Anda di halaman 1dari 9

DAUR ULANG AIR LIMBAH USAHA PENCUCIAN KENDARAAN BERMOTOR

DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTROKOAGULASI


Khamilul Furqon, Dwi Ermawati Rahayu, dan Muhammad Busyairi
Universitas Mulawarman Samarinda, mielulfurqon@gmail.com

Abstrak
Saat ini banyak tempat usaha penyedia jasa pencucian kendaraan bermotor yang membuang air limbah atau
air bekas cucian kendaraan tanpa adanya instalasi pengolahan air limbah. Air limbah bekas pencucian
kendaraan memiliki kandungan TSS dan surfaktan yang dapat mencemari lingkungan. Elektrokoagulasi
adalah teknologi pengolahan air dengan menggunakan proses elektrokimia dimana anoda akan melepaskan
koagulan aktif berupa ion Al atau Fe kedalam larutan, sehingga membentuk flok yang mampu mengikat
kontaminan dan partikel-partikel dalam limbah. Dengan menggunakan metode elektrokoagulasi diharapkan
dapat mengetahui tingkat kandungan TSS dan surfaktan air limbah usaha pencucian kendaraan sebelum dan
sesudah proses elektrokoagulasi serta tingkat efektifitas elektrokoagulasi dalam mengolah air limbah usaha
pencucian kendaraan Proses pengolahan dilakukan dengan variasi tegangan yaitu 6V dan 12V serta variasi
waktu kontak antara plat elektroda dengan air limbah yaitu 60 menit, 90 menit dan 120 menit. Parameter yang
diukur adalah TSS (Total Suspended Solid) dan surfaktan pada outlet reaktor elektrokoagulasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tegangan dan waktu kontak pada reaktor elektrokoagulasi memberikan
pengaruh terhadap penurunan nilai TSS dan surfaktan. Efektifitas penurunan TSS terbaik pada variasi
tegangan 6Vsebesar 61,64% pada waktu kontak 120 menit sedangkan surfaktan sebesar 59,69% pada variasi
tegangan 12V dan waktu kontak 120 menit.

Kata Kunci : air limbah bekas pencucian kendaraan, elektrokoagulasi, TSS, surfaktan

Abstract

Nowaday there are many vehicles washing service disposed waste water without treatment it. The waste
water contain TSS and surfactans that can polluted the environment. Electrocoagulation is the water
treatment technology by electrochemical proces. The anode will release activecoagulant of Al or Fe ions into
the solution, thus forming flock which is able to bind contaminants and particle in effluent. By using the
electrocoagulation method is expected to know the levels of TSS and surfactants in wastewater before and
after the process of electrocoagulation and the level of effectiveness in treating vehicle washing wastewater.
The processing is done by varying the voltages (6V and 12V) and the time contact between the plate electrode
with wastewater (60 minutes, 90 minutes and 120 minutes). Parameters to be measured is the TSS (Total
Suspended Solid) and surfactants on the electrocoagulation reactor outlet. The results showed that the
voltage and the time contact in the electrocoagulation reactor decrease of TSS and surfactants. The best
effectiveness of TSS reduction for 61,64 % was with 6V voltage and 120 minutes of contact time, The reduced
of surfactans reduced for 59,69 % was with 12V voltage and 120 minutes of time contact.

