Anda di halaman 1dari 48

TUGAS TERSTRUKTUR

REVIEW JURNAL

BLOK TEKNOLOGI FARMASI II

FARMASI B

KELOMPOK 4

Elsa Iftita Ainina (19930061)

Sha Sha Nabila Wally (19930062)

Farah Fikirianti (19930063)

Sania Nazhifah Rahmadani (19930064)

Indra Dwi Lutfi (19930065)

Rani Azzahara (19930066)

Angga Dwijanarko (19930067)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2020
REVIEW JURNAL: TEKNOLOGI DEIONISASI UNTUK PRODUKSI AIR MURNI

I. ABSTRAK
Kebutuhan air murni terus meningkat, terutama untuk keperluan industri. Salah
satu parameter penting pada kualitas air murni yaitu nilai konduktivitas yang berkaitan
erat dengan keberadaan ion di dalam air. Air murni memiliki syarat nilai konduktivitas
yang mendekati nol, oleh karena itu proses penyisihan ion (deionisasi) perlu dilakukan.
Beberapa teknologi penghilangan ion telah dikembangakan, antara lain sistem penukar
ion (IE), elektrodialisis (ED), elektrodeionisasi (EDI), dan deionisasi kapasitif, baik
tanpa membran (CDI) maupun dengan membran (MCDI). Teknologi-teknologi tersebut
mampu menghilangkan garam dan ion terlarut dalam air hingga lebih dari 90% sehingga
produk yang dihasilkan memenuhi kualitas air murni.
II. PENDAHULUAN
Air murni merupakan salah satu kompenen penting pada industri, terutama pada
industri elektronik, semikonduktor, dan farmasi. Air murni didefinisikan sebagai air yang
mengandung senyawa H2O murni, dengan kandungan senyawa terlarut maupun ion-ion
yang sangat rendah. Teknologi yang digunakan untuk produksi air murni umumnya
berbasis penyisihan ion (deionisasi), karena salah satu parameter penting pada kualitas
air murni yaitu nilai konduktivitas yang berkaitan erat dengan keberadaan ion di dalam
air.
Konduktivitas merupakan ukuran kemampuan air untuk melewatkan aliran listrik.
Kemampuan ini secara langsung berkaitan dengan konsentrasi ion di dalam air. Ion-ion
di dalam air berasal dari garam terlarut dan senyawa anorganik seperti alkali, klorida,
sulfida, dan senyawa karbonat. Senyawa terlarut yang menjadi ion juga sering disebut
sebagai elektrolit. Semakin tinggi jumlah elektrolit, maka semakin tinggi nilai
konduktivitas air. Demikian juga sebaliknya, semakin sedikit kandungan elektrolit dalam
air, maka semakin rendah konduktivitas, seperti air murni dengan konduktivitas
mendekati nol.
III. POKOK BAHASAN DAN URAIANNYA
 Klasifikasi Air Murni
Air murni dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa parameter, seperti
konduktivitas, resistivitas, keberadaan mikroorganisme, jumlah pirogen, silika, dan
senyawa organik (TOC). Terdapat setidaknya lima kategori air murni, yaitu:
a. Air terionisasi (deionised water) untuk umpan boiler dengan tekanan sedang,
make-up pada proses dialisis ginjal, dan pembuatan baterai;
b. Air murni (purified water) untuk indutri farmasi, kosmetik, dan kimia;
c. Air apirogenik (apyrogenic water) digunakan pada pencucian botol, pembuatan
tisu, dan air untuk injeksi;
d. Air kemurnian tinggi (high purity water) untuk boiler tekanan tinggi, sistem
pembangkit, dan untuk keperluan laboratorium;
e. Air ultra murni (ultrapure water) untuk industri mikroelektronik,
semikonduktor, dan umpan pada boiler superkritik.
 Teknologi Deionisasi
Beberapa teknologi deionisasi antara lain:
a. Sistem penukar ion (IE)
Sebuah sistem penukar ion terdiri dari sebuah tangki yang berisi
kumpulan resin sintesis (dengan diameter sekitar 0,6 mm). Kumpulan resin
penukar ion tersebut yang bertugas menghilangkan ion-ion terlarut dalam air
dengan mempertukarkan ion H+ dan OH- untuk menggantikan ion-ion terlarut.
Resin penukar ion umumnya terbuat dari polimer yang tidak mudah larut dan
memiliki sisi pertukaran ion dengan jumlah yang banyak. Ion di dalam larutan
berpindah menuju resin penukar ion akibat adanya perbedaan densitas muatan
relatif (muatan per volum terhidrasi).
b. Elektrodialisis (ED)
Elektrodialisis merupakan proses industri yang pertama kali
menggunakan membran penukar ion pada skala besar. Pada sebuah sistem
elektrodialisis, membran penukar anion dan kation dipasang dengan susunan
modul plate and frame mulai dari satu pasang sel hingga 100 pasang sel, sesuai
dengan kebutuhan. Membran penukar anion dan kation dipasang di antara dua
buah elektroda (anoda dan katoda), dengan jarak antar membran dibuat sekecil
mungkin untuk meminimalkan resistansi elektrik dan konsumsi energi.
Membran yang digunakan pada sistem ED merupakan membran selektif dan
semipermeabel yang mampu melewatkan ion-ion teralrut.
c. Elektrodeionisasi (EDI)
EDI memiliki prinsip kerja yang mirip dengan proses elektrodialisis
(ED), dimana ion garam pada larutan umpan dipindahkan dengan bantuan
medan listrik dan dipisahkan oleh membran selektif ion. Perbedaan dari kedua
proses tersebut adalah penggunaan resin penukar ion di dalam modul EDI yang
berfungsi menurunkan hambatan modul secara keseluruhan. Kompartemen
diluat diisi dengan resin penukar ion campuran, yang berfungsi untuk
meningkatkan perpindahan komponen ion dari larutan umpan menuju
kompartemen konsentrat melalui membran penukar ion. Penambahan resin
penukar ion pada kompartemen diluat juga mengatasi masalah resistivitas listrik
yang tinggi ketika diperoleh air berkualitas tinggi (nilai konduktivitas sangat
rendah). Keberadaan resin membuat ion dalam larutan dapat bertransfer dengan
konduktivitas yang lebih tinggi dan menciptakan proses transport yang lebih
efektif, terutama pada kompartemen diluat.
d. Deionisasi kapasitif (CDI)
Deionisasi kapasitif (CDI) merupakan teknologi desalinasi alternatif
terutama untuk air payau dengan salinitas rendah. Teknologi CDI bekerja
berdasarkan prinsip electrosorption atau penyerapan elektron sehingga mampu
menghilangkan ion terlarut dalam air. Sebuah deionisasi kapasitif terdiri dari
dua buah elektroda berpori yang diletakkan berhadapan dan sebuah saluran
diantara kedua elektroda yang berfungsi untuk tempat mengalirnya air. Ketika
arus listrik dari sumber energi DC (baterai, panel surya, dll.) dialirkan pada
elektroda, ion-ion terlarut dalam air akan teradsorp pada mikropori elektroda,
dan ketika arus listrik dihentikan, ion-ion terardsorp tersebut akan kembali lepas
menuju saluran air. Kedua tahap tersbut disebut tahap adsorpsi ion (ion
adsorption step) dan tahap desorpsi ion (ion desorption step).
e. Deionisasi kapasitif dengan membran (MCDI)
MCDI merupakan modifikasi dari CDI dengan menambahkan membran
penukar kation di depan katoda dan membran penukar anion di depan anoda.
Ion yang terlarut dalam air akan tertarik menuju membran penukar ion dan
selanjutnya teradsorp pada elektroda, sehingga produk akan memiliki
konsentrasi ion yang rendah. Sama seperti CDI, proses regenerasi MCDI dapat
dilakukan dengan mengurangi tegangan listrik atau membalik potensial kedua
elektroda.
IV. KESIMPULAN
Proses desalinasi untuk produksi air murni dengan metode penghilangan ion
meliputi sistem penukar ion (IE), elektrodialisis (ED), elektrodeionisasi (EDI), dan
deionisasi kapasitif (CDI), dan deionisasi kapasitif dengan membran (MCDI). Secara
umum, teknologi-teknologi tersebut mampu menghilangkan kandungan garam dan ion-
ion terlarut hingga lebih dari 90%.
V. SUMBER
Wardani, Anita Kusuma. 2015. Teknologi Deionisasi untuk Produksi Air Mineral.
Institut Teknologi Bandung.
REVIEW JURNAL: KOMBINASI PROSES FILTRASI DAN ION EXCHANGE
SECARA KONTINU PADA PEMBUATAN AQUADM (DEMINERALIZED WATER)

