil).
Pada saat nilai resistansi
maksimal, kuat arus yang
mengalir sangat kecil namun
tegangan meningkat mencapai
maksimal.

Gambar Rangkaian untuk menjelaskan prinsip dari Hukum Ohm

Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa besarnya tegangan berbanding


terbalik dengan kuat arus yang mengalir. Atau dengan kata lain, makin besar arus yang
mengalir, makin minimum tegangan kerja pada lintasan rangkaian dan makin kecil (makin
menjauhi tegangan baterai/sumber listrik). Makin kecil arus yang mengalir, makin
maksimal tegangan kerja (makin mendekati tegangan baterai/sumber listrik).

Contoh Aplikasi Hukum Ohm

Hukum Ohm dapat digunakan untuk menentukan suatu tegangan V, arus I atau
tahanan R pada sirkuit/rangkaian kelistrikan, seperti pada rangkaian lampu penerangan,
sistem pengisian, sistem pengapian dan sebagainya. Tegangan, arus dan tahanan tersebut

2
dapat ditentukan tanpa pengukuran yang aktual, bila diketahui harga dari dua faktor yang
lain.

a. Hukum ini dapat digunakan untuk menentukan besar arus yang mengalir pada
sirkuit/rangkaian bila tegangan V diberikan pada tahanan R. Rumus Hukum Ohm yang
digunakan adalah:

V
I=
R

Arus listrik = tegangan / tahanan

b. Hukum ini juga dapat digunakan untuk menghitung tegangan V yang diperlukan agar
arus I mengalir melalui tahanan R. Rumus Hukum Ohm yang digunakan adalah:

V=IxR

Tegangan = Arus listrik x tahanan

Rangkaian Kelistrikan

Sistem kelistrikan pada sepeda motor terbuat dari rangkaian kelistrikan yang
berbeda-beda, namun rangkaian tersebut semuanya berawal dan berakhir pada tempat
yang sama, yaitu sumber listrik (misalnya baterai). Lalu, apa sebenarnya rangkaian (circuit)
tersebut?
Supaya sistem kelistrikan dapat bekerja, listrik harus dapat mengalir dalam suatu
rangkaian yang komplit/lengkap dari asal sumber listrik melewati komponen-komponen
dan kembali lagi ke sumber listrik. Aliran listrik tersebut minimal memiliki satu lintasan
tertutup, yaitu suatu lintasan yang dimulai dari titik awal dan akan kembali lagi ke titik
tersebut tanpa terputus dan tidak memandang seberapa jauh atau dekat lintasan yang
tempuh.
Jika tidak ada rangkaian, listrik tidak akan mengalir. Artinya, setelah listrik mengalir
dari terminal positif baterai kemudian melewati komponen sistem kelistrikan, maka
supaya rangkaian bisa dinyatakan lengkap, listrik tersebut harus kembali lagi ke baterai
dari arah terminal negatifnya, yang biasa disebut massa (ground). Untuk menghemat
kabel, sambungan (connector) dan tempat, massa bisa langsung dihubungkan ke body
atau rangka besi sepeda motor atau ke mesin.

Hukum Kirchoff 1 dan 2

Pada peralatan listrik, kita biasa menjumpai rangkaian listrik yang bercabang-cabang.
Untuk menghitung besarnya arus listrik yang mengalir pada setiap cabang yang dihasilkan
oleh sumber arus listrik.

Gustav Kirchhoff (1824-1887) mengemukakan dua aturan hukum yang dapat digunakan

3
untuk membantu perhitungan tersebut. Hukum Kirchoff 1 disebut hukum titik cabang dan
Hukum Kirchhoff 2 disebut hukum loop.

Hukum Kirchoff 1
Di pertengahan abad 19 Gustav Robert Kirchoff (1824 – 1887) menemukan cara untuk
menentukan arus listrik pada rangkaian bercabang yang kemudian di kenal dengan
Hukum Kirchoff.

Bunyi Hukum kirchoff 1:


“Jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus
yang keluar dari titik percabangan”.
Rumus Hukum Kirchoff 1:

Bunyi hukum Kirchoff 1 di atas, Yang kemudian di kenal sebagai hukum Kirchoff I. Secara
matematis dinyatakan :

Bila digambarkan dalam bentuk rangkaian bercabang maka akan diperoleh sebagai
berikut:

Hukum Kirchoff 2
Hukum Kirchoff secara keseluruhan ada 2, setelah yang diatas dijelaskan tentang hukum
beliau yang ke 1. Hukum Kirchoff 2 dipakai untuk menentukan kuat arus yang mengalir
pada rangkaian bercabang dalam keadaan tertutup (saklar dalam keadaan tertutup).

Perhatikan gambar berikut!

Bunyi Hukum Kirchoff 2:


"Dalam rangkaian tertutup, Jumlah aljabbar GGL (E) dan jumlah penurunan potensial
sama dengan nol".
Maksud dari jumlah penurunan potensial sama dengan nol adalah tidak ada energi listrik
yang hilang dalam rangkaian tersebut, atau dalam arti semua energi listrik bisa digunakan
atau diserap.

4
Tahanan, Arus dan Tegangan pada Rangkaian

Pada satu rangkaian kelistrikan yang terdapat pada sepeda motor biasanya
digabungkan lebih dari satu tahanan listrik atau beban. Beberapa tahanan listrik mungkin
dirangkaikan di dalam satu rangkaian/sirkuit dengan salah satu diantar tiga metode
penyambungan berikut ini:

a. Rangkaian Seri
b. Rangkaian Paralel
c. Rangkaian Kombinasi (Seri – Paralel)

Nilai/jumlah tahanan dari seluruh tahanan yang dirangkaikan didalam


sikuit/rangkaian disebut dengan tahanan total (combined resistance). Cara perhitungan
tahanan, arus dan tegangan dari ketiga jenis rangkaian di atas adalah berbeda-beda
antara satu dengan yang lainnya.

Rangkaian Seri

Tipe penyambungan rangkaian seri yaitu bila dua atau lebih tahanan (R1, R2, dan
R3 dan seterusnya) dirangkaikan di dalam satu sirkuit/rangkaian seperti gambar di bawah
ini, sehingga hanya ada satu jalur untuk mengalirnya arus.

