Anda di halaman 1dari 22

ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BETON GEDUNG KULIAH

KAMPUS 2 IAIN KOTA METRO MENGGUNAKAN PROGRAM ETABS


(Extended Three Analysis Building Systems)
Sari Utama Dewi1, M. Iqbal Pratama2

Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Metro


Jl.Ki Hajar Dewantara No.166 Kota Metro Lampung 34111, Indonesia
E-mail : saridewi.dewi1981@gmail.com 1, iqbalpratama485@gmail.com 2

ABSTRAK
Pembangunan gedung kuliah mengikuti kebutuhan pendidikan yang semakin maju
seiring perkembangan jaman, seperti kantor, ruang dosen, ruang kelas, ruang siding, aula,
mushola dan lahan parkir. Dalam perhitungan struktur bangunan gedung dapat dilakukan
secara manual ataupun komputerisasi menggunakan aplikasi yang sudah ada. Untuk
perhitungan secara komputerisasi dapat dilakukan dengan menggunakan program ETABS
(Extended Three Analysis Building Systems) dengan tetap mengacu pada peraturaan -
peraturan yang berlaku di Indonesia seperti: Tata cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang
(SNI 03-2847-2002). Dari keseluruhan hasil perhitungan dengan secara manual dan
komputerisasi dengan tetap mengacu pada peraturan – peraturan yang sudah ada, maka akan
didapatkan rencana gambar struktur yang akan dibangun dilengkapi dengan perhitungan dan
detail penulangan pada tiap sub yang akan dibangun. Kecermatan, ketelitian dan ketelatenan
sangat dibutuhkan dalam merencanakan suatu bangunan.
Kata kunci: Struktur, Beton, Beban, Momen, Tulangan, Gambar Kerja

PENDAHULUAN memaksimalkan kebutuhan mahasiswa


Gedung perkuliahan merupakan dalam menempuh pendidikan di perguruan
sarana yang paling penting untuk tinggi.
mendukung proses belajar mengajar, Dalam perencanaan gedung ini
karena dengan adanya gedung perkuliahan metode yang digunakan program ETABS
maka proses belajar akan lebih kondusif (Extended Three Dimensional Analysis
dan memberikan kenyamanan mahasiswa Building Systems). ETABS merupakan
maupun dosen dalam menyampaikan perangkat lunak hasil karya CSI Bekeley,
materi perkuliahan. program ini sangat Power Full dalam
Mengingat semakin timbulnya melakukan permodelan struktur analysis,
kesadaran masyarakat untuk mengenyam dan desain. Program ETABS ini juga
pendidikan yang lebih, semakin mampu untuk memecahkan beragam
meningkatnya jumlah mahasiswa dan permodelan dan permasalahan yang rumit
minimnya perguruan tinggi di Kota Metro sekalipun. Program ETABS secara khusus
terutama pada gedung perkuliahan yang difungsikan untuk menganalisis lima
ada, maka IAIN Kota Metro Lampung perencanaan struktur, yaitu analisis frame
membangun sebuah gedung perkuliahan baja, analisis frame beton, analisis balok
yang berada di kampus 2 IAIN Metro komposit, analisis baja rangka batang,
Lampung yang tepatnya berada di analisis dinding geser. Penggunaan
kecamatan Banjar Rejo kabupaten program ini untuk menganalisis struktur,
Lampung Timur. Penambahan gedung terutama untuk bangunan tinggi sangat
perkuliahan pada kampus 2 IAIN Metro tepat bagi perencana struktur karena
Lampung diharapkan mampu mengatasi ketepatan dari output yang dihasilkan dan
minimnya sarana pada perguruan tinggi efektif waktu dalam menganalisisnya.
yang ada di Kota Metro demi Program ETABS sendiri telah teruji

e-ISSN ; 2548-6209
176 TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018
p-ISSN ; 2089-2098
aplikasinya di lapangan dan banyak Tabel 2. Berat Sendiri Bahan Bangunan
konsultan-konsultan perencana struktur Massa
No Jenis ( Bahan Bangunan ) Satuan
ternama telah menggunakan program ini jenis
Kg/m3
1 Baja 7850
untuk analisis struktur. 2 Batu alam 2600 Kg/m3
Batu belah, batu bulat, batu gunung (berat
3 1500 Kg/m3
tumpuk)
TINJAUAN PUSTAKA 4 Batu karang (berat tumpuk) 700 Kg/m3
5 Batu pecah 1450 Kg/m3
Beton adalah campuran antara semen 6 Besi tuang 7250 Kg/m3
Kg/m3
portland atau semen hidraulik yang lain, 7 1
Beton ( ) 2200
8 Beton bertulang (2) 2400 Kg/m3
agregat halus, agregat kasar dan air, 9 Kayu (Kelas I) ( ) 3
1000 Kg/m3
dengan atau tanpa bahan tambahan yang 10
Kerikil, koral (kering udara sampai lembab,
1650 Kg/m3
tanpa diayak)
membentuk masa padat ( SK SNI 03- 2847 11 Pasangan bata merah 1700 Kg/m3
-2002). 12
Pasangan batu belah, batu belat,batu gunung 2200 Kg/m3

Beton kuat di dalam menahan tekan, 13 Pasangan batu cetak 2200 Kg/m3

tetapi lemah di dalam menahan tarik, 14 Pasangan batu karang


1450 Kg/m3

bentuk baja tulangan untuk beton adalah 15 Pasir (kering udara sampai lembab) 1600 Kg/m3
bulat polos atau bulat ulir. 16 Pasir (jenuh air) 1800 Kg/m3
Pasir kerikil, koral (kering udara sampai
a. Baja tulangan polos (Ø). biasanya 17
lembab)
1850 Kg/m3

digunakan untuk tulangan 18 Tanah, lempung dan lanau (kering udara 1700 Kg/m3

geser/begel/sengkang, mempunyai sampai lembab)


19 Tanah, lempung dan lanau (basah) 2000 Kg/m3
tegangan leleh (fy) 240 MPa (disebut
BJTP-24), dengan ukuran Ø6, Ø8, Ø10, 20 Timah hitam (Timbel) 11400 Kg/m3

Ø12, Ø14 dan Ø16. Sumber: Pedoman Perencanaan Pembebanan


b. Baja tulangan deform (D). Tegangan Untuk Rumah Dan Gedung ( PPPURG ) 1987
leleh minimum pada baja tulangan
2. Beban Hidup
deform yang biasanya digunakan
Tabel 3. Muatan Hidup Lantai Bangunan
sebesar 320 Mpa (disebut BJTP-40), No Jenis ( Konstruksi ) Berat Satuan
dengan ukuran D10, D13, D16, D19, Jenis Kg/m3
1 Lantai dan tangga rumah tinggal, 200 Kg/m3
D22, D25, D32, D36 kecuali yang disebut dalam 2
2 Lantai dan tangga rumah tinggal 125 Kg/m3
sederhana dan gudang - gudang
Pembebanan tidak penting yang bukan untuk
1. Beban Mati toko atau ruang kerja
3 Lantai sekolah, ruang kuliah, 250 Kg/m3
Tabel 1. Berat Sendiri Komponen kantor, toko, restoran, hotel, dan
asmara.
Bangunan 4 Lantai ruang olah raga 400 Kg/m3
5 Lantai ruang dansa 400 Kg/m3
Berat Satuan 6 Lantai untuk pabrik, bengkel, 400 Kg/m3
No Jenis ( Konstruksi )
Jenis Kg/m3 gudang, perpustakaan, ruang
arsip, toko buku, ruang alat-alat
Berat penutup atap dan mesin, harus direncanakan
genteng dengan reng terhadap beban hidup yang
1 50 Kg/m2
dan usuk/kaso per m2 ditentukan sendiri minimum.
bidang atap. 7 Lantai dan balkon dalam dari 400 Kg/m3
Berat plafond dan ruang – ruang untuk pertemuan,
2 penggantung Langit– 18 Kg/m2 tidak termasuk yang disebut
langit dalam 1 hingga dengan 6 seperti
gereja, ruang konser, ruang
3 Berat ½ pasangan bata 250 Kg/m2 pertunjukan, ruang rapat, bioskop
Berat pasangan satu dan sebagainya juga panggung
4 450 Kg/m2 penonton dengan tempat duduk
batu bata
Berat penutup lantai tetap.
5 dari keramik dengan 30 Kg/m2 Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan
adukan Untuk Rumah Dan Gedung (PPPURG ) 1987
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan
Untuk Rumah Dan Gedung ( PPPURG ) 1987