Keywords : vehicle washing wastewater, electrocoagulation, TSS , surfactans

1. Pendahuluan
Di daerah perkotaan kita banyak menemukan banyak tempat jasa pencucian kendaraan bermotor
tempat-tempat pencucian kendaraan bermotor ternyata dapat menimbulkan permasalahan
karena dengan alasan kesibukan dan lebih praktis, lingkungan yang tidak banyak disadari oleh
maka banyak masyarakat yang lebih memilih masyarakat, permasalahan yang ada antara lain
memanfaatkan jasa pencucian kendaraan bermotor adalah penggunaan air bersih secara besar-besaran,
untuk membersihkan kendaraan mereka. Semakin disamping itu para penyedia jasa pencucian
kendaraan bermotor di kota Samarinda saat ini menimbulkan permasalahan lingkungan lainnya,
membuang air limbah atau air bekas cucian maka diperlukan suatu teknologi yang dapat
kendaraan secara langsung ke saluran drainase mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu
tanpa adanya instalasi pengolahan air limbah. Air teknologi yang dapat dimanfaatkan adalah
limbah usaha pencucian kendaraan mengandung elektrokoagulasi. Elektrokoagulasi adalah
TSS dan surfaktan, TSS pada air limbah teknologi pengolahan air dengan menggunakan
pencucian berasal dari lumpur atau tanah yang proses elektrokimia dimana anoda akan
telah mengering dan menempel pada bagian melepaskan koagulan aktif berupa ion Al3+ atau
kendaraan dan dari penggunaan deterjen sebagai Fe2+ kedalam larutan. Penelitian ini bertujuan
bahan pembersih kotoran, maka air limbah untuk mengetahui tingkat kandungan TSS dan
pencucian juga akan mengandung surfaktan. surfaktan air limbah usaha pencucian kendaraan
sebelum dan sesudah proses elektrokoagulasi serta
Dengan semakin tingginya tingkat penggunaan air mengetahui tingkat efektifitas elektrokoagulasi
bersih untuk keperluan usaha penyedia jasa dalam mengolah air limbah usaha pencucian
pencucian kendaraan bermotor dan karakteristik kendaraan.
air limbah pencucian kendaraan yang dapat