Gambar . Rangkaian seri


Pada rangkaian seri, jumlah arus yang mengalir selalu sama pada setiap
titik/tempat komponen. Sedangkan tahanan total adalah sama dengan jumlah dari
masing-masing tahanan R1, R2 dan R3.
Dengan adanya tahanan listrik di dalam sirkuit, maka bila ada arus listrik yang
mengalir akan menyebabkan tegangab turun setelah melewati tahanan. Besarnya
perubahan tegangan dengan adanya tahanan disebut dengan penurunan tegangan
(voltage drop). Pada rangkaian seri, penjumlahan penurunan tegangan setelah melewati
tahanan akan sama dengan tegangan sumber (Vt). Adapun rumus arus listrik, tahanan dan
tegangan pada rangkaian seri adalah sebagai berikut:

Itotal = I1 = I2 = I3

5
Rtotal = R1 + R2 + R3

Vtotal = V1 + V2 + V3

Kuat arus I yang mengalir pada rangkaian seri besarnya sama pada R1, R2 dan R3,
sehingga dapat dihitung menjadi :

V V
I= = I=
Rtotal R1  R 2  R3

Bila arus I mengalir pada sirkuit/rangkaian, penurunan tegangan V1, V2 dan V3


setelah melewati R1, R2 dan R3 dihitung dengan Hukum Ohm.

V1 = R1 x I

V2 = R2 x I

V3 = R3 x I

Berdasarkan contoh gambar di atas besarnya masing-masing tahanan, kuat arus


dan tegangan dapat dihitung sebagai berikut:

Tahanan total Rtotal = R1 + R2 + R3


=2Ω+4Ω+6Ω
= 12 Ω

V
Arus listrik I I =
Rtotal

V
I =
R1  R 2  R3

12V
I =
2  4  6
= 1A

Penurunan tegangan pada R1 V1 = R1 x I


=2Ωx1A
=2V
Penurunan tegangan pada R2 V2 = R2 x I
=4Ωx1A
=4V
Penurunan Tegangan pada R3 V3 = R3 x I
=6Ωx1A
=6V

6
Rangkaian Paralel

Tipe penyambungan rangkaian paralel yaitu bila dua atau lebih tahanan (R1, R2,
dan R3 dan seterusnya) dirangkaikan di dalam satu sirkuit/rangkaian seperti gambar di
bawah ini. Salah satu dari setiap ujung tahanan (resistor) dihubungkan ke bagian yang
bertegangan tinggi (positif) dari sirkuit dan ujung lainnya dihubungkan ke bagian yang
lebih rendah (negatif).

Rangkaian paralel

Pada rangkaian paralel, tegangan sumber (baterai) V adalah sama pada seluruh
tahanan. Sedangkan jumlah arus I adalah sama dengan jumlah arus I1, I2 dan I3 yaitu arus
yang mengalir melalui masing-masing resistor R1, R2 dan R3. Adapun rumus arus listrik,
tahanan dan tegangan pada rangkaian seri adalah sebagai berikut:

Vtotal = V1 = V2 = V3

Itotal = I1 + I2 + I3

sehingga ;

1
Rtotal = R1 x R2 x R3
1 1 1 Rtotal =
  R1  R2  R3
R1 R2 R3

Kuat arus I yang mengalir pada R1, R2 dan R3, dapat dihitung menjadi :

V V V
I1 = I2 = I3 =
R1 R2 R3

7
Berdasarkan contoh gambar di atas besarnya masing-masing tahanan, kuat arus
dan tegangan dapat dihitung sebagai berikut:
R1xR2 xR3
Tahanan total Rtotal =
R1  R1  R3

2x 4x6 48


= = = 4Ω
2  4  6 12

V
Arus I1 (lewat R1) I1 =
R1
12V
I1 = =6A
2

V
Arus I2 (lewat R2) I2 =
R2
12V
I2 = =3A
4

V
Arus I3 (lewat R3) I3 =
R3
12V
I3 = =2A
6

Tegangan pada pada contoh gambar di atas untuk masing-masing resistor pada
rangkaian paralel sama dengan tegangan baterai, yaitu sebesar 12 V.

Rangkaian Kombinasi (Seri – Paralel)

Tipe penyambungan rangkaian kombinasi (seri – paralel) yaitu sebuah tahanan (R1)
dan dua atau lebih tahanan (R2 dan R3 dan seterusnya) dirangkaikan di dalam satu
sirkuit/rangkaian seperti gambar di bawah ini. Rangkaian seri – paralel merupakan
kombinasi (gabungan) dari rangkaian seri dan paralel dalam satu sirkuit.

Gambar. Rangkaian kombinasi (seri – paralel)

8
Tahanan total dalam rangkaian seri – paralel dihitung dengan langkah sebagai
berikut :
a. Menghitung tahanan pengganti (RPengganti), yaitu gabungan tahanan R2 dan R3 yang
dihubungkan secara paralel.

R2 x R3
RPengganti =
R2  R3
b. Menghitung tahanan total, yaitu gabungan tahanan R1 dan RPengganti yang
dihubungkan secara seri.

R2 x R3
Rtotal = R1 + RPengganti = Rtotal = R1 +
R2  R3

Besar arus yang mengalir melalui rangkaian dihitung :

V V
Itotal = I1 = I2 + I3 atau I= 
R total R2 x R3
R1 +
R2  R3
Tegangan yang bekerja pada R1 (V1) dan pada R2 dan R3 (Vpengganti) dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :

V1 = R1 x I
R2 x R3
Vpengganti = RPengganti x I = xI
R2  R3
Vtotal = V1 + Vpengganti

Selanjutnya berdasarkan contoh gambar di atas besarnya masing-masing tahanan,


kuat arus dan tegangan dapat dihitung sebagai berikut:

R2 x R3
Tahanan pengganti RPengganti =
R2  R3
4x6
=
4  6
24
= = 2,4 Ω
10
Tahanan total Rtotal = R1 + RPengganti
= 2 Ω + 2,4 Ω = 4,4 Ω

V
Arus total I =
R total
12 V
= = 2,727 A
4,4

Tegangan Vpengganti yang bekerja pada tahanan R1 dan R2 sebesar:

9
Vpenganti = Rpengganti x I

= 2,4 Ω x 2,73 A
= 6, 55 V
Tegangan pada R1 V1 = R1 x I
= 2 Ω x 2,727 A
= 5,45 V
Tegangan total Vtotal = V1 + Vpengganti
= 5,45 + 6,55 = 12 V

V pengganti
Arus I2 yang mengalir lewat R2 I2 =
R2
6,55V
= = 1,6375 A
4

V pengganti
Arus I3 yang mengalir lewat R3 I3 =
R3
6,55V
= = 1,0917 A
6
Energi Listrik (W)
Energi didefinisikan sebagai kemampuan suatu benda/alat untuk melakukan kerja
atau usaha. Sedangkan energi listrik adalah energi yang ditimbulkan oleh muatan listrik
(statis) sehingga mengakibatkan gerakan muatan listrik (dinamis). Dalam teorinya
dicontohkan yaitu beda potensial (tegangan) menimbulkan (membutuhkan) energi untuk
menggerakkan muatan elektron dari titik potensial rendah menuju titik potensial tinggi.
Apabila dalam sebuah rangkaian diberi potensial V sehingga menyebabkan aliran muatan
listrik Q dan arus sebesar I, maka energi listrik yang diperlukan adalah :

dengan

maka rumus energi listrik dapat pula ditulis :

dimana :
W = Energi listrik dengan satuan Joule (J)
Q = Muatan listrik dengan satuan Coulomb (C)
V = Beda potensial dengan satuan volt (V)
I = Kuat arus dengan satuan Ampere (A)
t = waktu dengan satuan Second (s)
W merupakan energi listrik dalam satuan Joule. Dimana diketahui bahwa 1 Joule
adalah energi yang diperlukan untuk memindahkan muatan sebesar 1 Coulomb (6.24 x
1018 muatan), dengan beda potensial sebesar 1 volt.

