76 Bab 2 Akhir PDF
76 Bab 2 Akhir PDF
76 Bab 2 Akhir PDF
Provinsi Sulawesi Barat yang dibentuk dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004
dengan ibukota Mamuju merupakan provinsi ke-33 atau provinsi termuda di Indonesia.
Provinsi Sulawesi Barat merupakan pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan. Jarak
Mamuju dengan Makassar kurang lebih 450 km. Letak geografis Sulawesi Barat adalah
0° 12' - 3° 38’ Lintang Selatan dan 118° 43' 15’’ - 119° 54' 3’’ Bujur Timur.
Wilayah Sulawesi Barat berhadapan langsung dengan Selat Makassar, jalur lalu lintas
pelayaran nasional dan internasional. Posisi ini dianggap sangat menguntungkan,
karena memberikan nilai tambah untuk pengembangan sosial ekonomi wilayah ke
depan.
Letak Provinsi Sulawesi Barat secara relatif terhadap Pulau Sulawesi diberikan pada
Gambar 2.1. berikut.
Sulawesi Barat
Provinsi Sulawesi Barat saat ini terdiri dari lima kabupaten. Salah satu kabupaten yaitu
Mamuju sedang dalam proses pemekaran menjadi Mamuju dan Mamuju Tengah. Kelima
kabupaten saat ini di Sulawesi Barat adalah seperti Tabel 2.1. dan Gambar 2.2. berikut.
Sementara Tabel 2.2 memberikan luas wilayah Sulawesi Barat.
Topografi Provinsi Sulawesi Barat adalah bervariasi dari datar, berbukit sampai
bergunung. Daerah topografi datar dapat dijumpai di sebagian besar Kabupaten
Polewali Mandar dan Mamuju Utara sedangkan Mamuju, Majene dan Mamasa adalah
berbukit sampai bergunung.
Di Provinsi Sulawesi Barat terdapat dua buah gunung yang mempunyai ketinggian
diatas 2.500 M, dengan gunung tertinggi adalah Ganda Dewata dengan ketinggian
3.074 M dpl. Gunung ini berdiri tegak di Kabupaten Mamuju.
Daya dukung fisik dan lingkungan Provinsi Sulawesi Barat dimaksudkan adalah
kemampuan fisik, karakteristik lahan, kesesuaian lahan, dan lingkungan untuk
pertanian dalam mendukung pengembangan komoditas pertanian. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan untuk mendukung hal-hal di atas adalah kondisi tata guna tanah,
lokasi geografis, sumberdaya air, kondisi topografi, status dan nilai tanah, dan lain-
lainnya.
Kondisi Topografi Provinsi Sulawesi Barat yang terdiri dari laut dalam, dataran rendah,
dataran tinggi dan pengunungan dengan tingkat kesuburan yang tinggi, sehingga
memungkinkan berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dengan baik.
2.1.3. Iklim
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat
tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai. Pada tahun 2008 suhu udara
maksimum terjadi di Stasiun Meteorologi Kabupaten Majene, yaitu sebesar 34,2°C,
sedangkan suhu udara minimum, yaitu sebesar 22,4°C.
Propinsi Sulawesi Barat mempunyai kelembaban udara relatif tinggi, dimana pada
tahun 2008 rata-rata berkisar antara 76,5% sampai 82,8%. Kecepatan angin hampir di
seluruh kabupaten di Sulawesi Barat umumnya merata setiap bulannya, yaitu berkisar 5
km/jam hingga 14 km/jam.
2.1.4. Hidrologi
Jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Barat tercatat sekitar delapan aliran
sungai, dengan jumlah aliran yang terbesar di Kabupaten Polewali Mandar, yakni 5
aliran sungai. Sungai yang terpanjang tercatat ada dua yakni Sungai Saddang yang
mengalir meliputi Kabupaten Tator, Enrekang, Pinrang dan Polewali Mandar serta
Sungai Karama di Kabupaten Mamuju. Panjang kedua sungai tersebut masing-masing ±
150 km.
Penduduk Sulawesi Barat berdasarkan hasil Proyeksi Badan Pusat Statistik Provinsi
Sulawesi Barat Tahun 2008 berjumlah 1.032.256 jiwa yang tersebar di 5 kabupaten,
dengan jumlah penduduk terbesar yakni 361.342 jiwa mendiami Kabupaten Polewali
Mandar. Jumlah penduduk Sulawesi Barat ini relatif masih rendah dikaitkan luas
wilayah. Kepadatan penduduk masih rendah yaitu 35-179 jiwa/km2. Tabel 2.3.
menampilkan jumlah penduduk Sulawesi Barat yang dikaitkan dengan kepadatan dan
Tabel 2.4. menampilkan jumlah penduduk yang dikaitkan dengan pertumbuhan.
Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari
penduduk yang berjenis kelamin perempuan, hal in tercermin dari angka rasio jenis
kelamin yang lebih besar dari 100. Di Kabupaten Majene, Mamasa, Mamuju dan Mamuju
Utara yang menunjukkan angka rasio jenis kelamin lebih besar dari 100, yang berarti
penduduk Laki-laki di empat daerah tersebut lebih besar dari jumlah penduduk
perempuan.
Tingkat pendidikan penduduk Sulawesi Barat relatif masih tergolong rendah jika dilihat
dari pendidikan yang ditamatkan penduduk usia 10 tahun keatas. Sebagian besar
penduduk (62,6%) merupakan tamatan atau tidak/belum tamat Sekolah Dasar dan
hanya 5,7% penduduk yang menamatkan pendidikan tinggi, sisanya 21,7% penduduk
menamatkan pendidikan menengah. Tingkat pendidikan penduduk Sulawesi Barat
secara lengkap diberikan Tabel 2.5. berikut.
Tabel 2.5. Persentase Penduduk Sulawesi Barat Usia 10 Tahun Keatas Menurut
Pendidikan Yang Ditamatkan 2008
Tidak/
Belum D1 D4 S2 Jum-
No. Kabupaten SD SMP SMA SMK D3
Tamat D2 S1 S3 lah
SD
1 Majene 21,6 28,0 18,1 16,3 5,1 2,5 1,6 6,7 0,3 100
2 Polewali Mandar 29,5 31,7 14,9 14,0 3,8 0,7 1,1 4,2 0,2 100
3 Mamasa 35,9 31,1 16,3 10,1 3,5 1,1 0,6 1,4 0,0 100
4 Mamuju 34,4 32,3 14,0 11,7 2,2 1,6 0,4 3,3 0,2 100
5 Mamuju Utara 29,6 38,9 18,4 8,7 2,4 0,4 0,3 1,8 0,0 100
Rata-Rata 2008 30,2 32,4 16,3 12,1 3,4 1,3 0,8 3,5 0,1 100
2007 36,6 33,9 13,9 9,1 3,0 1,1 0,6 1,8 0,1 100
Sumber: Sulawesi Barat Dalam Angka 2009, BPS Sulawesi Barat
Kegiatan penduduk usia 15 tahun keatas dapat dibedakan menjadi Angkatan Kerja dan
Bukan Angkatan Kerja. Tabel 2.7. memberikan kegiatan penduduk usia 15 tahun keatas
yang merupakan Angkatan Kerja dan Tabel 2.8. memberikan kegiatan penduduk usia
15 tahun keatas yang Bukan Angkatan Kerja.
Tabel 2.9. Penduduk Sulawesi Barat Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja
Menurut Sektor 2008
2.2.5. Agama
Selain padi sebagai komoditas tanaman pangan andalan, tanaman pangan lainnya
adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang-kacangan. Sebagian besar produksi padi
dihasilkan oleh jenis padi sawah.
Tabel 2.13. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Sulawesi Barat
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
No. Tanaman
2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008
1 Padi Sawah 59.565 60.376 65.913 289.632 297.181 324.445 48,60 49,20 49,22
2 Padi Ladang 4.897 6.255 6.558 11.984 15.495 18.777 24,50 24,80 28,63
3 Jagung 4.985 7.359 9.110 17.351 26.633 40.251 34,80 36,20 44,18
4 Ubi Jalar 522 846 1.442 5.641 9.304 15.895 108,30 110,00 110,23
5 Ubi Kayu 3.220 3.309 3.902 42.380 45.921 54.809 131,60 138,80 140,46
6 Kacang Tanah 395 552 528 541 777 744 13,70 14,10 14,08
7 Kedelai 783 793 1.498 1.049 1.080 2.054 13,40 13,60 13,71
8 Kacang Hijau 705 817 981 908 1.073 1.294 12,90 13,10 13,19
Sumber: Sulawesi Barat Dalam Angka 2009, BPS Provinsi Sulawesi Barat
Komoditas perkebunan yang menjadi unggulan dilihat dari jumlah produksi dan prospek
pengembangannya adalah kakao, jambu mente, kelapa dalam, kelapa sawit, kelapa
hibrida dan kopi arabika. Komoditas ini merupakan prioritas untuk memenuhi
kebutuhan pasar ekspor. Selain perluasan areal tanaman kakao dan kelapa sawit,
peningkatan mutu juga menjadi prioritas utama dalam pengembangan komoditas
perkebunan. Saat ini di wilayah Provinsi Sulawesi Barat lokasi pertanaman perkebunan
kakao terdapat di semua kabupaten sedangkan untuk kelapa sawit hanya terdapat di
dua kabupaten.