I. ABSTRAK
Demineralized water adalah air yang bebas dari mineral terlarut dan juga
digunakan di laboratorium serta bahan baku untuk uap. Kandungan mineral pada air
dapat menyebabkan kerak pada peralatan industri seperti boiler dan heat exchanger,
menurunkan yield dan nilai selektivitas pada proses reaksi. Kombinasi antara prose
filtrasi dan ion exchanger diteliti untuk mengolah demineralized water. Penelitian ini
dilakukan untuk meneliti efek jumlah cartridge resin pada electric conductivity (EC), pH,
dan total dissolve solid (TDS). Laju alir disetel 50 mL/menit. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa jumlah cartridge resin 4 (2 anion dan 2 kation), efisiensi removal
EC dan TDS masing-masing dicapai pada 89,09% dan 90,91%. Sedangkan untuk jumlah
cartridge resin 6 (3 anion dan 3 kation), efisiensi removal EC dan TDS didapatkan pada
masing-masing 95,45% dan 96,36%. Selain itu, pengaruh laju alir juga diteliti
menggunakan cartridge resin 6 (3 anion dan 3 kation). Demineralized water telah
memenuhi standar mutu dengan nilai TDS 0 ppm, EC 0 µS/cm dan pH 7,5. Penelitian ini
menunjukkan bahwa kombinasi antara proses filtrasi dan ion exchange efektif digunakan
untuk mengolah demineralized water dengan kualitas tinggi.
II. PENDAHULUAN
Kebutuhan akan air mutlak diperlukan baik yang mengandung mineral maupun
yang tidak mengandung mineral (pure water). Air mineral sangat diperlukan untuk
dikomsumsi bagi manusia namun kandungan mineral yang tinggi berbahaya bagi
kesehatan manusia. Pengaruh mineral pada proses industri kimia cukup kompleks yaitu
dari menyebabkan kerak pada proses pemanasan seperti boiler dan heat exchanger,
sampai turunnya yield dan selektivitas pada proses reaksi, dan masih banyak lagi
pengaruh lainnya. Air demineralisasi atau air bebas mineral sangat diperlukan untuk
kebutuhan di laboratorium dan industri proses kimia. Suatu air dapat dikatakan air bebas
mineral apabila memenuhi standar mutu. Standar mutu untuk air bebas mineral dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Standar Baku Mutu Air Bebas Mineral
Air demineralisasi merupakan proses penghilangan kation anion yang terkandung
di dalamnya. Perancangan alat demineralizer yang tepat dan ekonomis akan menjadi
penelitian yang menarik untuk dilakukan. Proses demineralisasi dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu: resin penukar ion, elektrodialisis, destilasi transfer membran, flash
evaporation, maupun reverse osmosis. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menghilangkan mineral yang terkandung pada air dengan mengunakan metode penukar
ion (ion exchange). Pada dasarnya resin penukar ion dibagi menjadi 2 jenis yaitu kation
dan anion, dimana kemampuan dalam proses penukaran ion dipengaruhi oleh banyaknya
bagian sisi aktif yang terkandung dalam resin dan kemampuan penukaran ionnya. Pada
penelitian ini mengkombinasikan teknologi filtrasi dengan pertukaran ion (ion exchange)
pada pembuatan aquadm yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas penghilangan
kandungan mineral dalam air, pengaruh laju alir air umpan dan jumlah resin terhadap
kualitas air demin yang dihasilkan sedangkan teknologi filtrasi sendiri bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi.
III. POKOK BAHASAN DAN URAIANNYA
 Pengaruh Jumlah Cartridge Resin terhadap Konduktivitas dan TDS Air
Produk
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah cartridge resin
yang digunakan semakin besar persentase pengurangan kandungan Konduktivitas
dan TDS. Hal ini disebabkan semakin banyak jumlah cartridge resin semakin banyak
jumlah resin yang digunakan. Maka semakin banyak ion dalam air umpan yang
dipertukarkan dengan ion pada resin.
 Pengaruh Laju Alir terhadap Konduktivitas dan TDS Air Produk
Dari hasil analisa yang didapatkan, semakin besar laju alir umpan maka
semakin besar persentase pengurangan konduktivitas dan TDS produk yang
didapatkan. Pada waktu operasi 40 menit yang merupakan titik jenuh dari resin
penukar ion. Jika laju alir umpan besar maka lebih cepat air umpan mengisi catridge
resin sehingga air umpan berkontak lebih cepat dengan permukaan resin sebelum
resin penukar ion jenuh, sedangkan laju alir terlalu kecil menyebabkan masih adanya
air umpan yang belum kontak dengan permukaan resin karena aliran umpan yang
terlalu lambat, sehingga catridge resin tidak terisi penuh oleh air umpan. Penurunan
konduktivitas ini disebabkan karena ion-ion terlarut yang aktif (dapat
menghantarkan listrik) telah ditukar dengan ion-ion anion dan kation yang terdapat
pada kolom resin anion dan kolom resin kation. Penurunan nilai TDS ini terjadi
karena ion-ion terlarut yang terdapat pada air baku telah ditukarkan dengan ion-ion
yang terdapat pada resin anion maupun resin kation.
 Pengaruh Laju Alir terhadap pH
Hasil penelitian menunjukan kenaikan pH produk dari pH awal sampel. Jika
pH terlalu rendah, maka akan menyebabkan korosi dan pengikisan terhadap dinding
boiler. Jika pH terlalu tinggi, maka akan menyebabkan scaling dan dapat
mengakibatkan foaming. Selama proses pertukaran ion, pH akan mengalami
kenaikan, karena semakin banyak ion OH- dari resin anion yang dilepaskan ke dalam
air umpan dibandingkan kandungan ion H+ pada resin kation. Semakin lama proses
berlangsung pH produk akan turun kembali karena proses sudah berjalan stabil,
dimana jumlah ion OH- dan H+ yang dipertukarkan sudah seimbang.
Tabel 2 menunjukkan perbandingan hasil penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya. Hasil penelitian untuk kualitas produk yang dihasilkan dengan sumber
air sumur menunjukkan bahwa nilai EC, TDS, dan pH lebih baik dibandingkan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Malik dkk. Hal ini di sebabkan karena
adanya perbedaan sumber air dan proses yang digunakan. Pemanfaatan ion exchange
untuk pengolahan limbah menunjukkan hasil yang belum maksimal. Berdasarkan
hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengolahan air
demineralisasi dengan proses ion exchange perlu dikombinasikan dengan proses
filtrasi untuk menghasilkan kualitas produk yang lebih baik.
Tabel 2. Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya

IV. KESIMPULAN
Dari hasil analisa kandungan TDS, EC dan pH pada air keluaran proses proses
filtrasi dan ion exchanger dapat memenuhi standar mutu dengan nilai EC mencapai 0
μS/cm, TDS 0 mg/l dan pH 7,5. Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi proses
filtrasi dengan ion exchanger dapat bekerja secara efektif dengan hasil yang maksimal
dan proses ini berkerja sangat baik pada jumlah cartridge resin 6 (3 anion dan 3 kation)
dan laju alir 200 ml/menit.
V. SUMBER
Desmiarti, Reni dkk. 2017. Kombinasi Proses Filtrasi dan Ion Exchange Secara Kontinu
pada Pembuatan Aquadm (Demineralized Water). Chemica, 4(1): 27-32.

Review Jurnal

Pengolahan Air Laut Menggunakan Generator Uap Untuk Menghasilkan Air Tawar

1. ABSTRAK
Kebutuhan akan air tawar dan bersih selalu menjadi prioritas utama di dalam
kehidupan manusia. Tak terkecuali bagi masyarakat yang hidup di sekitar pantai.
Masyarakat kecamatan Siak Kecil dan Bukit Batu kabupaten Bengkalis mendapatkan
air bersih yang terasa asin. Pada penelitian ini akan mengolah air laut menjadi air
tawar yang layak minum melalui proses generator uap. Proses ini memanfaatkan
energi panas untuk menguapkan air asin. Uap air tersebut selanjutnya didinginkan
menjadi titik-titik air dan hasil ditampung sebagai air bersih yang tawar. Air bersih
yang dihasilkan dari proses destilasi memiliki tingkat kesehatan yang sangat baik jika
dibandingkan dengan air bersih yang berasal dari pengolahan menggunakan zat kimia.
Kualitas air yang dihasilkan sebesar 22 ppm (part per million) menggunakan TDS
meter.
2. PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan utama bagi manusia karena selain dibutuhkan untuk
kebutuhan tubuh (minum), air juga digunakan untuk kebutuhan lainnya seperti
memasak, mencuci dan lain-lain. Sedangkan pada keadaan sulit manusia akan sulit
mendapatkan air karena sumber air tawar terbatas sehingga dibuat pengadaan air
tawar. Penyediaan air tawar atau air minum bagi masyarakat adalah untuk mencegah
penyakit yang kemungkinan dibawa oleh air. Air tawar atau air minum haruslah
memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas yang telah ditetapkan.
Berdasarkan data pemantauan kualitas air sungai PKA di 33 provinsi di Indonesia,
sebanyak 32 dari 51 sungai besar di Indonesia sedang mengalami pencemaran berat,
16 sungai termasuk kategori pencemaran sedang-berat dan 1 sungai memenuhi
standar baku mutu yakni sungai yang berada di Sulawesi Tengah yaitu sungai
Lariang.
Pencemaran sungai merupakan ancaman bagi seluruh rakyat Indonesia
mengingat beberapa PDAM memanfaatkan air sungai sebagai bahan bakunya. Untuk
itu perlu suatu alternatif untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat
dengan cara menggunakan air laut sebagai bahan baku. Air laut merupakan dari
96,5% air murni dan 3,5 % lainnya berupa campuran garam-garaman, bahan organik,
partikel tak terlarut, dan lain-lain. Proses pengubahan air laut menjadi air tawar yang
dapat digunakan yaitu desalinasi yang juga menggunakan sistem destilasi dengan
generator uap.
3. POKOK BAHASAN DAN URAIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan desain destilasi uap yang efisien
dengan mengambil sampel di pelabuhan Roro Bengkalis. Penelitian ini mampu
menghasilkan air minum bersih dengan 22 ppm menggunakan TDS meter.
Pengolahan air laut menjadi air minum ini sangat penting terutama pada musim
kemarau.

4. KESIMPULAN
1. Penelitian ini menghasilkan air bersih kualitas 22 ppm
2. Untuk mendapatkan air dengan kualitas 22 ppm, air asin dengan volume 24 liter
harus mencapai suhu panas sebesar 83,2 0C
3. Dengan 3 buah elemen pemanas, peneliti mendapatkan suhu panas maksimal
sebesar 86,2 0C
5. SUMBER
Lianda J, dkk. 2015. Pengolahan Air Laut Menggunakan Generator Uap Untuk
Menghasilkan Air Tawar. Seminar Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi dan
Industri (SNTKI) 7

Review Jurnal

Karakterisasi Hasil Pengolahan Air Menggunakan Alat Destilasi

1. ABSTRAK
Akuades atau air kondensat merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari
zat-zat pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium. Akuades biasa
digunakan sebagai pelarut dan untuk membersihkan alat-alat laboratorium dari zat
pengotor. Air murni diperoleh dengan cara destilasi, tujuan dari distilasi yaitu
memperoleh cairan murni dari cairan yang telah dicemari zat terlarut, atau bercampur
dengan cairan lain yang berbeda titik didihnya. Cairan yang dikehendaki dididihkan
hingga menguap kemudian uap diembunkan melalui kondensor, sehingga uap mencair
kembali. Penelitian ini bertujuan untuk membuat akuades dari air kran menggunakan
proses distilasi dengan berbagai variasi suhu (1050C, 1250C, 1450C) dan waktu (2, 3,
4, dan 5 jam) dan menganalisa kualitas akuades sesuai standar mutu SNI. Analisa
didasarkan pada kadar TDS (Total Dissolve Solid), pH (power of Hydrogen) dan
DHL (Daya Hantar Listrik). Dari hasil analisa, suhu dan waktu yang optimum untuk
menghasilkan akuades yaitu pada suhu 1250C dan waktu 3 jam, dengan kadar TDS 2
mg/L, pH 6,3 dan DHL 0 mS/cm
2. PENDAHULUAN
Air murni diperoleh dengan cara penyulingan (destilasi) dengan tujuan
memperoleh cairan murni dari cairan yang telah tercemari zat terlarut atau bercampur
dengan cairan lain yang berbeda titik didihnya. Cairan hasir destilasi disebut dengan
destilat. Air murni dipergunakan untuk keperluan perawatan kesehatan dan di
laboratorium kimia. Akuades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat
pengotor sehingga bersifat murni dalam laboratorium dan umumnya digunakan
sebagai pelarut.
Total Dissolved Solid (TDS) merupakan bahan-bahan terlarut (diameter < 10-6 mm)
dan koloid (diameter 10-6 mm – 10-3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan
bahan-bahan lain yang tidak tersaring pada kertas saring berdiameter 0,45 𝜇𝑚
Derajat keasaman (pH) merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan
intensitas keadaan asam atau basa suatu larutan dan dapat menyatakan konsentrasi ion
H+.
DHL atau Daya Hantar Listrik merupakan kemampuan suatu cairan untuk
menghantarkan arus listrik (konduktivitas). DHL air menunjukkan kemampuan suatu
larutan untuk menghantarkan arus listrik. Besarnya nilai DHL bergantung pada
kehadiran ion-ion anorganik, valensi, suhu, serta konsentrasi total maupun relatifnya.
Pada penelitian ini diberika perlakuan variasi suhu dan waktu pada proses distilasi
mengingat waktu dan suu mempengaruhi kualitas distilasi. Tujuan dari praktikum ini
yaitu untuk mendapatkan waktu dan suhu yang optimum untuk proses distilasi
sehingga dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas akuades.