10
Daya Listrik (P)
Setelah pembahasan sebelumnya membahas tentang energi listrik. Maka daya listrik
dapat didefinisikan sebagai energi listrik yang digunakan dalam satu satuan waktu. Daya
listrik dinotasikan dengan huruf kapital P. Maka persamaan rumus daya listrik dapat
dituliskan sebagai berikut :

maka rumus daya listrik dapat pula dituliskan

dimana :
P = Daya listrik dengan satuan Watt (W)
V = Beda potensial dengan satuan volt (V)
I = Kuat arus dengan satuan Ampere (A)
t = Waktu dengan satuan Second (s)
Daya listrik merupakan bagian yang menggambarkan besarnya arus, hambatan,
dan tegangan listrik dalam satu satuan waktu. Satuan untuk Daya listrik adalah
Joule/secon atau Watt.

Sistem Penerangan, Tanda dan Pengaman


Sistem penerangan, tanda dan pengaman adalah suatu sistem yang tersusun dari
berbagaimacam komponen kelistrikan dan kabel-kabel penghantar yang
salingberhubungan antara komponen satu dengan yang lainnya yang membentuksuatu
sistem dengan fungsi yang berbeda-beda. Sistem penerangan, tanda dan pengaman
tersebutmeliputi: lampu kepala, lampu kota, lampu tanda belok, lampu hazzard,lampu
rem, lampu mundur dan lampu plat nomor.
1. Komponen Sistem Penerangan, tanda dan pengaman
Sistem penerangan terdiri dari beberapa komponen utama pada setiap
sistemnya, yaitu: baterai, sambungan pengaman, sekring, kunci kontak, kabel
penghantar, konektor, saklar, flasher, relay dan lampu.
a. Baterai (Accu)
Baterai adalah komponen elektrokimia yang menghasilkan tenaga listrik melalui
adanya reaksi kimia yang terjadi antara elektrolit baterai dengan plat baterai.
Elektrolit baterai merupakan campuran antara asam sulfat dan air dengan komposisi
campuran 36% asam sulfat dan 64% air dengan berat jenis sekitar 1,270 pada 20 0C
saat baterai terisi penuh. Baterai memiliki beberapa fungsi menurut kondisi
kendaraan, yaitu :
1) Pada saat mesin belum hidup (kunci kontak ON), baterai memberikan energi listrik
untuk sistem penerangan atau lampulampu dan aksesoris.

11
2) Pada saat start, baterai memberikan energi listrik untuk memutar motor starter
dan sistem pengapian selama start.
3) Pada saat mesisn hidup, baterai berfungsi untuk menerima dan menyimpan energi
listrik yang diberikan oleh sistem pengisian baterai.

Gambar. Baterai
b. Sambungan Pengaman (Fusible Link)
Sambungan pengaman pada prinsipnya sama dengan sekering.Sambungan
pengaman akan rusak jika dilewati oleh arus yang lebihbesar dari kemampuannya.
Sambungan pengaman digunakan untuk melindungi rangkaian listrik berarus besar
dan biasanya dipakai pada rangkaian yang membutuhkan arus sampai 30 A atau
lebih.

Gambar. Fusible Link


Sambungan pengaman bentuknya seperti kabel yang ukurannya pendek dan
mempunyai kabel berdiameter lebih kecil dibanding kabel pada rangkaian
agardapatmelelehatauputuspada saatterjadi aliran arusyang berlebih. Pembungkus
sambungan pengaman dibuat tidak mudah terbakar agar rangkaian tetap aman saat
terjadi aliran arus yang berlebihan. Kapasitas sambungan pengaman biasanya
ditunjukkan dengan label yang terpasang pada satu ujung sambungan pengaman.
c. Sekering(Fuse)
Sekering berfungsi untuk mencegah kerusakan rangkaian akibat kelebihan
arus.

d. Kunci Kontak

12
Kunci kontak berfungsi sebagai saklar utama yang memutus dan menghubungkan
semua system kelistrikan dengan sumber tenaga (Baterai). Kunci kontak pada
kendaraan memiliki tiga terminal, namun ada juga yang memiliki empat
terminal,yaitu:
1) Terminal B dihungkan dengan (+)baterai.
2) Terminal IG dihubungkan dengan (+) koil pengapian (pada motor bensin) dan
terminal IG regulator serta beban lain yang membutuhkan.
3) Terminal ST dihubungkan dengan terminal 50 selenoid starter.
4) Terminal ACC (terdapat pada kunci kontak 4 terminal) dihubungkan
denganaksesoris kendaraan,seperti:lampu penerangan, radio, tape,dll.

Gambar. Kunci Kontak


1) Kabel Penghantar
Kabel penghantar berfungsi sebagai penghubung komponen-komponen pada
system penerangan dan penghantar aruslistrik ke rangkaian sistem penerangan.
Kabel penghantar terbuat dari tembaga yang diberi isolasi agar tidak terjadi hubung
singkat. Ukuran kabel pada rangkaian kelistrikan yang digunakan ditentukan oleh:
besar arus yang lewat, panjang dari suatu rangkaian kelistrikan dan penurunan
tegangan yang diizinkan.

Gambar. Kabel penghantar.


2) Konektor
Konektor berfungsi sebagai tempat penyambungan kabel, melindungi
sambungan dari kotoran dan memungkinkan sambungan dipisah dengan mudah.

13
Gambar. Konektor

3) Saklar
Saklar berfungsi sebagai penghubung dan pemutus arus pada suatu rangkaian.
Ada beberapa jenis saklar yang digunakan pada kendaraan, seperti :
a) Saklar Putar
Saklar putar mempunyai kontak point yang diatur satu sumbu di atas sebuah
permukaan yang bundar (plat) dan dioperasikan dengan cara memutar saklar.

Gambar. Saklar putar


b) SaklarTekan
Saklar tekan dilengkapi kontak point dan dioperasikan dengan jalan menekan
saklartombol.

Gambar. Saklar tekan


c) Saklar Kombinasi
Saklar kombinasi merupakan gabungan dari saklar putar, tekan dan tuas.