Tabel 2.15. Luas Panen dan Produksi Perkebunan Rakyat di Sulawesi Barat
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
No. Tanaman
2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008
1 Kelapa Dalam 57.562 50.026 37.305 49.395 59.379 52.673 0,86 1,19 1,41
2 Kelapa Hibrida 5.611 4.951 4.852 5.189 5.114 4.160 0,92 1,03 0,86
3 Kelapa Sawit 16.736 57.527 7.018 259.787 163.715 2.700 15,52 2,85 0,38
4 Kakao 144.255 146.905 122.598 106.361 77.545 46.258 0,74 0,53 0,38
5 Cengkeh 1.204 1.239 1.405 553 500 372 0,46 0,40 0,26
6 Sagu 1.180 1.565 1.344 529 777 152 0,45 0,50 0,11
7 Aren 1.112 1.323 758 648 771 305 0,58 0,58 0,40
Areal hutan di Provinsi Sulawesi Barat tercatat sekitar 1,2 juta Ha. Bagian terbesar
adalah Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas. Jika dilihat dari daerah
administratifnya Kabupaten Mamuju mempunyai jumlah hutan terluas sedangkan yang
terkecil pada Kabupaten Majene.
Salah satu jenis sektor jasa yang sedang dan akan dikembangkan di Provinsi Sulawesi
Barat adalah pariwisata. Kebutuhan masyarakat akan rekreasi semakin berwujud
dengan tumbuhnya obyek-obyek wisata. Berbagai macam obyek wisata yang dapat
dipromosikan adalah wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, dan wisata agro serta
wisata maritim/bahari. Beberapa kabupaten telah memiliki beberapa jenis obyek wisata
tersebut, hanya saja kualitas objeknya dan pelayanannya masih perlu ditingkatkan.
Pada sektor perindustrian dan perdagangan, Provinsi Sulawesi Barat dicirikan oleh
potensi bahan baku yang umumnya berasal dari sektor perkebunan dan kehutanan
serta hasil kelautan. Potensi ini memerlukan pengembangan industri hilir untuk produksi
barang jadi atau setengah jadi guna memenuhi kebutuhan industri hulu di luar daerah
Provinsi Sulawesi Barat. Secara umum permasalahan dalam perindustrian dan
perdagangan adalah terbatasnya sarana dan prasarana, tingginya biaya produksi,
terbatasnya suplai tenaga kerja terampil dan lemahnya keterkaitan hulu-hilir
Gambaran data perindustrian provinsi Sulawesi Barat disajikan pada Tabel 2.22 berikut.
Tabel 2.22. Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri di Sulawesi Barat
Jumlah Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja
No. Kabupaten
Formal Non-Formal Formal Non-Formal
1 Majene 93 149 700 745
2 Polewali Mandar 131 614 583 1.220
3 Mamasa 8 548 21 1.687
4 Mamuju 146 6 496 833 12.901
5 Mamuju Utara 16 274 166 1.087
Jumlah 2008 394 8.081 2.303 17.640
2007 394 878 2.303 15. 675
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulawesi Barat dalam Suawesi Barat Dalam Angka 2009
Potensi sumberdaya alam dari pertambangan di wilayah Provinsi Sulawesi Barat cukup
banyak. Sepanjang pantai memiliki tujuh blok Minyak dan Gas Bumi, yang empat
diantaranya sudah diselesaikan tender eksplorasinya. Gambar 2.6. menyajikan blok-
blok migas yang terdapat di provinsi Sulawesi Barat. Untuk jenis bahan galian logam
terdapat emas, bijih besi, mangan, nikel dan beberapa bahan galian logam lainnya.
Bahan galian non logam akan dapat ditemukan granit, batu gamping, kaolin, pasir
kuarsa dan sebagainya.
Ketersediaan listrik dirasa masih kurang memadai dari segi daya yang disalurkan
namun dari segi sambungan terpasang sudah memadai dan sudah menjangkau seluruh
kabupaten di Sulawesi Barat. Tabel 2.24. berikut memberikan data penyaluran listrik di
Sulawesi Barat.