3. POKOK BAHASAN DAN URAIAN


Pada penelitian ini parameter yang diamati yaitu TDS, pH dan DHL dari
akuades yang dibuat.Standar mutu akuades yang dijadikan acuan yaitu standar mutu
air demineral menurut SNI 01-3553-2006 dan SNI 01-6241-2000 seperti pada tabel
berikut :

Adapun hasil uji kualitas akuades terhadap variabel suhu dan waktu adalah sebagai
berikut :
Berdasarkan pengujian tersebut dapat dilihat bahwa kadar TDS sangat
bervariasi. Beberapa kadar ada yang memenuhi dan tidak memenuhi standar mutu
yang ditetapkan. Variabel TDS yang sesuai adalah pada perlakuan suhu 125 0C dalam
waktu 3 jam. Untuk variabel pH didapatkan antara 5,6-7,4 dimana masih sesuai
dengan range yang ditentukan sehingga layak untuk digunakan. Pada hasil analisa
DHL pada suhu 1250C merupakan suhu yang paling optimum alat distilasi bekerja
dan menghasilkan DHL sesuai standar yang ditentukan.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan variabel waktu dan suhu serta parameter TDS, pH dan DHL yang
diamati didapatkan suhu dan waktu yang optimum untuk menghasilkan akuades
dengan kualitas baik dan sesuai standar yaitu pada suhu 1250C dalam waktu 3 jam.

5. SUMBER
Khotimah H, dkk. 2017. Karakterisasi Hasil Pengolahan Air Menggunakan Alat
Destilasi (Characterization of Water Processing Using Distilation Equipment). Jurnal
Chemurgy. 1 (02) : 34-38
REVIEW JURNAL

Penggunaan Kuat Arus Listrik Dalam Proses Sterilisasi Air

1. ABSTRAK
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa pengolahan
yang sesuai dengan persyaratan kesehatan. Untuk memenuhi kebutuhan air minum,
masyarakat juga mengkonsumsi air minum dari outlet air isi ulang. Namun outlet
water refill di Indonesia pernah diketahui menghasilkan kualitas air minum yang
buruk karena terdapat bakteri Escherichia coli, yang menandakan bahwa air minum
tersebut terkontaminasi patogen yang dapat menimbulkan keluhan gastrointestinal
seperti diare. Filter air yang digunakan pada outlet water refill kurang efektif dalam
membunuh bakteri Escherichia coli. Untuk meningkatkan kinerja filter, diperlukan
pemaparan intensitas arus listrik yang dapat mengurangi jumlah bakteri pada air
minum isi ulang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Total Plate Count
(TPC) untuk mengetahui jumlah bakteri pada air isi ulang yang terpapar dan tidak
terpapar arus listrik intensitas 3 ampere selama 2 jam. Kedua sampel ditanam pada
media EMB selama 24 jam pada suhu 37 ° C. Hasil yang diperoleh untuk sampel
yang tidak terpapar intensitas arus listrik diperoleh 1032 koloni Escherichia coli dan
yang terkena intensitas arus listrik tidak ditemukan koloni bakteri dengan volume
sampel 10 ml. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas arus listrik dapat menghambat
pertumbuhan Escherichia coli hanya pada jumlah tertentu volume.

2. PENDAHULUAN
Air sebagai materi esensial dalam kehidupan tampak dari kebutuhan terhadap
air untuk keperluan sehari-hari di lingkungan. Semakin tinggi taraf kehidupan
seseorang semakin meningkat pula kebutuhan manusia akan air. Air juga merupakan
suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air
merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut.
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air yang aman untuk
diminum adalah air bersih yang harus memenuhi persyaratan secara fisika, kimia,
radioaktif dan mikrobiologi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Secara
mikrobiologi, diare adalah satu dari banyak penyakit lainnya yang dapat disebabkan
oleh buruknya kualitas air minum secara mikrobiologis. Salah satu faktor penghambat
pertumbuhan mikroba adalah adanya aliran arus listrik, listrik dapat mengakibatkan
terjadinya elektrolisis bahan penyusun medium pertumbuhan, selain itu arus litsrik
dapat menghasilkan panas yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Sel
dalam mikroba akan mengalami elektroforesis apabila dilalui arus listrik. Arus listrik
tegangan tinggi yang melalui suatu cairan akan menyebabkan terjadinya shock
terutama disebabkan oleh oksidasi, adanya radikal ion dari ionisasi radiasi dan
terbentuknya ion logam dari elektroda juga menyebabkan kematian mikroba
3. POKOK BAHASAN DAN URAIAN
Berdasarkan hasil uji didapatkan hasil pada dua perlakuan yang berbeda yaitu
hasil uji dengan dilakukan pemaparan arus listrik dengan yang tidak dilakukan
pemaparan arus listrik. Dari data yang didapatkan pada uji coba yang pertama dan
kedua tidak ada perbedaan antara sampel yang dipapar dan sampel yang tidak dipapar
kuat arus listrik, dikarenakan volume sampel yang terlalu banyak, pada uji coba yang
ketiga tidak ditemukan pertumbuhan bakteri E.coli pada kedua sampel uji diduga
memang tidak ada pertumbuhan bakteri E.coli pada sampel, pada uji coba yang
keempat terjadi penurunan jumlah bakteri E.coli pada sampel yang dipapar kuat arus
listrik 3 Ampere selama 2 jam dengan jumlah sampel sebanyak 10 ml (lebih kecil dari
penelitian satu dan dua) menunjukkan bahwa kuat arus listrik efektif dalam
membunuh bakteri E.coli .
Faktor pertumbuhan bakteri pada penelitian ini juga disebabkan karena
volume sampel yang terlalu banyak dan kuat arus listrik yang terlalu kecil, Serta alat
yang tidak dapat menjangkau segala ruang dalam wadah penampung sampel apabila
digunakan pada volume air skala besar sehingga hanya bakteri disekitar alat yang
akan mati, karena besar penurunan mikroorganisme berbanding lurus dengan besar
tegangan, jumlah pulsa dan waktu pasteurisasi (menurut Barbosa dalam Saparianti.
DKK 2008). Penggunaan kuat arus listrik ini bertujuan untuk menjaga keselamatan
pengguna saat mengoperasikan alat.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dengan pemaparan kuat arus listrik 3
Ampere selama 2 jam didapatkan penurunan jumlah bakteri E.coli pada sampel yang
sudah dipapar kuat arus listrik 3 Ampere selama 2 jam pada volume tertentu.

SUMBER
Nur Yaqin, Miftakhul Annisa. 2016. Penggunaan Kuat Arus Listrik Dalam Proses
Sterilisasi Air. Vol. 6 No. 12. Jurnal Sains.
REVIEW JURNAL

Optimum Dosage of Coagulant and Flocculant on Sea Water Purification Process

1. ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis yang tepat dalam penggunaan
koagulan dan flokulan, oleh karena itu dalam penggunaan bahan kimia Penelitian ini
menggunakan desain metode eksperimen untuk mengetahui pengaruh variasi
perlakuan terhadap kualitas air yaitu dosis koagulan dan flokulan, aliran bahan baku.
laju dan kondisi air laut terhadap kekeruhan dan pH. Sebagai acuan, pH dan
kekeruhan harus berada di bawah nilai maksimum yang diperbolehkan untuk air
proses. Pengujian dilakukan di laboratorium dengan metode jar test. Bahan kimia
yang digunakan sebagai koagulan dan flokulan adalah polimer PAC (poli amilum
klorida). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis koagulan dan flokulan, laju alir
dan kondisi air laut berpengaruh nyata terhadap kekeruhan dan pH. Kondisi air laut
yang dikaji disini adalah kondisi pasang surut dan pasang surut. Setelah variasi dosis
dan laju aliran pada kondisi air pasang dan surut, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut; Pada kondisi pasang surut, dosis optimum koagulan dan flokulan adalah 70
ppm pada laju alir 450 m3 dengan kekeruhan referensi 0,9 NTU dan pH 6,9.
Sedangkan pada kondisi air surut, dosis optimum koagulan dan flokulan adalah 70
ppm pada debit aliran 420 m3 dengan acuan kekeruhan 1,1 NTU dan pH 6,9. Hasil ini
diharapkan dapat diterapkan pada pabrik yang menggunakan air laut sebagai bahan
baku air proses.