e-ISSN ; 2548-6209
TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018 177
p-ISSN ; 2089-2098
3. Beban Gempa C = faktor respons gempa
- Wilayah gempa I = faktor keutamaan gedung
W = berat total gedung termasuk beban
Tabel 4. Percepatan Puncak Batuan Dasar
hidup yang bekerja
dan Percepatan Puncak Muka
R = faktor reduksi gempa
Tanah Untuk Masing-masing
Gaya geser dasar nominal harus
Wilayah Gempa Indonesia.
Percepatan Percepatan puncak muka tanah Ao (g) didistribusikan sepanjang tinggi struktur
puncak batuan
Wilayah
Gempa dasar (‘g’)
Tanah Tanah Tanah Tanah
gedung menjadi beban-beban gempa
Keras Sedang Lunak Khusus nominal statik ekuivalen Fi yang bekerja
pada pusat masa lantai tingkat ke-i
Diperluka
1 0,03 0,04 0,05 0,08 n evaluasi menutur persamaan :
2 0,10 0,12 0,15 0,20 khusus di
3 0,15 0,18 0,23 0,30 setiap
Wi.zi
4
5
0,20
0,25
0,24
0,28
0,28
0,32
0,34
0,36
lokasi
Fi  n
V
Wi.zi
6 0,30 0,33 0,36 0,38

i 1
Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur 1. Bangunan Gedung SNI – Dimana :
1726 – 2002 . Fi = gempa nominal statik ekuivalen
Wi = berat lantai ke-i termasuk baban
- Faktor respons gempa hidup
Faktor respons gempa C dinyatakan dalam Zi = ketinggian lantai tingkat ke-i
percepatan grafitasi yang nilainya diukur dari taraf penjepitan lateral
bergantung pada waktu getar alami V = gaya geser dasar nominal
struktur gedung dan kurvanya ditampilkan
dalam spektrum respons gempa rencana ETABS (Extended Three Dimensional
perhitungan waktu getar alami (T) Tx = Ty Analysis Of Building Systems)
= 0,06 H ¾ Program ETABS (Extended Three
Dimensional Analysis Of Building
Systems) adalah suatu program yang
dipergunakan untuk melakukan analisis
dan desain pada struktur gedung dengan
konstruksi beton, baja, dan komposit
dengan cepat dan tepat. Software tersebut
mempunyai tampilan yang hampir sama
dengan SAP karena dikembangkan oleh
perusahaan yang sama (Computers and
Structures Inc,CSI) yaitu salah satu
perusahaan pembuat piranti lunak
(software) untuk perencanaan –
perencanaan struktur. ETABS merupakan
salah satu applikasi yang sangat populer di
Gambar 1. Respons Spektrum Gempa dunia teknik sipil. Software buatan CSI
Rencana (SNI – 1726–2002) Berkeley ini memang sangat tepat dalam
- Beban gempa nominal melakukan pemodelan struktur, analisis,
Beban gempa didapat dari hasil dan desain. Kebanyakan para perencana
perhitungan gaya geser dasar nominal V high rise building menjadikan ETABS
yang diperoleh dari rumus sebagai pilihan pertama dan utama dalam
melakukan analisis dinamik, karena
V = C x I x W/R memang analisis dinamik ini secara
Dimana : manual. ETABS membahas dengan detail
V = gaya geser dasar nominal cara-cara untuk mendesain struktur gedung

e-ISSN ; 2548-6209
178 TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018
p-ISSN ; 2089-2098
dengan meliputi permodelan struktur, c. Menentukan Geometri Struktur
input pembebanan, analisis gempa, dan Menentukan pemodelan struktur
perhitungan struktur balok,kolom,plat,serta dengan cara klik kanan pada lembar kerja
pondasi. Beban gempa akan dipelajari program ETABS > akan muncul menu
dalam 2 analisis yaitu dengan beban Coordinate/Grid Sistem > Modify/Show
respon spektrum function dan dengan time systems > Klik Spacing > input data >
hystori function. Dengan demikian, OK. Namun edit Grid belum sampai disini
analisis gempa dan angin dapat secara karena tinggi lantai belum diterapkan .
otomatis dihitung dengan memodifikasi adapun langkahnya yaitu Klik edit pada
nilai- nilai koefisien faktor dari peraturan menu bar > Edit Story Data > Edit Story.
ACI dan IBC sehingga sesuai dengan Kemudian sesuaikan angka dengan
peraturan SNI yang berlaku di Indonesia. struktur yang dibuat, lalu klik OK.
Langkah Mengoprasikan Program
ETABS (Extended Three Dimensional
Analysis Of Building Systems)
a. Memilih satuan yang akan
digunakan
Klik drop down box di status bar
untuk mengubah unit satuan (Kgf-m) atau
satuan yang lain.

Gambar 4. Edit Grid Data

Gambar 2. Pemilihan satuan


b. Grid / Kerangka Struktur
Klik menu file, terus klik new
model, klik No. Maka akan tampil jendela
seperti dibawah ini :

Gambar 5. Data input


d. Menentukan Perletakan
Atur perletakan yang diinginkan
dengan cara klik pada semua titik/joint
perletakan sehingga akan muncul tanda
silang pada joint. Kemudian piih menu
Assign – joint – Restraints - Klik OK.

e. Pembebanan pada struktur


Klik frame yang akan diberi beban .
klik Assign > Frame Load > Distribute
(untuk beban merata)/ Point ( untuk beban
terpusat).
Gambar 3. New model

e-ISSN ; 2548-6209
TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018 179
p-ISSN ; 2089-2098
f. Kombinasi Pembebanan Elemen itu mempunyai karakteristik
Dengan adanya beban tersebut berbeda-beda seperti baja dengan beton
diatas dikombinasikan berdasarkan SK- dan juga bahan yang lainya. Dalam
SNI – T – 15 – 1991 – 03 yaitu : menentukan karakteristik dari material
a. Untuk menahan beban mati D dan beton antara lain:
beban hidup L dengan menggunakan 1. Pilih Menu Define > Material
rumus U = 1,2 D + 1,6 L Properties
b. Untuk beban angin ditentukan nilai U 2. Dalam Option Define Materials, pilih
terbesar adalah CONC (Concrete) karena material
U = O,75 ( 1,2 D + 1,6 L + 1,(W )) yang digunakan merupakan beton, lalu
c. Untuk ketahanan struktur terhadap pilih perintah Modify/Show Material,
gempa ( beban E ) diperhitungkan kemudian ubah nama CONC sesuai
U = 1,05 ( D + LR + E ) atau U = 0,9 ( dengan mutu beton yang direncanakan
D+E) Masukkan data material beton dan
Dimana LR adalah beban hidup yang baja sesuai dengan data yang
telah direduksi dengan ketentuan SNI 1726 diperoleh , lalu klik OK pada Analysis
– 1989 tentang tata cara perencanaan Property
ketahanan gempa untuk rumah tinggal dan
gedung.
Langkah-langkah untuk memasukan data
kombinasi adalah sebagai berikut ini :
1) Pilih menu Define, kemudian pilih
Load Combination
2) Setelah itu akan muncul kotak dialog
Define Load Combination.,kemudian
isikan semua kombinasi dengan klik
Add New Combination terlebih
dahulu.
3) Masukan data-data kombinasi
pembebanan , adapun kotak-kotak Gambar 6. Menentukan Material
yang diisi adalah sebagai berikut :
a) Load Combination Name = Analisa Plat
COMB1 Dalam hal ini pelat yang dipakai
b) Load Combination Type = ADD adalah plat dua arah dan plat satu arah.
c) Define Combination Plat dua arah didefinisikan sebagai plat
d) Case Name, yaitu nama beban yang yang didukung sepanjang keempat sisinya
akan digunakan untuk kombinasi. atau apabila perbandingan antara panjang
e) Scale Factor, yaitu besarnya dan lebar plat tidak lebih dari dua.
perbandingan beban pada sebuah Sedangkan pelat satu arah adalah plat yang
kombinasi. didukung pada dua tepi yang berhadapan
Setelah selesai mengisi Case Name dan sedemikian sehingga lenturan timbul
Scale Factor, klik Add agar beban beban hanya dalam satu arah saja yaitu pada arah
tecantum pada list pembebanan Case yang tegak lurus terhadap arah dukungan
Name, jika ingin mengganti Scale Factor tepi.
ataupun Case Name dari list maka klik
Modify. Setelah selesai lalu klik OK.

