Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/303922512

Proses Elektrodialisis di Industri Susu

Article · June 2016

CITATIONS READS

0 7,283

1 author:

Agnes Afikah
Bandung Institute of Technology
1 PUBLICATION 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Agnes Afikah on 13 June 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Proses Elektrodialisis di Industri Susu
Agnes Afikah
Teknik Kimia, ITB, Jl. Ganesha No.10 Bandung, Indonesia
agnesafikah@students.itb.ac.id

ABSTRAK
Elektrodialisis (ED) adalah proses pemisahan elektrokimia dimana spesi bermuatan dipindahkan dari suatu larutan ke larutan
lain. Elektrodialisis adalah metode kombinasi dari dialisis dan elektrolisis. Elektrodialisis dapat dilakukan pada dua macam sel
utama: sel multimembran untuk pencairan-pemekatan larutan dan aplikasi disosiasi air (membrane phenomena), dan sel
elektrolisis untuk reaksi reduksi oksidasi (electrode phenomena). Pada industri susu, prinsip pencairan-pemekatan larutan
diaplikasikan sebagian besar dalam proses demineralisasi susu atau produk-produk sampingannya. Penggunaan elektrodialisis
dengan membran monopolar adalah pemisahan protein, produksi kaseinat asam dan dalam bioreaktor yang memproduksi asam
organik. Penggunaan elektrodialisis sebagai sebuah proses membran juga berkembang karena adanya jenis membran baru yaitu
membran bipolar. Membran bipolar dapat mendisosiasi molekul air. Elektrodialisis dengan membran bipolar diaplikasikan pada
proses produksi asam latat dari fermentasi produk whey, produksi kasein dan fraksinasi protein whey. Dua aplikasi utama reaksi
elektroda adalah koagulasi elektrokimia (EC) untuk presipitasi protein susu, dan elektroreduksi untuk mereduksi ikatan disulfida
dalam protein. Fenomena elektrodialisis berpotensi besar untuk diaplikasikan dalam industri susu, dan lebih luasnya, dalam
industri makanan.

Kata kunci: elektrodialisis, membran bipolar, elektrokimia, ion-exchange, elektroasidifikasi.

1. PENDAHULUAN 2. PROSES ELEKTRODIALISIS


Elektrodialisis adalah proses berbasis membran Proses elektrodialisis pertama kali diperkenalkan
dengan gaya dorong beda potensial listrik yang pada skala komersial untuk desalinasi air payau. Selain
umumnya digunakan untuk memisahkan komponen elektrodialisis (konvensional), banyak proses-proses
ionik dari suatu larutan (Wenten dkk, 2010). Pada tahun berbasis membran penukar ion lainnya yang telah
1890-an, Maigrot dan Sabates membuat tiga sel untuk dikembangkan, antara lain elektrodialisis dengan
melakukan elektrodialisis. Sel tengah dikelilingi dua membran bipolar, elektrodeionisasi, reverse
membran semipermeabel. Membran ini tidak melakukan elektrodialysis, sel desalinasi microbial, dll (Wenten
pemisahan selektif pada migrasi ion melainkan hanya dkk, 2014a). Pada proses elektrodialisis dan proses-
berfungsi sebagai pembatas fisik yang mencegah proses elektro-membran lainnya, membran penukar ion
tercampurnya produk elektrolisis (Jain & Reed, 1985). merupakan komponen utama yang berperan sebagai
Proses-proses berbasis membran telah banyak kunci pemisahan. Berdasarkan muatannya membran
diaplikasikan dalam industri pangan, baik untuk penukar ion dapat dibagi menjadi membran kation,
pemurnian, pemekatan, pemisahan, penyediaan air anion, dan bipolar (yang memiliki dua lapis dengan dua
proses, dan pengolahan limbah (Wenten dan Aryanti, muatan yang berbeda). Membran penukar kation dan
2014). Saati ini, Elektrodialisis juga telah banyak anion juga diklasifikasikan menjadi membran asam kuat
digunakan dalam industri pangan untuk memekatkan, dan basa kuat atau asam lemah dan basa lemah
menjernihkan dan memodifikasi makanan. Aplikasi bergantung pada derajat dissosiasi dari gugus bermuatan
elektrodialisis dalam industri pangan berkembang pesat di dalam larutan. Berdasarkan strukturnya, membran
karena rendah konsumsi energi, desain modular, penukar ion komersial dapat dikelompokkan menjadi
efisiensi dan kemudahan penggunaan. Pada membran homogen dan heterogen. Pada membran
elektrodialisis multimembran sel, reaksi elektrokimia homogen, gugus fungsi terdistribusi lebih merata di
terjadi pada elektroda dan tidak mengintervensi proses banding membran heterogen. Pada membran heterogen,
pemisahan. Elektroda pada sistem ini merupakan gugus fungsi dibawa oleh partikel resin-resin penukar
terminal elektrik yang terendam di dalam elektroilt ion yang telah dihaluskan. Sedangkan polimer matriks
(untuk mengalirkan arus listrik). Aplikasi ini berbasis yang biasanya bersifat inert membentuk struktur
pada reaksi redoks elektroda dimana pada anoda terjadi membran (Wenten dkk, 2014b).