2. PENDAHULUAN
Pemanfaatan air laut sebagai bahan baku air proses industri saat ini sangat
dibutuhkan seiring dengan ketersediaan airtanah yang terbatas, terutama untuk pabrik-
pabrik yang terletak dekat dengan pemukiman penduduk. Namun penggunaan air laut
tentunya tidak sesederhana penggunaan airtanah karena air laut memiliki kandungan
garam yang tinggi dan kandungan logam yang akan merusak peralatan jika tidak
diolah terlebih dahulu. Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam
pengolahan air laut adalah metode koagulasi dan flokulasi, dengan pertimbangan
peralatan yang lebih sederhana dan dapat dilakukan dimana saja.
Koagulasi dan flokulasi adalah proses pengumpulan partikel awan yang tidak
dapat diendapkan oleh gravitasi, menjadi partikel yang lebih besar yang dapat
diendapkan dan dipisahkan dari fluida. Dalam metode koagulasi dan flokulasi perlu
digunakan bahan kimia yang berfungsi sebagai koagulan dan flokulan. Penentuan
dosis yang tepat dalam penggunaan koagulan dan flokulan diperlukan agar
penggunaan bahan kimia dan biaya pengolahan menjadi efisien.
3. POKOK BAHASAN DAN URAIAN
Air adalah sumber daya alam yang diperlukan untuk mata pencaharian banyak
orang, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dijaga agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup
lainnya. Air juga merupakan kebutuhan penting dalam industri. Ada tiga divisi
penggunaan air di industri. yang pertama adalah air pendingin. Air coolin merupakan
media pendingin yang banyak dipilih di banyak industri karena ketersediaannya yang
melimpah, mudah menyerap panas dan dapat menyerap kesatuan volume panas yang
tinggi. Yang kedua adalah air umpan Boiler yaitu air merupakan bahan baku utama
dalam pembuatan uap. yang terakhir Air untuk keperluan kantor dan konsumsi
karyawan. Air baku yang digunakan berasal dari air laut. Pengambilan air dari laut
dilakukan di area jetty yang dilengkapi dengan intake pump (sea water transfer
pump). Air laut sebagai air baku dipompa ke dalam proses pengolahan air bersih dan
dilanjutkan dengan proses air demin
Koagulasi adalah proses pencampuran bahan kimia (koagulan) dengan air
baku untuk membentuk campuran yang homogen. Dengan koagulasi, partikel koloid
akan menarik dan menggumpal membentuk kawanan. Partikel koloid yang terbentuk
umumnya terlalu sulit dihilangkan jika hanya dengan deposisi gravitasi. Tetapi jika
koloid distabilkan dengan agregasi atau koagulasi menjadi partikel yang lebih besar,
koloid ini dapat dihilangkan dengan cepat. Dalam pengolahan air, untuk mencapai
koagulasi yang optimal proses flokulasi, itu perlu mengatur semua kondisi yang saling
terkait dan mempengaruhi proses. Kondisi yang mempengaruhi termasuk pH, suhu,
konsentrasi koagulan dan pengadukan.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia STT Dumai, selama bulan
April-Juni 2018. Sampel diambil dari feed water PT.X yang berlokasi di Lubuk
Gaung, Dumai. Pengambilan sampel dilakukan di dua tempat yaitu intake water dan
clarifier. Sampel diuji pH dan kekeruhannya menggunakan metode jar test. Sebagai
koagulan kami menggunakan Poly Amylum Chlorida (PAC) dan sebagai flokulan
kami menggunakan acrylic acid co-polymer PA322 (polymer). Untuk standar air
pengolahan, kami menggunakan Peraturan Pemerintah No. 416 / MENKES / PER /
IX / 1990. Untuk acuan dosis koagulan dan flokulan, digunakan prosedur operasional
standar PT. X, sebuah perusahaan kilang minyak sawit di Dumai yang menggunakan
air laut sebagai air umpan dalam prosesnya.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kekeruhan dan pH. Data
diambil dari sampel dari intake air laut dan sampel dari clarifier. Pertama, percobaan
dilakukan dengan memvariasikan dosis koagulan dan diukur kekeruhan dan pH-nya
seperti yang ditunjukkan pada tabel. Dari percobaan diketahui bahwa dosis koagulan
optimum yang memenuhi standar kekeruhan adalah 120 ppm. ditunjukkan data pH air
laut sebelum dan sesudah percobaan dengan variasi dosis koagulan 110-140 ppm.
Setelah ditentukan dosis koagulan, selanjutnya ditetapkan dosis flokulan. Standar
kekeruhan untuk air umpan boiler <1,5 NTU
4. KESIMPULAN
Dari percobaan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa dosis optimal koagulan
dan flokulan untuk pengolahan air laut sebagai air umpan industri adalah 130 ppm
untuk koagulan Poly Amylum Chlorida dan 0,6 ppm untuk flokulan asam Akrilik co-
polymer PA322 pada kondisi umum air umpan. Selanjutnya dosis optimal koagulan
dan flokulan berpengaruh nyata terhadap kekeruhan, tetapi tidak berpengaruh pada
pH karena air baku yang digunakan masih dalam standar.

5. SUMBER
Wetri Febrina, Trisna Mesra, Hendra. 2020. Optimum Dosage of Coagulant and
Flocculant on Sea Water Purification Process. International Conference on
Environment and Technology. IOP Conf. Series: Earth and Environmental
Science 469 (2020) 012023

REVIEW JURNAL

REVIEW ARTICLE WATER FOR PHARMACEUTICAL USE

1. ABSTRAK

Air diperlukan untuk keperluan pembuatan, pengobatan dan klinik, dalam perumusan
dan pemrosesan obat-obatan, barang dagangan kesejahteraan tambahan serta untuk
pembersihan dan sanitasi. Air paling penting dan banyak digunakan dalam industri farmasi
sebagai bahan sumber daya alam, dan pelarut dalam dispensasi, API (persiapan Bahan
Farmasi Aktif, dan produksi produk obat dan zat antara. Pengatur keunggulan air selama
pembuatan, penyimpanan dan proses pengiriman, serta kualitas bakteriologis dan organik,
merupakan perhatian yang paling penting. Artikel ini membahas terutama penggunaan,
spesifikasi dan batasan farmakope serta metodologi produksi berbagai jenis air yang
digunakan dalam industri farmasi. Analisis bakteriologis dan biokimia untuk Air yang
digunakan dalam obat implan, analisis konduktivitas meluncurkan kemampuan penguji untuk
energi listrik, yang mengaitkan dengan kuantitas garam yang ditangguhkan disampel, efek
kemurnian air dengan jumlah ion tinggi yang menyebabkan metode menjadi rumit. Analisis
TOC (Total senyawa organik) digunakan untuk mengetahui apakah karbon yang ada dalam
sampel dipertahankan di bawah batas yang disyaratkan Lima ratus bagian per miliar (ppb),
analisis beban biologis menemukan jumlah bakteri dalam sampel air, Uji mikroba air
termasuk perkiraan jumlah kemungkinan bakteri aerobik yang ada dalam kualitas air yang
dinyatakan saat ini.
2. PENDAHULUAN

Dalam industri farmasi air digunakan sebagai salah satu komoditas utama. Air umumnya
digunakan sebagai komponen, bahan baku, preparasi, pengencer dalam administrasi dan
produksi barang dagangan obat, API dan Eksipien, dan bahan kimia analitik. Saat ini bisa
sebagai eksipien, atau digunakan untuk pembentukan kembali komoditas, selama pembuatan,
seluruh sintesis barang jadi, atau sebagai agen cuci untuk wadah perendaman, peralatan dan
bahan pengemas primer dll. Berikut adalah beberapa nilai H yang diubah 2 O digunakan
untuk tujuan pengobatan. Beberapa diartikan sebagai monograf farmakope Amerika Serikat
yang menunjukkan penggunaan, sistem formulasi yang memadai, dan karakteristik kualitas
Perairan dapat dipisahkan menjadi 2 kelas umum:

1. Perairan Massal.

2. Perairan dalam Kemasan.

Perairan Massal dibentuk secara khas di tempat mereka dikonsumsi. Air kemasan: yang
dibentuk, dikemas, dan dipasteurisasi untuk menjaga kualitas bakteriologis melalui umur
simpan yang dikemas. Ini adalah beberapa kelas perairan yang dikemas tertentu, berbeda
dalam permintaan tertentu, batas pengemasan, dan karakteristik kualitas tambahan. Evaluasi
khusus terhadap kualitas air sangat penting tergantung pada penggunaan obat yang berbeda.
Perairan Massal dibentuk secara khas di tempat mereka dikonsumsi. Air kemasan: yang
dibentuk, dikemas, dan dipasteurisasi untuk menjaga kualitas bakteriologis melalui umur
simpan yang dikemas. Ini adalah beberapa kelas perairan yang dikemas tertentu, berbeda
dalam permintaan tertentu, batas pengemasan, dan karakteristik kualitas tambahan. Evaluasi
khusus terhadap kualitas air sangat penting tergantung pada penggunaan obat yang berbeda.

3. POKOK BAHASAN DAN URAIAN

Kategori Air Di perusahaan manufaktur farmasi, air digunakan sebagai kendaraan berair yang
paling umum. Gambar 01 menunjukkan berbagai jenis air yang digunakan di perusahaan
farmasi. Air digunakan dengan berbagai cara dalam perumusan produk obat sebagai berikut:

a. Air tidak untuk minum atau Air non-portabel

Air non-minum adalah air baku yang tidak diolah, seperti air tanah, sumur tanah, danau dan
sungai. Air non-minum dapat digunakan untuk memnuhi kebutuhan rumah tangga seperti
mencuci dan mandi. Air non minum dapat juga digunakan untuk membersihkan permukaan
luar pabrik dan untuk mencuci kendaraan

b. Air portable

Ini dianggap sebagai air portabel (berarti layak minum atau dapat diminum), air minum
primer, air minum nasional, atau air minum EPA. Spesifikasi air minum dinyatakan (seperti
Amerika Serikat, regulasi air minum primer nasional Badan Perlindungan Lingkungan
(NPDWR), sebagaimana dikutip dalam 40 CFR bagian 141), menurut NPDWR atau regulasi
air minum UE atau Jepang, atau organisasi kesehatan Dunia regulasi untuk konsumsi -
Kualitas air air ini harus sesuai dengan atribut kualitas. Air minum dapat diperoleh dari
berbagai sumber, antara lain pasokan air umum, pasokan air pribadi misalnya sumur, atau
campuran dari kedua sumber tersebut. Air portable dapat digunakan untuk minum, untuk
mencuci obat mentah dan juga ekstraksi obat mentah serta untuk persiapan produk eksternal

c. Air yang disaring atau air yang dimurnikan

Dalam pembuatan formulasi non-parenteral dan selanjutnya untuk tujuan pengobatan


seperti peralatan pencuci, air yang dimurnikan komponen kontak-produk non-parenteral
digunakan sebagai eksipien. Air yang dimurnikan harus bebas dari kontaminasi bakteri
dan kontaminasi ulang. Sangat penting untuk memenuhi pasokan kemurnian kimia
berbasis karbon dan ionik. Digunakan dalam pembuatan formulasi / preparasi non-
parenteral, untuk mencuci peralatan khusus yang digunakan dalam pembuatan sediaan
non-parenteral

d. Air untuk injeksi (WFI)

Air untuk injeksi adalah air yang dimaksudkan untuk tujuan pembuatan obat untuk
organisasi parenteral yang pelarutnya dalam air (Air untuk injeksi dalam jumlah besar),
atau air yang digunakan untuk sediaan pemberian parenteral (WFI yang disterilkan
dengan panas), atau air yang digunakan untuk mengencerkan atau melarutkan komponen.

e. Air steril untuk injeksi

Air ini telah dikemas dan dimurnikan, disterilkan. Air ini untuk perawatan produk steril
yang dimaksudkan untuk digunakan secara intravena. Selain itu, digunakan untuk
penggunaan tambahan dalam curah. Air untuk injeksi atau air suling ditunjukkan tetapi
pendekatan untuk mengotorisasi sistem air tidak diterapkan atau hanya diperlukan jumlah
yang cukup kecil. WFI yang disterilkan biasanya dikemas dalam wadah dosis tunggal
yang biasanya berukuran kurang dari 1 L.