Tabel 2.24. Pelanggan Listrik dan Daya Tersambung di Sulawesi Barat 2008
Jumlah Daya Tersambung Energi Terjual Penerimaan
No. Kabupaten
Pelanggan (KVA) (KWH) (Rp. Milyar)
1 Majene 19.895 14.828.930 19.684.933 12,5
2 Polewali Mandar 48.543 35.534.850 45.420.578 27,9
3 Mamasa 3.178 3.130.850 3.879.456 2,6
4 Mamuju 16.532 17.800.490 28.718.367 19,1
5 Mamuju Utara 1.999 2.138.700 3.005.806 2,0
Jumlah 2008 90.147 73.433.820 100.709.140 64,2
2007 87.640 69.226.510 91.331.199 53,9
2006 81.005 47.997.306 57.002.981
2005 83.486 64.774.008 71.087.643
Sumber: PLN Cabang Mamuj dalam Sulawesi Barat Dalam Angka 2009
Kondisi prasarana dan sarana bidang perhubungan di Provinsi Sulawesi Barat yang
meliputi transportasi darat, laut dan udara masih sangat membutuhkan perhatian, baik
kualitas maupun kuantitas. Untuk mendukung kelancaran arus penumpang orang dan
barang serta kebutuhan sehari-hari, hasil bumi yang keluar dan masuk Provinsi
Sulawesi Barat dalam rangka percepatan pembangunan dan ekonomi kerakyatan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1. Jalan dan jembatan pada jalan negara Trans Sulawesi lewat pantai barat mulai dari
batas Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan ke batas Kabupaten Donggala
Provinsi Sulawesi Tengah;
2. Jalan Trans Sulawesi poros barat - timur yang berawal dari Pelabuhan Samudera
Belang-Belang dan Bandar Udara Tampa Padang, Kalukku, Mamuju ke batas
Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan terus ke Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara;
3. Jalan poros Polewali ke Mamasa ke batas Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi
Selatan, kemudian dari Kecamatan Kalumpang ke batas Kabupaten Tana Toraja
Provinsi Sulawesi Selatan, serta Poros Jalan Malabo – Mambi – Aralle – Lakahan –
Buttuada - Kalukku ;
Tabel 2.25 dan 2.26 berikut memberikan kondisi prasarana jalan sementara Gambar 2.7
memberikan peta jalan utama di Sulawesi Barat.
Tabel 2.25. Panjang Jalan Menurut Status di Sulawesi Barat 2008 (km)
Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten
No. Kabupaten
2007 2008 2007 2008 2007 2008
1 Majene 103 103 102 102 618 610
2 Polewali Mandar 69 69 23 125 1.370 1.545
3 Mamasa - - 239 239 1.724 1.766
4 Mamuju 221 221 154 154 1.322 1.346
5 Mamuju Utara 153 151 34 34 1.102 1.142
Jumlah 546 544 552 654 6.136 6.410
Sumber: Sulawesi Barat Dalam Angka 2009, BPS Provinsi Sulawesi Barat
Tabel 2.26. Panjang Jalan Menurut Perkerasan di Sulawesi Barat 2008 (km)
Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kabupaten
No. Perkerasan
2007 2008 2007 2008 2007 2008
1 Aspal 438 475 430 355 1.212 1.352
2 Kerikil 57 27 217 173 1.583 2.005
3 Tanah 24 24 2.405 2.511
4 Tidak Dirinci 49 42 938 542
Jumlah 546 544 671 552 6.138 6.410
Sumber: Sulawesi Barat Dalam Angka 2009, BPS Provinsi Sulawesi Barat
Empat dari lima kabupaten di wilayah Sulawesi Barat berhadapan langsung dengan
Selat Makassar. Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II merupakan salah satu jalur
pelayaran Nasional dan Internasional yang dapat memberikan nilai tambah bagi
pembangunan sosial ekonomi ke depan. Di sekitar selat ini dibentuk Kawasan Andalan
Pembangunan Ekonomi Regional Terpadu (KAPERT) Selat Makassar yang meliputi enam
Provinsi (Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur,
Sulawesi Tengah, dan Gorontalo). Mamuju sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Barat
dapat menjadi salah satu pusat kegiatan karena didukung oleh:
• Pelabuhan Samudra Belang-Belang sebagai Pelabuhan Kontainer Internasional
Bandara Udara Tampa Padang - Mamuju yang berjarak 27 km dari Kota Mamuju yang
saat ini didarati pesawat jenis Dornier 328 dan Casa 212 (propeller) dengan Rute
Makassar – Mamuju PP dan Makassar – Mamuju – Balikpapan PP dengan intensitas
penerbangan enam kali seminggu. Saat sedang ini diusahakan untuk percepatan
pembangunan peningkatan dan perpanjangan landas pacu agar dapat didarati jenis
pesawat yang lebih besar seperti jenis jet dengan kapasitas 150 penumpang.
Bandar Udara Tampa Padang - Mamuju merupakan subyek studi ini. Data bandara ini
selengkapnya dibahas pada bab-bab selanjutnya.
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) (atas dasar harga konstan) yang berhasil diciptakan pada tahun tertentu
dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya. Penggunaan angka atas dasar harga
konstan ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh perubahan harga, sehingga
perubahan yang diukur merupakan perubahan riil ekonomi. Dalam penghitungan PDRB,
pertumbuhan ekonomi baik nasional maupun regional dihitung dengan menggunakan
harga konstan Tahun 2000 sebagai tahun dasar.
Perkembangan PDRB Sulawesi Barat dan pertumbuhan ekonomi disajikan pada Tabel
2.28 dan 2.29 berikut.
Tabel 2.29. PDRB Harga Konstan 2000 Sulawesi Barat (Trilyun Rupiah)
No. Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Dalam kurun waktu 2003 - 2008 tidak terdapat pergeseran yang berarti pada struktur
ekonomi provinsi ini. Peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Sulawesi Barat
masih cukup besar yakni di atas 50,4% di Tahun 2008. Tingginya peranan ini ditopang
oleh subsektor perkebunan dengan kontribusi 28,04%. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penduduk Sulawesi Barat masih mengandalkan sektor pertanian
tanaman perkebunan. Tingginya persentase kontribusi lapangan usaha sektor pertanian
berkorelasi dengan besarnya jumlah penduduk yang bekerja di sektor tersebut
Selain pertanian, sektor lain yang mempunyai kontribusi cukup besar adalah sektor
jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan yang
masing-masing menyumbang 16,1%, 12,6% dan 7,5% terhadap pembentukan total
PDRB Provinsi Sulawesi Barat. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih pada Tahun
2009 mempunyai kontribusi yang paling kecil, hanya sekitar 0,4%.
Pada Sistem Perkotaan Nasional yang tercantum Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
2008 terdapat tiga kota di Sulawesi Barat yang termasuk dalam Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW). Sementara tidak ada kota di Sulawesi Barat yang termasuk Pusat Kegiatan
Nasional (Pusat Kegiatan Nasional) atau Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN).
Ketiga kota Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) tersebut adalah:
1. Mamuju
2. Majene
3. Pasangkayu
Definisi dari PKW sendiri adalah adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk
melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Kriteria dari PKW
adalah : a) kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua
kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN; b) kawasan perkotaan yang berfungsi
atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi
atau beberapa kabupaten; dan/atau c) kawasan perkotaan yang berfungsi atau
berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa
kabupaten. Peraturan zonasi untuk PKW disusun dengan memperhatikan : a)
pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala provinsi yang didukung
dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang
dilayaninya; dan b) pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat
permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah yang
kecenderungan pengembangan ruangnya ke arah horizontal dikendalikan.
Pelabuhan di Sulawesi Barat yang termasuk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional 2008 sebagai Pelabuhan Simpul Transportasi Laut Nasional adalah Pelabuhan
Belang-Belang di Kabupaten Mamuju. Pelabuhan Belang-Belang termasuk sebagai
Pelabuhan Nasional dengan program ‘Pengembangan Pelabuhan Nasional’ pada Tahap II
2015-2019.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 2008 menyebutkan bahwa sistem jaringan
transportasi udara terdiri atas tatanan kebandarudaraan dan ruang udara untuk
penerbangan. Tatanan kebandarudaraan terdiri atas: a) bandar udara umum; dan b)
bandar udara khusus. Bandar udara umum terdiri atas:
a. bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan primer; merupakan bagian dari
prasarana PKN dengan penumpang paling sedikit 5.000.000 orang per tahun
b. bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan sekunder; merupakan bagian dari
prasarana PKN dengan penumpang antara 1.000.000 sampai dengan 5.000.000
orang per tahun
c. bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan tersier; merupakan bagian dari
prasarana PKN atau PKW terdekat dengan penumpang antara 500.000 sampai
dengan 1.000.000 orang per tahun
Bandar Udara Tampa Padang - Mamuju merupakan bandar udara pusat penyebaran
skala pelayanan tersier dengan program ‘Pemantapan Bandar Udara Tersier’ dengan
Tahap Pengembangan IV (2025-2027).