2. Tinjauan Pustaka 2.2 Deterjen


Secara umum istilah dari deterjen digunakan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kalimantan Timur untuk bahan atau produk yang mempunyai fungsi
No. 02 Tahun 2011 tentang Baku Mutu Limbah meningkatkan kemampuan pemisahan suatu
Cair Bagi Kegiatan Industri dan Usaha Lainnya materi dari permukaan benda, misalnya kotoran
dalam Propinsi Kalimantan Timur, pencemaran dari pakaian, sisa makanan dari piring atau buih
air adalah masuk atau dimasukannya makhluk sabun dari permukaan benda serta mendispersi
hidup, zat energi dan atau komponen lain ke dan menstabilisasi dalam matriks seperti suspense
dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga butiran minyak dalam fase seperti air (Showell,
kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang 2006).
menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya. Lebih spesifik dari deterjen adalah bahan
pembersih yang mengandung senyawa petrokimia
2.1 Karakteristik Air Limbah atau surfaktan sintetik lainnya. Surfaktan
Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan merupakan bahan pembersih utama yang terdapat
atau kegiatan yang berwujud cair (Peraturan didalam deterjen.
Menteri Lingkungan Hidup No. 01 Tahun 2010).
Air limbah tersebut biasanya dibuang ke alam 2.3 Surfaktan
yaitu tanah dan badan air. Menurut Metcalf dan Surfaktan merupakan suatu molekul yang
Eddy (2003) air limbah adalah kombinasi dari sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus
cairan dan sampah-sampah cair yang berasal dari lipofilik sehinga dapat mempersatukan campuran
daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan yang terdiri dari air dan minyak. Surfaktan adalah
industri bersama-sama dengan air tanah, air bahan aktif permukaan. Molekul surfaktan
permukaan dan air hujan yang mungkin ada memiliki bagian polar yang suka akan air
(hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan
Menurut Siregar (2005), karakteristik air limbah minyak/lemak (lipofilik). Surfaktan digunakan
meliputi sifat-sifat fisika, kimia dan biologi. sebagai bahan penyusun deterjen yang paling
Karakter fisika air limbah meliputi temperatur umum bersama builders, bleaching agent dan
atau suhu, bau, warna, dan padatan. Karakter bahan aditif ( Smulders, 2002).
kimia air limbah meliputi senyawa organik dan
senyawa anorganik. Karakter biologis pada air Menurut Effendi (2003), surfaktan atau surface
terdiri atas mikroorganisme yang dapat berupa active agents atau wetting agents merupakan
bakteri dan virus. bahan organik yang berperan sebagai bahan aktif
pada deterjen, sabun, dan shampoo. Surfaktan
dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga saling menahan partikel lainnya untuk
memungkinkan partikel-partikel yang menempel mengendap
pada bahan-bahan yang dicuci terlepas dan - Settling tipe IV merupakan pengendapan
mengapung atau terlarut dalam air. yang terjadi pemampatan partikel yang telah
mengendap yang terjadi karena berat partikel
2.4 Total Suspended Solid (TSS)
Padatan tersuspensi adalah padatan yang 2.6 Elektrokoagulasi
menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan Elektrokoagulasi merupakan metode pengolahan
tidak dapat mengendap langsung. Padatan air secara elektrokimia dimana pada anoda terjadi
tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang pelepasan koagulan aktif berupa ion logam
ukuran maupun beratnya lebih kecil daripada (biasanya alumunium atau besi) ke dalam larutan,
sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan sedangkan pada katoda terjadi reaksi elektrolisis
organik tertentu, sel-sel mikroorganise, dan berupa pelepasan gas hidrogen (Holt et al, 2004).
sebagainya (Fardiaz, 1992).
Ektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulasi
Padatan tersuspensi total atau total suspended kontinyu dengan menggunakan arus listrik searah
solid (TSS) adalah berat zat padat dalam air yang melalui peristiwa elektrokimia, yaitu gejala
tertahan pada penyaringan dengan menggunakan dekomposisi elektrolit, dimana salah satu
kertas saring yang memiliki diameter pori-pori elektrodanya adalah alumunium ataupun besi.
sebesar 0,45 µm dan telah dikeringkan pada suhu Dalam proses ini akan terjadi proses reaksi
tertentu dan diukur dalam satuan ppm. Penentuan reduksi dimana logam-logam akan direduksi dan
TSS dilakukan dengan menimbang berat residu diendapkan di kutub negatif, sedangkan elektroda
yang tertinggal pada kertas saring 0,45 µm dan positif (Al3+) akan teroksidasi menjadi [Al(OH)3]
telah dikeringkan pada suhu 103-105o C (Effendi, yang berfungsi sebagai koagulan (Prabowo, 2011).
2003)
2.7 Keuntungan dan Kerugian Elektrokoagulasi
2.5 Sedimentasi Tipe I Sebagai pertimbangan dalam penentuan
Masduqi dan Slamet (2002) mengatakan penggunaan elektrokoagulasi maka Mollah (2001)
sedimentasi tipe I merupakan pengendapan telah memberikan gambaran tentang keuntungan
partikel diskret, yaitu partikel yang dapat dan kerugiannya. Keuntungan dari penggunaan
mengendap bebas secara individual tanpa elektrokoagulasi adalah sebagai berikut :
membutuhkan adanya interaksi antar partikel.
Sebagai contoh sedimentasi tipe I antara lain 1. Elektrokoagulasi membutuhkan peralatan
pengendapan lumpur kasar pada bak pra yang sederhana dan mudah dioperasikan.
sedimentasi untuk pengolahan air permukaan dan 2. Air limbah yang diolah dengan
pengendapan pasir pada grit chamber. lasifikasi elektrokoagulasi menghasilkan effluent
sedimentasi didasarkan pada konsentrasi partikel yang jernih, tidak berwarna dan tidak
dan kemampuan partikel untuk berinteraksi. berbau.
Klasifikasi ini dapat dibagi ke dalam empat tipe, 3. Lumpur yang dihasilkan elektrokoagulasi
yaitu : relatif lebih stabil dan mudah dipisahkan
karena terutama berasal dari oksida
- Settling tipe I merupakan logam. Selain itu jumlah lumpur yang
pengendapan partikel dikret, partikel dihasilkan sedikit.
mengendap secara individual dan tidak ada 4. Flok yang terbentuk pada
interaksi antar partikel elektrokoagulasi memiliki kesamaan
- Settling tipe II merupakan dengan flok yang berasal dari koagulasi
pengendapan partikel flokulen, terjadi kimia. Perbedaannya adalah flok dari
interaksi antar partikel sehingga ukuran elektrokoagulasi berukuran lebih besar
meningkat dan kecepatan pengendapan dengan kandungan air yang sedikit, lebih
bertambah stabil dan mudah dipisahkan secara cepat
- Settling tipe III merupakan pengendapan pada dengan filtrasi.
lumpur biologis, dimana gaya antar partike
5. Elektrokoagulasi menghasilkan effluent 5. Hidroksida seperti gelatin cenderung
yang mengandung TDS dalam jumlah solubize pada beberapa kasus
yang lebih sedikit dibandingkan
pengolahan kimiawi. Jika air hasil 2.8 Mekanisme Proses Elektrokoagulasi
pengolahan ini digunakan kembali, Dalam reaktor elektrokoagulasi yang merupakan
kandungan TDS yang rendah akan sel elektrokima, dimana dalam reaktor tersebut
mengurangi biaya recovery. disusun elektroda-elektroda yang akan kontak
6. Proses elektrokoagulasi mempunyai dengan air yang akan diolah. Elektroda dalam
keuntungan dalam mengolah partikel proses elektrokoagulasi merupakan salah satu alat
koloid yang berukuran sangat kecil untuk menghantarkan atau menyampaikan arus
karena dengan pemakaian arus listrik listrik ke dalam larutan agar larutan tersebut
menyebabkan proses koagulasi lebih terjadi suatu reaksi (perubahan kimia). Elektroda
mudah terjadi dan lebih cepat. tempat terjadinya reaksi reduksi disebut katoda,
7. Proses elektrokoagulasi tidak sedangkan tempat terjadinya reaksi oksidasi
memerlukan pemakaian bahan kimia disebut anoda (Prabowo, 2011).
sehingga tidak bermasalah dengan
netralisasi kelebihan bahan kimia dan Menurut Susetyaningsih (2008), pada katoda, ion
tidak membutuhkan kemungkinan H+ dari suatu asam akan direduksi menjadi gas
pengolahan berikutnya jika terjadi hidrogen yang akan bebas sebagai gelembung-
penambahan senyawa kimia yang terlalu gelembung gas.
tinggi seperti pada penggunaan bahan
kimia. 2H+ +2e H2 …………………….. (1)
8. Gelembung gas yang dihasilkan selama
Larutan yang mengalami reduksi adalah pelarut
proses elektrolisis membawa polutan
(air) dan terbentuk gas hidrogen (H2) pada katoda
yang diolah untuk naik ke permukaan
(flotasi) dimana flok tersebut dengan 2H2O+2e 2OH-+..……………….. (2)
mudah terkonsentrasi, dikumpulkan dan
dipisahkan Pada Anoda yang biasanya terbuat dari logam
9. Perawatan reaktor elektrokoagulasi lebih alumunium akan mengalami oksidasi
mudah karena proses elektrolisis yang
terjadi cukup dikontrol dari pemakaian Alo+3H2O Al(OH)3+3.…………….. (3)
listrik tanpa perlu memindahkan bagian
dalamnya. Ion OH- dari basa akan mengalami oksidasi
10. Teknologi elektrokoagulasi dapat dengan membentuk gas oksigen (O2)
mudah diaplikasikan di daerah yang tidak
terjangkau layanan listrik yakni dengan 4OH- 2H2O+ O2+4e ……………. (4)
menggunakan panel matahari yang cukup
untuk terjadinya proses pengolahan. Jika dalam larutan limbah mengandung ion-ion
logam lain maka ion-ion logam akan direduksi
Sedangkan kerugian dari penggunaan menjadi logamnya dan terdapat pada batang
elektrokoagulasi adalah : katoda.

1. Elektroda yang digunakan dalam proses


ini harus diganti secara teratur
2. Penggunaan listrik kadang kala lebih
mahal pada beberapa daerah
3. Terbentuknya lapisan di elektroda dapat
mengurangi efisiensi pengolahan
4. Teknologi ini membutuhkan
konduktivitas yang tinggi pada air limbah
yang diolah
4. Hasil dan Pembahasan

4.1 Karakteristik Air Limbah Usaha Pencucian


Kendaraan Bermotor

Air limbah yang digunakan pada penelitian ini


berupa limbah cair yang berasal dari tempat usaha
pencucian kendaraan bermotor yang berada di
Jalan Kadrie Oening Kota Samarinda. Air limbah
dihasilkan dari proses pelayanan jasa pencucian
kendaraan yang banyak menggunakan air bersih
maupun shampoo mobil dalam proses kegiatannya.
Gambar 1. Mekanisme dalam elektrokoagulasi (Holt, Secara fisik air limbah yang dihasilkan oleh
2001 dalam Hudori, 2008) tempat usaha pencucian kendaraan bermotor
berbusa, keruh beraroma sabun
Elektrokoagulasi diharapkan dapat menjadi salah
satu unit daur ulang air limbah pencucian Dalam pengambilan sampel dan uji laboratorium
kendaraan dikarenakan beberapa kelebihannya awal yang dilakukan, diperoleh karakteristik dari
dan dapat diaplikasikan pada semua usaha air limbahnya adalah sebagai berikut :
penyedia jasa pencucian kendaraan dalam
memenuhi kebutuhan air bersih dan mengolah air Tabel 1. Hasil uji kandungan air limbah usaha
limbah. pencucian kendaraan

Hasil Uji Hasil Uji Pada Saat


3. Metodologi Penelitian No. Parameter
Awal Penelitian
1. TSS 178,4 mg/L 227,2 mg/L
Dalam penelitian ini pengambilan sampel air 2. surfaktan 0,149 mg/L 1,387 mg/L
Sumber : Data Primer (2011)
limbah pencucian kendaraan dilakukan secara
Grab Sample (sesaat) di salah satu tempat usaha
4.2 Hasil Percobaan Reaktor Elektrokoagulasi
penyediaan jasa pencucian kendaraan bermotor di
Jalan Kadrie Oening Samarinda. Percobaan Penelitian ini menggunakan air limbah usaha
dilakukan dengan variasi tegangan (6V dan 12V) pencucian kendaraan bermotor dan proses
serta waktu kontak (60, 90 dan 120 menit). elektrokoagulasi secara kontinyu dengan
Parameter yang akan diuji yaitu kandungan menggunakan plat alumunium sebagai elektroda.
surfaktan, dan kandungan Total Suspended Solid Tahapan percobaan yang dilakukan adalah dengan
(TSS). Percobaan dengan reaktor elektrokoagulasi mengalirkan air limbah sampel yang telah diambil
dirangkai seerti pada gambar dibawah ini kedalam bak pengendap awal, selanjutnya air
limbah dibiarkan mengendap selama 19,25 menit
DC Power Supply sesuai dengan hasil pada tahapan pra penelitian.
Setelah mengalami sedimentasi sesuai dengan
waktu detensi (td), air limbah dialirkan kedalam
reaktor elektrokoagulasi. Debit air yang mengalir
Bak Pengendap
ke dalam reaktor elektrokoagulasi diatur sesuai
dengan variasi waktu detensi air limbah didalam
reaktor elektrokoagulasi. Plat Alumunium yang
Elektroda
(Plat Alumunium)
digunakan diatur dengan jarak antar plat 2 cm,
Flowmeter
tegangan yang digunakan 6 V dan 12 V dengan
Outlet
variasi waktu detensi 60 menit, 90 menit dan 120
menit. Hasil yang keluar dari outlet
`Reaktor Elektrokoagulasi elektrokoagulasi langsung ditampung kedalam
botol sampel dan selanjutnya dilakukan analisa
Gambar 2. Skema rangkaian reaktor elektrokoagulasi
laboratorium untuk mengetahui nilai kandungan
TSS dan surfaktan air limbah setelah melalui
proses elektrokoagulasi. Grafik perubahan waktu terhadap
nilai surfaktan
2.5 6V
Grafik perubahan waktu terhadap nilai 2

surfaktan (mg/L)
12V
TSS 1.5
250
6V 1
200 12V 0.5
TSS (mg/L)