oksidasi dan pada katoda terjadi reduksi (Gardais, 1990). Membran penukar ion terbuat dari material
Di Eropa dan Jepang, elektrodialisis mendominasi makromolekul (skeleton) yang mengandung senyawa-
desalinasi proses melebihi reverse osmosis dan distilasi. senyawa yang dapat terionisasi, contohnya resin ion-
Aplikasi membran di industri susu memungkinkan exchange. Saat membrane terendam dalam pelarut yang
peningkatan kualitas produk susu, pengembangan dapat dipisahkan, seperti air, membrane yang berisi ion
produk baru, serta meningkatkan efisiensi dan dan terikat kuat dengan skeleton, akan ternetralisasi
probabilitas proses. Tentu, masih banyak tantangan dengan ion-ion bergerak dan muatannya berlawanan
dalam operasi unit berbasis membran, khususnya (counter ion). Counter-ions yang membawa arus listrik
berhubungan dengan fouling membran, pencucian, dan dalam membran bermuatan positif pada membran kation
parameter efisiensi proses, seperti perolehan, kemurnian (CEM) dan bermuatan negatif pada membran anion
dan konsumsi energy (Wenten, 2014). (AEM). Keduanya bertukaran dengan difusi antara
membran dan larutan sekelilingnya. Kedua membran ini
1
adalah monopolar yang berarti hanya permeable untuk larutan pada lapisan batas CEM diluat dan AEM diluat
satu macam ion. Gugus utama sebagai ion antara lain – mendekati 0. Pada kondisi ini, fluks ion oleh difusi
SO3-, -COO-, -AsO32-, -PO32- untuk membran kation mencapai nilai maksimumnya:
dan gugus alkil ammonium untuk membran anionik (- 𝐷𝐶
𝐽𝐷𝑚𝑎𝑥 =
NR3+ , -NHR2+ , -NH2R+). Membran bipolar dapat 𝛿
mendisosiasi air dengan adanya medan listrik. Membran Pada kondisi ini, elektrodialisis mengalami transfer
bipolar teridri dari 3 lapisan yaitu (1) lapisan pertukaran massa optimal. Jika beda potensial dinaikkan melebihi
anionik, (2) lapisan pertukaran kationik, (3) lapisan kondisi ini, arus listrik akan meningkat namun tidak
transisi hidrofilik. untuk transfer massa. Penambahan arus listrik digunakan
Selektivitas suatu membran adalah hasil dari tolakan untuk mendisosiasi molekul air (Brun, 1989; Korngold,
elektrostatis, yang biasa disebut Donnan exclusion. Pada 1984). pH pada lapisan batas antara CEM-diluat dan
CEM (Cation-Exchange Membrane), anion akan ditolak AEM-konsentrat akan meningkat dan menurun pada
oleh membran dan sedangkan kation akan menembus lapisan batas AEM-diluat dan CEM-konsentrat (Brun,
membran. Transpor spesi ionik melalui membran 1989; Jonsson and Boesen, 1984).
penukar ion terjadi dikarenakan adanya permeabilitas Pada aplikasi demineralisasi, sel elektrodialisis
membran terhadap sepesies tersebut. Permeabilitas suatu beroprasi pada 2/3 arus listrik maksimum untuk
membran bervariasi terhadap sifat ion. Beda mencegah pemisahan air (Mafart dan Beliard, 1992).
permeabilitas berhubungan dengan difusi dan interaksi Untuk kasus elektro-asidifikasi dengan elektrodialisis
antara larutan dengan membran. Perpindaha ion konvensional, arus listrik yang lebih tinggi dari batas
dipengaruhi oleh difusi yang melalui membran dan maksimumnya harus digunakan untuk menghasilkan
difusi melalui film yang terbentuk pada permukaan polarisasi konsentrasi pada permukaan membran dan
antara membran dan larutan. larutan.
Perpindahan massa pada membran ionic merupakan Terdapat tiga model fisik proses disosiasi air yaitu
proses yang terdiri dari dua langkah yaitu: penurunan efek Wien kedua, model berbasis fenomena protonasi-
konsentrasi garam pada larutan encer oleh perpindahan deprotonasi (Simons, 1979) dan model global
ion dari lapisan pembatas membran (Nernst Equation) (Strathmann et al, 1997). Berdasarkan hukum Ohm,
dan difusi ion ke lapisan yang terdesalinasi parsial konduktivitas elektrolit dalam larutan aqueous
(Fick’s First Law). meningkat jika dikenakan medan listrik. Hasil observasi
𝐼 ( 𝑡𝑚−𝑡𝑠) Wien, bahwa pada medan listrik yang tinggi, hukum
 Nernst eq : 𝐽𝑒 = 𝐹 Ohm tidak valid untuk larutan elektrolit. Pada elektrolit
Jefluks ion oleh perpindahan elektron yang terdisosiasi rendah, mobilisasi ion dan derajat
ts jumlah ion transport dalam larutan disosiasi meningkan seiring dengan peningkatan
tmjumlah ion transport dalam membran
𝐷 (𝐶− 𝐶0 )
densitas medan listrik. Fenomena ini disebut second
 Fick’s First Law : 𝐽𝐷 = Wien effect. Model efek kedua Wien untuk membran
𝛿
JDFluks ion oleh difusi bipolar menganggap bahwa air pada bipolar junction
Dkoefisien difusi sebagai elektrolit lemah. Model ini menggunakan
Ckonsentrasi larutan Onsager’s theory (1934) untuk kenaikan konstanta laju
C0konsentrasi larutan pada lapisan pembatas disosiasi elektrolit lemah karena adanya medan listrik
δtebal lapisan pembatas eksternal. Aplikasinya pada membran bipolar dapat
ditulis menjadi:
Permeabilitas selektif suatu membran menyebabkan 𝐼1 (√−𝑏 0
terjadinya polarisasi konsentrasi. Polarisasi konsentrasi 𝑘𝑑𝐸 = 𝑘𝑑
√2𝑏
menentukan batasan maksimum intensitas arus listrik dimana 𝑘𝑑𝐸 adalah konstanta laju disosiasi air
(Bazinet, 1996; Jonsson and Boesen, 1984). Saat arus
dipengaruhi oleh medan listrik eksternal, 𝑘𝑑0 sebagai
listrik dialirkan ke sebuah sel elektrodialisis, variasi
konstanta laju disosiasi air tanpa medan listrik eksternal,
profil konsntrasi di sekitar membran berada diantara 𝐸
zona turbuen pada larutan dan membran. Gradien dan 𝑏 = 0,9636 𝜀𝑇 2 dimana E adalah medan listrik, T
konsentrasi dihasilkan pada lapisan membran dimana temperature dan 𝜀 adalah permitivitas relatif.
difusi menyebabkan adanya fluks komplementer ion-ion Berbagai limitasi dari model efek kedua Wien adalah:
yang dibutuhkan untuk menjaga kestabilan arus listrik secara eksperimental, hasil arus listrik tidak sesuai, teori
(Brun, 1989). Pada permukaan antara CEM encer dan Onsager dapat diaplikasikan hanya hingga 107-108 Vm-
1
AEM ecer, konsentrasi kation dan anion menurun. , rotasi molekul air tidak diperhitungkan.
Sedangkan, pada permukaan antara CEM konsentrat dan Disosiasi air yang dipercepat juga disebabkan oleh
AEM konsentrat, konsentrasi kation dan anion reaksi reversible transfer proton antara gugus bermuatan
meningkat untuk memperkaya garam pada konsentrat. dan air. Keberadaan gugus ionic menyebabkan konstanta
Kenaikan pada beda potensial yang disupply laju disosiasi air lebih tinggi dibandingkan pada solusi
menyebabkan kenaikan pada densitas arus listrik dan bebas. Berdasarkan eksperimen, disosiasi air terjadi
gradien konsentrasi lapisan pembatas. Hal ini sebagian besar di permukaan anion- exchange
menyebabkan kenaikan pada driving force dan membranes (Block and Kitchener 1966; Kedem. 1975).
mengakibatkan naiknya fluks ion sampai konsentrasi Hal ini mengindikasikan bahwa pemisahan air (water
2
splitting) dilaksanakan pada fasa membran. Dengan air. Proton akan berpindah dengan cepat dibandingkan
AEM, disosiasi air menyebabkan protonasi reversible dengan ion hidroksil. Hal ini akan mengganggu
basic groups (weakly). Mekanisme disosiasi air menurut elektronetralitas lapisan transisi dan menyebabkan
model ini : adanya peningkatan medan listrik dan peningkatan
migrasi ion hidroksil, sehingga memperlambat
pergerakan proton. Dikarenakan adanya kekasaran
permukaan polimer pada lapisan ion-exchange. Terdapat
kemungkinan adanya daerah tipis netral (lapisan air)
& antara lapisan ion-exchange. Adanya daerah ini
bergantung pada proses produksi membran bipolar.
Pada sel elektrolisis membran, dua tipe proses kimia
terjadi di elektroda, yaitu proses faradaic dan non-
faradaic.Proses faradaic untuk aliran listrik dan reaksi
non-faradaic untuk arus eksternal.
dimana B adalah basa netral, BH+ center aktif katalitik Proses faradaic ditentukan oleh transfer electron di
(umumnya grup muatan membran anion-exchange), A- permukaan elektroda-larutan. Oksidasi A  A2+ + ze-
grup muatan membran cation-exchange dan AH adalah menyebabkan satu atau dua elektron hilang dan reduksi
asam netral. Bn+ + n e-  B menyebabkan pengambilan satu atau
Model global merupakan kombinasi dari efek kedua lebih elektron. Pada anoda terjadi oksidasi dan katoda
Wien, protonasi-deprotonasi fenomena dan ketebalan terjadi reduksi. Elektroda hanya berfungsi sebagai
zona reaksi λ. Asumsi-asumsi yang digunakan pada sumber (reduksi) atau rendaman (oksidasi) electron yang
model global: ditransfer dari atau ke spesi pada larutan. Transfer ini
1. Disosiasi air terjadi pada lapisan transisi membran selalu terjadi pada permukaan elektroda.
dan ion terdisosiasi yang keluar dari daerahnya diisi Level energi Fermi adalah potensial elektrokimia
kembali oleh kesetimbangan disosiasi air : elektron pada elektroda. Level energy larutan atau
potensial redoks pada elektroda. Dengan mengubah
potensial yang digunakan, yang menyebabkan
berubahnya level Fermi, elektroda akan mensupplay
electron pada kasus reduksi dan membuang electron
2. Disosiasi air dipercepat oleh medan listrik, sesuai pada oksidasi.
dengan efek kedua Wien. Proses non-faradaic memperhatikan mekanisme
3. Proton dan ion hidroksil terbentuk dikeluarkan dari adsorpsi dan desorpsi yang terjadi selama elektrolisis
daerah transisi dengan migrasi dan memvariasikan struktur permukaan larutan-
4. Arus listrik diukur dari fluks migrasi proton atau ion elektroda sehubungan dengan beda potensial yang
hidroksil digunakan dan komposisi larutan (Bard dan Faulkner,
5. Penurunan potensial baik pada lapisan anion dan 1983). Permukaan antara larutan dan elektroda berfungsi
kation exchange membran bipolar diabaikanm sebagai kondensor, terbuat dari dua plat metal dan
sehingga potensial yang melalui membran bipolar dipisahkan oleh material dielektrik. Muatan kondensor
sama dengan yang melalui lapisan transisi. terdiri dari electron berlebih pada satu plat dan
kekurangan electron pada plat lainnya. Daerah dimana
Maka, dengan medan listrik spesi bermuatan dan dipol terorientasi pada permukaan
yang lemah, ion-ion garam bermigrasi dari lapisan antara larutan dan elektroda disebut electric double
transisi membran bipolar ke daerah transisi antara dua layer. Lapisan pertama yang dekat dengan elektroda
lapisan ion-exchange. Saat medan listrik meningkat, disebut lapisan internal. Lapisan internal mengandung
lapisan transisi tidak lagi mengandung garam dan batas molekul pelarut dan kadang beberapa spesi yang secara
maksimum arus telah tercapai. Batasan densitas arus spesifik terabsorb. Ion yang teradsorb kehilangan
listrik bergantung pada permselektivitas membran solvasinya dan mendekat ke elektroda. Bidang yang
bipolar. Saat arus listrik berlebih dari batas melalui pusat elektrik dipol dan ion teradsorbsi disebut
maksimumnya, disosiasi air akan terjadi dan arus listrik bidang Helmholtz dalam. Lapisan kedua berisi ion
dialirkan oleh proton dan ion-ion hidroksil. Proton dan tersolvasi dan ion-ion yang teradsorbsi (tidak spesifik)
ion-ion hidroksil yang dipindahkan dari daerah transisi yang tidak dapat mendekati elektroda pada jarak
diisi kembali oleh kesetimbangan disosiasi air. tertentu. Bidang Helmholtz luar melalu pusat ion-ion ini
Sehingga, terbentuk gradien konsentrasi air diantara Lapisan ketiga disebut daerah difusi dimana letaknya
lapisan transisi dan bagian sebelahnya yang diluar dari bidang Helmholtz luar, berekspansi ke larutan
menghasilkan difusi molekul air ke lapisan hidrofilik. pelat. Ketebalan lapisan difusi bergantung pada
Berdasarkan model ini, untuk gugus basa kuat, protonasi konsentrasi ion global pada larutan.
terjadi sangat cepat namun deprotonasi terjadi sangat Reaksi sederhana yang terjadi pada sel elektrolisis
lambat. Untuk gugus asam kuat, semua senyawa tetap adalah transfer massa rektan ke elektroda, transfer
terdisosiasi pada benuk deprotonasi. Sehingga, reaksi electron pada elektroda dan transfer massa produk reaksi
transfer proton dapat terjadi dan memperkuat disosiasi ke larutan. Reaksi kompleks yang terjadi adalah transfer
3
proton-elektron, reaksi parallel, atau permukaan mengontrol konsentrasi asam propionat dan
elektroda yang termodifikasi. Dengan begitu, untuk menjernihkannya. Penggunaan elektrodialisis
campuran organic, pertukaran electron menyebabkan meningkatkan laju volumetrik produksi asam propionate
terjadinya pembentukan atau pemutusan ikatan kovalen. dari 0,033 ke 2,2 g/Lh dan mengeliminasi inhibisi
Ion-ion tersolvasi berpindah dengan kecepatan yang pertumbuhan mikroorganisme, yang menyebabkan
berbeda, bergantung pada muatan dan ukurannya. terbentuknya konsentrasi asam berlebih. Produksi asam
Selama difusi berlangsung untuk seluruh spesi, migrasi laktat secara kontinyu dari permeat whey juga terjadi
hanya mempengaruhi spesi bermuatan. Transfer massa dalam proses pada 3 operasi berbeda dalam bioreaktor,
adalah perpindahan material dari satu titik dalam larutan modul UF, dan sel ED. Pad UF, seluruh biomassa didaur
ke titik lain dan menghasilkan beda potensial antara dua ulang dan pemisahan spesi yang massa molekulnya
poin tersebut. Transfer massa utama pada reaksi kimia rendah terjadi, sehingga terdapat fermentasi laktosa yang
adalah migrasi dan difusi. Selama elektrolisis, total arus bertindak sebagai agen inhibitor. Produk ini kemudian
adalah jumlah dari kontribusi tiap spesi. Arus dari tiap diekstraksi dan dipekatkan secara kontinyu dengan ED.
spesi memiliki komponen difusinya masing-masing Proses ini dilakukan dengan kultur campuran
dikarenakan gradien konsentrasi dan komponen migrasi Lactobacillus helveicus dan Streptococcus
masing-masing yang berhubungan dengan gradien thermophillus. Produktivitas final tanpa ED adalah 17,3
potensial elektrik. g/Lh dengan konsentrasi asam 40 g/L. Sedangkan,
Jika transfer massa yang melalui lapisan batas dengan sel ED, konsentrasi final larutan laktat
elektroda terlalu lambat, maka spesi reaktif akan kurang meningkat hingga 130 g/L.
di permukaan elektroda, sehingga potensial meningkat
dan efisiensi arus berkurang. Polarisasi konsentrasi
meningkat dengan meningkatnya densitas arus listrik
dan menurunnya konsentrasi reaktan hingga mencapai
batas maksimum arus.
Aplikasi elektodialisis dan prinsip dilusi-konsentrasi
pada industry susu sebagian besar terdapat pada
demineralisasi susu dan produk sampingan susu.

3. DEMINERALISASI EFLUEN SUSU


Garam-garam mineral mempengaruhi rasa, fungsi
dan nilai dari produk whey. Selama proses Gambar 1. Operasi Membran Bipolar
demineralisasi, whey yang telah diskimmed dan
dipasturisasi dibentuk menjadi konsenratnya. (Higgins ED dilakukan untuk mengekstraksi asam laktat.
and Short, 1980) sebelum dielekorilisis. Johston Sodium hidroksida juga dihasilkan selama proses terjadi.
menemukan efek positif dari pemekatan whey sebelum Produksi asam laktat secara kontinyu menghasilkan
elektrodialisis yang berhubungan dengan kerugian yaitu clogging pada membran UF,
konduktivitasnya. Konduktivitas tinggi dibutuhkan menyebabkan restriksi drastic pada aliran permat.
untuk mengoperasikan sistem elektrodialisis, karena Terlebih lagi, daur ulang asam organik dari fermentasi
akan mengurangi hilang energi saat efisiensi proses dapat mengeliminasi kation. Fermentasi pada umumnya
meningkat. Sistem dengan konduktivitas tinggi akan lebih efisien pada pH yang secara signifikan diatas pKa
menyebabkan skala migrasi ion yang besar dan asam yang terbentuk (Glassner, 1992).
hambatan listrik yang rendah. 90-95 % demineralisasi Bipolar membran mampu mengeliminasi masalah
dapat dilakukan dengan me- resirkulasi whey dalam sel kation dalam larutan yang timbul karena asam organic.
elektrodialisis. Maksimum laju demineralisasi terjadi Membran bipolar mampu membuat garam terpisah
pada pH 4,6. Pada proses demineralisasi susu skim, menjad larutan basa dan garamnya. Membran bipolar
elektrodialisis mereduksi level abu total dan menaikkan digunakan pada proses pemisahan air dan daur ulang
rasio kalsium/fosfat dalam bubuk skim milk. asam organic juga mengontrol pH cairan dalam industri
Elektrodialisis juga dapat meningkatkan stabilitas susu susu. ED Bipolar membran digunakan dalam fermentasi
skim beku (-8°C dari 1-17 wk) dengan pengurangan dan isolasi asam laktat. Cairan fermentasi di ultrafiltrasi
kalsium lebih dari 40% dan stabilitas konsentrat protein untuk mempertahankan substan berisi kultur bakteri dan
susu skim (53wk) dengan demineralisasi kalsium protein whey nonhyrolyzed dan agar metrial terlarut
sebanyak 70%. WPC (35% protein) di demineralisasi dapat lewat, termasuk asam laktat terbentuk pada proses
dengan elektrodialisis di Jepang dan Amerika. WPC fermentasi. Amoniak digunakan untuk mengontrol pH
terdesalinasi dicampurkan dengan laktosa dan susu fermentasi, sehingga asam laktat berada dalam bentuk
bubuk nonfat (Batchelder, 1986). amonium laktat. Eluat dari pertukaran ion dipekatkan
dalam proses ED dua langkah. Langkah pertama
4. DEASIDIFIKASI DAN PRODUKSI ASAM menggunakan membran ED konvensional dan langkah
Asam propionate diproduksi melalui fermentasi kedua ED menggunakan membran bipolar. Pada tahap
kontinyu sweet whey dalam membran reaktor. kedua proses ED, membran bipolar memisahkan garam
Elektrodialisis (0,65 A dan 40 V) digunakan untuk terbentuk kedalam larutan asam laktat, asam inorganic
4
dan ammonium hidroksida. Ammonium laktat Sebagai produk ketiga dalam kasus ini, larutan basa
dikonversi menjadi ammonium hidroksida dan asam terbentuk, yang mana dapat meningkatkan pH selama
laktat dalam dua aliran terpisah. Keselurahan daur ulang pretreatment atau tahap pertama dilakukan.
asam laktat tinggi (85-90%), berdasarkan jumlah gula Alternatifnya, larutan basa dapat digunakan untuk
yang ditambahkan ke fermentor. Asam laktat dapat meregulasi pH fermenter.
dmurnikan dan dipekatkan ke konsentrasi yang
diinginkan menggunakan falling film evaporator vakum 5. PRODUKSI FRAKSI KAYA PROTEIN
multitahap. Perkembangan berbasis proses ini digunakan Dua karakteristik utama ED adalah menurunkan
juga dalam proses isolasi. Setelah ultrafiltrasi, permeat konsentrasi ionic (desalinasi) dan menaikkan
diasamkan sehingga pH nya menjadi dibawah pKa asam konsentrasi ionic (salting out effect). Dua karakteristik
laktat. Sehingga, ion laktat bebas bergabung dengan ion ini merupakan basis baru dalam teknologi fraksinasi
hydrogen dan membentuk asam laktat. Larutan asam ini protein. Keduanya dapat digunakan untuk metode
kemudian dibawa ke proses nanofiltrasi atau reverse pemurnian dengan mengeiliminasi pengotor yang tidak
osmosis untuk mempertahankan ion muatan divalen dan larut pada kekuatan ion yang rendah ataupun kuat, atau
molekul yang lebih besar dari 180 g/mol. Permeat yang secara sederhana dengan memisahkan protein secara
tidak mengandung kalsium dan magnesium kemudian selektif. Pemisahan dapat dilakukan melalui ED dengan
dielektrodialisis dimana membran bipolar dan membran penyesuaian pH untuk mencapai titik isoelektrik protein
yang selektif pada ion memisahkan garam anorganik yang secara konsekuen dapat membentuk presipitasinya.
dari asam laktat. Maka, asam laktat terdaur ulang ke Protein yang tidak bermuatan tidak dapat bermigrasi.
aliran masuk kembali. Konfigurasi ED membran bipolar Metode separasi pangayaan fraksa β-laktoglobulin
bervariasi. ED membran bipolar dapat beroperasi dan α-laktalbumin dari whey dikembangkan oleh
menggunakan konfigurasi 3 kompartmen (memisahkan Amundson (1982). Pertama, protein whey dipekatkan
aliran brine, basa dan asam) atau menggunakan dengan UF untuk menghilangkan air, garam, laktosa dan
konfigurasi dua kompartmen (hanya kation atau anion senyawa yang berat molekulnya rendah. pH konsentrat
yang dikeluarkan dari laju alir masuk dan digantikan diatur pada pH 4,65 dengan konsentrat HCL atau NaOH
dengan proton atau ion hidroksida). sebelum demineralisasi ED untuk mengekstraksi ion
Proses produksi asam laktat yang telah berkembang molekular rendah. Presipitasi akan terbentuk yang secara
ini menjadikannya simple dan tidak mahal serta laju garis besar mengandung β-laktoglobulin. Presipitat ini
recovery asam laktat yang membutuhkan tahap-tahap dipisahkan dari fraksi α-laktalbumin dengan
yang lebih sedikit. Kelebihan lainnya adalah: sentrifugasi. Dengan metode ini, larutan protein
 Tidak menggunakan senyawa kimia untuk terdesalinasi dengan hilang terlarut minimum.
meregenerasi material pertukaran ion Proses Pearce adalah proses berbasis separasi termal
 Efisiensi operasi tinggi protein whey. Dalam proses ini, whey diproses untuk
 Seluruh efluen aliran dapat di daur ulang mereduksi gravitasi spesifik dan kekuatan ioniknya.
 Reduksi limbah, hanya Ca/Mg ion dan campuran Kemudan, whey dipanaskan pada temperature 55 –
berwarna 70 °C selama paling sedikit 30 detik agar agregasi α-
ED Membran Bipolar juga digunakan untuk laktalbumin terjadi. Kemudian α-laktalbumin diambil
mengontrol keasaman produk susu yang mengandung kembali dengan sentrifugasi, sedangkan β-laktoglobulin
fasa aqueous. Untuk pengontrolan pH, larutan disirkulasi tetap terlarut.
pada sisi kationik BPM, dimana ion H+ dihasilkan untuk Elektroasidifikasi Membran Bipolar (BMEA)
menurunkan pH pada sisi anionik, dimana OH- diroduksi menggunakan membran bipolar untuk memecah air dan
untuk meningkatkan pH. Larutan disirkulasi dalam ED membran monopolar untuk demineralisasi. Saat arus
tiga kompartmen (8 – 75 °C). Proses ini melewati membran bipolar, konduksi elektrik
menyederhanakan teknologi produksi, mengurangi didapatkan dengan transport H+ dan OH- yang
biaya dan mengeliminasi kemungkinan ledakan. dihasilkan dari elektrodisosiasi air. pH larutan pada sisi
Terdapat tiga tahap pada proses penjernihan limbah kationik akan berkurang. Pada saat yang bersamaan, satu
produk susu. Tahap pertama, limbah direaksikan dengan kation terasidifikasi harus melewati membran
basa untuk membuat presipitasi. Tahap kedua, limbah pertukaran kation unutuk menjaga larutan agar netral,
dimasukkan ke dalam reactor fermentasi dan fermentasi sehingga terjadi demineralisasi. Larutan protein whey
broth menyebabkan terjadinya penjernihan kedua. Di terisolasi (WPI) dengan konsentrasi yang berbeda
dalam fermenter, laktosa dan gula dikonversi menjadi tersirkulasi dalam sepasang konfigurasi sel pada lapisan
asam laktat menggunakan bakteri asam laktat. Pada kationik membran bipolar. Elektro-asidifikasi terjadi
tahap ketiga, permeat dimasukkan ke dalam sistem dalam proses partaian (batch) menggunakan densitas
elektroialisis via unit nanofiltrasi atau penukar ion arus 20 mA/cm2, dan setelah mencapai 60 V, potensial
selektif untuk membuang residu kalsium. Pada tahap ini, dijaga konstan. Nilai pH larutan menurun dari pH 6,8 ke
konsentrasi asam laktat pada limbah direduksi dan 4,6. Proses ini mampu memisahkan 98% fraksi β-
limbah yang terproduksi memiliki nilai COD yang laktoglobulin murni.
sangat rendah. Penggunaan ED membran bipolar juga ED dan desanilasi BMEA untuk fraksinasi protein
dapat mengisolasi asam bebas berkonsentrasi tinggi dan memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan
memurnikan langsung dari larutan fermentasinya. metode konvensional. Proses ini mampu memberikan
5
daur ulang garam secara cepat dan terkontrol tanpa digunakan untuk kontrol pH reservoir, sedangkan
melakukan pengenceran produk terlebih dahulu. ED dan sisanya dialirkan ke pipa untuk proses produksi. Pada
BMEA mampu memekatkan garam pada suatu larutan kondisi ini, clotting tidak menyebabkan agregat banyak
sembari mendesalinasi larutan lainnya. terbentuk. Namun, micelle (agregat molekul pada bentuk
koloid) terbentuk dapat lewat ke larutan koloid.
6. PREPARASI KASEINAT ASAM Sehingga, cairan homogeny yang cukup dapat membuat
Dua macam utama kasein yang biasanya diproduksi transfer ke tahap-tahap berikutnya terjadi. Elektrolisis
dalam industry adalah rennet dan asam kasein. Pada air dengan membran monopolar memiliki efisiensi
produksi asam kasin, tiga prosedur utama yang elektrik yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
digunakan berbasis presipitasi isoelektrik kasin oleh zat membran bipolar. Susu skim disirkulasi dalam
kimia, pertuaran ion atau fermentasi asidifikasi (Rialland konfiguras tiga pasang sel dan elektroasidifikasi
and Barbier, 1980). Teknik lain yang kadang digunakan membran bipolar dilakukan melalui proses batch dengan
untuk produksi asam kasein: asidifikasi susu oleh densitas arus 20 mA/cm2. Asidifikasi secara kimia
pertukaran ion dan asam, elektrodialisis susu skim diikut memberikan efek salting-in dari penambahan garam,
asidifikasi, asidifikasi oleh elektrolisis air pada sedangkan BMEA memindahkan garam melalui
permukaan anion monopolar pada membran pertukaran demineralisasi elektrokimia, menyebabkan presipitasi
kation yang disusun dalam sel elektrodialisis dan protein. Maka, pada pH 4,6, seluruh kasein membentuk
elektroasidifikasi membran bipolar (Bazinet,2002). presipitasi oleh BMEA, sedangkan tidak seluruhnya
Keuntungan menggunakan metode ED adalah produksi membentuk presipitasi pada asidifikasi kimia (Bazinet,
whey asam dengan konten mineral tereduksi. Whey 2002). Produk yang dihasilkan oleh BMEA harus
asam ini lebih siap untuk diutilisasi dibandingkan mengandung banyak mineral untuk dapat menghasilkan
dengan whey asam yang diproduksi melalui proses konduktivitas elektrik yang baik agar hambatan global
asidifikasi biasa (Southward, 1993; Mulvihill, 1989). dari sel ED tereduksi.
Dalam produksi asam kasein, pH susu berkurang ke titik Efesiensi elektrik dari elektroasidifikasi susu skim
isoelektrik kasein dengan penambahan asam kuat. akan menurun saat tidak terdapat cukup ion-ion bebas,
Konsentrasi H+ meningkat seiring dengan seperti potassium. Penambahan sejumlah garam ke susu
bertambahnya konsentrasi klrodia, sulfat, nitrat atau skim akan meningkatkan efisiensi elektrik. BMEA
laktat. Untuk menggunakan whey dari produksi adalah alternative baru untuk memproduksi isolasi susu
hidroklorik kasein, dibutuhkan demineralisasi terlebih bovine kasein dengan kemurnian yang tinggi.
dahulu untuk mengurangi muatan mineral. Whey yang Kekurangan dari BMEA adalah biaya alat yang mahal.
terbentuk dari kasein hidroklorik mengandung 12 – 14 Perkembangan teknologi BMEA akan membantu
% (w/w basis kering) mineral dan sekitar 7 – 8 % klorida. meminimalisir biaya membran bipolar dan sel
Prosedur industrial yang telah digunakan adalah oleh elektrodialisis. Dua masalah utama penggunaan BMEA
Laiterie Triballat (1979) yang meliputi coupling ED pada skala industryi adalah fouling pada pemisah dan
dengan asidifikasi oleh zat kimia. Susu skim membran kationik. Selama BMEA proses terjadi, curd
terasidifikasi oleh sel ED dengan proses partaian pada protein terbentuk akan menyebabkan fouling pada
range pH 4,9 – 5,0. Jika pH larutan menurun, pH local pemisah oleh resirkulasi dan akumulasi agregat protein
dari sebagian susu skim yang berkontak langsung pada pemisah. Pemisah yang digunakan dalam ED untuk
dengan membran kationik akan mencapai titik BMEA tidak didesain untuk presipitasi protein, karena
isoelektrik kasein dan akan berkoagulasi secara ketebalan pemisah sangat kecil untuk mengurangi
langsung. Hal ini menyebabkan pada aplikasi hambatan elektrik.
industrialnya, dibutuhkan susu skim yang diproses oleh
ED dan di resirkulasi kembali ke sel ED untuk 7. KESIMPULAN
mengontrol penurunan pH. Setelah proses ini selesai, Susu mengandung campuran senyawa-senyawa
susu akan dipisahkan dari sel ED saat pH mencapai 4,6. kompleks, seperti lemak, protein karbohidrat, vitamin
Kemudian, produksi whey dilakukan dengan penekanan dan mineral. Proses elektrodialisis telah diaplikasikan
dan pengeringan untuk memproduksi bubuk kasein. untuk mengubah, memurnikan, dan memisahkan
Pada proses ini, disarankan untuk menghindar dari komponen-komponen susu. Proses berbasis membran
kontaminasi bakteri.Proses ini berjalan pada temperatur telah lebih banyak diaplikasikan dibandingkan dengan
antara 4 – 10 °C. Jika temperature diatas 10 °C, susu elektrolisis. Hal ini karena mekanisme di dalam
akan menumpuk pada membran. ED digunakan untuk membran telah dikuasai dan dapat diaplikasikan tanpa
mempreparasi kaseinat asam dari susu segar (Bolzer, adanya kesulitan teknis. Sedangkan, mekanisme proses
1985). Setelah dilakukan skimming secara sentrifugal, elektrodialisis merupakan mekanisme kompleks.
susu disirkulas ke sel elektrodialisis tiga kompartmen. Aplikasi elektrolisis terbatas karena adanya keterbatasan
Kation tereliminasi dan pH larutan menurun karena pengetahuan reaksi redoks yang terjadi pada komposisi
terbentuknya proton oleh disosiasi molekul air pada makanan yang berbeda. Hal ini karena reaksi redoks saat
permukaan pertukaran ion pada membran. Reservoir ditinjau pada tingkat molekular akan mudah namun saat
utama mengandung kasinat pada pH 2,5 digunakan komposisi diubah akan terjadi peningkatan kompleksitas
sebagai pengontrol pH proses. Setelah mengalami proses reaksi. Namun, fenomena elektrolisis memiliki potensi
dengan merubah pH larutan, kaseinat yang sangat asam yang besar pada industri makanan.
6
DAFTAR PUSTAKA
REFERENCES
Bazinet, L., Lamarche, F., Labrecque, R., Toupin, R., Boulet, M., and Ippersiel, D. 1996. Systematic study on the
preparation of a food grade soyabean protein. Report for the Canadian Electricity Association n 9326 U 987,
Research and Development, Montreal.
Bazinet, L., Lamarche, F., Ippersiel, D., and Amiot, J. 1999. Bipolar membrane electro-acidification to produce bovine
milk casein isolate. J. Agric. Food Chem., 47:5291–5296.
Block, M. and Kitchener, J.A. 1966. Polarization phenomena in commercial ion-exchange membrames. J. Electrochem.
Soc., 113(9), 947-953.
Boyaval, P., Seta, J., and Gavach, C. 1993. Concentrated propionic acid production by electrodialysis. Enzyme Microbe
Technology, p.683–686.
Brett, C.M.A. and Oliveira-Brett, A.M. 1994. Electrochemistry: Principles, Methods, and Applications. Oxford
University Press, New York.
Glassner, D. 1992. ED Applications in Biotechnology. In: Proceedings 10th. Annual Membrane Technology Planning
Conference. Business Communications, Norwalk, USA.
Higgins, J.J. and Short, J.L. 1980. Demineralization by electrodialysis of per- meates derived from ultrafiltration of
wheys and skim milk. N. Z. Jl. Dairy Sci. Technol. P. 277–288.
Jonsson, G. and Boesen, C.E. 1984. Polarization concentration in membrane processes. In: Synthetic Membrane
Process.. Bedford G., Ed., Academic Press, New York. p. 101–130
Kedem, O. 1975. Reduction of polarization in electrodialysis by ion-conducting spacers. Desalination. 16(1), 105-118.
Korngold, E. 1984. Electrodialysis-membranes and mass transport. In: Syn- thetic Membrane Process. Bedford G., Ed.,
Academic Press, New York. p. 191–220.
Korngold, E., De Ko ̈ro s̈ y, F., Rahav, R., and Taboch, M.F. 1970. Fouling of anionselective membranes in
electrodialysis. Desalination, p.195–220.
Onsager, L. 1934. Deviations from Ohm’s law in weak electrolytes. J. Chemistry Physics, p. 599–615.
Mulvihill, D.M. 1989. Caseins and caseinates: Manufacture. In: Developments in Dairy Chemistry, Vol. 4,.Fox, P.F.
Ed. Elsevier Applied Science Publishers, London. p. 97–129.
Pearce, R.J. 1983. Thermal separation of β-lactoglobulin and α-lactalbumin in bovine cheddar cheese whey. Aust. J.
Dairy Technol., p.144–149.
Pearce, R.J. 1987. Fractionation of whey proteins. Aust. J. Dairy Technol., 42:75– 78.
Pearce, R.J. 1988. Fractionation of whey proteins. Bull. Int. Dairy Fed., p.150– 153.
Simons, R. 1979a. The origin and elimination of water splitting in ion-exchange membranes during water
demineralisation by electrodialysis. Desalination. 28(1), 41-42.
Simons, R. 1979b. Strong electric fields effects on proton transfer between membrane-bound amines and water. Nature.
Simons, R. 1984. Electric field effects on proton transfer between ionizable groups and water in ion exchange
membranes. Electrochim. Acta. 29(2), 151-158.
Strathmann, H., Krol, J.J., Rapp, H.-J., and Eigenberger, G. 1997. Limiting current density and water dissociation in
bipolar membranes. J. Membr. Sci., 125(1), 123-142.
Strathmann, H., Rapp, H. J., Bauer, B., Bell, C. M. 1993. Theoritical and practical aspects of preparing bipolar
membranes. Desalination. 125(1), 123-142.
Wenten, I.G.; Khoiruddin; Aryanti, P.T.P.; Hakim, A.N.; (2010). “Pengantar Teknologi Membran.” Teknik Kimia
Institut Teknologi Bandung.
Wenten, I.G., (2014). “Intensifikasi Proses Berbasis Membran.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung.
Wenten, I.G.; Hakim, A.N.; Khoiruddin; (2014 a). “Elektrodialisis.” Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung
Wenten, I.G.; Hakim, A.N.; Khoiruddin; (2014 b). “Peristiwa Perpindahan dalam Membran Penukar Ion.” Teknik Kimia
Institut Teknologi Bandung.
Wenten, I.G.; Aryanti, P.T.P.; (2014). “Teknologi Membran dalam Pengolahan Pangan.” Teknik Kimia Institut
Teknologi Bandung.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai