Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI


MENGONTROL HALUSINASI DENGAN KEGIATAN BERKEBUN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh Kelompok 6

TAHIRUDDIN S.ABD DJAFAR 1035181024


TRI AYU LAKSANA 1035181025
LUTFIAH 1035181010
SANTYA DILA SARI 1035181019

PROGAM STUDI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MH. THAMRIN
JAKARTA
2019
RENCANA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI
MENGONTROL HALUSINASI DENGAN KEGIATAN BERKEBUN

A. TOPIK
Terapi Berkebun / Holtikultura

B. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Setelah selesai mengikuti terapi aktivitas kelompok, terapi berkebun klien
mampu beradaptasi terhadap situasi, lebih banyak aktivitas dan lebih mandiri.

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti terapi modalitas, terapi berkebun selama 45 menit diharapkan
klien dapat :
a. Meningkatkan interaksi sosial dengan orang lain, meningkatkan rasa kasih
sayang terhadap lingkungan.
b. Merasa nyaman, mengurangi stress, menurunkan depresi dan kecemasan.
c. Mengekspresikan perasaan dan melepaskan tekanan emosi yang dihadapi.
d. Meningkatkan kontrol diri dan perasaan.
e. Mengubah perilaku yang destruktif.
f. Mengembangkan kreativitas.
g. Hiburan atau kegiatan yang menyenangkan

C. LANDASAN TEORI
1. DEFINISI
Kata Hortikultura (Horticulture) berasal dari Bahasa Latin ‘hortus’ yang artinya
kebun dan “colere” yang artinya membudidayakan. Secara harfiah istilah
hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan,
sayuran dan tanaman hias sehingga hortikultura merupakan suatu cabang dari
ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah- buahan, sayuran dan tanaman

2
hias. Jadi hortikultura adalah membudidayakan tanaman di kebun (Purwanto,
2010).

2. MANFAAT
Perawatan klien dengan gangguan jiwa di panti atau rumah sakit jiwa dalam
jangka waktu yang lama mengakibatkan klien mengalami penurunan
kemampuan berfikir dan bertindak secara mandiri dan kehilangan hubungan
dengan dunia luar, oleh karena itu diperlukan pengembangan layanan
keperawatan psikiatrik salah satunya dengan terapi berkebun.

Menurut Direja (2011), terapi berkebun mampu menunjang proses terapi pada
klien, baik secara fisik, mental maupun social yang dapat membantu proses
pemulihan pada klien serta terapi berkebun mampu memenuhi kebutuhan
rohani,karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan juga
estetika (dari tanaman hias atau bunga). Karena bersentuhan dengan tanah,
menanam sesuatu, sabar menunggu hasil dan memelihara bibit mampu
mengajarkan sesuatu yang berharga bagi kehidupan pribadi klien. Klien yang
gemar berkebun akan menjadim pribadi yang penuh dengan kasih sayang dan
mampu memelihara diri dengan baik.

Terapi berkebun juga mampu meningkatkan pengalaman positif pada klien


dengan cara membantu individu dalam mengembangkan harga diri,
menumbuhkan sikap percaya pada orang lain, mempersiapkan diri kembali ke
masyarakat dan mencapai perubahan yang positif karena sebuah lingkungan
perawatan yang dirancang secara terapeutik mampu membangun rasa percaya
diri dan meningkatkan harga diri seseorang (Aronson & Akert, 2010).

Terapi berkebun merupakan aktivitas yang dilakukan diluar ruangan atau


ruangan terbuka, hal tersebut memungkinkan klien untuk menghirup udara segar
yang mampu meningkatkan produksi hormone serotonin dan melatonin.
Hormone serotonin merupakan hormone yang sangat erat hubungannya

3
denganpembentukkan semangat, kebahagiaan dan kesenangan sedangkan
hormone melatonin merupakan hormone yang berperan penting dalam regulasi
fungsi biologis. Pada klien dengan gangguan jiwa, terapi berkebun juga mampu
mengaktifkan system limbik yang dimana system tersebutlah yang mengatur
atau mengontrol emosi pada manusia.