Gambar. Saklar kombinasi


4) Flasher
Flasher berfungsi sebagai penghubung dan pemutus arus secara preodik
(berkala) untuk menghasilkan kedipan pada lampu tanda belok sebanyak 60 sampai
120 kedipan setiap menitnya. Flashermemiliki beberapa tipe, diantaranya:
a) FlasherTipe Kapasitor

14
Flasher tipe kapasitor memanfaatkan sebuah kapasitor dan resistor untuk
mengontrol kedipannya.

Gambar. Flashertipe kapasitor


b) Flasher Tipe Bimetal
Flasher tipe bimetal memanfaatkan pemuaian bimetal untuk mengontrol
kedipannya. Bimetal terdiri dari dua buah logam yang berbeda (biasanya kuningan
dan baja)yang digabung menjadi satu.

Gambar. Flasher tipe kapasitor


c) Flasher Tipe Transistor
Flasher tipe transistor memanfaatkan multivibrator oscillator untuk
menghasilkan pulsa (denyutan) ON-OFF yangkemudian akan diarahkan ke flasher
(turn signal relay) melewati amplifier (penguat listrik).

Gambar. Flasher Tipe Transistor

5) Relay
Relay berfungsi sebagai penghubung dan pemutus arus secara elektromagnetik.

Gambar. Relay
6) Lampu
Lampu berfungsi sebagai sumber cahaya yang merupakan hasil dari arus listrik
yang mengalir melalui kawat halus yang mempunyai tahanan serta titiklebur yang
tinggi sehingga menimbulkan panas dan cahaya. Ada beberapa jenis lampu yang ada
pada kendaraan,yaitu :

15
a) Lampu Biasa
Lampu biasa adalah lampu yang menggunakan kawat pijar (filament).Lampu jenis
ini tidak dapat bekerja diatas suhu yang telah ditentukan karena filament bisa
menguap. Uap tersebut bisa menimbulkan endapan yang membentuk lapisan seperti
perak di rumah lensa kacanya (envelope) yang dapat mengurangi daya terang lampu
tersebut.

Gambar. Lampu biasa

b) LampuQuartz Halogen
Lampu quartz halogen menggunakan gas halogen didalam tabungnya agar
terhindar dari efek penguapan yang terjadi akibatnaiknya suhu. Lampu halogen
memiliki cahaya lebih terang,putih dan sangat sensitif terhadap perubahan suhu.

Gambar. Lampu Quartz Halogen


Lampu halogen lebih panas dibandingkan dengan lampu biasa,sehingga masa
lampu akan lebih pendek jika terdapat oli atau gemuk yang menempel pada
permukaan tabung. Selain itu, kandungan garam pada keringat manusia dapat
menodai kaca lampu. Oleh karena itu hindari jari-jari menyentuh tabung kaca saat
hendak mengganti lampu dan sebaiknya pegang bagian flange saat mengganti lampu.

a. Rangkaian dan Cara Kerja Sistem Penerangan


1) Lampu Kota dan Plat Nomor

Gambar. Rangkaian Lampu Kotadan Plat Nomor

16
Cara kerja lampu kota dan plat nomor
Pada saat saklar control lampu posisi TAIL,arus mengalir dari baterai melewati
kunci kontak menuju sekering, kumparan relay, saklar kontrol lampu, lampu dan
menuju ke massa sehingga lampu kota dan lampu plat nomor menyala.

2) Lampu Kepala

Gambar. Rangkaian Lampu Kepala dengan Relay

Cara kerja lampu kepala

a.Lampu Jarak Dekat

Pada saat saklar control lampu posisi HEAD dan saklar dim pada posisi
LOW,arus mengalir dari baterai melewati kunci kontak menuju sekering,kumparan
relay,lampu,saklar control lampu, saklar dim dan menuju ke massa sehingga lampu
jarak dekat menyala.
b.Lampu Jarak Jauh

Pada saat saklar control lampu posisi HEAD dan saklar dim pada posisi
HIGH,arus mengalir dari baterai melewati kunci kontak menuju sekering, kumparan
relay, lampu, saklar kontrol lampu, Saklar dim dan menuju ke massa sehingga
lampu jarak jauh menyala bersamaan dengan lampu indikatorjarak jauh.
c.Lampu Tembak

Pada saat saklar dim digerakkan keposisi FLASH dan arus mengalir dari baterai
melewati kunci kontak menuju sekering, kumparan relay, lampu, saklar kontrol
lampu, saklar dim dan menuju ke massa sehingga lampu jarak jauh menyala
bersamaan dengan lampu indicator jarak jauh.

17
3) Lampu Tanda BelokdanTanda Bahaya

Gambar. RangkaianLampu TandaBelok danTanda Bahaya

Cara kerja lampu tanda belok dan tanda bahaya

a.Lampu Tanda Belok

Pada saat saklar dim digerakkan ke atas/bawah arus akan mengalir dari baterai
melewati kunci kontak menuju fuse, flasher, lampu, saklar dim dan menuju ke
massa sehingga lampu tanda belok menyala.
b.Lampu TandaBahaya

Pada saat saklar tanda bahaya posisi ON arus akan mengalir dari baterai
melewati kunci kontak menuju fuse, flasher, lampu, saklar dim dan menuju ke
massa sehingga lampu tanda bahaya menyala.

Cara Perawatan Sistem Penerangan

1.Trouble Shooting Sistem Penerangan

Setiap kendaraan pada akhirnya akan mengalami suatu keadaan dimana bagian-
bagian yang menunjang kinerja dari kendaraan mengalami gangguan-gangguan yang
apabila tidak segera diperbaiki akan mengganggu keamanan dan kenyaman dalam
berkendara bahkan dapat membahayakan pengemudi kendaraan tersebut dan
pengemudi kendaraan lainnya. Adapun gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem
penerangan yaitu :

18
a.Lampu Mati

1)Lampu Mati Semua

Gambar. Pemeriksaan dan Perbaikan Lampu Mati Semua

2) Salah satu lampu mati

3) Lampu kepala mati

19
b. Lampu MenyalaTerang Saat Putaran Mesin Cepat

Gambar. Pemeriksaan dan Perbaikan Lampu Menyala Terang

Sistem Starter
Mesin membutuhkan tenaga dari luar untuk menggerakkan poros engkol dan
membantunya agar mudah hidup. Diantara berbagai peralatan yang ada, sekarang auto
mobil menggunakan motor listrik yang dikombinasikan dengan magnetic switch untuk
mendorong pinion gear yang berputar ke dalam atau keluar dari hubungan dengan ring
gear yang ada pada roda gila (fly wheel) mesin.