g. Material Struktur
Dalam sebuah bangunan terdapat
Elemen penyusun dari bangunan itu, dan

e-ISSN ; 2548-6209
180 TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018
p-ISSN ; 2089-2098
0,25. .D 2 .b
ASpakai 
s

Lx
Dimana:

Lx
As = Luas tulangan yang diperlukan
Ly (mm2)
s = Jarak antar tulangan (mm)
Ly p = Selimut beton (mm)
Gambar 7. Plat Lantai h = Tebal plat (mm)
Mu = Momen lentur akibat beban batas
Rumus-rumus yang dipakai dalam (kNm)
perhitungan adalah sebagai berikut: d = Tinggi efektif (mm)
Menetukan beban: (Sedangkan dalam analisa program plat
Wu = 1,2 WDL + 1,6 WLL (beban rencana) lantai maupun atap menggunakan program
ETABS).
Menentukan tebal h minimum dan
maksimum plat adalah sebagai berikut: Tabel 5. Momen-momen pelat akibat
beban terbagi rata (Tumpuan
terjepit elastis)

Rumus-rumus yang dipakai dalam


perhitungan plat adalah sebagai berikut:
defektif = h - p - ½.Øtul
f’c =……. Mpa → β =……
fy =……. Mpa
0,85. 1. f ' c 600
ρb = x
fy 600  fy
ρmaks = 0,75 . ρb
ρmin = 0,002 (untuk plat dengan fy =
240 Mpa)
(SK SNI T-15-1991-03 ketentuan
perencanaan plat)
Mu
Mn 

Mu
Rn 
b.d 2
fy
m
0,85. f ' c
1 2.m.Rn  Sumber: Peraturan Beton Bertulang
 1  1   Indonesia (PBI ) 1971
m fy 

jika ρ < ρmin < ρmaks, maka dipakai ρmin


= 0,002
AS perlu = ρ.b.d

e-ISSN ; 2548-6209
TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018 181
p-ISSN ; 2089-2098
Tabel 6. Momen-momen pelat akibat Analisa Balok
beban terbagi rata (Tumpuan Apabila suatu gelagar balok
terjepit penuh) bentang sederhana menahan beban yang
mengakibatkan timbulnya momen lentur,
akan terjadi deformasi (regangan) lentur
didalam balok tersebut. Sifat utama beton
adalah kurang mampu menahan gaya tarik
akan menjadi dasar perhitungan. Tulangan
yang hanya dipasang di daerah tegangan
tarik bekerja pada balok disebut balok
bertulangan baja tarik.
Analisa dan perencanaan balok
yang dicetak menjadi kesatuan monolit
dengan pelat atau atap, didasarkan pada
anggapan antara pelat dengan balok-balok
terjadi interaksi saat menahan momen
lentur positif yang bekerja pada balok.
Sedangkan untuk perencanaan penampang
dapat diasumsikan dengan acuan SNI 03-
2847-2002
Tabel 8. Minimum Balok dan Plat Satu
Arah Bila Lendutan Tidak
Diperhitungkan
Tebal Minimum

Kedua
Dua Satu Ujung
Komponen Tumpuan Ujung Menerus Kantilever
Struktur Menerus
Komponen yang tidak menahan atau tidak disatukan
dengan partisi atau konstruksi lain yang akan rusak
karena lendutan yang besar
Pelat solid
satu arah L/20 L/24 L/28 L/10

Tabel 7. Jarak Penulangan Plat Balok atau


jalur satu
arah L/16, L/21 L/18,5 L/21 L/8

Sumber SNI 03-2847-2002


(Sedangkan untuk analisa penampang
balok dengan program ETABS).
Tabel 9. Luas Tulangan Balok dan Kolom

e-ISSN ; 2548-6209
182 TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018
p-ISSN ; 2089-2098
Analisa Kolom penampang ditentukan dengan
Kolom merupakan komponen memperlihatkan pengaruh beban
struktur vertikal yang meneruskan beban aksial, adanya retak sepanjang
dari balok atau plat sehingga sampai pada bentang komponen struktur dan durasi
pondasi. Pada kolom beban aksial dan beban.
lentur tidak dapat dipisahkan sehingga Tabel 10. Modulus Elastisitas
perlu ditinjau interaksi antara kedua
besaran gaya dalam tersebut. Keruntuhan Modulus Elastisitas ec (dari pasal10.5.1)
pada suatu kolom merupakan penyebab
utama keruntuhan total bangunan, oleh Momen inersia
karena itu perencanaan kolom harus Balok 0,35
diberikan kekuatan yang lebih tinggi dari Kolom 0,7
pada balok atau yang lebih dikenal dengan Dinding : Tidak
retak 0,7
Strong Colom Weak Beam-kolom kuat
balok lemah. : Retak 0,35
Plat datar dan lantai
Adapun langkah dalam mendesain Datar 0,25
kolom yaitu: Luas 1
1. Klik Define > Frame Sections Sumber : SNI 03-2847-2002
2. Kemudian pada Option Define
Properties Data pilih Add Data tersebut kemudian diinput ke
Rectangular ETABS dengan tahapan Option Property
3. Pada Option Rectangular Section isi Modifiers > Analysis Property
Edit Boxes sesuai data Modification Factors, pada Moment Of
a. Beri nama kolom pada Section Inertia About 2 Axis dan 3 Axis diisi
Name dengan 0,7.
b. Pilih mutu beton yang akan 5. Klik OK pada Analysis Property
digunakan Modification Factors dan kemudian
c. Masukan untuk dimensi lebar dan klik OK pada Rectangular Section
tebal kolom 6. Lalukan hal yang sama untuk semua
d. Klik Reinforcement untuk jenis kolom yang akan digunakan.
memasukkan data tulangan
e. Cover To Rebar (tebal penutup Permodelan Struktur
beton) Agar struktur gedung yang
f. Number Of Bar In 3-dir (jumlah direncanakan mampu menahan beban-
tulangan terhadap sumbu Local) beban yang yang bekerja maka haru
g. Number Of Bar In 2-dir (jumlah diterapkan ke bidang gambar adapun
tulangan terhadap sumbu local) tahapannya yaitu:
h. Masukkan ukuran tulangan yang 1. Penggambaran Elemen Kolom
diperoleh dari perhitungan Adapun langkah dalam menggambar
i. Setelah semua data dimasukan Elemen kolom yaitu:
kemudian klik OK pada a. Klik Menu Draw, pilih Draw Line
Reinforcement data lalu klik Set Object kemudian pilih Create In
Modifiers Region At Click (Plane)
4. Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal b. Kemudian letakan kolom pada
12.11,1 gaya-gaya aksial terfaktor M1 Grid yang diinginkan
dan M2 pada ujung-ujung kolom dan 2. Penggambaran Elemen Balok
bila mana diperlukan simpangan Tahapan dalam menggambar Elemen
relatif antar lantai, harus dihitung balok yaitu:
dengan analisis elastis rangka orde a. Klik Draw Line Object kemudian
baru satu, dimana besaran-besaran pilih Draw Line