f. Air bakteriostatik untuk injeksi

Ini adalah air untuk injeksi, antiseptik yang dikemas dan diekstraksi, yang lebih
diinginkan satu atau lebih pengawet antimikroba yang kompatibel. Pada produk
parenteral, produk multi-dosis yang memerlukan penarikan bahan kandungan berulang air
bakteriostatik digunakan sebagai pengencer. Itu dikemas dalam wadah dosis tunggal atau
lebih dari satu dosis, tidak lebih dari 30ml.

g. Air steril untuk inhalasi

Ini adalah Air untuk Injeksi yang dikemas dan diekstraksi antiseptik yang digunakan
dalam inhalator dan komponen larutan inhalasi. Ini terdiri dari persyaratan ketat yang
jauh lebih rendah untuk endotoksin mikroba daripada WFI steril, dan akibatnya tidak
cocok untuk penggunaan parenteral.

h. Air steril untuk irigasi

Air ini telah dikemas dan dikondensasikan secara steril. Biasanya digunakan saat air steril
diperlukan, namun jika peranti tidak memiliki persyaratan bahan partikulat. Air steril
untuk irigasi paling sering dikemas dalam wadah yang biasanya berukuran lebih baik dari
1 L.

i. Air untuk hemodialisis

Air digunakan untuk aplikasi hemodialisis, terutama pengenceran larutan konsentrat


hemodialisis. Air minum adalah sumber air untuk persiapan hemodialisis yang disetujui
oleh EU, US, JAPAN, EPA dan WHO. Air hemodialisis harus mengurangi komponen
mikrobiologi dan kimia yang telah dimurnikan lebih lanjut dan diproduksi serta
digunakan di lokasi. Air ini tidak dimaksudkan untuk injeksi karena tidak mengandung
agen antimikroba.

j. Uap murni

digunakan untuk sterilisasi uap sisipan dan peralatan berpori dan dalam strategi yang
berbeda, seperti mencuci, di mana kondensat akan langsung menyentuh barang yang sah,
wadah untuk barang ini, permukaan sistem yang pada gilirannya dapat menyentuh barang
ini, atau bahan yang dapat digunakan dalam memeriksa artikel tersebut. Steam murni siap
untuk perlakuan awal yang sesuai digunakan untuk air yang dimurnikan atau WFI,
diuapkan dengan penghilangan kabut yang sesuai, dan dibuang di bawah tekanan

4. KESIMPULAN

Di perusahaan farmasi, kadar air yang berbeda digunakan untuk tujuan yang berbeda.
Jadi, penting untuk mengetahui semua kelas air farmasi, persiapannya, spesifikasi dan
penggunaannya untuk mengikuti pedoman pemeliharaan atribut kualitas. Skema
penanganan air harus diaktifkan di dalam aturan peraturan untuk layanan pembuatan obat
dengan melakukan berbagai pemeriksaan kualitas untuk kotoran fisikokimia dan
mikrobiologi

5. SUMBER
Ramyasree M., Gangadharappa HV dan Deepak AM. 2018. Review Article Water
For Pharmaceutical Use . World Journal Pharmaceutical Research. 7:10 (147-160).
REVIEW JURNAL
PERAN REVERSE OSMOSIS (RO) DALAM PROSES PRODUKSI ULTRA
PURE WATER (UPW)
1. ABSTRAK

Permintaan Ultra Pure Water (UPW) telah meningkat selama beberapa dekade
terakhir. Sekarang di pasar air dunia, produksi Ultra Pure Water menempati posisi
hampir setara dengan desalinasi air laut, dan memenuhi tuntutan berbagai keperluan
industri. Sebagai tingkat kontaminan yang diperlukan sangat rendah, sistem produksi
Ultra Pure Water menggabungkan 5 teknologi sampai 10 pemurnian termasuk
ultrafiltrasi (UF), reverse osmosis (RO) dan penukar ion. Dalam beberapa tahun
terakhir, RO telah berada di garis depan dari proses yang rumit ini sebagai pengolahan
awal untuk menyisihkan mayoritas pengotor. Makalah ini membahas tentang
meningkatnya peran teknologi RO untuk memenuhi persyaratan teknis di sektor Ultra
Pure Water, dengan penekanan pada aplikasi industri elektronik. Ulasan dalam
makalah ini meliputi: 1) permintaan kualitas air yang semakin meningkat, 2)
pengenalan proses elektrokimia ke tahap polishing air dan 3) reklamasi limbah Ultra
Pure Water, yang menggunakan RO. Selain itu, konfigurasi system Reverse Osmosis
yang tepat untuk produksi Ultra Pure Water, teknik penanganan scaling untuk operasi
dengan tingkat recovery tinggi, dan metode pembersihan untuk pemeliharaan juga
akan di bahas di dalam makalah ini.

2. PENDAHULUAN
Ultra Pure Water adalah istilah yang biasa digunakan dalam pembangkit listrik,
produksi listrik, makanan dan farmasi untuk menekankan bahwa air diperlukan
dalam tingkat kemurnian yang tinggi untuk semua jenis kontaminan. Beberapa
kontaminan termasuk senyawa organic dan anorganik, terlarut dan partikel, serta
gas-gas terlarut [1]. Ultra Pure Water juga didefinisikan sebagai pembersihan air
dengan menghilangkan kontaminan tingkat yang sangat rendah. Ultra Pure Water
mengambil bagian penting dari pasar air dunia, yang diperankan oleh industri
dengan nilai tambah tinggi seperti industri semikonduktor dan manufaktur farmasi
serta aplikasi boiler/pendingin untuk operasi teknik listrik [2]. Global Air
Intelligence (GWI) melaporkan bahwa Ultra Pure Water menduduki 20% dari
pasar air dunia pada tahun 2011 dan diperkirakan akan bertambah lebih dari
$4000 juta pada tahun 2025, ukuran yang sama dengan pasar desalinasi air laut.
3. POKOK BAHASAN DAN URAIAN
Penggunaan Ultra Pure Water dalam industri farmasi dan bioteknologi secara
ringkas dapat dilihat pada tabel 1. Perlu diingat, Ultra Pure Water digunakan
sebagai utilitas penting untuk membersihkan aplikasi. Ultra Pure Water juga
digunakan untuk menghasilkan uap bersih untuk sterilisasi.

Produksi Ultra Pure Water adalah proses rumit yang melibatkan sejumlah
teknologi pemurnian. Sebaliknya teknologi reverese osmosis mengambil posisi
yang signifikan dalam produksi Ultra Pure Water, yang menolak sebagian besar
kotoran yang mengalir ke dalam sistem. Perkembangan di industri yang
menggunakan Ultra Pure Water telah membuat peran reverse osmosis menjadi
lebih penting. Peran meningkatnya reverse osmosis telah diidentifikasi dengan
wawasan penting pada tren barubaru ini. Perubahan utama dari sektor Ultra Pure
Water yang dianggap sebagai (1) tuntutan ketat untuk kualitas air, (2) proses
elektrokimia untuk reverse osmosis menyerap polishing, dan (3) reklamasi limbah
Ultra Pure Water. Proses pemurnian adalah kumulatif, yang berarti meningkatkan
penghapusan di tahap make-up menjadi sangat penting untuk peningkatan kualitas
dari produk akhir. Tahap polishing elektrokimia menyoroti berkurangnya polutan
di permeat reverse osmosis sedangkan reklamasi beban Ultra Pure Water lebih
polutan ke tahap desalting reverse osmosis. Masalah dalam reverse osmosis ini
bisa diselesaikan dengan solusi yang berbeda untuk sistem produksi Ultra Pure
Water. Berbagai konfigurasi multipass dari reverse osmosis diterapkan, di mana
membran reverse osmosis tersusun secara seri untuk mendapatkan kemurnian
yang tinggi. Di sini, strategi pelengkap dari kombinasi membran bisa membantu
penolakan intensif oleh reverse osmosis. Menggunakan proses pretreatment untuk
membuang zat yang bermasalah sebelum membran reverse osmosis bisa
membantu dalam mengurangi operasi reverse osmosis. Pembentukan scalling
anorganik dan biofouling sering mengancam produktivitas dan kualitas, tetapi
teknologi High efficiency Reverse Osmosis (HERO), elektrokimia koagulasi dan
ultraviolet iradiasi dapat mengurangi masalah tersebut dalam cara yang efektif.
Akhirnya, sanitasi air panas (HWS) dengan pembersih kimia secara berkala dapat
menghilangkan kontaminan sisa dalam sistem reverse osmosis, dengan demikian
dapat mempertahankan kinerja yang stabil.
4. KESIMPULAN

Ultra Pure Water adalah istilah yang biasa digunakan dalam pembangkit listrik,
produksi listrik, makanan dan farmasi untuk menekankan bahwa air diperlukan dalam
tingkat kemurnian yang tinggi untuk semua jenis kontaminan. Strategi pelengkap dari
kombinasi membran bisa membantu penolakan intensif oleh reverse osmosis.
Kesuksesan proses reverse osmosis dapat dicapai dengan perhatian yang hati-hati
dalam karakteristik sistem produksi Ultra Pure Water. Sebagai standar untuk Ultra
Pure Water terus bervariasi dan reverse osmosis memiliki peran penting dalam
produksi Ultra Pure Water, studi tentang efek sinergis dengan teknologi pemurnian
lainnya dalam permintaan yang mendesak. Oleh karena itu, optimasi proses yang
kompak dan kinerja yang tinggi dalam sistem produksi Ultra Pure Water harus
diselidiki melalui penelitian lebih lanjut

5. SUMBER
Ismet, Muhammad. 2016. Peran Reverse Osmosis (RO) dalam Proses Produksi
Ultra Pure Water (UPW). Article Bandung Institute of Technology. Diakses pada
tangal 15 Desember 2020. https://www.researchgate.net/publication/312172649
REVIEW JURNAL

PENJERNIHAN AIR SUNGAI DENGAN PERLAKUAN KOAGULASI, FILTRASI,


ABSORBSI, DAN PERTUKARAN ION

1. Abstrak

Masyarakat di kawasan tepi sungai bagian pesisir sering mengalami krisis air
bersih yang disebabkan oleh tingginya salinitas air tanah. Sebagai alternatif untuk
mendapatkan air bersih, pada umumnya masyarakat menggunakan bahan baku air sungai
yang keruh disaring dengan menggunakan kerikil dan pasir, namun hasilnya belum jernih.
Cara mengatasinya adalah menggunakan teknologi tepat guna berupa pengolahan air
dengan treatment koagulasi, filtrasi, absorbsi, dan pertukaran ion. Tujuan penerapan
IPTEKS dalam program ini adalah ; mengatasi masalah kesulitan penjernihan air sungai
agar menghasilkan air hasil olahan menjadi jernih. Metode yang digunakan adalah ;
sosialisasi, pelatihan serta managemen produk tentang pengolahan air sungai
menggunakan ”Water Treatment” untuk menghasilkan air bersih yang layak dikonsumsi.
Teknologi yang diterapkan adalah sebagai berikut ; Bahan baku air sungai sebelum masuk
bak pengolah dilakukan pretreatment dengan koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC).
Pada bak pengolah (I) dilakukan filtrasi, bak pengolah (II) treatment zeolit dan MGS, bak
pengolah (III) berisi pasir silika dan resin sintetis. Air sungai yang keruh jika dilakukan
pengolahan (treatment) menggunakan koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC)
dilanjutkan dengan filtrasi oleh filter spoon, kemudian absorben zeolit dan MGS, filter
pasir silika dan diakhiri menggunakan resin sintetis kation dan resin sintetis anion dapat
menghasilkan air yang jernih.