Kunci
kontak
Roda
gaya/
roda
Pinion
penerus
stater
Motor
Bater stater
ai
Gambar. Motor Starter Pada Kendaraan
Motor starter harus dapat membangkitkan momen puntir yang besar dari sumber
tenaga baterai yang terbatas. Pada waktu yang bersamaan harus ringan dan kompak.
Prinsip Kerja Sistem Starter
Prinsip kerja dari motor starter adalah sebagai berikut:
1. Bila arus mengalir dalam suatu penghantar (conductor), medan magnet
dibangkitkan seperti arah ulir kanan.

Gambar. Kaidah Ulir Kanan


2. Bila penghantar ditempatkan diantara kutup N dan S dari sebuah magnet
permanen, maka garis gaya magnet yang terjadi oleh arus listrik dalam penghantar
dan garis gaya magnet dari magnet permanen saling berpotongan menyebabkan

20
magnetic flux bertambah dibagian bawah penghantar dan berkurang dibagian atas
penghantar. Dapat dianggap bahwa magnetic flux adalah sebagai sabuk karet yang
telah ditegangkan. Jadi magnetic flux adalah gaya yang cenderung menarik pada
satu garis lurus lebih kuat dibagian bawah penghantar. Akibatnya dari hal ini
bahwa penghantar memperoleh gaya yang cenderung mendorongnya ke atas
(kaidah tangan kiri fleming).

Gambar . Kaidah tangan kiri fleming


Lilitan kawat yang diletakkan diantara kutup magnet permanen akan mulai berputar
bila diberi arus. Hal ini disebabkan arus mengalir dengan arah yang berlawanan pada
masing-masing lilitan, jadi gaya yang saling memotong dari lilitan dengan magnet itu
sendiri. Akibatnya lilitan kawat akan berputar searah dengan arah jarum jam.

Gambar. Prinsip dasar putaran akibat dari garis-garis gaya magnet yang timbul
Waktu yang tepat diperoleh dengan membalikan arah aliran arus dengan
menggunakan komutator, maka lilitan akan terdorong berputar terus pada arah yang
sama. Gambar dibawah ini menunjukkan model yang paling sederhana dari kerjanya
motor.

21
Gambar. Model kerja motor sederhana
Motor yang sebenarnya, terdapat beberapa set kumparan dipergunakan untuk
membatasi ketidakteraturan putaran dan menjaga kecepatan agar tetap konstan, tetapi
prinsipnya sama. Selanjutnya motor seri DC yang dikombinasikan pada motor starter
menggunakan sejumlah kumparan yang disebut field coil yang dirangkai secara seri
dengan beberapa armature sebagai pengganti magnet permanen.

Gambar.Motor seri DC yang dikombinasikan pada motor starter


Konstruksi Motor Starter
Motor starter tersusun dari bagian–bagian yang menghasilkan gaya putar, mekanisme
pemindah tenaga dan sekelar magnet yang berfungsi memajukan starter clutch (kopling
starter) supaya dapat berkaitan dengan mesin.

Gambar. Konstruksi Motor Starter

22
Komponen-komponen Utama Motor Starter
1. Yoke dan Polecore
Yoke assy terdiri dari:
a) Yokeyang berfungsi untuk meno-pang (memegang) pole core yang dibuat dari
besi atau logam berbentuk silinder dan sekaligus dapat menjadi rumah
armature.
b) Pole coreyang berfungsi untuk menopang field coil dan memper-kuat medan
magnet yang ditimbulkan oleh field coil.
Pada umumnya setiap starter mempunyai 4 buah pole core yang diikat pada yoke
dengan sekrup.

Gambar. Pole Core


2. field Coil
Untuk menghasilkan medan magnet pada starter, pada starter tidak
digunakan magnet permanen, melainkan suatu medan magnet yang kuat yang
dihasilkan dengan jalan mengalirkan arus listrik kesuatu kumparan yang disebut
field coil.Field coil dibuat dari lempengantembaga untuk mengalirkan arus listrik
yang kuat. Arus mengalir melewati fieldcoil untuk menghasilkan medan magnet
yang kuatpada pole core dan memperkeut garis gaya magnet. Field coil
disambungkan dengan seri dengan armature coil, agar arus melewati field coil
juga mengalir ke armature coil.

Gambar. Field coil


3. Armature
Armature tersusun dari celah armature core, armature shaft, commulator,
armature coildan bagian lainnya. Kedua ujung–ujungnya ditompang oleh bearing-
bearing untuk memungkinkan armature dapat berputar diantara pole core.

23
Armature dirakit didalam celah-celah core dan masing-masing ujungnya
dismbungkan pada sigmen comutator. Dengan demikian arus mengalir melewati
semua coil dan armature dapat berputar dengan tujuan menghasilkan torsi.

Gambar. Armature
4. Sikat-Sikat (Brush)&Brush Holder
Starter motor biasanya dilengkapi dengan 4 buah sikat (brush). Dua buah
diikatkan pada pemegang yang diisolator dan disambungkan dengan armature coil
melalui comutator. Sedangkan sikat lainnya diikat pada pemegang yang
dihubungkan kemassa bodi kendaraan. Bila sikat tersebut telah aus atau tekanan
pegasnya telah lemah, maka sikat tidak dapat melakukan hubungan baik dengan
komutator, akibatnya starter tidak dapat menerima torsi yang memadai untuk
untuk menghasilkan torsi yang dibutuhkan.
Brush holder berfungsi sebagai pemegang brush baik yang positif maupun
yang negatif.

Gambar. Brush
5. Komutator
Komutator berfungsi unntuk meneruskan arus listrik dari brush yang
berasal dari field coil melalui brush positif dan menuju kekomutator dan kemudian
berakhir di massa melalui brush negatif. Komutator terdiri dari segmen segmen
dimana antara segmen dibatasi oleh alur.
6. Sakelar Magnet (Magnet Switch)
Fungsi utama sakelar magnet adalah untuk menggerakkan drive lever
maju atau mundur dan sekaligus untuk mengalirkan arus listrik yang besar

24
kemotor starter melelui terminal utama dengan menggerakkan plunyer yang
mengakibatkan contac plate berhubungan dengan terminal 30 dan terminal C.

Gambar. Magnetic Switch

Sistem Pengisian (Charging System)


Sistem pengisian berfungsi untuk mengisi arus listrik ke baterai dan mensuplai arus
listrik ke seluruh sistem kelistrikan setelah mesin hidup. Komponen-komponen pada
system pengisian adalah seperti ditunjukkan pada gambar 4. terdiri dari baterai, kunci
kontak, alternator, dan regulator.Alternator berfungsi untuk mengubah energi gerak
menjadi energi listrik. Tegangan yang dihasilkan oleh alternator bervariasi tergantung dari
kecepatan putaran dan besarnya beban. Terminal-terminal yang ada pada alternator
adalah terminal E, F, N (atau ada juga yang menggunakan P), dan B, dan ada juga
alternator dengan terminal E, F, N, A, dan B. Karena tegangan alternator bervariasi akibat
putaran, maka digunakan regulator yang berfungsi untuk menjaga tegangan output
alternator tetap konstan dengan mengatur besar kecilnya arus listrik atau kuat lemahnya
medan magnet pada kumparan rotor (rotor coil). Regulator ada dua macam, pertama tipe
konvensional atau tipe kontak point, kedua tipe regulator IC.