e-ISSN ; 2548-6209
TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018 183
p-ISSN ; 2089-2098
b. Kemudian gambarkan pada garis yang dimasukan adalah sebagai
Grid-Grid yang telah direncanakan berikut:
3. Menggambar Elemen Pelat a. Spectrum Case Name,
Karena pada bangunan mengunakan untuk arah X = RSX
pelat beton untuk lantainya maka untuk arah Y = RSY
harus direncanakan pelat beton itu, b. Model Combination = CQC
adapun tahapannya yaitu: c. Directional
a. klit Draw Area Object, kemudian Combinatio SRSS
pilih Create Area At Click, d. Input Response Spectrum
kemudian pilih Property untuk 1) Untuk arah X masukan
Slab function dan Scale factor pada
b. kemudian klik pada bagian-bagian kotak U1 sesuai dengan
yang akan digambar. hitungan analisis pembebanan
2) Untuk arah Y masukan
Response Spectrum Gempa Rencana function dan scale factor pada
Karena bangunan didesain agar bisa kotak U2 sesuai dengan
tahan dari gempa yang sesuai dengan hitungan analisis pembebanan.
peraturan yang digunakan SNI-1726-2002
maka perlu direncanakan beban gempa, Analisis struktur
adapun langkah–langkahnya sebagai Sebelum running program, pilih menu
berikut: analyze, Running Program, klim menu
1. Klik Define pada menubar, kemudian analyze, setelah analyze complete, klik OK
pilih Response Spectrum Function
2. Pada kotak dialog Define Response Balok Sloof
Spectrum Function, klik Add User Fungsi balok sloof adalah sebagai
Spectrum, untuk tipe gempa di pengikat antara pondasi sehingga
indonesia tidak terdapat didalam diharapkan bila terjadi pada penurunan
ETABS oleh karena itu dihitung secara pada pondasi, penurunan itu dapat tertahan
manual. atau akan terjadi secara bersamaan.
3. Kemudian masukan periode dan Balok sloof akan menerima beban akibat :
akselerasi/ perceparan gempa pada 1. Perbedaan penurunan pondasi
kotak dialog Response Spectrum Perbedaan penurunan antar pondasi,
Function Definition sesuai dengan ΔS, adalah 1/150 Ls hingga 1/300 Ls.
perhitungan. Setelah kurva respons Akibat dari penurunan tersebut, maka
spektrum diinput kemudian harus balok sloof akan mengalami momen
didefinisikan spektrum case ΔM sebesar :
Adapun langkah menentukan spektrum
case antara lain:
1) Klik Define pada menubar, kemudian Dimana :
pilih Respone Spectrum Case. ΔM = momen yang terjadi akibat
2) Setelah itu klik Respone Spectrum perbedaan penurunan podasi.
Spectra, kemudian akan muncul kotak E = modulus elastisitas beton.
dialog Define Respone Spectra lalu ΔS = perbedaan penurunan pondasi.
klik Add New Spectrum untuk Ls = panjang balok sloof.
membuat pengaturan baru untuk data- 2. Gaya aksial 10% dari kolom yang
data gempa pada wilayah yang akan di bekerja bersamaan dengan gaya
analisis. momen. Gaya aksial 10% ini bekerja
3) Setelah itu masukan data pada kotak bolak-balik sebagai gaya normal pada
dialog Respone Spectrum Data, data balok sloof sehingga perhitungannya
dapat dilakukan seperti perhitungan

e-ISSN ; 2548-6209
184 TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018
p-ISSN ; 2089-2098
kolom. Momen-momen dapat terjadi
akibat beban dari struktur atas. di mana :
Perhitungan Tulangan Balok Sloof φ = faktor reduksi kekuatan geser (0,75)
Tulangan Lentur Vn= tegangan geser nominal
(SNI-03-2847-2002 pasal 12.3) Vu= gaya geser terfaktor
Untuk komponen struktur non-prategang Vc= kuat geser nominal yang
dengan tulangan sengkang pengikat, kuat disumbangkan oleh beton
tekan aksial terfaktor φ Pn tidak boleh Vs= kuat geser nominal yang
diambillebih dari : disumbangkan oleh tulangan geser

(SNI-03-2847-2002 pasal 13.1) Untuk


(SNI-03-2847-2002 pasal 23.10) komponen struktur yang hanya dibebani
Bila beban aksial tekan terfaktor φ ≤ 0.10 oleh gaya tarik aksial yang besar, kuat
f’c Ag maka persyaratan pada pasal geser Vc boleh dihitung dengan
23.10.5 harus dipenuhi kecuali bila perhitungan yang lebih rinci dengan
dipasang tulangan spiral. Pasal 23.10.5 persamaan:
yaitu mengenai persyaratan jarak tulangan
sengkang.
Kuat lentur positif komponen Di mana:
struktur lentur pada muka kolom tidak Vc = kuat geser nominal yang
boleh lebih kecil dari 1/3 kuat lentur disumbangkan oleh beton
negatifnya pada muka kolom tersebut ( F’c = kuat tekan beton
SNI-03-2847-2002 pasal 23.10.4). Ag = luas penampang beton
Baik kuat lentur negatif maupun d = jarak dari serat tekan terluar ke titik
kuat lentur positif pada setiap irisan berat tulangan tarik longitudinal
penampang di sepanjang bentang tidak = tinggi balok – selimut beton
boleh kurang dari 1/5 kuat lentur yang Nu = gaya tarik terfaktor
terbesar yang disediakan pada muka-muka Sehingga Vs dapat dicari dengan rumus :
kolom di kedua ujung komponen struktur
tersebut. Dimana :
(SNI-03-2847-2002 pasal 12.5) Av = luas tulangan geser
Tulangan As minimum tidak boleh kurang fy = kuat leleh tulangan
dari: d = jarak dari serat tekan terluar ke titik
berat tulangan tarik longitudinal
S = jarak tulangan geser
Dan tidak lebih kecil dari : Jarak Tulanagan Geser
(SNI-03-2847-2002 pasal
2310.4.2) Pada kedua ujung balok harus
Dimana: dipasang sengkang pertama pada jara tidak
B = lebar balok lebih dari 50 mm dari muka perletakan
d = tinggi efektif balok jarak =2x tinggi balok diukur dari muka
f’c = kuat tekan beton perletakan ke arah bentang.
fy = tegangan leleh baja Sengkang ini harus mempunyai spasi yang
tidak lebih dari :
Tulangan Geser a. ¼ tinggi efektif balok
Tulangan geser menutut SNI-03-2847- b. 8 kali diameter tulangan longitudinal
2002 pasal 13.1: terkecil
c. 24 kali diameter sengkang
d. 300 mm

e-ISSN ; 2548-6209
TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018 185
p-ISSN ; 2089-2098
e. Gunakan ukuran yang terkecil = Efisiensi kelompok tia ng pancang
Analisa Pondasi Q = Daya dukung tiang pancang (N)
Pondasi adalah komponen struktur Untuk perhitungan perkiraan
bangunan yang terbawah yang berfungsi jumlah tiang pancang harga efisiensi tiang
sebagai elemen terakhir yang meneruskan pancang ditaksir lebih dahulu. Setelah
beban ketanah. Karena pondasi berfungsi jumlah tiang ditentukan (berdasarkan
sebagai penahan beban hidup dan beban hitungan perkiraan jumlah tiang pancang),
mati yang berada diatasnya dan bentuk baru dihitung efisiensi kelompok tiang
pondasi ditentukan oleh berat bangunan pancang yang sebenarnya.
dan keadaan tanah disekitar bangunan
b. Efisiensi kelompok tiang
tersebut, sedangkan kedalaman pondasi
Eff = 1 + m(n-1) +
ditentukan oleh letak tanah padat pada
yang mendukung pondasi. Pada Dimana:
perhitungan ini menggunakan pondasi n = jumlah tiang pancang berbaris
Bore Pile dan menggunakan cara m = banyaknya baris
perhitungan Dedi susanto. d = diameter tiang (mm)
s = jarak antar as tiang (mm)
Uraian Umum
Pondasi tiang pancang
c. Daya dukung efektif kelompok
dipergunakan untuk suatu bangunan
tiang
dimana tanah dasar dibawah bangunan
P eff = Eff x n x Qtiang
tidak mempunyai daya dukung yang cukup
untuk memikul berat bangunan dan
d. Beban yang didukung tiang
bebannya. Pondasi tiang pancang
pancang
berfungsi untuk memindahkan beban-
beban dari konstruksi kelapisan tanah yang P tiang = ± ± ±
lebih dalam. Dimana:
Menurut cara pemindahan beban, My = Momen arah sumbu y yang bekerja
tiang pancang dibedakan menjadi 2 yaitu: pada kolom (Nmm)
a. Point Bearing Pile (End Bearing Pile) Mx = Momen arah sumbu x yang bekerja
Tiang pancang ini meneruskan beban pada kolom (Nmm)
melalui tahanan ujung kelapisan tanah x = Absis tiang pancang terhadap titik
keras. berat kelompok tiang pancang (mm)
b. Friction Pile y = Ordinat tiang pancang terhadap titik
Tiang pancang ini meneruskan beban berat kelompok tiang pancang (mm)
ke tanah melalui geseran kulit. Apabila ∑x2 = Jumlah kuadrat absis tiang pancang
pemancang tiang sampai dengan tanah (mm)
keras melalui tanah lempung, untuk ∑y2 = Jumlah kuadrat ordinat tiang
menghitung daya dukung tiang pancang (mm)
diperhitungkan baik berdasarkan e. Kontrol Poer
tahanan ujung maupun clef (friction ɸVc = 0,60 [1+ ] [ ] bo. d
pile).
Dimana :
Kelompok Tiang Pancang βo = perbandingan sisi kolom terpanjang
a. Jumlah Tiang Pancang dan sisi kolom terpendek
bo = keliling bidang kritis (mm)
n = d = tinggi efektif poer (mm)
Dimana : Jika Vu < ɸVc poer tidak perlu
n = Jumlah tiang pancang tulangan geser
N = Gaya aksial yang bekerja pada kolom Vu > ɸVc , poer perlu tulangan geser

