Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.3 Kemiskinan
Kemiskinan menurut BPS dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan (diukur dari sisi
pengeluaran).
Menurut Friedman dalam Mudrajad Kuncoro (1997), Kemiskinan adalah
ketidaksamaan kesempatan dalam mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis
kekuasaan sosial meliputi: modal produktif, sumber keuangan, organisasi sosial dan
politik, jaringan sosial, pengetahuan dan keterampilan, dan informasi yang berguna
untuk kemajuan hidup.
Sharp, et.al (1996) dalam Mudrajad Kuncoro (1997) mencoba mengidentifikasi
penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro kemiskinan
muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan
distribusi pendapatan yang timpang. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam
kualitas SDM. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.
3
BAB III
PEMBAHASAN
KURVA LORENZ
Kurva Lorenz
5
Penjelasan :
Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional
dikalangan lapisan-lapisan penduduk, secara kumulatif pula. Kurva ini terletak didalam
sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif
pendapatan nasional, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase kumulatif penduduk.
Kurvanya sendiri “ditempatkan” pada diagonal utama bujur sangkar tersebut. Kurva
Lorenz yang semakin dekat ke diagonal (semakin lurus) menyiratkan distribusi
pendapatan nasional yang semakin merata. Sebaliknya, jika kurva Lorenz semakin jauh
dari diagonal (semakin lengkung), maka ia mencerminkan keadaan yang semakin buruk,
distribusi pendapatan nasional semakin timpang atau tidak merata.
Indeks atau Rasio Gini adalah suatu koefisien yang, berkisar dari angka 0-1,
menjelaskan kadar kemerataan (ketimpangan) distribusi pendapatan nasional. Semakin
kecil (semakin mendekati 0) koefisien nya, pertanda semakin baik atau merata distribusi.
Di lain pihak, koefisien yang kian besar (semakin mendekati 1) mengisyaratkan distribusi
yang kian timpang atau senjang. Angka rasio gini dapat ditaksirkan secara visual langsung
dari kurva Lorenz, yaitu perbandingan luas are yang terletak diantara kurva Lorenz dan
diagonal terhadap luas area segitiga OBC. Perhatikan, semakin melengkung kurva Lorenz
akan semakin luas area yang dibagi. Rasio gini nya akan kian besar, menyiratkan distribusi
pendapatan yang kian timpang. Rasio gini juga dapat dihitung secara matematik dengan
rumus :
G = 1- E1 (Xi+1 – X1)(Yi + Yi+1)
0<G<1
G = Rasio Gini
Xi = Proporsi jumlah kumulatif rumah tangga dalam kelas- i
Yi = Proporsi jumlah kumulatif pendapatan dalam kelas-i
Bank Dunia :
Tinggi : 40% kelompok termiskin dengan pengeluaran < 12% dr total Y
Sedang : 40% kelompok termiskin dengan pengeluaran 12-17% dr total Y
Rendah: 40% kelompok termiskin dengan pengeluaran > 17% dr total Y
Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan
nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan
terendah (penduduk termiskin) ; 40% penduduk berpendapatan menengah ; 20%
penduduk berpendapatan tertinggi (penduduk terkaya). Ketimpangan atau
ketidakmerataan distribusi dinyatakan parah apabila 40% penduduk berpendapatan
terendah menikmati kurang dari 12% pendapatan nasional. Ketidakmerataan dianggap
sedang atau moderat bila 40% penduduk termiskin menikmati antara 12% - 17%
pendapatan nasional. Sedangkan jika 40% penduduk yang berpendapatan terendah
menikmati lebih dari 17% pendapatan nasional, maka ketimpangan atau kesenjangan
dikatakan lunak, distribusi pendapatan nasional dianggap cukup merata.
Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia ini sering pula dipakai sekaligus sebagai
criteria kemiskinan relative. Kemerataan distribusi pendapatan nasional bukan semata-
mata ”pendamping” pertumbuhan ekonomi dalam menilai keberhasilan pembangunan.
Ketidakmerataan sesungguhnya tak lepas dari maslah kemiskinan. Keduanya ibarat dua
sisi pada sekeping mata uang. Oleh karnanya diskusi-diskusi mengenai pemerataan
senantiasa terkait dengan pembahasan tentang kemiskinan.
Isu kemerataan dan pertumbuhan hingga kini masih menjadi debat tak
berkesudahan dalam konteks pembangunan. Kedua hal ini berkait dengan dua hal lain
yang juga setara kadar perdebatannya, yaitu efektivitas dan efisiensi. Pemikiran dan
strategi serta pelaksanaan pembangunan ekonomi tak pernah luput dari perdebatan
antara pengutamaan efisiensi dan pertumbuhan disatu pihak melawan pengutamaan
efektivitas dan kemerataan dilain pihak. Pakar-pakar ekonomi pembangunan tak kunjung
usai memperdebatkannya. Beberapa diantara mereka cenderung lebih berpihak disalah
satu kutub, sementara beberapa selebihnya berpihak dikutub seberangnya.
7
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut Todaro (2000), Pengaruh antara ketimpangan distribusi pendapatan
terhadap kemiskinan dipengaruhi oleh adanya peningkatan jumlah penduduk.
Pertambahan jumlah penduduk cenderung berdampak negatif terhadap penduduk
miskin, terutama bagi mereka yang sangat miskin. Sebagian besar keluarga miskin
memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak sehingga kondisi perekonomian mereka
berada di garis kemiskinan semakin memburuk seiring dengan memburuknya
ketimpangan pendapatan atau kesejahteraan.
Penyebab dari kemiskinan adalah adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumber daya yang selanjutnya akan menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.
4.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi “ Ekonomi Pembangunan“
dengan membahas tentang “ Ketimpangan Distribusi Pendapatan “yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dalam
penulisan makalah pada kesempatan di masa mendatang.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://ekonomikelasx.blogspot.com/2012/02/indikator-ketimpangan-distribusi.html
http://sosialsosial-ips1.blogspot.com/2011/10/distribusi-pendapatan-nasional.html
http://filzanadhila.blogspot.com/2011/02/distribusi-pendapatan-nasional.html
http://alfiantoromdoni.blogspot.com/2012/05/struktur-produksi-distribusi-
pendapatan.html