Gambar. Rangkaian sistem pengisian


Jenis Sistem Pengisian

Jenis sistem pengisian pada kendaraan antara lain:

25
a. Sistem Pengisian dengan Type Konvensional (Menggunakan Regulator Tipe Kontak
Point atau Regulator Mekanik)

Sistem Pengisian Konvensional merupakan salah satu sistem pengisian dengan


menggunakan sebuah relay sebagai pengatur tegangan yang masuk ke baterai. Relay
tesebut berfungsi memutus, menyambung, memperbesar, dan memperkecil tegangan
yang masuk ke batrai dari alternator, relay tersebut sering disebut regulator. Regulator
terpasang terpisah dengan alternator sehingga rangkaian lebih rumit.
Komponen sistem pengisian konvensional (menggunakan regulator mekanik)
terdiri dari :

1) Alternator yang berfungsi merubah energi gerak menjadi energi listrik. Listrik yang
dihasilkan merupakan arus bolak-balik (AC), untuk merubah arus AC menjadi arus
DC digunakan diode yang dipasang menjadi satu bagian dengan alternator.
2) Regulator berfungsi untuk mengatur tegangan dan arus yang dihasilkan alternator
dengan cara mengatur kemagnetan pada rotor altenator. Regulator juga berfungsi
untuk mengatur hidup dan matinya lampu indikator pengisian.
3) Sekering untuk memutus aliran listrik bila rangkaian dialiri arus berlebihan akibat
hubungan singkat.
4) Kunci kontak untuk menghubungkan atau memutus aliran ke lampu indicator dan
ke regulator. Aliran listrik ke regulator diteruskan ke altenator berfungsi untuk
menghasilkan magnet pada altenator.
5) Baterai menyimpan arus listrik dan stabilizer tegangan yang dihasilkan sistem
pengisian

Gambar. Rangkaian sistem pengisian konvensional

26
KONSTRUKSI ALTERNATOR

Gambar . Konstruksi Alternator

Pada altenator terdapat 4 terminal yaitu terminal B,E,F dan N. Terminal B


merupakan terminal output altenator yang dihubungkan ke baterai, beban dan regulator
terminal B. Terminal E berhubungan dengan sikat negatip, bodi alternator dan terminal E
regulator. Terminal F berhubungan dengan sikat positip dan dihubungkan ke terminal F
regulator, Terminal N berhubungan dengan neutral stator coil, saat altenator
menghasilkan listrik maka terminal N juga menghasilkan listrik, listrik yang dihasilkan
terminal N dialirkan ke regulator terminal N, untuk mematikan lampu indicator
pengisian.Pada regulator terdapat 6 terminal mempunyai terminal B,E,F,N, IG dan L.
Empat dari 6 terminal tersebut berhubungan dengan terminal altenator yaitu B, E,F, N.
Dua terminal regulator yang lain yaitu terminal IG dan L, berhubungan dengan terminal
IG kontak’dan’lampu.

KOMPONEN’UTAMA’ALTERNATOR

Pulley
Berfungsi untuk tempat V belt penggerak alternator yang memindahkan gerak putar
mesin’untuk’memutar’alternator.
Kipas’(fan)
Berfungsi untuk mendinginkan komponen altenator yaitu diode maupun kumparan pada
alternator.
Rotor
Fungsi rotor untuk menghasilkan medan magnet, kuat medan magnet yang
dihasilkan tergantung besar arus listrik yang mengalir ke rotor coil. Listrik ke rotor coil
disalurkan melalui sikat yang selalu menempel pada slip ring. Terdapat dua sikat yaitu
sikat positip berhubungan dengan terminal F, sikat negatip berhubungan dengan massa
atau terminal E. Semakin tinggi putaran mesin, putaran rotor altenator semakin tinggi

27
pula, agar listrik yang dihasilkan tetap stabil maka kuat magnet yang dihasilkan semakin
berkurang sebanding dengan putaran mesin.

Gambar. Rotor Alternator


Bila rotor dirangkai seperti gambar di atas, maka arus listrik akan mengalir dari
positip baterai, variable resistor, amper meter, slip ring, rotor coil, slip ring dan ke negatip
baterai. Adanya aliran listrik pada rotor menyebabkan rotor menjadi magnet, saat
tahanan pada variable resistor kecil maka arus yang mengalir sangat besar, magnet pada
rotor sangat kuat, namun bila tahanan variable resistor besar maka arus yang mengalir ke
rotor coil menjadi kecil sehingga kemagnetan juga menjadi kecil. Pada saat tahanan
variable resistor kecil maka voltmeter yang dipasang pada slip ring menunjukan tegangan
yang besar, sebaliknya saat tahanan variable resistor besar maka
tegangan’pada’slip’ring’menjadi’kecil.
Stator
Stator berfungsi sebagai kumparan yang menghasilkan listrik saat terpotong medan
magnet dari rotor. Stator terdiri dari stator core (inti stator) dan stator coil. Disain stator
coil ada 2 macam yaitu model “delta” dan model “Y”. Pada model “Y”, ketiga ujung
kumparan tersebut disambung menjadi satu. Titik sambungan ini disebut titik “N” (neutral
point). Pada model delta ketiga ujung lilitan dijadikan satu sehingga membentuk segi tiga
(delta). Model ini tidak memiliki terminal neutral (N). Stator coil menghasilkan arus listrik
AC tiga phase. Tiap ujung stator dihubungkan ke diode positip dan diode negatip.

Gambar. Konstruksi Stator

28
Gambar. Output Stator

Gambar. Tipe rangkaian Stator


Dioda’(rectifier)
Dioda berfungsi untuk menyearahkan arus AC yang dihasilkan oleh stator coil
menjadi arus DC, disamping itu juga berfungsi untuk menahan agar arus dari baterai tidak
mengalir ke stator coil. Sifat diode adalah meneruskan arus listrik satu arah.

Gambar. Konsruksi Doda pada Alternator

Gambar di atas merupakan diode positip yang dirangkai seri dengan lampu pada
sebuah baterai 12 V. rangkaian tersebut merupakan rangkaian bias maju (forward
direction voltage) sehingga diode dapat mengalirkan arus listrik, lampu menyala. Bila
hubungan kabel ditukar yang kabel yang berhubungan dengan positip dipindah ke negatip
dan sebaliknya maka diode mendapat bias mundur (reverse direction voltage) sehingga
diode tidak dapat mengalirkan arus listrik, maka lampu padam.