e-ISSN ; 2548-6209
186 TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018
p-ISSN ; 2089-2098
METODE PENELITIAN atau ukuran dari masing-masing
Penelitian dilakukan pada lokasi komponen yang efektif, efisien serta kuat
Kampus 2 IAIN Kota Metro, yang secara teknis yang mengacu pada
tepatnya berada di kecamatan Banjar Rejo peraturan-peraturan yang berlaku di
Kabupaten Lampung Timur Indonesia (Standar Nasional Indonesia).
Dalam kajian perhitungan
Metode Pengumpulan Data menggunakan dari berbagai sumber
1. Data Primer literatur sebagai acuan dan referensi
Data Lapangan adalah data utama, data diantaranya sebagai berikut:
yang diperoleh dari observasi lapangan di a) Perhitungan beton menggunakan
daerah penelitian adalah : peraturan SK SNI T-15-1991-03, SNI
Gambar kerja 03-2847-2002, SNI-1726-2002,
Bangunan ( tiga ) lantai PPIUG 1983 dan PPPIURG 1987.
a. Tinggi Bangunan Gedung b) Mutu beton yang digunakan adalah
lantai 1 = 4,5 m beton dengan F’c = 29,05 MPa dan
lantai 2 = 4,5 m (Ø)Fy = 240 Mpa, (D)Fy = 320 Mpa .
lantai 3 = 4,5 m c) Dalam menganalisa dan
Total ketinggian = 13,5m mendesain/merencakan gedung
b. Luas bangunan bertingkat penulis menggunakan
Luas Bangunan Lantai 1 =1987,08 m² program ETABS.
Luas Bangunan Lantai 2 =1987,08 m²
Luas Bangunan Lantai 3 = 1886,5 m² Langkah-Langkah Perencanaan
1. Pemodelan Struktur
2. Data Sekunder 2. Pembebanan
Data sekunder merupakan data 3. Analisis struktur dengan program
penunjang yang mendukung proses ETABS
pembahasan yang diperoleh dari buku 4. Perhitungan struktur dengan program
referensi dan literatur - literatur skripsi ETABS
Teknik Sipil. 5. Hasil (Gambar struktur gedung)
Data-data sekunder antara lain : dengan program Autocad
a) Beban-beban yang bekerja pada
bangunan
b) Mutu beton menggunakan beton
dengan kuat tekan (F’c) = 29,05 MPa
c) Mutu baja menggunakan kuat leleh
(Ø)Fy = 240 Mpa
d) Mutu baja menggunakan kuat leleh
(D)Fy = 320 Mpa

Kajian Penelitian
Dari data yang telah diperoleh
maka selanjutnya akan dilakukan proses
kajian penelitian dengan menghitung
kembali semua beban-beban yang bekerja
pada struktur bangunan gedung tersebut
dengan maksud dan tujuan untuk
mengetahui besarnya beban-beban yang
bekerja pada masing-masing komponen
struktur, sehingga didapatkan suatu
struktur dengan berbagai jenis dimensi

e-ISSN ; 2548-6209
TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018 187
p-ISSN ; 2089-2098
Bagan Alur Penelitian (flow chart) Bagan Alur Perencanaan (flow chart)

Mulai Mulai

Pengumpula Data dan


n Data Informasi
struktur
Permodelan struktur
Data Primer Data Sekunder gedung dengan ETABS
Data langsung Data spesifikasi
yang didapat dari bangunan gedung,
lapangan sumber/literatur Pembebanan

Pembebanan Analisis struktur dengan bantuan


program ETABS

Perhitungan
Dimensi dan tulangan

Hasil analisis
struktur
{momen (M),
Gambar lintang (D),
dan gaya
Normal (N)}
Desain dimensi dan tulangan
selesai beton bertulang
Gambar 8. Bagan Alir Penelitian Penulisan
dan perhitungan (flow chart) Analisa
Tidak Perencanaan

OKE

Gambar

selesai

Gambar 9. Bagan Alur Perencanaan

e-ISSN ; 2548-6209
188 TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018
p-ISSN ; 2089-2098
PEMBAHASAN Menurut SK SNI T-1 5-1991-03 tentang
perencanaan plat dengan ketentuan :
Data Bangunan
1. Faktor reduksi (θ) = 0,8
Data struktur beton gedung
2. Tebal selimut beton ( p ) = 2 cm
perkuliahan kampus 2 IAIN Metro
3. Bj Beton (PPURG 1987) = 2400 kg/m3
Lampung:
4. Berat Spesi (PPURG 1987) = 2100
1. Bangunan 3 (tiga) lantai
kg/m2
a. Tinggi bangunan gedung
5. Lantai kramik (PPURG 1987) = 2400
a) lantai 1 = 4,50 m
kg/m2
b) lantai 2 = 4,50 m
6. Beban Plafond (PPURG 1987) = 18
c) lantai 3 = 4,50 m
kg/m2
d) Total ketinggian = 13,50 m
b. Luas bangunan
a) Panjang bangunan gedung= Beban Yang Bekerja Pada Plat
54,74 m a. BebanMati (WD)
Direncanakan : Plat lantai setebal 12 cm
b) Lebar bangunan gedung=23 m
Penutup plat keramik setebal 1 cm
c) Luas bangunan
Spesi pasangan 2 cm
Luas Bangunan Lantai 1 = Berat sendiri plat = 0,12 x 2400 = 288 kg/m2
1987,08 m² Berat spesi (PPURG 1987) = 0,02 x 2100 = 42 kg/m2
Lantai kramik (PPURG 1 987) = 0,01 x 2400 = 24 kg/m2
Luas Bangunan Lantai 2 = Beban Plafond (PPURG 1987) = 0,11 + 0,07 = 18 kg/m2
1987,08 m² Total Beban (WD) = 372 kg/m2
Luas Bangunan Lantai 3 = Direncanakan plat atap setebal 10 cm
1886,5 m² Berat sendiri plat = 0,10 x 2400 = 240 kg/m2
Air Hujan = 0,05 x 1000 = 50 kg/m2
2. Material struktur beton yang Beban Plafond (PPURG 1987)= 0,11 + 0,07 = 18
digunakan : kg/m2
a) Mutu kuat tekan beton f’c = Total Beban (WD) = 308 kg/m2
29,05 Mpa => K-350
b) Mutu baja fy = 240 Mpa (Ø polos) b. Beban hidup (WL)
= 320 Mpa (D ulir) Beban hidup yang dipakai dalam
c) Modulus elastisitas beton = merencanakan gedung sekolah ini sesuai
4700 .....(SNI-03-2847-2002 dengan fungsi masing – masing plat lantai
Ec = 25742,96 Mpa = 3101561,446 nantinya, diambil berdasarkan “Peraturan
kg/cm2 Pembebanan Untuk Gedung 1987”, yaitu :
d) Angka poisson = 0,2(ARS Group a. Fungsi gedung sebagai Ruang kuliah
Azza Reka = 250 kg/m2
b. Beban hidup pada atap gedung
Data Perhitungan Plat Lantai = 100 kg/m2
Menurut data di lapangan tentang
perencanaan plat diperoleh data sebagai c. Beban berfaktor/rencana(WU)
berikut: WU = 1,2 (WD) + 1,6 (WL1)
Data tinjauan pada plat type A: = 1,2 (372) + 1,6 (250) = 846,4 kg/m
1. F’c = 29,05 Mpa = 350 kg/cm2 WU = 1,2 (WD) + 1,6 (WL3)
2. F’y = 240 MPa = 2891,57 kg/cm2 = 1,2 (356) + 1,6 (100) = 587,2 kg/m
3. Tebal Plat Lantai = 12 cm
4. = mm
4. Bentang terpanjang Ly = 4,5 m
5. Bentang terpendek Lx = 3,25 m
6. Fungsi gedung sebagai Ruang Kuliah
( PPURG 1987) = 250 kg/m2

e-ISSN ; 2548-6209
TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018 189
p-ISSN ; 2089-2098
Perhitungan Plat Type A d. Mty = - 0,001 x 846,2 x 3,252 x 57 =
509,4 kg.m

