Anda di halaman 1dari 12

11

UJIAN TENGAH SEMESTER GEOLOGI INDONESIA (GL-3271)


Senin, 21 Maret 2016; Ruang 9009; Pukul 10.00 - 12.00

Dosen : Dr. Ir. Chalid Idham Abdullah dan kawan-kawan

SOAL :
Jawaban anda harus dilengkapi dengan gambar

1. Dari titik pandang struktur geologi pulau Sumatera, kita mengenal 3 pola struktur yang dominan.
Coba anda jelaskan ketiga pola tersebut dari yang tua ke muda.
Coba anda jelaskan juga (beri alasan dan contonya), adakah dari ketiga pola tersebut di atas yang
memegang peranan penting pada cebakan minyak bumi dicekungan Sumatera Utara, Sumatera
Tengah dan Sumatera Selatan.

2. Suatu gejala strukturiasi yang menonjol pada formasi batuan tersier di Sumatera Tengah, Jambi
maupun di Sumatera Selatan adalah inversi.
a. Jelaskan apa yang dimaksud struktur inversi.
b. Jelaskan juga dengan gambar suatu penampang dengan formasi-formasi sedimen sehingga jelas
terlihat telah terjadi suatu inversi pada interval waktu tertentu.
c. Jelaskan melalui elemen-elemen struktur mana, inversi tersebut berlangsung, baik di Sumatera
Tengah, Jambi maupun di Sumatera Selatan.

3. Paparan Sunda atau “Sundaland” merupakan daerah yang dangkal di Kawasan Barat Indonesia
(KBI). Coba anda jelaskan apa yang dimaksud dengan Paparan Sunda tersebut dan di mana saja
batas-batasnya ditinjau dari tatanan tektonik dan stratigrafi.

4. Uraikan dengan singkat tentang stratigrafi Pra Tersier dan Tersier di kawasan paparan Sunda.
Berikan masing-masing contoh di suatu cekungan.

5. Coba anda jelaskan tentang evolusi dari jalur-jalur magmatisma di Pulau Jawa sejak Pra Tersier,
Tersier hingga Kuarter.

Selamat bekerja, hanya kepada Allah SWT. kita memohon kemudahan

UTS Geologi Indonesia - Maulana Ashari (12013083)


11

JAWABAN

1. Dari titik pandang struktur geologi, Pulau Sumatera memiliki tiga pola struktur yang
dominan. Hal ini diungkapkan Suta dan Xiaoguang (2005; dalam Satya, 2010) bahwa
perkembangan struktur maupun evolusi cekungan sejak Tersier merupakan hasil
interaksi dari ketiga arah struktur utama, ketiga pola tersebut adalah Pola Sumatra
dengan arah struktur NW-SE, Pola Jambi dengan arah struktur NE-SW, dan Pola
Sunda dengan arah struktur N-S.

Gambar 1. Pola Struktur Pulau Sumatera

 Pola Sumatra yang berarah NW–SE memiliki umur Jura Awal- Kapur. Pola ini
terbentuk akibat rezim tektonik kompresional karena adanya tumbukan
Lempeng India dengan Lempeng Eurasia.

UTS Geologi Indonesia - Maulana Ashari (12013083)


11

 Pola Jambi yang berarah NE-SW terbentuk pada zaman Pra-Tersier juga. Pola
ini sangat jelas teramati di sub-cekungan Jambi. Terbentuknya struktur ini
berasosiasi dengan terbentuknya sistem graben di cekungan Sumatera Selatan
 Selanjutnya pola yang berkembang adalah Pola Sunda yang berarah N-S
memiliki umur Kapur Akhir- Tersier Awal. Pola struktur Sunda inilah yang
membuka cekungan– cekungan yang ada di daerah Sumatera dan pola ini
banyak terdapat pada Cekungan Sumatera Utara dan Sumatera Tengah,
sedangkan pada Cekungan Sumatera Selatan, pola N–S jarang ditemui. Hal ini
ditandai pula dengan batas antara cekungan–cekungan yang ada di Pulau
Sumatera yang berupa tinggian memiliki orientasi N–S.
 Pada zaman Plio-Pleistosen terjadi rezim kompresif yang membuat sesar-sesar
normal mengalami inversi menjadi sesar naik dan beberapa sesar lainya
membentuk sesar geser strike-slip seperti Sesar Semangko.
Gambar 2 Fisiografi Sumatera (modifikasi dari Darman dan Sidi, 2000).
Dari ketiga pola dominan tersebut, Pola Sumatra merupakan pola yang memegang

peranan penting dalam pembentukan cebakan hidrokarbon di Pulau Sumatra.


Pembentukan cekungan-cekungan tersebut merupakan hasil dari gerak transtension
Sesar Sumatra yang menghasilkan pull apart basin. Kemudian pada zaman Plio-
Plistosen terbentuk perangkap (trap) struktur berupa antiklin akibat rezim kompresif
yang membentuk sesar naik dan lipatan.

2. a) Struktur inversi adalah gejala struktur yang terjadi akibat reaktivasi sesar yang
ditandai dengan ditemukannya sesar normal di bagian bawah dan struktur sesar naik

UTS Geologi Indonesia - Maulana Ashari (12013083)


11

di bagian atasnya dalam satu bidang sesar. Struktur inversi terjadi akibat adanya
perubahan rezim tektonik, dari yang semula tensional menjadi kompresional.

Gambar 3. Pembentukan struktur inversi

b)

Gambar 4. Struktur inversi pada penampang seismik

Pada fasa rezim ekstensi, terjadi rifting yang menghasilkan sesar normal dan endapan
syn-rift (lapisan yg diberi warna hijau dan biru pada seismik). Setelah kondisi
tektonik stabil, sesar tidak aktif dan diendapkan lapisan post-rift (lapisan yang diberi
warna kuning). Pada saat rezim tektonik kompresi, terjadi reaktivasi sesar normal
yang terbentuk sebelumnya menjadi sesar naik, sehingga menghasilkan struktur
inversi.

Pada gambar penampang seismik di atas, terlihat pada formasi Talang Akar terjadi
proses tektonik inversi yang dapat di lihat dari bentukan cekungan yang awalnya

UTS Geologi Indonesia - Maulana Ashari (12013083)


11

merupakan bentukan syn-rift dan post-rift lalu terjadi bentukan lipatan pada sebelah
barat formasi tersebut yang mengindikasikan adanya struktur inversi.

c) Di Sumatera Tengah, Jambi, maupun Sumatera Selatan, struktur inversi terjadi


akibat adanya rezim tektonik kompresi dari subduksi oblik yang terjadi pada umur
Pliosen yaitu ditandai dengan yang adanya antiklin sebagai bukti struktur inversi.
(tektonik Plio-Pleistosen).

Dari penampang Cekungan Sumatera Tengah dibawah ini struktur inversi ditunjukan
oleh adanya struktur antiklin pada bagian dekat border fault ditandai dengan lingkaran
merah pada gambar. Formasi-formasi yang memperlihatkan kenampakan sesar naik
adalah Formasi Menggala, Formasi Bekasap dan Formasi Telisa.

Gambar 5. Struktur inversi pada Cekungan Sumatra Tengah

Selain itu, untuk cekungan Jambi penampang di bawah ini menunjukkan bahwa
inversi terjadi dicirikan oleh adanya tonjolan yang dilingkari berwarna merah.
Tektonik inversi pada cekungan ini bekerja pada Formasi Talang Akar dan Formasi
Batu Raja.

UTS Geologi Indonesia - Maulana Ashari (12013083)


11

Gambar 6. Struktur inversi pada Cekungan Jambi

Pada cekungan Sumatera Selatan, ditemukan bentukan lipatan yang merupakan hasil
dari tektonik inversi yang mengenai Formasi Muara Enim seperti yang ditunjukkan
oleh lingkaran berwarna merah pada penampang dibawah ini.

Gambar 7. Struktur inversi pada Cekungan Sumatra Selatan

3. Sundaland merupakan salah satu microplate akibat pecahnya Gondwana (126 juta
tahun yang lalu) menyebabkan kepingan-kepingan benua Gondwana bergerak ke utara
dan membentur bagian selatan dari Asia, microplate ini disebut dengan microplate
Sunda. Sundaland mencakup Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan dan
Semenanjung Malaysia. Pola Struktur yang berkembang pada Sundaland dipengaruhi
oleh adanya kolisi antara lempeng India dan Eurasia, sehingga menciptakan sesar-
sesar mendatar akibat adanya extrusion tectonic.

UTS Geologi Indonesia - Maulana Ashari (12013083)


11

Davies (1984) menyatakan bahwa Sundaland dibatasi oleh Palung Jawa dan Palung
Sumatra yang berasal dari subduksi Benua Indo–Australia ke dalam Benua Asia di
bagian selatan dan bagian barat, batas ini disebut juga sebagai Western Margins.
Sedangkan pada bagian utara dibatasi oleh Laut Cina Selatan dan Indochina serta
Lempeng Eurasia. Pada bagian timur dibatasi oleh Kalimantan Timur, Selat Makassar
dan Jawa Timur yang disebut juga sebagai Eastern Margins. Pada bagian timur
dibatasi oleh jejak subduksi Meratus, ditandai dengan kompleks mélange yang dapat
ditemui di daerah Bayat, Karangsambung, dan Bayah.

Gambar 8. Batas-batas Sundaland

4. Pra-Tersier
Batuan yang terbentuk pada Paparan Sunda merupakan amalgamasi unsur-unsur dari
Benua Asia dan Gondwana. Batuan ini merupakan bagian dari Lempeng mikro
Mergui dan basement. Jika diurut dari tua ke muda, maka stratigrafinya adalah
sebagai berikut.
 Kelompok Tapanuli (Devon-Permian)
 Formasi Bahorok

UTS Geologi Indonesia - Maulana Ashari (12013083)


11

Formasi ini memiliki ciri litologi yaitu pebbly sandstone yang dijumpai
di Pakistan, Himalaya, Burma, dan New South Wales sebagai endapan
turbidit dan endapan glasial (sub/fluvial)
 Formasi Kluet
Formasi ini memiliki ciri litologi yaitu batupasir kuarsa, batulempung,
dan batulanau, juga terdapat batugamping klastik.
 Formasi Alas
Formasi ini memiliki ciri litologi seperti Formasi Kluet, tetapi
didominasi oleh batugamping.

Kelompok Tapanuli ditafsirkan sebagai bagian dari Gondwana yang memisah


dan bergerak ke utara dengan mendekati lingkungan panas (tropis)

 Kelompok Peusangan (Permian-Trias)


 Formasi Silungkang
Formasi ini memiliki litologi berupa endapan volkanik.
 Formasi Kualu/Tabur
Formasi ini memiliki endapan cekungan tepi busur volkanik.
Kelompok Peusangan ditafsirkan sebagai busur magmatik Perm, produk
interaksi konvergen yang menunjam dan menyusup ke timur.

 Kelompok Woyla (Jura-Kapur)


Dicirikan oleh asosiasi batuan volkanik dan batuan ofiolit (kerak samudra).
Ditafsirkan sebagai produk gejala pemisahan lempeng; mungkin suatu intra-
arc atau back-arc pada sistem palung-busur.

Tersier
Pada zaman Tersier terjadi interaksi antar lempeng Samudra Hindia-Australia dengan
Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik dengan Lempeng Eurasia, dan tumbukan India
dengan Eurasia.

UTS Geologi Indonesia - Maulana Ashari (12013083)


11

Gambar 9. Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan

Stratigrafi cekungan Sumatra Selatan memperlihatkan pengendapan yang


terjadi pada kawasan Paparan Sunda. Pada Eosen, diendapkan Formasi Lahat
secara tidak selaras diatas basement dan terdapat sisipan Middle Kikim Sand.
Pengendapan ini adalah awal dari rifting yang terjadi akibat benturan India ke
Eurasia dan cekungan Sumatra Selatan merupakan pull apart basin akibat
transtension yang terjadi. Formasi Lemat diendapkan pada masa Oligosen.
Pada saat ini terjadi pengisian graben yang diiringi uplift serta erosi. Formasi
Talang Akar diendapkan secara selaras diatas Formasi Lemat. Formasi Telisa
diendapkan menjari dengan Formasi Lemat dan Formasi Talang Akar. Pada
masa Miosen, Formasi Baturaja terendapkan secara selaras diatas Formasi
Talang Akar dan menjari dengan Formasi Telisa. Lalu, diendapkan Formasi
Palembang Bawah yang menjari terhadap Formasi Telisa. Pada Miosen Akhir
terendapkan Formasi Palembang Tengah secara selaras di atas Formasi
Palembang Bawah dan terjadi kompresi yang tersebar luas. Pada 6.3 juta tahun
yang lalu (Miosen) terendapkan Formasi Palembang Atas. Setelah itu
terbentuk primary trap.

UTS Geologi Indonesia - Maulana Ashari (12013083)


11

5. Jalur magmatisme yang berkembang di Pulau Jawa adalah hasil subduksi Lempeng
Hindia-Australia dengan Lempeng Eurasia. Terjadi beberapa kali perubahan arah jalur
zona magmatisme yang dipengaruhi oleh kecepatan penunjaman lempeng Hindia-
Australia terhadap Lempeng Eurasia.
a. Pra-Tersier
Terdapat jalur subduksi purba mulai dari Jawa Barat bagian Selatan (Ciletuh),
Pegunungan Serayu (Jawa Tengah), dan Laut Jawa bagian timur ke
Kalimantan Tenggara. Lalu hadir jalur magmatik Kapur yang menempati lepas
pantai utara Jawa. Jalur subduksi purba disebabkan penunjaman Lempeng
Hindia-Australia dibawah Lempeng Eurasia yang berarah NE-SW dan pola
tektonik ini dinamakan pola Meratus
b. Tersier
 Eosen Akhir-Miosen Awal
Jalur magmatis ini berada di sebelah selatan Pulau Jawa. Jalur ini
dipengaruhi oleh zona subduksi yang lebih dekat dengan pulau Jawa
dibandingkan dengan posisi zona subduksi yang terjadi pada zaman
Kuarter. Berdekatannya posisi zona subduksi dengan posisi
pegunungan magmatis lebih disebabkan oleh sudut penunjaman lebih
tajam pada kala itu.
 Miosen Akhir-Pliosen
Terjadi pergerakan mundur dari zona subduksi daerah selatan pulau
Jawa (rollback) yang diikuti dengan melandainya sudut penunjaman
antara lempeng Hindia-Australia dengan Lempeng Eurasia, sehingga
menyebabkan bergeraknya zona magmatis lebih ke uatara pulau Jawa,
tepatnya berada di daerah tengah dari pulau Jawa.
c. Kuarter
Zona magmatis masih berada pada daerah tengah pulau Jawa, tidak jauh
berbeda dengan posisi pada masa Miosen Akhir-Pliosen. Sudut penunjaman
juga tidak jauh berbeda dengan masa Miosen Akhir-Pliosen.

UTS Geologi Indonesia - Maulana Ashari (12013083)


11

Gambar 10. Evolusi jalur magmatisme di Pulau Jawa

Daftar Pustaka

Barber, A.J et.al. 2005. Sumatra: Geolog , Resource , and Tectonic Evolutions. London, UK.
The Geological Society London
Darman, Herman dan Sidi, Hasan. 2000. An Outline of the Geology of Indonesia. Jakarta.
Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Suta. I Nyoman. & L. Xiaoguang, 2005, Complex Stratigraphic and Structural Evolution of

Jabung Sub-basin and its Hydrocarbon Accumulation; Case Study from Talang Akar

Reservoir, South Sumatra Basin, Indonesia International Petroleum Technology

Conference, 21-23 November, Doha, Qatar

Sumber Website:
https://www.scribd.com/doc/246943060/Cekungan-Sumatera-Utara
https://www.scribd.com/doc/252866239/Data-Cekungan-Sumatera-Selatan
https://www.scribd.com/doc/169618441/geologi-reg-sumatra-tengah

UTS Geologi Indonesia - Maulana Ashari (12013083)


11

Sumber lain: Slide dan Materi Kuliah Geologi Indonesia (GL-3271). Bandung. ITB.

UTS Geologi Indonesia - Maulana Ashari (12013083)

Anda mungkin juga menyukai