2. PENDAHULUAN

Masyarakat di daerah tepi sungai Bengawan Solo bagian pesisir seperti Desa
Tejoasri, Laren, Lamongan Jawa Timur mengalami kesulitan dalam hal kebutuhan air
bersih, apalagi sebagai air minum. Hal ini disebabkan oleh tingginya salinitas air tanah
(hingga 3000 ppm), dan parameter lain seperti Na + = 3500 ppm, Mg++ = 278 ppm, Ca++ =
407 ppm, Fe (tot) = 0,088 ppm, SO4-2 = 350 ppm, CO3-2 = 235 ppm, pH = sekitar 5,5 dan
TDS = 3600 ppm juga tidak memenuhi syarat sebagai air bersih. HIPPAM “TIRTAASRI”
memiliki instalasi tandon air 10.600 Liter untuk didistribusi sebagai air kebutuhan sehari
hari oleh penduduk warga desa setempat. Namun hasil treatment yang dilakukan hanya
dengan cara menyaring menggunakan krikil tidak mampu menjernihkan air bahan baku
yang berasal dari sungai Bengawan Solo (sangat keruh, salinitas dan TDS masih tinggi).
Dengan keterbatasan ini, warga terpaksa mengkonsumsi air yang sangat keruh dan jauh
dari “sehat”, sehingga perlu adanya sentuhan teknologi untuk mengatasi hal tersebut, dan
sangat mendesak. Rumusan masalah dalam penerapan IPTEKS ini adalah : Mengatasi
krisis air bersih dan bagi masyarakat dengan menggunakan teknologi tepat guna (TTG)
berupa pengolahan air dengan treatment : koagulasi, filtrasi, absorbsi, dan pertukaran ion.

3. POKOK BAHASAN DAN URAIAN

Teknologi IPTEKS dalam penerapan ini merupakan teknologi tepat guna (TTG)
berupa pengolahan air dengan tahapan : Bahan baku air sungai sebelum masuk pada bak
pengolah dilakukan pretreatment menggunakan koagulan Poly Aluminium Chloride
(PAC). Kemudian pada bak pengolah (I) dilakukan filtrasi, sedangkan pada bak pengolah
(II) diberi perlakuan absorbsi menggunakan zeolit dan MGS. Langkah selanjutnya
dilakukan pada bak pengolah (III) yang berisi pasir silika sebagai filtrasi dan resin sintetis
sebagai penukar ion. Tujuan dari pada penerapan IPTEKS (IbM) ini adalah : mengatasi
masalah kesulitan penjernihan air sungai agar menghasilkan air hasil olahan menjadi
jernih.dengan metode memberi pengetahuan serta pelatihan tentang cara pengolahan air
berbahan baku air sungai menggunakan bahan perlakuan Poly Aluminium Chloride
(PAC), Filter spoon, MGS, Zeolit, Silika, Resin Anion, dan Resin Kation. Manfaat dari
penerapan IPTEKS ini adalah untuk membantu mengatasi krisis air bersih bagi masyarakat
di kawasan tepi sungai bagian pesisir yang sering mengalami krisis air bersih akibat
tingginya salinitas air tanah. Berikut metode-metodenya :

- Penerapan Ipteks (IbM); Pendekatan dilakukan dengan cara negoisasi terhadap


mitra tentang teknologi tepat guna (TTG) yang akan diterapkan untuk mengatasi
permasalahan mitra melalui ; pemahaman teknologi serta pengetahuan, dilanjutkan
dengan pelatihan tentang cara pengolahan air bersih sebagaimana rancangan yang
telah disepakati pada saat justifikasi pengusul bersama mitra yang merupakan
penerapan IPTEKS untuk dilakukan pada instalasi bak pengolah air yang telah ada.
Bahan treatment yang diperlukan adalah PAC, Filter spoon, MGS, Zeolit, Silika,
Resin Anion, Resin Kation.
- Alur proses skema treatment; Bahan baku air sungai (1) dipompa menuju
pembubuhan Coagulant Aids Poly Aluminium Chloride (PAC) dengan konsentrasi
sekitar 90 ppm sebagai proses koagulasi (2), kemudian dialirkan menuju treatment
filter ”Filter spoon” (3), dilanjutkan dengan Absorbsi Manganese Green Sand (4).
Treatment dilanjutkan dengan Zeolit dan pasir silika (5), dilanjutkam dengan ion
exchange menggunakan resin sintetis kation anion (6). Sebagai air hasil olahan
dipompa ke reservoir produk (7). Berikut skemanya :

- Alur proses pelaksanaan; dalam pelaksanaannya, perlakuan disesuaikan dengan


kondisi bak pengolah yang telah ada, yaitu perlakuan dengan tahapan ; sebelum
masuk pada bak pengolah dilakukan pretreatment menggunakan koagulan Poly
Aluminium Chloride (PAC). Kemudian pada bak pengolah (I) dilakukan filtrasi,
sedangkan pada bak pengolah (II) diberi perlakuan absorbsi menggunakan zeolit dan
MGS. Langkah selanjutnya dilakukan pada bak pengolah (Kontrol ketepatan aliran
serta masalah kesetimbangan massa berdasar pada proses penukaran ion, tetapi
penekanannya pada proses pereaksiannya, yaitu system batch ataukah continuous.
Resin sebagai ion exchange memang diakui sebagai desalinasi konvensional untuk air
payau atau air laut, sekalipun dilakukan secara pabrikasi.III) yang berisi pasir silika
sebagai filtrasi dan resin sintetis sebagai penukar ion.
- Perhitungan Volume Resin; Berdasarkan perhitungan kapasitas operasi yang
berpedoman pada koefisien selektifitas, maka volume resin yang dibutuhkan dapat
diturunkan dari persamaan berikut :
V = (Q . t . S) C
Keterangan :
V = volume resin, m3
Q = laju aliran, m3/h
t = waktu operasi, h
C = kapasitas operasi resin , eq/m3 resin
S =”salinitas”, total ion yang terserap resin,
eq/m3 air.
Selanjutnya kapasitas ion exchange biasanya dinyatakan dengan kapasitas total atau
kapasitas operasi menurut formulasi berikut :
𝐶𝑜𝑉𝑜𝑝 𝐶𝑜
X= − 𝑉𝑟 ∑𝑛𝑖=1(𝑌𝑖𝑉𝑖)
𝑉𝑟

4. KESIMPULAN

Jika air sungai yang keruh dilakukan pengolahan (treatment) menggunakan


koagulan Poly Aluminium Chloride (PAC) dilanjutkan dengan filtrasi oleh filter spoon,
kemudian absorben zeolit dan MGS, filter pasir silika dan diakhiri menggunakan resin
sintetis kation dan resin sintetis anion dapat menghasilkan air yang jernih. Beberapa output
yang didapat : 1) Teratasinya masalah kesulitan penjernihan air sungai yang hanya
disaring dengan menggunakan kerikil dan pasir menjadi lebih jernih.dengan cara
perlakuan Poly Aluminium Chloride (PAC), Filter spoon, MGS, Zeolit, Silika, Resin
Anion, dan Resin Kation; 2) Terbukanya peluang untuk memperbesar debit olahan dengan
cara penambahan unit bak pengolah baru; 3) Peluang penerapan pengolahan air
menggunakan teknologi tepat guna berupa pengolahan air dengan treatment koagulasi,
filtrasi, absorbsi, dan pertukaran ion di lokasi lain. Sedangkan outcomenya : 1) Bagi
masyarakat di wilayah sasaran penerapan IPTEK akan memberikan solusi nyata berupa
cara pengolahan air berbahan baku air sungai yang keruh menggunakan teknologi tepat
guna berupa pengolahan air dengan treatment koagulasi, filtrasi, absorbsi, dan pertukaran
ion; 2) Adanya peningkatan hasil usaha oleh mitra pengelola pengadaan air bersih untuk
masyarakat Desa; 3) Bagi Pemerintah merupakan jalan keluar (way out) dalam hal
pemecahan masalah krisis air bersih di kawasan tepi sungai bagian pesisir.
5. SUMBER

Setyo Purwoto, Teguh Purwanto, Luqmanul Hakim. 2015. Sistem Pengolahan Air Minum
Sederhana (Portable Water Treatment). Jurnal Teknik WAKTU. Vol 13(2). Hlm
45-53.
REVIEW JURNAL

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN


DESTILASI TENAGA SURYA

1. ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas alat destilasi tenaga surya
jenis kolektor plat datar dalam menghasilkan air bersih dan garam. Indonesia yang terletak
ditengah kepungan air laut, kekurangan air bersih dan garam banyak menimpa masyarakat
yang tinggal di pesisir pantai. Oleh karena itu diperlukan teknologi untuk mengolah air
laut menjadi air bersih dan garam. Energi surya yang tersedia sepanjang hari di Indonesia
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi yang gratis untuk destilasi air laut. Destilasi
surya merupakan salah satu cara untuk mengolah air laut dalam menghasilkan air bersih
dan garam dengan cara pemanasan dan penguapan pada kolektor surya. Prinsip kerja alat
yaitu radiasi surya masuk ke dalam kolektor melalui kaca penutup transparan menuju plat
penyerap, pada plat penyerap radiasi surya dirubah menjadi panas. Air laut pada basin
akan menjadi panas, air menguap dan menempel pada kaca penutup bagian dalam. Akibat
adanya perbedaan temperatur antara di dalam basin dengan lingkungan terjadi kondensasi
yang menempel pada kaca penutup akan mengalir ke bawah mengikuti kemiringan kaca
penutup. Pengujian dilakukan secara terus menerus dari pagi hingga sore setiap hari
sampai air laut dalam basin menguap atau menjadi kering. Hasil pengujian menunjukkan
dengan luas kolektor 1,6 m2, volume air laut dalam basin 10.000 ml dan intesitas surya
rata-rata 542 W/m2 diperoleh air bersih rata-rata 1360 ml/hari serta garam sebanyak 642
gram pada hari ketujuh.