Perhitungan hmin dan hmax

 fy 
Ln 0,8  
hmin =  1500 
=
36  9.
 240 
Gambar 10. Plat type A 4500  0,8  
 1500 
 98,969 mm
Karena terjepit oleh balok pada
keempat sisinya, maka diasumsikan jepit 36  9.0,85
penuh (Monolid) sesuai dengan SK SNI T-
15 1991-03.  fy 
Ln  0,8  
Dari gambar didapat  = Ly/Lx = 4,5/3,25  1500 
= 1,4 hmax = =
36
Ly/Lx dimana:
 240 
Ly = Panjang bentang arah y (bentang 4500  0,8  
terpanjang)  1500 
 120 mm
Lx = Panjang bentang arah x (bentang 36
terpendek)
dari perhitungan tersebut digunakan tebal
Momen Perlu plat ( h ) = 120 mm, karena h ≥ hmin
Untuk menentukan momen pelat tersebut maka lendutan tidak diperhitungkan.
adalah:
a. Mlx = 0,001 . wu . lx2 . x Perhitungan Tulangan Plat lantai
b. Mly = 0,001 . wu . lx2 . x
Tebal plat : h = 120 mm,
c. Mtx = -0,001 . wu . lx2 . x F’c = 29,05 Mpa,
d. Mty = -0,001 . wu . lx2 . x F’y = 240 Mpa
Tebal penutup beton : p = 20 mm ( PBI
Keterangan: 1989 )
Mlx = Momen lapangan arah X Ditentukan diameter tulangan p = 10 mm
Mly = Momen lapangan arah Y Tinggi efektif :
Mtx = Momen tumpuan arah X dx=h–p–0,5– p=120–20–0,5–10 = 95 mm
Mty = Momen tumpuan arah Y dy=h–p– px–0,5– px =120–20 –10–0,5–0=
Wu = Beban berfaktor/rencana 85 mm
lx2 = Panjang Bentang Terpendek  600 
(0,85. f ' c)
dalam arah x ρb = β1.  
x = koefisien yang tergantung
fy  600  fy 

ρb = (0,85.29,05) 0,85. 
600 
Maka dengan interpolasi didapatkan =
momen sebagai berikut : 240  600  240 
a. Mlx = 0,001 x 846,2 x 3,252 x 34 = 0,062
303,8 kgm
b. Mtx = - 0,001 x 846,2 x 3,252 x 73 = ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,062 = 0,0465
652,4 kg.m
c. Mly = 0,001 x 846,2 x 3,252 x 18 = Untuk menentukan As Perlu Sesuai
160,8 kg.m dengan peraturan SK SNI T-15 1991-03,

e-ISSN ; 2548-6209
190 TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018
p-ISSN ; 2089-2098
Jika ρperlu > ρmin maka menggunakan ρperlu,  Mn   8,1 x 10 6 
jika ρperlu < ρmin maka menggunakan ρmin, Rn =  2 
=   = 0,89
2 
 b.d   1000 .95 
nilai ρmax sebagai nilai batas tertinggi
dalam ρmin dan ρperlu.  fy   240 
m =   =   = 9,71
 0,85 . f ' c   0,85.29,05 
Perhitungan Tulangan
a. Penulangan Lapangan Arah x (Mlx)
= h – p –(½.  tul) 1 
  2m.Rn  
Tinggi Efektif dx ρperlu = 1  1     =
= 120 – 20 – ½ 10 = 95 mm m 
  fy   
Mu = 0,001 x 846,2 x 3,252 x 34
= 303,8 kg.m = 3,038 kN.m
1    2 x9,71x0,89  

Mn =
Mu
=
3,038
= 3,79 kN.m 1  1     = 0,003
 0,8 9,71 
  240 
ρmin = 1,4/ fy = 1,4/240 = 0,006
 Mn   3,79 x 10 6
 ρperlu < ρmin = 0,003 < 0,006 maka
Rn =   =   = 0,419
tulangan menggunakan ρmin = 0,006
2 2
 b.d   1000 .95 
As perlu = ρmin x b x d
 fy   240  = 0,006 x 1000 x 95 = 570 mm2
m =   =   = 9,71 Jadi diperlukan tulangan
 0,85. f ' c   0,85.29,05  (628 mm2)

1 
  2m.Rn   c. Penulangan Lapangan Arah y (Mly)
ρperlu = 1  1     Tinggi Efektif dx = h – p –  tul - (½.  tul)
m 
  fy    = 120 – 20 – 10 - ½ 10 = 85 mm
Mu = 0,001 x 846,2 x 3,252 x 18
= 160,8 kg.m = 1,608 kN.m
1    2 x9,71x0,41  
 Mn =
Mu 1,608
= = 2,01 kN.m
= 1  1   =
9,71   240   0,8
 
 Mn   2,01 x 10 6 
0,001 Rn =  2 
 =  2 
 = 0,27
 b.d   1000 .85 
ρmin = 1,4/ fy = 1,4/240 = 0,006  fy   240 
m =   =   = 9,71
 0,85. f ' c   0,85.29,05 
ρperlu < ρmin = 0,001 < 0,006 maka
Tulangan menggunakan ρmin = 0,006
1 
  2m.Rn  
As perlu = ρmin x b x d ρperlu = 1  1    
= 0,006 x 1000 x 95 = 570 mm2 m 
  fy   
Jadi diperlukan tulangan
(628 mm2)
1    2 x9,71x0,27  

= 1  1     = 0,001
b. Penulangan tumpuan Arah x (Mtx) 9,71 
  240 
Tinggi Efektif dx = h – p –(½.  tul) ρmin = 1,4/ fy = 1,4/240 = 0,006
= 120 – 20 – ½ 10 = 95 mm
Mu = - 0,001 x 846,2 x 3,252 x 73
ρperlu < ρmin = 0,001 < 0,006 maka
= 652,4 kg.m = 6,524 kN.m Tulangan menggunakan ρmin = 0,006
Mu 6,524 As perlu = ρmin x b x d
Mn = = = 8,1 kN.m = 0,006 x 1000 x 85 = 510 mm2
 0,8

e-ISSN ; 2548-6209
TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018 191
p-ISSN ; 2089-2098
Jadi diperlukan tulangan
(524 mm2)

a. Penulangan tumpuan Arah y (Mty)


Tinggi Efektif dx = h – p –  tul - (½.  tul)
= 120 – 20 – 10 - ½ 10 = 85 mm Gambar 12. Potongan B-B
Mu = - 0,001 x 846,2 x 3,252 x 57
= 509,4 kg.m = 5,094 kN.m Perhitungan Tulangan Plat Atap
Mu 5,094
Mn = = = 6,367 kN.m
 0,8 Tebal plat : h = 100 mm,
F’c = 29,05 Mpa,
 Mn   6,367 x 10 6 
Rn =  2 
 =  2
 = 0,54 F’y = 240 Mpa
 b.d   1000 .85  Tebal penutup beton:p=20 mm(PBI 1989 )
 fy   240  Ditentukan diameter tulangan p = 10 mm
m =   =   = 9,71 Tinggi efektif :
 0,85. f ' c   0,85.29,05  dx = h – p – 0,5 – p
1 
  2m.Rn   = 100 – 20 – 0,5 – 10 = 75 mm
ρperlu = 1  1     Dy = h – p – px – 0,5 – px
m 
  fy    = 100 – 20 – 10 – 0,5 – 10 = 65 mm
(0,85. f ' c)  600 
ρb = β1.  
1    2 x9,71x0,54  
 fy  600  fy 
= 1  1    =
9,71   
ρb = (0,85.29,05) 0,85. 
 240  600 
=
0,002 240  600  240 
ρmin = 1,4/ fy = 1,4/240 = 0,006 0,062
ρperlu < ρmin = 0,002 < 0,006 maka ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,062 = 0,0465
tulangan menggunakan ρmin = 0,006
As perlu = ρmin x b x d Untuk menentukan As Perlu sesuai dengan
= 0,006 x 1000 x 85 = 510 mm2 peraturan SK SNI T-15 1991-03. Jika ρperlu
Jadi diperlukan tulangan > ρmin maka menggunakan ρperlu, jika ρperlu
(524 mm2) < ρmin maka menggunakan ρmin, nilai ρmax
sebagai nilai batas tertinggi dalam ρmin dan
ρperlu.