D. KLIEN
1. KARAKTERISTIK KLIEN
a. Klien yang masih bisa bergerak dan sehat secara fisik
b. Defisit fungsional pada fisik, psikologis atau fungsi mental.
c. Marah gusar dan kesepian
d. Gangguan emosi dan perilaku
e. Stres dan kecemasan
f. Gangguan kepribadian (anti sosial)

2. PROSES SELEKSI
a. Identifikasi klien yang memenuhi kriteria
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Menjelaskan tujuan kegiatan
d. Menjelaskan tempat dan waktu kegiatan
e. Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam terapi aktivitas kelompok
f. Menjelaskan akan bergabung dengan klien lain dalam kelompok

E. PENGORGANISASIAN
1. WAKTU
Hari / Tanggal : Rabu, 06-Maret-2019
Jam : 09.00 WIB – 09. 45 WIB
Tempat : Taman Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2

4
2. TIM TERAPIS
a. Leader : Tri Ayu Laksana
Tugas :
a) Membuka acara,
b) Memimpin kegiatan,
c) Memotivasi peserta,
d) Menjelaskan tujuan terapi berkebun,
e) Menjelaskan langkah-langkah terapi berkebun,
f) Melaksanakan dan mengontrol jalannya terapi berkebun,
g) Menutup acara.

b. Co-Leader : Tahiruddin
Tugas :
a) Membantu tugas leader
b) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
c) Mengingatkan leader tentang kegiatan
d) Bersama leader menjadi contoh kegiatan

c. Observer : Lutfiah
Tugas :
a) Mengobservasi jalannya acara
b) Mencatat jumlah klien yang hadir
c) Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
d) Mencatat tanggapan tanggapan yang dikemukakan klien
e) Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas bermain
f) Membuat laporan hasil kegiatan

d. Fasilitator : Santya Dila Sari


Tugas :
a) Memfasilitasi jalannya kegiatan
b) Memfasilitasi klien yang kurang aktif

5
c) Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
d) Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar kelompok

3. SETTING TEMPAT

O Co.L

P1
P5

F
P2 P4 F

P3
F F

Keterangan Gambar
L : Leader O : Observer
Co.L : Co Leader P : Pasien
F : Fasilitator

4. METODE DAN ALAT BANTU


a. Metode : Dinamika Kelompok
b. Alat Bantu :
a) Tanah
b) Alat Perkakas
c) Polybag
d) Air
e) Gayung
f) Benih Tanaman (misal; kangkung, dll)
g) Pupuk

6
F. PROSES PELAKSANAAN
1. FASE ORIENTASI
a. Salam Perkenalan
a) Leader membuka acara
b) Melakukan perkenalan (terapis dan klien).

b. Penjelasan Tujuan dan Aturan Main


a) Leader menyampaikan tujuan terapi berkebun
b) Leader membuat validasi kontrak
c) Co-Leader membaca tata tertib
d) Leader di bantu Co-Leader menjelaskan langkah-langkah terapi
berkebun

2. FASE KERJA
a. Leader memimpin peserta dan terapis untuk menempatkan tanah yang sudah
dicampur dengan pupuk secukupnya pada polybag yang tersedia
b. Lalu tanah yang sudah di gali di isi dengan benih tanaman
c. Selanjutnya di tutup kembali dengan tanah yang sudah dicampur dengan
pupuk
d. Lalu di siram dengan air
e. Leader membuat kesimpulan

f. FASE TERMINASI
a. Evaluasi Respon Subjektif Klien
Leader menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti terapi berkebun.

b. Evaluasi Respon Objektif Klien


Leader menanyakan atau melakukan evaluasi materi

c. Rencana Tindak Lanjut


Leader memberikan tugas atau rencana tindak lanjut

7
d. Kontrak Yang Akan Datang
Leader membuat kontrak untuk yang akan dating dan menutup acara

G. Antisipasi Masalah
Pelaksanaan TAK terdapat penangan pada klien yang tidak aktif dalam
aktivitas TAK diantaranya adalah dengan memanggil klien dan memberi
kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien lain. Bila
klien meninggalkan kegiatan tanpa izin, maka panggil nama klien dan
tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan, apabila klien lain ingin ikut
maka berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang telah
dipilih, katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti oleh
klien tersebut, jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi pesan pada kegiatan ini (Purwaningsih & Karlina,2010)

8
DAFTAR PUSTAKA
Aronson, E., wilson t. D., & akert, R. . (2010). Social Psychology. New York:
Prentice Hall.
Direja, Ade Herman S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha. Medika
Purwanto, Roedhy. (2009). Hortikultura . Departemen Argonomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Anda mungkin juga menyukai