Pada altenator jumlah diode terdiri dari 6 atau 9 buah diode yang digabungkan.
Menurut pemasangannya diode ini dapat dibagi menjadai 2 bagian yaitu diode positip
dan diode negatip. Membeda diode positip dan negatip saat terpasang pada dudukannya
dengan cara dioda negatif plat pemegang bodi diode dibautkan langsung ke bodi
alternator tanpa isolator, sedangkan pada diode positip plat pemegang bodi diode

29
dipasang ke rumah alternator dengan menggunakan isolator. Membedakan diode lebih
akurat menggunakan Ohm meter.

Gambar. Prinsip kerja penyearah arus listrik pada stator coil


Prinsip kerja penyearahan arus listrik yang dihasilkan stator coil pada altenator adalah
sebagai’berikut:
Saat rotor altenator berputar maka terjadi induksi elektromagnetik pada stator coil,
gambar di atas: a, menunjukkan bahwa ujung stator coil “A” negatip dan ujung stator coil
“C” menghasilkan arus positip, arus yang dihasilkan stator coil “C” disearahkan oleh
diode positip “C” , kemudian dialirkan ke baterai (battery). Rotor terus berputar sehingga
stator coil “C” yang tadinya menghasilkan arus positip menjadi menghasilkan arus
negatip, arus positip dihasilkan oleh stator coil “B”, arus yang dihasilkan stator coil “B”
disearahkan oleh diode positip “B” , kemudian dialirkan ke baterai. Demikian seterusnya
sehingga secara bergantian stator coil mengasilkan gelombang listrik dan disearakan oleh
diode, selisih gelombang satu dengan yang lain 120º.

Sikat’(brush)
Sikat berfungsi untuk mengalir arus listrik dari regulator ke rotor coil. Pada altenator
terdapat dua sikat, yaitu :

1. Sikat positif yang berhubungan dengan terminal F alternator


2. Sikat negatif berhubungan dengan bodi altenator dan terminal E

Sikat selalu menempel dengan slip ring, saat rotor berputar maka akan terjadi
gesekan antara slip ring dengan sikat, sehingga sikat menjadi cepat aus. Kontak
sikat dengan slip ring harus baik agar listrik dapat mengalir dengan baik, agar
kontak sikat dengan slip ring baik maka sikat ditekan oleh pegas.
Sikat merupakan bagian yang sering menjadi penyebab gangguan pada altenator,
karena cepat aus. Sikat yang sudah pendek dapat menyebabkan aliran listrik ke
rotor coil berkurang, akibat tekanan pegas yang melemah. Berkurangnya aliran
listrik ke rotor coil menyebabkan kemagnetan rotor berkurang dan listrik yang
dihasilkan altenator menurun.

30
Bila sikat suda pendek harus segera diganti, sebab kalau sampai sikat habis maka
slip ring akan bergesekan dengan pegas sikat sehingga menjadi aus. Sikat yang
sudah habis dapat menyebabkan liran listrik ke rotor coil terputus, kemgnetan
rotor hilang, altenator tidak dapat menghasilkan listrik, tidak terjadi
proses’pengisian.
Sikat patah dan pecahnya rumah sikat sering dijumpai akibat kesalahan saat
merakit altenator. Saat rotor dilepas sikat akan keluar akibat tekanan pegas, pada
kondisi tersebut bila seseorang merakit rotor, maka bearing rotor akan menekan
sikat sehingga sikat patah dan hal ini dapat pula menyebabkan rumah sikat pecah,
untuk menghindari hal tersebut maka sikat harus dimasukkan ke rumahnya dan
ditahan menggunakan kawat yang dimasukan melaui lubang kecil yang sedah
tersedia, bila sikat sudah tertahan oleh kawat maka rotor dapat dimasukkan
dengan aman.

Regulator

Gambar 9.9. Regulator tipe kontak point

Regulator berfungsi untuk mengatur arus dan tegangan yang dihasilkan oleh
altenator. Arus yang dihasilkan altenator sampai putaran 2000 rpm sebesar 10 A atau
kurang, namun saat beban lampu dihidupkan maka arus yang dihasilkan pada putaran
2000 rpm sebesar 30 A atau lebih sesuai kapasitas dari altenator dan beban listriknya.
Tegangan yang dihasilkan altenator dijaga tetap stabil pada 13,8-14,8 Volt. Regulator
mekanik 6 terminal mempunyai terminal E, F, N, B, IG dan L.
Pada regulator ini terdiri dari dua bagian yaitu voltage regulator yang berfungsi
untuk mengatur arus dan tegangan pengisian dan voltage relay yang berfungsi untuk
mengatur hidup dan matinya lampu indicator pengisian sebagai indikasi sistem
pengisian’berfungsi. Pola susunan terminal pada regulator tipe A adalah IG,N,F dan E,L,B,
sedangkan pola susunan terminal pada regulator tipe B adalah B,L,E dan F,N,IG. Meskipun
terminal regulator mempunyai pola tertentu, namun kita sering mengalami kesulitan

31
dalam menentukan terminal regulator, sehingga kita kesulitan menentukan apakah
regulator tertentu tipa A atau tipe B.
Cara menentukan terminal regulator mekanik 6 terminal adalah:
1) Tentukan mana bagian voltage regulator, mana bagian voltage relay. Voltage regulator
mudah dikenali karena mempunyai ciri mempunyai resistor.
2) Identifikasi terminal pada voltage regulator, dimana voltage regulator mempunyai 3
terminal’yaitu’IG,Fdan’E.
3) Identifikasi terminal pada voltage relay, dimana voltage relay mempunyai 3 terminal
yaitu B, L dan N.
b. Sistem Pengisian dengan type IC Regulator
Sistem Pengisian Elektrik merupakan salah satu jenis sistem pengisian yang dalam
aktualnya menggunakan elektrik yang didalamnya terdapat mickro controler (IC) untuk
mengatur tegangan yang akan menuju ke batrai. Mikro controler ini terpasang langsung
pada alternator sehingga sistem alitan tegangan lebih mudah.
Alternator dengan IC Regulator dibuat dengan ukuran yang lebih kecil dan ringan
menggunakan IC Regulator yang kecil sebagai hasil teknologi semikonduktor. Alternator
IC Regulator mempunyai perbedaan sebagai berikut :
a. Dengan memakai IC Regulator arus Rotor bertambah besar (tahanan kumparan
rotor lebih kecil), sehingga tersedia daya keluaran yang lebih besar.
b. Tidak ada perubahan tegangan (lebih stabil) sehingga tidak dibutuhkan
pengkalibrasian. Tanpa ada komponen yang bergerak sehingga tahan getaran dan
lebih tahan lama.
c. Memakai rangkaian kompensasi suhu sehingga tegangan pengaturan lebih stabil.

IC Regulator merupakan suatu sistem yang akan memutus arus rotor dengan
menggunakan transistor dan dioda zener untuk menggantikan kerja relay pada regulator
type kontak poin.

Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional

32
33
34
Cara Kerja Sistem Pengisian IC Regulator
a) Kunci Kontak “ON” Mesin Belum Berputar

Gambar. Kunci Kontak “ON” Mesin Belum Berputar.

Saat kunci kontak “ON” mesin belum berputar pada stator coil belum ada tegangan
induksi, sehingga terjadi aliran arus :
 Battery → fuse → S alternator → S IC regulator → BIC
→ BAT alternator → B IC regulator → BIC. BIC meng”ON”kan
transistor karena mendeteksi tegangan battery kurang dari 14,7 volt.
 Battery → fuse → starter switch → IG alternator → dioda → R IC regulator →
tahanan → L IC regulator → rotor coil → F IC regulator → Tr “ON” → E (massa).
Kemagnetan pada rotor coil kecil sekali.

 Battery → fuse → starter switch → IG alternator → dioda → R IC regulator →


tahanan → L IC regulator → L alternator → kumparan charge relay → ZD “OFF”
Kumparan charge relay tidak menjadi magnet.
 Battery → fuse → starter switch → charge light → plat kontak CHG relay → massa.
Charge light menyala.

b) Kunci Kontak On Mesin Hidup Pada Putaran Idle

Saat mesin hidup (gambar 9.11) pada stator coil terjadi tegangan induksi, sehingga
terjadi aliran arus :
 Stator coil → dioda S alternator → S IC reg → BIC
→ BAT alternator → → B IC regulator → BIC

35
BIC meng”ON”kan transistor karena mendeteksi tegangan battery kurang
dari 14,7 volt.
 Battery → fuse → starter switch → IG alternator → dioda → R IC regulator →
tahanan → L IC regulator → rotor coil → F IC regulator → Tr “ON” → E (massa).
Kemagnetan pada rotor coil kecil sekali.

 Battery → fuse → starter switch → IG alternator → dioda → R IC regulator →


tahanan → L IC regulator → L alternator → kumparan charge relay → ZD “OFF”.
Kumparan charge relay tidak menjadi magnet.
 Battery → fuse → starter switch → charge light → plat kontak CHG relay → massa.
Charge light menyala.

Gambar. Kunci Kontak On Mesin Hidup Pada Putaran Idle.

c) Mesin Hidup Tegangan Output Di Bawah Standar (< 14,7 Volt)

Saat mesin hidup pada stator coil terjadi tegangan induksi, sehingga terjadi aliran arus
:
 Stator coil → dioda → BAT alternator → S alternator → S IC reg → BIC→ B IC
regulator → BIC. BIC meng”ON”kan transistor karena mendeteksi tegangan output
kurang dari 14,7 volt.
 Stator coil → field dioda → rotor coil → F IC regulator → Tr “ON” → E IC regulator
→ E alternator → massa. Rotor coil menjadi magnet.
 Stator coil → field dioda → L alternator → kumparan charge relay → ZD ”ON” →
massa. Kumparan charge relay menjadi magnet menarik plat kontak ke atas,
sehingga charge light mati karena tidak ada beda potensial.

36
Gambar. Mesin Hidup Tegangan Output di Bawah Standar (< 14,7 Volt)
d) Mesin Hidup Pada Putaran Tinggi

Gambar . Mesin Hidup Pada Putaran Tinggi


Saat mesin hidup pada stator coil terjadi tegangan induksi, sehingga terjadi aliran arus
:
 Stator coil → dioda → BAT alternator → S alternator → S IC reg → BIC→ B IC
regulator → BIC.
BIC meng”OFF”kan transistor karena mendeteksi tegangan output lebih dari 14,7
volt.

37
 Stator coil → field dioda → rotor coil → F IC regulator → Tr “OFF”. Rotor coil tidak
menjadi magnet.
 Stator coil → field dioda → L alternator → kumparan charge relay → ZD ”ON” →
massa. Kumparan charge relay menjadi magnet menarik plat kontak ke atas,
sehingga charge light mati karena tidak ada beda potensial.

Brushless Alternator
Kelemahan alternator tipe konvensional maupun alternator dengan regulator
IC salah satunya adalah brush atau sikat cepat aus karena selalu bergesekan dengan
slip ring saat alternator bekerja. Untuk itu, maka alternator tipe tanpa sikat
(brushless alternator) dibuat.Pada alternator tipe ini tidak terdapat rotor coil. Fungsi
untuk menghasilkan medan magnet dipenuhi oleh kumparan medan (stationary
field coiI) yang terpasang di dalam alternator tetapi tidak bisa berputar. Untuk
memenuhi syarat adanya pemotongan medan magnet saat poros alternator
berputar, dipasang rotor pada posos alternator yang dapat berputar diantara
kumparan medan dan stator coil. Akibat putaran rotor di dekat medan magnet,
maka garis-garis gaya magnet dapat berubah-ubah sehingga pada stator coil terjadi
tegangan induksi (AC) yang kemudian disearahkan oleh dioda seperti pada
alternator tipe konvensional.

38
Gambar . Konstruksi dan penampang alternator tanpa sikat
Berikut adalah komponen-komponen yang terdapat pada brushless
alternator. Secara umum konstruksi atau komponen-komponen alternator ini sama
dengan alternator lainnya.

Gambar. Konstruksi dan komponen alternator tanpa sikat

Rangkaian sistem pengisian dengan alternator tanpa sikat secara sederhana


digambarkan dengan rangkaian pada gambar 5.11. Kerja dari system pengisian ini
secara umum sama dengan system pengisian dengan alternator lainnya. Regulator
yang digunakan adalah regulator IC yang juga berfungsi untuk mengatur arus
kerotor coil melalui transistor yang terdapat di dalam regulator IC .Pada rangkaian
ini, pendeteksian tegangan output alternator melalui terminal B regulator (di dalam
regulator ini juga terdapat dioda zener). Proses pengaturan output alternator
dilakukan dengan cara mengaktifkan dan me-nonaktif-kan transistor di dalam
regulator berdasarkan tegangan yang masuk ke dioda zener.

Gambar. Skema system pengisian dengan alternator tanpa sikat.

39
Kode Warna pada Diagram Pengkabelan
Kode warna pada rangkaian pengkabelan sistem kelistrikan alat berat dan
kendaraan lainnya secara umum memiliki kesamaan antara satu dengan lainnya. Namun
demikian, untuk warna kabel tertentu, (seperti warna hitam dan biru) ada yang memberi
kode B atau SB (untuk warna hitam) dan kode BL atau L (untuk warna kabel biru) seperti
pada produk kendaraan Astra Internasional dan Volvo berikut ini:

Keterangan :
GN/R berarti kabel dengan warna dominan hijau yang bergaris warna merah

40

Anda mungkin juga menyukai