Perhitungan Tulangan
a. Penulangan Lapangan Arah x (Mlx)
Tinggi Efektif dx = h – p –(½.  tul)
= 100 – 20 – ½ 10 = 75 mm
Mu = 0,001 x 587,2 x 3,252 x 34
= 210,8 kg.m = 2,108 kN.m
Mu 2,108
Mn = = = 2,63 kN.m
 0,8
 Mn   2,63 x 10 6 
Rn =   = 
2  2 
 = 0,46
 b.d   1000 .75 
 fy   240 
m =   =   = 9,71
 0,85. f ' c   0,85.29,05 
Gambar 11. Denah penulangan plat
lantai

e-ISSN ; 2548-6209
192 TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018
p-ISSN ; 2089-2098
Mu = 0,001 x 587,2 x 3,252 x 18
1 
  2m.Rn  
ρperlu = 1  1     = 111,6 kg.m = 1,116 kN.m
m 
  fy    Mu 1,116
Mn = = = 1,39 kN.m
 0,8
1    2 x9,71x0,46  
  Mn   1,39 x 10 6 
1  1    Rn =   = 
2 
 = 0,32
2 
9,71 
  240   b.d   1000 .65 
= 0,001  fy   240 
ρmin = 1,4/ fy = 1,4/240 = 0,006 m =   =   = 9,71
 0,85. f ' c   0,85.29,05 
ρperlu < ρmin = 0,001 < 0,006 maka
1 
  2m.Rn  
tulangan menggunakan ρmin = 0,006 ρperlu = 1  1    
As perlu = ρmin x b x d m 
  fy   
= 0,006 x 1000 x 75 = 450 mm2
Jadi diperlukan tulangan
(524 mm2)
1    2 x9,71x0,32  

= 1  1    =
9,71 
  240 
b. Penulangan tumpuan Arah x (Mtx) 0,001
Tinggi Efektif dx = h – p –(½.  tul) ρmin = 1,4/ fy = 1,4/240 = 0,006
= 100 – 20 – ½ 10 = 75 mm ρperlu > ρmin = 0,001 < 0,006 maka
Mu = - 0,001 x 587,2 x 3,252 x 73 tulangan menggunakan ρperlu = 0,006
= 452,7 kg.m = 4,527 kN.m As perlu = ρmin x b x d
Mu 4,527 = 0,006 x 1000 x 65 = 390 mm2
Mn = = = 5,6 kN.m
 0,8 Jadi diperlukan tulangan
 Mn   5,6 x 10 6  (524 mm2)
Rn =   = 
2 
 = 0,99
2 
 b.d   1000 .75  d. Penulangan tumpuan Arah y (Mty)
 fy   240  Tinggi Efektif dx = h – p –  tul - (½.  tul)
m =   =   = 9,71 = 100 – 20 – 10 - ½ 10 = 65 mm
 0,85. f ' c   0,85.29,05 
Mu = - 0,001 x 587,2 x 3,252 x 57
1   2m.Rn    = 535,5 kg.m = 5,355 kN.m
ρperlu = 1  1    
m   fy   Mu 5,355
  Mn = = = 6,69 kN.m
 0,8
 Mn   6,69 x 10 6 
1    2 x9,71x0,99  
 Rn =   = 
2 
 = 1,58
2 
1  1    =
 b .d   1000 . 65 
9,71 
  240 
 fy   240 
0,004 m =   =   = 9,71
ρmin = 1,4/ fy = 1,4/240 = 0,006  0,85. f ' c   0,85.29,05 
ρperlu < ρmin = 0,004 < 0,006 maka 1 
  2m.Rn  
tulangan menggunakan ρmin = 0,006 ρperlu = 1  1    
m 
  fy   
As perlu = ρmin x b x d
= 0,006 x 1000 x 75 = 450 mm2
Jadi diperlukan tulangan 1    2 x9,71x1,58  

(524 mm2) 1  1    =
9,71 
  240 
c. Penulangan Lapangan Arah y (Mly) 0,006
ρmin = 1,4/ fy = 1,4/240 = 0,006
Tinggi Efektif dx = h – p –  tul - (½.  tul)
= 100 – 20 – 10 - ½ 10 = 65 mm

e-ISSN ; 2548-6209
TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018 193
p-ISSN ; 2089-2098
ρperlu = ρmin = 0,006 = 0,006 maka minimum (h) didalam acuan SK SNI-15-
tulangan menggunakan ρmin = 0,006 1991-03 tabel 3.2.5(a) yang menghasilkan
As perlu = ρmin x b x d persentase tulangan maksimum. Akan
= 0,006 x 1000 x 65 = 390 mm2 tetapi peninjauan terhadap kekuatan geser
Jadi diperlukan tulangan juga akan menentukan besarnya dimensi
(524 mm2) balok.

Contoh Data desain penampang balok


B1
Mutu kuat tekan beton f’c = 29,05 Mpa
Mutu baja (fy’ = 320 Mpa (D ulir)
Mutu baja (fy’)= 240 Mpa (Ø polos)
Panjang bentang (L)= 900 cm
Selimut beton (p) = 40 mm
(SK SNI T 15 – 1991 – 03 Pasal 3.3.16-7)
Perkiraan penampang balok 1
Panjang Bentang = 9000 mm
Tinggi balok (h) = 700 mm
Lebar Balok (b) = 350 mm
Tinggi efektif balok (d) = 642 mm

Gambar 13. Denah penulangan plat atap

Gambar 15. Rencana Balok 1


Tinggi efekif (d) = h-p-Øseng- ½. Øtul
Gambar 14. Potongan B-B Dengan diameter rencana tulangan pokok
16 mm (D ulir) dan tulangan sengkang 10
Pembebanan Pada Balok mm (Ø polos). = 700 – 40 – 10 - (½.16) =
Beban yang bekerja pada balok lantai 1, 2, 642 mm
3 Tinggi efektif (d’) = 700 – 642 = 58 mm
Tinggi dinding = 4,5 m Dari hasil perhitungan perkiraan dimensi
Beban dinding = 250 kg/m² balok 35/70 dianggap memenuhi syarat.
Qdl = 4,5 x 250 Dari perhitungan di atas didapat perkiraan
= 1125 kg/m² penampang balok yang digunakan adalah:
Berat sendiri balok dihitung dalam
program ETABS setelah pendimensian Tabel 11. Penampang balok yang
dilakukan. digunakan
No Notasi bxh Keterangan
Penentuan Penampang/Dimensi Balok (cm)
Dalam perencanaan balok yang 1 B1 35 x 70 Balok induk
menahan lentur serta secara bersamaan 2 B2 30 x 50 Balok induk
juga menahan gaya geser, dimensi balok 3 B3 15 x 30 Balok anak
diperkirakan dengan persyaratan tinggi
4 B4 25 x 40 Balok anak

e-ISSN ; 2548-6209
194 TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018
p-ISSN ; 2089-2098
Analisa Perhitungan Balok Induk B1 a) Tulangan geser daerah tumpuan
Dalam perhitungan balok pada Digunakan Ø 10 – 150 mm
ETABS ditinjau pada salah satu balok,
untuk luas tulangan pada balok dapat = 2x¼x x 10² x 1000/150 = 1046,67 mm2
diketahui pada program ETABS dengan Sehingga luas tulangan per meter panjang
File Print Table > Concrete Frame = 1046,67 /1000 = 1,047 mm2
Design. Kontrol keamanan = 1,047 mm2

