Anda di halaman 1dari 10

KASUS YANG BERKAITAN DENGAN ORGANISASI

1. Konflik Buruh Dengan PT Megariamas


Sekitar 500 buruh yang tergabung dalam Serikat Buruh Garmen Tekstil dan Sepatu-
Gabungan Serikat Buruh Independen (SBGTS-GSBI) PT Megariamas Sentosa, Selasa (23/9)
siang ‘menyerbu’ Kantor Sudin Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Jakarta Utara di
Jl Plumpang Raya, Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Koja, Jakarta Utara. Mereka
menuntut pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan yang mempekerjakan
mereka karena mangkir memberikan tunjangan hari raya (THR).

Ratusan buruh PT Megariamas Sentosa yang berlokasi di Jl Jembatan III Ruko 36 Q,


Pluit, Penjaringan, Jakut, datang sekitar pukuk 12.00 WIB. Sebelum ditemui Kasudin
Nakertrans Jakut, mereka menggelar orasi yang diwarnai aneka macam poster yang
mengecam usaha perusahaan menahan THR mereka. Padahal THR merupakan kewajiban
perusahaan sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No. 4/1994 tentang THR.

“Kami menuntut hak kami untuk mendapatkan THR sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Dan jangan dikarenakan ada konflik internal kami tidak mendapatkan THR, karena
setahu kami perusahaan garmen tersebut tidak merugi, bahkan sebaliknya. Jadi kami minta
pihak Sudin Nakertrans Jakut bisa memfasilitasi kami,” jelas Abidin, koordinator unjuk rasa
ketika berorasi di tengah-tengah rekannya yang didominasi kaum perempuan itu, Selasa
(23/9) di depan kantor Sudin Nakertrans Jakut. Sekedar diketahui ratusan buruh perusahaan
garmen dengan memproduksi pakaian dalam merek Sorella, Pieree Cardine, Felahcy, dan
Young Heart untuk ekspor itu telah berdiri sejak 1989 ini mempekerjakan sekitar 800
karyawan yang mayoritas perempuan.

Demonstrasi ke Kantor Nakertrans bukan yang pertama, sebelumnya ratusan buruh ini
juga mengadukan nasibnya karena perusahan bertindak sewenang-wenang pada karyawan.
Bahkan ada beberapa buruh yang diberhentikan pihak perusahaan karena dinilai terlalu vokal.
Akibatnya, kasus konflik antar buruh dan manajemen dilanjutkan ke Pengadilan Hubungan
Industrial. Karena itu, pihak manajemen mengancam tidak akan memberikan THR kepada
pekerjanya.

Mengetahui hal tersebut, ratusan buruh PT Megariamas Sentosa mengadu ke kantor


Sudin Nakertrans Jakut. Setelah dua jam menggelar orasi di depan halaman Sudin Nakertrans
Jakut, bahkan hendak memaksa masuk ke dalam kantor. Akhirnya perwakilan buruh diterima
oleh Kasudin Nakertrans, Saut Tambunan di ruang rapat kantornya. Dalam peryataannya di
depan para pendemo, Sahut Tambunan berjanji akan menampung aspirasi para pengunjuk
rasa dan membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. "Pasti kami akan bantu, dan kami
siap untuk menjadi fasilitator untuk menyelesaikan masalah ini," tutur Sahut.

Selain itu, Sahut juga akan memanggil pengusaha agar mau memberikan THR karena
itu sudah kewajiban. “Kalau memang perusahaan tersebut mengaku merugi, pihak
manajemen wajib melaporkan ke pemerintah dengan bukti konkret,” kata Saut Tambunan
kepada beritajakarta.com usai menggelar pertemuan dengan para perwakilan demonstrasi.
Sesuai peraturan, karyawan dengan masa kerja di atas satu tahun berhak menerima THR.
Sementara bagi karyawan dengan masa kerja di bawah satu tahun di atas tiga bulan, THR-nya
akan diberikan secara proporsional atau diberikan sebesar 3/12X1 bulan gaji. Karyawan yang
baru bekerja di bawah tiga bulan bisa daja dapat tergantung dari kebijakan perusahaan.