150 Baku Mutu


0
100 0 60 90 120
waktu kontak (menit)
50
0
Gambar 4. Grafik perubahan waktu terhadap nilai
0 60 90 120
surfaktan (Data Primer,2011)
waktu kontak (menit)

Gambar 3. Grafik perubahan waktu terhadap nilai TSS Penyisihan surfaktan dalam proses
(Data Primer,2011) elektrokoagulasi disebabkan karena adsorbsi
surfaktan pada permukaan partikel sehingga
Grafik diatas menunjukan perbandingan nilai terbentuk permukaan yang hydropobic yang
penurunan TSS yang terjadi antara tegangan 6V menyebabkan partikel dalam air limbah akan naik
dengan tegangan 12V, dimana pada tegangan 12V ke permukaan dengan bantuan gelembung gas
nilai TSS dapat turun dengan cepat pada waktu yang terbentuk. Semakin lama waktu detensi
detensi 60 menit dibandingkan dengan tegangan maka gelembung gas yang dihasilkan akan
6V, hal ini menunjukan bahwa semakin besar semakin meningkat sehingga kemampuan
tegangan, maka kemampuan untuk menurunkan elektrokoagulasi dalam menyisihkan surfaktan
TSS pada air limbah usaha pencucian kendaraan akan semakin meningkat
juga semakin meningkat.
Nilai TSS maupun surfaktan setelah melalui
Tegangan berbanding lurus dengan arus, maka proses elektrokoagulasi mengalami penurunan
jika tegangan diperbesar maka arus yang mengalir dibandingkan dengan nilai awal kandungan TSS
ke elektroda juga semakin besar. Arus adalah dan surfaktan sebelum melalui proses
elektron yang mengalir, sehingga jika arus elektrokoagulasi. Dari tabel 4.6 terlihat pula
diperbesar maka jumlah elektron yang mengalir bahwa reaktor elektrokoagulasi dengan waktu
dalam reaktor elektrokoagulasi semakin kontak (td) 120 menit mampu menurunkan TSS
meningkat. Peningkatan jumlah elektron dan surfaktan dengan baik, variasi III dengan
meningkatkan jumlah OH- dan gelembung gas H2. tegangan 6V dan waktu kontak 120 menit mampu
OH- akan bergabung dengan Al3+ (dari anoda), menurunkan TSS hingga 61,64% dan surfaktan
membentuk senyawa kompleks yang dapat hingga 32,87%. Efektifitas penurunan terbaik
mengikat polutan dan kemudian membentuk flok. untuk parameter TSS terjadi pada percobaan
Semakin banyak jumlah OH- yang terbentuk maka variasi III (6V, 120 menit) yakni sebesar 61,64%
jumlah flok yang terbentuk juga semakin banyak. dan efektifitas penurunan terbaik untuk parameter
Semakin banyaknya gelembung gas H2 yang surfaktan terjadi pada percobaan variasi VI (12V,
terbentuk menyebabkan semakin mudahnya 120 menit) yakni terjadi penurunan sebesar
proses pengangkatan flok yang dihasilkan ke 59,69%.
permukaan.
Efektifitas Reaktor Elektrokoagulasi Grafik perubahan nilai surfaktan
variasi VII
70%
60% 2.5 12V
Efektifitas Penurunan

50%
2 Baku
40%

Surfaktan (mg/L)
Mutu
30% 1.5
TSS
20% 1
10% Surfaktan
0.5
0%
0
0 60 120 180
waktu kontak (menit)

Gambar 5. Grafik nilai efektifitas reaktor Gambar 7. Grafik perubahan nilai surfaktan variasi VII
elektrokoagulasi (Data Primer, 2011) (Data Primer, 2011)

4.3 Hasil Percobaan Reaktor Elektrokoagulasi


Secara Kontinyu Efektifitas Reaktor Elektrokoagulasi
pada Variasi VII
Pada variasi ke-VII penelitian ini dilakukan 80%
percobaan reaktor elektrokoagulasi secara 70%
kontinyu, Air limbah dari bak pengendap awal
Efektifitas Penurunan