Penulangan Tumpuan Balok Induk B1 b) Tulangan geser daerah lapangan


Dari hasil perhitungan yang digunakan Ø 10 – 200 mm
dimodelkan oleh program ETABS, output
untuk luas tulangan tumpuan yaitu : = 2 x ¼ x x 10² x 1000/200 = 785 mm2
a. Luas tulangan As, End I (Top Rebar Sehingga luas tulangan per meter panjang
Area) = 918,053 mm² = 785 /1000 = 0,785 mm2
As Perlu = 918,053 mm² Kontrol keamanan = 0,785 mm2
Jadi jumlah tulangan Tumpuan yang
digunakan adalah 5 D 16 (1005 mm²) Desain Tulangan Samping / Pinggang
Luas tulangan As’, End I (Buttom Rebar Dimensi balok yang relatif tinggi (
Area)= 800,876 mm² lebih dari 400 mm) membuat resiko retak
As Perlu = 800,876 mm² pada bagian samping balok semakin besar.
Jadi jumlah tulangan Tumpuan yang Maka harus diberi tulangan samping /
digunakan adalah 5 D 16 (1005 mm²) pinggang dengan jarak antar tulangan d/6
b. Luas tulangan As, End J (Top Rebar atau 300 mm (diambil yang terkecil). (ARS
Area) = 1608 mm² Group Azza Reka Struktur)
As Perlu = 1608,660 mm² Perhitungan d = tinggi balok – selimut -
Jadi jumlah tulangan Tumpuan yang Øsengkang - 1/2. Øtul.utama
digunakan adalah 8 D 16 (1608 mm²) = 600 – 40 – 10 – (0,5.16)
Luas tulangan As’, End J (Buttom Rebar = 542 mm
Area)= 965,266 mm² d/6 = 542/6
As Perlu = 965,266 mm² = 90,33 mm => 150 mm
Jadi jumlah tulangan Tumpuan yang Sehingga dengan tinggi balok 600 mm
digunakan adalah 5 D 16 (1005 mm²) digunakan 2 Ø 10 tulangan samping
Penulangan Lapangan Balok Induk B1 (disamakan dengan tulangan sengkang).
Dari hasil perhitungan yang Balok yang direncanakan yakni 35 x
dimodelkan oleh program ETABS, output 70 cm dan f’c = 29.05 Mpa adalah :
untuk luas tulangan lapangan yaitu : Tulangan tumpuan End I (As) = 5 D 16,
Luas tulangan As = 1424,205 mm2 tulangan tumpuan ( As’) = 5 D 16
As Perlu = 1424,205 mm2 Tulangan tumpuan End J (As) = 8 D 16,
Jadi jumlah tulangan Lapangan yang tulangan tumpuan ( As’) = 5 D 16
digunakan adalah 8 D 16 (1608 mm²) Tulangan lapangan (As) = 8 D 16,
Luas tulangan As’ = 517,688 mm² tulangan lapangan ( As’ ) = 3 D 16
As Perlu = 517,688 mm² Tulangan sengkang tumpuan Ø10-150,
Jadi jumlah tulangan Lapangan yang tulangan sengkang lapangan = Ø10-200
digunakan adalah 3 D 16 (603 mm²)

Penulangan Geser
Detail luas tulangan geser
(sengkang) yang ditinjau dapat diketahui
pada output yang telah dimodelkan
program ETABS

e-ISSN ; 2548-6209
TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018 195
p-ISSN ; 2089-2098
gempa, setelah itu dianalisis dengan
dibantu program ETABS. Maka akan
didapatkan luas tulangan untuk tiap
balok dan kolom dan dilanjutkan
dengan perhitungan secara manual.
Setelah mendapat luas tulangan,akan
dilanjutkan dengan penggambaran
dari masing-masing balok, kolom,
sloof dan pondasi dengan
menggunakan program Autocad.
Gambar 16. rencana pembesian balok 1 2. Perhitungan struktur gedung ini
daerah tumpuan dan daerah lapangan. menggunakan mutu beton fʽc =
29,05 Mpa dan mutu baja fy (Ø) =
240 Mpa, fy (D) = 320 Mpa.
Perhitungan penulangan yang
digunakan untuk plat atap, plat
lantai, sloof dan pondasi digunakan
perhitungan secara manual dengan
menggunakan tebal plat lantai 12 cm
dengan jarak tulangan Ø10-125
Gambar 17. Detail Balok 1 untuk Mlx dan Mtx, kemudian untuk
jarak tulangan arah Mly dan Mty
Penentuan Penampang/Dimensi Kolom yakni menggunakan Ø10-150.
Adapun propertis perkiraan penampang Sedangkan untuk plat atap
kolom yang digunakan adalah: menggunakan ketebalan 10 cm
Tabel 12. Perkiraan Penampang Kolom dengan jarak tulangan Ø10-150
No Notasi Lantai
Dimensi
Keterangan untuk Mlx dan Mtx, kemudian untuk
(cm) jarak tulangan Mly dan Mty yakni
1 K1 Lantai 1 50 x 50 Kolom A
2 K2 Lantai 1 45 x 45 Kolom B menggunakan Ø10-150. literatur
3 K3 Lantai 1 20 x 20 Kolom C berupa buku struktur bangunan
4 K4 Lantai 1 40 x 40 Kolom D gedung. Perhitungan kerangka
Sumber: Hasil Perhitungan struktur berupa kolom, balok,
Selanjutnya perhitungan tulangan dihitung menggunakan Program
dan kekuatan penampang akan dihitung ETABS. Adapun dimensi kolom
pada perhitungan selanjutnya dengan yang digunakan dalam perhitungan
program ETABS. ini adalah : Kolom 1 = 50 x 50 cm,
Kolom 2 = 45 x 45 cm, Kolom 3 =
KESIMPULAN DAN SARAN 20 x 20 cm, Kolom 4 = 40 x 40 cm.
Kesimpulan Sedangkan untuk dimensi balok
Berdasarkan hasil perhitungan yang digunakan yakni Balol 1 = 35 x
struktur yang dimodelkan oleh program 70 cm, Balok 2 = 30 x 50 cm, Balok
ETABS maka dapat disimpulkan bahwa : 3 = 15 x 30 cm, dan Balok 4 = 25 x
1. Dalam merencanakan struktur 40 cm sehingga mampu
bangunan perlu diketahui data dan menghasilkan bangunan yang kuat
informasi struktur kemudian dimulai dan efisien.
dengan permodelan struktur dengan
dimensi yang telah ditentukan, Saran
dilanjutkan dengan menginput 1. Dalam merencanakan suatau
pembebanan terhadap struktur, dari bangunan harus diketahui
beban plat,tangga,ramp dan beban fungsi/kegunaan bangunan tersebut,

e-ISSN ; 2548-6209
196 TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018
p-ISSN ; 2089-2098
supaya dalam tahap perhitungan Bangunan Gedung. Departemen
mampu mendekati kesempurnaan Pekerjaan Umum, Bandung.
tanpa kegagalan struktur.
2. Dalam perhitungan menggunakan
program harus, selalu dipastikan
bahwa data material, beban-beban
yang bekerja dan faktor reduksi yang
diinput kedalam ETABS harus di
sesuaikan dengan peraturan yang
berlaku di indonesia (SK-SNI).
3. Software yang canggih bukan
jaminan konstruksi akan kokoh, tapi
kemampuan engineer canggih lah
yang akan berpengaruh dalam hal
tersebut.
4. Suatu struktur bangunan yang kokoh
dan kuat memerlukan suatau
perencanaan struktur yang baik
dengan menggunakan peraturan –
peraturan perencanaan secara tepat
dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1993. Peraturan Pembebanan


Indonesia Untuk Gedung. Bandung
: Penyelidikan Masalah Bangunan.
Asroni. Ali 2010. Kolom Fondasi &
Balok Bertulang. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Kusuma. Gideon 1993. Desain Struktur
Rangka Beton Bertulang di Daerah
Rawan Gempa. Erlangga, Jakarta.
Kusuma. Gideon 1993. Dasar-dasar
Perencanaan Beton Bertulang.
Erlangga, Jakarta.
Riza. M. Miftakur 2010. Aplikasi
Perencanaan Struktur Gedung
Dengan ETABS. ARS Group Azza
Reka Struktur.
SKBI 1.3.53-1987. Pedoman
Perencanaan Pembebanan Rumah
dan Gedung. Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta.
SKSNI 03-1726-2002. April 2002.
Standar Perencanaan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung.
Bandung.
SKSNI T15-1991-03. Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk

e-ISSN ; 2548-6209
TAPAK Vol. 7 No. 2 Mei 2018 197
p-ISSN ; 2089-2098

Anda mungkin juga menyukai