Saut menambahkan, sejauh ini sudah ada empat perusahaan yang didemo karena
mangkir membayar THR. “Sesuai dengan peraturan H-7 seluruh perusahaan sudah harus
membayar THR kepada karyawannya. Karena itu, kami upayakan memfasilitasi. Untuk kasus
karyawan PT Megariamas Sentosa memang sedang ada sedikit permasalahan sehingga
manajemen sengaja menahan THR mereka. Namun, sebenarnya itu tidak boleh dan besok
kami upayakan memfasilitasi ke manajemen perusahaan. Lebih lanjut dikatakannya, untuk
kawasan Jakarta Utara tercatat ada sekitar 3000 badan usaha atau perusahaan di sektor
formal. Untuk melakukan monitoring, pihaknya menugaskan 15 personel pengawas dan 10
personel mediator untuk menangani berbagai kasus seperti kecelakaan kerja, pemutusan
hubungan kerja, tuntutan upah maupun upah normatif dan THR. “Kami masih kekurangan
personel, idealnya ada 150 personel pengawas dan 100 personel mediator,” tandas Saut
Tambunan.

Analisis:

Dalam kasus ini terlihat bahwa seorang pemimpin berlaku tidak bertanggung jawab,
tidak adil dan tidak jujur terhadap bawahannya dalam memimpin dan menjalankan suatu
perusahan. Mereka beretika tidak baik dengan tidak memberikan hak para buruh, berbohong
pada buruh, tidak memberikan hak THR, bisa memecat buruh yang menurut mereka terlalu
vokal dengan mudah dan senantiasa mempermainkan para bawahannya terutama buruh
dengan bertindak sangat tidak bijaksana sebagai seorang yang memiliki kekuasaan di dalam
perusahaan. Kasus seperti ini jelas sangat berpengaruh terhadap terjadinya sebuah konflik.
Kasus etika dan sikap pemimpin adalah penyebab utama terjadinya konflik dalam kasus ini.

Bila kasus seperti ini semakin banyak maka semakin banyak pula buruh yang akan
menjadi korban para pemilik perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan bertindak
sewenang-wenang seperti contoh kasus diatas. Bila kasus ini tidak selesai dengan cara
mediator atau jika dengan cara mediator maka perlu adanya proses hukum karena pemilik
telah melanggar hak seseorang dan telah melanggar hukum yang berlaku tentang pemberian
THR kepada tenaga kerja. Mungkin ini adalah salah satu solusi yang mungkin bisa
menyelesaikan konflik dalam perusahaan seperti ini dan sebaiknya para pengusaha
memperlakukan bawahannya dengan sebaik-baiknya dengan memberikan hak sesuai dengan
kewajiban mereka di perusahaan.

2. Pelanggaran Etika Individu dan Etika Organisasi dalam Kasus Citibank

Pada era globalisasi ini, kualitas dipandang sebagai salah satu alat untuk mencapai
keunggulan kompetitif, karena kualitas merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
pemilihan produk dan jasa bagi konsumen. Kepuasan konsumen akan tercapai apabila
kualitas produk dan jasa yang diberikan sesuai dengan kebutuhannya.
Kualitas jasa yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam menciptakan
kepuasan pelanggan, namun untuk memahami bagaimana mengevaluasi kualitas yang
diterima oleh konsumen tidaklah mudah. Sebagian besar kualitas jasa diberikan selama
penyerahan jasa terjadi dalam proses interaksi diantara konsumen dan terdapat kontak
personil dengan penyelenggara jasa tersebut.
Untuk menciptakan good performance, bank tidak dapat menghindari fungsinya dari
pelayanan nasabah. Pelayanan yang diberikan kepada nasabahnya akan mencerminkan baik
tidaknya bank tersebut. Salah satu faktor yang mendongkrak pangsa pasar adalah peningkatan
kualitas pelayanan. Kualitas dari suatu pelayanan memang merupakan kewajiban bagi
perbankan. Pelayanan merupakan kunci sukses dari sebuah perbankan. Oleh karena itu
pelayanan harus menjadi faktor perhatian manajemen perbankan dalam menjalankan suatu
usaha.
Demikian pula yang dilakukan oleh Citibank dengan alasan menciptakan good
performance dan mendongkrak pangsa pasarnya, memberikan kepuasan kepada nasabah,
Citibank memberikan pelayanan yang private kepada nasabah Citygold-nya dengan
memberikan Customer service tersendiri, yang melayani seluruh kebutuhan perbankan
customer di Citibank.
Tujuan Citibank diatas tersebut sangat baik sekali menunjang bisnis perbankannya dan
memiliki etika bisnis yang baik terhadap nasabahnya, namun hal tersebut tidak dibarengi
dengan kontrol organisasi dan dukungan dari salah satu karyawannya, salah satu
karyawannya menyalah-gunakan kebijakan yang diterapkan Citibank tersebut.
Sebut saja Malinda Dee alias Inong Malinda yang telah menyalah gunakan kebijakan
Citibank tersebut dan melakukan penyalahgunakan kepercayaan nasabah, penyalahgunaan
blanko yang seharusnya tidak boleh ditandatangani lebih dulu oleh nasabah, tapi telah
ditandatangani. Selain itu, BI yang turut menangani kasus Malinda Dee juga menemukan
adanya penyetoran uang nasabah melalui Malinda. Padahal, cara seperti ini tidak boleh
dilakukan. Penyetoran harus nasabah yang datang langsung ke teller atau kasir.
Memang kasus pembobolan dana nasabah oleh Malinda ini dipicu oleh lemahnya
pengawasan internal dan tak bekerjanya pengawasan dari para atasan di Citibank. Namun
kurangnya kontrol diri dan etika individu adalah pemicu utama terjadinya pelanggaran etika
dan tindak kriminal tersebut.
Lemahnya pengawasan internal dan tak bekerjanya pengawasan dari para atasan di
Citibank menjadi masalah pelanggaran etika organisasi juga, hal ini terlihat pada kasus Irzen
Okta, 50 tahun,yang meninggal dunia di kantor Citibank Cabang Menara Jamsostek, Jakarta,
Selasa pekan lalu. Sekretaris Jenderal Partai Pemersatu Bangsa itu diduga tewas akibat
tekanan psikis dari para debt collector lantaran mempertanyakan tagihan kartu kreditnya yang
membengkak dari Rp 48 juta menjadi Rp 100 juta.
Analisis:
Dari kasus diatas dapat dismpulkan bahwa perilaku individu dalam organisasi sangat
mempengaruhi organisasi tempatnya bernaung. Baik buruknya suatu organisasi tercermin
dari individu yang berada dalam suatu kelompok tersebut. Pada kasus Citibank diatas,
Malinda sebagai sosok individu yang mencoreng nama organisasinya, yakni citibank.
Kepercayaan yang diberikan Citibank disalahgunakan oleh Malinda demi kesejahteraannya
pribadi. Seharusnya, ia lebih mementingkan kepentingan kelompok, daripada kepentingannya
pribadi. Karena bagaimanapun, jika kita berada dalam suatu organisasi atau kelompok, kita
harus berkomitmen bersama-sama untuk memajukan organisasi atau kelompok tersebut,
tanpa berusaha mendahului kepentingan kita pribadi.
Segala permasalahan dalam suatu kelompok harus diselesaikan secara bersama, dan
dituntut agar setiap individu yang terlibat dalam kelompok tersebut berpartisiasi untuk
menyumbangkan pendapatnya. Sesuatu yang dimusyawarahkan atau diselesaikan secara
bersama akan lebih cepat menemukan jalan keluarnya, dibandingkan harus diselesaikan
sendiri. Dalam suatu kelompok, kita tidak hanya berbagi duka saja, namun juga berbagi suka.
Jangan hanya ingin menang sendiri. Kita harus merasakan susah senang bersama-sama.
Dalam suatu kelompok, kejujuran haruslah dijunjung tinggi, karena hanya individu
yang berlandaskan kejujuranlah yang akan membawa kelompoknya ke arah yang lebih baik.
Individu yang jujur dan terbuka lebih diperlukan dalam suatu organisasi, daripada individu
yang tertutup. Untuk itu, dalam kasus Citibank ini, Malinda seharusnya lebih bersikap jujur
dan terbuka terhadap segala wewenang yang dipercayakan kepadanya. Tidak semestinya ia
berbuat kecurangan apalagi berimbas pada Citibank yang dicap tidak baik oleh masyarakat.
Dari sisi organisasi atau kelompok sendiri, perlu diadakan pengontrolan terhadap
individu atau anggota kelompoknya. Setiap organisasi harus mengadakan evaluasi secara
berkala, serta pengawasan yang ketat terhadap anggota-anggotanya, dan membimbing
anggotanya untuk tidak melakukan kecurangan atau hal yang dapat merugikan kelompok
tersebut. Organisasi tersebut harus menetapkan kebijakan yang tegas bagi setiap individu
(anggota) yang melanggar kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam kasus ini, sebaiknya
Citibank lebih mengadakan pengawasan atau kontrol internal yang lebih baik dan ketat,
sehingga kasus-kasus yang seperti dijelaskan diatas tidak terjadi. Kuat lemahnya, serta baik
buruknya suatu kelompok sangat ditentukan oleh individu dalam kelompok tersebut. Perilaku
individu yang baik akan membawa organisasi/kelompok ke tujuan yang diinginkan, tentunya
ke arah yang lebih baik pula.

3. Kasus Hak dan Kewajiban Organisasi terhadap Individu

Sebelumnya salah seorang anggota DPR Komisi IX, Amelia Anggraini, menyataka,
tewasnya dua pasien di Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang, akibat suntikan anestesi,
hal ini terjadi karena adanya kecerobohan tim medis RS tersebut. Amelia menilai kesalahan
tersebut mesti diperiksa secara hukum karena berpotensi melanggar Undang-Undang.

“Kasus ini berpotensi melanggar UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,”
kata Amelia. Amelia menegaskan, hak pasien adalah untuk memperoleh layanan kesehatan
yang manusiawi serta keselamatan tertera dalam Undang-Undang. Amelia meminta kepada
RS Siloam dan PT Kalbe Farma Untuk menjelaskan kepada Komisi IX DPR RI. Hal senada
juga di sampaikan anggota Komisi IX DPR M Ali Tahir, Ia menduga ada pelanggaran
prosedur di kamar operasi ketika pasien diambil tindakan di RS tersebut, yang
mengakibatkan dua pasien meninggal setelah disuntik anestesi.

“Kenapa kok biasanya 4 ml tiba-tiba jadi 5 ml. Kan persoalannya disitu, datang
darimana? Sementara dari produsennya tidak memasok yang 5 ml, jadi pertanyaannya siapa
yang menyuplai saat proses di kamar operasi dan anestesi?,”tanya Ali Tahir saat Rapat
Dengar Pendapat dengan Menkes, BPOM, Dirut RS Siloam, dan Dirut PT Kalbe Farma, di
Gedung DPR RI, seperti dilansir Tribun, Rabu (18/2/2015). Ali Tahir menjelaskan, bahwa
kasur RS Siloam itu akan kita dalami. Banyak rumah sakit yang mengatasnamakan
internasional, tetapi praktiknya dan penanganannya tidak maksimal. Jangan sampai
malpraktik muncul lagi, kemudian menimbulkan kerugian pada pasien dan masyarakat.

Anggota Komisi IX DPR RI Abidin Fikri mengatakan, dari keseluruhan produksi Kalbe
Farma Buvanest 0,5 persen Heavy 4 ml, ternyata ukuran 5 ml hanya ada di RS Siloam dan
berjumlah 4 ampul, “Yang harus diinvestigasi, itu darimana?,”tanya Abidin. Sementara itu,
Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Nila Moeloek, pihaknya memastikan tidak ada korban
lain terkait seperti kasus tersebut. Sejauh ini, kasus tersebut hanya terjadi pada meninggalnya
dua pasien di Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang.

Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemenkes Akmal Taher, menegaskan, bahwa
pihak rumah sakit dan dokter di seluruh Indonesia telah diminta untuk menghentikan
penggunaan Buvanest Spinal kepada pasien. Sehingga kasus tersebut akan mengerucut
kapada RS Siloam yang anggap malpraktik

Analisis:

Kasus di atas merupakan pelanggaran kewajiban rumah sakit terhadap pasiennya.


Rumah sakit melanggar kewajibannya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang aman
dan bermutu, serta melaksanakan dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di rumah
sakit sebagai acuan dalam melayani pasien sehingga terjadi tindakan malpraktik. Malpraktik
dapat terjadi karena tindakan yang disengaja, tindakan kelalaian, ataupun suatu kekurang-
mahiran yang tidak beralasan. Malpraktik dapat diartikan sebagai tidak terpenuhinya
perwujudan hak-hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang baik, yang biasa terjadi
dan dilakukan oleh oknum yang tidak mau mematuhi aturan yang ada karena tidak
memberlakukan prinsip-prinsip transparansi atau keterbukaan, dalam arti harus menceritakan
secara jelas tentang pelayanan yang diberikan kepada konsumen, baik pelayanan kesehatan
maupun pelayanan jasa lainnya yang diberikan.
4. Konflik Warga Desa dengan Organisasi

Pembabatan hutan adat di Kalimantan Tengah terus berlangsung seperti terjadi di


kawasan hutan Tamanggung Dahiang di Desa Tumbang Dahui, Kecamatan Katingan Hulu,
Kabupaten Katingan pada bulan awal Nopember 2002. Kejadian ini sebenarnya telah
diketahui oleh seorang tokoh desa bernama Salin R. Ahad yang kemudian permasalahan ini
dilaporkan ke Polda, Kejaksaan Tinggi, dan DPRD Propinsi Kalteng yang dianggap
menginjak-injak harga diri masyarakat adat dan hukum-hukum adat setempat. Kemudian
tokoh desa itu juga mengungkapkan keterlibatan oknum-oknum BPD (Badan Perwakilan
Desa) yang ikut membekingi dan melakukan pembabatan hutan adat tersebut.

Kejadian yang hampir sama terjadi pada pertengahan bulan Juni 2002. 189 warga desa
di wilayah Kecamatan Gunung Purei, Kabupaten Barito Utara menuntut HPH PT. Indexim
dan PT. Sindo Lumber telah melakukan pembabatan hutan di kawasan Gunung Lumut.
Kawasan hutan lindung Gunung Lumut di desa Muara Mea itu oleh masyarakat setempat
dijadikan kawasan ritual sekaligus sebagai hutan adat bagi masyarakat dayak setempat yang
mayoritas pemeluk Kaharingan. Sebelum kejadian ini telah diadakan pertemuan antara
masyarakat adat dan HPH-HPH tersebut. Namun setelah sekian lama ternyata isi kesepakatan
tersebut telah diubah oleh HPH-HPH itu dan ini terbukti bahwa perwakilan-perwakilan
masyarakat adat dengan tegas menolak dan tidak mengakui isi dari kesepakatan itu.

Analisis:
Konflik yang terjadi antara mayarakat desa Tumbang Dahui dengan perusahaan
PT.Indexin dan PT.Sindo Lumber disebabkan dengan hal-hal seperti berikut:
1. Masalah tata batas yang tidak jelas dari 2 belah pihak
2. Pelanggaran adat yang disebabkan perusahaan tersebut
3. Ketidakadilan aparat hukum dalam menyelsaikan persoalan
4. Hancurnya penyokong antara masyarakat adat dan masyarakat hutan akibat rusak
dan sempitnya hutan
5. Tidak ada kontribusi positif pengelola hutan dengan masyarakat adat dan
masyarakat di sekitar hutan.
6. Perusahaan tidak melibatkan masyarakat adat dan masyarakat disekitar hutan dalam
pengusahaan hutan.
Seharusnya, aparat keamanan yang bertugas melindungi masyarakat bisa menindak
lanjuti kedua perusahaan tersebut,karena perusahaan PT.Indexin dan PT.Sindo Lumber telah
melanggar tentang pengelolaan hutan. Kedua perusahaan tersebt telah membabat habis hutan
di kawasan gunung lumut tersebut, apalagi hutan tersebut merupakan hutan lindung. Selain
itu aparat kemanan juga dapat menangkap oknum BPD tersebut, karena oknum tersebut
terlibat langsung dalam kerjasama dengan kedua perusahaan tersebut. Oknum ini harusnya
menghalangi tindakan kedua perusahaan tersebut dalam pembabatan hutan.

Agar menghindari konflik dengan masyarakat sekitar,perusahaan juga seharusnya


bersikap baik dalam lingkumgan sekitar. Seperti tidak melakukan pembabatan hutan lindung.
Lalu jika melakukan penebangan pohon di hutan, harus melakukan reboisasi(penanaman
ulang pohon). Hormat kepada masyarakat sekitar dan adat dan berlaku, karena masyarakat
Kalimantan terkenal dengan adatnya yang harus di jaga secara turun menurun. Jika hal itu
dilakukan oleh perusahaan, mungkin tidak ada yang namanya konflik eksetrnal. Adapun
penyebab terjadinya konflik seperti suatu situasi dimana tujuan-tujuan tidak sesuai,
keberadaan peralatan-peralatan yang tidak cocok atau alokasi-alokasi sumber daya yang tidak
sesuai, suatu masalah yang tidak tepatan status, perbedaan pandangan, dan adanya aspirasi
yang tidak ditampung.

5. Konflik Pegawai dengan Organisasi


Seorang pekerja perusahaan elektronik Korea Selatan, Samsung, asal Cina ditangkap
dengan tuduhan berupaya membocorkan informasi bisnis penting. Pekerja yang diketahui
seorang wanita berusia 40 tahun itu diduga mengambil gambar dokumen rahasia yang berisi
rencana penjualan dan teknologi penting dan menyimpan foto tersebut di dalam komputer
pribadinya. ''Kontraknya akan segera habis ketika dia mengunduh dari komputer pusat data,
mencetaknya dan mengambilnya,'' kata Lee Cheon-Sei, seorang kepala jaksa kepada kantor
berita AFP.
Wanita yang identitasnya tidak diketahui ini telah bekerja untuk unit peralatan rumah
tangga Samsung sejak 2007 dan baru-baru ini ditawari pekerjaan oleh sebuah perusahaan
elektronik Cina. ''Sejumlah informasi rahasia yang dibocorkan itu termasuk teknologi penting
Samsung untuk mengurangi bunyi dari peralatan rumah tangga, rincian produk yang tengah
dikembangkan dan rencana penjualan untuk 10 tahun kedepan,'' kata Kee. ''Kami kira
informasi rahasia itu belum diserahkan ke perusahaan lain, tetapi kami akan menyelidikinya,''
tambah Lee.
Pekerja itu ditangkap akhir pekan lalu setelah jaksa menemukan bukti kuat di rumahnya
saat penggerebekan. Seorang juru bicara Samsung, salah satu perusahaan terbesar pembuat
TV dan monitor layar datar ini mengkonfirmasikan kalau kasus ini benar terjadi dan si wanita
pekerja itu telah dipecat dari perusahaan. Pembocor informasi rahasia bisnis ke perusahaan
asing di Korea terancam hukuman 10 tahun penjara.
Kejaksaan Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir telah menginvestigasi sejumlah
kasus pembocoran informasi teknologi atau bisnis ke perusahaan domestik atau asing.
Februari silam, dua orang didakwa karena mencuri data penting Samsung dan menjualnya ke
sebuah perusahaan peralatan rumah tangga Cina.
Analisis:
Kasus di atas merupakan pelanggaran kewajiban karyawan terhadap perusahaan tempat
ia bekerja. Karyawan Samsung tersebut melanggar kewajiban konfidensialitas, yaitu
kewajiban untuk menyimpan informasi yang sifatnya sangat rahasia. Setiap karyawan di
dalam perusahaan, terutama yang memiliki akses ke rahasia perusahaan seperti akuntan,
bagian operasi, manajer, dan lain-lain memiliki konsekuensi untuk tidak membuka rahasia
perusahaan kepada khalayak umum. Kewajiban ini tidak hanya dipegang oleh karyawan
tersebut selama ia masih bekerja disana, tetapi juga setelah karyawan tersebut tidak bekerja di
tempat tersebut lagi. Sangatlah tidak etis apabila seorang karyawan pindah ke perusahaan
baru dengan membawa rahasia perusahaannya yang lama agar ia mendapat gaji yang lebih
besar
Daftar Pustaka
https://elvanmahardika.blogspot.com/2013/11/konflik-atau-kasus-pada-suatu-organisasi.html
https://www.scribd.com/doc/94964093/Contoh-Kasus-Perilaku-Individu-Dalam-Kelompok
https://dokumen.tips/documents/tugas-individu-etika-bisnis-dan-profesi.html

Anda mungkin juga menyukai