60%
dialirkan secara kontinyu menuju reaktor 50%
elektrokoagulasi dan dialirkan kedalam bak 40%
TSS
penampung dengan tegangan 12V, selama 180 30%
Surfaktan
menit. Waktu kontak (td) yang digunakan adalah 20%
60 menit. Dilakukan pengambilan sampel uji pada 10%
aliran air limbah yang mengalir dimenit ke-60, 0%
120 dan 180 dari saluran outlet reaktor
elektrokoagulasi. Sampel kemudian diuji secara
laboratorium untuk melihat nilai TSS dan
surfaktan. Gambar 8. Grafik perubahan nilai surfaktan variasi VII
(Data Primer, 2011)
Grafik perubahan nilai TSS variasi VII Dalam percobaan ini terlihat nilai efektifitas
reaktor elektrokoagulasi yang terus meningkat
250 12V dari waktu pengambilan sampel uji pertama
Baku
hingga pengambilan sampel uji yang ketiga untuk
200 Mutu nilai TSS dalam air limbah, dimana nilai
TSS (mg/L)

150 efektifitas tertinggi terjadi sebesar 68,40% pada


100 menit pada pengambilan sampel menit ke-180
yang merupakan variasi VII3. Untuk nilai
50 surfaktan efektifitas penurunan terjadi pada
0 pengambilan sampel uji pertama hingga kedua,
0 60 120 180 pada pengambilan sampel uji ketiga nilai efektifas
waktu kontak (menit) penurunan surfaktan tidak mengalami peningkatan
dan menjadi turun, hal ini terjadi karena nilai
surfaktan pada pengambilan sampel uji ketiga
Gambar 6 Grafik perubahan nilai TSS Variasi VII (Data lebih tinggi dibandingkan pada saat pengambilan
Primer, 2011) sampel uji kedua. Penurunan nilai efektifitas dapat
terjadi dikarenakan kemampuan plat alumunium menjadi 71,8 mg/L pada menit ke-180.
sebagai elektroda telah menurun yang dapat Sedangkan nilai surfaktan dari 1,38 mg/L
dilihat dengan perubahan fisik pada plat pada menit ke-0 menjadi 1,17 mg/L pada
alumunium setelah memasuki menit ke-180. menit ke-180

Perubahan secara fisik dapat diamati secara Daftar Acuan


langsung adalah kondisi plat alumunium dimana
terjadinya korosi pada plat yang digunakan. 1. Broze, G., & Zoller, U., (eds), 1999,
Korosi merupakan proses oksidasi sebuah logam Handbook of Detergents Part A:
dengan udara atau elektrolit lainnya, dimana udara Properties, Marcel Dekker. Inc, New
atau elektrolit akan mengalami reduksi. Korosi York
pada plat Alumunium terjadi karena terlepasnya 2. Charoenlarp, K., Choyphan, W., 2009,
ion Alumunium ke dalam air limbah. Semakin Reuse of Dye Wastewater through Color
lama plat alumunium digunakan, maka plat akan Removal with Electrocoagulation
mengalami korosi semakin besar Process, Asian Journal on Energy and
Environment Vol 10 No 4, 250-260
5. Kesimpulan 3. Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air
Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Dari penelitian yang telah dilakukan ini dapat Lingkungan Perairan, Kanisius,
disimpulkan beberapa hal, yaitu : Yogyakarta
4. Fardiaz, S., 1992, Polusi Air dan Udara,
 Dengan tegangan 6V dan waktu detensi Kanisius, Yogyakarta
120 menit reaktor elektrokoagulasi 5. Holt, P.K., Barton, G.W., and Mitchell,
mampu menurunkan nilai Total C.A., 1999, Electrocoagulation as A
Suspended Solid (TSS) pada air limbah Wastewater Treatment, The Third
usaha pencucian dari 227,2 mg/L Annual Australian Environmental
sebelum masuk kedalam reaktor Engineering Research Event 23-26
elektrokoagulasi dan menjadi 87,6 mg/L November Castlemaine, Victoria
dan nilai surfaktan dari 1,387 mg/L 6. Holt, P.K., Barton, G.W., and Mitchell,
sebelum melalui reaktor elektrokoagulasi C.A., 2004, Future for
menjadi 0,931 mg/L setelah melalui Electrocoagulation as A Localised Water
reaktor elektrokoagulasi. Treatment Technology, Chemosphere,
 Dengan tegangan 12V reaktor Elsevier Ltd
elektrokoagulasi mampu menurunkan 7. Hudori, 2008, Pengolahan Air Limbah
nilai Total Suspended Solid (TSS) pada Laundry Dengan Menggunakan
air limbah reaktor elektrokoagulasi dari Elektrokoagulasi, Program Studi
227,2 mg/L menjadi 94, 8 mg/L pada Teknologi Pengolahan Ait dan Limbah,
menit ke-90 dan 101,4 mg/L pada menit Tesis, ITB
ke-120. Nilai surfaktan dari 1,387 mg/L 8. Jenie, B.S.L., Rahayu, W.P., 1993,
menjadi 0,559 mg/L pada menit ke-120 Penanganan Limbah Industri Pangan,
 Efektifitas penurunan Total Suspended Kanisius, Yogyakarta
Solid (TSS) pada reaktor 9. Masduqi, A., Agus, S., 2002, Satuan
elektrokoagulasi pada penelitian ini Operasi, Fakultas Teknik Sipil &
sebesar 68,40% dan surfaktan sebesar Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh
59,69% Nopember, Surabaya
 Pada percobaan reaktor elektrokoagulasi 10. Metcalf and Eddy, 2003, Wastewater
variasi ke VII secara kontinyu dengan Engineering Treatment and Reuse,
tegangan 12V, didapatkan kondisi McGraw-Hill, New York
penurunan optimal nilai Total Suspended 11. Ni’am, M.F., Othman, F., Sohaili, J., dan
Solids (TSS) dari 227,2 mg/L nilai Total Fauzia, Z., 2007, Removal of COD and
Suspended Solid (TSS) menikt ke-0 Turbidity to Improve Wastewater Quaity
Using Electrocoagulation Technique,
The Malaysian Journal of Analytical
Sciences, Vol 11 No 1, 198-205
12. Othman, F., Sohaili, J., Ni’am, M.F., dan
Fauzia, Z., 2006, Enhancing Suspended
Solids Removal From Wastewater Using
Fe Electrodes, Malaysian Journal of
Civil Engineering Vol 18 No 2, 139-148
13. Pitojo, S., Purwantoyo, E., 2002, Deteksi
Pencemar Air Minum, Aneka Ilmu,
Semarang
14. Prabowo, B.H., 2011, Pengolahan
Limbah Cair Industri Proses
Elektrokoagulasi Kontinyu, Prosiding
Seminar Nasional Perkembangan Riset
dan Teknologi di Bidang Industri ke-17,
Yogyakarta
15. Said, N.I., 2008, Teknologi Pengolahan
Air Minum “Teori dan Pengalaman
Praktis”, Pusat Teknologi Lingkungan
Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi, Jakarta
16. Sastrawijaya, A.T., 2009, Pencemaran
Lingkungan, Rineka Cipta, Jakarta
17. Showell, M.S., & Zoller U., (eds), 2006,
Handbook of Detergents Part D :
Formulation, CRC Press Taylor &
Francis Group, New York
18. Siregar, S.A., 2005, Instalasi Pengolahan
Air Limbah, Kanisius, Yogyakarta
19. Sunardi, 2007, Pengaruh Tegangan
Listrik dan Kecepatan Alir Terhadap
Hasil Pengolahan Limbah Cair yang
Mengandung Logam Pb, Cd, dan TSS
Menggunakan Alat Elektrokoagulasi,
Seminar Nasional III SDM Teknologi
Nuklir, Yogyakarta
20. Susetyaningsih, R.,Kismolo, E., dan
Prayitno, 2008, Kajian Proses
Elektrokoagulasi Untuk Pengolahan
Limbah Cair, Seminar Nasional IV SDM
Teknologi Nuklir, Yogyakarta
21. Lai, K.Y.,1997, Liquid Detergents,
Marcell Dekker. Inc, New York

Anda mungkin juga menyukai