2. PENDAHULUAN

Indonesia yang terletak ditengah kepungan air laut, kekurangan air bersih dan
garam banyak menimpa masyarakat yang tinggal di pesisir pantai. Untuk mendapatkan air
bersih masyarakat pesisir pantai harus membeli air bersih untuk dikosumsi setiap harinya.
Kekurangan air bersih tersebut merupakan hal yang sangat serius untuk dicarikan solusi
yaitu dengan memanfaatkan air laut yang tersedia cukup banyak agar dapat diolah menjadi
air bersih dan garam. Destilasi surya merupakan salah satu cara untuk mengolah air laut
menjadi air bersih, dimana air laut dipanaskan sehingga terjadi penguapan dan terjadi
pemisahan dari unsur-unsur yang terkandung di dalamnya dengan air tawar. Proses
destilasi dianggap sebagai salah satu cara yang paling sederhana karena sudah dikenal
sejak dulu. Selama ini alat destilasi tenaga surya lebih banyak dimanfaatkan untuk
mengolah air laut menjadi air bersih, antara lain dilakukan oleh ; Sumarsono M (2006)
meneliti tentang analisis kinerja destilator tenaga surya tipe atap berdasar sudut
kemiringan ; Mulyanef dkk (2012) meneliti tentang kaji eksperimental untuk
meningkatkan performasi destilasi surya basin tiga tingkat menggunakan beberapa bahan
penyimpan panas. Sedangkan untuk menghasilkan garam belum banyak dilakukan, salah
satu oleh Hidayat R.R (2011) melakukan rancang bangun alat pemisah garam dan air
tawar dengan menggunakan energi matahari, dengan luas kolektor (200 x 120 x 5) cm2,
tipe kaca penutup kolektor dua miring, 20 liter sampel air laut, dihasilkan garam sebanyak
621 gram/6 hari. Pada penelitian ini penulis mencoba untuk menghasilkan air bersih dan
garam pada alat destilasi tenaga surya dengan tipe kaca penutup satu kemiringan.

3. POKOK BAHASAN DAN URAIAN

Pada penelitian ini yang menjadi parameter adalah temperatur air laut, temperatur
kaca, temperatur plat penyerap, temperature penguapan, temperatur lingkungan dan
produktivitas kondensat serta produktivitas garam. Temperatur merupakan faktor eksternal
yang akan mempengaruhi produktivitas suatu alat destilasi surya. Prinsip kerja alat ini
yaitu radiasi surya masuk ke dalam kolektor melalui kaca penutup transparan menuju plat
penyerap, pada plat penyerap radiasi surya dirubah menjadi panas. Air laut pada basin
akan menjadi panas, air menguap dan menempel pada kaca penutup bagian dalam. Akibat
adanya perbedaan temperatur antara di dalam basin dengan lingkungan terjadi kondensasi
yang menempel pada kaca penutup akan berubah fase menjadi cair dan mengalir ke bawah
mengikuti kemiringan kaca penutup. Hasil kondensasi ditampung dan menghasilkan air
bersih. Pengujian dilakukan secara terus menerus dari pagi hingga sore setiap hari sampai
air laut dalam basin menguap atau menjadi kering sehingga terbentuk kristal garam.
Dalam melakukan analisa, data-data hasil pengujian dan perhitungan digambarkan dalam
bentuk grafik performansi destilasi air laut tenaga surya yang terdiri dari grafik hubungan
antara intensitas matahari dengan produktivitas air bersih, grafik hubungan antara
intensitas matahari dengan jumlah larutan garam, hubungan antara intensitas matahari
dengan produktivitas garam.
Hubungan antara intensitas matahari dengan produktivitas air bersih yang
dihasilkan selama enam hari menunjukkan bahwa produktivitas kondensat (air bersih)
dihasilkan naik dengan meningkatnya intensitas matahari. Pada pengujian sampel kedua
terlihat intensitas rata-rata matahari tertinggi terjadi pada hari kedua (542 W/m2) dan
menghasilkan produktivitas kondensat rata-rata (1360 ml). Sedangkan intensitas matahari
terendah terjadi pada hari keempat (374 W/m2) dan menghasilkan produktivitas kondensat
(897 ml). Pada hari keempat cuaca sedang mendung sehingga intensitas matahari yang
diterima alat uji destilasi tidak optimal. Suhu lingkungan pada hari tersebut berkisar antara
22 – 33 0C.

Hubungan antara intensitas matahari dengan jumlah larutan yang dihasilkan selama
enam hari Terlihat bahwa ada hubungan antara intensitas matahari dengan jumlah larutan
garam yang dihasilkan. Pada pengujian sampel kedua terlihat jumlah larutan garam pada
hari pertama masih tinggi, sedangkan pada hari kedua sampai hari keenam jumlah larutan
garam semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh karena pada hari pertama kadar larutan
garam di dalam kolektor masih encer, oleh karena kolektor dipanaskan terus, maka pada
hari kedua sampai dengan hari ke enam kadar larutan garam dalam kolektor semakin
pekat. Pada hari ketujuh diperoleh garam sebanyak 642 gram.

Hubungan antara intensitas matahari dengan produktivitas garam yang dihasilkan


selama tiga kali pengujian menunjukkan bahwa produktivitas garam yang dihasilkan
meningkat dengan naik intensitas matahari. Produktivitas garam maksimum diperoleh
sebanyak 642 gram dengan intensitas matahari rata-rata 542 W/m2. Sedangkan
produktivitas garam terendah diperoleh sebanyak 613 gram dengan intensitas matahari
rata-rata 484 W/m2. Produktivitas garam ditentukan oleh proses penguapan dari air laut
dalam ruangan kolektor surya dan proses pengembunan yang terjadi di kaca penutup.
Proses penguapan akan semakin baik apabila suhu air laut dalam ruangan kolektor surya
semakin tinggi. Semakin rendah suhu kaca penutup maka proses pengembunan akan
semakin cepat terjadi. Ini menyebabkan produktivitas kondensat semakin tinggi dan akan
mempercepat produksi garam dalam kolektor surya.
4. KESIMPULAN

Luas kolektor 1,6 m2 dan volume air laut dalam basin 10 liter dapat menghasilkan
air bersih sebanyak 1360 ml/hari dengan intensitas matahari ratarata 542 W/m2. Sampel
air laut yang digunakan sebanyak 10 liter diperlukan waktu selama tujuh hari untuk
menghasilkan garam sebanyak 642 gram dengan intensitas matahari rata-rata 542 W/m2.
Dengan menggunakan kolektor surya plat datar ini dapat membantu masyarakat dalam
mengolah air laut menjadi air bersih dan garam. Produktivitas garam yang dihasilkan
dapat meningkat bila luas kolektor diperbesar dan waktu pemanasan dapat diperpendek
jika intensitas matahari meningkat.

5. SUMBER

Mulyanef, Burmawi dan Muslimin K. 2014. Pengolahan Air Laut Menjadi Air Bersih dan
Garam dengan Destilasi Tenaga Surya. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 4(1). Hlm
25-29.

REVIEW JURNAL

Challenges to Sustainable Safe Drinking Water: A Case Study of Water Quality and
Use across Seasons in Rural Communities in Limpopo Province, South Africa

1. ABSTRAK
Konsumsi air yang terkontaminasi mikroba dapat mengakibatkan penyakit
diare dan enteropati dengan dampak terberat pada anak-anak di bawah usia lima
tahun. Kami bertujuan untuk menyediakan analisis komprehensif tentang kualitas air
di rangkaian sumber daya rendah di provinsi Limpopo, Afrika Selatan. Survei
dilakukan di 405 rumah tangga di masyarakat pedesaan di provinsi Limpopo untuk
menentukan praktek penggunaan air mereka, persepsi kualitas air, dan metode
pengolahan air rumah tangga. Sampel air minum diuji dari rumah tangga untuk
mengetahui kontaminasi mikrobiologis. Air dari Sumber daya alam potensial diuji
kualitas fisikokimia dan mikrobiologisnya di tempat kering dan musim hujan.
Sebagian besar rumah tangga memiliki sumber air utama yang disalurkan ke
pekarangan atau digunakan keran publik yang terputus-putus. Kira-kira sepertiga dari
pengasuh merasa bahwa mereka bisa sakit dari air minum. Semua sumber air alami
terbukti positif tercemar tinja di beberapa titik selama setiap musim. Pasokan kota
yang dirawat tidak pernah terbukti positif kontaminasi tinja; namun, sistem yang
dirawat tidak menjangkau semua penduduk di lembah; Selain itu, sering penutupan
sistem pengolahan dan distribusi yang terputus-putus membuat air olahan tidak dapat
diandalkan. Peningkatan kuantitas air di musim hujan berkorelasi dengan peningkatan
air olahan dari kota keran dan penurunan tingkat kontaminan rata-rata dalam air
rumah tangga. Penelitian ini menunjukkan hal itu Peningkatan kuantitas air pada
musim hujan menghasilkan lebih banyak air yang diolah di wilayah tersebut dan itu
tercermin dalam praktik penggunaan air warga.
2. PENDAHULUAN
Air minum yang bersih dan aman sangat penting bagi kesehatan manusia dan dapat
mengurangi penyakit, seperti penyakit diare, terutama pada anak kecil. Sayangnya,
pada tahun 2010 diperkirakan bahwa 1,8 miliar orang secara global meminum air
yang tidak aman atau tidak sehat. Telah dilaporkan bahwa saat pengumpulan air dari
sumber berkualitas tinggi mungkin saja terdapat kontaminasi selama pengangkutan,
penanganan dan penyimpanan dan praktek higienis yang buruk seringkali
menyebabkan hasil kesehatan yang buruk. Di pedesaan, yang menjadi perhatian
utama air minum adalah kualitas mikrobiologis air dan bahan kimia yang sering
dianggap tidak bermasalah. Penelitian ini dirancang untuk mengevaluasi secara luas
kualitas air penyusun sumber air alami dan air minum rumah tangga yang digunakan
oleh warga masyarakat pedesaan di Provinsi Limpopo. Penelitian ini juga bertujuan
untuk menentukan bagaimana perbedaan sumber air dan praktik pengumpulan antara
musim kemarau dan musim hujan dalam periode pengambilan sampel satu tahun.
3. POKOK BAHASAN DAN URAIAN
Penelitian ini dilakukan untuk untuk mengevaluasi secara luas kualitas air
penyusun sumber air alami dan air minum rumah tangga yang digunakan oleh warga
masyarakat pedesaan di Provinsi Limpopo dan untuk menentukan bagaimana
perbedaan sumber air dan praktik pengumpulan antara musim kemarau dan musim
hujan dalam periode pengambilan sampel satu tahun. Pengambilan sampel air minum
diambil dari pemilihan acak 25% dari total rumah tangga terdaftar di musim kemarau
(Juni – Agustus 2016) dan musim hujan (Januari – Februari 2017). Survei dasar
dilakukan pada musim kemarau (sekitar April hingga Oktober). Enam bulan
kemudian, survei lanjutan dilakukan pada puncak musim hujan (sekitar November
hingga Maret; namun, puncak musim pada 2016-2017 adalah Januari hingga Maret).
Kawasan tersebut berada di sebuah lembah di Distrik Vhembe Provinsi
Limpopo, Afrika Selatan. Dalam beberapa tahun terakhir, daerah tersebut telah
menerima curah hujan tahunan antara 400 mm dan 1100 mm.

Sumber air di daerah penelitian sangat terkontaminasi oleh E.coli di musim hujan dan
musim kemarau E.coli yang terkandung yaitu berada di atas standar kesehatan Afrika
Selatan sebesar 0 CFU/100 mL. Pasokan air yang sedikit, kualitas air yang tidak
memadai, dan risiko rekontaminasi selama penyimpanan menunjukkan karena
kurangnya biaya. Kualitas air minum yang baik akan menghasilkan peningkatan
kesehatan anak-anak yang berisiko tertinggi morbiditas dan kematian yang terkait
dengan penyakit waterborne. Intervensi itu juga dapat melampaui pencegahan diare
dengan berdampak pada hasil jangka panjang seperti enteropati lingkungan,
pertumbuhan yang buruk dan gangguan kognitif, yang telah dikaitkan dengan paparan
jangka panjang enteropathogens. Pelaksanaan air point-of-use pada saat pengolahan
air akan memastikan bahwa air aman diminum sebelum dikonsumsi di rumah-rumah
desa, meningkatkan kesehatan dan perkembangan anak.
4. KESIMPULAN
Penelitian ini komprehensif dalam penilaian semua aspek kualitas air dan praktik
penggunaan air di daerah pedesaan di Provinsi Limpopo. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa mikrobiologis kualitas air lebih cenderung berdampak buruk
bagi konsumen air alami tanpa memadai pengobatan, karena E.coli ditentukan di
semua sumber air alami. Penilaian kebutuhan local penting untuk memahami
variabilitas lokal dalam kualitas air dan mengembangkan intervensi yang tepat.
Intervensi untuk memastikan air minum yang bersih dan aman di daerah pedesaan di
provinsi Limpopo harus, pertama dan terpenting, mempertimbangkan kontaminasi
mikrobiologis sebagai prioritas. Studi penilaian risiko dampak kualitas air pada
kesehatan manusia perlu dilakukan.
5. SUMBER
Joshua N. Edokpayi, Elizabeth T. Rogawski, David M. Kahler, Courtney L. Hill,
Catherine Reynolds, Emanuel Nyathi, James A. Smith, John O. Odiyo, Amidou
Samie, Pascal Bessong dan Rebecca Dillingham. 2018. Challenges to Sustainable
Safe Drinking Water: A Case Study of Water Quality and Use across Seasons in
Rural Communities in Limpopo Province, South Africa. MDPI Journal Water.
Vol 10 (159), February 2018.

REVIEW JURNAL

Sistem Pengolahan Air Minum Sederhana (Potable Water Treatment)

1. ABSTRAK

Air merupakan kebutuhan yang paling utama bagi makhluk hidup. Belakangan
ini timbul masalah yang sangat krusial yaitu sulit untuk mendapatkan air bersih dan
layak untuk dikonsumsi. Banyak sumber air yang biasa dipakai tidak sebagus dulu
lagi. Maka perlu dilakukan suatu penelitian pembuatan sistem pengolahan air
sederhana dengan variabel waktu dan volume masuk yang cocok untuk kondisi air
sungai Martapura dengan mengetahui kualitas air minum yang dihasilkan. Teknologi
yang digunakan meliputi pengolahan air yang dilakukan secara fisik (filtrasi dan
aerasi), pengolahan kimia (adsorpsi) serta desinfeksi menggunakan UV. Penelitian ini
dilakukan dengan beberapa tahap. Pertama yaitu perancangan portable water
treatment itu sendiri yaitu dengan membuat kolom-kolom aerasi, kolom filtrasi,
kolom adsorpsi, dan kolom desinfeksi yang mana alat-alat tersebut dibuat bongkar
pasang. Kedua, yaitu pengoptimasian alat-alat yang bertujuan untuk menentukan
waktu dan volume optimum masing-masing alat. Sehingga akan didapatkan waktu
dan volume optimum untuk alat secara keseluruhan. Ketiga, hasil analisa air sungai
Martapura. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa desain alat ini kurang efektif
dengan kondisi kualitas sungai air Martapura untuk diolah menjadi air minum yang
biasa dikonsumsi oleh masyarakat sekitar karena kualitas air minum yang dihasilkan
belum mencapai standar baku mutu air minum yang ditetapkan. Waktu optimum
untuk alat ini adalah 135 s dengan lama desinfeksi selama 2 menit dan volume
optimum air masuk adalah sebesar 2 L.

2. PENDAHULUAN

Sungai adalah tempat-tempat dan wadah - wadah air termasuk sumber daya
alam non hayati yang terkandung di dalamnya serta jaringan pengaliran air mulai dari
mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang
pengalirannya oleh garis sempadan (PP Republik Indonesia No. 82 thn 2001). Di
Kalimantan Selatan, di mana daerahnya di kelilingi banyak sungai yang kondisi
airnya tidak layak untuk dikonsumsi. Berdasarkan uji laboratorium Balai Riset dan
Standardisasi Industri Banjarbaru yang dapat dilihat pada lampiran. Air sungai
tersebut mengandung zat-zat padat yang tersuspensi, berwarna kecoklatan,
mengandung pH yang agak tinggi, dan tingkat kekeruhan (turbidity) yang juga sangat
tinggi. Zat - zat padat yang tersuspensi tersebut salah satunya berasal dari lumpur
bagian dasar sungai yang bergerak ke atas akibat dari banyaknya aktifitas sarana
transportasi sungai seperti perahu bermotor (kelotok). Berdasarkan keterangan budaya
masyarakat Banjarmasin yang banyak membuang air besar (tinja) langsung ke sungai
melalui budaya jamban menyebabkan kandungan bakteri coliform yang berasal dari
tinja manusia tersebut sangat tinggi di dalam air sungai martapura dan kandungannya
jauh berada dari ambang batas toleransi.

3. POKOK BAHASAN DAN URAIAN

Beberapa persyaratan air minum yang layak minum baik dari segi fisika,
kimia, maupun biologinya antara lain sebagai berikut :

- Persyaratan Fisika Air minum harus memenuhi standar uji fisik (fisika), antara lain
derajat kekeruhan, bau, rasa, jumlah zat padat terlarut, suhu, dan warnanya.
- Persyaratan Kimia Standar baku kimia air layak minum meliputi batasan derajat
keasaman, tingkat kesadahan, dan kandungan bahan kimia organik maupun
anorganik pada air
- Persyaratan Biologi : Tidak Mengandung Organisme Patogen, Tidak Mengandung
Mikroorganisme Nonpatogen

Teknologi pengolahan air tanah melaui beberapa tahapan yaitu :

- Aerasi merupakan istilah lain dari tranfer gas dengan penyempitan makna, lebih
dikhususkan pada transfer gas (khususnya oksigen) dari fase gas ke fase cair.
Fungsi utama aerasi dalam pengolahan air adalah melarutkan oksigen ke dalam air
untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air, dalam campuran tersuspensi
lumpur aktif dalam bioreaktor dan melepaskan kandungan gas-gas yang terlarut
dalam air, serta membantu pengadukan air.
- Filtrasi atau penyaringan (filtration) adalah pemisahan partikel zat padat dari
fluida dengan jalan melewatkan fluida itu melalui suatu medium penyaring atau
septum, di mana zat padat itu tertahan.
- Adsorpsi merupakan peristiwa di mana terikatnya molekul dari suatu fasa gas atau
larutan pada permukaan suatu padatan.
- Desinfeksi Air lewat melalui suatu pipa bersih untuk dipanaskan dengan sinar
Ultra violet (UV). Sinar ultra violet (UV) dapat secara efektif menghancurkan virus
dan bakteri. Sistem UV ini tergantung pada jumlah energi yang diserap sehingga
dapat menghancurkan organisme yang terdapat pada air tersebut. Jika energi tidak
cukup tinggi, maka material organisme genetik tidak dapat dihancurkan.
- Zeolit dan karbon aktif Zeolit juga baik untuk pasir dan karbon aktif berdasarkan
pada kapasitas perubahan kationnya yang tinggi. Pasir dan karbon aktif tidak sama
dengan zeolit untuk kapasitas perubahan kation. Zeolit juga dapat menyerap metal
berat, bau, kopi, darah, cat, sampah radioaktif, arsenik, dan bahan – bahan beracun
lain yang dapat ditemukan di air. Zeolit juga dapat menyerap beberapa bagian gas
seperti formaldehyde, kloroform, dan karbon monoksida. Partikel zeolit juga
berperan sebagai bibit untuk menumbuhkan flok bakteri dengan menambah
pergerakan bakteri tiap volume unit.
4. KESIMPULAN
Desain alat ini kurang efektif dengan kondisi kualitas sungai air martapura untuk
diolah menjadi air minum yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat sekitar karena
kualitas air minum yang dihasilkan belum mencapai standar baku mutu air minum
yang ditetapkan. Waktu optimum untuk alat ini adalah 135 s dengan lama desinfeksi
selama 2 menit dan volume optimum air masuk adalah sebesar 2 L. Teknologi
pengolahan air tanah ini masih memiliki banyak kekurangan, diantaranya debit yang
dihasilkan masih kecil. bentuk dari alat masih besar dan berat sehingga tidak mudah
untuk dipindahkan. Desain alat pada stage aerasi dan desinfeksi perlu didesain ulang,
yaitu dengan penambahan lama waktu kontak dan kapasitas kekuatan aerasi dan
lampu UV, serta kebersihan alat dan proses juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu
perlu pengembangan lanjutan dari alat ini agar efektifitas dari alat ini akan menjadi
lebih baik.
5. SUMBER
Noerhadi Wiyono, Arief Faturrahman, Isna Syauqiah. 2017. Sistem Pengolahan Air
Minum Sederhana (Potable Water Treatment). Konversi. Volume 6 (1),
April 2017, pp. 27-35.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai